• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUNGA RAMPAI. Problema PEMBANGUNAN. Editor : Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUNGA RAMPAI. Problema PEMBANGUNAN. Editor : Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)BUNGA RAMPAI. Problema PEMBANGUNAN. Editor : Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D.

(2) BUNGA RAMPAI. Problema PEMBANGUNAN. Editor : Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D. 2016.

(3) USU Press Art Design, Publishing & Printing Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU Jl. Universitas No. 9 Medan 20155, Indonesia Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737 usupress.usu.ac.id © USU Press 2016 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit. ISBN 979 458 882 2 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Bunga Rampai Problema Pembangunan / editor: Asima Yanty Siahaan – Medan: USU Press, 2016. v, 141 p.; 24 cm Bibliografi ISBN : 979-458-882-2 Desain Sampul: Annisya Pratiwi Saragih. 1. Problema Pembangunan .. Dicetak di Medan, Indonesia. I. Judul.

(4) KATA PENGANTAR Seperti halnya pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk menjadi lebih baik, buku ini juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang ditujukan bukan hanya untuk memenuhi kewajiban dalam mata kuliah Problema Pembangunan tetapi sekaligus untuk mengasah sensitivitas, kekritisan dan kemandirian mahasiswa dalam memahami dan menganalisis berbagai aspek pembangunan dan akar permasalahan pembangunan yang sedang berlangsung khususnya di Sumatera Utara. Mahasiswa diminta untuk berkolaborasi dalam kelompok untuk mengidentifikasi problema-problema pembangunan yang menarik minat mereka dan juga penting untuk dieksplorasi. Pembangunan tidak dapat hanya sekedar dibicarakan dalam ruang kelas. Melalui pengalaman di lapangan dan interaksi langsung dengan subyek atau pelaku pembangunan, mahasiswa dapat secara lebih mendalam menangkap realita kontekstual dari berbagai fenomena sosial, politik, dan ekonomi serta interaksinya dalam mengkonstruksi, merekonstruksi ataupun mendekonstruksi pembangunan. Diskusi dalam pembahasan proses dan hasil studi lapangan telah mendorong mahasiswa untuk berani mengungkapkan pendapat dan melontarkan pertanyaan sebagai refleksi dari kemerdekaan mereka dalam beropini dan toleransi dalam menerima berbagai perbedaan pandangan. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Problema Pembangunan saya merasa bangga dan berterimakasih untuk komitmen dan kolaboras imahasiswa dalam menyelesaikan penulisan artikel-artikel dalam buku ini. Semoga ini menjadi titik awal pengembangan kecintaan mahasiswa sebagai calon intelektual dan generasi penerus bangsa dalam mencari, mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan untuk peningkatan kualitas pembangunan manusia yang berkeadilan, berkesetaraan dan berkelanjutan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dr.Tunggul Sihombing atas sumbangan tulisannya yang mempertajam argumentasi pentingnya peran pemerintah dan badan publik dalam menggerakkan dan merevitalisasi pembangunan.. Medan, Juni 2016. Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D. iii.

(5) DAFTAR ISI Kata Pengantar........................................................................................ iii Daftar Isi ................................................................................................... iv PENDAHULUAN: Problema Pembangunan .......................................... 1 Asima Yanty Siahaan BAB I : Peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan : Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Anwar Fuad A. Lubis, Riski Rahmawati, Laila Rahmi, Sofia Ranti Hasibuan, WidyaUlfa, Elsa Yulisari Harahap, UlfaKhairiah, Wydia Putri, Rahmat Fajri, Ave Afrian, M. Reza Sembiring, Febri Gunawan .... 10 BAB II : Kedaulatan Pangan Sumatera Utara : Studi Kasus Desa Baru Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Desi Trinita, Herlinda Ewiseba, Tari Fachreza, Devina Yolanda, Ribka Oktaviani......................................................................................... 25 BAB III : Hak Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam Pembangunan Hak Asasi Manusia : Studi Kasus Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara M. Iqbal, Putri Nur Hasanah, Widya Wahid, Anggi Utama, M. Rifki........ 35 BAB IV : Kemiskinan dan Pembangunan: Marjinalisasi Anak Jalanan di Kota Medan Putri Sani Tanjung, Guntur Joyo Kusworo, Lia Sabrina, Istiqomah Nurul Lestari, Andika Aziz Lubis ............................................................... 50 BAB V : Implementasi Kartu Indonesia Pintar : Studi Kasus di Daerah Starban Kecamatan Polonia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara Rina Susanti Sianipar, Yasimta S Pasaribu, Diana Batubara, Eria Erika, Darmawanti, Cici, Icha Nabila, Devi Jesica, Erlin, Indra Mahadi, Anwar Syahban, Yus Amri, Yuyun Dwi Paramitha...................... 60 BAB VI : Daerah Tertinggal Sebagai Gerbang dan Fokus Utama Pemerataan Pembangunan : Studi Kasus Kampung Nelayan Seberang Kabupaten Deli Serdang Indra Simamora, Suriani, Siti Sarah Hasibuan, M. Susatyo Ghafur, Khairul Amar, Fitri Dewi Nazari, Annisya Pratiwi Saragih ..................... 68. iv.

(6) BAB VII : Kesenjangan Desa Kota : Studi Kasus Desa Buluh Awar dengan Kota Kecamatan Pancur Batu Evelin Simanjuntak, Samotan Rajaguguk, Rio Christian Silaen, Sri Wahyu Hutami Nst, Rico Bastanta Tarigan, Swindari, Santa Monica Situmorang, Ema Kartika Sinulingga, Rahmat Aulia, Daniel Gurusinga, Mathius Simorangkir .............................................................. 78 BAB VIII : Pembangunan dan Penggusuran : Studi Kasus Pembebasan Lahan oleh PT. KAI Mandala By Pass Medan Wilona Bareta Zalukhu, Kristina Anggelina, Naomi Elisabeth, Vivi Adilla Ramadhani, Taufik Bewaomasi Laowo, Yenny Jelita...................... 89 BAB IX : Pembangunan Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi Septriany P, Deyendi Molore Manalu, Budi Brendan Simamora, Iga Belinda Larasati, Gita Engeline, Ayu Wahyuni Rangkuti, Mella Fitria, Madina Yuli A. Pulungan, Peselia Yenita Sagala ...................................... 97 BAB X : Pembangunan Danau Toba Menjadi Monaco of Asia Maria D L Ndraha, Putri Royan Sari, Junita Syahputri, Mariati Sibuea, Elysa Apriliyani, Glori Simbolon, Deminar Doloksaribu, Novita Sari, Yuli Santri Isma, Annysa Pratiwi ........................................ 104 BAB XI : Peran The Body Shop dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Melalui Penerapan Prinsip Green Marketing Hani Syahida Harahap, Rana Kamila, Dinda Oktavia Harahap, Dinda Fadhila, Amira Fatin, Reynaldi Fadhil, M. Imanuddin Kandias, Abdul Aziz Siregar, Akbar Halim ............................................................ 117 BAB XII : Penerapan Kantong Plastik Berbayar : Perspektif Pembangunan Berkelanjutan (Studi pada Transmart dan Alfamart di Medan Sumatera Utara) Muhammad Fairuz A, Zarrisva Saputri Yanti, Susanna Maria, Elysa Minarni Pakpahan, Dessy, Aula Pambudi, Dedek Apriyanti, Rahmad Aulia, Dwi Patricia ................................................................................. 127 BAB XIII : Mengupayakan Penyelamatan Public Goods Dr. Tunggul Sihombing, MA ................................................................... 136. v.

(7)

(8) PENDAHULUAN : Problema Pembangunan Kompleksitas pembangunan mengakibatkan munculnya berbagai pendefenisian mengenai arti, tujuan dan strategi pembangunan. Secara umum pendefenisian ini terdiri dari pengertian pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi atau pembangunan sebagai peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidup manusia dan alam. Pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi telah lama menjadi arusutama dalam diskursus pembangunan. Dalam perspektif ini pembangunan disamakan dengan modernisasi (Westernisasi) yaitu: pertumbuhan ekonomi, runtuhnya ikatan-ikatan tradisional dalam masyarakat, industrialisasi dan terbukanya pasar-pasar lokal (globalisasi). Teori Modernisasi dan teori Ketergantungan yang bersumber pada pemikiran Barat dan Amerika Latin ini memfokuskan pada pertumbuhan melalui perubahan struktural makroekonomi. Hegemoni ideology pembangunan yang mendefenisikan pembangunan semata sebagai pertumbuhan ekonomi ini telah mengaburkan hakekat dan tujuan pembangunan dan menimbulkan berbagai hambatan dan tantangan dalam mewujudkan pembangunan dengan wajah humanis yang berkadilan dan berkesetaraan. Dalam ideology pembangunan ini ketiadaan faktor-faktor ekonomi dan material dipandang sebagai problema utama dalam pembangunan sehingga kebijakan dan strategi dalam mengatasi problema dalam pembangunan difokuskan pada pendekatan-pendekatan berbasis ekonomi. Tidak dapat dipungkiri strategi pembangunan yang dipimpin oleh pasar bebas, liberalisasi dan privatisasi telah mempercepat pertumbuhan ekonomi global. Namun dipihak lain kemiskinan, kesenjangan dan kerusakan lingkungan juga mengiringi pertumbuhan ekonomi. World Development Report (2010) yang menekankan pada indikator kualitas hidup manusia secara gamblang mengungkapkan bahwa ¼ penduduk negara sedang berkembang hidup kurang dari US$1/hari, 1 milyar orang tidak mendapatkan air minum yang bersih, 1,6 milyar tidak mempunyai listrik, 3 milyar tidak memiliki sanitasi yang memadai dan ¼ penduduk negara sedang berkembang kekurangan gizi. Pertumbuhan ekonomi juga diikuti dengan krisis global yang mengancam pembangunan di Asia Pacific. Integrasi dalam perekonomian global mengakibatkan resesi Negara maju sangat mempengaruhi perekonomian Asia Pasifik. Krisis finansial di Negara-negara maju juga mengancam Negara-negara sedang berkembang yang tergantung pada ekspor ke Negara-negara maju. Hal ini mengakibatkan 24 juta orang. 1.

