• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dan bahkan cenderung tanpa batas (borderless state). Dampak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dan bahkan cenderung tanpa batas (borderless state). Dampak"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini, batas nonfisik antar negara semakin sulit untuk membedakannya dan bahkan cenderung tanpa batas (borderless state). Dampak yang sangat terasa dengan terjadinya globalisasi yakni arus informasi begitu cepat sampai di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai pihak khususnya dikalangan pebisnis berlomba memburu informasi, sebab siapa yang mampu menguasai informasi dengan cepat, maka dialah yang terdepan. Demikian juga halnya arus transportasi dari satu negara ke negara lain dapat begitu cepat dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini semua tentu berkat dukungan teknologi yang terus digunakan dan dikembangkan oleh para ahlinya. Dengan semakin dekatnya batas antar suatu negara dengan negara lain peluang untuk berinvestasi, terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini membuka diri bagi investor asing sangat terbuka luas. Untuk itu, cukup beralasan untuk menarik investor khususnya investor asing (foreign direct investment, FDI) untuk menanamkan modal di negaranya.1

Dinamika kemajuan di era globalisasi dan perdagangan bebas telah membawa dampak yang signifikan terhadap aktivitas di seluruh negara di dunia pada umumnya, khususnya negara berkembang. Perkembangan ekonomi pada umumnya dan penanaman modal asing pada khususnya telah menjadi perhatian

1

(2)

bukan hanya dikalangan pemerintah saja, tetapi juga dikalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena pembicaraan berkenaan dengan penanaman modal asing tidak bisa dilepaskan dari peranannya dalam pembangunan ekonomi. Perkembangan perekonomian suatu negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia sangat ditentukan dari tingkat pertumbuhan penanaman modal asing. Penanaman modal asing sangat diharapkan untuk menggerakkan dan meningkatkan perputaran roda perkembangan di Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk mengejar ketinggalan di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, pembangunan ekonomi, serta menciptakan masyarakat yang demokratis. Sebagai negara berkembang, Indonesia berada pada posisi yang sangat berkepentingan dalam mengundang investor asing untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia juga mengharapkan manfaat lainnya, seperti alih teknologi dan penciptaan lapangan kerja. Kegiatan penanaman modal asing tersebut sering terjadi sebagai konsekuensi dari berkembangnya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan2

Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya asing. Tujuan penyelenggaraan

2

Ahmad Shofin Nuzil, S.H., Arbitrase Sebagai Penyelesaian Sengketa dalam

Penanaman Modal Asing, dalam berbagitentanghukum.blogspot.com, di akses tanggal 5 Mei

(3)

penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan kordinasi instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan3

Penanaman modal dibagi menjadi dua bagian yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang sangat penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan investasi akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal, seperti mendorong pertumbuhan bisnis, adanya bantuan teknologi dari investor baik dalam bentuk proses produksi maupun teknologi permesinan, dan menciptakan lapangan kerja.4

Ada dua perangkat penting yang mengatur mengenai modal asing. Pertama adalah hukum perjanjian, di Indonesia norma hukum perjanjian yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kedua, norma hukum penanaman modal dan norma hukum perusahaan, di Indonesia ketentuan tersebut diatur oleh Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3

Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Penjelasan Umum alenia ke-2.

4

Muharyanto.blogspot.com/2009/04/Penanaman Modal, blog_post.html, diakses tanggal 2 Mei 2014.

(4)

Ada dua sifat khas penanaman modal asing menurut Robert Gilpin, yaitu: a. Perusahaan multi/trans nasional (PMN/PTN) melakukan penanaman modal

langsung di negara-negara asing (foreign direct investment, “FDI”), melalui pendirian anak atau cabang perusahaan atau pengambilalihan sebuah perusahaan asing, dengan sasaran melakukan pengawasan manajemen terhadap suatu unit produksi di suatu negara asing, yang berbeda dengan penanaman modal portofolio adalah pada pembelian saham dalam perusahaan. b. Suatu PMN ditandai dengan adanya perusahaan induk dan sekelompok anak

perusahaan atau cabang perusahaan di berbagai negara dengan suatu penampung bersama sumber-sumber manajemen, keuangan dan teknik dengan integrasi vertikal dan sentralisasi pengambilan keputusan. Ditinjau dari negara yang terkait dalam PMN, maka ada 2 (dua) negara yang terkait yaitu negara asal investasi (home state) dengan negara tuan rumah (host state) atau negara yang merupakan pusat PMN (home country) dengan negara lain yang merupakan tempat perusahaan tersebut melakukan operasi atau kegiatannya

