• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Rā‘Inā dan Unzhurnā dalam Al-Qur’ān (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu Dalam Surah Al-Baqarah ayat 104)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Makna Rā‘Inā dan Unzhurnā dalam Al-Qur’ān (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu Dalam Surah Al-Baqarah ayat 104)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA RĀ‘INĀ DAN UNZHURNĀ DALAM AL-QUR’ĀN (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu dalam Surah Al-Baqarah

ayat 104)

Oleh

Widy Rizkania Sasmita NIM 190601047

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

TAHUN 2022

(2)

ii

MAKNA RĀ‘INĀ DAN UNZHURNĀ DALAM AL-QUR’ĀN (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu dalam Surah Al-Baqarah

ayat 104)

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Agama

Oleh

Widy Rizkania Sasmita NIM 190601047

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

TAHUN 2022

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vii

(7)

viii MOTTO

“Jika kamu berbicara tentang apa yang tidak penting bagimu, maka kamu telah diperdaya kalimat itu padahal kamu tidak mendapat

manfaatnya”.

“Imam Syafi’i”

(8)

ix

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibuku Hidrawati dan Bapakku Muhammad Sulhi, kedua saudaraku Muhammad Khaeril Huluq dan Muhammad Arsya Dhiaulhaq, Nenekku, serta keluarga besarku. Terimakasih banyak karena tiada henti-hentinya memberikan do’a dan dukungan untukku, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan jasa- jasa mereka dengan beribu-ribu keberkahan dan rahnat baik di dunia dan di akhirat.

Untuk semua guru dan dosenku, terimakasih telah membimbingku sampai detik ini.

almamaterku, untuk semua sahabat dan orang-orang terdekatku, serta orang-orang baik disekelilingku yang telah berjasa dalam hidupku. Terimakasih banyak.

(9)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN1

ARAB LATIN ARAB LATIN ARAB LATIN ARAB LATIN

أ

a/’

د

d

ض

Dh

ك

k

ب

b

ذ

dz

ط

Th

ل

l

ت

t

ر

r

ظ

Zh

م

m

ث

ts

ز

z

ع

ن

n

ج

j

س

s

غ

Gh

و

w

ح

h

ش

sy

ف

F

ـه

h

خ

kh

ص

sh

ق

G

ي

y

َ

...

اى.

ā (a panjang) contoh:

َ كِلا ملْا

: al-Mālik

َميى

.... ī (i panjang) contoh:

َ ممي ِحَّرلا

: ar-Rahīm

َموى

.... ū (u panjang) contoh

َ ر مو ف غ لا م

: al-Ghafūr

1 (Sesuai dengan SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan Menteri Kebudayaan RI No.158/1987 dan No. 0543b/U/1987 Tertanggal 22 Januari 1988

(10)

xi

KATA PENGANTAR

َِممي ِحََّرلاَ ِن ٰم محَّرلاَِ هاللَّٰ ِم مسب

Alhamdulillah, puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih SayangNya sehingga kita masih diberi kesempatan untuk berpijak di bumi-Nya, menghirup udara dariNya, merasakan setiap nikmat yang diberikan olehNya. Termasuk salah satu dari nikmat sehat dan kesempatan paling berharga bagi penulis sehingga mampu menyusun skripsi ini dan menggali sedikit ilmu tentang kitabNya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasihNya, utusan bagi seluruh umat manusia nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarga dan sahabat beliau, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam. Āmiin yā rabbal

‘alamiin.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari banyaknya kekurangan baik dari sistematika penulisan maupun bahasa yang digunakan. Namun, berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari beberapa pihak, akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya serta memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr.H. Syamsu Syauqani, Lc.M.A. sebagai Dosen Pembimbing 1 dan H.L.M. Fazlurrahman, Lc.MA. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dorongan serta koreksi mendetail secara terus menerus yang tidak pernah bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

2. Dr. Muhammad Sa’i, MA. dan Bapak Agam Royana, Lc., M.Ag.

selaku dewan penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyelesain skripsi ini.

3. Dr. H. Zulyadain, MA. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’ān

& Tafsir yang telah memberikan kesempatan dan selalu memotivasi;

4. Dr. Lukman Hakim, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, yang selalu memberikan arahan dan bimbingan;

5. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberikan wadah bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi

(11)

xii

bimbingan serta peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

6. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, dan sangat saya hormati yang tak henti-hentinya melimpahkan kasih sayangnya kepada saya, yang selalu tulus dalam mendoakan, memberi dukungan serta membimbing saya tanpa rasa bosan. Tanpa keduanya, penulis bukanlah apa-apa dan siapa-siapa.

7. Kepada orang-orang tersayang, seluruh keluarga dan saudara, orang terdekat, serta sahabat saya, yang selalu memberikan dukungan dan menjadi salah satu motivasi penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan IQT B 2019, serta teman-teman KKP Ijobalit 2022 yang telah banyak memberikan arti kebersamaan dan persaudaraan. Semoga kita semua mendapakan ridho dan ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

10. dan seterusnya.

Semoga amal dan kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis mengharapkan segala bentuk saran serta kritikan agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi, sehingga nantinya skripsi ini bermanfaat baik bagi diri saya pribadi, dan orang banyak. Āmiin yā Rabbal ‘alamiin.

Mataram 10 Januari 2023 Penulis

Widy Rizkania Sasmita

(12)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN AMPUL ... i

HALAMAN AJUDUL ... ii

HALAMAN LOGO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

PENGESAHAN ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 2

A. Latar Belakang Masalah ... 2

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat ... 3

D. Telaah Pustaka ... 4

E. Kerangka Teori ... 8

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II SEMANTIK AL-QUR’ĀN TOSHIHIKO IZUTSU ... 16

A. Teori Semantik Toshihiko Izutsu ... 16

1.Biografi dan Karya Toshihiko Izutsu ... 16

2.Teori Semantik Toshihiko Izutsu ... 18

B. Pengertian Semantik ... 21

(13)

xiv

BAB III DERIVASI KATA R‘IN DAN UNZHURN ... 26

A. Derivasi Kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam Al-Qur’ān ... 26

B. Analisis sintaksis kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam Al-Qur’ān . 31 BAB IV ANALISIS KATA RĀ ‘INĀ DAN UNZHURNĀ MENURUT TEORI SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU ... 36

A. Analisis Makna Dasar dan Makna Relasional ... 36

1.Makna Dasar Kata Rā ‘nā dan Unzhurnā ... 36

2.Makna Relasional Kata Rā ‘inā dan Unzhurnā ... 39

B. Analisis Makna Historis ... 60

1.Analisis Sinkronik ... 60

2.Analisis Diakronik ... 61

C.Weltanschauung ... 71

BAB V PENUTUP ... 75

A.Kesimpulan ... 75

B.Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 83

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 91

(14)

xv

MAKNA RĀ‘INĀ DAN UNZHURNĀ DALAM AL-QUR’ĀN (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu dalam Surah Al-Baqarah

ayat 104) Oleh:

Widy Rizkania Sasmita NIM 190601047

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memahami makna kosa kata yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’ān khususnya pada surah al-Baqarah ayat 104, sehingga dalam memahami makna kosa kata tersebut diperlukan adanya suatu analisis khusus yang berkaitan dengan makna. Dalam hal ini analisis kajian kebahasaan (linguistic) adalah salah satu cara yang dapat ditempuh dalam memahaminya. Analisis kebahasaan yang dapat digunakan adalah teori semantik al-Qur’ān yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu.

Dalam menerapkan teori semantik al-Qur’ān yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu, peneliti membaginya menjadi beberapa tahap. Tahap awal penelitian dimulai dengan menentukan kata kunci yang akan diteliti, disini peneliti memilih kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam surah al-Baqarah ayat 104 sebagai key term serta mengumpulkan kosa kata yang sama dalam al-Qur’ān yang dijadikan sebagai objek penelitian, kemudian dilakukan analisis makna dasar dan makna relasional, dilanjutkan dengan analisis makna historis (kesejarahan) yakni secara sinkronik dan diakronik, setelah semua tahap tersebut dilakukan maka hasilnya akan disimpulkan hingga membentuk makna weltanshauung (pandangan masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut).

