• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSTRUKSI IDENTITAS ETNIK PADA KELOMPOK KOMUNITAS ETNIK MANDAILING DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REKONSTRUKSI IDENTITAS ETNIK PADA KELOMPOK KOMUNITAS ETNIK MANDAILING DI KOTA MEDAN."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

5

aS'-·

~.51'

blt.Z

~

N u/2

KEKONSTRUKSI .JDENTITAS ETNIK

PADA KELOMFOK .K OMUNITAS ETNIK

MANDAILING DI KOTA MEDAN

·~ .

....

Oleh :

NUBH ABS YAH .

NIM :

0

15050043

(Eksekutif)

• it' ·'"

Tesis Untuk Me mpe roleh G elar Magister Sains

Program Studi Antropologi Sosial

. .

PROGRAM P.A SCASARJA NA

limVERSITAS NEGBRI MEDAN

(2)

-

- · ··---~--- -~---

-TESIS

REKONSTRUKSI IDENTITAS ETNIK

Pada KeJompok Komunitas Etnik Mandailing di Kota Medan

Disusun dan Diajukan oleb :

NURIIABSYAH

Nim: 015050043

(Eksekutif)

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada Tangga113 Maret 2007 dan D inyatakan Telah Memenuhi

Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar M agister Sains

Program Studi Antropologi Sosial

Pembimbing I,

Menyetujui,

Tim Pembimbing

Medan, 13 Maret 2007

Prof.Nur Ahmad

Fa

NIP.

150

222 671

Ketua Program Study Antrop

w

ogy Sosial,

Prof. Dr.Bungaran Antonius Simanjuntak NIP. 130 344 786

1

(3)

Dipertahaokao di depao Tim Peogujl Tesis Program Pascasarjaoa Universitas

Negeri Medan

Program Studi Aotropologi Soslal

Judul Tesjg

REKONSTRUKSJ IDENTITAS ETNIK (PADA KELOMPOK

KOMUNITAS ETNIK MANDAILJNG Dl KOTA MEDAN)

NAMA

NlM

: NURBABSY AJI

:015050043

HARJ ffANGGAL: SELASA f 13 MARET 2007

TIM PENGUJI

Komisi l'embimbing I : J>rof. NA. Fadhil, M.A, Ph.D

Komisi Pembimbing D : Ratih Baiduri, M.Si

Anggota Penguji : Prof. D~. BungMan A. Simanjuntak

Prof. IJsman Pelly, MA,

Ph .D~

~

Dr. lbnu Hajar Damanik. M.Si

(4)

KATAPENGANTAR

P.Jji syukur kehadirat Allah S.W.T, karena

berkat

RidhoNyalah penulis dapat

I

m+nyelesaikan penuli$1111

tesis ini.

Tcbis ini disusun untulc memenuhi salab satu syarat dalarn menempuh ujian MasJster

Sal'lS p&da

Falrult.as

Pascasarjana

Univ:rsitas

Negri

Medan..

Banyak

bambatan

yang

per>ulis hadapi, namun banyak pula bantuan yang diperoleh hingga lesis ioi dapat

t et~elesa i lcao. R.ampungan tesis ini tidak terlepas

da.ri

bantuao serta

motivasi kedua

r.mlt.nda texcinta Hadlinsyah Pretama dan Nurlisa, sejak awal samapi akhir penulisan tesis

lll.i.

u otult itu ucapan terima kasih yang

tutus

juga disarnpaikan kepado kedua pcrnbimhing saya selamn dalam penulisan Tesis. yakni Bapalt Prof. DR. Nur Ahmad

Fac;hil, :...Ubis. M.A. selaku Pembimbing I dan lbu

R.atih

Baiduri, M.Si. selaku

~ bit1l irog

11,

yang tc:lah banyak meluangkan

wakru

dan pikiran membantu pcnulis

dlil•m m~ nyelc:saikan Tesis ini.

Y;IC!a kesempatan ini pcnulis mengucapkan tcrima kasih pula lccpll<ln Rektnr Univel"'bls Sumatra Utara. yaitu

Bapak

Prof. Cbain1ddin

P.

Lubis

D.T.M

dan

H. SP, AK,

r >~a ir:st.msi tempat pcnulis tempot penulis beketja yang Ielah

roemben'kan

kcscmpatan

dan bru. t.om dana untuk melanjutkan Studi poda Fakultas Pascasatjana Universitas Negeri

"A'f'

.iE:;·,

: .;Janjutnya kcpada Bapak Prof. DR. Bahren Uma Siregar. Ph.D, sc::laku Dekan

!"rikultas Sastra,

universitas Sumatra Utara, yang telah memberikan ijin untuk tugas

/>el•ljar.

J-s,-a

Dosen Jurusan Sejarah Fakultas Sastm, Universitas Sumatra Utara, yong

l.eleh

m:edorong penulis hingga selesainya

Tesis

ini.

~dain itu juga dihaturkan terima kasih kepada Pengelola Progmn Paseasatjana Un!ver.:i'lS Negcri Medan, Bapak Prof. DR. Balferik Manulang, selaku Direktur l>rogl'am

i'ascaS> ~ . ma dan Bapak

Prof.

DR. B;ungaran Antonius Simaojuntak, selaku l<.etua

J'>rowam

~~ di AntropolosJ Sosial.

K ~ para Dosen Program Pascasarjana Antropologi Sosial Universitas Ncgeri

wieda.'l. , ~'!lulis juga mengucapkan terima ka.~ ih atas bimbingan maupun pengajaran

(5)

'

Bjtpak Prof. DR. Usman Pdly, MA,Pb.D; Bapak Prof. Payung Bangun, MA, Bapak Prof.

'

DR. Nnr Ahmad Fadhil Lubis,

MA. Bapak

Prof . DR.. M. ArifNasution,

MA,

Ibu Prof.

D~

Chalida Fahrodin, MA,

Bapak Prof. DR. Robert Sibarani, MS, Bapak Prof DR.

!

A)nin Sw-agih, MA, Ph.D, Bapak Dr.lbnu Hajar Damaoik, MS, Bapak DR. Phil lbrabirn

G~lt

o zn,

M.Pd, Bapak. DR. Berlin Sibarani, M.Pd,

Bapak

DR. SC. Yongkers

;

.

·.

Tampubolon, M.Sc, 1bu DR. Susilawaty lrianto, MA, Bapak Phil lkhwan

Azhari, MS,

lbu

Dra.

Trisna Andayani, M,Si, lbu Ratih Baiduri M.Si,

dan

Bapak Drs.

Onggal

Sihitc,

M.3i .

.

K.epada Bapak Lurah Kelurahan Sei. Mali bese:rta seluruh Staf Pega\\'ai di Kantor

Kelurahun Sei.

Mati,

B apak Lurah di

Kelurahan

Baodar

Selamat

beserta

seluruh Staf

P ~ gaw

a i

di

Kantor Kelurahan Bondar

Selamat,

serta para

anggota

masyarakat baik

d i

Keiurruu,n

Sci .

Mali maupun di

Kelurahan

Bandar

Selarna:t, sebagai informan bagi

oenilis hlngga selesai Tesis ini.

• !

S'Ungguh

tidak sedikit

bantuan dan pengorbanan serta pengertian yang telah

i!it>erikru:. -;elarna in i, terutarna tidak dapat disebut satu persatu namanya di sini,

dan

mi:-,1jaci

;>egangan dalam mencapai

kehidupan

yang di Ridhoi

Allah

S.

w:r.

Medan,

Maret 2007

.Penulis

c

.b

~

~

ffi

m

(,It

I

E.o

(6)

DAFTAR l SI

HAL

.

,

Lem.baran

Pengesahao ... .

Lembanm Persetujuan

dan

Peogesahan ... ...

u

Abstrac...

iii

Abstrak ...

iv

Kata

Peng~UJ~ar

... ... .. ... ... .... ... ... .... .. ... .... ... ...

v

Daftar

lsi...

vii

Dnftar Tabcl ...

x

Daftar Diagram...

lU Daftar Lampiran dan

Gambar... ...

xii

BAB

PENDAHUtUAN ... .

