• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA FILM DOKUMENTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI PERISTIWA SEKITAR MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA FILM DOKUMENTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI PERISTIWA SEKITAR MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

IPS MATERI PERISTIWA SEKITAR MEMPERTAHANKAN

KEMERDEKAAN INDONESIA

(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan Terhadap Siswa Kelas VA di SDN 1 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Panreppi Mustika Ningtyas

1003548

(2)

KEMERDEKAAN INDONESIA

Oleh

Panreppi Mustika Ningtyas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Panreppi Mustika Ningtyas 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

(3)

PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI PERISTIWA SEKITAR MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan Terhadap Siswa Kelas VA di SDN 1 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh:

Panreppi Mustika Ningtyas

1003548

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd NIP. 195009081981011001

Pembimbing II

Drs. H. Eded Tarmedi, MA NIP. 195801051980021002

Diketahui,

(4)

IPS MATERI PERISTIWA SEKITAR MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Oleh

Panreppi Mustika Ningtyas 1003548

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingkat pemahaman siswa yang masih sangat rendah. Sebagian besar siswa menganggap bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang membosankan dan cukup menyulitkan sehingga berdampak rendah nya tingkat pemahaman siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang monoton dan kurang kreatifnya guru dalam menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi serta studi pendahuluan diketahui bahwa kesulitan yang dialami siswa dalam pelajaran IPS bukan hanya dilatarbelakangi oleh guru yang kurang kreatif tetapi dilatarbelakangi juga oleh rendahnya motivasi dan minat siswa dalam pelajaran IPS. Dengan demikian perlu adanya penggunaan media pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran IPS. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa dengan menggunakan media film documenter. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Cibodas Lembang yang berjumlah 33 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan peningkatan pemahaman siswa terhadap pelajaran IPS. Metode yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model John Elliot yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi serta teknik pengumpulan data dilakukan melalui lembar observasi siswa, lembar observasi guru dan tes evaluasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman pembelajaran IPS pada kelas V SDN 1 Cibodas meningkat pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 55.63, sedangkan nilai rata-rata pada siklus II yaitu 70.47. Hal ini menunjukkan pemahaman siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan media film documenter. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk pembelajaran IPS menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa terhadap pembelajaran IPS.

(5)

ABSTRACT

THE USE OF DOCUMENTARY MEDIA TO ENHACE STUDENTS UNDERSTANDING OF SOCIAL LEARNING MATERIALS ABOUT

MAINTAINING THE INDEPENDENCE OF INDONESIA EVENTS

By observation and preliminary studies it is known that the difficulties experienced by students in social learning is not only motivated by teachers who are less creative but also motivated by low student motivation and interest in social learning. Thus the need for the use of media that can improve motivation and increase student understanding in social learning. This research is focused on enhancing the students understanding by using media documentary. The research subjects were students in the fifth grade SDN 1 Cibodas Lembang, amounting to 33 students. Purpose of this study is to investigate the implemention and improvement of students understanding of social learning. Method used was action research methods class John Elliot adapt the model consisting of two use social learning media that can attract students to the social learning.

(6)

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Hipotesis Tindakan ... 10

F. Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Belajar ... 12

B. Pembelajaran ... 13

C. Pemahaman... 14

D. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 15

E. Media Pembelajaran ... 17

F. Film Dokumenter ... 20

(7)

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Prosedur Penelitian ... 26

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 68

(8)

1.1 Rekapitulasi Pra Siklus ... 3

3.1 Kriteria Gain Ternormalisasi ... 31

4.1 Rekapitulasi Hasil Skor Lembar Evaluasi Siklus I ... 37

4.2 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I ... 39

4.3 Rekapitulasi Peningkatan Pemahaman Siswa Ulangan Harian-Siklus I ... 40

4.4 Rekapitulasi Hasil Skor Lembar Evaluasi Siklus II ... 50

4.5 Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II ... 52

4.6 Rekapitulasi Peningkatan Pemahaman Siswa Siklus I-Siklus II ... 52

(9)
(10)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 74

 Lembar Soal Evaluasi Siklus I ... 80

Lembar Soal Evaluasi Siklus II ... 81

 Pedoman Observasi Aktivitas Guru ... 82

Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ... 86

Lampiran Hasil Penelitian  Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 89

Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 93

 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 96

Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 100

 Hasil Lembar Soal Evaluasi Siswa Siklus I ... 103

Hasil Lembar Soal Evaluasi Siswa Siklus II ... 108

 Foto Kegiatan Pembelajaran Siswa ... 113

Lampiran Perizinan  Surat Bimbingan Skripsi ... 118

Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 120

 Surat Permohonan Penelitian ... 121

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu ya ng berkaitan.

(12)

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan; (2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan; (3) Sistem Sosial dan Budaya; (4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Tetapi pada kenyataan yang ditemukan di lapangan, mata pelajaran IPS masih termasuk mata pelajaran yang menjenuhkan dan tidak menarik minat siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari gejala-gejala yang ditunjukan siswa kelas V SDN 1 Cibodas Lembang dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS berlangsung. Saat kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS berlangsung beberapa siswa menunjukan kejenuhan dan ketidak tertarikan terhadap materi yang dijelaskan, gejala-gejala yang ditunjukan siswa seperti: (1) Siswa hanya diam tidak merespon; (2) Siswa selalu mengobrol dengan teman nya; (3) Siswa mencoret-coret buku; (4) Siswa mengganggu temannya dengan melempar kertas; (5) Siswa mengerjakan tugas mata pelajaran lain.

(13)

Kesimpulan yang dikemukakan penulis pun di perkuat dengan rekapan hasil belajar siswa yang diambil penulis dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPS pada materi yang sama. Rekapan hasil belajar siswa dapat di lihat di bawah ini :

Tabel 1.1

Rekapitulasi Pra Siklus

NO NAMA SISWA SKOR

1 MR 40

2 AFF 65

3 AM 55

4 ASA 55

5 AN 65

6 DR 55

7 DS 50

8 DY 65

9 DK 60

10 DI 40

(14)

12 Hm 40

13 IF 65

14 MN 55

15 MG 65

16 MRF 60

17 MT 35

18 RMS 60

Lanjutan Tabel 1.1

NO NAMA SISWA SKOR

19 RL 55

20 SN 65

21 SFP 60

22 SA 60

23 SAd 45

24 PaAP 65

25 PiAP 60

(15)

27 ES 60

28 LPR 65

29 AS 60

30 RI 65

31 TA 55

32 EC 45

SKOR 1830

SKOR MIN 35

SKOR MAKS 75

RATA-RATA 57.19

KKM pada SDN 1 Cibodas untuk mata pelajaran IPS adalah 66. Dari data rekapitulasi diatas dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai nilai kkm hanya 1 orang, sedangkan siswa yang hampir mencapai nilai kkm dengan nilai 65 ada 10 orang. Dari data di atas menunjukan rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS materi sekitar peristiwa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

(16)

ditemukan di kelas, ternyata penyebab dari gejala rendahnya partisipasi siswa dikelas adalah cara pengajaran guru yang monoton dan tidak menarik, seperti: (1) Guru hanya menulis; (2) Guru hanya ceramah; (3) Guru hanya terpaku pada buku pelajaran; (4) Guru tidak memberi kesempatan bertanya kepada siswa; (5) Guru terlalu banyak bercerita tentang kehidupan pribadi diluar materi; (6) Guru tidak memakai media pembelajaran apapun.

Dari penyebab yang ditimbulkan oleh guru saat pembelajaran, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru tersebut termasuk guru konvensional.