(9) kehilangan pekerjaan yang terbanyak perempuan dan pemuda, kerawanan/ketidapastian harga minyak dan pangan. Kenaikan harga sampai 150% dalam 4 bulan seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang kekurangan gizi dari 542 juta orang (2003 – 2005) ke 583 juta orang (2007). Disamping itu terjadi bencana akibat perubahan iklim seperti Indian Ocean (tsunami), Cyclone Nargis di Myanmar (UNESCAP 2009). Kegagalan dari pembangunan „ekonomisme‟ dapat dilihat dari kesenjangan baik pada tingkat lokal dan global yang semakin melebar. Amerika Utara, Uni Eropa dan Jepang dengan total penduduk kurang dari 1 milyar menguasai ¾ kekayaan dunia. Sementara 1 milyar orang di Afrika dan Asia Tengah bertahan hidup dengan kurang dari 2% kekayaan dunia. Selain itu 2/3 orang termiskin di Negara sedang berkembang tinggal di pedesaan (World Bank. 2009). Pemuda merupakan kelompok yang termarginalkan dalam proses pembangunan dimana 89% (9 dari 10 orang) pemuda usia 10-24 tahun tinggal di negara terbelakang. Lebih dari 2 juta orang pemuda (10-19 tahun) mengidap HIV/AIDS (UNAIDS 2014). Pemuda merupakan 40% dari 197 juta pengangguran (2012) dan 60% pemuda di negara sedang berkembang tidak bekerja, sekolah atau terlibat pada pekerjaan tidak menetap. Jumlah pengangguran pemuda tertingi di Timur Tengah (28%), Afrika Utara (24%), Asia Timur (10%), Asia Selatan (9%) (United Nations, 2014). Kesenjangan global juga terjadi dalam pemanfaatan dan penguasaan teknologi. Sementara lebih dari 90% di Norway dan negara2 kaya lainnya mempunyai akses ke internet, hanya sekitar 10% dari masyarakat di Negara-negara Afrika yang dapat mengakses internet (International Telecommunications Union. 2013). Kesenjangan juga terlihat diantara pengguna internet di Asia yaitu sebesar 45,7% dari jumlah penduduk; Afrika 9.8%; Oceania: 0.9% (World Internet Users & Population Statistics. 2014). Ideologi pembangunan ini telah mengaburkan kompleksitas pembangunan yang berakar pada keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia dan keselarasan dengan alam. Penaklukan alam oleh manusia dan intervensi manusia dalam pengelolaaan dan pemanfaatan alam/lingkungan telah mengakibatkan berbagai transformasi fisik lingkungan dan menimbulkan berbagai bencana. Perubahan iklim cenderung membawa dampak negatif selama 30 tahun terakhir ini dan meningkatkan tekanan utk pemenuhan kebutuhan akan pangan yang menuntut produksi pertanian harus bertambah sebesar 70% (FAO 2011, UNDESA 2011). Proses pembangunan yang mengasumsikan dan mengeksploitasi lingkungan sebagai „barang atau sumberdaya gratis‟ yang tidak akan habis mengakibatkan kualitas sumber daya alam yang terus menurun dan tidak. 2.

(10) berkelanjutan. Sumber daya alam sangat penting bagi ekonomi dan khususnya kaum miskin dan yang tinggal di pedesaan. Hutan, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan 1/6 dari GDP dan setengah dari penyerapan tenaga kerja (FAO. 2007). Di Indonesia, hasil sumber daya alam menyumbang ¼ dari anggaran pemerintah pusat (FAO 2011) . Namun sangat disayangkan bahwa Indonesia termasuk dalam Negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia dan menjadikan Indonesia sebagai sumber penghasil gas emisi terbesar ketiga di dunia setelah USA dan Cina. Degradasi dan hilangnya hutan di Indonesia selama 1990an melampaui 1.5 juta hektar per tahun atau sebesar Jawa selama 10 tahun. Proses pembangunan yang tidak mempertimbangkan kerugian dan akibat dari eksploitasi alam telah memiskinkan banyak penduduk dunia sehubungan dengan berkurangnya akses ke air bersih, makanan dan kesehatan. Pengrusakan alam telah semakin memarjinalkan perempuan sebagai akibat dari peran-peran tradisional perempuan yang sangat berkaitan erat dengan alam. Berbagai uraian mengenai problema yang timbul dari pembangunan diatas membuktikan bahwa pembangunan tidak dapat hanya dipahami sebagai pertumbuhan ekonomi atau perubahan yang selalu melahirkan kebaikan bagi umat manusia. Pembangunan merupakan proses yang normatif dan sekaligus instrumental. Proses pembangunan dapat melahirkan pemenang dan sekaligus orang-orang dan alam yang tertindas dan tereksploitasi sekaligus melahirkan dan menghancurkan nilai-nilai dan cara hidup yang lama. Pembangunan sebagai konsep yang ambigu yang didalamnya terjadi pergolakan dan perbenturan memberikan pemahaman yang lebih realistis terhadap hakekat pembangunan. Pembangunan mencakup berbagai perubahan yang terjadi baik pada tingkat perubahan sosial dan perubahan individu yang berkesinambungan dimana kemajuan dan perbaikan dibangun diatas proses pembangunan sebelumnya (Thomas 2000:24). Teori Pembangunan Alternatif memandang pembangunan sebagai perbaikan hakekat manusia. Pembangunan merupakan proses perubahan kearah „yang lebih baik‟, visi „masyarakat yang baik‟ dipengaruhi oleh tindakan politik dan kemauan manusia. Pendekatan normatif dalam pembangunan ini menekankan pada tujuan dan arti pembangunan. Pieterse (2010) menekankan bahwa pembangunan harus partisipatif dan berpusat pada manusia. Dalam proses pembangunan harus terdapat konsensus yang meluas bahwa pembangunan akan lebih berhasil ketika masyarakat berpartisipasi. Pembangunan manusia merupakan tujuan dan ukuran pembangunan yang paling tepat. Dalam konsep Pembangunan Diri Manusia Pembangunan (People‟s Self Development), Anisur Rahman (1993) memandang pembangunan sebagai kekuatan kreatif yang dimana manusia merupakan kekuatan kreatif. 3.

(11) pembangunan sebagai alat dan tujuan bukan penerima pasif pembangunan. Pembangunan yang berpusat pada manusia (People Centred Development) mendefenisikan pembangunan sebagai suatu proses dimana anggota masyarakat meningkatkan kapasitas personal dan kelembagaan untuk memobilisasi dan mengelola sumber-sumber untuk mewujudkan distribusi peningkatan kualitas kehidupan manusia yang berkelanjutan dan adil selaras dengan aspirasi masyarakat sendiri. Perubahan-perubahan yang timbul dalam proses pembangunan akan mewujudkan transformasi menuju keadilan, keikutsertaan dan keberlanjutan. Dengan demikian, pembangunan harus dimulai dari manusia dan kebutuhannya, bukan dimulai dari produksi. Pembangunan yang berpusat pada manusia juga tercermin dalam visi pemerintahan Jokowi yaitu „Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkerpibadian Berlandaskan Gotongroyong‟. Keutamaan manusia juga terlihat dalam perumusan lima masalah besar yang harus dibenahi dalam penerapan Nawacita yaitu: merosotnya kewibawaan negara, melemahnya sendi perekonomian nasional, merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa, kebebasan berpendapat yang kebablasan dan masalah etos kerja dan budaya yang semakin menurun. Amartya Sen (1999) menekankan pembangunan sebagai Kemerdekaan yaitu sebagai suatu proses perluasan kemerdekaan (kemerdekaan politik, kesempatan sosial, dan fasilitas ekonomi) yang dinikmati oleh masyarakat. Dalam pendekatan Kapabilitas ini (Capability Approach), pembangunan didefinisikan sebagai perluasan pilihan dan peningkatan kapasitas manusia. Pembangunan ditujukan untuk peningkatan kapabilitas dasar manusia dan kemerdekaan. Pertumbuhan ekonomi penting sebagai alat bukan tujuan. Penghapusan „ketidakmerdekaan‟: kemiskinan, tirani, kesempatan ekonomi yang terbatas, pengucilan sosial secara sistematis, pengabaian pelayanan dan fasilitas publik dan Negara penindas yang tidak toleran merupakan strategi utama dalam pendekatan pembangunan ini. Dengan demikian pemampuan dan pemberdayaan dapat dicapai melalui redistribusi kekuasaan dan transformasi lembaga. Pembangunan merupakan pengejawantahan dari Hak Azasi Manusia (HAM) yang multidimensional dimana berbagai HAM saling berkaitan dan saling tergantung. Manusia sebagai pusat pembangunan, sebagai agen pembangunan yang mempunyai hak untuk berpartisipasi. Universalitas dan keutuhan hak merupakan prinsip utama dalam pembangunan dan pemberdayaan, transparansi dan akuntabilitas sebagai prinsip operasional. Dengan demikian strategi utama dalam pembangunan adalah penghapusan ketidaksetaraan dan diskriminasi. Pemberdayaan masyarakat dan strategi pengentasan kemiskinan harus berfokus pada saling hubungan diantara berbagai hak (social ekonomi, budaya politik, hak-hak sipil) serta bagaimana tatakelola kepemrintahan dan kelembagaan mempengaruhi penerapan HAM khususnya kaum marjinal dan miskin.. 4.

