• Tidak ada hasil yang ditemukan

A-PDF Merger DEMO : Purchase from to remove the watermark

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "A-PDF Merger DEMO : Purchase from to remove the watermark"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

A-PDF Merger DEMO : Purchase from www.A-PDF.com to remove the watermark

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Rangkaian Peristiwa

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

05

(9)
(10)

Ikhtisar Keuangan

2010 2011 2012 2013 2014

Neraca (juta Rp)

Penempatan Pada BI 241,763 125,984 148,975 94,984 137,578 Surat Berharga / Obligasi 268,387 253,893 250,601 157,297 123,492

Penempatan pd Bank Lain 2,003 6,370 8,779 3,935 27,636

Kredit 877,372 1,043,042 1,156,640 1,213,824 1,513,066

Aktiva Tetap & Inventaris 15,900 16,357 14,349 12,596 31,320

Agunan yang diambilalih 4,459 2,840 893 1,732 5,272

Total Asset 1,526,243 1,577,535 1,730,623 1,639,444 2,021,726

Giro 116,874 142,707 152,329 130,116 119,884

Tabungan 107,562 130,142 120,439 104,146 94,871

Deposito 1,101,347 1,058,572 1,158,851 1,104,224 1,404,639 Penempatan dr Bank Lain 41,634 65,902 97,868 64,190 78,965 Modal Disetor (termasuk Dana

Setoran Modal) 125,000 125,000 125,000 146,600 255,000

Laba Rugi (juta Rp)

Pendapatan Bunga 151,482 165,810 167,175 164,774 222,505

Biaya Bunga 96,069 109,521 90,800 88,366 137,770

Pendapatan Bunga Bersih 55,413 56,289 76,375 76,408 84,735 Total Pendapatan 166,299 182,274 177,231 176,584 235,493

Total Beban 147,852 161,448 149,976 160,514 216,826

Laba (Rugi) sebelum pajak 18,447 20,826 27,255 16,070 18,667 Laba (Rugi) setelah pajak 13,967 16,004 20,056 11,727 13,017 Rasio Keuangan

CAR dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar &

risiko operasional

14.76% 13.81% 13.49% 15.78% 15.73%

Aktiva Produktif bermasalah tdp AP 1.42% 0.86% 2.31% 1.34% 3.01%

NPL :

- Gross 2.26% 1.18% 3.13% 1.62% 3.58%

- Netto 1.88% 1.12% 2.71% 1.47% 3.26%

ROA 1.34% 1.30% 1.67% 1.01% 0.98%

ROE 11.90% 11.01% 13.11% 5.68% 6.20%

NIM 4.38% 3.93% 5.19% 5.36% 4.96%

BOPO 89.13% 92.70% 85.37% 90.66% 94.37%

LDR 66.18% 76.32% 79.37% 89.99% 92.84%

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

07

(11)

Indikator Keuangan

- 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000

1 2 3 4 5

Total Asset

Total Asset

- 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000

1 2 3 4 5

Pendapatan Bunga Bersih

Pendapatan Bunga Bersih

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000

1 2 3 4 5

Total DPK

Total DPK

- 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

1 2 3 4 5

Laba (Rugi) setelah pajak

Laba (Rugi) setelah pajak

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000

1 2 3 4 5

Kredit

Kredit

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

1 2 3 4 5

LDR

LDR

ket : 1 = 2010 2 = 2011 3 = 2012 4 = 2013 5 = 2014 1,526,243

1,577,535 1,730,623

1,639,444 2,021,726

55,413 56,289

76,375 76,408

84,735

1,325,783 1,331,421

1,431,619

1,338,486 1,619,394

13,967 16,004

20,056

11,727 13,017

877,372 1,043,042

1,156,640 1,213,824

1,513,066

66.18%

76.32%

79.32%

89.99%

92.84%

- 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000

1 2 3 4 5

Modal

Modal 125,000 125,000 125,000 146,600

255,000

(12)

Laporan

Komisaris Utama Independen

“Dengan kerja keras segenap jajaran Bank BHI, tahun 2014

dapat dilalui dengan hasil yang cukup memuaskan

seiring dengan bertumbuhnya perekonomian di

Indonesia pada tahun 2014 dan diharapkan akan terus

meningkat di tahun-tahun berikutnya.”

(13)

Pemegang Saham, Para Pemangku Kepentingan serta Masyarakat yang terhormat,

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga PT Bank Harda Internasional secara umum mengalami pertumbuhan yang cukup baik dari tahun sebelumnya. Dengan kerja keras segenap jajaran Bank BHI, tahun 2014 dapat dilalui dengan hasil yang cukup memuaskan seiring dengan bertumbuhnya perekonomian di Indonesia pada tahun 2014 dan diharapkan akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya.

Selain itu, ditambah dengan adanya visi dan misi, maka diharapkan pula seluruh perangkat organisasi dapat disatukan arah langkahnya ke depan sehingga mampu bekerja secara sinergis sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai anggota keluarga besar Bank BHI, untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik dan menikmati manfaatnya dikemudian hari.

Didukung oleh kondisi tersebut, di tahun 2014 Bank BHI cukup berhasil meraih kinerja usaha yang menggembirakan. Total aset mengalami pertumbuhan menjadi Rp 2.021.726 juta dari Rp 1.639.444 juta di tahun 2013. Bank BHI juga mampu melakukan perbaikan tingkat profitabilitas walaupun pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, namun Laba bersih setelah pajak Bank tumbuh sebesar 11,0 % dari Rp 11.727 juta menjadi Rp 13.017 juta. Untuk pinjaman yang diberikan, tahun 2014 penyaluran dana Bank BHI mengalami peningkatan sebesar 24,7

% menjadi Rp 1.513.066 juta dari Rp 1.213.824 juta pada tahun 2013.

Selama tahun 2014, profil resiko Bank BHI relative tidak berubah secara signifikan dan menunjukan adanya peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko. Secara umum peringkat komposit profil risiko berada pada nilai 2 dan akan terus dipertahankan pada posisi Low pada tahun 2015 dengan risk control system minimal dengan kategori accepted.

Walaupun kinerja keuangan merupakan elemen penting dari keberhasilan kami, Bank BHI tetap teguh dalam menjalankan komitmennya untuk menjaga keseimbangan antara kinerja usaha dengan praktik tata kelola perusahaan yang baik.

Dalam hal ini, Dewan Komisaris telah mengambil peran penting dalam memantau, mengevaluasi dan menyempurnakan efektivitas praktik tata kelola perusahaan yang baik di Bank BHI. Melalui komite-komitenya, semua anggota Dewan Komisaris ikut berpartisipasi untuk memastikan terciptanya pengawasan menyeluruh atas operasi Bank.

Akhirnya atas nama Dewan Komisaris, kami menyampaikan apresiasi kepada Direksi dan segenap karyawan dan karyawati Bank BHI atas pencapaian kinerja pada tahun 2014 serta para pemegang saham atas supportnya. Kami berharap Bank BHI akan dapat mengatasi tantangan yang akan dihadapi di tahun-tahun mendatang dalam upaya mendukung pertumbuhan perekonomian nasional dengan dedikasi, semangat, kerja keras, dan komitmen yang telah dijalankan selama ini serta dukungan tiada henti dari pemegang saham dan para stakeholder lainnya.

Salam Sejahterah, Atas nama Dewan Komisaris PT. Bank Harda Internasional

B. Dwibyantoro Komisaris Utama Independen

(14)

Laporan

Direktur Utama

(15)

Pemegang Saham, Para Pemangku Kepentingan serta Masyarakat yang terhormat,

Sesuai dengan Corporate Plan Bank BHI, tahun 2014 merupakan tahun akselerasi proses konsolidasi dan revitalisasi dalam rangka repositioning Bank BHI. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menterjemahkan arah kebijakan Bank ke dalam kegiatan operasional Bank BHI; baik dari pengembangan bisnis, perbaikan proses, pengembangan IT, pengembangan kualitas sumber daya manusia dan perbaikan dari segi pengendalian Bank.

