• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema pola hidup sehat mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema pola hidup sehat mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) Sekolah Dasar."

Copied!
438
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SUBTEMA POLA HIDUP SEHAT MENGACU

KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SEKOLAH DASAR

Agustina Sabu Lein Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan atas dasar adanya fakta bahwa para guru masih membutuhkan contoh LKS yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) mengacu kurikulum 2013. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menggunakan Model PBM mengacu kurikulum 2013. Adapun pendekatan yang digunakan di dalam LKS adalah pendekatan saintifik dan tematik integratif sedangkan model pembelajaran yang digunakan yaitu Model Pembelajaran Berbasis Masalah. LKS ini lebih mengedepankan tujuh langkah Model PBM dengan tidak mengabaikan lima langkah pendekatan saintifik.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. LKS yang dikembangkan menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang merupakan modifikasi antara teori Borg dan Gall dan Sugiyono. Kedua prosedur pengembangan tersebut dimodifikasi sehingga menjadi sebuah prosedur pengembangan yang lebih sederhana. Prosedur pengembangan tersebut terdiri dari lima langkah yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan data (2) perencanaan (3) desain produk (4) validasi desain (5) revisi desain. Ada dua instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner validasi. Daftar pertanyaan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru kelas V (lima) SDN Kalasan 1. Kuesioner digunakan dalam kegiatan validasi kualitas LKS oleh dua orang pakar Model PBM dan dua orang guru kelas V (lima) sekolah dasar.

Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh dua pakar kurikulum 2013, LKS tersebut memperoleh skor rata-rata 4,68 (sangat baik) dan 4,32 (sangat baik). Penilaian yang dilakukan oleh dua guru kelas V SD menghasilkan skor rata-rata yang sama yaitu 4,05 (baik). Hasil penilaian oleh keempat validator tersebut dirata-rata sehingga LKS tersebut memperoleh skor rata-rata 4,28 dengan kategori “sangat baik”. Adapun skor rata -rata tersebut diperoleh berdasarkan hasil penilaian terhadap 12 aspek yaitu: (1) judul (2) kompetensi dasar (3) waktu penyelesaian (4) peralatan dan bahan yang dibutuhkan (5) informasi singkat (6) langkah kerja (7) tugas yang harus dilakukan (8) laporan yang harus dikerjakan (9) masalah yang ditampilkan (10) aspek yang dikembangkan (11) penggunaan EYD (12) tampilan LKS. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah yang telah menggunakan kurikulum 2013 khususnya bagi siswa kelas V (lima) sekolah dasar.

Kata kunci : Lembar Kerja Siswa, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Kurikulum

(2)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET USING PROBLEMS BASED LEARNING MODEL ON SUBTHEME POLA HIDUP SEHAT

BASED ON 2013 CURRICULUM FOR FIFTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

Agustina Sabu Lein Sanata Dharma University

2016

This research was conducted on the fact that the teachers are still requiring sample of worksheets that use Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) refers to 2013 curriculum. Research and development curriculum aims to produce a product in the form of Student Worksheet (LKS) that uses PBM model refers to the 2013 curriculum. The approach used in the LKS are scientific and thematic integrative approach while learning model used is Problem Based Learning Model. LKS puts forward the seven-steps of PBM model and do not ignore the five-steps of scientific approach.

The type of research used is research and development. LKS was developed using research and development procedure which is a modification of Borg and Gall’s theory and Sugiyono’s theory. Both of development procedures are modified so becomes a much simpler procedure development. Development procedure consists of five steps: (1) research and data collection (2) Planning (3) product design (4) validation of the design, and (5) revisions. There are two instruments used by researcher, these are a list of interview questions for needs analysis and questionnaires validation. A list of interview questions used to analyze the needs of teachers of fifth grade SDN Kalasan 1. The questionnaire used in the quality validation of LKS by two experts of PBM Model and two elementary school teachers in fifth grade.

Based on the evaluation conducted by two experts in 2013 curriculum, the LKS obtain an average score of 4.68 (very good) and 4.32 (very good). Validation is done by two fifth grade elementary school teachers generate the same average scores, namely 4.05 (good). Results of the validation by the four validator averaged that the LKS obtain an average score of 4.28 and included "very good" category. The mean score is obtained based on the assessment of 12 aspects: (1) the title (2) basic competence (3) the time of completion (4) the equipment and materials needed (5) brief information (6) work steps (7) tasks to be performed (8) the report to be done (9) problems displayed (10) aspect developed (11) the using of EYD, and (12) the display of LKS. Thus, LKS developed already fit for use in learning activities in schools that have used the 2013 curriculum, especially for students of fifth grades elementary school.

(3)

i

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SUBTEMA

POLA HIDUP SEHAT MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK

SISWA KELAS LIMA (V) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agustina Sabu Lein

NIM. 121134258

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ucapan syukur dari hati yang paling dalam kepada Tuhan Yesus; Sahabat dan Sang Penolong Sejati yang senantiasa hadir dan memberkati seluruh rangkaian aktivitas penyusunan skripsi ini.

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta; Matheus Tolan Lein dan Yuliana Nogo Kabelen yang selalu mendukung setiap langkah perjuangan saya

2. Adik-Adik tersayang; Marianus Ada Lein dan Yohanes Sedu Lein yang menjadi penyemangat ketika saya lelah

3. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Flores Timur yang telah mempercayakan saya untuk menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma

4. Sahabat-sahabatku “Kartini-Kartini Masa Kini”: Kakak Vero, Kakak Vera, Kakak Marce, Nonna Mathilda, Nonna Ansel, Nonna Hendrik, Nonna Yenn, Nonna Osem, Ennu Susy, dan Nonna Yuyun yang selalu menghadirkan tawa selama masa-masa kuliah.