Jenis penelitian ini mengunakan penelitian library research atau penelitian Pustaka. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, sedangkan metode analisis yang digunakan adalah metode tahlili dengan menggunakan pendekatan histori dan kebahasaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa al-Qur’ān dalam menggunakan kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam surah al-Baqarah ayat 104 merupakan perintah Allah SWT kepada manusia agar tidak sembarangan menggunakan kata atau kalimat dalam berbicara. Selain itu hendaknya manusia juga mampu memilah mana kata yang lebih baik dan sopan

(15)

xvi

maknanya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi orang-orang yang mendengar kata tersebut. Hal ini bertujuan agar tidak adanya penyelewengan terhadap makna kata atau kalimat yang diucapkan kepada makna-makna yang memiliki arti yang kurang baik.

Kata kunci: Rā‘inā, Unzhurnā, al-Qur’ān, semantik al-Qur’ān, Toshihiko Izutsu

(16)

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’ān adalah firman Allah SWT yang di dalamya banyak mengandung pokok-pokok ajaran Islam. Karena segala sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’ān tersebut dijadikan sebagai pedoman dan tuntunan dalam menjalankan kehidupan bagi seluruh manusia di muka bumi ini, khususnya bagi orang-orang Muslim.

Al-Qur’ān ialah mukjizat terbesar Islam yang kekal dan selaras dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta merupakan mukijzat yang sudah terjamin keasliannya hingga akhir zaman. Al-Qur’ān ialah kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril dengan menggunakan bahasa Arab. Kitab di turunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan situasi kondisi dan keadaan masyarakat Arab pada waktu itu. Sehingga hal tersebut jelas menunjukkan peran besar bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’ān.2

Bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Qur’ān memiliki tingkat kebalaghahan dan tingkat kefasihan yang tinggi. Karena itu banyak para sarjana Muslim berpandangan bahwa bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’ān yang paling murni.3 Setiap bahasa mempunyai sisi keindahan sastra yang memiliki ciri khas tersendiri. Begitu juga dengan bahasa Arab yang digunakan sebagai media dalam menyampaikan pesan-pesan yang terkandung di dalam al-Qur’ān. Dengan alasan tersebut, untuk memahami al-Qur’ān diperlukan adanya makna linguistik asli yang mempunyai makna ke-Arab-an. Sehingga makna al-Qur’ān tersebut sebelumnya harus dikumpulkan kemudian dipelajari konteksnya dan spesifik katanya dalam ayat-ayat al-Qur’ān.4

2Manna’ Khalīl Al-Qattān, Studi Llmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, (Bogor:

Litera Antarnusa, 2016), Cet. 17, hlm. 1.

3 Montgomerry Watt, Pengantar Studi Al-Qur’ān, terj. Taufik Adnan Amal, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 131.

4Yayan Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir Al-Qur’ān; Structural, Semantik, Semiotik, dan Hermeneutik (Bandung: CV Pustaka Setia,2013), hlm. 257.

(17)

3

Bahasa Arab yang digunakan dalam al-Qur’ān mengandung keindahan sastra yang tidak tertandingi oleh sastra manapun. Hal ini dibuktikan dengan adanya kejadian pada masa jahiliyah bahwa banyak para ahli kitab, para penyair dan para sastrawan yang mencoba menandingi bahasa yang digunakan dalam al-Qur’ān, namun mereka semua tidak mampu menandinginya karena syair-syair yang mereka ciptakan kalah dengan bahasa al-Qur’ān. Mereka memandang bahwa bahasa al- Qur’ān adalah bahasa dengan tingkat keindahan sastra tertinggi yang tidak akan mampu dikalahkan. Hal tersebut termaktub dalam al-Qur’ān surah Al-Isrā’ [17]: (88).

َا ذ هَ ِل مثِمِبَامو تأ يَ من اَىل عَ ُّن ِجملا وَ سمنملااَ ِت ع م تمجماَ ِنِئ لَمل ق

َمو ل وَ ِهِل مثِمِبَ نمو تما ي لاَ ِنآمر قملا

﴿َاًرمي ِه ظَ ٍضمع بِلَ مم ه ضمع بَ نا ك ٨٨

“Katakanlah,”Sesungguhnya jika mansia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’ān, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling bantu satu sama lain.”5

Memahami bahasa Arab juga salah satu cara yang dapat memudahkan dalam memahami isi kandungan yang terdapat dalam al-Qur’ān. Dengan mempelajari bahasa tersebut setidaknya kita bisa mengartikan kosa kata yang terdapat dalam al-Qur’ān. Walaupun tidak sedikit pula pembaca merasa kesulitan dalam mengartikannya.

Padahal seperti yang kita ketahui, setiap kata yang terkandung dalam al-Qur’ān masih berbentuk bahasa Arab. Terkadang juga, arti kosa kata yang ditemukan tidak selalu sama dengan makna tersirat yang dimaksudkan oleh Allah SWT dalam firmanNya tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan kajian lebih mendalam lagi mengenai kosa kata yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’ān agar kita mengetahui dan mampu mendapatkan sebuah arti atau makna kata yang sebenarnya.

Allah berfirman dalam QS. Yusuf [12]:2

5QS. Al-Isrā’ [17]:88). Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’ān dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’ān,2019), hlm. 406.

(18)

4

﴿َ نمو ل ِقمع تَمم كَّل ع لَاًي ِب ر عَاًنء مر قَ هنمل زمن اآ نِا ٢

”Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’ān berbahasa Arab agar kamu mengerti”.6

Berdasarkan ayat tersebut, bahwa sangat perlu untuk mengkaji makna-makna yang terdapat dalam al-Qur’ān, mengingat ia diturunkan dalam bahasa Arab. Begitu juga dengan ayat-ayat khusus menceritakan kejadian tertentu, memerlukan pemahaman yang menyeluruh agar umat Islam dapat mengambil ibrah dari penjelasan tersebut. Bahkan di dalam al-Qur’ān seringkali ditemukan ayat-ayat yang mubham, musytarak, mutasyābihāt. Ayat seperti inilah yang masih perlu untuk dijelaskan secara jelas dan lebih dalam lagi.

Salah satunya dengan cara memahami ilmu linguistik agar mampu menemukan makna yang sesuai dan tepat.

Dengan alasan tersebut lahirlah beragam pendekatan dalam menafsirkan al-Qur’ān. Hal ini dibuktikan dengan munculnya beragam corak penafsiran serta metode penafsiran yang berkembang sesuai dengan keadaan zaman, mulai dari tafsir klasik sampai dengan tafsir kontemporer. Dalam konteks zaman era modern saat ini, para mufasir dan pemikir Islam mulai memfokuskan metode tafsirnya ke dalam aspek kebahasaan. Di antaranya: Amin al-Khūlī dalam kitabnya Manāhij Tajdīd dan Bintu Syāti’ dalam tafsir bayani, Nasr Hamid Abu Zaid dan Muhammad Syahrur dengan Hermeneutik linguistiknya, serta Thosihiko Izutsu pada kajian semantik historis kebahasaan al-Qur’ān, dan masih banyak lagi.7

Amin al-Khūlī misalnya menegaskan, bahwa pendekatan bahasa dan sastra adalah langkah pertama yang harus dilalui para peneliti jika ingin mengenal dan memahami makna al-Qur’ān secara mendalam. Setelah itu, beralih ke pendekatan-pendekatan yang lain, seperti ilmu sejarah, ilmu sosial, ilmu sains, ilmu psikologi serta ilmu

6QS. Yusuf [12]:2). Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’ān dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaan, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’ān,2019), hlm. 325.

7Fauzan Azima, Semantik Al-Qur’ān: Sebuah Metode Penafsiran, Tajdid, 1 (1) April 2017, hlm. 45.