1.1.

Latar

Belakang Masalah ... . 1.2. Jdentiftkasi Masa1ah ...

5

1 .3. perumusan asalah... ...

5

1.4. Tujuan Peoelitian...

6

1.5,

l\.1anf.111t

Peneliti1111 ... 6

BAB 11 TfNJAUAN TEORITIS... ...

7

2.1. Rekonstruksi ... ... ... 7

2.2. Jdentitias

Etnilc...

7

2.3. Kelompok

Etnik dan Batasannya ...

10

2.4. Agama ... 12

.,...-2.5. Migrasi ...

14

2.6. Dinamika, ldentitas Etnik da1am Kemajemukan Etnik ...

I

5

2.7. Kerangka Berpikir ...

16

BAB

ru

METODE PENELTflAN ...

19

3.1.

Jen.is

Penelitian ...

19

3.2. Lokasi Penelitian ...

19

(7)

3 .3.

lnforman

Penelitian .. .. .... .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. ... .. ... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. 20

3.4. Fokus Penelitian ... 20

3.5. Telcn.ik Pengumpulan Data...

2o

3.6. Telcn.ilc Analisa

Data...

22

3.7. Jadwal Penelitian ... ... 23

BAB N 25 4.1. Peta Mandailing di Medan... 25

4. JJ .

Kelwalum

Sei

Mati...

25

4.1 .2.

Kelurahan Bandar Selamat...

28

4.2. Pengenalan Sosial Budaya... ... 30

4.2. I . Asal M ula Nama Mandailing --- 30

4.22. Asal Usul Mandailing... 32

4.2.3. Bahasa... 34

4.2.4.

Sistem SosiaL... ...

35

4.2.5 . Sistem Pe.tawin.an ... 37

4.2.6. Sistem lstilah Kekembat an ... 40

4.2.7. pelapisan Sosial... 42

4.2.8. Sistem Kepercayaan ... 44

4.2.9. Sistem Kepemilik Tanah ...

47

4.2.10. Marga dan Bentuk Pemerintah TradisionaL... 48

BAB V MASU.KNY A BELANDA KE MANDAILING... 54

5. 1. Pengaruh Kekuasaan

Belawan

d i Mandailing ... 54

5.2. Migrasi Orang Mandai ling ke S-uroatcra Timur ... 57

5.3. Komposisi dan Pemukiman Etnik di Kota Medan ... 59

5.4. Pemukiman Etnik Mandailing... ... 62

5.5.

Asosiasi Sukarela... 63

5.5.1. Asosiasi Keagamaan... 63

5.5.2. Asosiasi Kesukuan... 65

5.6. Dinamika Sosial Budaya .... ... ...

65

(8)

BAB VI ANAUSA DAN HASIL EV ALUASJ PENELffiAN ····-···

71

6.1. Kecenderongan Penguatan Rekoostruksi Etnilc...

71

6.2.

Penman

Agama

Dalam

Mempengarahi ldentitas Etnik ···-

75

6.3. Stralcgi Kelompok Etnik Mandailing Dalam Penguatan

Jdentilas Etnik...

78

BAB VTI . KESIMPULAN DAN SARAN ...

83

7.1. Kesimpulan...

83

7.2.

Saran-saran...

84

DAFTARPUSTAKA

DAFTAR RlW AY AT HJDUP

DAFTAR PEOOMAN WAWANCARA

(9)

DAFrARTABEL

abel4. I. Komposisi Pcndud\tk Berdasarltan Mata Pencabarian abel 4.2. Koroposisi Penduduk Berdasarkan Tingkal Pendidikan

abel 4.3. Komposisi Pcnduduk Berdasarkan Agama

abel 4.4. Komposisi Pcnduduk Berdasarkan Kelompok Suku

abel4.5.1(omposisi Penduduk Berdasnrkan Mata Pencaharian

abel 4.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

abel4.7. Komposisi Pcnduduk Berdasarkan Agama

abel 4.8. Pattuturan

abel 4.9. Stratifil<asi Sosial Masyarakat Mandailing

abel 4.10. Marga Induk dan Sub Marga di Mandailing

abcl5.1. Komposisi Etnik Kota Medan

(10)

DAFrAR

DIAGRAM

-

Diagram I Kerangka Berfikir

Diagram 2 Bcotuk Pemerintahan Tradisional

Diagram 3 Hasil Persentase ldentitas Etnik

c

.b

I ~

~

'

I

I

ffi

m

..

'

"

(,It

I

E.o

(11)

DAFTAR LAMPIRAN DAN GAMBAR

ampiran I . Peta Kabupaten Tapaouli Selatan

Peta Kcdiaman Orang Batalc

I. Sopo Godang

Mandailing

bar 2. Rumah Adat Mandailing (Bugas Godang)

rambar 3. Lambang kebudayaan Mandailing

am bar 4. Swat Pustaka yang terdapat pada makam si Baroar Nasakti

(12)

'

r • •

..

~

'.

l

Nurhabsydh, Reconstruction of Ethnic ldcrllity : Among Moniling Community Group in Mcdan. Po~graduate Thesis, Social Anthropology Study Program, Medan Slllle University, 2007.

The presenr Sludy looks at tbRe lllllior problems, first bow likely is the Slra1gtbmiog

or

edmic identity among Mandai lint! c:oounuoity in Medan. Second bow

far tbc role: of 1:11am religion in affecting

Maoldlitina

edmic commomity to prcsave its

identity arc.

The study coosiSIS of tbJec related

purpose.

that ""'· first, to find tbc likelihood

of !ltrC:DgthcniiJ& of elhuie identity among Mondail1og commuoity in Medan; 1ICXlOild, to

find lhe role of Islam religion io iofluencing Mandai ling elhnic identity; third, ro iclenthy the sttatce;c.~ ~ by Mandailing ethnic group to kcq> their identity.

The study used qualitative method with cle$criptive approach, stemmed from the

subject or study IIS8 vigi I ant description of the peop le, the pheoomena of certain groups.

Data in tbc study "'oere obtained &om various in fO<llllllll$ infmitely dcknnincd end

colledcd

tbrou8h

uiiSttUC1Ured intcview, observing participants and library reseo.rch.

Uft!tnldured intemew is the primary data collec:tion underulcen in the way ( I ) focused

inlerview, (2) f=..Style interview using opcn-cndcd questions. Observation, intcview

and documents would be used as refcren<:e in analyzing the !Ubject of reseazeh.

The wbok: collected data would be malyzing in descriptive manner. The first

step in data analysis is initialed by reviewing aU data, ~ucing data lhrou.gh absmocting.

making units miog code-equipped c:ateGOrintiOtn, examining the data vAlidity 1111d

interpreting data and drawing conclusion.

The n:llult show

Uw.

fu-st, having nnbrac>cd Islam, Madailing people are more

likely to stick to Islamic practices. While custom tnditions were still being in use, they

are practiced on the basis of Islamic religion. and

things

prohibited by Islamic would

have been disregatdod. Second, religion can be utilized as ideutity of tthnic sroup

dttnmioant, because it was able to crea1e a specifoe way o f like for a person in h is social

activities. Reliaioo can control every DIO\'emetll of a pmon alld

llllite

various diffe:rent elboic groups, ellllbling to maintaining the identity of elhnic group. Re~gioo is able to

dissociate ethnic groups, but can improve the awareness of ethnic solidarity. Third,

e1lric identity can continue to exist, even though it is faced with other groups. hy means

of biding its identity.

Mandailing c ustoms simply found~ snstaibed in its people rx:ed to be raised in

order to grow and develop in consistent way the .tyn.mic development of the people

themselves. Although then: is oo obvious relatiollllbip bdween n:ligion and tradiliuml

CIISiornS, they are still found and preserved in C'Vef)' aspect of life thai is primarily

influenced by Islamic "'ligion.

