• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

Christine Nathalia, 2015; Pembimbing : Dani, dr., M.Kes.

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian kelima didunia menurut WHO. Pada tahun 2020, PPOK diprediksi menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia. Diketahui bahwa hampir 90% dari kematian PPOK terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan data retrospesifik berupa data rekam medik penderita PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012, dengan variabel yang dicatat berupa jumlah, usia, jenis kelamin, gejala klinik, faktor risiko riwayat merokok.

Hasil penelitian didapatkan 64 kasus PPOK, dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 61-70 tahun. Secara keseluruhan PPOK lebih banyak terdapat pada laki-laki. Gejala yang paling sering dialami berupa sesak napas. Faktor risiko riwayat merokok positif adalah yang paling utama.

Dengan demikian, karakteristik penderita PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 lebih banyak pada usia 61-70 tahun, laki-laki dengan adanya riwayat merokok, dan paling sering datang dengan keluhan sesak napas.

(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL

BANDUNG IN 2012

Christine Nathalia, 2015; Supervisor: Dani, dr., Kes.

According to WHO, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) was the fifth leading cause of death in the world. In 2020, COPD was predicted to be the third leading cause of death in the world. It was known that nearly 90% of COPD deaths occurred in the countries with lower middle income.

This was a descriptive observational study with the retrospesific medical record data of COPD patients at Immanuel Bandung in 2012, along with the form of the number, the age, the sex, the clinical symptoms, and the risk factor of smoking history as written variables.

The result shows 64 cases of COPD, with the highest number in the group of age from 61 to 70 years old. In general, COPD is more prevalent in male. The most common experienced symptom is breathlessness. The positive smoking history risk is the main factor.

Thus, the characteristics of COPD patients at Immanuel Bandung in 2012 occurs more to the 61-70 years old patients, the male with smoking history, also who often comes with breathlessness mostly.

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Maksud Penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.4.1 Manfaat Ilmiah (Akademis) ... 4

1.4.2 Manfaat Untuk Peneliti dan Masyarakat ... 4

1.5 Landasan Teori ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Anatomi Paru-Paru ... 6

2.1.1 Lobus Paru-Paru ... 7

2.1.2 Bronkus ... 9

2.1.3 Pembuluh Darah Paru ... 10

(4)

x Universitas Kristen Maranatha

2.2Histologi ... 13

2.2.1 Epitel Respirasi ... 13

2.2.2 Bronkus ... 14

2.2.3 Bronkiolus ... 14

2.2.4 Bronkiolus Respiratorius ... 14

2.2.5 Duktus Alveolaris dan Alveolus ... 14

2.3 Fisiologi Pernapasan ... 15

2.3.1 Mekanika Ventilasi Paru ... 15

2.3.2 Volume Paru ... 17

2.3.3 Kapasitas Paru ... 18

2.4 Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... 18

2.4.1 Definisi ... 18

2.4.2 Insidensi dan Epidemiologi ... 19

2.4.3 Etiologi dan Faktor Risiko ... 20

2.4.4 Klasifikasi ... 21

2.4.5 Patogenesis ... 21

2.4.6 Gejala Klinik... 23

2.4.7 Diagnosis ... 24

2.4.8 Pemeriksaan Penunjang ... 26

2.4.9 Diagnosis Banding ... 27

2.4.10 Penatalaksanaan ... 27

2.4.11 Komplikasi... 29

2.4.12 Pencegahan ... 30

2.4.13 Prognosis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Subjek Penelitian ... 32

3.1.1 Bahan Penelitian ... 32

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Metode Penelitian ... 33

3.3.1 Desain Penelitian ... 33

3.3.2 Besar Sampel Penelitian ... 33

3.3.3 Definisi Operasional ... 33

3.3.4 Sumber Data ... 34

3.4 Prosedur Kerja ... 34

3.5 Aspek Etis Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 43

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi PPOK ... 21 4.1 Distribusi Kasus Pasien PPOK Berdasarkan Usia di Rumah Sakit

Immanuel Bandung Tahun 2012 ... 35 4.2 Distribusi Kasus Pasien PPOK Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah

Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 ... 36 4.3 Distribusi Gejala Klinik Yang Didapat Pada Pasien PPOK di Rumah

Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 ... 36 4.4 Distribusi Faktor Risiko Riwayat Merokok Yang Didapat Pada Pasien

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1

Paru-Paru... 7 ... 2.2 Paru-Paru

Kanan ... 8 ...