Tahun 2014 juga merupakan suatu quantum leap bagi Bank BHI dari segi IT, T-24 dimana berhasilnya dilakukan proses migrasi core banking e-Bank menjadi Temenos dengan berbagai kelebihannya. Tantangan berikutnya adalah bagaimana Bank bisa mengoptimalkan keunggulan IT ini untuk memenangkan persaingan di pasar. Pergantian core banking ini diharapkan menjadikan landasan yang kuat bagi Bank BHI pada tahun-tahun berikutnya untuk mencapai visi Bank di dalam pemanfaatan teknologi informasi secara optimal.

Walau disadari bahwa masih banyak hal yang perlu untuk diperbaiki dan masih belum sesuai dengan rencana kerja tahun 2014, Bank BHI secara terus menerus menerapkan konsep continuous improvement untuk mengejar berbagai ketinggalan dibandingkan dengan peers group.

Meskipun masalah kondisi eksternal secara umum di Indonesia juga turut mempengaruhi kondisi perbankan di Indonesia, seperti ketatnya kondisi likuiditas, tingginya nilai tukar mata uang USD, dan kondisi politik menjelang pemilihan presiden RI yang baru, Bank BHI tetap dapat memperbaiki kinerja di hampir seluruh aspek keuangan, dimana terjadi peningkatan pada Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 280.908 juta pada tahun 2014 menjadi Rp 1.619.394 juta.

Peningkatan Dana Pihak Ketiga diikuti pula dengan adanya peningkatan portofolio pinjaman yang diberikan yaitu sebesar 24,7 % sehingga menjadi Rp 1.513.066 juta . Demikian pula dengan total asset dan laba usaha juga turut meningkat sehingga masing-masing menjadi Rp 2.021.726 juta dan Rp 13.017 juta. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya besarnya asset dan laba usaha yang berhasil dicapai menunjukkan kenaikan masing-masing sebesar 23,3% dan 11,0%.

Sumber Dana 2012 2013 2014 +/-

Giro 152,329 130,116 119,884 (10,232)

Tabungan 120,439 104,146 94,871 (9,275)

Deposito 1,158,851 1,104,224 1,404,639 300,415

Sub Total DPK 1,431,619 1,338,486 1,619,394 280,908

Penghimpunan Dana

(Juta Rp)

Sumber Dana 2012 2013 2014 +/-

Modal Kerja 599,361 655,581 907,322 251,741

Investasi 450,241 442,926 478,966 36,040

Konsumsi 107,038 115,317 126,778 11,461

Jumlah 1,156,640 1,213,824 1,513,066 299,242

Pinjaman

(Juta Rp)

(16)

Ikhtisar Keuangan 2012 2013 2014 +/- Neraca

Total Asset 1,730,623 1,639,444 2,021,726 382,282

Total Dana 1,431,619 1,338,486 1,619,394 280,908

Kredit 1,156,640 1,213,824 1,513,066 299,242

Modal Disetor 125,000 146,600 255,000 108,400

Laba/Rugi

Laba (Rugi) Sebelum Pajak 27,255 16,070 18,667 2,597

Laba (Rugi) Setelah Pajak 20,056 11,727 13,017 1,290

Rasio Keuangan 2012 2013 2014 +/-

CAR 13.49% 15.78% 15.73% -0.05%

ROA 1.67% 1.01% 0.98% -0.03%

ROE 13.11% 5.68% 6.20% 0.52%

NIM 5.19% 5.36% 4.96% -0.40%

BOPO 85.37% 90.66% 94.37% 3.71%

LDR 79.37% 89.99% 92.84% 2.85%

Permodalan 2012 2013 2014 +/-

Modal Inti 150,548 180,446 231,868 51,422

Modal Pelengkap 11,450 11,253 22,836 11,583

Total Modal 161,998 191,699 254,704 63,005

(Juta Rp)

(Juta Rp)

(Juta Rp) Rasio kecukupan modal yang diwakili oleh CAR, sudah melebihi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank BHI dalam upaya meningkatkan keamanan bagi para Nasabah ingin senantiasa mempertahankan CAR pada tingkat terbaiknya, terlihat pada akhir tahun 2014 mengalami sedikit penurunan 15,7 % dari sebelumnya 15,7 %. Untuk rasio ROA dan ROE, terjadi pertumbuhan yang tidak berimbang antara asset dan modal dengan pertumbuhan laba, sehingga menyebabkan rasio-rasio tersebut terkoreksi.

Pada tahun 2014 terdapat peningkatan biaya yang sebagian disebabkan oleh kenaikan upah minimum provinsi di tahun 2014, kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan sewa ruang beberapa kantor mengakibatkan BOPO mengalami kenaikan menjadi 94.3%.

Loan to deposit ratio akan dipertahankan pada level 78% - 92%, karena Bank BHI akan mendapatkan insentif GWM bila berada pada tingkat yang disarankan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

13

(17)

Di samping pencapaian pada aspek finansial, Bank BHI juga terus berupaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, mengingat SDM merupakan modal utama Bank dalam mencapai kemajuan usaha yang berkesinambungan. Untuk itu, manajemen SDM yang baik dan berkualitas menjadi kebutuhan mutlak. Terlebih di tengah persaingan yang semakin ketat, SDM yang berkualitas dan berdaya saing menjadi salah satu faktor penentu kemajuan bisnis.Upaya pengembangan pengetahuan karyawan selalu disesuaikan dengan rencana dan strategi Perusahaan, sehingga pelatihan-pelatihan difokuskan kepada peningkatan kualitas pelayanan dalam bidang kredit, pemasaran dan operasi, risk management serta kepemimpinan.

Memasuki tahun 2015, Manajemen berkomitmen melanjutkan pelaksanaan strategi tersebut dalam upaya memperkuat landasan keuangan Bank BHI yang akan diprioritaskan meliputi upaya pertumbuhan kredit, kualitas aset, profitabilitas dan efisiensi serta terus mendorong upaya peningkatan fee-based , sumber dana murah dan membangun relasi yang lebih erat dengan para nasabah.

Sebagai penutup, saya mewakili seluruh jajaran Direksi Bank BHI menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh karyawan Bank BHI atas kerja keras dan dedikasi yang telah diberikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para nasabah atas kesetiaan dan dukungannya selama ini. Penghargaan juga saya sampaikan kepada Dewan Komisaris atas kontribusi dan arahannya. Kepada seluruh stakeholder, saya percaya bahwa dengan komitmen bersama, kita akan mengembangkan Bank BHI dan menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senatiasa memberikan perlindungan dan PetunjukNya bagi kita dalam menyambut masa depan yang lebih baik.

Salam Sejahterah, Atas nama Direksi PT. Bank Harda Internasional

Antonius Prabowo Argo Direktur Utama

(18)

Dalam rangka meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan, Bank BHI dalam melaksanakan kegiatan usahanya berpedoman kepada Prinsip Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance).

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) di Bank BHI tunduk kepada PBI no.

8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan PBI no. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, serta SEBI No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum dan Surat Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Bank Harda Internasional No.001/SK-KOMDIR BHI/V/2013 tanggal 8 Mei 2013, mengenai Pelaksanaan GCG di PT Bank Harda Internasional.

Good Corporate Governance adalah bentuk Tata Kelola Bank yang menerapkan prinsip–prinsip Keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Pertanggung jawaban (Responsibility), Independensi (Independency),dan Kewajaran (Fairness).

Pada saat pelaksanaannya, Bank BHI senantiasa berupaya agar kualitas Tata Kelola Bank semakin baik sehingga mampu memperkuat Bank BHI didalam menghadapi persaingan bisnis perbankan tanah air.

Pelaksanaan GCG pada tahun 2014 meliputi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seperti penjelasan pada paragraf – paragraf berikut.

Tata Kelola Perusahaan

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

15

(19)

Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris lebih ditekankan kepada fungsi pengawasan yang diantaranya memastikan bahwa Good Corporate Governance bisa terlaksana pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Dewan Komisaris wajib mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi termasuk memberikan nasihat, mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis bank. Kewenangan Dewan

Komisaris lainnya adalah memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti semua temuan audit dan rekomendasi SKAI, auditor eksternal, serta hasil temuan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan/atau otoritas lain.

Apabila Dewan Komisaris menemukan adanya indikasi bahwa kelangsungan usaha bank akan terganggu atau adanya pelanggaran atas peraturan perundang- perundangan yang berlaku, maka Dewan Komisaris wajib memberitahukan kepada Bank Indonesia.