In sbon. bolh n:lia:ion ond Mandailimt customs caD tlWitDliallv. survive and SUSiain

Mandailing customs .imply found and suswncd in its

prople

need to be raised in

order to grow and develop in consistent way with the dyn:unic dc:vdopmem of

the people themselves. Although th" ~ is no obv;ous relationship bctwcc:n religion

and traditional customs, they are still found and prescrvcd in every ••-pcct of life

that is prinw:ily influc:nccd by Islam rctigion.

In shott, both religion and Mandailing cu sto ms can existentiaUy suf\•ivc and susuin.

(13)

ABSTRAK

Nurhabsyah, Belc.onstruksi identitas Etnilc : Pada kelompolc Komunitas Mandailing di K ota Medan. Tesis Program Pasea Sarjana, Program Study Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan, 2007.

Penelitian ini mclibat tiga masalab yalcni, pertama bagaimana lr.eeenderungan penguatan identitas etnik dika]angan komunitas Mandailing di Kota Medan. K edua, sejauh mana peranan agama Islam dalam mempengarubi

iden:titas etnik Mandai ling. Ketiga, bagaimana snategi Jcelom pok etoile Mandailing dalam mempertahankan identitasnya.

Penelitian ini memiliki tiga ruj uan terkait yalcni, pertama untuk mengetahui kecenderungan penguatan identitas etnik dl kalangan komunitas Mandailing di Kota Medan. Kedua ya.itu untuk mengetahui peranan agama Islam dalam mempengaruhi identitas etnik dan ketiga untnk mengetahui strategi kelompok etnik Mandai ling dalam mcmpertahankan identitasnya.

Penelitian

ini

dilakuknn dengan metooe penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, bersumber dari subjek p enelitian sebagai gambaran yang cermat mengenai masyarakat, fenomena dari kelompok tertentu. Data-data dalam penelitian ini dipero!eh dari informan yang ditentukan seeara tidak terbataS yang dibimpun melalui wawancar4 tak berstru.ktur, pengamatan beserta dan penelitian dokumen.

W awancara tak berstruktur adalah penghimpun data utama yang di!akukan dengan cara I) wawancara yang berfokus 2) wawa:ncara bebas dengan penanyaao-penanyaan terbuka. Observasi, wawancara dan dokumen akan dijadikan sebagai referensi dalam melakukan analisis masalah penelitian.

Data yang telah d ihimpun akan dianalisis sepenuhnya seeara deskriptif. Langkah analisa data dengan membuat abstraksi, membuat satuan-satuan dengan cara katego risa. ~ i , pembcrian kode, pemeriksaan keabsahan data serta menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; Penama, masyarakat Manda.iling setelah menganut agama Jslam lebih cenderung kepada ajaran agama Islam. Sedangkan pelaksannan adat i•tiadat ma.•ih tetap dipakai, mmtwt dipahami berdasarkan agama Islam dan hal-hal yan'g dilaraog oleh agama Islam telah

'

ditinggallcan. Kedua, Agama dapat di j aC! i~ scbagai penentuan identjtas kelompolc etnik, karena agama mampu menjadlJhUi' satu pandangan hid up manusia dalam kebidupan masyarakatnya. Agama 'mainpu membatasi setiap gerak kehidupan manusia dan mampu mempersatukan berbagai kelompok etnik, sehingga ideotitas kelompok etnik dapat tetap terpelihara. Agama marnpu memisahkan kelompok etnik, namun mamj)u m eningkatkan kesadaran solidaritas etnik. Kctiga, JdentitaS etnik mampu bertahan walaupun berbarapan dcngan kelompok lain dengan menyembunyikan identitaSnnya.

Adat budaya Mandailing yang terdapat dan hidup dalam masyarakatnya haruslah tetap dimWtCu!kan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendlri. MesldpWl tidak ada bubungan :mtara agama dan adat budaya, tetapi masih tetap bisa diketcmukan dan dipertahankan di segala aspek kehidupan yang dlpengaruhi ole}! agama Islam. Dengan demikian antara agama dan adat Melayu dapat hidup dan lestari ,

(14)

I

BABJ

PENDAHULUAN

1.1 l .atarBeb kangMasabh

Masyarakat Mandailing adalah salah satu sub suku bangsa Batak yang

terdapat di Sumatera Utara, tepatnya berdSal dari daerah Tapanuli Selatan.

Sclanjutnya kelompok Masyarakat ini mengemlrangkan kebudayaannya scbagai

perwujudan dan tanggapan aktif tcrhadap tantangan yang timbul dalam proses

adaplasi dilingkungan masing - masing. Sclain itu didasari pula oleh

kelompolcnya sebagai acuan dalam bertindak dan menentukan tindakan

selanjutnya, juga berfungsi sebagai pengcoal yang membedakan kelompoknya

dari kelompok lain.

Menurut Keuning, 1952 (dalrun Abdullah,! 998:278) menyebutkan bahwa

secara defenitif " Toba dan Mandailing sama-sama sub suku bagian suku Batak".

Kelompok ctnik Mandruling lebih dahulu mengalami masa perpindahan dari tanah

asaJ (daerah Toba) meouju ke Selatan. Tahun 1830, ketika gerak31l kaum Pacleri

i

memasuki daerab Mandailing, dengan ekstrim mereka memulai proses islamisasi

i

dan mcngadakan pembaharuan dan pemumian l!cehidupan beragama (Islam).

; Sejak saat itu secara bertahap tuntulan strukiUial sebagaimana terpantul dalarn

I

; susunan masyarakatnyf!, maka semakin jauhlah pe.rbedaan antara mereka yang

j pindah dan bertahan di tanah asal . P roses

lslam

i sa. ~i

yang scmakin mantap

i

mengakibatkan kelompok etnik Mandailing meogaout agama Islam . Dalam

'

(15)

2

mengeljakan sbolat lima waktu sebari semalam maupun dalam berbagai ~-egi

hidup dalam kehidupannya.

Pada dasamya agama bersifat indipendent yang secara teoritis bisa terlihat

dalam kaitannya saling m<:mpengaruhi dengan keoyataan sosial ekonomis .

Sebagai unit yang independent, bagi pcng.anutnya, agama mempunyai

kemungkinan yang tinggi untuk mencntukan pola: perilalm manusia dan bentuk

struktur sosial. Dengan demikian ajarao agama (a:spek kultural dari agama)

mempunyai kemungkinan uotuk mendorong atau bahkan menahan proses

pcrubaban rosial yaitu suatu prose.~ yang menggugah kemantapan struktur dan

mempersoalkan keberlakuan nilai-nilai lama.

Hal tersebut, sudah barang lentu agama mempunyai berbagai peranan dan

lembaga yang memungkinan ajarannya langsung dapat ditangkap oleh individu

-'

I

individu penganutnya dan lebih mungkin terpantul dalam pengaturan hubungan

I

· dan sistem perilaku sosial. Perubahan yang paling strategis untuk hal-hal !ersebut, dilakukan olen ulama dan pcndidikan, deogan s.adar Agama Islam dijadikan

sebagai dasar ttntuk merumuskan identitas diri dalam konteh hubungan

!

masyarakat yang pluralistis.

i

I

I

Pada mulanya ada! - istiadat, Jatar belalcang dan asal muasal Batak

1 Mandailing d1m Toba adalah sama. Adat ini sifatnya tidak tertnlis. tetapi

merupakan suatu kebiasaan - kebia.<:aao atau pcrnturan tentang tingkah laku

(16)

'

3

;

j

Masyanltat Batak Toba pada umumoya mayoritas beragama

Kristct:~,

I

tetilpi mengenai ad3t istiodat dan lnlllisi masih dipakai sepenuhnya. Ha l ini

i

I

menyebabbn mas)'1U8bt Mandailing meoolak kesamaannya dengan Salak Toba,

I

'

karena masing - masing Ielah mcmpunyni kultur dan falsafah yang berbeda.

Situasi

ini diperjclas dengan

identitas diri

masing-masing. selanjutnya

menciptakan suasana

konflik

karena

ini memperjelas " in group" dan " out

group". Bila keman1ap3n Ielah terdapat rnaka tinggallah perbedaan kultural yliDg lebib dirasakan sebagai gejala histories daripada keasingan yang mendasar.