Menurut Edgard Dale, cara belajar paling efektif adalah pengalaman. Kerucut pengalaman yang di bahas pada bab selanjutnya, dianut secara

luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa

memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut pengalaman

yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa

pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan

atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan

mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui

bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran,

contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyak

pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa

memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa

verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa

` Dengan mengikuti arahan dari Edgard Dale dan dengan ilmu yang telah dikembangkan, sudah banyak alternative solusi untuk meningkatkan partisipasi siswa yang rendah, antara lain adalah:

(17)

dalam bentuk kelompok kecil, model pembelajaran jigsaw diperkenalkan oleh Areson, Blaney, Stephen, Sikes and Snap pada tahun 1978. Pada model jigsaw ini siswa lebih berperan dalam pembelajaran karena model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama tetapi bertanggung jawab secara mandiri.

2. Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk

model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

3. Model pembelajaran menggunakan media film dokumenter bukan merupakan model pembelajaran kooperatif, namun dalam pelaksanaan nya siswa dituntut untuk dapat lebih meningkatkan pemahaman dan dapat menyimpulkan suatu kejadian dari film dokumenter yg telah diberikan oleh guru, sehingga guru tidak mengajar secara konvensional. Model pembelajaran menggunakan film dokumenter ini merupakan pendekatan pembelajaran menggunakan media film yang bertujuan meningkatkan pemahaman siswa.

(18)

adalah media yang dapat menyampaikan lima macam bentuk informasi yaitu gambar, garis, simbol, suara, dan gerakan. Media itu adalah gambar hidup (film) dan televisi / video.

Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan audio, visual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya. Film di kategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film cerita pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile), iklan televisi, program televisi, video klip, dan film pembelajaran. Lebih jelasnya akan dipaparkan pada subbab berikutnya.

Untuk lebih mengenal karakteristik film yang akan menjadi objek penelitian ini, maka peneliti paparkan beberapa kelebihan dan kekurangan film menurut Riyana (2006:6). Kelebihan media film seperti : (1) Memberikan pesan yang dapat diteima secara lebih merata oleh siswa; (2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses; (3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; (4) Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan; (5) Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

Tetapi media film pun memiliki kekurangan, seperti : (1) Harga produksinya cukup mahal; (2) Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga; (3) Memerlukan operator khusus untuk mengoperasikannya; (4) Memerlukan penggelapan ruangan.

(19)

membantu menyampaikan materi pelajaran dimana siswa seolah melihat langsung fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.

Alasan lain penulis menggunakan media film documenter adalah diperkuatnya dengan pernyataan Edgard Dale yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembelajaran yang paling efektif diterapkan kepada siswa adalah dengan adanya pengalaman secara langsung. Menurut penulis, media film dapat membuat siswa seakan-akan melihat secara langsung fenomena yang terjadi di masyarakat atau dalam penelitian ini penulis menginginkan siswa seolah-olah melihat dan merasakan secara langsung perjuangan para tokoh pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia sehingga siswa jauh lebih paham dan dapat lebih menghargai para tokoh pejuang tersebut. Penulis berkeyakinan bahwa hal ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran IPS materi sekitar peristiwa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Di dalam penelitian ini, saya sebagai peneliti dan penulis akan membahas tentang Penggunaan Media Film Dokumenter Pada Pembelajaran IPS Materi Peristiwa Sekitar Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas V SD yang bertepatan penelitian ini saya tujukan ke SDN 1 Cibodas.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang sedikitnya telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah disusun dalam bentuk research question sebagai berikut.

(20)

mempertahankan kemerdekaan Indonesia untuk meningkatkan pemahaman siswa?

2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa pada pembelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia menggunakan media film documenter ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji secara mendalam mengenai: 1. Mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan media film

dokumenter dalam pembelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia untuk meningkatkan pemahaman siswa.

2. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada pembelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia menggunakan media film dokumenter.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Manfaat hasil penelitian terbagi dalam dua aspek, yakni :

1. Aspek teoritis yaitu diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang penggunaan media pembelajaran.

(21)

a. penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi sekolah terkait untuk menyediakan media pembelajaran

b. penelitian ini mampu menjadi bahan referensi bagi guru untuk alternative pengajaran menggunakan media pembelajaran

c. menjadi pengalaman baru yang berbeda bagi siswa dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran.

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan media film dokumenter pada mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia di kelas V SDN 1 Cibodas dapat meningkatkan pemahaman siswa.”

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pemahaman

Pemahaman dalam pembelajaran adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya yang diukur menggunakan alat ukur yang telah ditentukan, yang dikembangkan atas dasar konstruk.

2. Media Film Dokumenter

(22)

kemerdekaan Indonesia. Terlihat dari sikap siswa yang menunjukan ketertarikannya dalam lembar pengamatan observer.

3. Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

(23)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam pemecahan masalah ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas atau yang sering disebut PTK merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang secara langsung mengharuskan peneliti terjun langsung ke lapangan. Pelaksanaan tindakan kelas ini meliputi prosedur perencanaan, tindakan observasi dan refleksi.

Tujuan dari penggunaan metode penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memecahkan masalah yang terjadi di suatu sekolah khususnya di satu kelas dan penggunaan metode penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Menurut Kemmis dan Mc. Taggart, penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipasi di dalam situasi social untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik social atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi di mana praktik itu dilaksanakan.

Tujuan dari penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebagai berikut :

1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. 2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas.

(24)

4. Peningkatan mutu hasil pendidikan

5. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan 6. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah 7. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan

Manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis. Manfaat PTK sebagai berikut :

1. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.

2. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain: (1) merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah.

Adapun tujuan peneliti menggunakan metode PTK adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi sekitar peristiwa mempertahankan kemerdekaan Indonesia menggunakan media pembelajaran film documenter. Didalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan guru kelas dan teman sejawat yang membantu dalam melakukan observasi dalam setiap tindakan yang dilaksanakan.

B. Model Penelitian

(25)

itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah ( step), yang terealisasi dalam bentuk kegitan belajar-mengajar.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melaksanakan dua siklus atau lebih yang mencakup satu pokok bahasan utuh dalam mata pelajaran IPS kelas V sekolah dasar materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Secara skematis, siklus pembelajaran yang peneliti laksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seperti gambar berikut :

Siklus Pelaksanaan PTK

SIKLUS 1

SIKLUS 2

PELAKSANAAN

PERENCANAAN

REFLEKSI PELAKSANAAN

PENGAMATAN

REFLEKSI

(26)

SIKLUS SELANJUTNYA

Gambar 3.1

Siklus Pembelajaran John Elliot

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu orang yang memberi respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 14 siswa putri dan 18 siswa putra. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penggunaan media film documenter.

Lokasi proposal PTK yang di lakukan peneliti adalah di SDN 1 Cibodas untuk mata pelajaran Pengetahuan sosial kelas V. Peneliti memilih SD ini sebagai lokasi penelitian di dasarkan paada beberapa pertimbangan sebagai berikut :

(27)

2. Peneliti akan mudah setiap saat memantau, merevisi dan mencari data yang diperlukan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian di laksanakan dalam dua siklus atau lebih. Apabila dalam pelaksanaan siklus kedua tidak menunjukan perkembangan dari siklus sebelumnya maka akan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Setiap pelaksanaan siklus tersebut terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; 4) refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk silus pertama dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK. Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan, dilakukan observasi dan wawancara sebagai kegiatan awal. Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru pengajar IPS pada sekolah tersebut. Kegiatan observasi dan wawancara tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran IPS. Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana kegiatan, dengan menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Masalah yang dialami dalam pembelajaran sejarah selama ini terletak pada minat siswa sendiri terhadap pelajaran IPS yang kurang. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan menggunakan model pembelajaran melalui media film.