(host country).5

Dengan diizinkannya modal asing masuk ke Indonesia, maka selain bersifat komplementer terhadap faktor-faktor produksi dalam negeri, penanaman modal asing harus diarahkan menurut bidang-bidang yang telah ditetapkam prioritasnya oleh pemerintah. Prioritas yang telah ditetapkan itu antara lain:6

5

Medizton, Joint Venture, dalam http://wordpress, hlm. 2, diakses tanggal 5 Mei 2014

6

Sumantoro, Aspek-aspek Pengebangan Dunia Usaha Indonesia, (Bandung: Bina Cipta, 1977), hlm. 18.

(5)

1. Usaha yang membutuhkan modal swasta yang sangat besar dan/atau teknologi tinggi.

2. Usaha-usaha yang mengelola bahan baku menjadi bahan jadi. 3. Usaha pendirian usaha besar.

4. Usaha yang menciptakan lapangan kerja 5. Usaha yang menunjang penerimaan negara 6. Usaha yang menjunjung penghematan devisa

Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah memerlukan sumber daya manusia dan sumber keuangan (investasi) untuk membangun perekonomian dan mengelola sumber daya alam yang ada. Apalagi di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah diatur fasilitas atau kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada investor. Pemberian kemudahan ini dimaksudkan agar investor, terutama investor asing mau menanamkan modalnya di Indonesia. selain itu, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mengandung dua kepastian bagi pemodal,yaitu

1. Kepastian perbaikan iklim investasi dengan berbagai insentif perpajakan, keimigrasian, dan pertanahan.

2. Kepastian kesempatan dan daya saing bagi para investor.

Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu bentuk transaksi bisnis, yang keberlangsungan dapat dikategorikan sebagai suatu transaksi bisnis internasional (international business transactions) atau hukum perdagangan internasional (international trade law) yang dilangsungkan oleh dan antar warga negara atau badan usaha (business organization) lintas batas negara (cross

(6)

border), misalnya antara pelaku usaha asing baik badan hukum asing ataupun

perorangan warga negara asing. Dalam transaksi bisnis pada umumnya, ditinjau dari segi hukum kontrak, juga megikuti tiga tahap, yaitu tahap persiapan

(preparation phase), tahap pelaksanaan (performance phase), dan tahap

penegakan hukum kontrak (enforcement phase), dimana dalam setiap tahapan kontrak senantiasa diiringi oleh tiga aspek yaitu budaya (cultural), hukum (legal), dan praktis (practical). Demikian juga kegiatan penanaman modal asing yang diawali dengan perjanjian patungan (joint venture agreement) sampai dengan realisasi kegiatan usaha dan produksi, dan pendirian perusahaan joint venture tiga tahapan kontrak dan tiga aspek dalam transaksi bisnis tersebut, secara mutatis mutandis, berlaku efektif dengan penyesuaian-penyesuaian seperlunya sesuai dengan bidang usaha dilakukannya penanaman modal dan investor yang bersangkutan.7

Latar belakang adanya prinsip perlakuan yang sama awalnya berasal dari kesepakatan internasional yang tertuang dalam The Most Favored Nation

Principle dari GATT. TRIMs dalam GATT/WTO menganut prinsip ini. Sekarang,

dalam UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang berlaku di Indonesia juga mengatur prinsip perlakuan sama ini yang terdapat dalam Kebijakan Dasar Penanaman Modal.8

Penerapan prinsip National Treatment dalam penanaman modal asing di Indonesia di satu sisi telah menghilangkan kesempatan Indonesia untuk

7

Yogi Prayudha, Arbitrase-Sebagai-ian-Sengketa-Dalam-Penanaman-Modal-Asing dalam http://www.scribd.com/doc/25167579, hlm.3. diakses tanggal 11 Juli 2014

8

Cindy, Analisis Yuridis Prinsip Hukum Perlakuan Sama Kepada Investor Domestik dan

Investor Asing Yang Melakukan Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia, Jurnal Hukum