Selanjutnya pengaruh kolonialisme Belanda serta pembukaan laban

• perkebunan dJ Sumatera Ut.ara, turut mendorong alasan masyarakat Mand:tiling

untuk berimigrdSi sekaligus memisahkan diri dari Batilk Toba, dengan

menekankan identitas mcreka sebaga.i Muslim. Un tuk meodulrung pembangunan

perkebunan-perkebunan, pemerintah Belaoda mernakai .kebijakan " pintu terbuka"

dengan

mcodalangkan

bW\Ih·burub ~ dalan1 maupun

luar

lndonesia-kebijakan

ini mcndorong rakyat dari berbagai kclompolc etnik untuk. berpindoh Ice Sumatera

limur. P~perusahaan perkebunan untult mendapalkan tennga - tenaga

burub

ini,

pada TaliUn 1870an mendatangkan, GelombMg pertama, tenaga

-tenaga pelcerja orang-orang dna dari Penang dan Singapura, tetapi kemudian

me~k a tidak. coeok dengan perusahaan perkebumw dan akhirnya, pcrgi melarilcan

diri (Reid, 1987: SO). Selanjutnya, dalam waktu yang sama pemcrintah kolunial

Belanda mcndatangkan lenaga kelja dari Jawa dan Banjar. Para migran Cina,

(17)

4

seperti Cina mereta tidak balik Ice a.'lalnya melainkan menetap di Sumatera Timur

(Pelzer, 1985: &4-85).

Gelombang kedua, termasuk: kelompok etnik lain dari Sumatera. Suku

Maodailiog telah berdatangao sebelum dibukanya perkebunan-perkebunan di

•.

Sumatera Timur, dan kcadaan

ini

berlanjut terus setelab dibukanya perk:ebunan

oleb pemerintab Belanda, selanjutnya menyusul suku Minamgkabau dari

Sumatera Barat dan disusul suku - suku Batak lainnya

seperti

(Angkola, Sipirok,

Padang L awas/ Pelly, I 994 : 55).

Setelah kemerdekaan menyusu) suku Batak Toba berpindah ke leota, dan

, mereka menganggap bahwa tidak ada

lagi

budaya dominan di Medan, dan suku

Batak Toba mcncoba meociptakan perasaan " keunggulan Batak" diantara suku

Batak Toba lainnya di bawah kepemimpinan Batak: Toba, namun kelompok Batak

lain mencoba memisahkan diri dari. Batak Toba, karena sebagian dari mereka

telah pemah mt,ngalami kon1lik di kampung (Pelly, 1994 : 63).

Sejak saat itu muncullah rasa ident.itas kesukuan yang didasarkan oleh

pcrbedaan agama. Kelompok etnik Mandai ling dengan identitas muslimnya, kini

tinggal bampir disekeliling kota Medan, di tengah - tengah masyarakat yang

pluralis.

Ke))adiran kelompok ctnik Mandailing dari gclombang kedua itu merupakan

fenomena yang baik di Sumatera Timur. Ala.o;an memillh golongan migran ioi

karena migrasi oraug Mandailing ke Sumatera Timur dengan p<.-mbukaan

perkebunan kolonial Belanda dapat mengubah linglrup sosial sebuah perusahaan

(18)

5

Dari segi komposisi etnik sebelwn kedatangan or.mg Mandailing,

i

Sumatera Tunur hampjr seluruhnya di dominasi o.Jeb orang Mclayu.

Kcbertabanan migran ditempat tinggal baru sangat dipengaruhi oleh

. budaya tuan

rumah

yang dominan itu .

Hal

ini dipcrlukan untuk menghadapi

'

.

kebertabanan migran ditempal tioggal yang baru. Sltop penel itian

tesis

ini

menggambarkan reko.ntruksi identitas etnik pada komunitas Mandailing di kota

Medan, berdasarkan:

a) Pemukiman migran di kota Medao

b) Kegiatan ekonomi dan pekerjaan migran dikota Mcdan

c) Jalinan sosial para migrandi kota Medan

d) Kumpulan sosial dan persatuan para migran Mand:Uling di kota Medan.

1.2. Jdentifikasi rnasalah

Berda$3rl(an Jatar belakang terscbut diatas dapat di idcntifikasil<an kelompok etnik sebagai berikut :

I. Kelornpok etnik dari berbagai Jatar budaya dapat menimbulkan potensi

konfl ik diantara kelompok etnik.

2. Agama. mempunyai peranan penting dalam mencntukan batas - batas

kelompok etnik

3. Adanya pcrbcdaan budaya an tara kelompok dapat meningkatkan

kesetiakawanan dalam kelompok dan kesadaran etnil:.

J .3. Perumusan masahlh

(19)

6

I

i.

Bagaim.ana kecenderungan penguatan rekon.'ltruksi identitas etnilc di kalangan

komunitas Mandai ling di kota Medan ?

' I

; 2. Sejauh mana peranan agama lslam dalam mempengaruhi identitas etknik

Mandailing ?

3.

Bagaimana srtategi kelompok etnik

Mandailing

mempertahankan

identitasnya?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian

ini

adalah :

I. Untuk rnengetahui kecendenmgan penguatan idcntitas etnik di kalangan

kornunitas etnik Mandailing di kota Medan

2. Untuk mengetahui peranan agama lslam dalarn mempengaruhi idenlitas emik

Mandailing

3. Untuk mengetahui strategi kclompok etnik Mandailing dalam

mempertahankan identitasnya.

l .S. Manfaat Peoelilian

Setelah penditian ini dapat diselesaikan dibarapk.an dapat memberikan

manfaat secaro

teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapknn dapat

memberikan manfaat untuk menunuskan strategi penguatan ideotitas elnik pada

komunitas etnik Batak Mandailing di Kota Medan. Secara praktis, penelitian ini

diharapkan dapal menjadi bahan kebijakan pembinaan etnisitas kerukunan antar

(20)

DAB V

MASUKNY A BELANDA KE

MANDAIUNG

5.1 Penpruh Kekuuaan Bela.nda di Mudailiog

Berdasarlcan latar belalcang historisnya, apa yang dinamakan sebagai

kawasan Tanah Mandailing cukup luas. Kawasan itu bampir meliputi wilayah

yang termasuk sebagai Kabupateo Tapanuli Se latan (Yamin, 1956 : 15). Oleh

kareoa itu tidaklah meogherankan bila pembentukan Keresidenan Tapanuli pada awal tabun (1 842) oleh Pemerintahan Kolonial Belanda, malta kawasan yang

meneakup Tapanuli Selatan itu disebut sebagai salab satu bagian wilayab

pemerintahan yangdisebut sebagai afdecling Mandailing.

Untuk membicarakan bagaiaman Pernerintaban Kolonial Belanda (Hinda

Belanda) melaksanalcan sistem dan struktur pemerintahannya di daerah ini, kita

tidalc bisa m enyampingkan pernnan agama Islam ataupun kaum Padri.

Sebagaim8D!I Pemerinlahan !lelanda pada

awal-awal

kekuasaannya di daerah Mandailing masib memberlakukan bentuk dan sistem pemerintaban tradisional

yang ada. Sebaliknya pemerintahan trndisional yang ada setelah kaum Padri

mcnguasai sebagian besar daerab ini atau setelah agama Islam menjadi agama

yang dianut oleb penduduknya, telall merobab s truktur dan sistem pem~-rintahan

tradisional yang ada Kalan pada wak1u se'belumnya Raja Panusonan yang

membawahi beberapa Kainpung (huta) hanya 1nempunyai pemnan tcrtcntu saj a,

yaitu dalarn ~l ab adat istiadat saja, sedangkan Raja Pamusuk mcmpunyai

peranan yang le bih dominan dalam setiap kamJ>ung yang dikuasainya. Akan tetapi

(21)

55

setelah wilayah ini diJruasai kawn Padri, atau agama Islam Jebih eksis dari pada

nilai 3dat istiadat, maka sistem dan

struk:ror

pcmccintaban tradisional

ini

mengalami perubaban. Raja Panusunan dirubah sebutannya sebagai kepala

"kwia." Dengan demildan seocang Raja Panusunan yang mengepalai sebuah Jruria

di setiap kwia, bukan saja berlcuasa di .. keagamaan" tetapi juga di bidang politik,

ekonomi dan sosial.