Secara khusus karya ini saya persembahkan untuk Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

(7)

v

MOTTO

Hidup mengajarkan arti perjuangan tanpa batas, meski harus bergulat dengan tetes keringat dan derai air mata

Doa menyempurnakan segalanya. Berdoalah setulus hati agar usahamu terberkati dan berbuah sempurna

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SUBTEMA POLA HIDUP SEHAT MENGACU

KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SEKOLAH DASAR

Agustina Sabu Lein Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan atas dasar adanya fakta bahwa para guru masih membutuhkan contoh LKS yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) mengacu kurikulum 2013. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menggunakan Model PBM mengacu kurikulum 2013. Adapun pendekatan yang digunakan di dalam LKS adalah pendekatan saintifik dan tematik integratif sedangkan model pembelajaran yang digunakan yaitu Model Pembelajaran Berbasis Masalah. LKS ini lebih mengedepankan tujuh langkah Model PBM dengan tidak mengabaikan lima langkah pendekatan saintifik.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. LKS yang dikembangkan menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan yang merupakan modifikasi antara teori Borg dan Gall dan Sugiyono. Kedua prosedur pengembangan tersebut dimodifikasi sehingga menjadi sebuah prosedur pengembangan yang lebih sederhana. Prosedur pengembangan tersebut terdiri dari lima langkah yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan data (2) perencanaan (3) desain produk (4) validasi desain (5) revisi desain. Ada dua instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner validasi. Daftar pertanyaan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru kelas V (lima) SDN Kalasan 1. Kuesioner digunakan dalam kegiatan validasi kualitas LKS oleh dua orang pakar Model PBM dan dua orang guru kelas V (lima) sekolah dasar.

Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh dua pakar kurikulum 2013, LKS tersebut memperoleh skor rata-rata 4,68 (sangat baik) dan 4,32 (sangat baik). Penilaian yang dilakukan oleh dua guru kelas V SD menghasilkan skor rata-rata yang sama yaitu 4,05 (baik). Hasil penilaian oleh keempat validator tersebut dirata-rata sehingga LKS tersebut memperoleh skor dirata-rata-dirata-rata 4,28 dengan kategori “sangat baik”. Adapun skor rata-rata tersebut diperoleh berdasarkan hasil penilaian terhadap 12 aspek yaitu: (1) judul (2) kompetensi dasar (3) waktu penyelesaian (4) peralatan dan bahan yang dibutuhkan (5) informasi singkat (6) langkah kerja (7) tugas yang harus dilakukan (8) laporan yang harus dikerjakan (9) masalah yang ditampilkan (10) aspek yang dikembangkan (11) penggunaan EYD (12) tampilan LKS. Dengan demikian, LKS yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah yang telah menggunakan kurikulum 2013 khususnya bagi siswa kelas V (lima) sekolah dasar.

Kata kunci : Lembar Kerja Siswa, Model Pembelajaran Berbasis Masalah,

(11)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET USING PROBLEMS BASED LEARNING MODEL ON SUBTHEME POLA HIDUP SEHAT BASED ON 2013 CURRICULUM FOR FIFTH GRADE OF ELEMENTARY

SCHOOL Agustina Sabu Lein Sanata Dharma University

2016

This research was conducted on the fact that the teachers are still requiring sample of worksheets that use Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) refers to 2013 curriculum. Research and development curriculum aims to produce a product in the form of Student Worksheet (LKS) that uses PBM model refers to the 2013 curriculum. The approach used in the LKS are scientific and thematic integrative approach while learning model used is Problem Based Learning Model. LKS puts forward the seven-steps of PBM model and do not ignore the five-steps of scientific approach.

The type of research used is research and development. LKS was developed using research and development procedure which is a modification of Borg and Gall’s theory and Sugiyono’s theory. Both of development procedures are modified so becomes a much simpler procedure development. Development procedure consists of five steps: (1) research and data collection (2) Planning (3) product design (4) validation of the design, and (5) revisions. There are two instruments used by researcher, these are a list of interview questions for needs analysis and questionnaires validation. A list of interview questions used to analyze the needs of teachers of fifth grade SDN Kalasan 1. The questionnaire used in the quality validation of LKS by two experts of PBM Model and two elementary school teachers in fifth grade.

Based on the evaluation conducted by two experts in 2013 curriculum, the LKS obtain an average score of 4.68 (very good) and 4.32 (very good). Validation is done by two fifth grade elementary school teachers generate the same average scores, namely 4.05 (good). Results of the validation by the four validator averaged that the LKS obtain an average score of 4.28 and included "very good" category. The mean score is obtained based on the assessment of 12 aspects: (1) the title (2) basic competence (3) the time of completion (4) the equipment and materials needed (5) brief information (6) work steps (7) tasks to be performed (8) the report to be done (9) problems displayed (10) aspect developed (11) the using of EYD, and (12) the display of LKS. Thus, LKS developed already fit for use in learning activities in schools that have used the 2013 curriculum, especially for students of fifth grades elementary school.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Pola Hidup Sehat Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas Lima (V) Sekolah Dasar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak. Kerjasama dan dukungan yang diberikan kepada peneliti sungguh-sungguh menjadi kekuatan terbesar yang membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi

Guru Terintegrasi (PPGT).

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing sekaligus validator dan pakar LKS Model PBM mengacu Kurikulum SD 2013 yang selalu membimbing peneliti sejak penyusunan proposal dan produk, sampai validasi LKS.

5. Semua dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti selama ini. 6. Laurensia Aptik Evanjeli, M.A. selaku validator dan pakar LKS Model

PBM mengacu Kurikulum SD 2013 yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk melakukan validasi produk LKS yang telah disusun oleh peneliti.