(7)

mempromosikan industri dalam Negeri melalui kebijakan local content

requirement dan trade balancing policy, hal tersebut dicatat sebagai sebuah

kerugian karena kesepakatan ini telah membuka paksa pasar Indonesia bagi masuknya pesaing-pesaing dari Negara yang lebih kuat. Melalui ketentuan ini batas-batas Negara tidak lagi menjadi halangan bagi lalu lintas perdagangan karena barang dan jasa akan bebas diperjual belikan di mana saja, keseluruhan negara anggota telah bersatu menjadi satu pasar bebas dan terbuka. Di sisi lain politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif mengisyaratkan Indonesia untuk berperan serta secara aktif mewujudkan iklim kondusif bagi persaingan bebas dalam perekonomian global dan mengambil manfaat dari kebijakan-kebijakan non diskriminasi tersebut bagi kepentingan nasional.9

National Treatment dalam perlakuan antara asing dan domestik masih

membenarkan adanya penerapan syarat - syarat investasi yang berbeda antara penanaman modal asing dan domestik, sepanjang penerapan syarat yang berbeda tersebut sejalan dengan Specific of Commitment (SoC) yang menjadi komitmen sebuah negara.Penerapan prinsip perlakuan sama juga dibedakan berdasarkan fase kegiatan penanaman modal. Perlakuan sama pada prinsipnya diterapkan pada fase

post estabilishment stage atau pada kategori brown investment field. Maksudnya

perlakuan sama diberikan setelah investor masih dapat dikenal syarat - syarat yang pada dasarnya berbeda antara asing dan domestik, misalnya syarat pemilikan modal, syarat dan pembatasan bidang usaha, dan performance requirement lainnya. Dengan kata lain, penerapan prinsip perlakuan sama (National

9

Ojita Aziziyah, Prinsip National Treatment Hak Kekayaan Intelektual Dalam

Pelanggaran Merek Asing Menurut Hukum Internasional, dalam jurnal.usu.ac.id, diakses tanggal

(8)

Treatment) masih memberikan ruang pada pemerintah host country untuk

memberikan perlindungan kepada investor domestik terutama dengan menggunakan SoC10

Pada intinya, semua negara harus diperlakukan atas dasar yang sama dan semua negara menikmati keuntungan dari suatu kebijaksanaan perdagangan. Namun demikian, dalam pelaksanaannya prinsip ini mendapat pengecualian - pengecualiannya, khususnya dalam menyangkut kepentingan negara sedang berkembang. Jadi berdasarkan prinsip ini, Hanya dihilangkan hak - hak untuk memasuki industri yang masuk dalam daftar negatif (negative lists) untuk investasi asing. Tujuannya adalah untuk memperluas hak - hak masuk dan berdirinya investasi asing.

11

Prinsip National Treatment berpotensi untuk mengurangi konflik antar pelaku PMA yaitu Pemerintah Negara tuan tumah, Pemerintah Negara asal dan Penanam modal karena prinsip ini akan memberikan jaminan keamanan terutama bagi penanam modal, sedangkan bagi Negara penerima modal prinsip ini memungkinkan mereka memberlakukan aturan yang sama mengikatnya terhadap Investor asing dan domestik. Sehingga apabila Investor asing melakukan pelanggaran hukum yang berlaku di Indonesia maka mereka mereka akan dijerat dengan hukum yang berlaku tanpa adanya keistimewaan tertentu.12

10

Ibid

11

Astim Riyanto, World Trade Organization (Organisasi Perdagangan Dunia) (Bandung : Yapemdo, 2003) hlm 54

12

Ojita Aziziyah, Prinsip National Treatment Hak Kekayaan Intelektual Dalam

Pelanggaran Merek Asing Menurut Hukum Internasional, dalam jurnal.usu.ac.id, diakses tanggal

(9)

Keberadaan penanaman modal di suatu negara terkait dengan tuntutan untuk menyelenggarakan pembangunan nasional di negara tersebut. Menyadari pentingnya penanaman modal (investasi) bagi pembangunan nasional, maka setiap negara menjamin dan memberikan perlindungan bagi setiap investor baik asing maupun dalam negeri. Pentingnya jaminan dalam hal perlindungan investasi pada umumnya akan membuat para investor diperlakukan secara adil dan mendapat perlakuan yang sama, hal ini juga akan membuat para investor merasa lebih aman dalam melakukan investasi di suatu negara.13

Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama Terhadap Perusahaan Multinasional Sebagai Bentuk Perlindungan Investasi