(19)

2

lainnya.8 Dengan demikian, kajian kebahasaan dan kesusteraan (Arab) menjadi suatu hal yang sangat penting dalam mempelajari, mendalami dan memahami makna-makna dan isi yang terkandung dalam al- Qur’ān.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, salah satu pendekatan bahasa yang dapat digunakan untuk memahami dan mempelajari aspek kebahasaan al Qur-an ialah Semantik. Secara umum, semantik ialah salah satu ilmu bahasa atau kajian kebahasaan yang di dalamnya membahas mengenai makna, baik dalam susunan analisis morfologi, fonologi, ataupun sintaksis.9

Semantik dalam hal ini, ingin menjelaskan pentingnya memahami gagasan al-Qur’ān yang terpisah guna menempuh gagasan totalnya (pandangan dunianya). Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana menangkap pandangan dunia al-Qur’ān sebagaimana hubungannya dengan salah satu fungsi al-Qur’ān yakni sebagai hidayah (petunjuk).

Ilmu ini menjelaskan mengenai pemaknaan al-Qur’ān secara perkata yang bersifat spesifik dan terfokus pada suatu kata tertentu yang mengandung makna dan suatu konsep yang didapatkan dari al- Qur’ān. Ilmu ini juga disebut sebagai salah satu ilmu kebahasaaan yang di dalamnya menjelaskan makna sebuah ungkapan dalam bahasa.10

Dalam konteks al-Qur’ān, ilmu ini digunakan untuk memahami makna kata yang terdapat di dalamnya, khususnya yang berkaitan dengan makna kata yang sulit untuk dipahami. Dengan analisis semantik akan mudah memahami maksud kata perkata yang sulit dipahami.

Dengan demikian, semantik sangat tepat dijadikan sebagai salah satu pendekatan penafsiran dan penelitian dalam menjelaskan suatu makna kata. Tujuannya tersebut digunakan untuk menguatkan

8Syafaatun Almirzanah, Pemikiran Hermeneutika dalam Tradisi Islam: Reader, (Yogyakarta: Uiniversitas Islam Sunan Kalijaga, 2011), hlm. 231.

9Ahmad Mujahid, “Makna Sinkronik-Diakronik Kata ‘Usr dan Yusr dalam Surah Al- Insyirah”, Relegia Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 22.1 (2019), hlm. 97-114.

10Fauzan Azima, Semantik Al-Qur’ān; Sebuah Metode Penafsiran…, hlm. 48-49.

(20)

3

dasar pemahaman mengenai konsep-konsep al-Qur’ān yang dijalankan oleh berbagai pendekatan dan metode dalam penafsiran.11

Banyak yang menjadikan al-Qur’ān sebagai objek dalam kajian semantik, khususnya oleh para ahli dan banyak juga dari mereka yang melahirkan sejumlah karya mengenai hal tersebut. Salah satu tokoh terpenting dalam kajian semantik ialah Toshihiko Izutsu dalam berbagai karyanya. Ia adalah salah satu pakar keilmuan yang dalam pengkajiannya tentang al-Qur’ān konsisten menerapkan analisis semantik. Karyanya yang sangat monumental dalam bidang al-Qur’ān berisi tentang analisis semantik yang tajam, ketat dan diperkaya dengan data.12

Meskipun banyak para pengkaji al-Qur’ān yang telah lahir, baik dari berbagai kalangan Muslim ataupun non-Muslim. Namun hanya karya Izutsu lah yang sudah menunjukkan bahwa semantik adalah salah satu pendekatan yang memberikan kesan berbeda, juga sebagai bahan metodologis dalam mengungkapkan konsep yang mendalam dan detail mengenai makna yang terkandung di dalam al- Qur’ān.13

Dalam kaitannya dengan al-Qur’ān menurut pandangan Izutsu, menciptakan keberadaan hidup yang dinamis yang diperoleh dari al- Qur’ān dengan menelaah dan menguraikan ilmu tentang tata cara yang berhubungan dengan konsep-konsep dasar, yakni konsep yang menjadikan peran sebagai alat penentu dalam membentuk visi Qurani terhadap segala sesuatu.14

Dengan demikian, dalam pengkajian tafsir al-Qur’ān diperlukan alat bantu kajian analisis kebahasaan atau linguistik, yakni ilmu semantik. Salah satu teori yang bisa digunakan adalah teori semantik al-Qur’ān Toshihiko Izutsu yang diambil dari salah satu karyanya yaitu Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap al-Qur’ān.

11Rahtikawati, Metodologi Tafsir Al-Qur’ān…, hlm. 258.

12Siti Fatimah, “Al-Qur’ān dan Semantik Toshihiko Izutsu: Pandangan dan Aplikasi dalam Pemahaman Konsep Maqam”, Institute Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Vol. 3, No. 2, 2020, hlm. 115.

13Rahtikawati, Metodologi Tafsir Al-Qur’ān …., hlm. 242.

14Ibid., hlm. 243.

(21)

4

Al-Qur’ān mengandung banyak aspek yang menarik untuk dikaji dan diteliti, salah satunya yakni aspek semantik. Semantik menjadi salah satu pendekatan dalam mengungkap ide yang terdapat di dalam al-Qur’ān yang dengan itu melahirkan berbagai pandangan dan cara berfikir baru seseorang dalam membaca, mengungkap serta menganalisis objek yang hendak dikaji didalam al-Qur’ān.

Salah satu contohnya yaitu ketika melihat ke dalam al-Qur’ān kemudian menelaah istilah-istilah yang terdapat di dalamnya, maka dari sudut penglihatan akan ditemukan dua hal, yang pertama akan terlihat sangat nyata dan seringkali sangat dangkal dan biasa untuk dijelaskan, dan yang kedua mungkin saja sekilas terlihat begitu tidak jelas. Sisi yang nyata dari persoalan tersebut ialah bahwa masing- masing dari kata secara individual diambil terpisah, sehingga akan memiliki makna dasar atau memiliki kandungan kontekstualnya tersendiri yang akan selalu menempel dari kata yang kita ambil walaupun diambil dari luar konteks al-Qur’ān.15

Sebagai contoh, dalam surah al-Baqarah ayat 104 terdapat dua kata yang mengandung makna yang sulit dipahami. Bahkan perlu pemahaman yang mendalam agar bisa mengetahui maksud yang terkandung dari kata tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya sebuah analisis untuk dapat mengetahui makna yang sebenarnya dari kata yang sulit dipahami tersebut. Karena tidak cukup hanya dengan mencari terjemahan kata maupun ayatnya saja. Oleh karena itu salah satu metode yang tepat untuk mengkaji makna dari suatu kata yang terkandung pada ayat-ayat al-Qur’ān ialah dengan menggunakan metode analisis semantik.

Dalam ayat tersebut, terdapat kata Rā‘inā dan Unzhurnā yang mengandung makna yang masih sulit dipahami dan perlu analisis secara mendalam agar dapat mengerti apa makna yang sebenarnya dari kata tersebut, sehingga dengan begitu akan lebih mudah untuk bisa mengetahui maksud yang terkandung dalam ayat surah al-Baqarah ayat 104 tersebut. Oleh Karena itu, dalam hal ini diperlukan analisis lebih

15Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pndekatan Semantik Terhadap Alqur’an, terj. Agus Fahri Husein, dkk (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm. 11.

(22)

5

dalam dan tepat agar mudah memahami makna dari kata tersebut. Yaitu salah satunya dengan menggunakan analisis semantik.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis memfokuskan kajiannya hanya pada dua kata tersebut, yaitu kata Rā‘inā dan Unzhurnā. Di sini penulis akan mencoba menganalisis makna kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam surah al-Baqarah ayat 104 tersebut.

Sebagaimana yang diketahui asbabun nuzul dari ayat tersebut yakni, salah satu riwayat menyebutkan bahwa ada dua orang Yahudi yang bernama Malik bin ash-Shaif dan Rifa’ah bin Zaid, apabila mereka bertemu dengan Rasulullah SAW. mereka mengatakan: “Rā‘inā sam’aka wasma; ghaira musma’in”. Dalam pandangan kaum Muslimin, mereka mengira bahwa kata-kata tersebut merupakan salah satu ucapan penghormatan ahli kitab kepada Nabi nya. Kemudian kaum Muslimin ikut mengucapkan kata tersebut. Maka turunlah ayat tersebut sebagai larangan Allah agar tidak meniru apa yang dilakukan kaum Yahudi.