(28)

Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan media film . Pada tahap ini tersusun seperti dibawah ini :

a. Siswa di kondisikan untuk mengikuti pelajaran.

b. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran dan manfaat pembelajaran.

c. Siswa disusun membentuk formasi huruf U.

d. Siswa memperhatikan film yang diputarkan oleh guru dan guru memberhentikan bagian film yang di anggap penting untuk menjelaskan kepada siswa.

e. Setelah selesai siswa diberikan lembar soal untuk bagian dari penilaian.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan, kita wajib memperhatikan respon siswa terhadap pembelajaran yang ada. Pengamatan dilakukan dengan mengambil data, berupa data nontes. Data nontes diambil pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai.

4. Refleksi

(29)

Refleksi ini berguna untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai oleh peneliti dan dampak apa saja yang didapatkan oleh siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan media film dokumenter tersebut. Dari hasil refleksi tersebut dapat disusun perbaikan rencana pembelajaran untuk siklus II. Masalah-masalah pada siklus I dicari pemecahannya, sedangkan kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus II.

E. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuat seperangkat instrument penelitian. Adapun instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Instrument Tes

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat sama untuk siklus satu maupun siklus dua yang memuat standard kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, scenario pembelajaran, metode dan media pembelajaran, dan evaluasi.

b. Lembar Soal Evaluasi

Lembar soal evaluasi memuat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta untuk menilai sejauh mana tingkat pemahaman siswa pada setiap siklusnya.

2. Instrument Non Tes

(30)

penelitian berlangsung. Lembar observasi yang dimaksud berupa daftar isian yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan media film documenter.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk menjawab masalah penelitian yang dirumuskan, perlu dikumpulkan sejumlah data yang mendukung untuk menjawab permasalahan tersebut. Data tersebut dapat diperoleh melalui hasil tes formatif dan hasil lembar observasi. Data yang tertuang dalam observasi ini untuk mengetahui apakah pembelajaran setelah diberikannya tindakan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran sebelum diberikannya tindakan. Data hasil evaluasi setiap siklus diolah menggunakan perhitungan rumus, yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Memberi skor tes evaluasi pada setiap siklus

Sebelum dilakukan pengolahan data, semua hasil tes evaluasi pembelajaran di setiap siklus diperiksa dan diberi skor oleh penulis. Tes berbentuk uraian, oleh karena itu penulis menyiapkan skor maksimum untuk setiap soal.

2. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:

R = ∑

Purwanto (Mashudi, 2012: 52) Keterangan:

R : Nilai rata-rata kelas

(31)

3. Menghitung presentase ketuntasan belajar

a. Ketuntasan belajar berdasarkan KKM

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah, untuk pelajaran IPS kelas V SDN 1 Cibodas Lembang, yaitu 66. Siswa dinyatakan mencapai ketuntasan belajar apabila sudah mencapai nilai KKM.

b. Ketutasan belajar klasikal

Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal menggunakan rumus:

TB =

Purwanto (Mashudi, 2012: 52) Keterangan:

c. Menghitung skor gain ternormalisasi

Untuk melihat peningkatan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan melalui analisis terhadap skor gain ternormalisasi <g> untuk kemudian dibandingkan dengan kategori yang dikemukakan Hake (1998) “skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan skor gain aktual

(32)

yang mungkin diperoleh siswa. Dengan demikian skor gain ternormalisasi dapat dinyatakan oleh rumus sebagai berikut:

<g> =

Hake (1998) Keterangan:

<g> : Skor Gain Ternormalisasi

: Skor postes dalam penelitian ini data skor terakhir (Siklus 2) : Skor pretes dalam penelitian ini data skor sebelum data skor

terakhir (Siklus 1) : Skor maksimum

Menurut Hake (1998) hasil skor gain ternormalisasi dibagi ke dalam tiga kategori yang dapat dilihat pada tabel 3.1.