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian-uraian latar belakang permasalahan di atas maka pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut

1. Bagaimanakah prinsip perlakuan yang sama dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?

2. Bagaimanakah bentuk-bentuk perlindungan terhadap investasi mulitinasional?

3. Bagaimanakah perlindungan terhadap investasi Perusahaan Multinasional melalui pemberlakuan prinsip perlakuan sama?

13

Made Warka, Dampak Penanaman Modal dalam Konteks Otonomi Daerah Jawa

(10)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui prinsip perlakuan yang sama dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan terhadap investasi mulitinasional

c. Untuk mengetahui perlindungan terhadap investasi perusahaan multinasional melalui pemberlakuan prinsip perlakuan sama

2. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Secara teoritis

Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan hukum investasi bagi penulis, khususnya mengenai masalah prinsip perlakuan yang sama terhadap perusahaan, sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

b. Secara praktis

Diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat pada umumnya baik secara teori maupun secara praktek, tentang pemberlakuan prinsip perlakuan yang sama terhadap perusahaan multinasional sebagai salah satu bentuk perlindungan dalam investasi

(11)

Skripsi ini berjudul “Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama Terhadap Perusahaan Multinasional Sebagai Bentuk Perlindungan Investasi”. Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan studi kasus sepanjang yang diketahui belum dilakukan penulisan, oleh karena itu penulisan ini asli. Bila ternyata terdapat skripsi yang sama dengan skripsi ini sebelum dibuat penulis bertanggungjawab sepenuhnya

Adapun judul-judul yang telah ada di perpustakaan universitas cabang Fakultas Hukum yang mirip yang penulis temukan adalah :

1. Amanda Sumardy (2011), NIM : 070200135 judul, Analisis Yuridis Mengenai Bilateral Investment Treaties (BITS) Antara Indonesia Dengan Qatar (Studi Terhadap Peraturan Presiden No. 84 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Negara Qatar Mengenai Peningkatan dan Perlindungan Atas Penanaman Modal), permasalahan dalam penelitian ini adalah Pengaturan Investasi Langsung Di Indonesia, Pengaturan Hukum Perjanjian Internasional di Indonesia dan Ketentuan-Ketentuan Mengenai Bilateral

Investment Treaties (BITs) Antara Indonesia Dengan Qatar Ditinjau Dari

Peraturan Presiden No. 84 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Negara Qatar Mengenai Peningkatan Dan Perlindungan Atas Penanaman Modal.

2. Trisanto Bonifasto Simanjuntak, 2010, Nim 050200307 judul Tinjauan Yuridis Mengenai Kebijakan Daftar Negatif Investasi Dalam Kegiatan Penanaman Modal di Indonesia.

(12)

3. Cindi (2013) judul Analisis Yuridis Prinsip Hukum Perlakuan Sama dalam Investor Domestik dan Investor Asing yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia.

4. Bonatua Edynata Manihuruk (2012) NIM : 080200118 judul Perlakuan dan Pemberian Fasilitas Kepada Penanam Modal Menurut Prespektif UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Perlakuan Yang Diberikan Pemerintah Kepada Penanam Modal Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Ketentuan Fasilitas Yang Diberikankan Pemerintah Kepada Penanam Modal Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Pengawasan Pemerintah Terhadap Penanam Modal Yang Diberikan Fasilitas Penanam Modal

Penulisan dalam skripsi ini berbeda dari penulisan skripsi sebelumnya yang mengangkat tentang Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama Terhadap Perusahaan Multinasional Sebagai Bentuk Perlindungan Investasi

Penulisan skripsi ini membahas tentang Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Yang Sama Terhadap Perusahaan Multinasional Sebagai Bentuk Perlindungan Investasi.

E. TinjauanPustaka 1. Pengertian Investasi

Pengertian investasi / penanaman modal dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) adalah segala bentuk kegiatan

(13)

penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.14

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, investasi diartikan sebagai penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu asset yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Investasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa depan. Harapan pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan.15

Dalam kamus Istilah Keuangan dan Investasi digunakan istilah investment (investasi) yang mempunyai arti: “Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula menunjuk ke suatu investasi keuangan (dimana inventor menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan pekerjaannya”.16

Dalam Kamus Hukum Ekonomi digunakan terminology, investment, penanaman modal, investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap

14

Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

15

Putra “Defenisi Investasi dan Faktor Penentu Investasi” dalam http://putracenter. net/2009, terakhir kali diakses tanggal 8 Apri 2014

16

(14)

perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.17

Dikalangan masyarakat, kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portfolio investment), sedangkan kata penanaman modal lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung. Penanaman modal baik langsung atau tidak langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan nilai modalnya.18

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebenarnya sudah membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct

investment) dan investasi tidak langsung (portfolio investment). Hal ini dapat

dilihat dalam penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut, dimana dikatakan: “yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.

Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal.19

17

Ibid., hlm 2

Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam

18

Ida Bagus Rahmdi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di

Indonesia, (Jakarta: Ghlmia Indonesia, 2006), hlm. 1.

19

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan terhadap Pemberlakuan

UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Jakarta: Raharja Grafindo Persada, 2007),

(15)

kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.20

Penanaman modal asing secara langsung menurut Organization For

Economic Cooperation (OEEC) memberikan rumusan bahwa direct investment is meant acquisition of sufficient interest in an under taking to ensure its control by the investor (suatu bentuk penanaman modal asing dimana penanam modal diberi

keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal mempunyai penguasaan atas modalnya).21

Penanaman modal asing secara langsung juga memberikan pengertian bahwa bagi pemodal asing yang ingin menanamkan modalnya secara langsung, maka secara fisik pemodal asing hadir dalam menjalankan usahanya. Dengan hadirnya atau tepatnya dengan didirikannya badan usaha yang berstatus sebagai penanaman modal asing , maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan hukum di Indonesia.

Pengertian yang agak luas dari foriegn direct investment terdapat pada

Encyclopedia of Public International Law yang merumuskan foreign direct investment sebagai berikut: “A transfer of funds or materials from one country (called capital exporting country) to another country (called host country) in return for a direct participation in the earnings of that enterprise.”22

20

N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi

Era Global, (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hlm. 11

21

Hulaman Panjaitan dan Anner Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing, (Jakarta:Indhill Co, 2008), hlm. 41

22

(16)

Munir Fuady, penanaman modal asing secara langsung dilihat dalam arti sempit. Yang dimaksudkan adalah model penanaman asing yang dilakukan dengan mana pihak asing atau perusahaan asing membeli langsung (tanpa lewat pasar modal) saham perusahaan nasional atau mendirikan perusahaan baru, baik lewat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau lewat departemen lain.23

Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan investasi jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Investasi ini disebut juga investasi jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual saham dan atau mata uang dalam jangka waktu yang relative singkat, tegantung kepada fluktuasi nilai saham dan atau mata uang yang hendak mereka perjualbelikan.24

Perbedaan investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (portofolio investment) yaitu:2526

1. Pada investasi tidak langsung saham tidak memiliki control pada pengelolaan perseroan sehari-hari, sedangkan pada investasi langsung pemegang saham memiliki control pada pengelolaan perseroan sehari-hari. Salah satu aspek penting dari investasi langsung adalah bahwa pemodal bisa mengontrol atau setidaknya punya pengaruh penting dalam manajemen dan produksi dari perusahaan di luar negeri. Hal ini berbeda dari investasi tidak langsung, dimana investor asing membeli saham 23

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung:. Citra Aditya Bakti, 2008), hlm. 67.

24

Ida Bagus Rahmadi Supancana, Op.Cit., hlm. 4

25

(17)

perusahaan lokal tetapi tidak mengendalikannya secara langsung. Biasanya juga investasi langsung adalah komitmen jangka panjang. Itu sebabnya ia dianggap lebih bernilai bagi sebuah negara dibandingkan investasi jenis lain yang bisa ditarik begitu saja ketika ada muncul persoalan.

2. Pada investasi tidak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri oleh pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat perusahaan yang menjalankan kegiatannya. Resiko yang dimaksud disini adalah resiko naik turunnya harga saham, obligasi maupun surat berharga lainnya. Hal ini berbeda pada investasi langsung yang hanya berdasarkan pada harga saham dimana pemegang saham hanya menanggung resiko sebatas modal/saham yang dimilikinya dan dapat menggugat direksi maupun komisaris yang melakukan kelalaian dalam menjalankan tugasnya.

3. Kerugian pada investasi tidak langsung umumnya tidak dilindungi oleh hukum kebiasaan internasional.

2. Perlakuan Sama

Prinsip MFN ini diatur dalam artikel I GATT 1994. Berdasarkan prinsip ini, suatu kebijakan perdagangan antara negara-negara anggota harus dilakukan atas dasar nondiskriminasi. Artinya semua Negara terikat untuk memberikan perlakuan sama yang sama dalam kebijakan impor dan ekspor produk-produk, termasuk biaya lainnya. Perlakuan yang sama tersebut harus dilakukan seketika dan tanpa semua negara anggota GATT.27

27

(18)

Perlakuan yang sama tersebut dijalankan dengan segera dan tanpa syarat

(immediately and unconditionally) terhadap produk yang berasal atau yang

ditujukan kepada semua anggota GATT, karena itu sesuatu negara tidak boleh memberikan perlakuan istimewa kepada negara lainnya atau melakukan tindakan diskriminasi terhadapnya.

3. Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional atau Multinasional Corporation (MNC) merupakan factor utama dalam panggung bisnis internasional. Jenis perusahaan ini pada saat sekarang memegang peranan yang penting untuk sebagian besar transaksi internasional. Kekuasaan dan pengaruh perusahaan multinasional makin menarik perhatian pemerintah, hal ini mengingat semakin besarnya pengaruh mereka.

Perdagangan seperti impor dan ekspor merupakan tahap awal dari operasi internasional sebuah perusahaan. Perdagangan ini lalu diikuti oleh pola operasi internasional yang lainnya seperti usaha patungan, penanaman modal asing dan system lisensi. Subjek dalam perdagangan internasional secara tegas sangat memperhitungkan peran pemerintah yang besar dalam hubungannya dengan Multi Nasional Corporation (MNC) serta perusahaan lain yang berkecimpung dalam bisnis internasional.

Berikut ini adalah beberapa pengertian dari Multinasional Corporation (MNC).

(19)

Dalam literatur lain mengenai Ekonomi Internasional, mendefinisikan Perusahaan Multinasional sebagai:28

Dalam Dictionary of Economic Terms, disebutkan bahwa defenisi dari

Multinational Firm atau Internasional Firm adalah :

“Perusahaan yang kegiatan bisnisnya bersifat internasional dan lokasi produksinya terletak di beberapa Negara. Dalam hal ini cabang di luar negeri tidak hanya dimiliki oleh perusahaan induk tetapi juga operasi/kegiatan cabang tersebut dikontrol dan diawasi perusahaan induk.”

29

Definisi lain menurut The Penguin Dictionary of Economics,

Multinaltional Corporation adalah:

“a firm which conducts operations basic similar operations being conducted in several coutries, or operations at different stages of the same industry in different countries, or both; such firms are integrated across national boundaries, horizontally or vertically, or both.” (Suatu perusahaan yang melakukan operas-operasi dasar serupa yang

dilakukan di beberapa negara, atau operasi pada tahapan yang berbeda dari industry yang sama di negara-negara yang berbeda, atau keduanya; perusahaan tersebut terintegrasi melintasi batas nasional, horizontal, atau vertical, maupun keduanya).

30

28

Nopirin, Ekonomi Internasional, Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE UGM, 1990), hlm 2

“a company, or more correctly, an

Enterprise, operating in a number of countries and having production or service facilities outside the country of its origin. The MNC takes its principal decisions in a global context and thus often outside the countries in which has particular operations.” (Sebuah perusahaan, atau lebih tepatnya, suatu perusahaan yang

29

Alan Gilpin, Dictionary of Economic Terms, Butterworths, London, 1977, hlm 2

30

Bannack G: Baxter RE: Rces R, The Punguin Dictionary of Economics, (Penguin Books, England, 1972), hlm 2

(20)

beroperasi di sejumlah negara dan memiliki produksi atau fasilitas layanan di luar negara asalnya. MNC mengambil keputusan utamanya dalam konteks global dan sering diluar negara yang memiliki operasi tertentu).

Menurut Vernon, Multinational Corporation adalah:31

F. Metode Penelitian

“Sekelompok perusahaan dari berbagai negara yang tergabung menjadi satu oleh ikatan kepemilikan bersama dan tanggap terhadap satu strategi manajemen bersama.”

1. Jenis Penelitian

Agar lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, jenis penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian yuridis normatif yaitu yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau hanya menggunakan bahan sekunder. Alasan penulisan skripsi ini menggunakan penelitian hukum normatif karena data sekunder yang digunakan adalah bersifat publik seperti jurnal dan buku-buku yang relavan dengan judul dalam penulisan skripsi ini.