Rā‘inā memiliki arti sudilah sekiranya kamu memperhatikan kami. Di saat para sahabat menggunakan kata-kata tersebut kepada Nabi, kaum Yahudi juga ikut mengunakan kata yang sama seolah menyebut rā’inā, padahal yang dikatakan oleh mereka adalah ru’ūnah, yang memiliki arti sangat bodoh. Hal ini diungkapkan sebagai suatu ejekan terhadap Rasulullah SAW. Kerena itulah dalam ayat ini, Allah memberikan petunjuk agar kaum Muslimin mengganti kata Rā‘inā dengan kata Unzhurnā, yang memiliki arti yang sama dengannya.16

Peneliti sangat tertarik dengan penggunaan kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam ayat tersebut. Karena di dalam ayat tersebut Allah SWT pada saat itu melarang umat Islam untuk menggunakan kata Rā‘inā dan diganti dengan kata Unzhurnā yang diketahui kata tersebut memiliki arti yang sama. Apakah terdapat pergeseran makna dari kata tersebut sehingga Allah SWT melarang kaum muslimin pada waktu itu untuk mengucapkan kata tersebut? Juga apakah setelah turunnya ayat tersebut kata Rā‘inā masih digunakan ataukah sudah mengalami pergeseran makna dan diganti dengan kata yang memiliki arti yang

16Shaleh Dahlan, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al- Qur’ān, (Bandung:CV Penerbit Dipenegoro,2011), Cet.10, hlm. 28.

(23)

6

sama dengannya. Sehingga hal inilah yang ingin peneliti kaji lebih dalam lagi dengan menggunakan metode semantik Toshihiko Izutsu.

Pada umumnya, kajian penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’ān biasanya mengunakan metode tafsir tematik atau maudhu’i dengan mengkaji sesuai tema dan lebih fokus kepada kandungan ayat secara menyeluruh, jarang sekali memfokuskan kajiannya pada analisis kata yang terdapat dalam ayat tersebut, sehingga peneliti tertarik melakukan pengkajian lebih dalam lagi dengan menggunakan analisis semantik Toshihiko Izutsu.

Doktor Machasin dalam kata pengantar buku Toshihiko Izutsu yang berjudul Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’ān mengungkapkan pandangannya mengenai teori semantik Izutsu bahwa,

Perbedaaan pendekatan Izutsu dengan kaum muslimin pada umumnya dalam pendekatan tematik untuk mengkaji al-Qur’ān ada pada usaha untuk menangkap konsep al-Qur’ān mengenai tema tertentu, sedangkan Izutsu berusaha untuk menangkap pandangan dunia (weltanschauung) al-Qur’ān melalui analisis terhadapt istilah- istilah kunci yang dipakai oleh kitab suci ini. Selain itu pendekatan semantik Izutsu ini relatif baru dalam kajian al-Qur’ān yakni penggunaan data-data yang tersimpan dalam khazanah sastra Arab klasik terutama dari masa sebelum Islam.

Penggunaan teori analisis semantik Toshihiko Izutsu ini belum banyak digunakan sebagai teori penelitian di UIN Mataram, khususnya di Program Studi Ilmu al-Qur’ān dan Tafsir. Sehingga peneliti berharap hasil dari penelitian ini nantinya mampu menjadi sumbangan pemikiran baru dalam kajian tafsir di Program Studi Ilmu al-Qur’ān dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Mataram.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis makna kata Rā‘inā dan Unzhurnā dengan menggunakan salah satu metode pendekatan linguistik, yaitu dengan menggunakan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu.

(24)

3 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut disini penulis mendapatkan inspirasi untuk mengangkat permasalahan analisis kajian semantik ini khususnya dalam dua kata tersebut yakni, kata

“Rā‘inā dan Unzhurnā” yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini.

Sehingga penelitian ini tidak meluas ke ranah pembahasan yang lainnya, dalam kajian ini, penulis merumuskan masalah-masalah tersebut ke dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab dan dibahas melalui telaah mendalam. Di antara pertanyaan tersebut adalah:

1. Bagaimana makna dasar dan relasional kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam al-Qur’ān menurut analisis semantik Toshihiko Izutsu dalam Q.S al-Baqarah ayat 104?

2. Bagaimana perkembangan makna kata Rā‘inā dan Unzhurnā ditinjau dari analisis sinkronik dan diakronik semantik Toshihiko Izutsu dalam Q.S al-Baqarah ayat 104?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini diantaranya:

1. Tujuan penelitian

Tujuan yang akan dicapai pada peneltian ini adalah:

a. Untuk mengetahui makna dasar dan relasional dari kata rā’ina dan Unzhurnā dalam al-Qur’ān surah al-Baqarah ayat 104 menurut analisis semantik Toshihiko Izutsu.

b. Untuk mengetahui perkembangan makna kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam al-Qur’ān surah al-Baqarah ayat 104 ditinjau dari analisis sinkronik dan diakronik semantik Toshihiko Izutsu.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:

a. Manfaat teoritis

1) Harapannya tulisan ini mampu memberikan sumbangan pemikiran yang bersifat positif untuk perkembangan dan kemajuan instansi terkait.

2) Diharapkan bermanfaat sebagai bahan acuan, refrensi ataupun lainnya, khususnya mengenai kajian semantik

(25)

4

baik bagi peneliti ataupun penulis lain yang ingin memperdalam kajian terhadap al-Qur’ān.

3) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan operasional dalam kegiatan studi terhadap ayat-ayat al- Qur’ān dan tafsir.

4) Hasil penelitian ini mampu menambah khazanah keilmuan dan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya khususnya ilmu keislaman.

b. Manfaat praktis

1) Harapannya tulisan ini mampu memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan dan kebahasaan khususnya dalam bentuk pembelajaraan ilmu bahasa dan sastra Arab.

2) Sebagai sarana untuk meningkatkan minat terhadap pengkajian dalam ilmu bahasa Arab khususnya dalam bidang ilmu linguistic (ilmu lugah).

3) Sebagai bahan rujukan bagi pembaca dalam kajian al- Qur’ān dan tafsir.

D. Telaah Pustaka

Setelah melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan objek penelitian ini, penulis menemukan beberapa literatur terkait baik yang berupa artikel, skripsi, maupun karya tulis ilmah lainnya yang memang sudah membahas tentang semantik itu sendiri. Pengkajian terhadap berbagai literatur ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penelitian dan kajian tentang makna kata Rā‘inā dan Unzhurnā telah dilakukan oleh peneliti yang lain. Sehingga nantinya tidak ada kajian yang sama. Namun dari hasil penelusuran yang penulis lakukan, nampaknya belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang makna kata Rā‘inā dan Unzhurnā pada surah al-Baqarah ayat 104 dengan analisis semantik. Adapun penelitian yang berkenaan dengan pembahasan mengenai semantik itu sendiri diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Saiful Fajar, Konsep Syaithān dalam al- Qur’ān (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu), penelitian ini

(26)

5

membahas tentang kata syaitān yang memiliki arti jauh. Dalam al- Qur’ān kosa kata syaithān merupakan makna kata yang buruk bagi manusia. Yakni, mengandung pengertian menganggu dan menjadikan manusia saling bermusuhan dan menjauhkan manusia dari Allah SWT.17

2. Tesis yang ditulis oleh Namirotu Qubaiyah, kata Aurat dalam al- Qur’ān (Kajian Semantik Perspektif Toshihiko Izutsu), penelitian ini membahas tentang makna dasar aurat yang berarti kemaluan atau sesuatu yang harus ditutupi. Sedangkan jika dianalisis secara rasional dengan pendekatan sintagmatik dan paradigmatic makna aurat disini berarti terbuka, rawan (kosong), dan aurat atau anggota tubuh yang harus ditutupi.18

3. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Munadi Tauhid, Rijal dalam al-Qur’ān (kajian semantik), skripsi ini memfokuskan kajiannya pada makna kata Rijal dalam analisis semantik.