I. Dewan Komisaris

Susunan Dewan Komisaris Bank BHI pada tahun 2014 :

No. Nama Jabatan

1 Bernardus Dwibyantoro Komisaris Utama Independen

2 Rachman Hakim Komisaris

3 R. Soedaryatmo Yosowidagdo Komisaris Independen

(20)

Dalam menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris dibantu oleh tiga Komite, yaitu Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, dan Komite Remunerasi dan Nominasi.

Sesuai dengan ketentuan maka Dewan Komisaris melaksanakan Rapat Dewan Komisaris sebagai kelengkapan kerjanya.

Pengambilan keputusan dalam Rapat Dewan Komisaris umumnya dilakukan berdasarkan Musyawarah Mufakat.

Apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka ditempuh cara Pengambilan Keputusan dengan Suara Terbanyak.

Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional Bank, kecuali untuk :

penyediaan dana besar dan dana kepada pihak terkait seperti yang tercantum didalam anggaran dasar ; dan

Untuk melengkapi komposisi Direksi yang ada, Bank sudah mengajukan Teddy Sadikin sebagai kandidat Direktur Bisnis Bank BHI serta mengikuti fit and proper test di Bank Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Otoritas Jasa Keuangan

nomor SR-13/D.03/2015 tanggal 6 Pebruari 2015 perihal Keputusan Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) atas Pencalonan Direktur PT Bank Harda Internasional, beliau disetujui sebagai anggota Direksi Bank BHI.

hal-hal yang diatur dalam Anggaran Dasar Bank atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sepanjang tahun 2014, Dewan Komisaris telah mengadakan rapat sebanyak 10 (sepuluh) kali dan dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris. Rapat membahas antara lain : Surat-surat masuk dari BI dan LHP Januari 2013; Permodalan Bank BHI; Evaluasi hasil kerja Task Force Perkreditan dan evaluasi atas penataan SDM Marketing; serta Peningkatan fungsi aktifitas Treasury.

Seluruh rapat telah dibuatkan risalah rapat dan didokumentasikan.

Nama Rapat Dewan Komisaris

Dihadiri Secara Fisik Dengan Resolusi Tertulis

Bernardus Dwibyantoro 10 -

Rachman Hakim 10 -

R. Soedaryatmo Yosowidagdo 10 -

Tabel berikut ini adalah rapat Dewan Komisaris yang dilakukan di tahun 2014.

II. Direksi

Susunan Direksi Bank BHI pada tahun 2014 :

No. Nama Jabatan

1 Antonius Probowo Argo Direktur Utama

2 Budiarto Santoso Direktur Operasional

3 Doddy S. Soewito Direktur Kepatuhan

4 Teddy Sadikin Direktur Bisnis */

*/SK OJK no. SR-13/D.03/2015 tentang Fit and proper Test tgl. 6 Peb 2015

1.

2.

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

17

(21)

Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan Bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab yang telah digariskan dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya Direksi senantiasa berlandaskan kepada prinsip - prinsip Good Corporate Governance di semua aktifitas pelaksanaan operasional bank. Agar pelaksanaan Good Corporate Governance berjalan efektif, Direksi membentuk beberapa Satuan Kerja, seperti : Satuan Kerja Audit Internal, Satuan Kerja Kepatuhan, Satuan Kerja Manajemen Risiko.

Selain itu Direksi juga telah membentuk komite-komite yang bertugas membantu efektifitas pelaksanaan tugas Direksi sebagai berikut: Komite Kredit, Komite ALCO, Komite Manajemen Risiko, Komite SDM, dan Komite Pengarah Teknologi Informasi. Tugas Direksi lainnya adalah menindaklanjuti setiap temuan audit dan rekomendasi SKAI, temuan Auditor eksternal dan hasil pemeriksaan OJK, BI dan/atau Otoritas lain.

Setiap kebijakan dan keputusan strategis yang diambil melalui Rapat Direksi bersifat

mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi. Perbedaan pendapat didalam pengambilan suatu keputusan dituangkan dalam bentuk dissenting opinion yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu pengambilan keputusan. Direksi juga berkewajiban menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris.

Dan pada akhirnya, Direksi akan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Pemegang Saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham.

Pada tahun 2014 Direksi telah mengadakan rapat sebanyak 66 (enam puluh enam) kali yang meliputi Rapat koordinasi antar Direksi, Rapat koordinasi Direksi dengan Dewan Komisaris, Rapat koordinasi Direksi dengan Pemegang Saham dan Rapat koordinasi Direksi dengan Pejabat Eksekutif Bank. Materi yang dibahas didalam rapat meliputi: Rencana Bisnis Bank, Change Management Office, Persiapan dan Implementasi go live T-24 (Temenos), Persiapan IPO, terkait Perkreditan, Road Map SDM, Rencana Kerja Direktur Kepatuhan, Audit issue OJK, dan lain-lain.

III. KOMITE – KOMITE

Komite-komite yang dibentuk dibawah Dewan Komisaris di Bank BHI terdiri dari : 1. Komite Audit

Susunan pengurus Komite Audit pada tahun 2014 :

No. Nama Jabatan

1 Bernardus Dwibyantoro Ketua merangkap anggota

2 Labib Y. Wardiman Anggota

3 Slamet Agus Pramono Anggota

Tugas dan tanggung jawab Komite Audit berdasarkan SK Direksi Bank BHI No. 005/

SK-DIR/VI/2007 tanggal 15 Juni 2007 dan perubahannya No. 006/SK-DIR/II/2013 tanggal 20 Februari 2013 adalah memantau dan mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan audit serta tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern dan proses pelaporan keuangan. Yang

menjadi obyek evaluasi adalah pelaksanaan tugas SKAI; memastikan kesesuaian standar audit yang berlaku dengan pelaksanaan tugas Audit Eksternal ; melihat kesesuaian antara laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku ; memonitor tindak lanjut atas setiap temuan SKAI/

Audit Eksternal/BI dan Otoritas lainnya.

Tugas lain Komite Audit adalah

(22)

memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris perihal penunjukan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang akan melakukan audit atas Laporan Keuangan Tahunan Bank.

Pada tahun 2014 Komite Audit telah melakukan rapat sebanyak 17 kali yang

Berdasarkan SK Direksi Bank BHI no.006/

SK-DIR/VI/2007 tanggal 15 Juni 2007 dan perubahannya no.007/SK-DIR/

II/2013 tanggal 20 Februari 2013 tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko adalah mengevaluasi kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaannya, serta memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. Hasil evaluasi akan menjadi masukan bagi Dewan Komisaris dalam menilai pelaksanaan manajemen risiko di Bank BHI.

Pada tahun 2014 Komite Pemantau Risiko telah mengadakan rapat sebanyak 16 kali.

Materi rapat yang dibahas diantaranya adalah : Pemantauan Profil Risiko tahun 2013, Pemantauan Profil Risiko tahun 2014, Pembahasan exit meeting pemeriksaan Bank Indonesia, Pembahasan mekanisme pelaksanaan Governance Control System.

Sejak tahun 2014 Komite Pemantau Risiko dan Komite Audit mengambil inisiatif untuk

mendiskusikan dengan SKAI dan SKMR arah pengawasan dan pengendalian seharusnya ditujukan pada pengertian dan pembentukan kemampuan audit berbasis risiko terkini bank, bukan lagi pada persoalan yang bersifat administratif dan tidak bersifat prinsip. Baik Komite Pemantau Risiko dan Komite Audit maupun SKAI dan SKMR merupakan organ organisasi yang harus mampu mendeteksi kinerja perusahaan dalam segala aspek baik tingkat risiko utama yang dihadapi, kinerja maupun ketaatan pelaksanaan seluruh fungsi organisasi dalam menjalankan Good Corporate Governance.

Komite Pemantau Risiko, Komite Audit, SKMR, SKAI, ataupun Unit Kepatuhan harus mampu menbangun sistem terpadu dan saling bersinergi sesuai fungsi dan tanggung jawabnya sehingga dapat dibangun sistem terintegrasi dalam mengawasi seluruh aktifitas bank.