(13)
(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 10

1. Kurikulum SD 2013 ... 10

a. Pengertian dan Hakikat Kurikulum 2013 ... 10

b. Rasional Perubahan Kurikulum 2013 ... 13

c. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 16

d. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 ... 18

(15)

xiii

f. Perangkat Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ... 26

g. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013 ... 36

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 38

a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 38

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 42

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 45

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 51

e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 53

f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 55

3. Lembar Kerja Siswa ... 56

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 56

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran ... 57

c. Jenis-Jenis Lembar Kerja Siswa... 59

d. Unsur-Unsur Lembar Kerja Siswa ... 60

e. Langkah-Langkah Membuat Lembar Kerja Siswa ... 61

f. Penyusunan LKS yang Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 63

B. Penelitian yang Relevan ... 66

C. Kerangka Pikir ... 69

D. Pertanyaan Penelitian... 71

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 72

B. Prosedur Pengembangan ... 72

C. Validasi Ahli Model PBM ... 82

D. Teknik Pengumpulan Data ... 82

E. Instrumen Penelitian ... 82

F. Teknik Analisis Data ... 88

(16)

xiv

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kebutuhan ... 93

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan... 93

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 98

B. Deskripsi Produk Awal ... 99

C. Data Hasil Validasi Pakar Model PBM Mengacu Kurikulum 2013 dan Revisi Produk ... 101

D. Data Hasil Validasi Guru Kelas V (Lima) Pelaksana Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 103

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 105

1. Kajian Produk Akhir ... 105

2. Pembahasan... 106

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 121

B. Keterbatasan Penelitian ... 122

C. Saran ... 123

DAFTAR REFERENSI ... 124

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Kurikulum Pembelajaran Sekarang

dan Kurikulum yang Ideal ... 15

Tabel 2. Elemen Perubahan Kurikulum dan Bentuk Perubahannya ... 17

Tabel 3. Penyesuaian Langkah-Langkah Model PBM dan Pendekatan Saintifik ... 64

Tabel 4. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 83

Tabel 5. Kuesioner Validasi LKS ... 85

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala Lima ... 89

Tabel 7. Kriteria Skor Skala Lima ... 91

Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 92

Tabel 9. Komentar Pakar dan Revisi LKS ... 103

Tabel 10. Komentar Guru dan Revisi LKS ... 105

Tabel 11. Data Mentah Hasil Validasi ... 107

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir Pengembangan LKS Berbasis PBM ... 69 Gambar 2. Langkah-Langkah Penggunaan

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti

Kelas V (Lima) ... 126

Lampiran 2. Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2 ... 127

Lampiran 3. Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4 ... 128

Lampiran 4. Ruang Lingkup Pembelajaran Subtema 2. Pola Hidup Sehat ... 129

Lampiran 5. Silabus Pembelajaran Tematik SD Berdasarkan Kurikulum 2013 .. 132

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian ... 164

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian... 388

Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian ... 389

Lampiran 9. Rangkuman Wawancara Survei Kebutuhan ... 390

Lampiran 10. Surat Izin Validasi Produk ... 392

Lampiran 11. Data Mentah Skor Validasi Ahli Model PBM... 393

Lampiran 12. Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas V (Lima) SD ... 399

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan nasional dirancang atas dasar dan tujuan yang jelas. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan untuk membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur, berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif, sehat, mandiri, dan percaya diri, toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. Pendidikan nasional menggariskan bahwa peserta didik harus memiliki kemampuan yang seimbang dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek psikomotor (keterampilan).

Pencapaian ketiga aspek tersebut ditunjang oleh berbagai upaya maksimal yang dilakukan oleh pemerintah. Salah satu upaya pemerintah yang menimbulkan dampak yang cukup besar adalah mengubah (memperbaiki) dan menyempurnakan kurikulum. Melalui perubahan dan penyempurnaan kurikulum, pemerintah berharap agar mutu pendidikan nasional semakin baik. Meningkatnya mutu pendidikan nasional ditandai oleh adanya kesiapan peserta didik dalam menghadapi perkembangan zaman dan kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan fenomena globalisasi.

(21)

mendukung pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Trianto (2009:1) berpendapat bahwa pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan nasional yang bermutu adalah pendidikan yang mampu melatih dan mengajarkan peserta didik untuk menemukan dan memahami masalah dalam kehidupannya sehari-hari kemudian mencari solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

Sejalan dengan pendapat Trianto, Depdiknas tahun 2006 juga menerangkan salah satu karakteristik Kurikulum Tematik yaitu menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. Karakteristik tersebut didukung oleh adanya upaya pemerintah terkait pengadaan buku-buku pelajaran Tematik baik untuk guru maupun siswa yang menekankan lebih banyaknya aktivitas siswa daripada aktivitas guru. Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendampingi dan membantu siswa selama pelajaran. Sebagai subjek belajar, siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk mengeksplorasi pengetahuan-pengetahuan dan menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan setiap hari di masyarakat.

(22)

model-model pembelajaran yang tepat digunakan dalam Kurikulum 2013 untuk membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup sehari-hari. Beliau mengatakan bahwa model pembelajaran yang tepat dan baik jika digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa atau model pembelajaran yang menekankan partisipasi aktif siswa. Model-model pembelajaran yang disebutkan antara lain: saintifik, Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah), dan Pembelajaran Berbasis Lingkungan.

Ibu U mengatakan bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 harus menunjukkan atau mengeksplorasi tahap-tahap Scientific Learning, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Hal demikian berarti bahwa RPP yang disusun oleh guru dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kurikulum 2013 harus menonjolkan langkah-langkah penyelesaian masalah. Selain itu, Lembar Kerja Siswa juga harus menampilkan masalah-masalah yang sering dialami oleh siswa dan kondisi lingkungan yang terdapat di sekitar siswa atau kondisi lokal. Namun demikian, susunan dan komponen-komponen LKS sama dengan LKS lain yang tidak menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu: identitas LKS, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator, dan langkah-langkah atau petunjuk kerja.

(23)

di dalam kelas. Hal demikian terjadi karena langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah cukup rumit dan panjang sedangkan guru telah memiliki target pembelajaran untuk setiap pokok bahasan setiap hari. Guru berencana akan menyelesaikan satu pokok bahasan dalam satu hari namun dengan adanya RPP dan LKS yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah maka tidak jarang pokok bahasan tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Oleh karena itu, guru sering memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan setelah semua tema pada buku guru dan siswa selesai diajarkan. Dengan demikian, seolah-olah LKS disamakan dengan soal tes atau latihan. Berdasarkan hasil wawancara, Ibu U juga mengatakan bahwa beliau masih membutuhkan contoh-contoh RPP dan LKS yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengingat masih sedikitnya contoh RPP dan LKS Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang tersedia di SD Negeri Kalasan 1.

(24)

tergolong sebagai siswa kelas atas sudah memiliki kemampuan untuk bekerjasama di dalam kelompok baik melalui diskusi, curah pendapat (brain storming) untuk memecahkan masalah, dan presentasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang maka peneliti menjabarkannya ke dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan Lembar Kerja Siswa yang baik menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Pola Hidup Sehat mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar?