2.3 Paru-Paru Kiri ... 8

2.4 Arbor bronchialis ... 9

2.5 Pembuluh Darah Paru ... 11

2.6 Persarafan Paru... 12

2.7 Epitel Respirasi ... 13

2.8 Bronkiolus Terminalis dan Alveolus ... 15

2.9 Mekanika Ventilasi Paru ... 16

2.10 Ventilasi Paru ... 17

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya(PDPI, 2003).

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk kronis dan produksi sputum selama minimal 3 bulan dalam setahun, selama minimal 2 tahun berturut-turut tanpa adanya penyakit lain. Setidaknya sepertiga dari perokok berusia 35 sampai 59 tahun memiliki bronkitis kronis, dan meningkatkan prevalensi dengan usia (Goldman & Ausiello, 2012).

Emfisema didefinisikan sebagai suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai dengan kerusakan dinding alveoli (Goldman & Ausiello, 2012).

Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, dengan ciri adanya hambatan aliran udara yang menetap (persistent) yang biasanya progresif dan disertai peningkatan respon inflamasi yang kronik pada paru dan saluran pernapasan terhadap gas atau partikel yang berbahaya (GOLD, 2013). Salah satu pencegahan PPOK adalah menghindari rokok dan zat-zat inhalasi yang bersifat iritasi (Rahmatika, 2010).

(10)

2 Universitas Kristen Maranatha Pada tahun 2002 PPOK adalah penyebab kematian kelima. Jumlah kematian akibat PPOK diperkirakan akan meningkat lebih dari 30% dalam 10 tahun ke depan kecuali adanya tindakan untuk mengurangi faktor-faktor risiko, terutama merokok (WHO, 2013). Lebih dari 10% dari populasi dengan usia lebih dari 45 tahun di United States mengalami obstruksi saluran napas sedang menurut kriteria spirometri. PPOK merupakan penyebab kematian ke-4 di United States, dengan kematian wanita lebih banyak dari pria. Pada tahun 2020, PPOK diprediksi menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia (Goldman & Ausiello, 2012).

Studi epidemiologi COPD NIPPON mengatakan lebih dari 5,3 juta orang dari penduduk berusia ≥ 40 tahun didiagnosis menderita PPOK (Teramoto, Yamamoto, Yamaguchi, Matsuse, & Ouchi, 2003).

Indonesia sendiri belum memiliki data pasti mengenai PPOK, hanya Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) tahun 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersama-sama dengan asma bronkhial menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab kematian tersering di Indonesia (PDPI, 2003).

Berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001, sebanyak 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan merupakan perokok, 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah tangga merupakan perokok pasif. Jumlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara 20-25%. Hubungan antara rokok dengan PPOK merupakan hubungan dose response, lebih banyak batang rokok yang dihisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka risiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar (MenKes RI, 2008).

(11)

3 Universitas Kristen Maranatha (MenKes RI, 2008).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini agar mendapatkan karakteristik serta faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana distribusi umur kasus pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

2. Bagaimana distribusi jenis kelamin pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

3. Apakah gejala tersering yang didapat pada pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

4. Bagaimana distribusi faktor risiko berdasarkan riwayat merokok yang didapat pada pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui karateristik penderita PPOK sehingga dapat menambah wawasan tentang gejala awal PPOK serta melakukan pencegahan terhadap PPOK.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(12)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Ilmiah (Akademis)

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik penderita PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung dan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut di kemudian hari.

1.4.2 Manfaat untuk Peneliti dan Masyarakat

Mengetahui distribusi karaterisitik penderita PPOK dari berbagai faktor dan menambah wawasan mengenai penyakit PPOK sehingga pencegahan dapat dilakukan.

1.5 Landasan Teori

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya(PDPI, 2003).

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk kronis dan produksi sputum selama minimal 3 bulan dalam setahun, selama minimal 2 tahun berturut-turut tanpa adanya penyakit lain. Setidaknya sepertiga dari perokok berusia 35 sampai 59 tahun memiliki bronkitis kronis, dan meningkatkan prevalensi dengan usia (Goldman & Ausiello, 2012).

Emfisema didefinisikan sebagai suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai dengan kerusakan dinding alveoli (Goldman & Ausiello, 2012).