Nilai <g> Klasifikasi

0.00 ˂ h ≤ 0.30 Rendah

0.30 ˂ h ≤ 0.70 Sedang

0.70 ˂ h ≤ 1.00 Tinggi

Menurut Hake (1998) Tabel 3.1

(33)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan media film dokumenter untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada siklus I dan siklus II, didapat beberapa kesimpulan tentang bagaimana cara penggunaan media film documenter dalam pembelajaran IPS yaitu diantaranya sebagai berikut :

a. Sesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Media film documenter dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu gabungan tiga ranah, kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Memberikan pesan yang ingin disampaikan satu persatu. Pesan yang lebih dari satu, baik melalui visual maupun verbal, akan membagi perhatian siswa sehingga kedua pesan tersebut tidak akan terserap oleh siswa.

c. Menyediakan perangkat keras tambahan untuk menunjang penggunaan media film dokumenter, yaitu seperti infokus, film documenter sebagai sumber belajar,laptop, speaker, dan sebagainya.

d. Pilihlah film documenter yang memiliki kualitas gambar dan suara yang bagus.

(34)

f. Dalam penggunaan media film documenter guru harus menganalisis karakter siswa, menetapkan tujuan pembelajaran ( pengetahuan yang akan diperoleh, sikap yang ingin ditanamkan dan keterampilan yang ingin dikembangkan dengan menggunakan media film documenter ).

2. Pembelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan Indonesia dengan menggunakan media film dokumenter dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa SD kelas V. Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I yang mencapai 55.63 dengan presentase kelulusan 41%, kemudian nilai rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 70.47 dengan presentase kelulusan 81%.

Penelitian ini membuktikan hipotesis yang diajukan oleh penulis sebelumnya yang menyatakan “Dengan menggunakan media film dokumenter pada mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia di kelas V SDN 1 Cibodas dapat meningkatkan pemahaman siswa.”

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan pada pelaksanaan PTK ini, maka penggunaan media film dokumenter sekurang-kurangnya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

(35)

menggunakan media film dokumenter dan bagi peneliti selanjutnya, yakni sebagai berikut:

1. Penggunaan media film dokumenter harus memperhatikan film yang akan dipertontonkan agar sesuai dengan karakter usia siswa sekolah dasar.

2. Sarana pendukung pemutaran film dokumenter harus memperhatikan kualitas gambar dan pengeras suara agar media film dokumenter tersampaikan dengan baik.

3. Penataan kelas diusahakan membentuk huruf „U‟ agar siswa secara keseluruhan dapat menyaksikan film dokumenter dengan nyaman. 4. Apabila tujuan peneliti selanjutnya adalah peningkatan pemahaman

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku dan internet

Adi-wibowo, S. (2010). Penggunaan Media Film dan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Sejarah Proklamasi Indonesia. Bandung

Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Aqib, Z. (2013). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya

Erna. (2010). Pengertian IPS. [Online]. Available at: http://erna-ips.blogspot.com/2010/02/pengertian- ips.html [Desember 5, 2013]

Indah, F. (2011). Pengertian dan Definisi Belajar. [Online]. Available at:

http://zakydroid88.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-definisi-belajar.html [Oktober 27, 2013]

Kusnandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers

Maghfiroh, T. (2012). Film Dokumenter.[Online]. Available at: http://titimaghfiroh.blogspot.com/2012/09/film-dokumenter.html

[Desember 15, 2013]

(37)

Oktavianinur. (2013). Definisi Belajar Mengajar dan Pembelajaran Menurut

Para Ahli. [Online]. Available at:

http://octavianinur.wordpress.com/2013/11/07/definisi-belajar-mengajar-dan-pembelajaran-menurut-para-ahli/ [Oktober 27, 2013]

Putra, A. (2012). Pengertian Film Dokumenter. [Online]. Available at:

http://arisputrablog-com.blogspot.com/2012/03/pengertian-film-dokumeter.html [Oktober 29, 2013]