2. Bagaimana kualitas Lembar Kerja Siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Pola Hidup Sehat mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian pengembangan ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Mengembangkan produk berupa Lembar Kerja Siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Pola Hidup Sehat mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

(25)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah: 1. Bagi mahasiswa

Penelitian ini memberikan pengalaman secara langsung dan meningkatkan wawasan peneliti tentang jenis penelitian Research and Development khususnya terkait penerapannya dalam mengembangkan Lembar Kerja Siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu Kurikulum 2013 pada Subtema Pola Hidup Sehat untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

2. Bagi guru

Jenis penelitian Research and Development ini dapat menjadi inspirasi bagi para guru dalam mengembangkan keprofesiannya. Selain itu, guru juga memperoleh contoh Lembar Kerja Siswa menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu Kurikulum 2013 yang dapat menjadi salah satu alternatif pada pembelajaran Subtema Pola Hidup Sehat untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

3. Bagi siswa

Siswa dapat melakukan pembelajaran yang mendorong dan melatihnya untuk menganalisis masalah dalam kehidupan dan menemukan solusinya terkait Subtema Pola Hidup Sehat mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

4. Bagi sekolah

(26)

itu, Sekolah juga memperoleh bahan referensi terkait contoh-contoh Lembar Kerja Siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Subtema Pola Hidup Sehat untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

5. Bagi Program Studi PGSD

Program Studi PGSD memperoleh tambahan bahan referensi terkait pengembangan Lembar Kerja Siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu Kurikulum 2013 pada Subtema Pola Hidup Sehat untuk siswa kelas lima (V) sekolah dasar.

E. Batasan Istilah

Beberapa istilah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini antara lain:

1. Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isis, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dengan mengedepankan pendekatan saintifik, tematik integratif, penilaian otentik, dan pengembangan kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

2. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

(27)

4. Model pembelajaran adalah pola atau prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dari materi pelajaran.

6. Lembar Kerja Siswa adalah suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoretis dan/atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa; dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar yang lain.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk berupa LKS yang dikembangkan oleh peneliti memiliki beberapa spesifikasi sebagai berikut.

1. Komponen LKS yang disusun lengkap, terdiri dari: a) Judul

b) Kompetensi Dasar yang akan dicapai c) Waktu penyelesaian

d) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas e) Informasi singkat

f) Langkah kerja

(28)

Tugas yang harus dilakukan memuat langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah secara detail dan jelas dan dipadukan dengan langkah-langkah Pendekatan Saintifik.

h) Laporan yang harus dikerjakan

2. LKS menampilkan masalah nyata yang sering dihadapi oleh siswa dalam kesehariannya sehingga menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif untuk menganalisis masalah dan menemukan solusi pemecahannya (siswa beraktivitas secara penuh dalam mengerjakan LKS).

3. LKS tidak hanya difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir (kognitif) tetapi juga mencakup aspek afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

4. LKS disusun dengan memperhatikan ketentuan penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), yaitu penulisan huruf kapital dan huruf kecil dalam kata maupun kalimat dan penulisan tanda baca.

(29)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

a. Pengertian dan Hakikat Kurikulum 2013

Istilah kurikulum berasal dari kata curir dan curere. Istilah kurikulum ini pertama kali digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani Kuno. Secara etimologis, kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish (Sanjaya, 2009: 3). Seiring perkembangan zaman, istilah kurikulum juga digunakan di dalam dunia pendidikan. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa (Sukmadinata, 2007: 4).

Pendapat Sukmadinata terhadap pengertian istilah kurikulum ini sejalan dengan pendapat Saylor, Alexander, dan Lewis dalam Sanjaya (2009: 4) bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan. Seiring perkembangan zaman, makna kurikulum tersebut mengalami perubahan. Pasal 1 butir 19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi,”Kurikulum adalah seperangkat rencana

(30)

Harold B. Alberty dalam Rusman (2009: 3) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by the school). Caswell dan Campbell dalam Kurinasih dan Sani (2013: 5) mendefinisikan kurikulum sebagai seluruh pengalaman dari anak yang berada dalam pengawasan guru. Saylor, Alexander, dan Lewis dalam Rusman (2009: 3) mengatakan bahwa kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah.

Kurikulum cenderung mengalami perubahan seiring perkembangan zaman dan semakin beragamnya kebutuhan manusia. Kurikulum yang berlaku pada saat ini di Indonesia adalah Kurikulum 2013 atau yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Tematik. Kurikulum 2013 ini berlaku sejak tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan tematik integratif dan saintifik. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dilaksanakan berdasarkan tema-tema. Setiap tema berisi dua sampai empat mata pelajaran. Pembelajaran memuat lima langkah kegiatan saintifik, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Nuh dalam Kurinasih dan Sani (2013: 22) mengatakan bahwa Kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(31)

1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

3) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

4) Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integratif memberi kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

5) Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.

1) Menggunakan pendekatan tematik integratif dan saintifik 2) Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan tema-teman tertentu.

(32)

b. Rasional Perubahan Kurikulum 2013

Perubahan kurikulum 2013 dilakukan atas adanya dasar pemikiran yang dapat dipahami dan dipertanggungjawabkan. Kurniawan (2014: 228) menjelaskan rasional perubahan kurikulum 2013 sebagai berikut.

1) Situasi, kondisi, dan kecenderungan perkembangan kehidupan a) Fenomena negatif yang mengemuka

Beberapa gejala sosial yang sering muncul di Indonesia pada saat ini membutuhkan penanganan yang serius khususnya dalam bidang pendidikan, misalnya: perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan gejolak masyarakat.

b) Tantangan masa depan

Berbagai isu globalisasi membutuhkan tanggapan yang serius dari dunia pendidikan melalui penyiapan kurikulum, misalnya: globalisasi (WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA), masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi, dan transformasi pada sektor pendidikan, dan hasil TIMSS dan PISA.

c) Tuntutan kompetensi masa depan

(33)

berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas mengenai hidup, memiliki kesiapan untuk bekerja, dan memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat atau minatnya.

d) Persepsi masyarakat tentang pendidikan

Pemerintah sangat menghargai beberapa kritikan dari masyarakat terkait pelaksanaan pendidikan di Indonesia, antara lain: pendidikan terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.