4. Jurnal yang ditulis oleh Marjiatun Hujaz, Nur Huda, dan Syihabudin Qalyubi. Analisis Semantik Kata Zawj dalam al-Qur’ān, tulisan ini membahas makna kata Zawj dalam al-Qur’ān dengan analisis semantik.

5. Skripsi yang ditulis oleh Nunis Fitria, Kajian Semantik terhadap kata Shabr dalam al-Qur’ān. Skripsi ini memfokuskan kajiannya semantik terhadap kata Shabr dalam al-Qur’ān yakni, makna dasar dari Shabr adalah bertahan, sedangkan makna relasional dari kata Shabr itu sendiri sangatlah beragam, sesuai dengan penempatan kata tersebut.

6. Skripsi yang ditulis oleh Lailatul Mubarokah. Konsep Makna Hanif dalam al-Qur’ān (Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu).

Tulisan ini memfokuskan kajiannya pada kata Hanif yang terdapat dalam al-Qur’ān dengan analisis semantik Toshihiko Izutsu.

Untuk mempermudah dalam menganalisis persamaan dan perbedaanya, maka disini peneliti merumuskannya dalam tabel berikut.

17 Saiful Fajar, “Konsep Syaitān dalam Al-Qur’ān (Kajian Analisis Semantik), (Skripsi, FUSA, UIN Syarif Hidayatullah, 2018), hlm. 69.

18 Namirotu Qubaiyah, “Kata Aurat dalam Al-Qur’ān Kajian Semantik Toshihiko Izutsu, (Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2017), hlm. 98.

(27)

6 Tabel 1.1

Persamaan, Perbedaan dan Posisi Penelitian Penulis dengan Penelitian Terdahulu

No Nama dan Judul Penelitian

Persamaan Penelitian

Perbedaaan Penelitian

Posisi Penelitian

1 Saiful Fajar, dengan judul

“Konsep Syaitān dalam al-Qur’ān (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu).

Sama-sama membahas tentang kajian analisis semantik.

Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada analisi semantik makna Syaitān dalam al-Qur’ān.

Posisi peneltian penulis dengan penelitian Saiful Fajar yakni memperluas penelitian tersebut.

2 Namirotu Qubaiyah, dengan judul

“Kata Aurat dalam al- Qur’ān Kajian Semantik Toshihiko Izutsu”.

Sama-sama membahas tentang kajian analisis semantik.

Perbedaannya penelitian ini terfokus pada analisis kata Aurat yang terdapat dalam al- Qur’ān.

Posisi penelitian penulis dengan penelitian Namirotu Qubaiyah yakni memperluas penelitian tersebut

3 Muhammad Munadi, dengan judul

“Rijal dalam al-Qur’ān kajian semantik”.

Sama-sama membahas tentang kajian terhadap analisis Semantik.

Penelitian ini memfokuskan kajiannya terhadap kata Rijal yang

terdapat dalam al- Qur’ān.

Posisi penelitian penulis dengan penelitian Muhammad Munadi yakni memperluas penelitian tersebut.

4 Marjiatun Hujaz, dengan judul “Analisis Semantik Kata

Sama-sama menggunakan analisis

semantik dalam

Perbedaan dalam penelitian ini ialah penelitian ini terfokus pada

Posisi penelitian penulis dengan penelitian Marjiatun Hujaz

(28)

7

Dari beberapa karya tulis yang telah disebutkan di atas bahwa menunjukkan adanya beberapa kesamaan yakni sama-sama membahas kajian analisis semantik. Adapun letak perbedaannya dengan penelitian ini yakni, disini peneliti memfokuskan kajian penelitiannya terhadap makna Rā‘inā dan Unzhurnā yang terdapat dalam Q.S al-Baqarah ayat 104. Sehingga posisi penelitian ini ialah memperluas dari kajian penelitian sebelumnya, yaitu melakukan kajian terhadap analisis semantik namun berfokus pada makna kata yang berbeda.

Zawj dalam al- Qur’ān.

penelitian terhadap makna kata dalam al- Qur’ān.

kata Zawj dalam dalam al-Qur’ān.

yakni memperluas penelitian tersebut.

5 Nunis Fitria, dengan judul

“Kajian Semantik terhadap kata Shabr dalam al-Qur’ān”.

Sama-sama menggunakan kajian analisis semantik terhadap makna kata dalam al- Qur’ān.

Penelitian ini memfokuskan analisis semantik terhadap kata Shabr yang terdapat dalam al- Qur’ān.

Posisi penelitian penulis dengan penelitian Nunis Fitria yakni memperluas penelitian tersebut.

6 Lailatul Mubarokah, dengan judul

“Konsep Makna Hanif dalam al- Qur’ān Kajian Analisis Semantik Toshihiko Izutsu”.

Sama-sama menggunakan Analisis Semantik dalam mengkaji makna kata yang terdapat dalam al- Qur’ān.

Perbedaan dalam penelitian ini ialah penelitian ini memfokuskan kajiannya

terhadap kata Hanif yang terdapat dalam al- Qur’ān.

Posisi penelitian penulis dengan penelitian Lailatul Mubarokah yakni memperluas penelitian tersebut.

(29)

8 E. Kerangka Teori

Semantik diambil dari bahasa Yunani, yakni semantikos yang memiliki arti to signify atau yang berarti memakai.19 Dapat juga diambil dari kata sema yaitu tanda atau lambang.20 Istilah tersebut digunakan oleh para pakar bahasa (linguis) dalam menyebutkan bagian ilmu bahasa (linguistic) yang didalamnya mempelajari tentang makna.21 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), semantik ialah ilmu mengenai kata dan makna untuk mengetahui asal usul kata serta pergeseran makna kata.22 Secara etimologi semantik memiliki arti ilmu yang berkaitan dengan makna dengan arti yang luas, sehingga segala sesuatu yang memiliki makna bisa dikatakan dengan semantik.23

Kata semantik disepakati sebagai istilah dalam bidang ilmu bahasa yang membahas dan mempelajari tentang makna atau arti yang meliputi salah satu tatanan analisis bahasa yakni, fonologi, gramatika dan semantik. Dalam pengertian luas, semiotik mencakup tiga bahasan pokok, yakni sintaksis, semantik dan paragmatik.24

Semantik disepakati sebagai salah satu istilah yang diterapkan dalam domain linguistik secara spesifik menelaah makna tanda-tanda lingusitik dan analisis makna bahasa pada tataran morfologi, sintaksis, pragmatik, serta kontribusi fonologi dalam menguraikan makna.25

Semantik merupakan bagian dari ilmu linguistik, sebagaimana bunyi dan tata bahasa semantik memiliki posisi tertentu. Para ahli bahasa mengartikan semantik sebagai bagian dari ilmu linguistik yang membahas keterkaitan antara tanda-tanda linguistic dengan sesuatu

19Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna, (Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2008), hlm. 15.

20 Abdul Chair, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta 2002), hlm. 2.

21 Fatimah Djajasudarma, Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal (Bandung:

PT Refika Ditama, 2016), hlm. 1.

22Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,2009), hlm. 850.

23Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Terj.Agus Fajhri Husein (Dkk), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 2.

24 Sarwiji Suwandi, Semantik: Pengantar Kajian Makna (Yogyakarta: Media Perkasa, 2022), hlm. 2.

25 Mohammad Kholison, Semantik Bahasa Arab; Tinjauan Hostoris, Teoritik, dan Aplikatif ((Malang: CV Lisan Arabi, 2016), hlm. 6.

(30)

9

yang ditandai. Tanda lingustik terbagi menjadi dua komponen.