(12) Dengan demikian pembangunan harus didasarkan pada prinsip keadilan, keberlanjutan dan keikutsertaan dan kesetaraan. Dalam memamahami kompleksitas pembangunan sangat penting untuk mempertanyakan keberlanjutan pembangunan, siapa yang diuntungkan, tujuan dan strategi pembangunan serta keterlibatan dan kepemilikan masyarakat atas proses pembangunan. Pembangunan bukan hanya persolan teknokratis dan politis, tetapi juga harus didasarkan pada spiritualitas yang mengarahkan dan mewujudkan pembanguan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Pembangunan bukan hanya persoalan teknis dan etika tetapi juga spiritualitas yang didalamnya termasuk HAM, hak seluruh ciptaan untuk mengelola, memanfaatkan, menjaga seluruh sumberdaya. Dengan demikian eksplorasi terhadap pembangunan dan problemanya harus mempertanyakan: Apakah pertumbuhan akan secara otomatis menguntungkan orang-orang miskin? Atau apakah kita perlu lebih berfokus pada pemerataan? Bagaimana dengan kesetaraan gender? Apakah pembangunan membahayakan lingkungan? Apakah pertumbuhan terlebih dahulu dan pemeliharaan lingkungan kemiduian? Apakah perubahan meningkatkan standar hidup atau merusak bumi?. Buku yang merupakan karya mahasiswa FISIP USU ini berusaha untuk mengeksplorasi dan menjawab beberapa pertanyaan mendasar mengenai pembangunan dan problemanya di Sumatera Utara. Artikel dalam buku ini merupakan bagian dari tugas matakuliah Problema Pembangunan yang didasarkan pada hasil penelitian lapangan. Sejak awal matakuliah Problema Pembangunan dimulai, mahasiswa secara intensif dibimbing untuk mampu menggali dan memahami pembangunan dan problemanya dengan menggunakan pendekatan Pembangunan Alternatif. Ketidakberdayaan, diskriminasi, bias dan diskriminasi gender, ketidakadilan sosial, ketiadaan akses ke pelayanan publik dan sumberdaya, pengabaian HAM, dan eksploitasi alam merupakan akar problema pembangunan dalam kasus-kasus pembangunan yang didapati oleh mahasiswa. Metode empiris dalam pembelajaran melalui penjelajahan fenomena dan problema pembangunan dilapangan telah memampukan mahasiswa untuk mengasah sensitivitas dan kekritisan dalam memahami kompleksitas pembangunan lebih dari hanya sekedar sebagai pertumbuhan ekonomi. Bab 1 dan 2 dalam buku ini membicarakan mengenai pentingnya partisipasi dan peningkatan kapabilitas petani dalam mendukung kedaulatan pangan. Bab 1 mendeskripsikan bagaimana keberadaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang sangat membantu petani dalam meningkatkan kualitas hasil pertanian yang dengan sendirinya akan meningkat perwujudan kedaulatan pangan serta secara langsung perekonomian masyarakat petani di desa Wonosari. Program rutin yang. 5.

(13) dilakukan Gapoktan Wonosari Jaya antara lain simpan pinjam dan pemberian modal, koordinasi informasi seputar pertanian, penjualan gabah dan rapat atau melakukan pertemuan rutin dalam kurun waktu 3 bulan. Namun masih terdapat isu gender dalam tatakelola Gapoktan yang terlihat dari rendahnya partisipasi perempuan dalam kepengurusan Gapoktan. Bab 2 mendeskripsikan berbagai masalah yang dihadapi petani dalam menjalankan perannya untuk mendukung terciptanya kedaulatan pangan mulai dari kurang nya modal, kurangnya IPTEK dan kurangnya sarana untuk menyalurkan aspirasi selaku masyarakat awam. Isu gender juga muncul dalam artikel ini dimana kegiatan pertanian yang awalnya dikerjakan oleh kaum laki-laki kini telah bergeser. Kini kaum perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di sawah, sementara kaum laki-laki mulai beralih profesi, ada yang menjadi buruh bangunan, membawa becak sewa, dan sebagainya. Pada kenyataannya perempuan terlibat secara aktif dalam pertanian, mulai dari kegiatan menanam sampai memanen dan kaum laki-laki hanya menunjukkan diri sebagai petani ketika masa membajak saja dengan menggunakan mesin pembajak. Bab 3 mendiskusikan mengenai bagaimana opini publik menentukan pandangan masyarakat luas terhadap kaum minoritas seksual LGBT posisi dan hak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dalam pembangunan hak asasi manusia. Bab 4 mendiskusikan keterkaitan kemiskinan dengan hilangnya hak dan akses anak terhadap pendidikan serta kerentanan mereka terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh preman setempat dan bahkan juga ibu mereka sendiri. Bab 5 mendeskripsikan implementasi program Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang belum berjalan secara optimal. Dari hasil penelitian di daerah Starban, Kecamatan Polonia, Medan, implementasi program Kartu Indonesia Pintar didaerah tersebut belum merata karena pendataannya tidak transparan dan ketidakjelasan prosedurnya. Juga kurangnya sosialisasi pada masyarakat dan karena program ini tumpang tindih dengan program lainnya yang telah ada sebelumnya. Bab 6 mendiskusikan mengenai dampak dari kesenjangan daerah terhadap kualitas hidup nelayan di Kampung Nelayan Seberang. Adanya perdebatan tanggungjawab antara Pemda Kota dengan Pemda Kabupaten, menjadikan saling lempar tanggungjawab dan tugas terhadap pelaksanaan pembangunan diwilayah kampung Nelayang Seberang. Dampak dari tumpang-tindih birokrasi tentunya menjadi problema dan penderitaan masyarakat kampung nelayan seberang dalam menikmati fasilitas publik yang memadai seperti: sekolah beton, jalan perkampungan yang layak dan fasilitas publik lainnya yang bisa mendorong keadilan pembangunan dan mendorong peningkatan sumber daya manusia, khususnya masyarakat kampung Nelayan Seberang.. 6.

(14) Bab 7 mendiskusikan mengenai bagaimana pengabaian pemerintah terhadap suatu daerah telah membatasi kapasitas desa Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu desa yang memiliki potensi alam yang luar biasa untuk menjadi desa agro wisata, namun disebabkan pembangunan infrastrukktur jalan yang kurang memadai dan fasilitas desa yang masih kurang mendapat perhatian menjadi salah satu kendala untuk kemajuan desa ini. Bab 8 berbicara mengenai paradoks pembangunan dan penggusuran dalam pembebasan lahan yaag dilakukan oleh PT KAI. Masyarakat menuntut haknya untuk mendapatkan tempat tinggal dan menolak penggusuran tersebut, namun disatu sisi masyarakat juga salah karena tidak seharusnya mendirikan bangunan ditanah milik PT.KAI , selain karena tidak memiliki IMB, mendirikan bangunan yang dekat dengan rel juga dapat membahayakan diri mereka sendiri , dan juga menghambat pembangunan yang dilaksanakan di daerah tersebut. Perebutan lahan yang diakibatkan pembangunan double track rel (MedanKualanamu) menghasilkan beragam konflik dan dampak pada masyarakat Mandala By Pass. Bab 9 mendeskripsikan mengenai isu gender yang muncul dalam pembangunan jalan tol Medan – Tebing Tinggi. Dalam proses pembangunan jalan tol ini dapat dilihat adanya perbedaan dari hasil konstruksi budaya dimana tenaga kerja dari warga setempat banyak di serap dari laki-laki pada pandangannya laki-laki lebih cocok berkerja dalam pembuatan jalan tol ini , dan wanita dianggap tidak akan maksimal dalam pembangunan jalan tol dimana pembangunan tersebut akan banyak menggunakan tenaga. Selain itu dalam pembagian ganti rugi laki – laki yang dominan menerima duitnya. Hal ini disebabkan oleh penerimaan ganti rugi yang didasarkan atas kepemilikan rumah yang pada umumnya adalah para suami. Bab 10 mendiskusikan mengenai berbagai permasalahan sosial budaya, isu gender dan tatakelola pemerintahan dalam pengembangan destinasi wisata Danau Toba sebagai Monaco of Asia. Salah satu pemasalahan dalam pembangunan Danau Toba menjadi “Monaco of Asia” ialah ketidaksiapan pemerintah daerah, yaitu kerja cepat pemerintah pusat seharusnya diimbangi pemerintah daerah agar koordinasi bisa berjalan dengan baik.Danau Toba yang berbatasan dengan beberapa kabupaten di Sumatra Utara memang memiliki kendala koordinasi untuk membuat satu kebijakan terpadu mengelola kawasan salah satu danau terbesar di Asia ini. Untuk mendukung dan menyukseskan proyek besar ini dibutuhkan kerjasama simultan dari pemerintah daerah dan masyarakat. Bab 11 mendiskusikan mengenai kompatibilitas kegiatan ekonomi dengan kelestarian lingkungan serta promosi kesetaraan gender. Melalui penerapan Green Marketing, perusahaan Body Shop dapat menyelaraskan. 7.

(15) aspek keuntungan, sosial dan lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Dalam penyelengaraan Think-Act-Change, the Body Shop juga mengusung Tema besar Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi, di mana akan mengangkat topik Penyakit Menular Seksual: Stigma dan Akses Kesehatan, Pendidikan Sex di Sekolah, Kebijakan Kesehatan dan Peran Bidan serta Dukun Beranak, dan Kerusakan Lingkungan dan Kerentanan Kesehatan Perempuan. Bab 12 mendiskusikan mengenai bagaimana penerapan kantong plastik berbayar mendapat dukungan dari masyarakat yang dibuktikan dengan menurunnya pembelian dan penggunaan kantong plastik oleh konsumen. Walau harga kantong belanja non plastik cukup mahal namun terjadi peningkatan penjualan kantong belanja non plastik tersebut karena konsumen merasa lebih baik membeli kantong belanja tersebut yang bisa digunakan berulang kali dibandingkan plastik regular yang biasanya hanya sekali pakai.Uang dari pembayaran kantong plastik tersebut akan otomatis masuk ke dana donasi untuk kebersihan. Bab 13 mengelaborasi pentingnya merevitalisasi ruang publik dengan mengandalkan kebijakan publik. Tak ada ruang publik (public goods) yang tidak mengandalkan kebijakan publik yang akhirnya sudah tentu tetap membutuhkan badan publik (public agency) yang menjadi penggerak (steering) revitalisasi. Berkaitan dengan kerusakan public goods lingkungan hidup solusinya dapat dilakukan dengan me-“reedukasi selera pasar” dan me-reedukasi para pelaku dalam bidang-bidang yang dianggap sebagai pilar ruang publik. Daftar Pustaka Emerij, Louis. (2006). Turning Points in Development Thinking and Practice. Research Paper No. 2006/08. FAO. (2011). Climate change, water and food security. http://www.fao.org/docrep/014/i2096e/i2096e.pdf diakses pada 15 Juni 2016. Hausman. Tyson. Zahidi. 2010. The global Gender Gap report 2010. 2010. World Econbomic Forum. Geneva.) International Telecommunications Union. (2013). The World in 2013. ICT Facts and Figures. https://www.itu.int/en/ITUD/Statistics/Documents/facts/ICTFactsFigures2013-e.pdf diakses pada 15 Juni 2016 Pieterse, J.N. (2001). Development Theory. Reconstruction and Deconstruction. London: Sage. __________. (2010). Development Theory. Reconstruction and Deconstruction. London: Sage. Sen, Amartya, (2001). Development as Freedom. Oxford: Oxford Press.. 8.