Dalam pemaparannya penelitian ini menggunakan konsep hukum norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional. Norma sebagai pedoman yang merupakan suatu ketetapan yang dipakai sebagai tolok ukur yang tidak boleh diubah yang kemudian dijadikan dasar untuk mengukur, menilai atau membandingkan hal ihwal dari sesuatu.32

31

T. Mulya Lubis dan Richard M. Buxbawn (ED), Peranan Hukum dalam Perekonomian

di Negara Berkembang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986), hlm 3

32

Tampil Anshari Siregar. Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi. (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2006), hlm 26.

(21)

2. Sumber Data

Materi yang digunakan untuk melakukan penelitian hukum normatif ini bersumber dari bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

a. Bahan hukum primer, yaitu berupa undang-undang dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan berupa buku-buku tentang penanaman modal pidana, internet serta tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang berupa kamus hukum dan bahan lain memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder diatas.

3. Alat Pengumpul Data

Alat yang dipergunakan dalam mengumpul data penelitian adalah penelitian kepustakaan (Library research). Dengan metode ini dapat mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku, majalah, ensiklopedia dan dokumen-dokumen serta sumber-sumber teoritis lainnya. 4. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian dikemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode

(22)

kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh.33

Analisis kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di ukur dengan angka. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan alat-alat yang mewakili jumlah, intensitas atau frekuensi. Peneliti menggunakan dirinya sendiri sebagai perangkat penelitian, mengupayakan kedekatan dan keakraban antara dirinya dengan obyek atau subyek penelitiannya.34

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 (lima) bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagi berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II PRINSIP PERLAKUAN YANG SAMA DALAM

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

33

Ibid. hlm 132

34

(23)

Bab ini akan membahas tentang Perkembangan Regulasi Penanaman Modal Langsung (Direct Investment) di Indonesia, Pokok-Pokok Aturan Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tentang Penanaman Modal, Perlakuan Sama dalam Kegiatan Penanaman Modal dan Prinsip Perlakuan Sama dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

BAB III BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP

INVESTASI MULITINASIONAL

Pada bab ini akan membahas tentang Pengertian Investasi Multinasional dan Peranan Perusahaan Multinasional dalam Investasi serta Bentuk-Bentuk Perlindungan Terhadap Investasi Multinasional

BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTASI PERUSAHAAN

MULTINASIONAL MELALUI PEMBERLAKUAN PRINSIP PERLAKUAN SAMA

Pada ini akan membahas tentang Jenis-jenis Investasi Perusahaan Multinasional di Indonesia, Persamaan Kesempatan dan Perlakuan Terhadap Perusahaan Multinasional dan Perlindungan Terhadap Perusahaan Multinasional Melalui Pemberlakuan Prinsip Perlakuan Sama

(24)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

Sebaik-baik kalian adalah yang paling lembut pundaknya ketika shalat (berjamaah) dan tidak ada satu langkah dari seorang hamba ketika melangkahkan satu langkah yang pahalanya

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Marbun (2009) yang menunjukkan seluruh sampel gorengan yang dijajakan di pinggir jalan mengandung logam berat timbal

Dari kerisauan demikian, Komunitas Gelar Hidup yang terdiridari akademisi lintas disiplin, pekerja sosial, aktivis, volunteer, dan da‟i ini kemudian memformulasi

hipertensi dalam menentukan menu makanan diet yang sesuai

Dari hasil wawancara dengan R1, R2, R3, menyatakan bahwa “kurikulum yang selama ini di laksanakan Dayah Raudhatuth Thalibah berbentuk kitab-kitab, bukan berbentuk

pada perusahaan jasa, maka penulis mengambil judul “ Hubungan antara Strategi, Persaingan, Dan Sistem Akuntansi Manajemen (SAM) Terhadap Kinerja Organisasi

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL SENI LUKIS DENGAN MEDIA ASAP PADA MATA PELAJARAN LUKIS MODERN DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN SENI LUKIS SMK NEGERI 9 SURAKARTA

Penelitian mengenai optimasi lama waktu fermentasi limbah sayur dengan cairan rumen terhadap peningkatan kandungan nutrisi pakan ikan nila yang meliputi kandungan