Yangjelas, kalau sebelwnnya tokoh tokoh tradisional pada

masa

Pea

Padri

memerintah berlandaskan adat ist.iadat, maka setelah Padri mereka beclandaskan

syariat (nonna

nonna

menurut agama Islam). Hal ini terus bedanjut sampai

Kolooial Belanda menguasai Tanah Mendailing.

Ketika tentera Belanda berhasil menaklukkan pasukan Padri di Sumatera

Barnt, mereka terus kearnb selatan atau kawasan Mandailing, Padang Lawas,

Angkola, bahkan

sebahagian

wilayab

Labuhan

Batu.

Pemerintahan

Kolonial

berbasil mernbujuk sebahaglan tokoh tokob pemerintah tradisional untuk mclaw;m

pa!mkan kawn Padri yang dipimpin oleh Tuanku Tambusai. Di aotarn tokob-tokoh

tradisional itu adalah Patuan Oogar Tonga Ari (dari kawasao Limau

(22)

.•

56

Barat dengan Mandailing), Sutan Melayu (dari Pakantan) dan Mangaraja

Gadombang (dari Huta Godang).

Ttndakan

yang

terlalu radikaJ oleb Kamn Padri untuk mengenyampaikan adat istiadat

yang

berlaku, merupakan salab satu sebab tokob tokoh tradisional ini mau

terbujuk oleh pasukan kolonial

Belanda.

Akhirnya pasukan kolonial Belanda berhasil mengalahlcan perlawanan

Kaum Padri ditandai dengan direbutnya bet)te:ng terakhir Tuanku Tambusasi di Datu Dalu (28 Desember 1838). Sejak itu Pemerintab Kolonial mulai

melaksanakan pemerintabannya di kawasan ini, Struktur pemerintahan yang

sedang

bedaku memang tidak

segera

mengalami perubahan. Kepala kuria masib

tetap dibedakukan tapi hanya mengurus soal-soal ~keagam aan" saja. Para kepala

lruria yang dianglcat oleh pemerintah kolonial pada wnwnnya tetap berasal dari

keturunan tokoh tokob tradisional.

Sesuai dengan situasi dan koodisi wilayah pemerintahan tradisional yang ada di kawasan Tapanuli banyak mempunyai dasar dasar persamaan, maka

formasi dan kedudukao "kepala kuria" ini juga diterapkan di daerab daerab lainnya yang ada di kawasan Tapanuli. Penganglcatan masih diserabkan pada

kelompok masyarakatnya masing-masing, tctapi pemerintah kolonial kolonial

berusaha mempengaruhi agar caloo yang dimenanglcan mempunyai loyalitas .

Dalam perkembangan selanjutnya, kepala kepala lruria ini memang berhasil meojadi alat kckuasaan pemerintab kolonial. Akan tetapi diantara mereka

(23)

57

Patuan Na Lobi di Padang

Lawas.

Aldbatnya adalah pemerintahan kolonial

terpaksa mengadalcan per:ubahan perubahan baik struktur maupun sistem

pemerintahan di daerab dacrah yang dilcuasaioya. Hal itu dapat kita tibat dalam

uraian berikutnya.

!Uiwasan Tapanuli Selatan atau yang pada awal terbentulmya

pemerintaban lceresidenan Tapanuli dimasukkan sebagai afdeeling Mandailing,

berdasarhn ciri-ciri sub etnis yang ada ataupun perbedaan marga-marga, secara

garis besar terbagi menjadi :

I) Angkola Si pirolc

2) Padang Lawas atau di daerah sctcmpat disc but sebagai Padang Bolak

3) Mandailing.

5.2. Mlgrasi Orang M1ndailing ke Su m•tera Timur

MigfllSi orang Mandailing telah menyebablcan mere.ka tersebar hampir di

scluruh Indonesia bah.kan luar negcri, dan secara lokal daerah migrasi pertama

adalah Sumatera Barat dnn Sumatera Timur (Pandapotan, 2005 : I 8).

Ketika suku Batak Mandailing ini Tapanuli Selatan berpindah kc Paotai

Timur Surnatcra

Barat

pada paroh pertama a bad Ice dua puluh (Peizer, 1978 :I 00),

mereka di tarik masulc Melayu sebagai Metayu Dusun. Namun pemasulcan

Maodailing menjadi Melayu itu lebih mudah dibanding pernasulcan orang Karo

Medan karena kebanyalcan sudah beragarna Islam, sehingga mudah di terima oleh

(24)

58

lebib berpc:ndidikM di banding suku Melayu, sehingga berb :~~. i l mcmperolcb

kemudahan balk dalam komunitas Melayu.

Mandailing terd.idik, yang tamat dari Madrasyah di Mandailing di pekerjakan

sebagai

Kadhi,lroam,

guru

atau

ker.uni dalam

birolcrasi kesulllln3n-kesultanan

M clayu. Walau suJru.suku karo dan simalungun, berjumlah Jebih bMyak di

banding suku Mandailing di wilay:!h pesisir waktu itu, peran suku Mandailing

akan komiDiitas Melayu lebib berarti. lni teru1ama di dapati di kehidupan religill.'l,

kebanyalcan ulama adalah dari suku Madniling.

Para rnig1lllD Mandaili.ng di Sumatcra limur yang telah berpendidikan

temyau b:lnyat yang bekezja sebagai pegawai pemerintahan maupun

perkebunan-perkebunan milik Belaoda. Oalam hal ini Masykuri (1981:35-36) menyebutkan

bahwa:

"Perkembangan perkebunan itu memerlukan tenaga·tenaga para karyawan

yang mempunytti pengetahuan tulis dan baca untuk pelaksanaan

adminisuasi di perltebunan milik Bel:1nda, kebutuban ini kemudinn dapat

dipenuh.i oleh tenag~~-tenaga yang berasal dari Tapanuli Sclalan~

Pom migr.m Mandailing di Sum111era Timur yang bekerja pada

administrasi pemcrintah Belanda biasanya dipekerjakan scbag:U kerani,

Juru

ukur,

ahli mesin dan teknis lttinnya. Para lulus an dari Madrasoh, Sultan Deli

mempekerjakan mereka sebagai Kaclhi, iman setta jabatan-jabatan lain di

pengadilan agama. edangkan yang tamatan MULO dan AMS (sekarang setlngkat

SMP dan SMA). Oleh karenanya jabatan-jabatan yang cukup baik dalarn knntor·

kantor Pemerintah Belanda dapat diraih mcrcka. Para migran Mandailing di

Sumatera Timur hidup dan membaur dengan Melayu Muslim. demikian pula

(25)

59

mengalcu sebagai orang Mandailing dengan tidak menggunakan mllrga-marga

mereka sebagaimana pe!lgalaman masyaralcat Mandailing, sehingga orang Melayu

mengganggap mereka sama deogan orang Mandailing di Medan. Para migran ini

ilcut berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial, ekonomi dan Politik. Hal ini

dapat dilihat dari banyaknya tokoh-tokoh pers yang beremis Mandailing (Pcwarta

Deli dan Syarikat Tapanuli) di Kota Medan. Kesultanan Deli barn menyadari

perbedaan mereka setelah peristiwa tanah w akaf di pekuburan Sei-Mati pads

1923, perbedaan di antara mereka disebabkan karena perlcembangan yang berbeda

dari tanah asal.

5.3 . Komposlsl dan Pemukiman Etnik di Ko1a Medan

Pesamya perlcembangan perlcebunan menyebabkan penduduk kota Medan

bertambah dari 200 orang pada tahun 1823 menjadi 14.000 jiwa pada tahun 1905.

Setelah kemerdekaan jumlahnya terns meningkat, yakni dari 479.000, tahun 1961

[image:25.612.27.566.122.657.2]
(26)

60

Tabcl 5.1.