2 diantaranya adalah rapat dengan Satuan Kerja Audit Internal. Berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan audit bank menjadi sorotan Komite Audit. Materi-materi yang dibahas diantaranya adalah : Laporan Hasil Audit SKAI, Kelanjutan Penyempurnaan Metodologi Audit Berbasis Risiko di BHI.

2. Komite Pemantau Risiko

Susunan pengurus Komite Pemantau Risiko pada tahun 2014 :

3. Komite Remunerasi dan Nominasi

Susunan pengurus Komite Remunerasi dan Nominasi pada tahun 2014 :

No. Nama Jabatan

1 Bernardus Dwibyantoro Ketua merangkap anggota

2 Labib Y. Wardiman Anggota

3 Ignatius Sri Mulyanto Anggota

No. Nama Jabatan

1 R. Sudaryatmo Yosowidagdo Ketua merangkap anggota

2 Rachman Hakim Anggota

3 Mariawati Tjitradinata Anggota

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

19

(23)

Sepanjang tahun 2014 Komite Remunerasi dan Nominasi telah mengadakan rapat sebanyak 11 (sebelas) kali, membahas antara lain : Usulan peninjauan remunerasi karyawan dan pengurus; Pencalonan Direktur Bisnis Bank BHI; Usulan pembagian profit sharing; Pencalonan anggota Komite Pemantau Risiko dan Komite Audit.

PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, AUDIT INTERNAL & EKSTERNAL Fungsi Kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang bersifat ex-ante (preventif) untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta pelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Agar pelaksanaan fungsi kepatuhan bisa berjalan baik maka peran dari seorang Direktur Kepatuhan akan sangat menentukan. Dalam mendukung kelancaran kerjanya, Direktur Kepatuhan dibantu oleh Satuan Kerja Kepatuhan.

Satuan Kerja Kepatuhan wajib bersikap independen terhadap semua satuan kerja serta dilarang ditempatkan pada posisi menghadapi conflict of interest.

Persyaratan dan tata cara pelaksanaan fungsi kepatuhan berpedoman kepada PBI no. 13/2/PBI/2011 tanggal 12 Januari 2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum.

Persyaratan dan tata cara penerapan fungsi Audit Intern berpedoman kepada ketentuan Bank Indonesia tentang Penugasan Direktur Kepatuhan Dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum seperti yang telah diatur didalam PBI No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999. Keberadaan SKAI yang independen terhadap satuan kerja operasional lainnya akan mendukung pelaksanaan fungsi audit intern yang efektif. Untuk itu Manajemen telah meminta Akuntan Publik Independen melakukan review berkala atas pelaksanaan fungsi audit intern bank, termasuk audit atas tehnologi informasi.

Realisasi Rencana Kerja Audit tahun 2014 untuk pelaksanaan audit di Kantor Cabang (KC) / Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan unit kerja Kantor Pusat, sebanyak:

14 (empat belas) obyek audit dengan rincian : 11 (sebelas) KC/KCP dan 3 (tiga) unit kerja Kantor Pusat sedangkan untuk pelaksanaan audit teknologi informasi, sebanyak : 7 (tujuh) obyek audit serta pelaksanaan Internal Audit & Security Audit terkait Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) & Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

Dalam rangka pemenuhan ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/

PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tersebut, maka telah dilakukan evaluasi kepatuhan Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) terhadap Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) untuk periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2013 yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik – Gani Sigiro & Handayani [Grant Thornton]

sesuai dengan laporan No. O-021/GSH/14/

EA tertanggal 26 Juni 2014.

Untuk pelaksanaan fungsi audit eksternal, Bank telah menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia untuk mengaudit laporan keuangan bank periode tahun yang berakhir pada 31 Desember 2014. Untuk itu, Bank BHI telah menunjuk KAP Gani Sigiro & Handayani [Grant Thornton] dengan nomor Surat Perikatan Audit no.191/GSH/EL/VIII/14-R3 tanggal 17 November 2014.

Penunjukan ini mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank serta Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.

V. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO Penerapan prinsip tata kelola risiko yang baik dalam menjalankan bisnis perbankan diarahkan kepada upaya melindungi kepentingan Stakeholders Bank BHI terhadap potensi risiko bisnis yang ada. Melalui penerapan manajemen risiko yang efektif dan sesuai dengan IV.

(24)

tujuan, kebijakan, kompleksitas usaha serta kemampuan bank, diharapkan Bank BHI dapat terhindar dari risiko kerugian yang signifikan.

Dari hasil analisis Manajemen terhadap delapan jenis risiko yang wajib dinilai pada periode yang berakhir pada Desember 2014 dapat disimpulkan bahwa profil risiko Bank BHI berada pada peringkat komposit dua (low to moderate).

Berdasarkan peringkat komposit ini maka aktivitas bisnis yang dihadapi oleh Bank BHI memiliki risiko in heren yang tergolong rendah selama waktu periode tertentu dimasa mendatang. Sedangkan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko berdasarkan penilaian komposit ini berada pada peringkat Memadai yang berarti Manajemen mampu membenahi kelemahan minor yang ada dengan baik.

VII. RENCANA STRATEGIS BANK Dalam rangka menjaga eksistensi dan kesinambungan bisnis perbankan, Bank BHI membuat target – target jangka panjang, menengah dan pendek. Untuk itu Bank menyusun rencana strategis jangka panjang ( corporate plan ) dan rencana bisnis jangka menengah dan jangka pendek ( business plan ) dengan berpedoman kepada ketentuan Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Rencana Bisnis Bank Umum.

Bank BHI bertekad melakukan pembenahan dan perbaikan kinerja secara terpadu. Target Jangka Panjang adalah menjadikan Bank BHI sebagai Bank yang dikenal, terpercaya dan berkualitas dengan dukungan organisasi yang solid, sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki integritas tinggi serta memanfaatkan teknologi informasi secara

optimal. Target Jangka Menengah adalah mewujudkan Bank BHI sebagai bank yang sehat dan stabil, mampu berkembang secara berkesinambungan serta memberi manfaat bagi stakeholders. Untuk mencapai hal tersebut, kebijakan bank adalah menetapkan hal-hal berikut : repositioning business untuk fokus pada segmen Retail dan Commercial, sehingga memerlukan adanya penyesuaian struktur organisasi, mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan kompeten serta penguatan infrastruktur. Bank BHI telah mengganti Core Banking System sebagai antisipasi atas dinamika bisnis dan industri perbankan yang tumbuh cepat. Aspek pengendalian ( governance control ) juga diperhatikan melalui penguatan fungsi dari unit kerja SKAI, SKMR dan Satuan Kerja Kepatuhan dan peran aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Upaya lain yang tak kalah penting adalah upaya untuk menguatkan permodalan, PENYEDIAAN DANA KEPADA PIHAK TERKAIT DAN DANA BESAR Bank wajib menerapkan prinsip kehati- hatian dalam penyediaan dana kepada pihak terkait maupun penyediaan dana besar dengan mendiversifikasi portofolio

penyediaan dana. Aturan

pelaksanaannya berpedoman kepada ketentuan BI tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. Ketegasan aturan tentang penyediaan dana ini semata – mata untuk mencegah bank terhindar dari kegagalan saat melakukan transaksi bisnis.

Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan debitur/group inti adalah :

No. Penyediaan Dana

Jumlah

Debitur Nominal

(Jutaan Rupiah)

1 Kepada Pihak Terkait 5 4,612.53

2 Kepada Debitur Inti :

a. Individual 12 318,177.27

b. Group 1 84,073.82

VI.

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

21

(25)

diantaranya dengan penyetoran modal tambahan dari pemegang saham dan strategi peningkatan modal lainnya melalui IPO, dan lain-lain.

Ditengah perekonomian yang uncertain dan persaingan bisnis perbankan yang ketat, bank optimis bahwa target pertumbuhan organik akan bisa dicapai melalui penekanan kepada strategi target jangka pendek berupa target non financial yaitu; menciptakan keunggulan komparatif Bank BHI, mempersiapkan struktur yang kuat untuk pertumbuhan organisasi pada jangka menengah dan jangka panjang, persiapan menjadi Public Company melalui IPO, melakukan review terhadap visi dan misi serta nilai-nilai dasar Bank BHI. Sementara itu untuk target financial nya adalah : menjaga rasio-rasio efisiensi agar Bank BHI mampu bersaing dan mempertahankan rasio-rasio kinerja Bank. Strategi jangka pendek lainnya adalah meningkatkan budaya kepatuhan dan budaya risiko pada seluruh jenjang organisasi Bank, serta penguatan fungsi supervisi struktur pengendalian intern dan tata kelola perusahaan sesuai prinsip kehati-hatian, manajemen risiko, dan GCG ( Good Corporate Governance )

TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON- KEUANGAN

Sebagai pertanggungjawaban pengurus Bank terhadap Stakeholders, maka Bank melaksanakan transparansi informasi baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Pelaksanaan transparansi ini mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia tentang transparansi kondisi keuangan dan transparansi informasi produk bank dan data pribadi nasabah.