Rofei. (2011). Pengertian Pemahaman Menurut Para Ahli. [Online]. Available at:

http://akmapala09.blogspot.com/2011/10/pengertian-pemahaman-menurut-para-ahli.html [Desember 10, 2013]

Setyawan, H. (2011). Pengertian dan Contoh Media Pembelajaran Menurut Ahli

Pendidikan. [Online]. Available at:

http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/01/media-berasal-dari-bahasa-latin.html [Oktober 29, 2013]

Sofa. (2010). Pengertian Ruang LIngkup dan Tujuan IPS. [Online]. Available at: http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips/ [Oktober 28. 2013]

Standard isi. (2007). Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta

Sudrajat, A. (2008). Konsep Media Pembelajaran. [Online]. Available at:

(38)

Sujana, N. (2013). Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya

Susilaningsih, E dan Limbong, Linda S. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Tilaar. (2013). Media Pembelajaran aktif. Bandung: Nuansa Cendekia

Trueno. (2009). Pengertian Belajar dan Pembelajaran. [Online]. Available at:

http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-belajar-dan-pembelajaran/ [Desember 5, 2013]

Zainal Abidin, M. (2011). Definisi Pemahaman Menurut Para Ahli. [Online]. Available at: http://www.masbied.com/2011/09/02/definisi-pemahaman-menurut-para-ahli/ [Desember 10, 2013]

Sumber skripsi

Ridayanti, R. (2012). Penggunaan Media Audio Visual (Video) Pada Pembelajaran IPS Materi Permasalahan Sosial Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi Sarjana FIP UPI. Bandung : tidak di terbitkan

(39)

SIKLUS I

Gambar 1. Guru menjelaskan materi Gambar 2. Semangat para siswa dalam

pelaksanaan pembelajaran

Gambar 3. Pembelajaran di kelas VA Gambar 4. Kegiatan siswa dan guru belajar bersama

Gambar 5. Semangat para siswa menerima pembelajaran

(40)

Gambar 7. Siswa menonton film dikumenter Gambar 8. Potongan dari film dokumenter

Gambar 9. Guru saat menjelaskan film documenter yang telah diputarkan

(41)

SIKLUS II

Gambar 1. Guru menjelaskan materi Gambar 2. Guru menjelaskan materi

(42)

Gambar 5. Guru menjelaskan materi Gambar 6. Guru memberi catatan penting kepada siswa

(43)

Gambar 9. Potongan dari film dokumenter

Gambar 10. Siswa menonton film documenter dengan serius

Gambar 11. Siswa menonton film dokumenter

(44)

Gambar 13. Guru bertanya pada siswa tentang film documenter yang telah diputarkan

Gambar 14. Guru membagikan lembar soal evaluasi

Gambar 15. Siswa mengerjakan soal evaluasi

Gambar

Tabel
Tabel 1.1 Rekapitulasi Pra Siklus
gambar berikut
Tabel 3.1 Kriteria Gain Ternormalisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Sebagai tenaga profesional, guru harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesi. Kompetensi

Sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka peningkatan kompetensi guru dalam proses belajar megajar, khususnya kompetensi pedagogik

Berbeda dengan pendeklarasian variabel di bahasa pemrograman lain, dalam C++ sebelum mendeklarasikan variabel, hal pertama yang harus dideklarasikan adalah tipe

Nilai signifikansi Beban kerja dan lingkungan kerja kurang dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa beban kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

Dalam hal ini penulis ingin mengetahui apakah metode yang digunakan oleh perusahaan sudah sesuai dengan metode yang di akui dalam Undang-Undang Perpajakan dan apakah metode

Nilai signifikansi Beban kerja dan lingkungan kerja kurang dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa beban kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

USAHA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM DI MTS AL-INAYAH BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini diperkuat oleh Sedarmayanti (2001:1), yang menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana