• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara product knowledge dan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara product knowledge dan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

Melati Ayu Kusumaningdyah

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara product knowledge dan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen, sedangkan variabel bebasnya adalah product knowledge. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara product knowledge dengan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 117 orang. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu pasien di BKPM Klaten yang berobat menggunakan BPJS Kesehatan. Metode pengumpulan data dengan penyebaran tes dan skala yang dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas tes product knowledge sebesar

α = 0,833 dengan jumlah 25 aitem, sementara itu reliabilitas skala kepuasan konsumen sebesar α =

0,963 dengan jumlah 50 aitem. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi Spearman Rho karena sebaran data tidak normal. Hasil menunjukkan terdapat korelasi antara kepuasan konsumen (N=50; mean= 155,34; SD=15,272) dan product knowledge (N=25; mean= 14,09; SD=4,483) r = -0,320 p = 0,000 (p < 0,01) yang mengindikasikan adanya korelasi negatif yang rendah antara product knowledge dengan kepuasan konsumen. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ini ditolak. Maka, semakin tinggi product knowledge, semakin rendah kepuasan konsumen. Sebaliknya, semakin rendah

product knowledge, semakin tinggi kepuasan konsumen.

(2)

Melati Ayu Kusumaningdyah

ABSTRACT

This research discussed the correlation between product knowledge and consumer satisfaction of "BPJS Kesehatan". Dependent variable in this research was consumer satisfaction, while the independent variable was product knowledge. The proposed hypothesis was that there was a positive correlation between product knowledge and consumer satisfaction BPJS Kesehatan. Subject of this research were 117 people. Subject were chosen by purposive sampling method. They were medical patient from BKPM Klaten who had medical treatment and used BPJS Kesehatan. Data were gained by using psychological testing and scale which was developed by researcher. Reliability for product knowledge test was α = 0,833 with 25 items, while reliability for consumer satisfaction scale was α = 0,963 with 50 items. Spearman Rho correlation technique was chosen to analyse the data because of the abnormal data distribution. The result showed correlation between consumer satisfaction (n=50; mean= 155,34; SD=15,272) and product knowledge (n=25; mean= 14,09; SD=4,483) r = -0,320 p = 0,000 (p < 0,01) indicated that there was low negative correlation between product knowledge and consumer satisfaction. The result meant that the research hypothesis was rejected. In conclusion, the higher product knowledge, the lower consumer satisfaction and viceversa.

(3)

HUBUNGAN ANTARA PRODUCT KNOWLEDGE DAN

KEPUASAN KONSUMEN BPJS KESEHATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Melati Ayu Kusumaningdyah 119114046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

G

OD IS GOOD ALL

THE TIME

A

PA YANG SEDANG KAMU DOAKAN

,

SEDANG TUHAN KERJAKAN. PERCAYALAH

SEMUANYA AKAN INDAH MENURUT

RENCANA

N

YA DAN WAKTU

N

YA

(7)

v

ASK and it will be given to you

SEEK and you will find

KNOCK and the door will be opened for you

-Matthew 7:7-

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu

(Matius 11:28)

Proudly Dedicated for…

My Father Jesus

My parents (Bapak & Mamah)

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA PRODUCT KNOWLEDGE DAN KEPUASAN KONSUMEN BPJS KESEHATAN

Melati Ayu Kusumaningdyah

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara product knowledge dan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen, sedangkan variabel bebasnya adalah product knowledge. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara product knowledge dengan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 117 orang. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu pasien di BKPM Klaten yang berobat menggunakan BPJS Kesehatan. Metode pengumpulan data dengan penyebaran tes dan skala yang dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas tes product knowledge sebesar α = 0,833 dengan jumlah 25 aitem, sementara itu reliabilitas skala kepuasan konsumen sebesar α = 0,963 dengan jumlah 50 aitem. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi Spearman Rho karena sebaran data tidak normal. Hasil menunjukkan terdapat korelasi antara kepuasan konsumen (N=50; mean= 155,34; SD=15,272) dan product knowledge (N=25; mean= 14,09; SD=4,483) r = -0,320 p = 0,000 (p < 0,01) yang mengindikasikan adanya korelasi negatif yang rendah antara product knowledge dengan kepuasan konsumen. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ini ditolak. Maka, semakin tinggi product knowledge, semakin rendah kepuasan konsumen. Sebaliknya, semakin rendah

product knowledge, semakin tinggi kepuasan konsumen.

(10)

viii

THE CORRELATION BETWEEN PRODUCT KNOWLEDGE AND CONSUMER SATISFACTION BPJS KESEHATAN

Melati Ayu Kusumaningdyah

ABSTRACT

This research discussed the correlation between product knowledge and consumer satisfaction of "BPJS Kesehatan". Dependent variable in this research was consumer satisfaction, while the independent variable was product knowledge. The proposed hypothesis was that there was a positive correlation between product knowledge and consumer satisfaction BPJS Kesehatan. Subject of this research were 117 people. Subject were chosen by purposive sampling method. They were medical patient from BKPM Klaten who had medical treatment and used BPJS Kesehatan. Data were gained by using psychological testing and scale which was developed by researcher. Reliability for product

knowledge test was α = 0,833 with 25 items, while reliability for consumer satisfaction scale was α = 0,963 with 50 items. Spearman Rho correlation technique was chosen to analyse the data because of the abnormal data distribution. The result showed correlation between consumer satisfaction (n=50; mean= 155,34; SD=15,272) and product knowledge (n=25; mean= 14,09; SD=4,483) r = -0,320 p = 0,000 (p < 0,01) indicated that there was low negative correlation between product knowledge and consumer satisfaction. The result meant that the research hypothesis was rejected. In conclusion, the higher product knowledge, the lower consumer satisfaction and viceversa.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang bertahta dalam kerajaan Surga

yang mulia karena atas berkatNya dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan lancar dan baik. Penulis menyadari bahwa selama

pengerjaan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak yang terlibat. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma.

3. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik dari

semester 1 hingga 4.

4. Bapak Prof. Dr. Agustinus Supratiknya, selaku Dosen Pembimbing Akademik

dari semester 5 hingga 9 sekaligus dosen favorit saya yang telah memberikan

ilmu dan pengetahuannya terutama mengenai psikometri, konstruksi alat ukur,

dan penyusunan skala psikologis.

5. Bapak T. M. Raditya Hernawa, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi tepat waktu ditengah-tengah kesibukannya.

6. Bu Dewi dan Mbak Etta selaku dosen penguji skripsi, sehingga ujian skripsi saya

(13)

xi

7. Mbak Etta selaku dosen Fakultas Psikologi Universitas sanata Dharma yang mau

direpotkan penulis untuk berdiskusi ketika penulis mengalami kendala dalam

penulisan skripsi.

8. Segenap Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik, membagikan ilmu

pengetahuan dan pengalamannya, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

9. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Bu Nanik,

Mas Gandung, Mas Muji, Mas Donny, dan Pak Gik) atas kebaikan dan kesabaran

memberikan informasi demi kelancaran studi penulis.

10.Bapak dr. Agus T. Parnyoto, MMR selaku Kepala Balai Kesehatan Paru

Masyarakat (BKPM) Klaten yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian. Mbak Yuli yang mau direpotkan penulis

untuk teknis penyebaran skala, Mbak Winda yang juga membantu menjadi expert

judgement skala penelitian yang dibuat penulis, Mbak Tari, Mas Hariyadi, dan

semua pegawai BKPM Klaten bagian pendaftaran yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

11.Bapak dan Mamah yang selalu memberi semangat, wejangan, dan tentunya

asupan dana untuk penulis dalam pengerjaan skripsi.

12.(Almh.) Mbah Dawud Dahlan yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis

untuk menyelesaikan skripsi secepatnya hingga detik-detik kepergiannya.

(14)

xii

14.Sepupuku yang selalu ada ketika penulis sedang kesulitan mengerjakan skripsi:

Dek Dita, Mbak Eva, dan Bety. Terima kasih mau menampung

keluhan-keluhanku 

15.Teman-teman pelayanan Gerejaku dari Komisi Anak GKJ Kebonarum, Vocal

Group Eklesia, dan Sub Komisi remaja blok 2 atas semangat, canda, tawa,

dukungan dan doa yang diberikan pada penulis .

16.Mbak Betty yang mau meluangkan waktu membantu penulis menterjemahkan

beberapa jurnal, menterjemahkan abstrak hasil penelitian dan menyemangati

penulis agar lolos TKBI.

17.Sahabat-sahabatku di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Pipin, Ratna, Lala, Acil, Mamsit, Nizam, Ela dan mas Yovi yang mendukung

penulis agar bisa segera menyelesaikan penulisan skripsi dan lulus bersama.

18.Ko Engger, Cik Elita, Cik Agnes Wijaya, dan Netty yang memberikan waktunya

untuk berdiskusi bersama mengenai kesulitan penulisan skripsi yang dihadapi

penulis.

19.Teman-teman tengger psikologi 2011, adik tingkat, dan juga kakak tingkat di

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berproses

dan berdinamika bersama selama perkuliahan hingga pengerjaan skripsi.

20.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

(15)
(16)

xiv

DAFTAR

ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL...xviii

DAFTAR GAMBAR...xx

DAFTAR LAMPIRAN...xxi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian...8

(17)

xv

2. Manfaat Praktis...9

BAB II LANDASAN TEORI... ..10

A. Product knowledge...10

1. Pengertian...10

2. Tingkat product knowledge...11

3. Jenis-jenis product knowledge... 12

4. Pengukuran product knowledge...13

5. Dampak product knowledge...14

B. Kepuasan konsumen...15

1. Pengertian...15

2. Aspek-aspek kepuasan konsumen...18

3. Mengukur kepuasan konsumen ……….………...19

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen………...21

C. BPJS Kesehatan...22

1. Pengertian...22

2. Keikutsertaan di BPJS…...22

3. Fasilitas Kesehatan dan Manfaat yang dijamin……….24

4. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan………26

D. Dinamika Hubungan Antara Product Knowledge dan Kepuasan Konsumen BPJS Kesehatan………28

E. Kerangka Penelitian……….32

(18)

xvi

BAB III METODE PENELITIAN...34

A. Jenis Penelitian...34

B. Identifikasi Variabel Penelitian…...34

1. Variabel Bebas…...34

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data…...37

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur…...40

1. Validitas…...40

(19)

xvii

A. Pelaksanaan Penelitian...50

B. Deskripsi Subjek Penelitian...51

C. Deskripsi Data Penelitian...53

D. Hasil Analisis Data...57

1. Uji Asumsi Penelitian...57

a. Uji Normalitas...57

b. Uji Linearitas...60

2. Uji Hipotesis...62

F. Analisis Data Tambahan...64

E. Pembahasan...65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...71

A. Kesimpulan...71

B. Keterbatasan Penelitian………..71

C. Saran...72

1. Bagi Konsumen BPJS Kesehatan...72

2. Pihak BPJS Kesehatan...73

3. Bagi Penelitian Selanjutnya...73

DAFTAR PUSTAKA...74

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Pemberian skor pada tes...38

Tabel 2 Blue Print tes Product Knowledge sebelum diujicobakan...38

Tabel 3 Tabel pemberian skor pada skala...39

Tabel 4 Blue Print skala kepuasan konsumen sebelum diujicobakan...40

Tabel 5 Blue Print tes Product Knowledge setelah diujicobakan...43

Tabel 6 Blue Print tes Product Knowledge setelah pengguguran manual...44

Tabel 7 Blue Print skala kepuasan konsumen setelah diujicobakan...45

Tabel 8 Blue Print skala kepuasan konsumen setelah pengguguran manual...46

Tabel 9 Kategorisasi perhitungan korelasi...49

Tabel 10 Subjek berdasar jenis kelamin...52

Tabel 11 Subjek berdasar kepersertaan...52

Tabel 12 Subjek berdasar frekuensi berobat...52

Tabel 13 Subjek berdasar usia...53

Tabel 14 Hasil pengukuran deskriptif variabel...53

Tabel 15 Hasil uji T Product Knowledge...54

Tabel 16 Hasil uji T Kepuasan Konsumen...55

(21)

xix

Tabel 18 Norma kategorisasi product knowledge...56

Tabel 19 Norma kategorisasi kepuasan konsumen...57

Tabel 20 Hasil uji Normalitas...58

Tabel 21 Hasil uji linearitas kepuasan konsumen dan product knowledge……61 Tabel 22 Hasil uji hipotesis...63

Tabel 23 Hasil analisis tambahan perbandingan kepuasan konsumen antara

(22)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kepersertaan di BPJS...24

Gambar 2 Alur Penanganan Pasien...26

Gambar 3 Kurva Product Knowledge...59

Gambar 4 Kurva Kepuasan Konsumen...60

(23)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba...78

Lampiran 2 Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item...97

Lampiran 3 Skala Final...106

Lampiran 4 Statistik Deskriptif...121

Lampiran 5 Hasil Uji Beda Mean (Uji T) ...122

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas...123

Lampiran 7 Hasil Uji Linearitas...124

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang minimal 6 bulan tinggal

di Indonesia wajib menjadi anggota BPJS. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 24

pasal 14 tahun 2012 tentang BPJS yang menyebutkan setiap orang di Indonesia

wajib menjadi peserta BPJS Kesehatan. UU tersebut dibuat untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat terutama dalam jaminan kesehatan. Peserta BPJS dapat

menikmati pelayanan kesehatan tingkat pertama dan pelayanan kesehatan tingkat

lanjutan (www.bpjs-kesehatan.go.id). BPJS Kesehatan merupakan organisasi

berbadan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

kesehatan. Salah satu program yang dimiliki BPJS Kesehatan adalah Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) yang sistemnya menggunakan sistem asuransi. Artinya

seluruh warga Indonesia nantinya akan menyisihkan sebagian kecil uang yang

dimiliki untuk jaminan kesehatan di masa depan (www.health.liputan6.com).

BPJS Kesehatan mulai operasional pada tanggal 1 Januari 2014 dan memiliki

dua macam keanggotaan yakni konsumen yang menerima bantuan iuran dan yang

tidak. Bagi konsumen yang menerima bantuan iuran maka setiap bulannya

mereka tidak perlu membayar premi ke bank yang dipilih karena semua iurannya

(25)

bantuan iuran, mereka diwajibkan membayar premi setiap bulannya sesuai

dengan kelas yang mereka pilih dari awal pendaftaran (bpjs-kesehatan.go.id).

Dikutip dari majalah wanita mingguan Femina (edisi 21-27 Februari 2015)

hingga 30 Januari 2015 jumlah peserta BPJS Kesehatan mencapai 135.739.984

jiwa. Tercatat 1.700 rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS dan sekitar 600

rumah sakit yang belum bekerjasama dengan BPJS, diakui adanya penumpukan

pasien karena di Indonesia perbandingan jumlah rumah sakit dan jumlah

penduduk tidak seimbang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai BPJS di

Rumah Sakit Pusat Klaten diperoleh hasil bahwa banyak sekali konsumen BPJS

yang mengantri setiap harinya untuk memperoleh layanan kesehatan, bahkan

konsumen atau pasien BPJS memiliki jumlah yang lebih banyak daripada jumlah

pasien yang berobat dengan biaya sendiri (Komunikasi Pribadi, 7 Juni 2015).

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat 4 keluhan utama

soal pelayanan BPJS kesehatan, antara lain antrean berobat yang lama dan

panjang, cakupan BPJS yang terlalu besar, kebijakan dan peraturan, serta

sosialisasi yang minim dari BPJS (www.health.detik.com). Dikutip dari kompas,

Selasa, 1 April 2014 (dalam www.megapolitan.kompas.com, 2014) didapatkan

informasi bahwa pendaftaran BPJS masih membingungkan warga. Salah satu

contohnya banyak pendaftar yang harus mengantri dari subuh supaya

mendapatkan nomor antrean, karena pada pukul 08.30 WIB nomor antrian

biasanya sudah habis. Hal seperti ini kerap kali ditemui di kantor BPJS Kesehatan

(26)

Hal tersebut membuat banyak calon konsumen BPJS Kesehatan mengeluhkan

pelayanan yang diberikan BPJS Kesehatan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan peserta BPJS

Kesehatan (Komunikasi Pribadi, 12 Januari 2016), didapatkan informasi bahwa

kepuasan pasien peserta BPJS Kesehatan masih dikatakan kurang. Konsumen

kecewa dengan pengalaman buruknya berobat menggunakan BPJS Kesehatan

karena dokter dan perawat yang melayaninya tidak ramah ketika tahu pasien

berobat menggunakan BPJS Kesehatan, selain itu obat yang diberikan BPJS

Kesehatan merupakan obat generic bukan obat paten. Hal tersebut membuat

pasien membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh, dan terpaksa berobat

menggunakan biaya sendiri agar mendapatkan obat paten.

Konsumen yang kecewa akan pengalaman buruknya pada sebuah perusahaan

penyedia layanan sedikitnya akan menceritakan pengalaman buruknya ini pada 5

orang terdekatnya. Di sisi lain, konsumen yang menyampaikan complain dan

segera ditangani akan merasa puas, nantinya mereka akan menceritakan

pengalaman menyenangkannya dengan perusahaan dan karyawan yang

menyelesaikan complain ini kepada orang-orang terdekatnya (Tschohl, 2011).

Peter dan Olson (2000) mengatakan jika konsumen merasa puas dengan suatu

produk atau jasa, mereka cenderung akan terus membeli dan menggunakannya

serta memberitahu orang lain tentang pengalaman mereka yang menyenangkan

dengan produk atau jasa tersebut. Jika mereka tidak dipuaskan, mereka cenderung

(27)

bahkan menceritakannya kepada konsumen lainnya. Berkaitan dengan BPJS

Kesehatan, peserta BPJS Kesehatan yang mampu (kecuali peserta

JAMKESMAS) dapat menggunakan asuransi lain yang menurutnya mampu

meng-cover jaminan kesehatannya (Komunikasi Pribadi, 7 Juni 2015).

Mengingat peran konsumen yang sangat besar maka kepuasan konsumen

menjadi perhatian utama dalam dunia bisnis. Terciptanya kepuasan konsumen

dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan

dan konsumen menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi penggunaan

ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, serta membentuk rekomendasi dari

mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan perusahaan (Siswaeiddy,

2013). Menurut Mittal dan Kamakura (dalam Mosahab, dkk, 2010), kepuasan

konsumen adalah kunci penting yang membentuk keinginan konsumen untuk

permintaan selanjutnya.

Kotler (dalam Mamang & Sopiah, 2013) mengemukakan kepuasan

konsumen sebagai sejauh mana suatu tingkatan produk dipersepsikan sesuai

dengan harapan pembeli. Selanjutnya dijelaskan bahwa kepuasan konsumen bisa

diartikan sebagai kesesuaian antara harapan konsumen terhadap suatu produk atau

jasa sesuai dengan kenyataan yang diterima konsumen. Jika produk atau jasa

tersebut jauh di bawah harapan maka konsumen akan kecewa. Sebaliknya,

konsumen akan puas jika produk atau jasa tersebut memenuhi harapan.

(28)

kembali menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan, sehingga membangun

loyalitas konsumen (Zeithaml dan Bitner, 2005).

Kepuasan konsumen diukur dengan seberapa besar kesesuaian antara

harapan konsumen dengan kinerja produk dan pelayanan yang aktual. Produk dan

layanan yang berkualitas berperan penting dalam membentuk kepuasan konsumen

dan keuntungan bagi perusahaan karena semakin tinggi kualitas produk dan

layanan yang diberikan oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula kepuasan

yang dirasakan oleh konsumen (Mamang & Sopiah, 2013). Alma (dalam

Rahman, 2009) mengemukakan sebab-sebab munculnya ketidakpuasan terhadap

sesuatu yang diterima antara lain (a) Tidak sesuai harapan dengan kenyataan yang

dialami; (b) Layanan; (c) Perilaku karyawan; (d) Suasana dan kondisi fisik

lingkungan; (e) harga; (f) Promosi/iklan.

Peneliti akan berfokus pada faktor terakhir yang mempengaruhi kepuasan

konsumen yakni Promosi/Iklan. Menurut Fandy (2005) Promosi/Iklan

merupakan bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi

tentang keungulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa

sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran

seseorang untuk melakukan pembelian. Sebelum melakukan pembelian atau

penggunaan konsumen biasanya melihat kecocokan produk yang akan

digunakannya dengan informasi dari promosi/iklan yang ada dan pengalamannya

menggunakan produk serupa (Lee, 2014). Menjadi akrab dengan pentingnya

(29)

mereka tidak akan menduga-duga mengenai produk dan mempengaruhi

kepuasannya (Rao dan Monroe dalam Lee, 2014). Hal ini sesuai dengan asumsi

dasar teori product knowledge yang menyatakan bahwa product knowledge

berperan penting dalam perilaku konsumen, karena akan mempengaruhi

konsumen dalam bersikap terutama pada usaha mencari informasi.

Product knowledge erat hubungannya dengan informasi yang dimiliki

konsumen terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya. Dalam memilih produk

atau jasa konsumen biasanya mencari informasi tentang produk atau jasa dan

pengalaman sebelumnya menggunakan produk atau jasa yang hampir serupa,

setelah itu mereka akan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan tersebut

(Brucks dalam Lee, 2014). Konsumen satu berbeda dengan konsumen yang lain,

mereka juga memiliki perbedaan pengetahuan terkait produk atau jasa yang

nantinya akan mempengaruhi kepuasan (Lee, 2014). Scribner dan Weun dalam

Lee (2014) menegaskan banyaknya pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang

produk atau jasa akan mempengaruhi proses persepsi mereka yang terbentuk dari

sikap, hal ini akan mempengaruhi respon mereka tehadap kepuasan.

Menurut Peter dan Olson (dalam Syamsu dan Sanaji, 2014) konsumen

memiliki tingkat pengetahuan produk yang berbeda. Untuk produk Speedy Pre

Wired, jenis pengetahuan produk yang disampaikan kepada konsumen telepon

rumah oleh pihak Telkom adalah pengetahuan tentang manfaat produk seperti

konsumen tidak perlu pergi ke warnet apabila membutuhkan koneksi internet

(30)

Sanaji (2014). Begitu pula dengan BPJS kesehatan, jenis pengetahuan yang

disampaikan kepada konsumennya adalah pengetahuan tentang manfaat produk

seperti konsumen tidak perlu mengkhawatirkan biaya berobat apabila sakit,

karena dengan BPJS kesehatan semua biaya pengobatan telah ditanggung oleh

pemerintah (bagi konsumen yang mendapatkan bantuan pemerintah) dan

ditanggung pribadi berdasarkan premi yang dibayarkan setiap bulannya.

Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukkan adanya

hubungan antara product knowledge dengan kepuasan konsumen. Penelitian yang

dilakukan oleh Kussujaniatun dan Wisnalmawati (2011) pada 100 pemilik mobil

Toyota menunjukkan adanya hubungan positif product knowledge dan kepuasan

konsumen. Konsumen pemilik mobil Toyota yang memiliki product knowledge

yang tinggi ditemukan memiliki kepuasan yang tinggi. Penelitian yang dilakukan

An Sheng Lee (2014) pada konsumen furniture discount di Taiwan juga

menunjukkan hal yang sama yakni adanya hubungan positif antara furniture

product knowledge dan kepuasan konsumen. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian penelitian mengenai

hubungan product knowledge dan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan. Hal

tersebut dikarenakan sedikitnya penelitian yang dilakukan di bidang jasa. Peneliti

tertarik untuk menelitinya dengan latar belakang masalah BPJS Kesehatan karena

selama ini penelitian mengenai product knowledge jarang menyoroti mengenai

(31)

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini selanjutnya akan melihat

hubungan antara hubungan product knowledge dan kepuasan konsumen BPJS

Kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara

product knowledge dengan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan antara product

knowledge dengan kepuasan konsumen BPJS Kesehatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada

kajian ilmu Psikologi Industri dan Organisasi terlebih psikologi konsumen

mengenai kepuasan konsumen BPJS Kesehatan dan hubungannya dengan

product knowledge.

(32)

2. Manfaat Praktis

a) Konsumen BPJS Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi

konsumen BPJS Kesehatan mengenai product knowledge yang ada pada

diri mereka dan tingkat kepuasan konsumen yang dirasakan.

b) Pihak BPJS Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi BPJS

Kesehatan mengenai pandangan konsumennya terhadap product

knowledge yang dimiliki dan tingkat kepuasan konsumen yang dirasakan

konsumennya. Hal tersebut selanjutnya diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pihak BPJS Kesehatan dalam melakukan intervensi untuk

(33)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Product knowledge

1. Pengertian

Product knowledge dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen mengenai produk atau jasa yang

akan atau sudah dikonsumsinya. Pengetahuan produk adalah kumpulan

berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi

kategori produk, merek, terminologi produk, atribut produk, atau fitur produk,

harga produk, dan kepercayaan mengenai produk (Sumarwan, 2011). Peter dan

Olson (2013) menyatakan bahwa product knowledge adalah seluruh informasi

yang terkandung dalam suatu produk/ jasa yang diinterpretasikan oleh

konsumen. Pengetahuan produk diperlukan sebagai dasar suksesnya suatu

produk atau jasa, sebab suatu pengetahuan akan membuat produk lebih realistis

(Kussujaniatun dan Wisnalmawati, 2011).

Product knowledge merupakan seluruh cakupan informasi yang akuran

dan disimpan di dalam memori konsumen, yang nantinya informasi tersebut

dapat membantu sebagai bahan petimbangan dalam menentukan tindakan

selanjutnya (Sumarwan dalam Wahyuni dan Suparna, 2014). Menurut Hoyer

(34)

ataupun dari pengalaman penggunaan produk, seperti periklanan, interaksi

dengan tenaga penjual, informasi dari teman atau media, pengambilan

keputusan sebelumnya atau penggunaan produk, dan ingatan konsumen. Rao

dan Monroe (dalam Lee, 2014) berpendapat bahwa menjadi kenal atau tahu

terhadap pentingnya informasi produk, konsumen memiliki product knowledge

dan mereka sedikit menduga dan cenderung menggunakan kualitas dan fungsi

produk dalam menentukan keputusan pembelian. Hanzaeee dan Khosrozadeh

(2011) berpendapat bahwa product knowledge merupakan kesadaran atau level

pemahaman konsumen tentang produk tertentu secara spesifik. Product

knowledge tercipta dari memori atau pengetahuan yang konsumen tahu

(Brucks, 1985).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa product

knowledge adalah pengetahuan mengenai produk atau jasa yang dimiliki

konsumen, yang diinterpretasikan oleh konsumen dan digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan selanjutnya.

2. Tingkat product knowledge

Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk (levels of product

knowledge) berbeda yang digunakan konsumen untuk menafsirkan informasi

baru dan membuat keputusan pembelian. Peter dan Olson (1999) menyebutkan

(35)

Pengetahuan ini meliputi kelas produk (product class), bentuk produk (product

form), merek (brand), dan model (model/features).

Peter dan Olson (1999) membagi tingkatan produk menjadi 4, yakni:

a. Kelas produk (product class) adalah tingkatan pengetahuan produk yang

paling luas dan terbuka (inklusif), yang meliputi beberapa bentuk, merek

atau model.

b. Bentuk produk (product form) adalah ketegori lebih luas yang mencakup

beberapa merek sejenis dalam beberapa hal. Hal dasar kategori bentuk

produk adalah karakteristik atau ciri fisik merek-merek tersebut.

c. Merek (brand), sebagian besar strategi pemasaran berfokus atau berorientasi

pada merek, dalam arti mereka sengaja membuat konsumen menyadari

merek, mengenalkan mereka pada merek, dan memengaruhi mereka untuk

membelinya. Sebagian besar penelitian pemasaran berfokus pada

pengetahuan dan kepercayaan konsumen mengenai merek.

d. Model (model/features) adalah contoh spesifik sebuah merek yang memiliki

satu atau lebih fitur atau atribut unik.

3. Jenis-jenis product knowledge

Berikut ini jenis-jenis product knowledge (Peter dan Olson, 2013):

a. Atribut produk adalah segala aspek fisik dari suatu produk/ jasa yang dapat

dilihat atau dirasakan. Dalam halnya dengan jasa, atribut dapat dilihat

(36)

b. Manfaat fisik adalah hasil nyata akibat penggunaan produk yang dialami

konsumen secara langsung, yang termasuk dalam aspek ini contohnya

adalah ketika seseorang merasakan pengalaman menyenangkan ketika

menikmati suatu pertunjukan, mendapatkan kembali kesegaran tubuh

setelah meminum kopi atau teh.

c. Manfaat psikososial adalah hasil psikologis dan sosial dari penggunaan

produk atau jasa. Manfaat psikososial bersifat internal dan personal, seperti

hal yang dirasakan dengan menggunakan produk atau jasa yang

bersangkutan, sebagian besar konsekuensi psikososial memiliki kualitas

afektif.

d. Nilai merupakan tujuan hidup secara luas. Nilai sering kali dikaitkan dengan

tujuan dan kebutuhan, nilai merupakan perasaan internal yang tidak dapat

diwujudkan dan subjektif.

4. Pengukuran product knowledge

Brucks (1985) menjelaskan bahwa Objective Knowledge merupakan

pengetahuan sebenarnya yang memiliki 5 area pengetahuan yang digunakan

untuk mengukur product knowledge, antara lain:

a. Terminology yakni definisi mengenai produk atau jasa.

(37)

c. Criteria for Evaluating Attributes mencakup atribut penting yang

memungkinkan menjadi pertimbangan atau kriteria subjek dalam memilih

produk atau jasa.

d. Attribute Covariation merupakan perbandingan umum produk dan jasa

dengan atribut produk atau jasa yang lain.

e. Usage Situation merupakan pertimbangan subjek memilih produk dan jasa

berdasarkan kelayakan penggunaannya

Peneliti menggunakan kelima area pengetahuan diatas untuk mengukur

product knowledge BPJS Kesehatan.