(13)

5 Universitas Kristen Maranatha merokok, masih banyak faktor risiko dari PPOK, antara lain genetik dan juga pekerjaan (Fauci, 2012).

Polusi udara terdiri dari polusi udara dalam ruangan (indoor) seperti asap rokok, asap kompor, briket batu bara, asap kayu bakar, asap obat nyamuk bakar, dan lain-lain; polusi di luar ruangan (outdoor) seperti gas buang industri, gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan, kebakaran hutan, gunung meletus, dan lain-lain; dan polusi di tempat kerja (bahan kimia, debu atau zat iritasi, dan gas beracun) (MenKes RI, 2008).

Zat yang paling banyak pengaruhnya terhadap saluran pernapasan dan paru adalah sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan ozon. Ketiga zat tersebut dapat menurunkan faal paru (MenKes RI, 2008).

Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli (Putra & Artika, 2013).

Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasia sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas (PDPI, 2003).

(14)

39 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

 Distribusi 64 pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012, terbanyak pada kelompok usia 61-70 tahun dengan persentase 42,2%.

 Distribusi jenis kelamin pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung terbanyak pada laki-laki dengan persentase 76,6%, dan perbandingan antara pasien laki-laki dan perempuan sekitar 3,7 : 1.

 Gejala klinik yang paling banyak ditemukan berupa sesak napas sebesar 96,9% disusul cepat lelah sebesar 87,5%, batuk sebesar 85,9%, dan demam 29,7%.

 Distribusi faktor risiko berdasarkan riwayat merokok yang didapat pada pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung terbanyak pada kelompok pasien laki-laki dengan adanya riwayat merokok, dengan persentase 71,88%.

5.2Saran

 Perlunya usaha pemerintah dalam melakukan pencegahan PPOK dengan adanya larangan merokok, penghijauan kota, dan pemeriksaan gas buangan industri dan kendaraan bermotor

 Perlunya pemberian edukasi pada masyarakat tentang PPOK oleh badan-badan kesehatan supaya masyarakat bisa menghindar dari berbagai faktor risiko PPOK dan menghimbau masyarakat untuk melakukan vaksin influenza

 Perlunya edukasi pada pasien yang telah terdiagnosis PPOK tentang apa saja yang dapat memperberat penyakitnya dan juga tentang peningkatan kualitas hidup pasien

(15)

47 Universitas Kristen Maranatha RIWAYAT PENULIS

Nama : Christine Nathalia

Nomor Pokok Mahasiswa : 1110129

Tempat dan Tanggal Lahir : Garut, 18 Januari 1993

Alamat : Jl. Surya Sumantri no.48, Bandung

Riwayat Pendidikan :

1999-2005 SD Daya Susila Garut

2005-2008 SMP Daya Susila Garut

2008-2011 SMAK 2 BPK Penabur Bandung

(16)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN 2012

Dani1, Christine Nathalia2

1Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

2Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian kelima didunia menurut WHO. Pada tahun 2020, PPOK diprediksi menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia. Diketahui bahwa hampir 90% dari kematian PPOK terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan data retrospesifik berupa data rekam medik penderita PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012, dengan variabel yang dicatat berupa jumlah, usia, jenis kelamin, gejala klinik, faktor risiko riwayat merokok. Hasil penelitian didapatkan 64 kasus PPOK, dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 61-70 tahun. Secara keseluruhan PPOK lebih banyak terdapat pada laki-laki. Gejala yang paling sering dialami berupa sesak napas. Faktor risiko riwayat merokok positif adalah yang paling utama. Dengan demikian, karakteristik penderita PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 lebih banyak pada usia 61-70 tahun, laki-laki dengan adanya riwayat merokok, dan paling sering datang dengan keluhan sesak napas.

Kata kunci : ppok, faktor risiko

ABSTRACT

According to WHO, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) was the fifth leading cause

of death in the world. In 2020, COPD was predicted to be the third leading cause of death in the world. It was known that nearly 90% of COPD deaths occurred in the countries with lower middle income.

This was a descriptive observational study with the retrospesific medical record data of COPD patients at Immanuel Bandung in 2012, along with the form of the number, the age, the sex, the clinical symptoms, and the risk factor of smoking history as written variables.