Informasi kondisi keuangan dan nonkeuangan Bank BHI telah dituangkan secara jelas dalam beberapa laporan, diantaranya dalam Laporan Tahunan,

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, Laporan Bulanan, dan Laporan non keuangan lainnya.

Untuk memperoleh sistem pelaporan yang baik harus didukung oleh sistem informasi dan core banking system yang baik pula.

Untuk itu Bank BHI telah melakukan perubahan core banking system dari eBank ke Temenos yang diharapkan lebih mumpuni dan mampu menjawab tantangan bisnis di masa yang akan datang.

KEPEMILIKAN SAHAM, HUBUNGAN KEUANGAN DAN KELUARGA

Bernardus Dwibyantoro selaku Komisaris Utama Independen tidak mempunyai kepemilikan saham di Bank BHI dan perusahaan lain, serta tidak mempunyai hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris serta Direksi lainnya.

R. Soedaryatmo Yosowidagdo selaku Komisaris Independen juga tidak mempunyai kepemilikan saham di Bank BHI dan perusahaan lain, serta tidak mempunyai hubungan keuangan dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris serta Direksi lainnya.

Sementara itu Rachman Hakim selaku Komisaris tidak mempunyai hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang lain namun mempunyai kepemilikan saham masing masing di PT Hakim Putra Perkasa, PT Asean Motor Internasional, BPR Cahaya Wiraputra, PT Asia Putra Perkasa , PT Varia Intra Finance dan PT Varia Inter Perkasa.

Seluruh anggota Direksi tidak mempunyai hubungan keuangan, hubungan keluarga dengan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang lain, serta tidak mempunyai kepemilikan saham di Bank BHI dan perusahaan lainnya.

VIII. TRANSPARANSI KONDISI

KEUANGAN DAN NON KEUANGAN

IX.

(26)
(27)

Sebagai pertanggungjawaban pengurus Bank

terhadap Stakeholders, maka Bank

melaksanakan transparansi informasi baik

yang bersifat keuangan maupun non keuangan.

(28)

X. PAKET REMUNERASI DAN FASILITAS BAGI KOMISARIS & DIREKSI

XI. RASIO GAJI TERTINGGI DAN GAJI TERENDAH No. Jenis Remunerasi dan Fasilitas

Lain

Jumlah Diterima dalam Setahun Dewan Komisaris Direksi

Orang Juta

Rp. Orang Juta

Rp.

1 Remunerasi (Gaji, bonus, tunjangan rutin, tantiem, dan

fasilitas lain dalam bentuk natura) 3 2,317 3 3,989

2 Fasilitas lain dalam bentuk natura (Perumahan, transportasi, asuransi kesehatan, dsb) :

a. Dapat Dimiliki Asuransi

kesehatan Asuransi kesehatan b. Tidak Dapat Dimiliki Fasilitas

komunikasi + Transportasi

Fasilitas komunikasi + Transportasi

Total 3 2,317 3 3,989

Jumlah Remunerasi per Orang dalam Satu Tahun Direksi Komisaris

Diatas Rp 2.,- Miliar - -

Diatas Rp 1,- Miliar s/d Rp 2,- Miliar 2 -

Diatas Rp 500 Juta s/d Rp 1,- Miliar 1 3

Rp 500 Juta ke bawah - -

Skala Perbandingan Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah Rasio a. Rasio Gaji Pegawai yang Tertinggi dan Terendah 17.82 X b. Rasio Gaji Direksi yang Tertinggi dan Terendah 1.67 X c. Raio Gaji Komisaris yang Tertinggi dan Terendah 1.43 X d. Rasio Gaji Direksi Tertinggi dan Pegawai Tertinggi 2.89 X

XII. INTERNAL FRAUD

Bila mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia maka Bank wajib mengungkapkan setiap kecurangan ( fraud ) apabila dampak penyimpangan bernilai lebih dari Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah). Fraud berpotensi terjadi di semua jenjang dan level

organisasi bank. Sepanjang tahun 2014 Bank BHI tidak menemukan terjadinya fraud. Setiap penyimpangan dalam pelaksanaan operasional bank yang berpotensi mengarah kepada fraud tidak akan pernah ditolerir. Bank senantiasa memperkuat sistem pengendalian internalnya agar mampu mempersempit terjadinya kecurangan.

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

25

(29)

XIII. PERMASALAHAN HUKUM

Permasalahan hukum yang dihadapi sela- ma tahun 2014 terkait dengan perpajakan dan penyelesaian tunggakan debitur. Ada 5 perkara perpajakan dimana 2 diantaranya telah mendapatkan keputusan pengadilan dan 3 perkara masih dalam proses penyelesaian. Sementara untuk permasalahan hukum yang berhubungan dengan tunggakan debitur di Desember 2014 terdapat 11 tunggakan debitur dimana 5 diantaranya sedang berproses di pengadilan. Satu perkara berproses di Mahkamah Agung, satu di Pengadilan Negeri, dan tiga lainnya pada tahap eksekusi lelang.

TRANSAKSI YANG MENGAND- BENTURAN KEPENTINGANUNG Sepanjang tahun ini tidak terdapat transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang perlu untuk didokumentasikan. Bank telah memiliki kebijakan, sistem dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan yang cukup efektif seperti tertuang dalam peraturan perusahaan. Apabila transaksi dimaksud ada maka Bank akan mendokumentasikan secara baik termasuk pembuatan risalah rapatnya.

BUY BACK SHARES DAN/ATAU BUY BACK OBLIGASI BANK Bank BHI menerbitkan saham namun tidak menerbitkan obligasi. Disepanjang 2014 Manajemen tidak memiliki alasan yang kuat melakukannya sehingga tidak berinisiatif melakukan buy back shares ini.

SELF ASSESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE Dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelaksanaan GCG, Bank BHI secara berkala melakukan self assessment yang komprehensif terhadap pelaksanaan 11 (sebelas) aspek penilaian GCG sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia maupun Surat Edaran Bank Indonesia tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, terdiri dari :

Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite

Penanganan Benturan Kepentingan Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank Penerapan Fungsi Audit Intern Penerapan Fungsi Audit Ekstern Penerapan Manajemen Risiko termasuk Sistem Pengendalian Intern Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (Related Party) dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposure)

Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan, Laporan Pelaksanaan GCG dan Pelaporan Internal

Rencana Strategis Bank

Peringkat Komposit pelaksanaan GCG di Bank BHI untuk semester I dan II tahun 2014 adalah 2 atau predikat ‘BAIK’.

SELF ASSESSMENT PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK Kondisi Bank BHI secara umum sehat dan dinilai mampu mengatasi pengaruh negatif yang signifikan terhadap kemungkinan terjadinya perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya seperti tergambar dari peringkat penilaian faktor Profil Risiko, faktor Penerapan GCG, faktor Rentabilitas dan faktor Permodalan yang secara umum baik.

Berdasarkan penilaian faktor Profil Risiko maka aspek profil risiko bank dinilai memadai dengan peringkat komposit dua.

Kemungkinan kerugian dari risiko inheren tergolong rendah selama periode tertentu dimasa mendatang dengan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko tergolong memadai. Namun demikian terdapat kelemahan minor yang dapat diselesaikan oleh Manajemen sesegera mungkin.

Berdasarkan hasil penilaian tata kelola [GCG], terdapat kelemahan tata kelola yang kurang signifikan namun mampu diatasi dengan sesegera mungkin melalui solusi yang diambil. Secara umum kinerja

a.

b.

c.

d.e.

f.g.

h.

i.

j.

k.

XV.

XVI.

XVII.