Kompo5isi Emis di Meda1.1 pada Tahva 1930-1981

No.

Eta

is 1981 (N ~ 1.294.132) 1930 (N .. 76.584)

I. Jawa 29,4We 24,90%

~

2.

Batak

Toba

_ :~~,,~

14 , 11°~ 1,07%

3.

Cina r v ' " 12,84% 35,63%

4. Mandai ling 11 ,91% 6,43%

s.

Minangkabau 11,93% 7,300/o

6. Melayu 8,57"/. 7,06%

7 . Karo 3,99% 0,19%

8. Aceb 2,19%

.

9. S unda 1,90% 1,58%

10. Simalungun 0,67% .

II. Dairi 0,24% 2,34%

12 Nias 0,18%

.

13. Lain-lain 3,04% 14.28%

Jumbh 100% 100%

..

Sumlx.-r Usman Pelly, Urbamsast dan Adaptas• : Per.lllan M•s• Budaya

Mi.nanglcabau dan Mandailing, Jaka!U : LP,ES, 1994, hal. 81 .

Oari tabel di atas tcrlibat bahwa kelompok etnik Mandailing mencmpati

urutan kecmpatterbcsar di Medan, dati tahun 1930 sampai dengan 191!1.

Berdasarltan ketcrangan di atas, dapat dilihat bagllimana sebcnamya

bentuk pemukiman yang lx::r.;ifat etnik di Kota Medan. Pada dasamya sebuah

(27)

61

pcrmuldman ini lrubungan-hubungan dan keglatan tradisiooal kelompok etnik dari

kampung halaman mereka akan tetap dipertahankan. Upacara yang menyanglrut

sildus Jcehidupao dan per:kumpulan kesulruan maupun keagamaan tetap

dipenabanlcan, serta bahasa daerah masing-masing tetap dipcrgunakan dalam

pembicaraan sehari-hari. Anggota masing-rna:;ing kelompok etnis di dalam sebuah

kampung tersebut, cenderung memiliki peke!jaan yang sama. Pcmukiman ini

mclestari.kan Jccsinambungan budaya melalui interaksi sehari-hari, tukar pi.kiran

mengenai pekeJjaan, sanak keluarga dan bagaimana rnenggunakan adat untuk

menyelesaikan masalah yang muncul di perantauan baru. Tidak heran hila

kampung-kampung etnik ini akan menyerap para perantau yang datang Jcarena

rnereka memakai sanak saudara dari desa asal sebagai penghubung dalam mencari

pckeljaan dan penginapan sementara.

Karnpung etnis pada jaman Kolonial B elanda menjadi ciri kota-kota besar

di lndonesia., sejalan dengan kebij akan Pemerintah Kolonial Belanda. Batas-batas

pemuldrnan kelompok etnik juga relatif j-elas, rnisalnya pada tahun I 905,

kampung Cina, M andailing, Arab, India dan Eropah, Minangkabau, Banten dan

Melayu. Tetapi sejak kemerdekaan, seiring dengan semangat nasionalisme dan

perluasan kota Medan, batas-batas itu semakin kabur dan rulang, sebagai contoh,

kota Matsum ll, tadinya adalah kampung Melayu, tetapi dalam tahun 1981 diganti

oleh para perantau Minangkau. Pemulciman Cina dan Minangkabau terkonsentrasi

di dekat pusat bisnis di kota. Eto ile M andailing dan Batak Toba tersebar di

(28)

62

ada juga etrris Mandailing dan

Batak

Toba yang

bermukim

diselcitar pusat bisnis, tetapi jarangsekali, dibandingkan dengan etnls Minanglcabau.

5.4.

Pemakima11 Etnls Mandai.liJig

Pemukiman etnis Mandailing bersi!at lebib permanen bila dibandingkan

deogan pemukiman etnis lain, karena etnis Mandailing memandang darab rantau

sebagai tempat tinggal menctap, mereka tidak selalu rneogikuti pembangunan

pusat-pu'lllt perbelanjaan karena rnercka lebib memilih bekerja dibidang

kepegawaian.

Pegawai-pegawai Sultan Deli meroperoleh tanah dan rumah di Sunga.i

Mati, K.ampung Mesjid, Glugur dan kota Matsum. Di daerah ir1i banyalc sekali dihu.ni oleh guru, pegawai Sultan Deli, misal:nya Kadhl, Imam, Juru tulis dan

Jaksa. Etnis Mandailing yang bekelja di perkebunan yang bermulcim di kota

Matsuro dan Sei-Agul. Scmentara etnik Mandailing yang bekerja sebagai peg11wai

harian dan petani kebanyak.an berternpat tinggal di Sungai Mati, Glugur, Petisah,

narnun ada juga sebagian kecil pegawai ctnis Mandailing bertempat tinggal di

sekitar Iokasi pusat-pusat pasar (Pelly, I 994:95-98).

Sejalan dengan pembangunan kota Medan, maka harga jual tanah semalcin

tinggi dan mahal dan tetjadiuya pemelwan wilayah Katamadya Medan yang

semakin pesat. Sampai menjanglcau wilayah-wilayab perkcbunan yang berbatasan

dengan kabupaten Deli Serdang pada tahun 1973, maka banyak etnis Mandailing

yang menetapkan untuk tinggal di daerab yang baru, daerab-daerah yang masih

(29)

63

Beberapa kelompok pemukiman

c:tnik

Mandailirog di piroggiran leota

Medan adalah daetah Sidoarjo, Tegal Sari, Binjai, Helvetia, Tembung dan Bandar

Selamat. Etnik Mandailing kerap memanfaalkan sentimen keislamanoya untuk

mencari lokasi yang nyaman di luar kota.

5.5. Asosiasl

Sakarela

Dalljlll bagian ini akan diuraikan mengcnai perkumpulan-pcrlrumpulan

yang dibentuk oleh

para

migran dan juga peogaruhnya terhadap kehidupan mereka tenrtama dalam memperat bubungan-hubtmgan sosial diantara sesama

migran, perkumpulan yang dibeotuk para migran dikota Medan adalah persatuan

yang bersifat lceagamaan maupun kesukuan.

5 .5-1 Asosiasi Keagamaan

Untuk perrama kalinya, etnis Maodailing meogenal pendidikan melalui

kaum

Padri

yang

membawa aliflll) Islam Wahabi yaitu membuat etois Mandailing

mengalami refonnas:i dalam hal ajaran keislaman dari jaman kekafiran. Hal

ini

dilihat dalam keterlibatan etnik Mandailing pada organisasi AI-Wasbliyah

Organisasi Alwasbliyah didirikan pada tanggal 26 Oktober 1930 yang

dipimpin oleb Ismail Band3 dan wakilnya Abdul Rachman Syihab, yang

"'-'13nggotakan para migran Mandailing terutama kaum muda. Program utama

organisa. ~i Al-Washliyah adalah mendirikan ·sekolah-selwlah di desa maupun di kota, mcsldpun pada awalnya lmrang mendapat tanggapan oleb masyarakat

Mandailing dan Mclayu, tetapi setelah terjadi beberapa kali perubahan

(30)

64

Melayu. Ahmad Nasution ( 1975 : 18) menyebutkan, setelah teljadi n:organisasi

dan H.

Hasan

Maksum Daulay menjadi penasebat Al-washliyah, malta organisasi

ini menjadi populer dan beberapa eabang madrasyahnya didirikan di k:ota-kota

sekelilling Sumatera Timur.

Al-washliyah juga

aktif

dalam kegiatan-kegiatan sosial lainnya seperti

membantu masyarakat dalam berbagai fardh khifayah (k.ewajiban), dalam

lingkaran hidup ; kematian, kelahiran, khitanan dan perkawirtan, organisasi

AJ-washliyah juga mcmiliki arti ekonomi dan potitik bagi etnik Mandailing terutama

kedekatanya dengan kesultanan Melayu. Hingga tahun 1941 Al-washliyah

menjadi organisasi yang penting di Sumater.l Timur dengan mengelola 12500

pelajar dalam 242 selcolah dan Madrasah (Joenoes 1957:171).