(16) UNESCAP. (2009). Economic & Social Survey of Asia & the Pacific 2009. Addressing Triple Threats to Development. http://www.unescap.org/news/un%E2%80%99s-economic-andsocial-survey-asia-and-pacific-analyses-threat-triple-crises-region diakses pada 15 Juni 2016. World Bank. (2009). World Development Report 2009. Reshaping Economic Geography. World Bank. __________. (2010). World Development Report 2010: Development and Climate Change‟. https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/4387 diakses pada 15 Juni 2016.. 9.

(17) BAB I Peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan : Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Pendahuluan Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki bagi penduduk suatu Negara. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib menjalankan kedaulatan pangan (hak rakyat atas pangan 1) dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan pangan bagi penduduk. Kewajiban dimaksud mencakup kewajiban menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang.2Kedaulatan Pangan, dalam UU No. 18/2012 pasal 1, dimaknai sebagai “hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumberdaya lokal.”Kedaulatan Pangan selanjutnya dipahami sebagai „hak bangsa dan rakyat untuk mengontrol sistem pangan mereka sendiri, termasuk pasar, sistem produksi, sistem pangan dan lingkungan..."sebagai alternatif untuk mengkritik model neoliberal yang dominan dalam usaha pertanian (agriculture) dan perdagangan", Wittman. 1. Hak rakyat atas pangan diartikan sebagai hak untuk mendapatkan akses yang teratur, tetap dan bebas, baik secara langsung maupun dengan cara membeli (Taufiqul Mujib, 2011:38). Lihat artikelnya berjudul “Hak Atas Pangan Sebagai Hak Konstutusional”. 2011. Artikel ini merupakan bagian dari buku “Ekonomi Politik Pangan”, yang disunting oleh Francis dkk. Penerbit Bina Desa-Cindebooks.Jakarta. Taufiqul Mujib adalah Direktur Program pada Indonesian Human Right Committee for Social Justice (IHCS), dan juga National Rapporteur on the Right to Food. 2 Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan -yang sudah direvisi menjadi UU Nomor 18 tahun 2012. 10.

(18) dkk (2010) dalam Henry & Dianto 2014.3Hines (2005) dalam Khudori 2008 mengatakan bahwa hak setiap orang, masyarakat dan negara untuk mengakses dan mengontrol aneka sumberdaya produktif serta menentukan dan mengendalikan sistem (produksi, distribusi, konsumsi) pangan sendiri sesuai kondisi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya khas masing-masing.4 Visi kedaulatan pangan Indonesia sampai tahun 2024 di proyeksikan dengan bertambahnya komoditas dalam negeri sehingga kebutuhan impor dari luar negeri dapat di tekan samapai batas 50 persen. Bertambahnya hasil dalam negari dapat dilakukan dengan peningkatan pembangunan ekonomi pembangunan dengan adanya investasi dan umur petani yang bekerja di pedesaan semakin muda. Selain itu dilakukan pula upaya peningkatan anggaran APBN untuk bidang pertanian sebesar15% di tahun 2024. Bertambahnya lahan pertanian bagi setiap KK yakni dari 0.3 ke 2.0 hektar. Apabila hal iniberhasil maka akan terlihat dengan berkurangnya angka kemiskinan dan sejateranya para petani, hingga kebutuhan impor menurun secara signifikan. Dari sisi sumber daya alam (SDA), Indonesia memperoleh keberuntungan sebagai Negara agraris.Tata letak wilayah Indonesia yang persis berada di garis katulistiwa memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu di wilayah bagian selatan banyak kemarau dan di wilayah bagian utara banyak hujan. Lebih dari 50 persen penduduk Indonesia memilih usaha tani sebagai mata pencaharian pokoknya. BPS melaporkan bahwa jumlah Rumah Tangga Usaha Tani (RTUT) pada tahun 2013 sebanyak 26,13 juta rumah tangga. Artinya, apabila masing-masing RTUT memiliki 3 anak saja, maka jumlah penduduk yang bekerja pada sektor usaha tani mencapai sekitar 130,6 juta orang atau sekitar 56,8 persen (asumsi jumlah penduduk Indonesia sebanyak 230 juta orang). Sisi potensi SDM, Indonesia memiliki banyak sarjana pertanian yang dapat diandalkan untuk meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian sehingga masalah suplai pangan bisa diatasi dengan baik. Data Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional, yang dirilis Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia(PISPI) menunjukkan bahwa lulusan sarjana pertanian termasuk didalamnya sarjana peternakan dan perikanan Indonesia mencapai sekitar 3,32 persen dari seluruh lulusan sarjana di Indonesia. Bila negara memberikan perhatian yang signifikan kepada para ahli pertanian ini, misalnya penciptaan kondisi atau iklim usaha yang menjanjikan keuntungan dan memberikan insentif bagi para peneliti dan penyuluh pertanian, maka produktivitas hasil-hasil pertanian akan meningkat dan Indonesia akan menjadi salah satu negara yang tidak saja mampu memberi 3. Bernstein, Henry &Bachriadi, Dianto. (2014). Tantangan kedaulatan pangan. Bandung : ARC Books, Bina Desa & CCFD Tere Solidaire. 4 Khudori. (2008). Ironi Negeri Beras. Yogyakarta : Insist Press.. 11.

(19) makan kepada semua rakyatnya, tetapi juga mampu memberi makan kepada sebagian penduduk dunia.5 Setiap tahun Pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi (antara lain pangan, benih, pupuk, dan kredit tani). Tujuannya untuk mendorong peningkatan produksi pangan, mengurangi impor pangan, meringankan biaya produksi petani, serta mengupayakan terwujudnya swasembada pangan. Pemerintah juga memberikan bantuan beras (subsidi) kepada golongan rakyat miskin untuk memenuhi hak dan pemenuhan kebutuhan pangan rakyat. Dalam periode 2006-2011, subsidi pertanian (non-energi) meningkat tajam dari Rp12,8 triliun menjadi Rp41,9 triliun. Subsidi yang bersifat rutin adalah pangan, pupuk, benih, bunga kredit pinjaman dan PSO. Sementara jenis subsidi lain seperti kedelai dan minyak goreng, tidak bersifat rutin atau dialokasikan sesuai kondisi tertentu. Dari total subsidi pertanian sekitar Rp41,9 triliun, sekitar Rp34,1 triliun diantaranya atau sekitar 81,31 persen adalah subsidi pangan dan subsidi pupuk.6 Gibson (2005), pertanian (industry pertanian) adalah semua aktivitas yang ditujukan untuk menemukan kebutuhan penduduk terhadap makanan, pakaian, dan perumahan.7 Indonesia adalah negara agraris dimana produksi utamanya adalah berada di bidang pertanian sehingga tidak heran penduduk Indonesia hidup dengan cara bertani. Hal ini didukung oleh kondisi tanah yang sangat subur dan keadaan sosial masyarakat desa. Dengan kata lain seharusnya Indonesia menjadi negara yang sejahtera karena memiliki lahan pertanian yang luas dan masyarakatnya dominan adalah petani. Dengan sejahteranya Indonesia maka akan sejahtera pulalah petani Indonesia. Namun kenyataannya adalah sebagian besar petani Indoesia masuk dalam garis kemiskinan. Terdapat dugaan bahwa sistem pertanian di Indonesia terjadi masalah. Masalah bahwa petani Indonesia kurang di servis oleh pemerintah atau sistem yang menjadikan mereka hanya sebagai objek kelangsungan hidup negara. Dan sekarang banyak petani yang beralih profesi menjadi pekerja di kota. Sawah yang mereka tanami sudah dijual dan di bangun gedung-gedung bertingkat. Yang selanjutnya kita harus mengimpor kebutuhan pangan sehingga kita masih jauh dari konsep kedaulatan pangan. Triwibowo Yuwono dalam bukunya mengatakan bahwa: “Produksi pangan adalah kegiatan yang melibatkan banyak faktor, baik teknis, manajemen, kebijakan pemerintah, bahkan persoalan sumber daya manusia. Pertanian bukan hanya sekedar persoalan 5. Didik J Rachbini, Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3I) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, www.republika.co.id 6 Nota Keuangan dan APBN 2012, Kementerian Keuangan RI 7 GibsonRS. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Ed ke-2. New York : Oxford University Press.. 12.