XIV. TRANSAKSI YANG MENGANDUNG BENTURAN KEPENTINGAN

(30)

Manajemen sudah baik. Pemenuhan prinsip GCG seperti governance structure, governance process dan governance outcome memadai, seperti pada pelaksanaan tugas Dewan Komisaris, Direksi, dan pada Komite – komite yang ada. Aspek transparansi Laporan Keuangan dan Non Keuangan serta Rencana Strategis Bank sudah memenuhi unsur keterbukaan informasi kepada pihak yang berkepentingan. Tata kelola sejalan dengan dinamika dan strategi bisnis secara menyeluruh, dan diharapkan Bank mampu mengatasi kelemahan – kelemahan yang ada pada governance structure, governance process dan governance outcome sesuai dengan strategi bisnis yang dijalankan.

Kemampuan Bank BHI dalam menghasilkan laba secara umum sudah cukup memadai dilihat dari realisasi rencana bisnis, dan kontribusinya kepada peningkatan modal mampu bertumbuh secara organik. Sumber – sumber pendukung rentabilitas cukup memadai namun masih perlu ditingkatkan, seperti : pemenuhan LDR pada batas atas, kualitas aktiva produktif, dan komponen non core earning yang lebih beragam. Kemampuan Bank BHI mengelola rentabilitas dan menjaga kesinambungan komponen yang mendukung rentabilitas sudah cukup memadai. Ke depan dengan kemampuan teknologi informasi yang dimiliki diharapkan dapat meningkatkan fee based income.

Berdasarkan penilaian faktor Permodalan yang sejalan dengan dinamika skala pertumbuhan volume bisnis Bank BHI,

maka faktor permodalan merupakan unsur utama dalam mendukung pertumbuhan bisnis Bank. Tren permodalan mengarah kepada peningkatan yang positif pada komponen Modal Inti untuk mencapai target pertumbuhan bisnis. Bank BHI menilai bahwa keberadaan Permodalan sesuai dengan Pilar 1 dan Pilar 2 sudah memadai untuk mengantisipasi potensi kerugian berdasarkan profil risiko yang ada. Pelaksanaan Internal Capital Adequacy Assessment Process atau ICAAP sesuai dengan asumsi-asumsi yang ditetapkan mampu mengelola permodalan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen permodalan yang sehat serta mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia. Kemampuan permodalan internal untuk tumbuh secara organik mendukung ekspansi pertumbuhan bisnis dan daya akses ke sumber permodalan eksternal sehingga Bank BHI diharapkan mampu melampaui BUKU 1 menuju BUKU 2 melalui dukungan para pihak yang berkepentingan khususnya Pemegang Saham Pengendali.

PENERAPAN PROGRAM APU DAN PPT BAGI BANK UMUM

Pelaksanaan Program APU dan PPT bagi Bank Umum ini berpedoman kepada Peraturan Bank Indonesia no.

11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia no. 14/27/

PBI/2012 tanggal 28 Desember 2012 , serta Surat Edaran Bank Indonesia No.

15/21/DPNPtanggal 14 Juni 2013.

XVIII.

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

27

(31)

Potensi risiko bisnis perbankan semakin meningkat karena kian kompleksnya variasi produk dan jasa perbankan serta melibatkan tehnologi informasi yang canggih. Pemanfaatan bank oleh pihak – pihak tertentu untuk melakukan pencucian uang dan pendanaan terorisme semakin meningkat pula akhir – akhir ini.

Kondisi ini mendorong bank untuk serius meningkatkan kualitas penerapan manajemen risikonya terutama yang berkaitan dengan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.

Bank BHI telah mengantisipasi hal tersebut dengan melaksanakan sebaik- baiknya peraturan dan ketentuan Bank Indonesia serta ketentuan internal lain.

Langkah yang ditempuh adalah memaksimumkan fungsi pengawasan Pengurus Bank untuk memastikan bahwa program Anti Pencucian Uang dan

Pencegahan Pendanaan Terorisme bisa berjalan baik dan didukung oleh kebijakan dan prosedur tertulis yang telah sesuai dengan aturan BI dan prinsip – prinsip yang berlaku umum. Manajemen juga menyadari perlunya sistem pengendalian intern yang efektif yang memaparkan dengan jelas batasan wewenang dan tanggung jawab dari satuan kerja terkait serta peran pemeriksaan SKAI. Selain itu diupayakan adanya suatu sistem informasi manajemen yang bisa mengidentifikasi, menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara efektif tentang semua transaksi keuangan bank.

Termasuk memilah antara transaksi yang suspicious dengan yang non suspicious . Dan yang lebih penting lagi adalah meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM yang ada dengan cara mengadakan pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.

(32)

Manajemen

Risiko

(33)

Pertumbuhan aktivitas usaha Bank BHI yang semakin meningkat setiap tahunnya menyadarkan Bank akan pentingnya menerapkan pengelolaan manajemen risiko secara lebih luas dalam

perusahaan (Enterprise Risk

Management). Oleh karena itu, Bank BHI senantiasa mengikuti perkembangan manajemen risiko, dan selalu diupayakan berpedoman kepada Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, serta implementasi Basel khususnya konsep Basel New Capital Accord (Basel II).

Penerapan manajemen risiko yang dilakukan sejalan dengan PBI No.11/25/

PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/23/DPNP tertanggal 25 Oktober 2011 perihal perubahan atas Surat Edaran No. 5/21/

DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, maka pengelolaan risiko yang dikelola terdiri dari 8 (delapan) jenis risiko, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan.

Pengelolaan manajemen risiko di Bank BHI merupakan proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan serta dilakukan pengembangan dan penyempurnaan pada setiap aktivitas fungsional, yang didasarkan pada keseimbangan antara fungsi Unit bisnis dengan pengelolaan risikonya, sehingga dapat memberikan informasi secara dini guna mengambil langkah-langkah perbaikan dalam memperkecil risiko. Mekanisme pengelolaan risiko secara day to day dengan berdasarkan prinsip kehati-hatian telah dituangkan dalam beberapa kebijakan dan prosedur, antara lain Kebijakan Umum Manajemen Risiko yang merupakan aturan acuan dalam implementasi manajemen risiko pada seluruh kegiatan bisnis Bank BHI yang meliputi kebijakan, strategi, organisasi, sistim informasi manajemen risiko, pengawasan risiko, pengelolaan produk dan aktivitas baru, serta Business Continuity Plan ( BCP ).

Kualitas penerapan manajemen risiko yang terdiri dari tata kelola risiko, kerangka manajemen risiko, proses

manajemen risiko, sistem informasi, dan sumber daya manusia, serta pengendalian intern diupayakan untuk selalu ditingkatkan melibatkan semua unsur dalam bank dimana Dewan Komisaris dan Direksi mempunyai tugas memastikan penerapan manajemen risiko telah memadai sesuai dengan kompleksitas dan profil risiko bank serta memahami dengan baik jenis dan tingkat risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank.

Proses identifikasi, pengukuran, dan monitoring risiko dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen risiko yang independen terhadap Unit Kerja Operasional/Bisnis maupun Satuan Kerja Audit Internal.

Sedangkan tiap-tiap Unit Kerja (risk taking unit) bertanggung jawab atas pengelolaan risiko-risiko yang melekat dalam aktivitas fungsional yang dilakukannya. Komite Manajemen Risiko berperan aktif dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap risiko yang melekat pada kebijakan yang akan ditetapkan Direksi maupun memberikan evaluasi terhadap ketentuan- ketentuan yang kurang sesuai dengan perkembangan terkini dan perlu dilakukan penyesuaian. Komite Manajemen Risiko terlibat secara aktif dalam melakukan penilaian risiko yang melekat pada setiap produk dan/atau jasa/aktivitas baru sehingga Bank dapat melakukan langkah- langkah mitigasi yang diperlukan.

Budaya risiko yang ditanamkan di Bank BHI berdasarkan prinsip manajemen risiko Bank, dimana proses pengelolaan manajemen risiko menjadi tanggung jawab bersama seluruh karyawan dan kesadaran akan risiko (risk awareness) sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Bank.