Setelah kemerdekaan Al-washliyah Sl.makin berkembang dengan

rnendirik an sekolah lanjutan dan Perguruan Tinggi, seperti !KIP Al-washliyah,

salah satu yang terdapat di kota Medan yang sekarang berubah menjadi

Universitas Alwashiliyah (liNN A)

Di Bandar Slamat terdapat sekolah Al--washliyah yang menyelenggarakan

pendidibn umum dan agama, banyak

guru

dan muridnya terdiri dari ctnik

Mandailing. Terdapat juga beberapa sekolah mulai dari tingkat Taman

Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SO), dan juga Madrasah AI-Washliyah.

Dalam pendidikan non fo rmal, pengajian-pengajian yang diadakan di

mesjid-mesjid banyak dikoordinasi oleh etnik Mandailing. Dalam pet~gajian ini

(31)

65

adanya sumbangan masyarakat klmsusnya para pengikut pengajian (swadaya

masyarakat)

5.52 . Asosiasl Kesuko an

Dalam rangka membina perkwnpulan kesukuan amatlah penting, maka

migrnn Mandailing di kota Medan juga tidak kalah dengan mcmbcntuk

perlrumpulan-perkumpulan yang bersifat kesukuan yang beranggotalcan emik

Mandailing. Pcrkwnpulan kesukuan yang dimaksud seperti Himpunan Keluarga

Besar Mandailing (HIKMA) dan Yayasan Pengkl\iian Budaya Mandailing

(YAPE BUMA).

Perkmnpulan kesukuan ini tidak saja terrlapat di kota Medan, m clainkan

menurut Ra1.zak Lubis ( ), Jkatan Kebajikan M andailing M alaysia (IMAN) yang

didirikan pada tabun 1979. di Malaysia . Tujuan dari perlrumpulan in.i adalah untuk

menyalurkan pene litian belajar, pelestarian, serta kewajiban dan promosi bahasa,

kebudayaan serta sastra etnik Mandailing. Di Malaysia !MAN sudah berhasil

menailckan "Gordang Sambilan'' dan menjadikannya dikenali oleh masyarakat

terutama sebagai Assam bel musik n.'SIIli di negara bagian Slongor-Malays.ia, kini

Gordang Sarnbilan dijadikan sebagai Festifal tahunan dalam perayaaan akhir

bulan puasa. Selai.n JMAN, kelompok kelahiran malaysia migran Mandailing juga

telah membentuk kelompok yang dinamai ··Lembaga Adat M andailing" (LAMA)

5.6. Dinamika Sotial Budaya

Dinantika identitas etn.ik dimulai dengan masuknya agama Islam ke

(32)

66

Mandailing Ielah

merubab

struktur dan sistem pemerintaban

menjadi

"Kadhi"

yang kelruasaannya bertambab luas, jelasnya tokoh-tokoh

tradisonal

memerintah

berlan~ syariat Islam (norma-norma

memuut

agama lslam) .

Adal·istiadal masyarakat Mandailing yang sebelum masuknya

kaum

Padri,

mendapat pengaruh dati H indui<m1e, seperti kepen:ayaan lelbadap animisme

(sipele begu), dan masuknya pengaruh agama Islam dan disusul dengan pengaruh kolonialisme telah merubah kepercayaan masyarakat Mandailing menjadi ajaran

agama Islam.

Tetapi, mesltipun kaum Paderi tidak

berbasil

untuk mendesak masyarakat

Mandailing dengan seketika menganut agama Islam, dan

peljuangan

dialchiri

dengan kekerasan, kaum Paderi Ielah meninggalkan bekas-bekas (agama Islam)

yang jelas didalam kehidupan masyarakat Mandai ling , Schrike ( 1973:20), dan

pada gilirannya masyarakat Mandailing mempunyai pandangan bahwa .. Hombar do adat dohot ibadac'' yakni Adat dan agama berdampingan".

Dalam perkembangannya. kepercayaan orang Mandailing terhadap agama

Islam semakin mendalam terbukli den!,'llll misi kristero yang datang setelah

Belanda menguasai daerah tersebut, mengalarni kegagalan untuk menarik

masyarak;tt Mandailing yang beragama Islam untuk memasuki agama KriSten dan

perkembangan selanjutnya agama lain tidak pemah teJjadi dati dahulu sampai

sekarang.

Dinamika identitas ctnik selanjutnya. masuknya Belanda ke Mandailing

tahun 1833 dapat dikatakan secara damai dalam arti pada waktu itu mereka sama·

(33)

67

bertcmbangnyn lcekuasaan lcolonial Belaoda, selanju1nya Belanda

bethasil

memb~ulc

tolcob-iolcoh tradisional seperti Sl!ltan Mangaraja Oadangbang

dari

Pakuantan. Selanjutnya, !colonial Belanda mengadak:an organisasi dalam

pemerintahannya dcngan m engganti Raja J>arrusunan menjadi kepala "Kuria" .

k"epala " Kurra"

berfungsi

sek:aligus sebagai Kepala pemcrintahan dan kepala (raja)

ada!, dengan demikian kepala kuria berhasil menjadi alat lcekuasa:m kolonial.

J>enguasa tradisional di Mandailing selanjumya, seperti Sutan Mangkutur

tidalc pula patuh pada kolonial Belanda melainkan beliau menentang kekuasMn

kolonial Bclanda. Oleh sebab itu Pemerintah lcolonial merubab lagi strulctur dan

pemerintahan yakni kawasan Tapanuli dibawah

afdeling Mandailing

kini berubah menjadi afdeling Padang Sidempuan, yang terbagi menjadi : I) Angkola/ Sipirok,

2) Padanglawas atau Padang Bolak, 3) Mandailing. Pada saat itu j uga sekitar abad

ke 19 teljadi migrasi orang Mandailing ke Sumatera Timur. Stratifikasi sosial

yang

terdiri dari : I). Kawn bang.o;awan atau Namora-mora, 2) Orang kebanyako.n

atau Halak na Jaji, 3) Budak-budak atau hatoban.

Pada tahun 1876, pemerintah kolonial Belanda mcmbebaskan status

perbudakan yang ada di Mandai ling ini.

Perkembangan yang paling menonjo! pada ma<>a pcmerintah kolonial

Belanda adalah dalam bidang pendidikan fonnal yang sebelumnya masyarakat

tidak mengenalnya. Pada tahun 1853 untulc pertama kalinya Se,kolah Daw

dibulca, dan ini berlanjut tcrus hampir diseluruh Mandailing dan berkembang

dalam lingkungan masyarakat yang lebih Juas. StallL~ orang berpendidikan

(34)

68

1mtuk mengilcuti pendidikan, selanjutnya, kegiatan pendidikan y ang

diselenggarakan kolonial

Belanda,

banyak membawa perubahan dalam berbagai

aspek kehldupan masyarak:at terutama dengan dibulcanya perkeb1man B clanda di

Sumatem TimUJ.

Dinamilal sosial budaya selanjutnya, terjadinya migrasi orang Mandailing

baik sebelum mauplm setelah kemerdekaan ke Sumatera TimUJ, sebelum

kemerde.kaan orang Mandailing Ielah bcrmigrasi kc Sumatera Timur, untuk

memperoleb pekerjaan. Peketjaan yang ditekuni adalab sebagai pedagang, guru

agama dan pegawai.

Setelah kemerdekaan migran Mandailing di Sumatcra TimUJ adalab

orang-orang yang telah tcrdidik, sehingga terjadi perubahan dalam memilih pekerjaan.

Mereka lebib memilih bekerja sebagai pegawai pemerintaban. Para migran setelah

kemerdekaan di Sumatera Timur ini (Mandailing, Minangkabau, Aceh, Swnla dan

Jawa) orang Mandailing termasuk migran

yang

mudah mendapatkan pekerjaan-pckcrjaan di bidang kepcgawaian, karena selain terdidik m creka bcragama Islam

dan kurang mcndapatlcan persaingan dcngan e·tniJc lainnya.