(20) menanam dan memanen, namun lebih luas lagi berkaitan dengan filosofi sebuah bangsa, pertimbangan, humanitarian, kebudayaan, spiritual, interaksi dengan alam, lingkungan biotik dan abiotik, memahami kearifan lokal dan ekologis, serta persahabatan dengan segenap unsur manusia. Memahami petani dengan segala dimensi kemanusiaannya, juga merupakan bagian penting untuk memahami pertanian itu sendiri”8 Ketika berbicara tentang pertanian maka akan turut serta untuk membahas pembangunan prekonomian. Pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam proses pembangunan ekonomi di negara Indonesia yang notabene adalah negara agraris yang subur dan kaya akan sumber daya alam sehingga tidak heran muncul istilah tongkat dan batu jadi tanaman. Ada empat point kontribusi pertanian bagi perekonomian suatu negara yang dikemukakan oleh (Ghatak dan Ingersent, 1984: Mallasis, 1975) 1. Kontribusi produksi, 2. Kontribusi pasar, 3. Kontribusi faktor produksi, 4. Kontribusi devisa.9 Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia investasi di bidang pertanian sangatlah penting di awal pembangunan, agar tidak terperangkap pada keseimbangan pendapatan rendah. Pakar ekonomi di tahun 50-an sedang gencar melaksanakan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan metode industrialisasi. Untuk meningkatkan pendapatan maka negara berkembang dan badan internasional turun tangan dalam upaya peningkatan produksi pertanian seperti mendatangkan teknologi barat. Namun metode ini tidak berhasil menjawab permasalahan kekurangan makanan pokok (produksi rendah) karena tidak melibatkan petani dalam mengambil keputusan. Indonesia sendiri sudah menjadi penghuni tetap daftar negara-negara pengimpor beras pada tahun 1994.10 Gagalnya kebijakan industrialisasi membuat negara Indonesia untuk memutar haluan dalam peningkatan produksi di bidang pertanian yakni dengan revitalisasi pertanian, perikanan, dan kelautan yang bermaksud untuk mengurangi angka kemiskinan, peningkatan daya saing pertanian dan kesejahteraan petani. Hasilnya adalah dibentuknya gabungan kelompok tani atau GAPOKTAN di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan melakukan penyuluhan dan pembinaan secara intens dan berkelanjutan. Melalui pembinaan tersebut kehadiran gabungan kelompok tani diharapkan membawa angin segar bagi perekonomian negara Indonesia. Gabungan kelompok tani diharapakan dapat mandiri dengan memacu kreativitas di bidang pertanian sehingga dapat menghasilkan 8. Pembangunan pertanian: membangun kedaulatan pangan Oleh Triwibowo Yuwono Dkk. Hal 5 9 Pembangunan pertanian: membangun kedaulatan pangan Oleh Triwibowo Yuwono Dkk. Hal 10 10 Spektrum kebijakan pertanian indonesia oleh Bustanul Arifin, Ph.D. Hal 13. 13.

(21) produk sendiri yang tentunya akan menaikkan status petani-petani Indonesia. Dengan terbentuknya GAPOKTAN maka setiap petani yang tergabung di dalamnya akan di perkenalkan dengan inovasi-inovasi dalam pertanian untuk dapat menghasilkan produk yang dapat bersaing di level domestik dan internasional. Kebijakan GAPOKTAN ini sendiri merupakan contoh dari pada pembangunan partisipatif yang mengharapkan partisipasi atau kemauan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan pertanian. Khususnya di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, GAPOKTAN menjadi poin penting yang menjadi sarana bagi masyarakat untuk meningkatkan hasil panennya dan meningkatkan kualitas pertanian di Indonesia secara umum demi tercapainya pembangunan pertanian untuk kedaulatan pangan bagi bangsa dan negara. Selain itu, Kedaulatan Pangan Indonesia 2014-2024 ditempuh dengan pembangunan pertanian dan pedesaan melalui tujuh langkah pokok, yaitu: 1. Redistribusi lahan terhadap petani kecil/tak bertanah/petani gurem, buruh tani, masyarakat adat dan juga redistribusi kawasan tangkap untuk nelayan kecil 2. Pembangunan infrastruktur pedesaan, terutama irigasi dan akses transportasi: jalan, sungai, pesisir dan laut 3. Pembangunan, pemuliaan dan pemajuan benih dari rakyat, termasuk benih lokal tradisional, pembangunan bank benih rakyat dan plasma nutfah 4. Peningkatan kemampuan petani dan penguatan organisasi tani dan pola hubungan dengan pemerintah, terutama pelibatan aktif perempuan petani/pekerja sebagai tulang punggung kedaulatan pangan 5. Peningkatan teknologi tepat guna, riset teknologi untuk pertanian dan pedesaan 6. Peningkatan akses modal untuk petani dan rakyat yang bekerja di pedesaan 7. Revitalisasi pasar tradisional dan strategi pengadaan dan cadangan pangan oleh pemerintah. 11 GAPOKTAN dalam Kedaulatan Pangan Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan pemerintah mencanangkan 11. Visi Kedaulatan Pangan Indonesia Tahun 2014 – 2024 oleh Serikat Petani Indonesia, Usulan Pokok – Pokok Pemikiran untuk Pembanguna Pertanian dan Pedesaan.. 14.

(22) Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Untuk itu diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan). Dengan melakukan pendekatan kelompok maka akan terbentuk ruang untuk petani. Habermas mengatakan mengenai kebijakan pembangunan berkelanjutan dimana partisipasi aktif masyarakat melalui jalur dialog merupakan sebuah sarana untuk mewujudkan Public Sphare sebagai persoalan dan masalah 12. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompoktani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan Kelompok Tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu pembinaan kelompoktani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya. Gabungan kelompoktani (GAPOKTAN) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gabungan kelompok tani merupakan implemenetasi dari kebijakan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/Ot.160/4/2007. Pengembangan kelompoktani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompoktani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompoktani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Kelompoktani yang berkembang bergabung ke dalam gabungan kelompoktani (GAPOKTAN). GAPOKTAN yang kuat dan mandiri dicirikan antara lain dengan adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan, disusunannya rencana kerja GAPOKTAN secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi, memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama, memiliki pencatatan/pengadministrasian setiap anggota organisasi yang rapih, memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir, memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar, sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompoktani khususnya, adanya jalinan kerjasama 12. Public Sphere: Model Pembangunan Alternatif, Hal 264. 15.

(23) antara GAPOKTAN dengan pihak lain dan adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan GAPOKTAN. GAPOKTAN melakukan fungsi-fungsi sebagai satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan harga), penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya, penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para petani yang memerlukan, melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah dan menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir. GAPOKTAN telah dibentuk hampir di setiap desa wilayah di Indonesia yang memiliki lahan pertanian luas. Sama halnya dengan GAPOKTAN di Desa Wonosari Kecamatan Tanjunga Morawa Kabupaten Deli Serdang. Sejarah GAPOKTAN Wonosari Jaya Meningkatnya arus teknologi dan informasi pertanian akhir-akhir ini memberikan peluang dan juga hambatan bagi kelompok tani sesuai dengan lingkungan social ekonomisetempat, sehingga membutuhkan adanya pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Pengembangan kelompok tani dilakukan dengan menggabungkan kelompok tani ke dalam GAPOKTAN agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sector hulu dan hilir, pemasaranserta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. GAPOKTAN kepanjangan dari gabungan kelompok tani, merupakan organisasi petani diperdesaan (perdusun) yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. GAPOKTAN telah dibentuk hampir di setiap desa wilayah di Indonesia yang memiliki lahan pertanian luas. Sama halnya dengan GAPOKTAN di Desa Wonosari Kecamatan Tanjunga Morawa Kabupaten Deli Serdang yang telah dibentuk sejak tahun 2007 dengan nama GAPOKTANWonosari Jaya yang terdiri dari 16 kelompok tani dari 16 dusun di Desa Wonosari. Desa Wonosari merupakan wilayah dengan luas lahan pertanian yang lebih besar dibanding lahan pemukiman. Lahan pertanian di Desa Wonosari mencapai 80% dari keseluruhan lahan yang ada di Desa Wonosari, kemudian 75% dari lahan pertanian tersebut adalah lahan milik pribadi sedangkan sisanya merupakan lahan sewa dan garapan. GAPOKTANWonosari Jaya yang diketuai oleh Bapak Tukiman memiliki dua program utama yaitu program simpan pinjam dan pembelian. 16.

(24) gabah. Program simpan pinjam dilakukan oleh petani melalui iuran wajib pokok setiap bulannya ditambah dengan dana hibah. Gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Wonosari Jaya dibentuk untuk meningkatkan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, meningkatkan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis serta menguatkan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Nama Wonosari Jaya sendiri dipilih karena diharapkan dengan nama tersebut GAPOKTAN mampu menjadi sebab peningkatan kemakmuran bagi masyarakat Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Sejak dibentuknya GAPOKTAN, maka segala bentuk kegiatan, kemitraanserta program dari pemerintah menjadi tanggung jawab dan mendapatkan pendampingan dari GAPOKTAN. Struktur Organisasi Pada GAPOKTAN Wonosari Jaya GAPOKTAN merupakan gabungan kelompok tani yang terdiri dari beberapa kelompok tani. GAPOKTAN memiliki program-program yang akan dijalankan atau dilakukan untuk mencapai tujuan dari GAPOKTAN tersebut. Untuk dapat menjalankan atau melaksanakan program-program tersebut dengan baik maka sangat di perlukannya struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian ataupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumnya.13 Struktur organisasi dapat menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan yang satudengan kegiatan yang lainnya dan juga bagaimana hubungan antara aktivitas dan fungsi yang di batasi. Didalam struktur organisasi yang baik harus dapat menjelaskan hubungan dan wewenang setiap anggota, jadi terdapat suatu pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan. GAPOKTAN Wonosari Jaya pada Dusun IV Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, memiliki 16 kelompok tani yang tergabung sebagai anggota GAPOKTAN. Struktur organisasi yang adap ada GAPOKTANWonosari Jaya ini sama halnya dengan struktur organisasi yang lainnya, yakni adanya ketua, sekertaris, bendahara dan anggota. Dimana ketua memiliki peranan sebagai yang mengatur serta mengkoordinasikan bagaimana program-program tersebut dapat berlangsung. Yang menarik pada GAPOKTAN Wonosari Jaya ini ialah ketua dari GAPOKTAN tersebut seperti merangkap sebagai bendahara. Karena salah satu program dari GAPOKTAN Wonosari Jaya yakni simpan pinjam yang mengaturnya atau yang memegang dana dari 13. http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-struktur-organisasi-danfungsinya.html. 17.