Dengan menggunakan pendekatan Three Lines of Defense, fungsi pengelolaan risiko dilakukan secara komprehensif oleh semua lini organisasi, yang dimulai dengan oversight yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Top management, seluruh unit bisnis (frontline businesses), dan seluruh unit pendukung (supports) berfungsi sebagai First Line of Defense yang melaksanakan pertumbuhan usaha dengan tetap mempertimbangkan aspek risiko dalam setiap pengambilan keputusan. Satuan Kerja Manajemen risiko dan Satuan Kerja

(34)

Kepatuhan berfungsi sebagai Second Line of Defense yang mengelola risiko secara independen bersama-sama dengan Satuan Kerja Audit Internal sebagai Third Line of Defense yang bertugas melaksanakan risk assurance dan melakukan pengawasan serta evaluasi secara berkala.

1. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.

Pada Bank BHI, pemberian kredit merupakan sumber risiko kredit yang terbesar. Selain kredit, Bank BHI menghadapi risiko kredit dari berbagai instrumen keuangan seperti surat berharga, transaksi antar Bank, transaksi pembiayaan perdagangan, serta kewajiban komitmen dan kontinjensi.

Pengelolaan risiko kredit di Bank BHI selain merujuk pada ketentuan BMPK yang diberlakukan oleh Bank Indonesia, juga meliputi risiko konsentrasi kredit yang terdiri dari pengelolaan kredit kepada Debitur inti, kredit per sektor ekonomi, kredit per kategori portofolio, dan kredit kepada UMKM.

Bank BHI memiliki komitmen yang tinggi dalam mengelola risiko konsentrasi kredit, dan dituangkan dalam risk appetite statement dengan mengatur batasan limit yang dapat diberikan kepada Pihak terkait dan Pihak Tidak terkait baik secara individu maupun kelompok sesuai dengan ketentuan BMPK yang berlaku. Bank BHI

juga menentukan batasan limit kredit yang dapat diberikan terhadap Debitur inti, sektor ekonomi, dan kredit terhadap UMKM. Sedangkan untuk mengelola konsentrasi kredit per kategori portofolio secara lebih efektif, maka dalam kebijakannnya Bank BHI membagi produk kredit berbasis Smart Simple Solution untuk segmen kredit retail dan Costumer Solution untuk segment kredit komersial.

Bank BHI menyadari bahwa kualitas penerapan manajemen risiko kredit masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu dalam menjalankan tata kelola risiko kredit, Bank BHI merumuskan risk appetite dan risk tolerance yang secara periodik ditinjau ulang agar selalu sejalan dengan sasaran strategis dan strategi bisnis Bank secara keseluruhan. Hal ini didukung oleh kecukupan pengawasan aktif dari Dewan Komisaris dan Direksi termasuk pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi. Hal itu dilakukan baik melalui Komite Pemantau Risiko dan Komite Audit yang berada di bawah Dewan Komisaris, maupun melalui Komite Kredit dan Komite Manajemen Risiko yang berada di bawah Direksi.

Peringkat Profil Risiko Bank BHI posisi akhir tahun 2014, dari penggabungan tingkat risiko inherent dan tingkat kualitas penerapan manajemen risiko berada pada Peringkat Komposit 2 (DUA) atau “Low to Moderate”.

Jenis Risiko Inherent Risk Risk Control

System Peringkat Risiko

Risiko kredit Moderate Fair 3

Risiko pasar Low to moderate Satisfactory 2

Risiko likuiditas Moderate Fair 3

Risiko operasional Moderate Fair 3

Risiko hukum Moderate Satisfactory 2

Risiko stratejik Moderate Satisfactory 2

Risiko kepatuhan Moderate Satisfactory 2

Risiko reputasi Low to moderate Satisfactory 2

Peringkat Profil Risiko 2

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

31

(35)

Dalam menjaga Bank dari timbulnya risiko kredit berupa menurunnya kualitas kredit, dan meningkatnya NPL (Non Performing Loan), maka Bank BHI melaksanakan manajemen risiko perkreditan sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan agar kualitas kredit yang ada terjaga secara baik. Untuk mendukung hal itu maka secara berkesinambungan Bank BHI melalui Divisi SDM mengadakan pelatihan-pelatihan manajemen perkreditan terhadap personel Bisnis Unit (Divisi Loan & Funding) dan Divisi Credit Risk & Review sebagai risk taking unit, memperkuat unit kerja Credit Quality Control yang memonitor kualitas kredit debitur dan pemenuhan covenant sejak kredit dicairkan, dan mengupayakan penyelesaian kredit NPL secara efektif yang dilakukan oleh Credit Recovery secara independen. Sedangkan Satuan Kerja Manajemen Risiko secara independen mengambil peran dalam scope bank wide yakni dengan memberikan masukan kepada risk taking unit mengenai trend perekonomian nasional khususnya sub-sektor ekonomi yang dinilai dalam kondisi tertentu sehingga Bank BHI harus lebih hati-hati dalam menyalurkan dananya dalam bentuk kredit atau hal-hal khusus lainnya yang perlu mendapat perhatian di dalam pemberian kredit, serta memantau risk appetite setiap kategori yang telah ditetapkan oleh Komite Kebijakan Perkreditan.

Risiko kredit juga dapat terjadi karena adanya pengaruh faktor eksternal yaitu perubahan kondisi ekonomi, teknologi ataupun regulasi yang mempengaruhi tingkat suku bunga, nilai tukar, siklus usaha debitur dan berdampak pada kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya. Hal ini terlihat dari meningkatnya NPL dan jumlah tunggakan bunga. Oleh karena itu, secara berkala Bank BHI melakukan stress testing pengaruh kondisi eksternal terhadap kualitas perkreditan dan kecukupan modal Bank BHI dan menginformasikan/

melaporkan kepada pengawas dalam hal ini OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Kedepannya Bank BHI akan membuat system forward looking terhadap portfolio (Portfolio Management) dan eksposur risiko kredit bank yang dijalankan

dengan berkolaborasi antara Unit Bisnis, Credit Risk & review, dan Satuan Kerja Manajamen Risiko sehingga dapat dijadikan dasar melakukan stress testing dan perbaikan manajemen perkreditan.

Bank BHI menuangkan pedoman mengenai Penurunan Nilai Kredit pada KPB BHI (Kebijakan Perkreditan Bank BHI), dimana dalam mengukur dan membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Bank memperhatikan hal-hal berikut :

CKPN dibentuk berdasarkan selisih antara nilai tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskonto mempergunakan suku bunga efektif.

Bank tidak diperbolehkan membentuk CKPN melebihi jumlah yang dapat dikaitkan pada kredit yang dievaluasi secara individual atau secara kolektif dan didukung dengan bukti obyektif penurunan nilai.

CKPN dibentuk sesuai dengan mata uang denominasi kredit yang diberikan.

Dalam hal dan kondisi tertentu, Bank mungkin tidak perlu membentuk CKPN, apabila nilai wajar agunan yang diperhitungkan dalam estimasi arus kas lebih besar dari total kewajiban Peminjam.

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Individual dibentuk dari kredit- kredit yang dikelompokkan ke dalam kredit yang dievaluasi secara Individual yaitu :

Total plafond kredit diatas IDR 5.000.000.000

Kredit yang direstrukturisasi

Penyelesaian kredit dengan pengambil alihan agunan

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Kolektif dibentuk dari kredit-kredit yang dikelompokkan ke dalam kredit yang dievaluasi secara Kolektif yaitu :

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) secara kolektif dibentuk dari kredit-kredit yang dikelompokan kedalam kredit yang dievaluasi secara kolektif yaitu total plafond Kredit sampai dengan IDR.5.000.000.000.

Besarnya CKPN yang harus dibentuk didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

a.

b.

c.

d.

a.

b.c.

a.

b.

(36)

Saat ini Bank menerapkan Standardized Approach dalam pengukuran risiko kredit.

Pengukuran Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) risiko kredit sudah dilakukan secara penuh menggunakan metode pendekatan standar (Standardized Approach) sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011. Pada pendekatan standar bobot risiko ditetapkan berdasarkan peringkat debitur atau pihak lawan, sesuai kategori portofolio atau persentase tertentu untuk jenis tagihan tertentu. Portofolio kelompok tagihan dibagi dalam kategori tagihan kepada pemerintah, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada bank, tagihan kepada korporasi dan tagihan yang telah jatuh tempo. Bobot risiko menggunakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh regulator. Apabila terdapat tagihan yang telah memiliki peringkat, maka Bank menggunakan lembaga pemeringkat yang diakui oleh regulator sesuai ketentuan lembaga pemeringkat dalam negeri yang diakui, yaitu Pefindo, sedangkan untuk pemeringkat internasional dapat menggunakan S&P, Moody’s dan Fitch.