2) Karakteristik kurikulum yang berlaku

Kurikulum yang berlaku sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dinilai memiliki banyak kelemahan, antara lain: a) Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan

banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

b) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

(34)

d) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.

e) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

f) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beranekaragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

g) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.

h) KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

3) Perbandingan kurikulum dan pembelajaran yang ada dengan tuntutan ideal yang dipandang adaptif dengan situasi, kondisi, dan perkembangan.

Tabel 1. Perbandingan Kurikulum Pembelajaran Sekarang

dan Kurikulum yang Ideal

Kondisi Pendidikan (kurikulum dan pembelajaran

yang ada)

Kondisi Pendidikan (kurikulum dan pembelajaran yang ideal) Kompetensi Lulusan

a. Sikap belum mencerminkan karakter mulia.

b.Keterampilan belum sesuai dengan kebutuhan.

Kompetensi Lulusan a.Berkarakter mulia.

(35)

c. Pengetahuan-pengetahuan lepas.

Materi Pembelajaran

a. Belum relevan dengan yang dibutuhkan.

b.Beban belajar terlalu berat. c. Terlalu luas dan kurang

mendalam

Materi pembelajaran

a. Relevan dengan yang dibutuhkan. b. Sesuai dengan tingkat perkembangan

anak.

c. Materi esensial. Proses Pembelajaran

a. Berpusat pada guru (teacher centered learning).

b.Sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks. c. Buku teks hanya memuat

materi bahasan.

Proses Pembelajaran

a. Berpusat pada peserta didik (student centered active learining).

b. Sifat pembelajaran yang kontekstual. c. Buku teks memuat materi dan proses

pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan.

Penilaian

a. Menekankan aspek kognitif.

b.Tes menjadi cara yang paling dominan.

Penilaian

a. Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotor secara proporsional.

b. Penilaian test dan portofolio saling melengkapi.

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. Memenuhi kompetensi profesi saja.

b.Fokus pada ukuran kinerja PTK.

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

b. Motivasi mengajar.

Pengelolaan Kurikulum Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran.

Pengelolaan Kurikulum

Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman.

c. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

(36)

Tabel 2. Elemen Perubahan Kurikulum dan Bentuk Perubahannya

Elemen Perubahan Bentuk Perubahan

Kompetensi lulusan Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kedudukan mata pelajaran (isi)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi.

Pendekatan (mata pelajaran)

Kompetensi dikembangkan melalui: Tematik Integratif dalam semua mata pelajaran.

Struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu

a. Holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya).

b.Jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6. c. Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat

perubahan pendekatan pembelajaran. Proses pembelajaran a. Standar proses yang semula terfokus pada

Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

b.Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.

c. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. d.Sikap tidak diajarkan secara verbal tetapi

melalui contoh dan teladan. e. Tematik dan terpadu.

Penilaian hasil belajar a. Penilaian berbasis kompetensi.

b.Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

c. Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).

d.Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti SKL.

e. Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.

(37)

c. PMR

d. Bahasa Inggris.

d. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bercirikan pendekatan saintifik (scientific approach). Pada intinya, pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa (Kosasih, 2014: 72). Siswa belajar berdasarkan pengalaman-pengalaman nyata yang dialaminya. Siswa dituntut untuk melakukan suatu kegiatan kemudian memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam kegiatan tersebut. Dengan demikian, siswa tidak belajar dengan cara tradisional misalnya menghafal materi pelajaran melainkan siswa mencoba untuk melakukan atau mempraktekkannya sendiri. Siswa-siswa memperoleh pengalaman belajar berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan atas kesadaran sendiri bahwa mereka membutuhkan hal-hal tersebut demi masa depannya.

(38)

1) Mengamati

Mengamati merupakan langkah pertama dalam proses pembelajaran saintifik. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap mengamati antara lain:

a) Membaca sumber-sumber tertulis, seperti kamus, novel, surat kabar, iklan, poster bagan, dan grafik.

b) Mendengarkan informasi lisan melalui radio, pembacaan wacana, dan tayangan tentang narasumber.

c) Melihat gambar dan sejenisnya. d) Menonton tayangan seperti film.

e) Menyaksikan fenomena alam, sosial, budaya.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut (Kosasih, 2014:74).

a) Menentukan objek pengamatan, sesuai dengan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari.

b) Menentukan aspek-aspek yang perlu diamati siswa, sesuai dengan indikator pembelajaran.

c) Menuliskan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama kegiatan pengamatan.

d) Menyiapkan skenario yang harus dilakukan siswa selama kegiatan pengamatan.

(39)

2) Menanya

Menanya atau bertanya merupakan tahap kedua dalam proses pembelajaran saintifik. Pada tahap ini, siswa dituntut untuk selalu aktif bertanya. Isi pertanyaan diharapkan agar berkaitan dengan objek yang telah diamati sebelumnya. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru agar kegiatan menanya berlangsung secara efektif adalah:

a) Memberikan kejelasan rambu-rambu kepada para siswa tentang materi pertanyaan yang harus diajukan.

b) Menampung semua pertanyaan yang diajukan siswa, terlepas pertanyaan itu sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan atau tidak. c) Menyeleksi pertanyaan-pertanyaan siswa, disesuaikan dengan

rambu-rambu yang telah ditetapkan.

d) Menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk dicari ataupun didiskusikan kemungkinan-kemungkinan jawabannya melalui diskusi kelompok ataupun diskusi kelas.

3) Menalar

Menalar adalah tahap ketiga dalam proses pembelajaran saintifik di mana siswa berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa antara lain: a) Membaca beragam referensi yang sekiranya dapat memberikan jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

(40)

c) Melakukan percobaan laboratorium untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan pembuktian ilmiah.

d) Mewawancarai narasumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban yang berupa pendapat ahli.

