• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus

TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

Samuel Lante, Neltje Noebertine Palinggi, dan Andi Parenrengi

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: samuellante98@yahoo.co.id

ABSTRAK

Ikan beronang, Siganus guttatus merupakan salah satu jenis ikan laut yang mempunyai potensi komersial sangat besar untuk dibenihkan. Hasil perbenihan ikan ini telah menghasilkan calon induk ikan beronang turunan pertama (F-1). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran ikan terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan beronang. Penelitian menggunakan tiga ukuran ikan yang berbeda hasil perbenihan (F-1) dan ditebar pada jaring berukuran 1,5 m x 1,5 m x 1,5 m dengan kepadatan 25 ind./jaring. Ikan diberi pakan komersial dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari sampai kenyang. Perlakuan yang diujicobakan adalah bobot badan ikan yang berbeda berturut-turut (A) 48,75±10,51 g/ekor dengan panjang 13,23±0,16 cm/ekor, (B) 80,00±9,60 g/ekor dengan panjang 15,53±0,59 cm/ekor, dan (C) 133,45±21,79 g/ekor dengan panjang 18,95±0,87 cm/ekor masing-masing dua ulangan. Pemeliharaan ikan berlangsung selama 205 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan bobot badan ikan beronang 48,75±10,51 g/ ekor diperoleh laju pertumbuhan bobot dan panjang harian ikan lebih besar masing-masing (0,72%/hari); (0,24%/hari); dan berbeda nyata (P<0,05) dari laju pertumbuhan bobot dan panjang harian ikan beronang berukuran 133,45±21,79 g/ekor berturut-turut (0,38%/hari); (0,14%/hari). Sedangkan sintasan ikan beronang yang diperoleh pada penelitian ini (A = 90%, B = 94%, dan C = 98%) tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap ketiga bobot badan yang diaplikasikan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa untuk mendapatkan laju pertumbuhan bobot dan panjang harian calon induk ikan beronang (F-1) sebaiknya menggunakan bobot badan berkisar 48,0-80,0 g/ekor.

KATA KUNCI: ikan beronang, bobot badan, pertumbuhan, sintasan

PENDAHULUAN

Ikan beronang, Siganus guttatus merupakan salah satu jenis ikan laut yang mempunyai potensi komersial sangat besar untuk dibudidayakan secara semi-intensif maupun intensif. Meskipun spesies ikan ini telah popular sebagai makanan lezat dengan harga yang tinggi, akan tetapi sangat sedikit ditemukan adanya kegiatan produksi hingga ukuran yang dapat dipasarkan pada skala komersial. Hal ini terkendala karena belum adanya suplai benih secara konsisten baik yang berasal dari alam maupun hatcheri. Kendala ini perlu ditangani secara serius oleh instansi pemerintah dengan upaya melakukan pembenihannya.

Pengembangan teknologi pembenihan ikan beronang telah dirintis Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau Maros beberapa tahun yang lalu dan telah menunjukkan keberhasilan dengan sintasan benih berkisar 5%-10%, (Lante & Palinggi, 2010). Sintasan benih yang rendah berkaitan erat dengan kualitas telur yang dihasilkan oleh induk (Duray et al., 1994), dan Subandiyono (2000). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas induk dan daya tetas telur ikan beronang adalah dengan penambahan vitamin C 0,3% dalam pakannya, hasil yang didapatkan menunjukkan jumlah induk matang gonad dan jumlah telur yang dihasilkan tinggi (Lante et al., 2009). Dengan demikian diharapkan jumlah larva yang dihasilkan semakin banyak sehingga produksi benih ikan beronang turunan pertama (F-1) dapat ditingkatkan.

Hasil pembenihan ikan beronang telah menghasilkan calon induk ikan beronang (F-1). Namun data dan informasi tentang pertumbuhan dan sintasan ikan beronang (F-1) masih kurang dan terbatas. Oleh karena itu, telah dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan dan sintasan calon induk ikan

(2)

beronang (F-1) dengan bobot badan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran ikan terhadap pertumbuhan dan sintasan calon induk ikan beronang Siganus guttatus.