Dalam menghitung ATMR risiko kredit berdasarkan Standardized Approach, Bank BHI dapat mengakui keberadaan agunan, garansi, penjaminan, atau asuransi kredit sebagai teknik mitigasi risiko kredit (Teknik MRK). Bank memiliki kebijakan bahwa nilai agunan kredit berfungsi sebagai Secondary Way Out, yaitu apabila Debitur tidak mampu membayar seluruh kewajibannya yang bersumber dari usaha yang dibiayai, maka agunan yang diserahkan kepada Bank akan menjadi sumber pembayaran untuk menutupi sisa kewajiban dari Debitur. Agunan dapat berupa tangible asset atau intangible asset. Bank mengutamakan agunan yang memenuhi kriteria dan syarat (eligible) untuk dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) mengacu kepada peraturan regulator yang berlaku dan juga Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) serta Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Kedepannya Bank BHI tetap berkomitmen untuk mengembangkan infrastruktur kredit secara berkesinambungan yang bertujuan mempercepat proses kredit dan meningkatkan kualitas portofolio kredit.

Credit Rating System (CRS) merupakan salah satu infrastruktur yang akan dikembangkan untuk mendukung pengukuran kualitas kredit. Sedangkan di segmen retail, Bank sedang mengembangkan aplikasi melalui Divisi IT untuk mempercepat proses pengambilan keputusan. Dan hal ini juga akan diterapkan pada segmen konsumer, dimana Bank menjalankan konsep one day approval untuk plafond kredit sampai dengan Rp. 3.000.000.000.

2. Risiko Pasar

Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option.

Bank BHI tidak mempunyai eksposure risiko Bank yang berasal dari aktivitas trading karena Bank termasuk dalam kelompok Bank Umum dengan Kegiatan Usaha ( BUKU ) I, Rasio aset keuangan dengan sisa jatuh tempo diatas 1 tahun terhadap kewajiban keuangan dengan sisa jatuh tempo diatas 1 tahun masih berada pada tingkat yang bisa dikendalikan jauh di atas 100%. Eksposur IRRBB berdasarkan gap report (perspektif pendapatan dan perspektif nilai ekonomis) melalui analysis sensitivity to market risk dengan menggunakan lima skenario penurunan/peningkatan suku bunga maka rasio exess modal terhadap potensial loss berada pada level peringkat satu atau dengan tingkat risiko rendah. Selain itu Bank BHI juga tidak mempunyai potensi risiko dari sisi rasio Unrealized Loss Surat Berharga (AFS) terhadap Modal.

Startegi dan kebijakan bisnis yang dilakukan menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam Bank BUKU I, sehingga Bank BHI tidak memliki aktivitas trading. Hal ini berkonsekuensi pada jangkauan strategi bisnis bank dalam industri menjadi terbatas. Nasabah utama bank adalah nasabah individual yang cukup sensitif dengan perubahan tingkat suku bunga. Namun,

Productivity and Efficiency Annual Report 2014

33

(37)

berdasarkan analisis tingkat loyalitas yang telah dilakukan dengan data historikal selama 5 tahun kebelakang, Nasabah utama Bank BHI adalah Nasabah dalam Kategori Sangat Loyal, Loyal, dan Cukup Loyal.

Pemantauan atas eksposur bank terhadap risiko pasar dilakukan oleh Asset and Liability committee ( ALCO ) dengan melakukan kontrol (pengelolaan aset dan liabilitas (ALMA)) atas eksposur risiko pasar dalam parameter yang dapat diterima serta memaksimalkan tingkat pengembalian atas risiko. Pengelolaan Risiko Pasar pada Trading Book dengan mengukur risiko spesifik dan risiko umum yang terekspos suku bunga, sedangkan Banking Book difokuskan pada upaya pengelolaan sensitivitas pada risiko suku bunga. Risiko suku bunga yang berasal dari perbedaan atas tanggal penyesuaian harga (repricing gap) untuk aktiva dan kewajiban Bank BHI yang sensitive terhadap pergerakan suku bunga. Risiko suku bunga juga muncul akibat adanya perbedaan penetapan harga, yaitu penetapan suku bunga tetap (fixed rate) atau suku bunga mengambang (floating rate), antara sumber dan penggunaan dana.

Bank melakukan pengukuran risiko suku bunga dengan menggunakan metodologi yang dapat mengidentifikasi risiko suku bunga dari portofolio asset dan liabilities yang sensitive terhadap perubahan suku bunga. Pengukuran risiko suku bunga dilaksanakan dengan menggunakan interest rate risk model dengan metodologi repricing profile gap, sehingga dapat diketahui pergerakan tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi stabilitas pendapatan bunga bersih. Dalam rangka memitigasi risiko suku bunga, penempatan dana pada aktiva produktif dilaksanakan lebih selektif pada portofolio yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang optimal, dan dilakukan dengan mereview suku bunga sisi aktiva dan kewajiban secara periodik.

3. Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset

diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.

Bank mengelola risiko likuiditas untuk memastikan kemampuan dalam memenuhi liabilitas kepada nasabah atau counterpart yang jatuh tempo. Bank mengelola risiko likuiditas dengan memantau perencanaan arus kas atau arus dana berdasarkan prediksi pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana, ketepatan dalam mengatur struktur dana termasuk kecukupan dana (primary reserve, secondary reserve dan tertiary reserve).

Pengelolaan kelebihan dana likuiditas yang tidak terserap penyaluran kredit teroptimalisasi melalui pengelolaan treasury. Sebagian besar kelebihan dana likuiditas tersalurkan melalui instrument aset likuid yang tepat untuk menjamin tingkat likuiditas yang terkendali.

Sebagai antisipasi timbulnya risiko likuiditas, Bank memiliki kebijakan contingency funding plan, yang memperlihatkan langkah-langkah yang akan diambil dalam mengantisipasi dan menghadapi kondisi kesulitan likuiditas, guna senantiasa dapat tetap memenuhi liabilitas keuangan yang sudah diperjanjikan secara tepat waktu, menjaga kelangsungan proses bisnis dalam kondisi yang terburuk, serta turut menjaga stabilitas dunia perbankan.

Bank melakukan pengukuran risiko likuiditas dengan menggunakan perkiraan arus kas, maturity profile, dan rasio keuangan. Selain itu Bank juga melakukan stress testing dalam rangka mengetahui tingkat kemampuan Bank dalam menghadapi tekanan likuiditas pada kondisi pasar yang tidak normal. Upaya Bank dalam mengantisipasi meningkatnya risiko likuiditas yaitu dengan melakukan pengelolaan secondary reserve Bank secara lebih hati-hati sejalan dengan kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) sehingga kondisi likuiditas secara keseluruhan dapat tetap terjaga dan terkendali.

Unit Kerja Treasury telah secara konsisten memantau kondisi likuiditas Bank dan menyiapkan sumber dana likuid sesuai dengan kebutuhan. Rapat ALCO

Gambar

Tabel berikut ini adalah rapat Dewan Komisaris yang dilakukan di tahun 2014.
Grafik Komposisi Perbandingan Jumlah Pegawai  Tahun 2013 dan 2014

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kandungan gizi pakan yang diberikan tidak baik dan jumlah yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan konsumsi ikan, maka ikan tidak akan bisa tumbuh dengan baik

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan berkat- Nya yang tidak terhingga sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Study Kasus –

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan skripsi ini, sehingga peneliti

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul Gambaran Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus di

α (0.05) maka H0 tidak ditolak yang berarti tidak ada hubungan lama merawat dengan beban caregiver keluarga orang dengan HIV AIDS (ODHA) di Lembaga Swadaya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Minyak Zaitun Untuk Perawatan Hand Foot Syndrome Pada Pasien Kanker Payudara Di Rumah

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul: “Hubungan Kemampuan Self Control dengan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Senam Kegel terhadap Kualitas Tidur Lansia yang Mengalami Inkontinensia Urine di Balai