4) Mengasosiasikan (mencoba)

Mengasosiasi berarti menerapkan (mengembangkan, memperdalam) pemahaman atas suatu konsep kepada konsep lain yang sejenis atau yang berbeda. Kegiatan belajar yang dilakukan adalah dengan cara mengaitkan pemahaman sebelumnya pada konteks pembelajaran yang sejenis ataupun konteks pembelajaran yang bertentangan. Hal ini bertujuan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman siswa terhadap suatu konsep. 5) Mengomunikasikan

Mengomunikasikan berarti menyampaikan hasil kegiatan sebelumnya kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tertulis. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap mengomunikasikan yaitu: a) Silang baca antar siswa

b) Membacakan pendapat pribadi ataupun hasil diskusi kelompok untuk mendapatkan tanggapan dari siswa lainnya.

c) Berpresentasi di depan kelas dengan menggunakan media tertentu, seperti LCD sehingga menyerupai kegiatan diskusi umum.

d) Memajang karya di majalan dinding. e) Memasukkan karya di blog (internet).

(41)

g) Kunjung karya (siswa mengunjungi karya temannya yang dipajang di dinding atau di tempat lain untuk dinilai atau dikomentari).

h) Diselenggarakan dalam bentuk kegiatan yang lebih besar (pagelaran, pameran, dan seminar).

6) Mengkreasikan

Mengkreasikan merupakan sebuah langkah yang diharapkan dalam pembelajaran saintifik. Mengkreasikan adalah tahap lanjutan dari tahap mengomunikasikan. Pada tahap ini, siswa menerapkan beberapa kreativitas yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Tahap mengkreasikan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

a) Kreativitas sejenis, misalnya setelah membaca atau menyaksikan pembuatan layang-layang, siswa bisa membuat layang-layang seperti pada bacaan atau tayangan.

b) Kreativitas setingkat, misalnya setelah membaca resep tentang cara membuat roti, siswa dapat membuat kue baru yang menggunakan bahan yang berbeda.

c) Kreativitas meningkat, misalnya setelah memperoleh penjelasan tentang cara merakit sepeda, siswa dapat pula merakit sepeda motor ataupun mobil.

Tahap mengkreasikan dapat digunakan dalam pembelajaran dan dapat pula tidak digunakan. Secara umum, para guru hanya mengenal dan menerapkan lima langkah pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi (mencoba), dan mengomunikasikan.

(42)

e. Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalah salah satu ciri Kurikulum 2013. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kurniasih dan Sani, 2013: 48). Penilaian autentik juga diartikan sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran seperti meneliti, menulis, merevisi, dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, dan sebagainya. Penilaian autentik menilai aspek-aspek pembelajaran secara menyeluruh, yakni dimulai dari kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar.

Penilaian autentik sering pula disebut sebagai penilaian yang senyata-nyatanya, yakni penilaian yang berusaha menggambarkan prestasi belajar siswa sesuai dengan kemampuan mereka yang sesungguhnya; dalam arti tidak parsial ataupun manipulatif (Kosasih, 2014: 131). Tidak parsial berarti penilaian tidak dilakukan hanya pada satu aspek saja sedangkan tidak manipulatif berarti tidak direkayasa oleh guru. Penilaian autentik selalu berusaha untuk menilai kemampuan siswa secara menyeluruh atau holistik.

(43)

berdasarkan rumusan Kompetensi Dasar yang terdapat di dalam Kompetensi Inti 3. Aspek keterampilan dinilai sesuai dengan Kompetensi Dasar yang terdapat di dalam Kompetensi Inti 4.

Penilaian pada setiap aspek dapat dilakukan melalui teknik yang bermacam-macam. Permendikbud dalam Kosasih (2014: 134) menyebutkan beberapa teknik penilaian sikap, yaitu: observasi, penilaian diri, penilaian antarsiswa, dan penilaian dengan jurnal. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan melalui tes lisan, tes tertulis, dan penugasan sedangkan penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian praktik, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Kurniasih dan Sani (2013: 61) juga mengajukan pendapat yang sama tentang teknik penilaian dalam Kurikulum 2013. Namun demikian, pada aspek pengetahuan, teknik penilaian hanya berupa tes tulis dan tes lisan sedangkan aspek keterampilan terdiri dari penilaian performace atau kinerja, penilaian produk, penilaian proyek, dan portofolio. Di bawah ini adalah penjelasan tentang teknik-teknik penilaian dalam setiap aspek.

1) Sikap

a) Observasi

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

b) Penilaian diri

(44)

kompetensi yang hendak dicapai. Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian diri.

c) Penilaian antar teman

Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait kompetensi yang hendak dicapai. Instrumen yang digunakan adalah lembar penilaian teman sejawat.

d) Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2) Pengetahuan a) Tes tulis

Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis. Bentuk-bentuk tes tulis antara lain: pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

b) Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang diberikan oleh guru kepada peserta didik secara lisan (diucapkan) sehingga peserta didik menjawab pertanyaan tersebut.

c) Penugasan

(45)

3) Keterampilan

a) Performance atau kinerja

Penilaian performance atau kinerja adalah penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. b) Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni tiga dimensi. Guru tidak hanya menilai hasil akhir dari pekerjaan siswa namun juga prosesnya. c) Proyek

Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dengan periode atau waktu tertentu. Proyek dilakukan melalui tiga tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

d) Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi. Penilaian portofolio dilakukan selama kurun waktu tertentu. Penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta didik.

f. Perangkat Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

(46)

Tematik Harian (RPPTH), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen penilaian.

1) Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Departemen Pendidikan Nasional dalam Akbar (2013: 7). Silabus disusun berdasarkan sistem pendidikan nasional yang berlaku. Penyusunan silabus dalam Kurikulum 2013 dilakukan oleh pihak pemerintah pusat khususnya Departemen Pendidikan Nasional. Meskipun demikian, silabus tersebut dapat dikembangkan oleh para guru sesuai dengan kondisi lingkungan belajar di daerah setempat.