(25) iuran tersebut adalah ketua dari GAPOKTAN Wonosari Jaya juga. Tetapi hal tersebut tidak dianggap sebagai masalah bagi semua anggotanya karena program simpan pinjam tersebut telah menerapkan prinsip Good Governance, yakni semuakegiatan yang berkaitan dengan simpan pinjam sangatlah transparan sehingga tidak aka nada pihak yang nantinya dapat di rugikan.14Kemudian pada masing-masing kelompok tani memiliki struktur organisasinya sendiri, yakni adanya ketua, sekertaris, bendahara serta anggota. Sehingga nantinya ketika rapat mengenai kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan masing-masing kelompok tani dapat menyuarakan apa yang menjadi kendala atau hambatan serta peluang yang ada di tempat mereka berada. Karena masing-masing kelompok tani berada pada tempat yang berbeda, yakni masih satu desanya berbeda dusunnya. Pemilihan ketua, sekertaris serta bendahara dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya melakukan system mengusulkan maupun di usulkan sehingga tidak ada yang namanya pemaksaan ataupun terpaksa untuk memegang suatu jabatan dalam GAPOKTAN tersebut. Karena dalam rapatt ersebut akan ditanyakan ketersediaan mereka yang mengusulkan diri maupun yang diusulakan. Dan siapapun dapat menjadi ketua, sekertaris, maupun bendahara asalkan mereka yang ingin memiliki jabatan tersebut mempunyai pengetahuan yang baik di bidangpertanian, jujur dan cakap serta tanggap dalam mengahadapi masalah yang nantinya dapat terjadi. Program dan Kegiatan GAPOKTAN Dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang yang sudah terbentuk selama 9 tahun sejak 2007 sampai saat ini telah memiliki dua program utama yang masih aktif dilaksanakan. Dua program tersebut yakni program simpan pinjam dan pembelian gabah. Program pertama simpan pinjam di GAPOKTAN Wonosari Jaya dilakukan rutin dan dikelola oleh pengurus anggota GAPOKTAN yang dipilih langsung oleh anggota dari setiap dusun yang memiliki 16 kelompok tani. Program simpan pinjam ini dilakukan dengan tujuan utama untuk membantu para petani untuk mendapatkan modal jika mengalami kendala dan esulitan dalam hal pembiayaan dalam proses bertani. Program ini dilakukan petani dengan iuran wajib pokok, untuk modal awal para petani dikenakan biaya tagihan Rp.50.000 perorang dan untuk iuaran wajib setiap bulan petani dibebani biaya tagihan Rp.5000 untuk waktu sebulan sekali serta ditambah dengan dana hibah. Dana simpan pinjam tersebut kemudian dikelola dan diberikan sebagai bentuk pinjaman kepada petani yang tidak memiliki modal awal bertani. Simpan 14. Hasil wawancara dengan Ketua Gapoktan Wonosari Jaya, Dusun IV Kecamatan Tg.Morawa Kabupaten Deli Serdang, Bapak Tukiman pada Hari Senin, 06 Juni 2016. 18.

(26) pinjam yang diberikan ini akan mempermudah petani dalam mengatasi masalah modal antara lain masalah alat pertanian yang masih disewa dikarenakan belumm ada yang bisa memiliki secara pribadi. Untuk sekali panen dengan luas lahan 25 rante petani harus membayar alat sewa sebesar 2,5 juta rupiah. Jumlah pinjaman maksimal yang diberikan kepada anggota GAPOKTAN sebesar 2 juta rupiah untuk 1 orang petani dan dikembalikan setelah panen dengan jangka waktu 6 bulan ditambah tenggang waktu 2 bulan jika 6 bulan masih belum bisa mengembalikan pinjaman. Dan untuk sekali pinjaman dikenakan bunga pinjaman pengembalian sebesar 1,5% dari jumlah pinjaman. 15 Walaupun sudah diberikan keringan pinjaman dan waktu pengembalian, namun masih saja banyak anggota yang sulit untuk mngembalikan pinjaman. Pengurus sering kali merasa kerepotan mengelola uang untuk kebutuhan dan keperluan lain karena uang yang dipinjam anggota sulit dikembalikan dan melewati batas tenggang waktu yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan kendala bagi GAPOKTAN dan untuk mengatasinya upaya yang dilakukan ketua GAPOKTANadalah dengan melakukan pendekatan kepada anggotanya untuk penagihan pinjaman. Selain itu, kendala lain yang dirasakan adalah kendala yang terjadi diluar dugaan yaitu kendala operasional yang terjadi dilapangan seperti serangan hama dan musim yang tidak menentu yang menyebabkan gagal panen. Maka dari itu GAPOKTAN wonosari jaya melakukan rapat untuk menentukan jadwal tanam guna menghindari hama dan mengetahui pergantingan kesenjangan air agar terhindar resiko gagal panen yang tentu akan merugikan petani. 16 Program simpan pinjam dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya ini telah menerapkan good governance karena dalam pengeloaan keuangannya transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Semua anggota organisasi secara langsung dapat mengetahui semua pengelolaan uang masuk dan uang keluar di dalam rapat triwulan yang dilaksanakan GAPOKTAN Wonosari Jaya. Namun masih terdapat bias gender dalam tatakelola program simpan pinjam GAPOKTAN ini.Program simpan pinjam ini pun dikelola oleh anggota GAPOKTAN yang keseluruhannya adalah kaun pria. Dalam hal ini, terlihat bahwa peran perempuan tidak ikut andil dalam semua proses kegiatan pertanian. Mulai dari tahap menabur benih, menanam bibit, menyiangi memberi pupuk, membuat saluran irigasi, memanen dan kegiatan pasca panen. Untuk semua pekerjaan dalam proses bertani padi 90% dikerjakan oleh laki-laki, hanya bagian menanam bibit yang 15. Hasil wawancara dengan bapak Tukiman sebagai Ketua Gapoktan Wonosari Jaya Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 – sekarang. 16 Op.cit.,Wawancara dengan Bapak Tukiman. 19.

(27) dikerjakan perempuan. Hal ini menunujukkan bahwa tidak terjadi kesetaraan gender antara peran penting laki-laki dan perempuan dalam upaya perwujudan pembangunan pertanian dan kedaulatan pangan. Bagi masyarakat luas, terutama kaum laki-laki masih saja menganggap dan berfikir bahwa pekerjaan bertani adalah pekerjaan yang berat dan hanya bisa dilakukan oleh laki-laki saja. Masalah pola pikir yang masih tradisional itulah yang menjadi masalah utama terjadi serta tidak ada kemauan dan keinginan dari kaum wanita untuk berpartisipasi bergabung dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya. Alasan kaum perempuan tidak ingin berpartisipasi dikarenakan sebagian besar dari mereka sudah terikat dan memiliki pekerjaan sebagai buruh pabrik, sehingga mereka tidak bisa terlibat dalam menjalankan organisasi Gapoktan. 17 Mereka hanya bisa ikut terlibat kerja dilapangan saja, misalnya dalam tahap mengerjakan menanam bibit dan memotong rumput setelah panen. Pekerjaan itupun hanya bisa dilakukan pada waktu musiman dan di hari libur saat mereka tidak bekerja di pabrik. Sehingga tidak ada kesetaraan gender dalam pembangunan pertanian dan upaya mewujudkan kedaulatan pangan di GAPOKTAN Wonosari Jaya.Sebenarnya kaum wanita dapat ikut andil dalam menjalankan proses bertani dan mewujudkan kedaulatan pangan. Kaum wanita dapat membuat program pembangunan rakyat terpadu, program pembangunan usaha pertanian, program diversifikasi pangan dan gizi, program pengembangan koperasi, program peranan wanita dan lain-lain. Jika program-program tersebut dapat dilaksanakan maka akan meningkatkan taraf dan kualitas sumber daya manusia, pencapaian produktivitas dan menyeimbangkan konsumsi pangan dan menyediakan komoditi pangan bernilai gizi yang secara perlahan akan mewujudkan kedaulatan pangan yang seimbang. 18 Program lainnya adalah pembelian gabah. Pembelian gabah dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya ini dilakukan serentak bagi 16 kelompok tani yang ada. Untuk pembelian gabah dilakukan atau dijual di agen yang sama denga harga normal di pasaran. Penjualan gabah petani secara serentak ini memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri bagi petani. Keuntungan yang didapat adalah petani dimudahkan langsung menjual gabah hasil panen dan tidak perlu lagi repot untuk mencari agen, karena agen yang dicari sudah pasti agen dengan harga jual yang tinggi sesuai harga pasar penjualan gabah serta petani tidak perlu melewati tahap-tahap penjualan yang ama karena agen akan langsung memproses penjualan dan uang tunai akan segera didapat. Kerugiannya adalah petani tidak mampu mengembangkan harga jual setiap musim panennya, petani masih belum memiliki modal 17. Hasil wawancara dengan Ibu Aminah sebagai salah satu kaum wanita di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 18 Op.cit.,wawancara dengan Ibu Aminah. 20.