(17)

Thus, the characteristics of COPD patients at Immanuel Bandung in 2012 occurs more to the 61-70 years old patients, the male with smoking history, also who often comes with breathlessness mostly.

Key Words : copd, risk factor

PENDAHULUAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya (1).

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk kronis dan produksi sputum selama minimal 3 bulan dalam setahun, selama minimal 2 tahun berturut-turut tanpa adanya penyakit lain. Setidaknya sepertiga dari perokok berusia 35 sampai 59 tahun memiliki bronkitis kronis, dan meningkatkan prevalensi dengan usia (2).

Emfisema didefinisikan sebagai suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai dengan kerusakan dinding alveoli (2).

Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, dengan ciri adanya hambatan aliran udara

yang menetap (persistent) yang biasanya

progresif dan disertai peningkatan respon inflamasi yang kronik pada paru dan saluran pernapasan terhadap gas atau partikel yang berbahaya (3). Salah satu pencegahan PPOK adalah menghindari rokok dan zat-zat inhalasi yang bersifat iritasi (3).

PPOK merupakan salah satu penyebab

kematian terbesar di dunia. World Health

Organization(WHO) memperkirakan 64 juta

orang menderita PPOK di dunia tahun 2004. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena

PPOK pada tahun 2005, yang merupakan 5% dari semua kematian secara global. Diketahui bahwa hampir 90% dari kematian PPOK terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (4).

Pada tahun 2002 PPOK adalah penyebab kematian kelima. Jumlah kematian akibat PPOK diperkirakan akan meningkat lebih dari 30% dalam 10 tahun ke depan kecuali adanya tindakan untuk mengurangi faktor-faktor risiko, terutama merokok (4). Lebih dari 10% dari populasi dengan usia lebih dari

45 tahun di United States mengalami

obstruksi saluran napas sedang menurut

kriteria spirometri. PPOK merupakan

penyebab kematian ke-4 di United States, dengan kematian wanita lebih banyak dari pria. Pada tahun 2020, PPOK diprediksi menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia (2).

Studi epidemiologi COPD NIPPON

mengatakan lebih dari 5,3 juta orang dari

penduduk berusia ≥ 40 tahun didiagnosis

menderita PPOK (5).

Indonesia sendiri belum memiliki data pasti mengenai PPOK, hanya Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) tahun 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersama-sama dengan asma bronkhial menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab kematian tersering di Indonesia (1).

Berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001, sebanyak

54,5% penduduk laki-laki dan 1,2%

(18)

merupakan perokok pasif. Jumlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara 20-25%. Hubungan antara rokok dengan PPOK merupakan

hubungan dose response, lebih banyak batang

rokok yang dihisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka risiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar (6).

Seiring dengan majunya tingkat

perekonomian dan industri otomotif, jumlah kendaraan bermotor meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Gas buangan dari kendaraan tersebut menimbulkan polusi udara. 70-80% pencemaran udara berasal dari buangan kendaraan bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat industri 20-30%. Dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor risiko terhadap PPOK, maka diduga jumlah penyakit tersebut juga akan meningkat (6).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini agar mendapatkan karakteristik serta faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui karateristik penderita PPOK sehingga dapat menambah wawasan tentang

gejala awal PPOK serta melakukan

pencegahan terhadap PPOK.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi karakteristik penderita PPOK yang ditinjau dari usia, jenis kelamin,

gejala klinik, dan faktor risiko riwayat

merokok di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012.

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan dan Subjek Penelitian

Data rekam medik pasien yang didiagnosis PPOK di Rumah Immanuel Bandung Tahun 2012 yang didalamnya memuat data-data

mengenai karakteristik kasus PPOK

berdasarkan usia, jenis kelamin, gejala klinik, dan faktor risiko riwayat merokok.

Subjek penelitian ini diambil sesuai dengan kriteria subjek penelitian yaitu kasus PPOK yang terdata di Rumah Immanuel Bandung Tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan diluar kriteria eksklusi. Kriteria inklusi : usia, jenis kelamin, gejala klinik, dan faktor risiko riwayat merokok (perokok aktif dan bekas perokok). Kriteria eksklusi : pekerjaan, perokok pasif, dan genetik.

Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah

deskriptif observasional dengan pendekatan data sekunder yang bersifat retrospektif yang diambil dari data rekam medik pasien yang didiagnosis PPOK. Kemudian dari data-data yang sudah ada, disajikan dalam bentuk tabel yang disusun menurut usia, jenis kelamin, gejala klinik, dan faktor risiko riwayat merokok.

Besar Sampel Penelitian

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh data dari data kasus PPOK yang telah memenuhi kriteria inklusi dan diluar kriteria eksklusi yang tercatat di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012.

Sumber Data

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dari rekam medik penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 didapatkan sebanyak 117 kasus, akan tetapi data yang memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk penelitian ini hanya

64 kasus dengan data lengkap menurut kriteria inklusi dan diluar kriteria eksklusi. Data yang diolah meliputi distribusi kasus pasien PPOK berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, gejala klinik yang timbul, dan

faktor risiko riwayatmerokok.

Tabel 4.1 Distribusi Kasus Pasien PPOK Berdasarkan Usia di Rumah Sakit Immanuel Bandung

Tahun 2012

Kelompok Usia Jumlah Kasus Persentase

41-50 tahun 4 6,2

51-60 tahun 23 36

61-70 tahun 27 42,2

>70 tahun 10 15,6

Total 64 100

Dari hasil penelitian didapatkan jumlah kasus pasien PPOK paling banyak pada kelompok usia 61-70 tahun (42,2). Pada studi

epidemiologi COPD NIPPON mengatakan

lebih dari 5,3 juta orang dari penduduk

berusia ≥ 40 tahun didiagnosis menderita

PPOK (6). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika pun menunjukan bahwa PPOK lebih banyak terjadi pada kelompok usia lebih dari 60 tahun dengan persentase 57,6% (4).

Tabel 4.2 Distribusi Kasus Pasien PPOK Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Immanuel

Bandung Tahun 2012

Jenis Kelamin Jumlah Kasus Persentase

Laki-laki 49 76,6

Perempuan 15 23,4

Total 64 100

Dari penelitian didapatkan hasil jumlah pasien laki-laki yang menderita PPOK

sebanyak 49 orang, sedangkan pada

perempuan sebanyak 15 orang. Dari hasil tersebut didapatkan perbandingan laki-laki dengan perempuan 3,7 : 1. Begitu pula hasil yang diperoleh pada penelitian Nugraha yang

menunjukan PPOK lebih banyak mengenai laki-laki, dengan persentase 100% (8). Hal ini menunjukkan bahwa PPOK lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

Tetapi, WHO menyatakan bahwa pada masa

(20)

peningkatan penggunaan tembakau di kalangan perempuan di negara-negara berpenghasilan tinggi (5).

Tabel 4.3 Distribusi Gejala Klinik Yang Didapat Pada Pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel

Bandung Tahun 2012

Gejala Klinik Ada Tidak Ada Jumlah

Sesak napas 62 (96,9%) 2 (3,1%) 64 (100%)

Batuk 55 (85,9%) 9 (14,1%) 64 (100%)

Cepat lelah 56 (87,5%) 8 (12,5%) 64 (100%)

Demam 19 (29,7%) 45 (70,3%) 64 (100%)

Gejala klinik yang paling sering muncul pada pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung berupa sesak napas, dengan persentase sebesar 96,9%, kemudian disusul dengan merasa cepat lelah, batuk, dan

demam. Sesuai dengan yang dikatakan World

Health Organization, bahwa gejala yang paling umum dari PPOK adalah sesak napas dan batuk kronis (5).

Pada PPOK terjadi peningkatan sekresi mukus, edema mukosa, dan peningkatan kontraksi otot bronkiolus yang menyebabkan

peningkatan resistensi pernapasan sehingga kerja pernapasan menjadi lebih berat dan terjadilah sesak napas (9). Hipersekresi mukus menyebabkan batuk produktif yang kronik serta disfungsi silier mempersulit proses ekspektorasi (10).

Pada dasarnya penderita PPOK tidak akan mengeluh panas badan, tetapi karena sering mendapatkan infeksi sekunder, maka dalam periode tersebut penderita akan mengeluh

tentang panas badan rendah (subfebris)

sampai tinggi (4).

Tabel 4.4 Distribusi Faktor Risiko Riwayat Merokok Yang Didapat Pada Pasien PPOK di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012

Riwayat Merokok Ada Tidak Ada Jumlah

Laki-laki 46 (71,88%) 3 (4,69%)

64 (100%)

Perempuan 2 (3,12%) 13 (20,31%)

Dari Tabel 4.4, didapatkan faktor risiko riwayat merokok dari anamnesis (perokok aktif dan bekas perokok) paling tinggi pada kelompok pasien laki-laki dengan riwayat

merokok, dengan persentase 71,88%,

dibandingkan dengan pasien laki-laki tanpa riwayat merokok (4,69%), pasien perempuan dengan riwayat merokok (3,12%), dan pasien perempuan tanpa riwayat merokok (20,31%).

Hasil penelitian sesuai dengan yang dikatakan oleh Anthony S. Fauci bahwa kebiasaan

merokok merupakan penyebab yang

terutama. Baik perokok aktif maupun perokok pasif dan juga bekas perokok (11).

Dennis E. Niewoehner pada buku Goldman’s

Cecil Medicine pun mengatakan bahwa

(21)

paru-paru yang lebih dari sekedar proses penuaan (2).

SIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

 Distribusi 64 pasien PPOK di Rumah Sakit

Immanuel Bandung Tahun 2012,

terbanyak pada kelompok usia 61-70 tahun dengan persentase 42,2%.

 Distribusi jenis kelamin pasien PPOK di

Rumah Sakit Immanuel Bandung

terbanyak pada laki-laki dengan

persentase 76,6%, dan perbandingan antara pasien laki-laki dan perempuan sekitar 3,7 : 1.

 Gejala klinik yang paling banyak

ditemukan berupa sesak napas sebesar 96,9% disusul cepat lelah sebesar 87,5%, batuk sebesar 85,9%, dan demam 29,7%.

 Distribusi faktor risiko berdasarkan

riwayat merokok yang didapat pada pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung terbanyak pada kelompok pasien laki-laki dengan adanya riwayat merokok, dengan persentase 71,88%.

SARAN

 Perlunya usaha pemerintah dalam

melakukan pencegahan PPOK dengan adanya larangan merokok, penghijauan kota, dan pemeriksaan gas buangan industri dan kendaraan bermotor

 Perlunya pemberian edukasi pada

masyarakat tentang PPOK oleh badan-badan kesehatan supaya masyarakat bisa menghindar dari berbagai faktor risiko PPOK dan menghimbau masyarakat untuk melakukan vaksin influenza

 Perlunya edukasi pada pasien yang telah

terdiagnosis PPOK tentang apa saja yang dapat memperberat penyakitnya dan juga

tentang peningkatan kualitas hidup pasien

 Untuk penelitian selanjutnya, disarankan

menggunakan data primer sehingga pengisian data dapat lebih lengkap dibanding dengan data sekunder

DAFTAR PUSTAKA

1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di

Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia (PDPI). Jakarta : s.n., 2003, pp. 2-31.

2. Goldman, Lee and Ausiello, Dennis. Cecil

Medicine. Philadelphia : Saunders Elsevier, 2012. pp. 537-543. Vol. 24th.

3. Pocket Guide to COPD Diagnosis,

Management, and Prevention. Global

Initiative for Chronic Obstructive Lung Diseaase (GOLD). Maret 27, 2013, pp. 5-26.

4. Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang di Rawat Inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008.

Rahmatika, Anita. 2010, pp. 29-30.

5. World Health Organization. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). [Online] October 2013. [Cited: November 11, 2014.]

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs315/en/.

6. Global burden of COPD in Japan and Asia.

Teramoto, Shinji, et al. s.l. : The Lancet, November 22, 2003, Vol. 362, p. 1764.

7. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru

Obstruktif Kronik. Mentri Kesehatan

(22)

8. Hubungan Derajat Berat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman Dengan Derajat Berat PPOK. Nugraha, Ika. 2011.

9. Silbernagl, Stefan and Lang, Florian. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003. pp. 76-79.

10. Penyakit Paru Obstruktif Kronis Dengan Gejala Pre Hipertensi Pada Pasien Laki-Laki

Lanjut Usia. Sutanto. Lampung : s.n., Oktober 2013, Vol. 1, p. 94.

(23)

40 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Avrides, S. (2014, Maret 12). PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik). Retrieved November 18, 2014, from http://rotinsuluhospital.org/berita-37-ppok--penyakit-paru-obstruktif-kronik-.html

Drake, R. L., Vogl, W., & Mitchell, A. W. (2010). Gray's Anatomy (2nd ed.). London: Churchill Livingstone Elsevier.

Fauci, A. S. (2012). Harrison's Principles of Internal Medicine (Vol. 18th). (A. S. Fauci, D. L. Kasper, D. L. Longo, E. Braunwald, S. L. Hauser, J. L. Jameson, & J. Loscalzo, Eds.) New York: McGraw-Hill.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Diseaase (GOLD). (2013, Maret 27).

Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention. 5-26.

Retrieved Oktober 11, 2014, from

http://www.goldcopd.org/uploads/users/files/GOLD_Pocket_2013_Mar27.pdf Goldman, L., & Ausiello, D. (2012). Cecil Medicine (Vol. 24th). Philadelphia:

Saunders Elsevier.

Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12th ed.). New York: Saunders Elsevier.

Junqueira, L., & Carneiro, J. (2005). Basic Histology : Text & Atlas (11th ed.). New York: McGraw-Hill.

Kaminsky, D. A. (2011). The Netter Collection of Medical Illustrations : Respiratory

System (2nd ed., Vol. 3). Philadelphia: Elsevier Saunders.

(24)

41 Universitas Kristen Maranatha

http://www.btklsby.go.id/wp-content/uploads/2010/07/KEPMENKES-1022-THN-2008-TTG-PEDOMAN-PENGENDALIAN-PPOK.pdf

Mescher, A. L. (2010). Junqueira's Basic Histology (12 th ed.). New York: McGraw-Hill.

Nugraha, I. (2011). Hubungan Derajat Berat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman Dengan Derajat Berat PPOK.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2003). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2-31. Retrieved Januari 25, 2014, from http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf

Putra, I. W., & Artika, I. M. (2013). Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronis. 4. Retrieved Januari 22, 2014, from http://www.google.com/#q=diagnosis+dan+tatalaksana+penyakit+paru+obstr uktif+kronis+putra+paramartha

Rahmatika, A. (2010). Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang di Rawat Inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008. 29-30. Retrieved

November 17, 2014, from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14686/1/10E00356.pdf

Silbernagl, S., & Lang, F. (2003). Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. (I. Setiawan, & I. Mochtar, Trans.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanto, R. P. (2013, Oktober). Penyakit Paru Obstruktif Kronis Dengan Gejala Pre Hipertensi Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia. 1, 94. Retrieved Oktober 11, 2014

(25)

42 Universitas Kristen Maranatha

Retrieved Januari 24, 2014, from

http://download.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140673603148659.p df

Wibowo, D. S., & Paryana, W. (2009). Anatomi Tubuh Manusia (1 ed.). Indonesia: Graha Ilmu.

World Health Organization. (2013, October). Chronic Obstructive Pulmonary Disease

(COPD). Retrieved November 11, 2014, from

Gambar

Gambar Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Kasus Pasien PPOK Berdasarkan Usia di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012
Tabel 4.3 Distribusi Gejala Klinik Yang Didapat Pada Pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Iklim Psikologis dan Komitmen Organisasi pada Kinerja Karyawan Universitas Andalas.. Skripsi oleh Leonardo Firsta

Hal yang akan dilakukan dalam proses rebranding ini adalah membuat logo sebagai identitas diri dari Tjay Tat, kemasan, membuka booth di mall, dan juga membuat media

Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan kemampuan Orientasi dan Mobilitas anak tunanetra sangat kompleks oleh karena itu penelitian ini dibatasi pada masalah

Dari hasil wawancara singkat penulis dengan beberapa karyawan didapatkan hasil yang cukup mengejutkan karena sebagian besar karyawan sales dan marketing PT

Pasien ini disiapkan untuk dilakukan lobektomi, tapi dari temuan operasi didapatkan letak kista yang superfisial dan tidak melekat erat ke kelenjar tiroid, dimana

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetauhi perbedaan kepuasan pernikahan pada istri yang menikah di usia remaja dan dewasa di kota Salatiga. Variabel

ANALISIS S1STEM PELAYAN,IX I{AMOR POS DI PADAXG DALAM R{NCK-{ ?EMENUIiAN I(EPTIAS,IX ?f, LAXGCAN. Losr4 s{F!r pid.rqrur r.b&

What is the meaning of presupposition found in the character‟s utterances containing presupposition triggers in the Inception movie. 1.3 Objectives of