Silabus merupakan acuan dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Kosasih (2014: 144) bahwa silabus adalah pedoman rencana pembelajaran yang fungsinya sebagai acuan pengembangan RPP. Secara umum, Akbar (2013: 8) menjelaskan komponen silabus sebagai berikut.

a) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran berisi nama sekolah, mata pelajaran/tema, dan kelas/semester.

b) Standar kompetensi

(47)

menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai sikap dan atau semester. Standar kompetensi dalam silabus diambil dari standar isi yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

c) Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik pada mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar disusun berdasarkan standar kompetensi yang sudah ada.

d) Materi pokok

Materi pokok adalah inti pelajaran yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar yang sudah ditentukan.

e) Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Inti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman belajar melibatkan proses mental dan fisik peserta didik dengan teman-temannya, para guru, media dan sumber pembelajaran, serta lingkungan belajar yang menunjang pencapaian kompetensi. KBM harus memperhatikan urutan rangkaian kegiatan belajar, hirarki dalam penyajian materi pelajaran, dan kemampuannya untuk terwujud atau tercermin dalam kegiatan belajar peserta didik. f) Indikator pencapaian kompetensi

(48)

dalam penyusunan tujuan pembelajaran. Penyusunan indikator harus memperhatikan penggunaan kata kerja operasional berdasarkan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom menyajikan berbagai kata kerja operasional secara bertingkat-tingkat dalam tiga aspek pendidikan yaitu: aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

g) Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data dari peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Chamsiatin dalam Akbar, 2013: 27). Penilaian dilakukan dalam tiga aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) dengan teknik dan bentuk yang berbeda-beda. h) Alokasi waktu

Alokasi waktu disusun berdasarkan jumlah minggu efektif dan jumlah jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dalam setiap minggu. Penentuan alokasi waktu perlu juga mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan dan kedalaman kompetensi dasar, tingkat kesulitan dan kepentingan kompetensi dasar, dan keberagaman peserta didik.

i) Sumber, bahan, dan alat belajar

(49)

Silabus yang baik harus memuat beberapa komponen di atas. Agar sebuah silabus memenuhi kelayakan maka guru perlu memperhatikan beberapa prosedur dalam menyusun dan silabus, antara lain:

a) Mengisi kolom identitas silabus b) Mengkaji standar kompetensi c) Mengkaji kompetensi dasar d) Mengidentifikasi materi pokok e) Mengembangkan pengelaman belajar f) Merumuskan indikator

g) Menentukan jenis penilaian h) Menentukan alokasi waktu i) Menentukan sumber belajar.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian pada awalnya hanya dikenal dengan sebutan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di dalam kurikulum atau silabus. RPP dibuat dalam rangka pedoman guru dalam mengajar sehingga pelaksanaannya bisa lebih terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan (Kosasih, 2014: 144).

(50)

tema terdiri dari beberapa subtema. Setiap subtema dijabarkan ke dalam enam pembelajaran dalam satu minggu. Dengan demikian, guru menyusun enam buah RPPTH dalam satu minggu. Satu RPPTH digunakan dalam satu hari atau dalam satu kali pembelajaran.

RPPTH yang baik mengandung beberapa unsur di bawah ini. a) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran meliputi nama sekolah, kelas, semester, mata pelajaran, materi pokok, dan jumlah pertemuan.

b) Kompetensi Inti (KI)

Kompetensi Inti menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai oleh siswa dalam setiap kelas. Kompetensi Inti terdiri dari empat bagian. Kompetensi Inti 1 menggambarkan sikap spiritual, kompetensi Inti 2 menggambarkan sikap sosial, kompetensi Inti 3 berkaitan dengan aspek kognitif, sedangkan Kompetensi Inti 4 berkaitan dengan aspek keterampilan. c) Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi dasar dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran.

d) Indikator pencapaian kompetensi

Indikator berfungsi sebagai penanda ketercapaian suatu tujuan pembelajaran. Rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional. e) Tujuan pembelajaran

(51)

Penyusunan tujuan pembelajaran harus memperhatikan rumusan yang jelas dan lengkap. Rumusan tujuan pembelajaran meliputi siswa (audience), perilaku yang diharapkan (behavior), kondisi atau cara belajar siswa (condition), dan tingkat pencapaiannya baik secara kualitatif maupun kuantitatif (degree).

f) Materi ajar

Materi ajar memuat fakta (contoh atau model berkenaan dengan suatu materi ajar), konsep (definisi, pengertian atau batasan tentang istilah tertentu), prinsip (aturan atau kaidah), dan prosedur (langkah-langkah) yang relevan. Materi ajar ditulis dalam butir-butir yang jelas sesuai dengan kompetensi dasar ataupun indikator.

g) Alokasi waktu

Alokasi waktu dalam setiap jenjang pendidikan berbeda-beda. Alokasi waktu untuk satu jam pelajaran di SD adalah 35 menit. Jumlah jam pelajaran untuk siswa kelas bawah adalah 6 jam sedangkan siswa kelas atas adalah 8 jam. Dengan demikian, pada bagian alokasi waktu, untuk kelas bawah ditulis 6×35 menit sedangkan kelas atas ditulis 8×35 menit. h) Metode pembelajaran

(52)

i) Media, alat, dan sumber pembelajaran

Media adalah sarana yang berfungsi sebagai pengantar materi pembelajaran. Contoh media yaitu: LCD, benda tiruan, papan tulis, kertas karto, torso, dan dan televisi. Cotoh alat yaitu: spidol, penggaris, penghapus, busur, dan miroskop. Contoh sumber yaitu: buku referensi, orang (narasumber), alam, dan peristiwa sosial budaya.

j) Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga bagian utama yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru mengecek kesiapan siswa, menumbuhkan motivasi, memperkenalkan materi pembelajaran dan mengaitkannya dengan materi sebelumnya (apersepsi, motivasi, dan orientasi). Kegiatan inti menggambarkan lima langkah pendekatan saintifik secara jelas dan sistematis. Pada kegiatan inti juga terdapat penggalan-penggalan. Kelas bawah terdiri dari dua penggalan sedangkan kelas atas terdiri dari tiga penggalan. Kegiatan penutup biasanya terdiri dari penyimpulan, penilaian akhir, refleksi, dan tindak lanjut (penyampaian tugas-tugas ataupun saran dari guru).

k) Penilaian

(53)

RPPTH yang baik harus disusun dengan memperhatikan langkah-langkah di bawah ini.

a) Memilih kompetensi dasar dan mengkaji silabus

b) Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator dan tujuan pembelajaran

c) Mengidentifikasi materi pembelajaran

d) Memilih metode dan media (perangkat) pembelajaran e) Mengembangkan kegiatan pembelajaran

f) Mengembangkan jenis penilaian.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS)

(54)

LKS yang baik dan lengkap harus memuat beberapa komponen. Prastowo (2014: 273) menyebutkan delapan unsur LKS secara spesifik, antara lain:

a) Judul

b) Kompetensi Dasar yang akan dicapai c) Waktu penyelesaian

d) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas e) Informasi singkat

f) Langkah kerja

g) Tugas yang harus dilakukan h) Laporan yang harus dikerjakan.