5. Dampak product knowledge

Rao dan Monroe (dalam Chuang, dkk, 2009) menemukan bahwa product

knowledge dapat mempengaruhi bagaimana konsumen mengakses atau

menggunakan suatu produk. Menurut Wang dan Hwang (dalam Lin dan Lin,

2007), konsumen dengan pengetahuan produk yang tinggi akan mengevaluasi

produk berdasarkan kualitas karena mereka percaya diri dengan pengetahuan

produk mereka. Chuang, dkk (2009) menambahkan bahwa konsumen dengan

product knowledge yang rendah akan lebih termotivasi dengan iklan yang

memuat berbagai informasi tentang produk. Hanzaeee dan Khosrozadeh (2011)

menyatakan pula bahwa product knowledge berperan penting dalam perilaku

konsumen, karena akan mempengaruhi konsumen dalam bersikap, terutama

(38)

pemakaian, nilai konsumen tentang produk tidak hanya mempengaruhi

perilaku mencari informasi tapi juga mempengaruhi proses pengambilan

keputusannya.

B.Kepuasan konsumen 1. Pengertian

Kepuasan atau ketidakpuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja

produk atau jasa yang rill atau aktual dengan kinerja produk atau jasa. Menurut

Zeithaml dan Bitner (dalam Mamang dan Sopiah, 2013), kepuasan konsumen

merupakan “custome’s evaluation of a product or service of whether that product or service has meet their needs and expectation. “Konsumen yang

merasa puas pada produk atau jasa yang dibeli dan digunakannya akan kembali

menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Kepuasan adalah sejauh mana

suatu tingkatan produk dipersepsikan sesuai dengan harapan pembeli,

selanjutnya dijelaskan kepuasan konsumen sebagai suatu keadaan di mana

harapan konsumen terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang

diterima oleh konsumen. Sebaliknya, jika produk tersebut tidak memenuhi

harapan, konsumen tidak akan puas. Harapan konsumen dapat diketahui dari

pengalaman mereka sendiri saat menggunakan produk atau jasa tersebut,

informasi dari orang lain, dan informasi yang diperoleh dari iklan atau promosi

(39)

Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul

setelah membandingkan persepsi atau kesan konsumen dengan kinerja suatu

produk atau jasa dan harapan-harapannya. Setelah mengkonsusmsi produk atau

menggunakan jasa, konsumen akan merasakan kepuasan atau kekecewaan.

Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli ulang produk atau

menggunakan jasa. Sebaliknya, jika kecewa, konsumen tidak akan membeli

produk yang sama lagi atau menggunakan jasa di kemudian hari (Kotler,

2005). Engel (dalam Siswaeiddy, 2013) mendefinisikan kepuasan sebagai

evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu produk atau jasa yang dipilih setidaknya

memenuhi atau melebihi harapan, sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dan

harapan yang diteguhkan secara negatif oleh konsumen.

Peter dan Olson (2000) mengungkapkan kepuasan konsumen (consumer

satisfaction) adalah konsep penting dalam konsep pemasaran dan penelitian

konsumen. Sudah menjadi pendapat umum bahwa jika konsumen merasa puas

dengan suatu produk atau jasa, mereka cenderung akan terus membeli dan

menggunakannya serta memberitahu orang lain tentang pengalaman mereka

yang menyenangkan dengan produk atau jasa tersebut. Jika mereka tidak

dipuaskan, mereka cenderung beralih merek produk atau jasa serta mengajukan

keberatan kepada produsen dan bahkan menceritakannya kepada konsumen

lainnya. Engel, Blackwell, dan Miniard (dalam Sumarwan, 2011)

mendefinisikan kepuasan sebagai evaluasi pasca konsumsi yang memenuhi

(40)

kepuasan sebagai keseluruhan sikap yang dimiliki konsumen terhadap produk

atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya. Hal ini

merupakan penilaian evaluatif pasca pemilihan yang disebabkan oleh seleksi

pembelian khusus dan pengalaman menggunakan atau mengkonsumsi barang

atau jasa tersebut.

Fornel (dalam Lee, 2014) mengemukakan bahwa kepuasan konsumen

adalah semua sikap berdasarkan pengalaman konsumen dan bergantung pada

evaluasi keseluruhan yang dimiliki konsumen terhadap pembelian maupun

pemakaian produk atau jasa. Pendapat tersebut ditambahkan oleh Anderson,

Fornell dan Lehmann (dalam Lee, 2014) bahwa kepuasan konsumen

merupakan semua pengalaman konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi

produk atau jasa dan evaluasi keseluruhan dalam kurun waktu tertentu.

Kepuasan konsumen juga merupakan faktor emosional yang dibentuk dari

pengalaman setelah membeli dan faktor opini yang mempengaruhi evaluasi

kualitas jasa setelah pembelian dan pemakaian (Bolton dan Drew dalam Lee,

2014). Kussujaniatun dan Wisnaimawati (2011) memberikan definisi kepuasan

konsumen sebagai sejauh mana anggapan kinerja produk atau jasa memenuhi

harapan pembeli, bila kinerja produk atau jasa lebih rendah ketimbang harapan

pembelinya maka pembeli tidak puas, sebaliknya bila prestasi sesuai atau

melebihi harapan pembelinya maka konsumen akan puas atau amat gembira.

(41)

konsumen terhadap evaluasi ketidak-sesuaian yang dirasakan antara harapan

sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan

kepuasan konsumen adalah sikap dan evaluasi emosional pasca pembelian

yang dibentuk berdasarkan pengalaman terhadap barang/jasa setelah

digunakan, diperoleh, maupun dikonsumsi. Konsumen akan merasakan puas

jika harapan sesuai dengan kenyataan yang diterima. Sebaliknya, jika

kenyataan tidak sesuai harapan maka konsumen akan merasakan

ketidakpuasan. Apabila konsumen puas maka kemungkinan besar konsumen

memberitahu orang lain tentang produk atau jasa yang digunakannya,

sebaliknya jika konsumen tidak puas maka kemungkinan besar konsumen akan

berpindah ke merek lain.

2. Aspek kepuasan konsumen

Parasuraman, dkk (1988) mengemukakan lima aspek kualitas jasa yang

digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen:

a. Keandalan (reliability)

Kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat, terutama

memberikan jasa secara tepat waktu (on time) dengan cara yang sama

(42)

b. Daya tanggap (responsiveness)

Kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para

konsumen dan merespon permintaan konsumen secara tepat dan tanggap.

c. Jaminan (assurance)

Perilaku para karyawan yang mampu menumbuhkan kepercayaan

konsumen terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa

aman bagi konsumennya. Jaminan juga berarti bahwa karyawan selalu

bersikap sopan, menguasai pengetahuan, dan ketrampilan yang dibutuhkan

untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah konsumen.

d. Empati (emphaty)

Perhatian secara individual yang diberikan kepada konsumen, seperti

kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk

berkomunikasi dengan konsumen, dan usaha perusahaan untuk memahami

keinginan dan kebutuhan konsumennya.

e. Bukti fisik (tangibles)

Berkaitan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang

digunakan perusahaan serta penampilan karyawan.

3. Mengukur kepuasan konsumen

Umar (2003) mengidentifikasi 6 metode untuk mengukur kepuasan

konsumen, yaitu sebagai berikut:

(43)

Metode ini mengharuskan pihak perusahaan menanyakan pelanggan

mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta menilai dan

membandingkan dengan tingkat kepuasan konsumen keseluruhan atas jasa

yang mereka terima dari para pesaing.

b. Dimensi kepuasan konsumen

Prosesnya melalui empat langkah. Pertama, mengidentifikasi

dimensi-dimensi kunci kepuasan konsumen. Kedua, meminta pelanggan menilai

jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik sepeprti kecepatan layanan

atau keramahan staf pelayanan terhadap konsumen. Ketiga, meminta

konsumen menilai jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama.

Keempat, meminta konsumen menentukan dimensi-dimensi yang menurut

mereka ada di kelompok penting dalam menilai kepuasan konsumen

keseluruhan.

c. Konfirmasi harapan

Pada metode ini, kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan

berdasarkan kesesuaian atau ketidaksesuaian atara harapan konsumen

dengan kinerja actual jasa yang dijual perusahaan

d. Minat pembelian ulang

Kepuasan konsumen diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan

(44)

e. Kesediaan untuk merekomendasi

Metode ini merupakan ukuran yang penting, apalagi bagi jasa yang

pembelian ulangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi.

f. Ketidakpuasan konsumen

Dapat dikaji misalnya dalam hal complain, biaya garansi, word of mouth

yang negatif, serta defections

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen

Alma dan Ware (dalam Rahman, 2009) menyatakan faktor-faktor

munculnya ketidakpuasan terhadap suatu yang diterima antara lain:

a. Tidak sesuai harapan dengan kenyataan yang dialami

b. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan

c. Perilaku personel kurang menyenangkan

d. Suasana dan kondisi fisik lingkungan tidak menunjang

e. Cost terlalu tinggi karena jarak jauh, banyak waktu terbuang dan biaya

pelayanan tinggi

f. Promosi atau iklan terlalu muluk dan tidak sesuai kenyataan

g. Kualitas pelayanan

h. Aksesibilitas meliputi jarak, waktu tunggu, dan kemudahan membuat janji

i. Pembiayaan termasuk keluwesan mekanisme pembayaran

j. Lingkungan fisik termasuk suasana yang menyenangkan dan fasilitas yang

(45)

k. Ketersediaan tenaga dan peralatan.

C.BPJS Kesehatan 1. Pengertian

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan

hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

BPJS Kesehatan mulai operasional pada tanggal 1 Januari 2014 dan memiliki

dua macam keanggotaan dimana konsumen yang menerima bantuan iuran dan

yang tidak. Bagi konsumen yang menerima bantuan iuran maka setiap

bulannya mereka tidak perlu membayar premi ke bank yang dipilih karena

semua iurannya telah dibayarkan pemerintah, berbeda dengan konsumen yang

tidak menerima bantuan iuran, mereka diwajibkan membayar premi setiap

bulannya sesuai dengan kelas yang mereka pilih dari awal pendaftaran

(bpjs-kesehatan.go.id).

UU No. 24 tahun 2012 tentang BPJS menyebutkan setiap orang di Indonesia

wajib menjadi peserta BPJS Kesehatan. UU tersebut dibuat untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam jaminan kesehatan.

2. Keikutsertaan di BPJS

Penahapan kepesertaan / keikutsertaan pada BPJS Kesehatan diatur sesuai

(46)

a. Mulai tanggal 1 Januari 2014, sebanyak kurang lebih 112 juta penduduk

Indonesia otomatis menjadi anggota. Jumlah tersebut berasal dari peserta

Askes (existing) 16,2 juta orang, peserta. PBI seperti Jamkesmas / Jamkesda

86,4 juta orang, pengalihan peserta program jaminan pemeliharaan

kesehatan ex. Jamsostek (8,5 juta orang), peserta dari Asabri (TNI / Polri)

sebanyak 1,65 juta orang, serta Pegawai Negeri Sipil. Peserta dari kelompok

lainnya (yang tidak disebutkan diatas) juga dapat mendaftarkan diri sejak

tanggal ini.

b. Peserta dari kelompok Pekerja Penerima Upah yaitu pegawai BUMN,

BUMD dan swasta, wajib mendaftarkan diri paling lambat tanggal 1 Januari

2015.

c. Peserta dari kelompok Bukan Penerima Upah yaitu pekerja mandiri, para

profesional, pedagang, dlsb serta kelompok Bukan Pekerja yaitu Pensiunan,

investor, dan veteran, wajib mendaftarkan diri paling lambat tanggal 1

(47)

Gambar 1-Kepersertaan di BPJS

3. Fasilitas Kesehatan dan Manfaat yang dijamin

Masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan dapat mengunjungi

fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk atau telah bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yakni pelayanan yang dilaksanakan

melalui praktik dokter umum, praktik dokter gigi, puskesmas, klinik

pratama atau yang setara.

b. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang terdiri dari klinik utama atau

yang setara, rumah sakit umum (RSU, RSUD, RSU TNI/Polri) dan rumah

sakit khusus (RS khusus Jantung/kardiovaskular, RS khusus

(48)

Mata, RS Khusus Kusta, RS Khusus Jiwa dan RS Khusus lainnya yang telah

terakreditasi).

Adapun manfaat yang dijamin atau diperoleh meliputi:

1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama: meliputi pelayanan kesehatan non

spesialistik yang mencakup: (1) Administrasi pelayanan, (2) pelayanan

promotif dan preventif, (3) pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi

medik, (4) tindakan medis non spesialistik, baik yang operatif maupun

non-operatif, (5) pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, (6)

transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis, (7) pemeriksaan

penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama, (8) rawat inap

tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

1) Pelayanan kesehatan tingkat rujukan tingkat lanjut meliputi pelayanan

kesehatan rawat jalan dan rawat inap yang mencakup: (1) administrasi

pelayanan, (2) pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh

dokter spesialis dan sub spesialis, (3) tindakan medis spesialistik, baik

bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis, (4) pelayanan

obat dan bahan medis habis pakai, (5) pelayanan penunjang diagnostik

lanjutan sesuai dengan indikasi medis, (6) rehabilitasi medis/fisioterapi,

(7) pelayanan darah, (8) pelayanan kedokteran forensik klinik, (9)

pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di

fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS, berupa

(49)

mati), (10) perawatan inap non intensif, (11) perawatan inap di ruang

intensif.

Gambar 2-Alur Penanganan pasien

4. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan

Layanan yang tidak dijamin oleh pihak BPJS Kesehatan, antara lain:

a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur yang berlaku,

antara lain tidak melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama terlebih dahulu,

kecuali dalam kondisi gawat darurat.

KONSUMEN BPJS DOKTER PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT

PERTAMA:

Puskesmas, Dokter Praktek, Klinik Swasta, yang bekerjasama dengan BPJS

Rujukan

PELAYANAN KESEHATAN LANJUTAN:

Rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

(50)

b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak

bekerjasama dengan PBJS kesehatan, kecuali dalam kondisi gawat darurat.

c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja terhadap

penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja (missal

program Jaminan Kecelakaan Kerja dari Jamsostek) dampai sebesar nilai

yang ditanggung oleh program JKK.

d. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

lalu lintas (missal: Jasa Raharja) yang bersifat wajib, sampai sebesar nilai

yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas.

e. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

f. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetika.

g. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi).

h. Gangguan kesehatan atau penyakit akibat ketergantungan obat da atau

alkohol.

i. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat

melakukan hobbi yang membahayakan diri sendiri.

j. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur,

shines, chiripratic, dan lainnya yang belum dinyatakan efektif berdasarkan

penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment).

k. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan

(51)

l. Alat kontrasepsi, konmetik, makanan bayi dan susu.

m. Perbekalan kesehatan rumah tangga

n. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian

luar biasa, dan wabah.

o. Biaya pelayanan lainnya yang tidak da hubungannya dengan manfaat

jaminan kesehatan yang diberikan

p. Klaim perorangan.

D. Dinamika Hubungan Antara Product Knowledge dan Kepuasan Konsumen BPJS Kesehatan

Product knowledge adalah seluruh informasi yang terkandung dalam suatu

produk/ jasa yang diinterpretasikan oleh konsumen (Peter dan Olson, 2013).