BAHAN DAN METODE

Penelitian telah dilakukan di keramba jaring apung Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau Maros yang berlokasi di Teluk Awerange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Menggunakan jaring berukuran 1,5 m x 1,5 m x 1,5 m. Hewan uji adalah calon induk ikan beronang turunan pertama (F-1) dan ditebar dengan kepadatan 25 ind./jaring. Ikan diberi pakan komersial dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari secara satiasi. Perlakuan yang diujicobakan adalah bobot badan berbeda yaitu: 48,75±10,51 g/ekor (A), 80,00±9,60 g/ekor (B) dan 133,45±21,79 g/ ekor (C). Penelitian didesain dengan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan dua ulangan. Peubah yang diamati meliputi: pertumbuhan bobot dan panjang harian ikan beronang setiap empat puluh hari sekali serta sintasan pada akhir penelitian. Pengukuran panjang ikan menggunakan mistar atau penggaris dan bobot badan ikan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,01 g. Sebagai data penunjang dilakukan pengamatan kualitas air seperti: pH, salinitas, suhu, oksigen terlarut setiap bulan sekali. Data pertumbuhan bobot dan panjang harian serta sintasan ikan disajikan dalam bentuk gambar dan dianalisis menggunakan one way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN BAHASAN

Hasil pengamatan pertumbuhan bobot, panjang, dan sintasan ikan pada akhir penelitian disajikan pada Tabel 1. Laju pertumbuhan bobot dan panjang harian ikan beronang tertinggi diperoleh pada perlakuan (A) adalah 0,72%/hari dan 0,24%/hari, disusul perlakuan B (0,57%; 0,21%/hari) dan terendah (0,38%; 0,14%/hari). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot dan panjang harian perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C (P<0,05), sedangkan perlakuan A dan B tidak berbeda nyata demikian pula antara perlakuan B dan C.

Adanya perbedaan laju pertumbuhan bobot dan panjang harian pada perlakuan ini sebagai akibat perbedaan bobot badan yang digunakan. Bobot badan ikan beronang perlakuan A berkisar 48,75±10,51 g/ekor sedangkan bobot badan ikan perlakuan C berkisar 133,45±21,79 g/ekor. Laju pertumbuhan bobot dan panjang harian ikan beronang perlakuan (A) lebih besar dari laju pertumbuhan bobot dan panjang harian perlakuan C. Hal ini mungkin disebabkan pakan yang diberikan pada ikan perlakuan A sebagaian besar digunakan untuk menunjang pertumbuhannya. Brett (1979) dalam

Tabel 1. Pertumbuhan bobot, panjang, dan sintasan ikan beronang turunan pertama (F-1) selama 205 hari pemeliharaan

Keterangan: Nilai rata-rata pada baris superkrip dengan huruf yang sama tidak beda nyata (P>0,05) Bobot badan 4 8 ,7 5 ±1 0 ,5 1 Bobot badan 8 0 ,0 0 ±9 ,6 0 Bobot badan 1 3 3 ,4 5 ±2 1 ,7 9

Lama pemeliharaan (hari) 205 205 205

Panjang awal rata-rata (cm) 13,23±0,16 15,53±0,59 18,95±0,87 Panjang akhir rata-rata (cm) 22,16±2,90a 24,36±2,0ab 25,25±1,54b Bobot awal rata-rata (g) 48,75±10,51 80,00±9,60 133,45±21,79 Bobot akhir rata-rata (g) 231,50±53,87a 273,70±59,10ab 296,57±31,28b Laju pertumbuhan panjang harian (%/hari) 0,24±0,02a 0,21±0,02ab 0,14±0,01b Laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) 0,72±0,06a 0,57±0,04ab 0,38±0,04b Sintasan (%) 90,00±2,83a 94,00±2,83a 98,00±2,83

Per lakuan (g /ekor ) Par ameter

(3)

(Santosa et al., 1998) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan antara lain faktor internal meliputi: bobot, jenis kelamin, umur, kesehatan, kondisi lapar, kondisi aktif, aktivitas kelompok, dan kebutuhan oksigen. Sedangkan faktor eksternal meliputi: tekanan, suhu, salinitas, ketersediaan, dan komposisi makanan, serta kompetisi.

Pada ikan yang berukuran besar 133,45±21,79 g/ekor (perlakuan C) pakan yang diberikan dimanfaatkan untuk proses metabolisme dan pembentukan vitelogenin ikan. Ikan dewasa termasuk ikan beronang, pakan yang dimakan digunakan untuk pembentukan ovari. Selama pembentukan ovari pada ikan betina atau sperma pada ikan jantan maka, konsentrasi lemak plasma ikan meningkat. Konsentrasi lemak plasma berkaitan langsung dengan peningkatan kandungan estrogen plasma ikan betina (Sargent et al., 1989) dalam Subandiyono (1999). Estrogen yang dihasilkan oleh ovari menpengaruhi pembentukan vitelogenin dalam hati (liver) yang merupakan cikal bakal dari kuning telur (egg yolk). Vitelogenin yang diproduksi di dalam hati ikan betina tersebut pada hakekatnya adalah protein yaitu dalam bentuk lipophosphoprotein dan merupakan sumber penting juga dari lemak pada pembentukan protein kuning telur (Lawrence, 1989) dalam Subandiyono (1999).