4) Instrumen Penilaian

Penilaian dilakukan oleh para guru dalam tiga aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Setiap aspek yang dinilai harus menggunakan instrumen yang jelas dan detail. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarsiswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik (Kosasih, 2014: 134).

(55)

g. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia sejak tahun ajaran 2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah maupun sekolah-sekolah yang siap melaksanakannya masih mengalami banyak kekurangan. Namun demikian, di lain pihak pelaksanaan kurikulum ini memiliki beberapa keunggulan. Kurniasih dan Sani (2013: 40) menjelaskan keunggulan dan kelemahan Kurikulum 2013 antara lain:

1) Keunggulan Kurikulum 2013

a) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

b) Adanya penilaian dari semua aspek.

c) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

d) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

e) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

f) Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills, hard skills, dan kewirausahaan.

(56)

h) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional. i) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.

j) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan.

k) Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

l) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

m) Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan secara lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP serta menerapkan pendekatan scientific secara benar.

2) Kelemahan Kurikulum 2013

a) Guru banyak salah kaprah karena beranggapan bahwa dengan Kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas.

b) Banyak guru yang belum siap secara mental dengan adanya Kurikulum 2013 ini.

c) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific. d) Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP.

(57)

f) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa, dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat.

g) Guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan Kurikulum 2013 karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.

h) Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam Kurikulum 2013 karena Ujian Nasional masih menjadi faktor penghambat.

i) Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, ditambah persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang diampu.

j) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(58)

fakultas-fakultas sosial. Tan dalam Amir (2009: 12) berpendapat bahwa perkembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

1) Adanya peningkatan tuntutan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik

2) Aksesbilitas informasi dan ledakan pengetahuan

3) Perlunya penekanan kompetensi dunia nyata dalam belajar

4) Perkembangan dalam bidang pembelajaran, psikologi, dan pedagogi. Model Pembelajaran Berbasis Masalah berkembang seiring dengan kemajuan pendidikan pada abad ke-21 ini. Pada abad ini, dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai masalah baru yang menuntut untuk harus segera diatasi. Pendidikan merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah dan upaya untuk mencari solusi terhadap masalah tersebut. Shulman dalam Rusman (2013: 231) mengartikan pendidikan sebagai proses membantu orang mengembangkan kapasitas untuk belajar bagaimana menghubungkan kesulitan mereka dengan teka-teki yang berguna untuk membentuk masalah. Lebih lengkap lagi, Amir (2009: 12) menjelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin dan bisa bekerja dalam kelompok, orang perlu memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah. Selain itu, Knowles dalam Amir (2009: 13) menambahkan,”Mereka juga harus mampu mengidentifikasi masalah, punya

(59)

Para ahli mengartikan istilah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kalimat yang berbeda-beda namun memiliki makna yang sama. Arends dalam Trianto (2009: 92) berpendapat bahwa pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dalam keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Tan dalam Rusman (2013: 232) mengartikan Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampaun untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Siregar dan Nara (2010: 119) berpendapat bahwa belajar berbasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar siswa (student-centered learning). Secara lebih lengkap, dijelaskan juga bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalah lebih difokuskan pada penyajian suatu masalah kepada siswa kemudian siswa diminta untuk mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu. Masalah yang disajikan dapat berupa masalah nyata dan dapat pula berupa masalah yang disimulasikan. Masalah tersebut akan menjadi panduan dalam proses belajar.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

(60)

dialog (Sani, 2013: 140). Ward dalam Ngalimun (2014: 89) mendefinisikan PBM sebagai suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Pengertian yang hampir sama tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah juga diajukan oleh Duch dalam Shoimin (2014: 130) bahwa Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak variasi. Menurut Siregar dan Nara (2010: 120), terdapat lima bentuk belajar untuk Model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:

1) Permasalahan sebagai pemandu

Masalah menjadi acuan konkret yang harus diperhatikan oleh pemelajar. Bacaan yang diberikan harus sesuai dengan masalah karena masalah akan menjadi kerangka berpikir pemelajar dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Guru hanya menjadi fasilitator dan pembimbing. 2) Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Kurikulum Pembelajaran Sekarang
Tabel 2. Elemen Perubahan Kurikulum dan Bentuk Perubahannya
gambar dan dapat pula berupa tulisan. Siswa akan menemukan materi,
Tabel 3. Penyesuaian Langkah Model PBM dan Pendekatan Saintifik
+7

Referensi

Dokumen terkait

kembali anjangsana ke Surakarta lagi. Tuan Minister Ingglar memberitahu kepada Tuan Gubemur Jenderal bahwa Yogya karta bersiap-siap untuk berperang. Para putra dan kerabat

Sentosa mahasiswa kerja praktek ditempatkan di bagian gudang barang jadi. Berikut uraian kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek

keberagamaan wanita sebagai pihak yang berkontribusi besar terhadap terwujudnya toleransi beragama di Indonesia. Melibatkan wanita secara aktif dalam usaha mewujudkan

3.2.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Sukabumi, 2015/ Population

Dokumen dapat memberikan bantuan informasi tentang isi dokumen kepada yang memerlukannya, menyiapkan alat bukti, data-data tentang suatu keterangan dokumen,

Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

Dalam buku Pedoman PPL Universitas Negeri Semarang (2010) menyatakan bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan

Uswatun Farida, 462008069, FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS TEGALREJO SALATIGA, Fakultas Ilmu Kesehatan,