Pertama, yaitu komponen yang mengartikan yang terbentuk dalam bunyi bahasa yang lebih dikenal dengan tanda atau lambang. Kedua, yaitu komponen yang diartikan, atau bisa disebut juga dengan makna yang muncul karena komponen pertama yang dikenal dengan refren atau yang ditunjuk.26

Seiring dengan berkembangnya berbagai kajian semantik, semantik ini juga digunakan dalam menganalisis dan mengkaji berbagai literatur klasik, salah satunya yaitu al-Qur’ān. Al-Qur’ān yang merupakan salah satu literatur klasik yang memiliki begitu banyak keindahan bahasa dan mengandung banyak nilai-nilai sastra dan budaya menjadi salah satu suatu yang menarik bagi para pengkaji dan peneliti dikarenakan semantik merupakan salah satu pendekatan yang mampu mengungkap makna dari ayat al-Qur’ān.

Bahkan dalam studi penafsiran al-Qur’ān banyak para mufasir yang dalam penafsirannya menggunakan methode kebahasaan dalam menafsirkan al-Qur’ān. Tidak Sedikit pula para pengkaji dan peneliti yang mengunakan analisis semantik dalam mengungkapkan makna- makna yang terdapat dalam al-Qur’ān. Salah satunya yaitu Toshihiko Izutsu yang menerapkan methode semantik dalam kajiannya terhadap al-Qur’ān bahkan Izutsu banyak memunculkan karya-karya nya dalam bidang semantik.

Diantara karya-karyanya adalah; Concept of Belief in Islamic Theology (1980), Ethico Religious Concepts in The Qur’an (1996), Sufism and Taoism: A Comparative Study Of Key Philosophical Concepts (1984), God And Man In The Koran (1980), Creation And The Timelles Order Of Things: Essays In Islamic Nystical Philosophy (1994), Toward A Philosophy Of Zen Buddishm (2001), Language And Magic. Studies in The Magical Function of Speech (1956), Keio Intitute of Philological Studies.27

Semantik dalam pandangan Izutsu adalah kajian analisis khusus terhadap istilah-istilah kunci bahasa dengan pandangan yang hasilnya akan melahirkan pengertian konseptual atau pandangan orang yang

26Abdul Chair, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia…, hlm. 2.

27Derhana Bulan Dalimunthe, “Semantik Al-Qur’ān; Pendekatan Semantik Al- Qur’ān Toshihiko Izutsu”, Potret Pemikiran, Vol.23, No.1, 2019, hlm. 8.

(31)

10

mengunakan bahasa tersebut. Istilah ini sering disebut dengan Weltanschauung. Tidak hanya sebagai alat berfikir dan berbicara, namun juga tentang konsep penafsiran yang ada didalamnya. Adapun pokok yang terkandung dalam makna kata tersebut dijelaskan melalui beberapa langkah berikut:

1. Menentukan kata yang akan diteliti makna dan konsepnya yang bisa disebut dengan kata kunci.

2. Mengungkapkan makna dasar dan makna relasional dari kata kunci tersebut.

3. Mengungkapkan sisi historis dari kata tersebut dalam hal ini disebut dengan semantik historis.

4. Mengungkapkan sejarah kata yang diketahui makna dan konsep apa saja yang terkandung dalam kata kunci tersebut.28

Dengan demikian, semantik al-Qur’ān dapat memberikan suatu pemahaman baru terkait tentang sesuatu yang disuguhkan oleh al- Qur’ān itu sendiri kepada ummat manusia yang tujuan salah satunya yaitu mampu mengimplementasikan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya. Karena, pemaknaan suatu kata tidak terlepas dari kajian tentang bahasa dari kata tersebut. Dalam hal ini, al-Qur’ān mengungkapkan makna tersendiri dalam menjelaskan atau menyingkap sebuah makna yang sedikit berbeda dengan kata yang dipahami oleh masyarakat Arab sebelumnya, mengingat al-Qur’ān itu diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab juga diwilayah bangsa Arab pada waktu itu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis semantik dengan pengaplikasian teori Toshihiko Izutsu dalam melakukan kajian analisis makna kata Rā‘inā yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 104, diantara teori tersebut ialah:

1. Makna Dasar dan Makna Relasional29

Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah mencari makna dasar dan makna relasional dari key term kata rā‘inā. Makna dasar ialah makna yang mempunyai kandungan kontekstualnya

28 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, terj. Agus Fakhri Husein (Dkk), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2003), hlm. 18-24.

29 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Terj. Agus Fakhri Husein (Dkk), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2003), hlm. 11.

(32)

11

tersendiri yang selalu melekat pada kata tersebut meskipun kata tersebut diambil dari luar konteks al-Qur’ān nya dan tetap mempertahankan makna fundamentalnya.30 Sedangkan makna relasional ialah sesuatu makna yang konotatif,31 yang ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata tersebut dalam posisi yang khusus.32

Untuk meletakkan makna relasional dari kata Rā‘inā tersebut, disini peneliti akan menggunakan analisis sintamatik dan paradigmatik. Analisis sintagmatik ialah analisis yang berusaha menentukan makna suatu kata dengan cara memperhatikan kata- kata yang ada di depan dan di belakang kata yang menjadi key term.

Sedangkan analisis paradigmatik ialah analisis yang mengkomparasikan kata atau konsep tertentu dengan kata atau konsep lainnya yang mirip atau bertentangan.

2. Kajian Historis Makna

Dalam melakukan penelusuran terhadap perubahan makna kata, Izutsu menerapkan analisis sinkronik dan diakronik. Analisis sinkronik adalah suatu system kata yang statis. Sedangkan diakronik adalah pandangan terhadap bahasa yang prinsipnya menitikberatkan pada unsur waktu.33 Dalam analisi diakronik tersebut Izutsu menggunakan kajian historis yang dibagi dalam tiga periode waktu yaitu, sebelum turunya al-Qur’ān (pra Qur’anik),

30 Izutsu memberikan contoh sederhana, kata kitāb, misalnya, makna dasarnya baik yang ditemukan dalam Alquran maupun diluar Alquran sama, yakni memiliki makna kitab.

31 Izutsu memberikan contoh kata yaum yang makna dasarnya adalah “hari”. Izutsu menentukan medan makna khusus dari kata yaum tersebut berdasarkan kata-kata pada ayat dalam Alquran yang merujuk langsung pada kiamat dan pengadilan terakhir, seperti qiyāmah “kiamat”, ba’th “kehidupan (setelah mati)”, dīn “pengadilan (terakhir)”, hisāb

“perhitungan”, dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut bisa kita sebut sebagai medan eskatologis. Kata yaum mungkin dengan makna persisnya –mungkin kita akan menyatakan netral-“hari” dalam situasi biasa; pertama kita melihat variasi bentuk asosiasi konseptual yang mengelilingnya dan konsep “hari” ini sedikit ditandai dengan warna eskatologis.

Pendek kata, al-yaum “hari” dalam medan khusus ini bukanlah hari biasa, tetapi hari akhir, yaitu hari pengadilan

32 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Terj. Agus Fakhri Husein (Dkk), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2003), hlm. 12.

33 Ibid., hlm. 32.

(33)

12

masa turunya al-Qur’ān (Qur’anik), dan setelah turunya al-Qur’ān (pasca Qur’anik).34

3. Weltanschauung

Weltanschauung ialah tujuan akhir dari teori semantik yang dikemukakan oleh Izutsu. Menurutnya, inti utama teori semantik al-Qur’ān yang dikembangkan olehnya tersebut untuk menganalisis weltanschauung (pandangan dunia) al-Qur’ān melalui kosa katanya. Dalam pendangannya, Izutsu mengemukakan semantik ialah kajian analitik mengenai istilah- istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya akan sampai kepada suatu pengertian yang konseptual weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir, tetapi juga yang lebih penting, tentang pengonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya.35

F. Metode Penelitian

Metode diambil dari bahasa Yunani yaitu “methodos” yang memiliki arti “cara atau jalan”. Didalam bahasa Inggris ditulis dengan

‘method’ dan bahasa Arab disebut dengan “thariqah” dan “manhaj”.36 Metodolologi juga disebut dengan methodologia yang diartikan sebagai teknik atau prosedur. Metodologi mengarah kepada alur pemikiran yang umum dan menyeluruh (general logic) dan gagasan yang teoritis (theoretic perpectives). Sedangkan penelitian berasal dari kata dasar

“teliti” yang berarti “cermat, seksama, dan hati-hati”. Dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan “research” dan dalam bahasa Arab biasa disebut dengan )ثحبلا( “al-bahts”.37

34 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, terj. Agus Fakhri Husein (Dkk), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,1997), hlm. 35.