(28) untuk menjual hasil gabahnya dengan harga yang lebih tinggi atau bahkan petani bisa menjual hasil berasnya bukann gabah. Namun upaya itu tidak berhasil untuk dilakukan walaupun sudah dilaporkan ke Dinas Pertanian Deli Serdang dan jajaran pemerintah lainnya yang memperhatikan bidang pertanian. Program pembelian gabah ini tetap dilaksanakan anggota GAPOKTAN Wonosari Jaya tetap dilaksanakan sampai saat ini guna membantu para petani Wonosari. Sebelum menjual hasil gabahnya, petani sudah menyisakan sebagian gabahnya untuk keperluan dan kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Dan itulah yang menjadi keuntungan bagi para petani.19 Untuk kegiatan rutin lain yang dilakukan GAPOKTAN Wonosari Jaya adalah melakukan pertemuan atau rapat triwulan atau rapat dalam 3 bulan sekali. Dalam rapat itu banyak pembahasan yang didiskusikan, baik itu tentang jadwal menanam bibit satu desa dengan desa lain, pemeliharaan tanaman padi, perawatan saluran irigasi dan antispasi siklus panen. Semua dibicarakan secara musyawarah dan atas kesepakatan bersama.Sebagai desa penghasil utamanya adalah tanaman padi yang memiliki 80% adalah lahan pribadi dan menjadi mata pencaharian maka ekonomi masyarakat Desa Wonosari terbantu dan membaik dalam segi pendapatan dan dapat menyimpan pasokan beras untuk kebutuhan makan sehari-hari. Maka para petani di Desa Wonosari tidak perlu membeli beras karena ada ada persediaan yang dimiliki. Posisi GAPOKTAN dalam Kebijakan Pertanian GAPOKTAN memiliki posisi yang sangat penting dalam kebijakan pertanian yakni sebagai penguat kelembagaan petani yang telah ada. GAPOKTAN diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani.Pemberdayaan petani dan usaha kecil di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan pendekatan kelompok.20 Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani, Gabungan kelompok tani berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama mulai dari sektor hulu sampai hilir secara komersial dan berorientasi pasar. Pada tahap pengembangannya GAPOKTAN tersebut dapat memberikan pelayanan informasi, teknologi dan permodalan kepada anggota kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain. Diharapkan penggabungan poktan 19. Hasil wawancara dengan bapak Sahar sebagai kepala dusun VII desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 20 http://www.sumbarprov.go.id/images/1448812168(4)%20Gapoktan%20yang%20Mandiri%20edit,%20joko.pdf. 21.

(29) dalam GAPOKTAN akan menjadikan kelembagaan petani yang kuat dan mandiri serta berdaya saing.GAPOKTAN sebagai gabungan kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Pengembangan GAPOKTAN dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian, serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga GAPOKTAN diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya. Terhadap pedagang saprotan (sarana produksi pertanian) maupun pedagang hasil-hasil pertanian, GAPOKTAN diharapkan dapat menjalankan fungsi kemitraan dengan adil dan saling menguntungkan. Namun demikian, jika GAPOKTAN dinilai lebih mampu menjalankan peranannya dibandingkan dengan kios saprodi ataupun pedagang pengumpul, maka GAPOKTAN dapat menggantikan peranan mereka. Peran dan Posisi GAPOKTAN Wonosari dalam Pembangunan Pertanian Demi Mencapai Kedaulatan Pangan GAPOKTAN sebagai suatu lembaga pertanian sangat berperan dalam mendukung pembangunan pertanian di Indonesia. GAPOKTAN yang merupakan gabungan kelompok tani merupakan salah satu instruksi pemerintah untuk menguatkan sektor pertanian di seluruh Indonesia mengingat Indonesia adalah negara agraris yang didominasi oleh lahan pertanian. Tidak terkecuali di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, keberadaanGAPOKTAN telah memberikan dampak positif bagi masyarakat sekita yang kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai petani. Keberadaan GAPOKTAN di tengah – tengah masyarakat secara langsung maupun tidak telah membantu para petani untuk mengelola dan meningkatkan hasil panennya melalui pinjaman modal yang diberikan oleh GAPOKTAN. Keberhasilan pengelolaan pertanian serta meningkatnya hasil panen para petani di wilayah Desa Wonosarri tentunya akan mendukung upaya pembangunan pertanian di Indonesia yang pada akhirnya diharapkan mampu menciptakan kedaulatan pangan. Bapak Tukiman, selaku ketua GAPOKTAN Wonosari Jaya menganalogikan posisi GAPOKTAN di dalam pembangunan pertanian sebagai tokoh utama yang mendukung pembangunann pertanian itu sendiri. Analoginya adalah apabila pembangunan pertanian adalah sebuah desa maka GAPOKTAN adalah kepala desanya. Dengan demikian, melalui analogi tersebut dapat diketahui bagaimana pentingnya peran dan posisi GAPOKTAN dalam pembangunan pertanian demi mecapai kedaulatan. 22.

(30) pangan khususnya di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Mora Kabupaten Deli Serdang.21 Kesimpulan Dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan pembangunan pertanian, banyak elemen yang dapat memberikan pengaruh besar, termasuk GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) yang saat ini sudah bergerak dan menjalankan visi dan tugasnya dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia. Di setiap desa telah didirikan GAPOKTAN yang mengurusi urusan pertanian antar kelompok di desa. Peran GAPOKTAN itu sendiri sangat penting dan menonjol dalam meningkatkan mutu dan kualitas produktivitas pertanian di desa. Memudahkan para petani untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, misalnya masalah modal atau biaya untuk memulai kegiatan pertanian, masalah dana daan pendanaan, memudahkan petani mendapatkan perhatian dari banyak elemen dan lembaga pertanian yang terkait. Sebagai contoh adalah GAPOKTAN WONOSARI JAYA di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Dengan adanya perkumpulan kelompok tani di desa Wonosari ini, para petani sangat terbantu untuk meningkatkan lagi kualitas hasil pertanian dan perlahan akan meningkat perwujudan kedaulatan pangan serta secara langsung perekonomian masyarakat petani di desa Wonosari. Program rutin yang dilakukan gapotan Wonosari Jaya antara lain simpan pinjam dan pemberian modal, koordinasi informasi seputar pertanian, penjualan gabah dan rapat atau melakukan pertemuan rutin dalam kurun waktu 3 bulan. Dengan program-program rutin yang dilakukan oleh GAPOKTAN Wonosari Jaya, maka pencapaian untuk mewujudkan kedaulatan pangan dalam pembangunan pertanian akan dengan cepat terwujud. Jika gerakan gabungan kelompok tani di setiap desa di Indonesia dilakukan dengan sistem dan tata kelola yang baik maka kedaulatan pangan Indonesia mudah dicapai serta perekonomian masyarakat desa juga akan terbantu, dan tidak akan ada istilah petani membeli beras terjadi di tengah-tengah masyarakat desa. Daftar Pustaka Sumber Buku Arifin, Bustanul.2003.Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga, Jakarta.. 21. Hasil wawancara dengan bapak Tukiman sebagai Ketua Gapoktan Wonosari Jaya Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 – sekarang.. 23.

(31) Bernstein, Henry &Bachriadi, Dianto.2004. Tantangan Kedaulatan Pangan.ARC Books, Bina Desa & CCFD Tere Solidaire, Bandung. Gibson, RS.2005.Principles Of Nutritional Assesment. Ed ke-2. Oxford University Press, New York. Khudori.2008. Ironi Negeri Beras. Insist Press, Yogyakarta. Mujib, Taufiqul.2011. Ekonomi Politik Pangan. Bina Desa-Cindebooks, Jakarta. Nota Keuangan dan APBN 2012, Kementerian Keuangan RI Sumber Undang – Undang : Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan -yang sudah direvisi menjadi UU Nomor 18 tahun 2012 Visi Kedaulatan Pangan Indonesia Tahun 2014 – 2024 oleh Serikat Petani Indonesia, Usulan Pokok – Pokok Pemikiran untuk Pembanguna Pertanian dan Pedesaan. Winarno, Budi. 2013. Etika Pembangunan. CAPS (Center for Academic Publishing Service), Yogyakarta. Yuwono, Triwibowo dkk.2005.Pembangunan Pertanian : Membangun Kedaulatan Pangan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sumber Internet : “Pemerintah Provinsis Sumatera Barat”.(http://www.sumbarprov.go.id/images/1448812168(4)%20Gapoktan%20yang%20Mandiri%20edit,%20joko.pdf. [9 juni 2016] “Pengertian Struktur Organisasi dan Fungsinya Secara Jelas”. http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-struktur-organisasidan-fungsinya.html. [9 juni 2016] Rachbini, J Didik.”Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3I) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia”. www.republika.co.id. [9 juni 2016] Sumber Wawancara : Hasil wawancara dengan Ketua Gapoktan Wonosari Jaya, Dusun IV Kecamatan Tg.Morawa Kabupaten Deli Serdang, Bapak Tukiman. Hasil wawancara dengan Ibu Aminah sebagai salah satu kaum wanita di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.. 24.

(32) BAB II Kedaulatan Pangan Sumatera Utara : Studi Kasus Desa Baru Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Pendahuluan Pembangunan yang sering kali didefinisikan dengan perubahan menuju kearah yang lebih baik ternyata memiliki banyak indikator agar kenyataan dilapangan sesuai dengan definisinya. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, meningkatnya moral pada diri masyarakat, mutu pendidikan yang baik, rendahnya tingkat kesenjangan dan tingkat kesejahteraan yang harus semakin meningkat menjadi beberapa indikator yang harus tercapai agar suatu pembangunan dikatakan berhasil (Budiman,2000). Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat kita lihat dari terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dasar mereka sepertisandang, pangan dan papan. Meskipun tingkat kesejahteraan tidak hanya diukur dari kebutuhan tersebut tetapi kebutuhan pokok menjadi salah satu indikator penentu tingkat kesejahteraan masyarakat, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka berarti masyarakat belum sejahtera dan dengan demikian hal ini berarti pula bahwa pembangunan belum dapat dikatakan berhasil. Masih banyak masyarakat Indonesia yang merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dikarenakan berbagai hal salah satunya yaitu karena kurangnya penghasilan mereka ditengah harga sembako yang tinggi. Dalam hal ini kedaulatan pangan di Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahn pemenuhan kebutuhuan pangan di negara ini. Namun sejak hal-hal tentang kedaulatan pangan muncul beberapa tahun lalu, kondisi pangan di negara ini belum tampak membaik. Berangkat dari penglihatan tidak kunjung membaiknya kondisi pangan di Indonesia, mulai dari tingginya tingkat konsumsi beras, disusul dengan harga produksi yang tinggi, kemudian minimnya lahan pertanian dan masalah yang terkait dengan kesejahteraan petani maka dilakukanlah sebuah penelitian terkait dengan permasalahan apa saja yang menjadi penyebab dari kondisi tersebut. Sebagai orang terdekat dengan pertanian dan pangan maka ada dua aktor yang akan di bahas dalam tulisan ini yaitu petani dan pemerintah selaku pembuat kebijakan. Petani selaku aktor pertama dalam tulisan ini, ternyata memiliki baragam masalah dalam menjalankan perannya untuk mendukung. 25.