Pengetahuan produk diperlukan sebagai dasar suksesnya suatu produk atau jasa,

sebab suatu pengetahuan akan membuat produk lebih realistis (Kussujaniatun dan

Wisnalmawati, 2011). Brucks (dalam Lee, 2014) mengungkapkan bahwa ketika

konsumen memilih produk mereka biasanya mencari informasi tentang produk

dan membuat keputusan berdasarkan penggunaan produk yang hampir serupa.

Zeithaml (dalam Lin, 2007) mengungkapkan bahwa dirinya setuju bahwa isyarat

instrinsik berupa product knowledge dan esktrinsik berupa brand image adalah

faktor penting yang dipertimbangkan konsumen sebelum melakukan pembelian

terhadap produk atau pemakaian jasa. Selanjutnya dijelaskan bahwa konsumen

(52)

produk, sedangkan konsumen yang mempercayakan pada isyarat ekstrinsik

bergantung pada harga atau merek.

Konsumen yang mempercayakan pada isyarat instrinsik memiliki product

knowledge yang tinggi dan sadar akan pentingnya informasi berkaitan dengan

produk atau jasa, sebaliknya konsumen dengan product knowledge rendah

condong untuk menggunakan isyarat ekstrinsik untuk mengevaluasi produk atau

jasa karena mereka tidak tau bagaimana menilai suatu produk (Lin, 2007). Suh

dan Youjae (2006) menegaskan konsumen dengan keterlibatan tinggi termotivasi

untuk mencari informasi sebelum membuat keputusan, sebaliknya konsumen

dengan keterlibatan rendah akan mempercayakan keputusan pembelian atau

penggunaan jasa tergantung pendapat dari orang lain. Dapat disimpulkan

konsumen yang mempercayakan isyarat instrinsik memiliki product knowledge

yang tinggi karena konsumen ini menyediakan waktu untuk mencari informasi

sebelum membuat keputusan yang berarti konsumen ini memiliki keterlibatan

tinggi terhadap produk, sedangkan konsumen yang mempercayakan isyarat

ekstrinsik memiliki product knowledge yang rendah karena mereka hanya

mengandalkan merek, harga, dan pendapat orang lain sebelum mengambil

keputusan, konsumen ini memiliki keterlibatan rendah.

Berkaitan dengan BPJS Kesehatan, konsumen yang memiliki product

knowledge tinggi akan mencari informasi berkaitan dengan BPJS Kesehatan,

meluangkan waktu dan usaha untuk menentukan keputusan pemakaiannya,

(53)

keterlibatan yang tinggi terhadap BPJS Kesehatan. Konsumen yang memiliki

product knowledge rendah cenderung menggunakan isyarat ekstrinsik yang

berarti konsumen ini hanya sekedar melihat iklan, melihat merek BPJS yang

ditawarkan pemerintah dan pendapat orang-orang yang telah memakainya,

konsumen yang seperti ini memiliki keterlibatan yang rendah terhadap BPJS

Kesehatan.

Hoyer dan Maclnnis (1997) mengatakan product knowledge bisa didapatkan

dari produk itu sendiri ataupun dari pengalaman penggunaan produk seperti

periklanan, interaksi dengan tenaga penjual, informasi dari teman atau media,

pengambilan keputusan sebelumnya atau penggunaan produk, dan ingatan

konsumen. Product knowledge BPJS Kesehatan menjadi penting untuk

diperhatikan karena memiliki keterkaitan dengan kepuasan konsumen BPJS

Kesehatan. Keterkaitan antara keduanya dikarenakan product knowledge dari

pengalaman penggunaan produk seperti periklanan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kepuasan konsumen (Alma dalam Rahman, 2009).

Coulter (Lee, 2014) mengemukakan bahwa pengetahuan konsumen tentang

produk mempengaruhi pembelian atau pemakaian, jadi ketika konsumen mengerti

mengenai produk atau terlibat dengan produk, pemakaian juga akan meningkat.

Ketika konsumen menjadi kenal dengan pengetahuan produk, kepercayaan dan

sikap mereka terhadap produk akan menjadi lebih baik sehingga penggunaan akan

semakin tinggi dan kepuasan semakin meningkat. Konsumen yang memiliki

(54)

kepuasan mereka akan produk atau jasa tinggi. Di sisi lain, konsumen yang

memiliki keterlibatan yang rendah akan bersikap negatif terhadap produk atau

jasa sehingga kepuasan mereka akan produk atau jasa rendah.

Secara keseluruhan penelitian dapat dilihat dalam Gambar 3 mengenai

hubungan Hubungan Product knowledge terhadap kepuasan konsumen BPJS

(55)
(56)

F. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis tersebut, maka penulis menarik hipotesis: bahwa

terdapat hubungan positif antara Product knowledge terhadap kepuasan konsumen

BPJS Kesehatan. Artinya, makin tinggi pengetahuan konsumen terhadap jasa

(57)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Suryabrata (2008)

mengatakan bahwa penelitian korelasional digunakan untuk mendeteksi sejauh

mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu

atau lebih faktor lain.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang teridentifikasi disini adalah:

1. Variabel Bebas : Product knowledge

2. Variabel Tergantung : Kepuasan konsumen

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini definisi operasional variabel penelitian terdiri dari:

1. Product Knowledge

Definisi operasional dari Product knowledge adalah pengetahuan

mengenai jasa BPJS Kesehatan yang dimiliki konsumen, yang

diinterpretasikan oleh konsumen dan digunakan sebagai bahan pertimbangan

(58)

knowledge akan diungkap berdasarkan lima area objective knowledge.

Terminology yakni definisi mengenai BPJS Kesehatan, Available Attributes

merupakan atribut umum mengenai BPJS Kesehatan, Criteria for Evaluating

Attributes mencakup atribut penting yang memungkinkan menjadi

pertimbangan atau kriteria subjek dalam memilih produk atau jasa, Attribute

Covariation merupakan perbandingan antara atribut BPJS Kesehatan dengan

atribut asuransi kesehatan lain dan yang terakhir adalah Usage Situation yang

menjadi pertimbangan subjek memilih BPJS Kesehatan berdasarkan

kelayakan penggunaannya.

Product knowledge diukur menggunakan tes product knowledge yang

dibuat sendiri oleh peneliti. Semakin tinggi skor total pada skala product

knowledge menunjukkan semakin tinggi tingkat product knowledge.

Sebaliknya semakin rendah total skor menunjukkan semakin rendah tingkat

product knowledge.

2. Kepuasan Konsumen

Definisi operasional dari kepuasan konsumen adalah sikap dan evaluasi

emosional pasca penggunaan yang dibentuk berdasarkan pengalaman terhadap

jasa BPJS Kesehatan setelah digunakan. Konsumen akan merasakan puas jika

harapan sesuai dengan kenyataan yang diterima. Sebaliknya, jika kenyataan

tidak sesuai harapan maka konsumen akan merasakan ketidakpuasan. Apabila

(59)

tentang jasa yang digunakannya, sebaliknya jika konsumen tidak puas maka

kemungkinan besar konsumen akan berpindah ke merek lain.

Kepuasan konsumen akan diukur menggunakan 5 aspek kepuasan

konsumen. Tepat waktu (reliability) ditunjukkan dengan adanya layanan yang

akurat terutama dalam memberikan jasa secara tepat waktu. Daya tanggap

(responsiveness) ditunjukkan dengan kemampuan para karyawan untuk

membantu konsumen secara tanggap. Jaminan (assurance) yang ditunjukkan

dengan perilaku karyawan yang menumbuhkan kepercayaan di benak

konsumen. Empati (emphaty) yang ditunjukkan dengan perhatian individual

yang diberikan karyawan terhadap konsumen, serta bukti langsung (tangibles)

yang ditunjukkan dengan adanya daya tarik fisik yang dimiliki perusahaan

jasa tersebut.