35 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia…., hlm. 3.

36Nashruddin Baidan, Metodologi Penelitian Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2016), hlm. 13.

37Ibid., hlm. 15.

(34)

13

Dengan demikian, bisa ditarik sebuah pengertian metodologi penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang terstruktur dan sistematis serta memiliki tujuan baik secara teoritis maupun praktis.38

1. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kajian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan interpretatif yaitu meliputi kajian historis dan kebahasaan. Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif yang menggunakan dokumentasi kepustakaan.

Substansi dari penelitian kepustakaan ini terletak pada muatan yang ada didalamnya, yaitu lebih banyak mengandung hal yang bersifat teoritis, konseptual, serta gagasan dan ide-ide.39 Pada penelitian kepustakaan ini data-data yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian ini bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku, kamus, majalah serta bersumber dari berbagai literature yang ada baik berupa artikel, jurnal, skripsi serta karya tulis ilmiah lainnya.

2. Sumber Data

Adapun dalam penelitian ini, peneliti membagi sumber penelitian ini menjadi dua macam, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer ialah sumber data yang menjadi rujukan utama dalam memperoleh landasan data yang akan di analisis. Dalam penelitian ini, yang menjadi data primer yang digunakan adalah al-Qur’ān serta buku-buku mengenai semantik serta semua buku semantik karya Toshihiko Izutsu. Yaitu karyanya yang berjudul Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur’ān dan Konsep Etika Religius dalam Al-Qur’ān.

Sedangkan sumber data sekunder ialah sumber data yang berkaitan dengan dengan tema dari penelitian sehingga dengan hal itu akan menjadi data tambahan atau data pelengkap dalam penelitian. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah kamus Bahasa Arab dan kamus al-Qur’ān.

38 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta; Pt. Grasindo), hlm. 6.

39 Nashruddin Baidan, Metodologi Penelitian Tafsir…, hlm. 16.

(35)

14

Data sekunder lainnnya juga di peroleh dari berbagai literatur yang ada seperti, jurnal, artikel, ensklopedia, skripsi ataupun karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari penelitian ini mengunakan metode dokumentasi dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini termasuk dalam data primer dan sekunder baik berupa buku-buku, artikel, jurnal skripsi serta berbagai data yang berasal dari sumber kepustakaan yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

4. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis yaitu pertama dengan menguraikan ayat yang mengandung makna yang sulit untuk dipahami seperti yang terdapat dalam suah al-Baqarah ayat 104 terkhusus pada kata “Rā‘inā dan Unzhurnā” yang kemudian akan dijadikan sebagai acuan dalam proses analisis data. Kedua, yaitu tahapan analisis dengan mengunakan methode semantik dalam menjelaskan makna kata tersebut, diantaranya dengan mencari kata dasar dan kata kunci sebagai titik fokus pembahasan, kemudian mencari makna dasar serta makna rasionalnya dengan mengunakan anlisis sintagmatik dan paradigmatik.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan agar susunan penulisan dalam penelitian menjadi teratur, terstruktur dan rapi serta berurutan. Oleh karena itu, disini penulis menyusunnya menjadi beberapa bab yang akan memfokuskan terhadap pembahasan dalam penelitian, diantaranya.

Bab pertama, berisi pendahuluan. Dalam bab ini mencakup latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab kedua, dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum yang membahas mengenai pengertian semantik, sejarah dan

(36)

15

perkembangan semantik, semantik al-Qur’ān serta semantik al-Qur’ān Toshihiko Izutsu.

Bab ketiga, pada bab ini berisikan penjelasan mengenai derivasi dari kata Rā‘inā dan Unzhurnā dalam Al-Qur’ān.

Bab keempat, pada bab ini akan membahas tentang analisis makna Rā‘inā dan Unzhurnā yang terdapat dalam al-Qur’ān menurut teori semantik Toshihiko Izutsu yang meliputi analisis makna dasar dan makna relasional, serta analisis aspek historis (sinkronik dan diakronik) yang mencakup tiga periode waktu yakni, (pra Qur’anik, Qur’anik, dan pasca Qur’anik) dan terakhir weltanschauung kata Rā‘inā dan Unzhurnā serta relasi antar kedua kata tersebut.

Bab kelima, yang merupakan penutup yang mencakup kesimpulan, yaitu jawaban dari rumusan masalah. Dan mencakup saran- saran mengenai penelitian ini.

(37)

16 BAB II

SEMANTIK AL-QUR’ĀN TOSHIHIKO IZUTSU A. Teori Semantik Toshihiko Izutsu

1. Biografi dan Karya Toshihiko Izutsu

Toshihiko Izutsu lahir di Tokyo pada tahun 4 Mei 1914 dan wafat pada 7 Januari 1993 di Kamakura, Jepang. Ia lahir dari keluarga yang kaya raya pemilik bisnis di Jepang. Karena dengan keadaan seperti itulah ia tidak lagi memikirkan hal-hal pemenuhan kebutuhan pokoknya, yang mana hal itu biasa akan menjadi dalih dan alasan di negara kita. Izutsu berasal dari keluarga yang taat, ia mengamalkan Zen Budhisme sejak kecil. Bahkan pengalaman kontemplasi dari amalan Zen sejak muda telah mempengaruhi cara berfikit dan pencariannya akan kedalam pemikiran filsafat dan mitisme.40

Sebagai seorang intelektual yang terkenal, Izutsu menguasai lebih dari 20 bahasa asing. Dengan hal tersebut ia mampu melakukan penelitian di berbagai kebudayaan dunia, dan menerangkan secara khas kandungan dari beraneka ragam sistem keagamaan dan filsafat melalui bahasa asalnya. 41

Pendidikan dasar hingga perguruan tingginya ia peroleh di negaranya sendiri, Jepang. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atsa, Izutsu melanjutkan sekolahnya di fakultas ekonomi Keio Universuty, Tokyo. Lalu kemudian pindah ke jurusan sastra Inggris karena ia ingin dibimbing oleh Prof. Junazburo Nishiwaki.42 Pada tahun 1950 Toshihiko Izutsu mendpatkan gelas Profesor di Universitas yang sama.

Perjalanan intelektualnya pun berlanjut ke Kanada, atas permintaan Wilfred Cantwel Smith yaitu seorang direktur di Universitas MeGil Motrea Canada meminta Izutsu untuk menjadi

40Sahidah Rahem, Tuhan, Manusia, dan Alam dalam Al-Qur’ān; Pandangan Toshihiko Izutsu (Pulau Pinang, Universitas Sains Malaysia Press, 2014), hlm. 138.

41 Ibid., hlm 149.

42 Fathrurrahman, Al-Qur’ān dan Tafsirnya dalam Perspektif Toshihiko Izutsu (Tesis, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), hlm. 51.

(38)

17

Profesor tamu di Universitas tersebut. Disana ia menjadi dosen dan mengajar dari tahun 1962 sampai dengan tahun 1968. Setelah beberapa tahun menjadi dosen kemudian ia hijrah ke Iran dan menjadi dosen di Imperial Irannian Academy memenuhi undangan sahabtnya Sayyed Husein Nasr. Setelah dari Iran, selanjutnya ia kembali ke Jepang dan menjadi pengajar di Universitas Keio Jepang sampai akhir hayatnya. Toshihiko Izutsu meninggal di Kamamura pada tanggal 7 Januari 1993.43

Toshihiko Izutsu merupakan seorang ilmuan yang produktif, ia banyak melahirkan karya-karya yang berkaitan dengan hal yang di gelutinya, seperti filsafat, mistisme, terutana dalam bidang linguistik. Adapun karya-karyanya antara lain:44

Adapun karya Izutsu yang ditulis dalam bahasa Inggris di antaranya adalah:

1) God and Man in The Koran: Semantik of The Koranic Weltanschauung.