(33) terciptanya kedaulatan pangan mulai dari kurang nya modal, kurangnya IPTEK dan kurangnya sarana untuk menyalurkan aspirasi salaku masyarakat awam. Oleh sebab itu tulisan ini akan membahas bagaimana peran petani Desa Baru Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dalam mendukung terciptanya kedaulatan pangan serta masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh mereka. Berbagai masalah yang dihadapi oleh petani tersebut tentu memerlukan solusi. Sebagai aktor kedua maka peran pemerintah dalam menuntaskan permasalahan yang dihadapi oleh petani dan mendukung terciptanya kedaulatan pangan di Indonesia pun akan dimuat dalam tulisan ini mulai dari kebijakan dan program apa saja yang mereka buat untuk membantu para petani dan bagaimana dengan implementasinya. Kedaulatan Pangan Pada tulisan ini ada beberapa teori terkait dengan tiga konsep tentang pangan yaitu ketahanan, kemandirian dan kadaulatan pangan. konsep ini akan membantu memberikan gambaran tentang dimana kondisi pangan Negara Indonesia berdiri dan tahap yang mana yang mungkin dicapai oleh pangan dari negara Indonesia. Konsep ketahanan pangan dijelaskan dengan keadaan dimana negara atau masyarakat mampu memenuhi ketersediaan pangannya baik secara mandiri ataupun dengan cara impor untuk dikonsumsi. Sesuai pengertian dari PBB pada tahun 1974 maka ketahanan pangan di definisikan sebagai ketersediaan bahan makanan pokok setiap saat untuk mempertahankan pasokan pangan pada konsep ketahanan panganlah Negara Indonesia berdiri saat ini. Sedangkan pada konsep kemandiriandijelaskan dengan keadaan dimana terpenuhinya kebutuhan pangan di sebuah negara atau masyarakat dari dalam. Artinya tidak perlu mengimpor dari luar negeri tetapi segala kebutuhan pangan sudah tercukupi dari dalam. Konsep ini muncul sebagai salah satu wujud keinginan lepas dari ketergantungan terhadap pihak luar. Pada konsep kedaulatan pangan dikatakan bahwa konsep ini ditujukan untuk menjamin bahwa masyarakat mampu mandiri memenuhi kebutuhan pangannya dengan tidak mengabaikan hak-hak untuk mendapatkannya. Sebagaimana ditulis oleh Etzioni pada tahun 2006 dalam sovereignty as responsibility konsep kedaulatan pangan muncul untuk menjamin hak-hak warga untuk memproduksi, mengonsumsi dan menentukan harga tanpa ada tekanan dari pihak-pihak luar. Tak hanya itu konsep ini juga secara radikal menempatkan petani,pengedar dan konsumen pada jantung kebijakan dalam sistem panagan itu sendiri (Deklarasi Nyeleni 2007). Tulisan ini juga menggunakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan sebagai landasan teori. Dalam undang-undang ini yang juga tertera tentang tiga konsep pangan dan tak. 26.

(34) hanya itu dalam undang-undang ini dibahas pula tentang salah satu tujuan penting dari ketahanan pangan adalah meningkatkan kesejahteraan petani. Tak hanya seputar pangan, ada beberapa teori terkait dengan gender yang membahas tentang meningkatnya peran perempuan dalam pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya serta kesetaraan hak untuk memanfatkan berbagai sumber daya bagi perempuan seperti yang tertulis dalam nota kesepahaman antara kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dengan kementrian pertanian. Peranan Petani Desa Baru Pancur Batu dan Masalah yang Dihadapi dalam Mendukung Terciptanya Kedaulatan Pangan di Indonesia Kedaulatan pangan merupakan strategi dasar dalam melengkapi ketahanan pangan sebagai tujuan dari pembangunan pangan. Kedaulatan pangan tentu saja sudah mencakup bagaimana hak dan akses petani untuk memperoleh dan menikmati sumber daya pertanian yang mencakup lahan, air, sarana produksi, teknologi, pemasaran serta konsumsi. Dalam upaya meningkatkan pembangunan ketahanan pangan, peranan kelompok petani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan dilaksanakan karena petani inilah pada dasarnya pelaku utama pembangunan ketahanan pangan. Sebaga iprofesi yang mengetahui seluk-beluk tentang kondisi pangan maka sangat penting bagi kita untuk mengetahui seperti apa kondisi dan apa saja peranan kelompok tani terhadap terciptanya kedaulatan pangan di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan beberapa petani padi di Desa Baru Pancur Batu. Mereka mengatakan bahwa pada masa sekarang ini peranan mereka sebagai petani tidak lah lebih dari sekedar pekerja dimana mereka hanya menanam, merawat dan memanen padi tetapi mereka tidak diberikan kebebasan untuk menentukan harga dan memperoleh keuntungan, selain itu peranan kelompok tani yang seadanya tersebut disebabkan oleh timbulnya beberapa masalah seperti tingkat kesuburan tanah yang sudah berkurang, tingkat kesejahteraan petani menurun yang dibuktikan dengan masih harusnya petani membeli beras dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan vital petani seperti mesin penggiling padi. Menurut pengakuan para petani di Desa Baru mengenai perhatian pemerintah terhadap usaha tani mereka, kami menemukan laporan yang mengejutkan.Mereka mengatakan bahwa sejak tahun 1970-an mereka menjadi petani, hanya sekali mereka pernah mendapat bantuan dari pemerintah yaitu bantuan saluran irigasi pada tahun 1990-an dan sampai sekarang mereka tidak pernah mendapat bantuan lagi. Saluran irigasi yang dibangun oleh pemerintah pada tahun 1990-an pada awalnya memang. 27.

(35) berfungsi dengan sangat baik, tetapi seiring dengan berjalannya waktu irigasi tersebut mulai kering. Inilah yang menyebabkan seringnya petani mengalami gagal panen jika musim kemarau tiba. Banyak kendala lainnya yang dialami para petani seperti keterbatasan modal. Keterbatasan modal juga menjadi penghalang petani dalam memperoleh hasil produksi yang melimpah. Keterbatasan dalam membeli pupuk, keterbatasan dalam membeli bibi tunggul, dan keterbatasan ilmu dalam membasmi hama sering kali membuat petani berurusan dengan rentenir yang membuat petani semakin terjepit. Mereka memang diberi modal yang cukup, tetapi mereka harus membayar mahal untuk membayar hutang mereka. Bunga yang diberikan cukuplah tinggi sehingga uang yang diperoleh dari hasil bertani tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Kurangnya perhatian pemerintah dibidang alat dan produksi juga memaksa para petani untuk menjual gabah padi dengan harga yang sangat rendah, yaitu hanya Rp.4000 per kilogramnya. Jika pemerintah sedikit saja menaruh perhatiannya dengan menyediakan mesin penggiling padi, maka beban hidup para petani menjadi lebih ringan dimana mereka dapat menjual beras hasil produksi mereka senilai Rp. 9.000 per kilogramnya. Dengan menjual gabah senilai Rp. 4.000, petani tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hariannya dan melunasi hutang sehingga ketika musim panen tiba maka petani tersebut akan menjual seluruh hasil panennya kepada pihak kilang. Hasil panen yang terjual seluruhnya memaksa petani untuk membeli beras kembali untuk menyambung hidupnya Kurangnya perhatian pemerintah terhadap para petani di desa tersebut menyebabkan 30 persen petani padi di desa tersebut mulai beralih profesi dari petani menjadi buruh bangunan dan membawa becak sewa, karena hasil sebagai petani yang tidak mencukupi. Perhatian pemerintah daerah terhadap kelompok tani yang terkesan diabaikan justru akan melenyapkan hal berharga dari pembangunan pertanian itu sendiri yaitu petani. Mengingat semakin kompleks dan besarnya tantangan pembangunan ketahanan pangan mendatang, terutama untuk mencapai kemandirian pangan, maka kelembagaan kelompok tani yang tersebar di seluruh pelosok pedesaan perlu dibenahi dan diberdayakan, sehingga mempunyai keberdayaan dalam melaksanakan usaha taninya. Sesuai dengan teori Involusi yang dikemukakan oleh CliffordGeertz (Geertz,1983) , bahwasanya lahan pertanian yang begitu luas yang berada di Desa Baru pada awalnya dimiliki olehsatu keluarga saja.Tetapi seiring berjalannya waktu, maka lahan pertanian tersebut diturunkan kepada anak-anaknya sebagai harta warisan, begitu seterusnya sampai keturunan-keturunan selanjutnya. Ini menyebabkan lahan yang dimiliki oleh petani-petani semakin sempit tidak seperti sebelumnya bahkan ada petani yang tidak memiliki lahan dan hanya sebagai buruh tani yang bekerja di lahan pertanian orang lain. Jadi seperti yang kami amati di. 28.

Gambar

Gambar 1. SD dengan bangunan semi permanen, Kabupaten Deli Serdang  3.  Indeks Kualitas Hidup
Gambar 2. Kondisi sanitasi dan masyarakat yang belum bersahabat dengan  lingkungan
Gambar 3.Realita Generasi Penerus Kampung Nelayan Seberang  Ketertinggalan  Kampung  Nelayan  Seberang  Sebagai  Dampak
Gambar 4. Kesetaraan Gender

Referensi

Dokumen terkait