Orang Mandailing cenderung memandang daerab rantau sebagai tempat

menetap permancn (Pelly, 1994:95). ltulah sebabnya orang Mandailing lebih

memilih tempat tinggal di pin!lboimn kota karcna disana dapat membeli tanah yang

luas dan membangun rumab yang besar, harg:anya juga tidalc terlalu mahal sepcrti

(35)

69

Kehidupan sosial dan religius migran Mandailing dikembangkan dalam

asosiasi-asosiasi sukarela asosiasi-asosiasi religius, orang Mandailing adalah AI·

Juni Yatulwasliyab

yang

didi.rikan tanggal 30 November 1950 di Mcdan .

SelliDj uto)':l juga mendirikan perltwnpulan kesulruan seperti Himpunan

keluarga

Bcsat

MandailinQ (HlKMA) dan Yayasan Pengkajian Budllya

Mandailing (YAPE BUMA). Oernikian pula halnya dengan pam migran di

Malaysia dcngan membentulc Ikatan Kebajikan Mandailing Malaysia (IMAN) dan

Lembaga Adat Mandai ling (LAMA).

Seearn umwn migran Mandailing di Swnatera Tunur baiJc dalam

pekeljaan maupun dalam kehidupannya, dapat dibedakan dengan etnis lainnya

Budaya Mandailing hampir sarna dengan Batak Toba. Budaya ini

mernpunyai suatu identitas bagi setiap etnik. Oemikian pula dengao masyarakat

Mandailing di Sumatera TJmur.

Latar

bclakang yang hampir sarna ini,

mempengaruhi orientasi kegialliD budaya sc.hari-hari, terlebih-lebih ditengab·

tcngah masyarakat majemuk. DengliD budaya tcrsebul, maka orang Mandailing

berusaha mengangkat status kebudayaannya dengan identitas yang berbeda, untuk

mernbedakao masynrakat Mandailing d~'D gan suku Batak lainnya.

ldentiUJS ini terpantul dan dimani fe$1Silcan dalam kegiaun

adat-istiadamya, bail< dalam suka (perkawinan) maupun dalam duka (kemalangan)

maupun kelahirnn, proses UJ*3111 adat (cenderung bemuansa ke arah agama

Islam. Islam sebngai aga.ma yang diaoutoya berlaku dalam sendi-sendi kehidupan

(36)

70

Dengan demitian, diDamika identitas etDik Mandailing telah mengabmi

suaiU proses sejarah yang panjang, yang

pada akhirnya dapat

menentukan dasar

kebudayaan idenlilas Mandailing .

(37)

OAJiTAR PlJS T AKA

Abdullah, T autlk, 1987, Islam dan Masy arakat, Pnntulan Sejarah Indonesia, Jakana :

LP3ES

Abdullah, Taufi k, 1983, Agamo da11 Perubaharr S osiol, Jakana: C.V. Rajnwali . Abuullah, T aufi k. 1985, Sejaroh Lakal di Indonesia, Yogyakana : Gadjah Mada

University Press.

Harth, Fredrich, (cd), 1991(, Kelompok Etnik da11 Batasannya, Tn t:~nan Sosial dan

Pcrbedaaan Kc budayaan, U.l. Press.

Butterwoth, Douglass, Chance Jhon K, l<l8J, Latin American Urbmrization ,

Cambridge : University Press.

Ca ~ t lc s . Lance, 200 I, K~!t idupan Politik Srtatu Keresiden an di S umotera Utara

(1915- 1940}. Jakana : KPG.

DeVos, George and L. Romonci, Ross, eds, Eth nic Identity dalam '' Urba.nisasi dan

Adaptasi Peranan Misi B11daya Meningkatkan dan Mandailing, LP3ES.

Faisal. Sanapiah, 1999. Format-formal Pe·ne/itian Social Dasar dan Aplikasi

Jakana:

Rajawali. Press.

Gultom. D.J. Raja Marpodang, 1982, Dali111m N a Tofu, Nilai Budayo Suku Batak,

Medan, C.V. Amanda.

Honon.

n.

Paul & Haunt I.. Chester, ( 1 992), Sosialogi I, ll, Jakana: Erlangga.

! ~s a cs , Harold. R. 1993, Pemujaan T ~ r !tadap Kelompok Etnis, ldentitas Kdompolr

dan Perubahan Politik, Jakana : Yayasan Obar Indonesia .

I Hoetan. Mangaradj a, Riwayat Mandailing Syarlkat Tapanuli, Medan

Joenoes. Muhammad, 195 7, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakana : Bulan

(38)

"

Keuning. !<'•hanncs. 1 952". ''Batal. Toba don Batak Ma11dailing da1am Abdu!to.t>, Taulik. 1985, Sejarulr Loka/ di lnd on e . ~ ia, Yogyaknrta : Gadjah Mada University Press.

Knzok, Uli. 1999. Wuri.wn Leluhur Sastru Lama da11 Aksura Barak, Jakarta: KPG

Keesing, M. Rooger, 1999, Antropologi Budaya, Suatu Porspktif Kontem Porer, Jjlid

II Jakarta : Erlanggo.

Lcxy. Molcong, 1994, Metodologi Penelition Kwalitatif, Banduog : Remaja Rosda

Kurya.

Lubis, Pangaduan. Z, (od), I 988. Sipirolc Na Soli Biang/a{a Kebudaya!Jill Masyarakal Sipirok, Medan : USU Press.

Mauuiada, dalam Koenjaraningral (ed), Mamusia dan Kebudayaan di Indonesia,

Jakarta : Gramedia 1971

Nasution,

H.

Pandapolan,

2005,

Ada/ Butfaya Mundailing Dalam Tuntangan Zaman, FORKALA, Propinsi Swnatera Utara.

Nasikun,

2000,

Sistim Sosloal Indonesia, Pcnerbit : Rajawal i Press Joenoes.

Parlindungan, Mangaradja Onggang, I 965, Tuallku Roo, Jakarta : Tanjung Pengharapan.

Pelly, Usman, 1994, Vrbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minangl(abau

dan Mandailing,

LP3ES .

Pelzer, Karl J. (1985) Toean Keboean dan Petanl Polltlk Kolonial dan Perj uangan

Agraria, Jakana : Sinar Harapan.

Radjab, M. 1954, Perang Padrl, Jakarta : J>N. Balai Pustalca .

Royce, Anya Peterson (I 982) Etltni ~ ldentil)l : Strategie£ of Diversity, University

Press,

Bloomington Indiana.

Sinha V.N.P dan Atancllah, MD ( 1987), Mlt Tallon A ll /nterdicipiinary A.pprouch

(39)

Speare, A. ( 19S3) Methodnlogiclll issues in tile l·fudy of miflrant ndjustment, in Urhan Migrants in Developing Nations Pattern on Problems of Ad,iustment (<loloscheidcr, C, cd)

\Vi,gnyo..!ipuro, Surojt), Pcuganlnr tfnn Azn.f·fll.ns ltukum atlal { 197l) Penerbil

Gambar

gambaran k.omposi!.i clnis di Kota Medan dapat dilihat pads Tabel 5.1 .

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk meningkatkan pelayanan dan memberikan perlindungan serta pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas peristiwa kependudukan dan

Berdasarkan hasil bilangan Formzahl (N f = 1,705) maka dapat disimpulkan bahwa tipe pasut di perairan Pantai Slamaran Pekalongan adalah tipe pasut campuran

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala UPTD Kecamatan Lembah Gumanti untuk mengatasi masalah di atas maka pemerintah Kabupaten Solok melalui dinas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara sintesis, karakteristik, perkiraan struktur kompleks Co(II) dengan fenobarbital dan aktivitas antibakteri terhadap

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh kebiasaan belajar terhadap

animals and faeces from uninfected animals equally. Sheep did not discriminate against patches contaminated with parasite larvae only. In experiment 2, sheep infected with

Unfortunately, the indirect geo-referencing of UPs by matching scale-invariant image feature points extracted from the two data sets, analogous to section 1.1, has shown to

Sistem abstrak adalah suatu sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik, sedangkan sistem fisik adalah sistem yang ada secara fisik.