Kepuasan konsumen diukur menggunakan skala kepuasan konsumen yang

dibuat sendiri oleh peneliti. Semakin tinggi skor total pada skala kepuasan

konsumen menunjukkan semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen.

Sebaliknya semakin rendah total skor menunjukkan semakin rendah tingkat

kepuasan konsumen.

D. Subjek Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan baik srumpun maupun sekelompok

subjek/objek yang menjadi sasaran penelitian (Siregar, 2013). Populasi dalam

(60)

ini adalah konsumen BPJS Kesehatan baik laki-laki maupun perempuan berusia

18-60 tahun yang berobat di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Klaten.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah teknik convenience sampling. Teknik convenience sampling adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui

peneliti dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel (Siregar, 2013).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala dan tes

yang masing-masing mengukur variabel kepuasan konsumen dan product

knowledge. Syarat tes yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan yang dirumuskan

secara jelas; (2) memiliki ranah isi yang dirumuskan secara spesifik dan baku; (3)

memiliki prosedur administrasi yang baku; dan (4) memiliki prosedur penskoran

yang baku (Supratiknya, 2014).

Variabel Product Knowledge dalam penelitian ini akan diukur menggunakan

tes yang dibuat peneliti. Variasi jenis item yang digunakan dalam penelitian ini

adalah True-false atau Benar-Salah. Subjek diminta menjawab pernyataan dengan

cara memilih salah satu antara “ya” atau “tidak”,”benar” atau “salah”,”fakta” atau “pendapat”, atau pasangan istilah bipolar lain yang bisa dinyatakan benar atau

salah (Supratiknya, 2014). Variasi pilihan jawaban yang dipakai peneliti dapat

(61)

Tabel 1

Tabel pemberian skor pada tes

Jawaban Benar Jawaban salah

1 0

Item pada tes ini dibuat dengan adaptasi dari area objective knowledge dari

Brucks (1985) yaitu Terminology, Available Attributes, Criteria for Evaluating

Attributes, Attribute Covariation dan Usage Situations.

Tabel 2

Blue Print tes product knowledge sebelum diujicobakan

Komponen Uraian Isi Komponen Perilaku Jumlah

Knowledge

Terminology 20% (16, 17, 18, 19, 21, 22,

23, 24, 34, 35, 36, 38)

20% (12 item)

Available Attributes 20% (11, 12, 13, 14, 26, 31,

32, 33, 37, 39, 40, 57)

Attribute Covariation 20% (25, 42, 43, 49, 50, 53,

54, 55, 56, 58, 59, 60 )

Variabel Kepuasan Konsumen dalam penelitian ini akan diukur menggunakan

skala yang dibuat peneliti. Peneliti melakukan penskoran dengan pedoman

(62)

pernyataan-pernyataan yang disediakan peneliti (Supratiknya, 2014). Peneliti

terlebih dahulu membedakan item-item yang termasuk ke dalam sub-favorable

dan unfavorable. Item favorable adalah item yang menunjukkan sikap positif atau

suka terhadap objek terkait jika subjek menjawab iya. Sebaliknya item

unfavorable adalah item yang menunjukkan sikap negatif atau tidak suka terhadap

objek terkait jika subjek menjawab iya (Anderson dalam Supratiknya, 2014).

Subjek diminta memilih satu jawaban dari empat pilihan jawaban yang tersedia.

Variasi pilihan jawaban yang dipakai peneliti dapat dilihat pada tabel 1, sebagai

berikut:

Tabel 3

Tabel pemberian skor pada skala

Item Favorable Item Unfavorable

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 1

Item pada skala ini dibuat dengan adaptasi dari kriteria aspek kepuasan

konsumen dari Parasuraman, dkk (1988) yaitu Keandalan (reliability), daya

tanggap (responsiveness), Jaminan (assurance), Empati (emphaty), bukti

(63)

Tabel 4

Blue Print skala kepuasan konsumen sebelum diujicobakan

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Reliability 10% (27, 30,

31,35,46,49)

10% (9, 28, 29, 32, 47, 48)

20% (12 item)

Responsiveness 10% (7, 33, 34,

56, 58, 59)

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana interpretasi kita atas hasil pengukuran

suatu tes sesuai tujuan tes itu sungguh-sungguh bisa diterima atau

dipertanggungjawabkan atau dengan kata lain perolehan bukti sebanyak

mungkin untuk menyokong interpretasi kita terhadap hasil pengukuran suatu

tes sesuai maksud atau tujuan tes tersebut disusun (Supratiknya, 2014).

Validitas yang digunakan adalah validitas terkait isi tes, yaitu validitas yang

digunakan untuk melihat kesesuaian antara isi tes dengan konstruk yang

hendak diukur (Supratiknya, 2014). Evidensi tentang kesesuaian isi dan

konstruk yang diukur bisa diperoleh melalui analisis logis atau empiris

(64)

ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang dimaksudkan.

Selanjutnya, Supratiknya (2014) menjelaskan bahwa evidensi terkait isi ini

lazim diperoleh melalui penilaian pakar atau ahli terhadap kesesuaian antara

bagian-bagian tes dan kosntruk yang diukur. Pada penelitian ini, evidensi

terkait isi akan dilakukan melalui konsultasi bersama dosen pembimbing

skripsi dan salah satu pegawai di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)

Klaten yang berhubungan langsung dengan BPJS Kesehatan

2. Seleksi Item

Seleksi item bertujuan memilih item-item dengan parameter yang

memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam bentuk final tes (Supratiknya,

2014). Metode statistik yang digunakan untuk menseleksi item adalah korelasi

item total. Korelasi item total merupakan kriteria utama dalam memilih item

yang sungguh-sungguh efektif karena semakin tinggi korelasi item-total

makin baik. Korelasi item-total yang digunakan adalah rix ≥ 0,30, karena item yang mencapai angka tersebut dapat dikatakan memiliki daya pembeda yang

memuaskan, namun apabila jumlah item yang lolos tidak mencukupi jumlah

yang diinginkan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit

batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat

tercapai (Azwar, 2007).

Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2015 sampai

Gambar

Tabel 18 Tabel 19
Gambar 1 Kepersertaan di BPJS..........................................................................24
Gambar 1-Kepersertaan di BPJS
Gambar 2-Alur Penanganan pasien
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam jangka waktu kurang lebih 4 bulan (Januari-April) BPJS Kesehatan telah menjadi pemberitaan di berbagai media televisi maupun media cetak, dalam artikelnya

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses pelaksanaan perjanjian antara BPJS Kesehatan dengan Dokter dalam menangani pasien (2) Bagaimana

3.2 Prosedur pembayaran dari pihak BPJS kesehatan terhadap klinik dr.Maria Berdasarkan hasil wawancara dengan PIHAK BPJS, selaku , maka prosedur pembayaran dari pihak

program JKN, selain itu juga tercatat fasilitas kesehatan yang telah menjadi mitra. BPJS untuk menjalankan program JKN adalah 9.799 Puskesmas,

Data kuantitatif yang diperoleh berupa: baseline fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS, tenaga dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi pada

Apakah ada hubungan dimensi kualitas pelayanan petugas administrasi BPJS Kesehatan berdasarkan dimensi jaminan (assurance) dengan kepuasan pasien BPJS Kesehatan

darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Jasa pelayanan kebidanan, neonatal dan keluarga berencana yang.. dilakukan oleh bidan atau

Dokumen ini mengkaji pengaruh tingkat kualitas pelayanan BPJS dan karakteristik pasien terhadap kepuasan pasien di fasilitas kesehatan tingkat