2) The Concept of Belief in Islamic Theology: Semantic Analysis of Iman and Islam.

3) Ethico Religious Consept in The Koran

4) The Structure of Ethical Terms in The Koran: A Study in Semantic

Karya-karya yang ditulisnya dalam bahasa Jepang adalah:

1) A History of Arabic Philoshopy 2) Russian Literature

3) Bazels of Wisdom

4) Methaphysics of Consciousness; Philoshophy of “ the Awakening of faith in the Mahayana.

5) Mystichal Aspect in Greek Phyloshopy

43 Ibid., hlm. 52.

44 M. A.B Sholahuddin Hudhor, Konsep Kidhb dalam Al-Qur’ān; Kajian Semantik Toshihiko Izutsu, (Skripsi, UIN Sunan Ampel,2019), hlm. 26.

(39)

18

Izutsu juga menerjemahkan beberapa buku ke dalam bahasa Jepang, buku-buku tersebut di antaranya:

1) Muhammad

2) History of Islamic Thoughts 3) Birth of Islam

4) Sufism and Taoism: A Comperative Study of Key Phylosphicial Concept

Bila diperhatikan dari berbagai karya Izutsu yang telah disebutkan diatas, bahwa melalui karya-karyanya tersebut ia mencoba menunjukkan keteguhannya mengenai pendekatan bahasa yang digunakan dalam menjelaskan teks, khususnya semantik.

Meskispun semantik dalam hal ini tidak dijadikan sebagai tujuan utama, melainkan sebagai sarana untuk mengungkapkan realitas yang ada dibaliknya.

2. Teori Semantik Toshihiko Izutsu

Izutsu mendefinisikan semantik sebagai sebuah kajian terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan pandangan yang akhirnya akan sampai pada sebuah pengertian konseptual welthanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, yang tidak hanya sebagai alat bicara dan berpikir, tetapi juga lebih penting dari itu,pengonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya.45

Menurut Izutsu, pendapat tersebut sangat selaras dengan yang dinyatakan dalam ayat al-Qur’ān, bahwa segala sesuatu adalah ayat (tanda) Allah dan sifat simboliknya yang mengandung sebuah hidayah yang hanya mampu dipahami oleh orang yang berakal. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai pengkaji tidak hanya sebatas kepakaran dan kemampuan akal dan budi saja, namun juga kemampuan intuitif dalam menangkap suatu makna dalam suatu

45 Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Alquran, Terj. Agus Fahri Husein, dkk., (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm.

12.

(40)

19

teks. Pemahaman seperti inilah yang digunakan Izutsu sebagai alat dalam memahami al-Qur’ān dengan semantik.46

Metodologi semantik Izutsu ialah meletakkan dasar konsep yang terstruktur, sistematis, dan mudah dimengerti. Untuk memahami bagaimana Izutsu menerapkan metode semantiknya, peneliti mengacu pada karya Izutsu yakni, God and Man in The Quran:

Semantic of The Qur’anic Welthanschauung (1964) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Tiara Wacana; ‘Relasi Tuhan dan Manusia (Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’ān)’. Dari karyanya tersebut Izutsu menjelaskan metode semantik nya, di antaranya:

a. Konsep-konsep indivual (Integration of Indivual Concepts) Konsep atau kata yang terdapat dalam al-Qur’ān itu tidaklah sederhana. Kedudukannya masing-masing terpisah, namun saling bergantungan satu sama lain dan menghasilkan makna yang konkret. Dengan kata lain, kata-kata tersebut membentuk suatu kelompok yang bevariasi, besar dan kecil, dan berhubungan satu sama lain dengan berbagai cara hingga akhirnya menghasilkan keteraturan yang menyeluruh, sangat kompleks dan rumit sebagai kerangka kerja gabungan konseptual dalam menganalisis konsep-konsep indivual yang ditemukan di dalam al-Qur’ān tidak boleh kehilangan wawasan hubungan ganda yang saling memberi muatan mengintegrasikan keseluruhan sistem konsep tersebut.47

b. Makna Dasar dan Makna Relasional (Basic Meaning and Relational Meaning)

Untuk memahami keterpaduan kata-kata indivual secara menyeluruh dalam al-Qur’ān, diperlukan adanya analisis antara pemahaman makna masing-masing kata pada pengertian makna dasar (Basic Meaning) dan makna relasional (Relational

46. A.B Sholahuddin Hudhor, Konsep Kidhb dalam Al-Qur’ān; Kajian Semantik Toshihiko Izutsu..., hlm. 28-29

47Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia…, hlm. 4.

(41)

20

Meaning), karena seperti yang diketahui kata-kata yang terdapat dalam al-Qur’ān tersebut tidak berdiri sendiri dan bergantung satu sama lain. Makna dasar ialah suatu kata yang melekat pada kata itu sendiri dan selalu ada dimanapun kata tersebut diletakkan. Walaupaun kata tersebut diambil dari konteks ayat al- Qur’ān secara terpisah namun ia tetap mempertahankan konsep dasar makna fundementalnya. Dalam hal ini, Izutsu memberikan contoh pada kata “kitab:, dimanapun kata tersebut ditemukan, kandungan unsur semantik ini selalu ada pada kata dimanapun ia diletakkan dan bagaimanapun ia digunakan.48

Sedangkan makna relasional ialah makna konotatif yang ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata tersbeut pada posisi khusus dalam bidang tertentu. Dalam hal ini, untuk mengetahui makna relasional suatu kata dalam bahsaa tertentu diperlukan sebuah metode analisis sintagmatik dan pragmatik. Analisis intagmatik adalah suatu analisis yang berusaha mencari makna dalam suatu kata dengan melihat kata yang ada di depan atau dibelakang kata tersebut. Analisis Pragmatik pencarian makna melalui perbandingan konsep kata yang sama (sinonim) atau yang berbeda (antonim).

c. Makna Historis (Historical Meaning)

Pada tahap ini, Izutsu melakukan kajian dengan menelusuri sejarah makna dari fokus kata yang akan diteliti, dalam istilah linguistik disebut dengan kajian makna historis. Analisis makna historis ini terbagi menjadi dua yakni, analisis sinkronik dan diakronik. Analisis sinkronik merupakan suatu sistem analisis kata secara statis (tetap) yang dibatasi oleh konteks tertentu dan dalam kurun waktu yang terbatas. Sedangkan analisis diakronik jika menurut pengertian etimologinya ialah pandangan terhadap bahasa yang pada prinsipnya menitikberatkan pada unsur waktu.

Secara diakronik, kosa kata adalah sekumpulan kosa kata yang masing-masing tumbuh dan berubah secara bebas dengan

48 Ibid., hlm. 11.

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi antara variabel Disiplin kerja dengan Kinerja karyawan adalah 0,619, Jika dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien penentu, maka tingkat hubungan

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan adsorpsi karbon aktif dari limbah kulit singkong terhadap logam timbal (Pb) menggunakan

Untuk memudahkan suatu penelitian maka perlu dibuat suatu kerangka pikir penelitian yang menggambarkan suatu hubungan dari variabel independen dalam hal ini motivasi

telah diatur dalam Prosedur Revisi Safety Analysis Report RSG-GAS Rev. P2TRR b) PK RSG-GAS c) BAPETEN. Oiawali dari pengllsul perlunya diadakan perubahan sistem atau

perkenalan diri saat interview dengan bahasa inggris percakapan bahasa ingris melamar pekerjaan. contoh perkenalan interview

Sekretaris Rayon 104/

Selain itu, teraniaya anak-anak yang tidak berdosa akibat ulah orang-orang (orang tua yang melakukan perziaan) yang tidak bertanggung jawab, sehingga mereka