Gambar 1. Pertumbuhan bobot (g) dan panjang (cm) ikan beronang turunan pertama (F-1) setiap 40 hari pengamatan

0 50 100 150 200 250 300 218 258 288 331 368 395 423 Pengamatan (hari) B o b o t ra ta-rat a (G) Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C 0 5 10 15 20 25 30 218 258 288 331 368 395 423 Pengamatan (hari) Pa n ja n g r at a-rat a (c m ) Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C

(4)

Laju pertumbuhan bobot harian perlakuan A yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dari laju pertumbuhan bobot harian (0,76%-1,10%/hari) ikan beronang koleksi dari alam untuk bobot awal 22,1 g/ekor selama 140 pemeliharaan (Palinggi & Lante, 2010). Demikian pula laju pertumbuhan harian pada penelitian ini lebih rendah dari laju pertumbuhan harian 1,03%/hari ikan kerapu macan dengan bobot awal 13 g dan mencapai bobot rata-rata adalah 214 g/ekor selama 196 hari (Supito et

al., 1998) dan laju pertumbuhan harian 1,22%/hari ikan yang sama untuk bobot awal 8,7 g dan

mencapai bobot rata-rata 266 g/ekor dengan masa pemeliharaan selama 180 hari (Cahyono et al., 2003). Selanjutnya Laju pertumbuhan bobot harian perlakuan B (80,00±9,60 g/ekor) pada penelitian ini relatif sama dengan laju pertumbuhan bobot harian (0,53%-0,63%/hari) ikan beronang yang dikoleksi dari alam dengan bobot awal 98,02 g selama 140 hari pemeliharaan di keramba jaring apung (Palinggi

et al., 2009). Tetapi ikan beronang perlakuan C (133,45±21,79 g/ekor) diperoleh laju pertumbuhan

bobot harian lebih rendah dari laju pertumbuhan bobot harian ikan beronang koleksi alam dengan bobot awal 152,2 g selama 120 hari pemeliharaan yaitu 0,58%-0,62%/hari (Lante & Usman, 2010). Pengamatan pertumbuhan panjang dan bobot calon induk ikan beronang F-1 selama penelitian disajikan pada Gambar 1.

Hasil pengamatan sintasan ikan beronang selama penelitian, mununjukkan bahwa sintasan ikan beronang perlakuan A lebih rendah dari Perlakuan B dan C. Sintasan tertinggi didapatkan pada perlakuan C (98,0%), disusul perlakuan B (94,0%) dan terendah perlakuan A (90,0%) disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa sintasan yang diperoleh pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05), namun dengan bobot ikan beronang (F-1) yang lebih besar memiliki ketahanan tubuh yang tinggi dari bobot ikan yang rendah. Sintasan yang diperoleh pada penelitian ini relatif sama dengan sintasan ikan beronang yaitu 93%-98% yang diberi pakan, dengan penambahan vitamin C dalam pakan (Palinggi et al., 2009). Demikian pula sintasan pada penelitian ini relatif sama dengan sintasan ikan beronang (97,8%) pada substitusi tepung bungkil kedelai dengan tepung bungkil kopra dalam pakan pembesaran (Palinggi & Lante, 2010), serta sintasan ikan beronang (93%-100%) koleksi dari alam yang dipelihara dalam keramba jarring apung menggunakan pakan buatan dengan kadar lemak berbeda, Lante & Usman (2010). Sintasan ikan yang tinggi memperlihatkan bahwa pakan yang diberikan cukup berkualitas sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ikan. Pakan yang berkualitas mengandung komposisi nutrien pakan, baik komponen makro maupun mikro harus tercukupi secara seimbang, agar ikan yang memanfaatkannya memiliki vitalitas yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan, sehingga laju pertumbuhan dan sintasan ikan menjadi tinggi. Ini menunjukkan bahwa pakan komersial yang diberikan dimanfaatkan dengan baik oleh ikan. Kualitas pakan yang digunakan memiliki kualitas yang baik yang ditunjukkan dengan tingkat nafsu makan ikan cukup tinggi, Subandiyono (1999). Pengamatan kualitas air yang meliputi suhu: 29,3°C-31,3°C, pH: 7,5-8,2, salinitas: 33,0-36,0 ppt, dan oksigen terlarut :4,6-5,8 mg/L. Kisaran pa-rameter kualitas air yang didapatkan masih pada kisaran untuk mendukung pertumbuhan ikan beronang F-1 selama penelitian.

KESIMPUL AN

Bobot ikan beronang F-1 yang rendah cenderung memperlihatkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bobot ikan (F-1) yang tinggi. Sintasan ikan beronang (F-1) pada ketiga perlakuan selama penelitian adalah relatif sama.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada teknisi nutrisi yang telah membantu kegiatan penelitian ini baik di keramba jaring apung maupun di laboratorium. Penelitian ini terselenggara dengan bantuan dana dari APBN tahun anggaran 2009.

DAFTAR ACUAN

Cahyono, I., Hamal, N., & Sudirman. 2003. Budidaya kerapu macan (Ephinepelus fustoguttatus) di tambak dengan Mujair (Chiclidae) sebagai sediaan pakan efisien. Makalah Ekspos Hasil Kajian

(5)

Duray, M., Kohno, H.,.& Pascual, F. 1994. The effect of lipid-enriched broodstock diets on spawning and on egg and larval quality of hatchery-bred rabbitfish (Siganus guttatus). The Philippine

Scien-tist, 31: 42-57.

Lante, S., Usman, & Rachmansyah. 2009. Pengaruh dosis vitamin C bentuk Chitosan Oligosaccharide

Ascorbate (COA) dalam pakan induk beronang (Siganus vermiculatus). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan Surabaya,

23-25 Juni 2009, 2: 791-797.

Lante, S. & Palinggi, N.N. 2010. Pematangan gonad dan pemijahan induk beronang (Siganus guttatus) dengan rasio jantan dan betina yang berbeda. Prosiding Forum Inovasi teknologi Akuakultur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, hlm. 205-210.

Lante, S. & Usman. 2010. Pengaruh pemberian pakan buatan dengan kadar lemak berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan beronang (Siganus guttatus). Prosiding Forum Inovasi teknologi

Akuakultur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kelautan dan Perikanan, hlm. 205-210.

Palinggi, N.N., Lante, S., & Rachmansyah. 2009. Pemberian vitamin C dalam pakan pembesaran ikan beronang, Siganus guttatus. Prosiding Forum Inovasi teknologi Akuakultur. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, hlm. 931-935.

Palinggi, N.N. & Lante, S. 2010. Substitusi tepung bungkil kedelai dengan tepung bungkil kopra dalam pakan ikan beronang, Siganus guttatus. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, hlm. 737-741

Santosa, G.W., Subandiyono, & Widianingsih. 1998. Aplikasi bioteknologi untuk ikan beronang (Siganus sp.) dalam kaitannya dengan prospek budidaya laut di Indonesia. Tahap akhir: Pemanfaatan berbagai sumber bahan pakan lokal pada pengadaan induk menggunakan baka semi terkontrol (Tahun II). Lemlit-Universitas Diponegoro, 48 hlm.

Subandiyono. 1999. Paket teknologi formulasi pakan induk ikan beronang (Siganus sp.) guna meningkatkan kualitas telur. Laporan Penelitian Hibah bersaing, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Diponegoro, 81 hlm.

Subandiyono, Kokarkin, C., & Hastuti, S. 2000. Paket teknologi formulasi pakan induk ikan beronang (Siganus sp.) guna meningkatkan kualitas telur. Tahun III. Lemlit Universitas Diponegoro, 102 hlm.

Supito, Kuntiyo, & Djunaidah, I.S. 1998. Kajian pendahuluan pembesaran kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttastus) di tambak. Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai. Puslitbangkan. Loka

Penelitian Perikanan Pantai Gondol, Bali bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency. Bali, 6-7 Agustus 1998, hlm. 149-154.

(6)

Gambar

Gambar  1. Pertumbuhan  bobot  (g)  dan  panjang  (cm)  ikan  beronang turunan  pertama  (F-1)  setiap  40  hari  pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam animasi Saiki Kusuo no Psinan telah ditemukan 15 data kemudian data dari tuturan-tuturan tokoh yang mengandung pelanggaran prinsip kerja sama dan memberikan efek

Secara parsial dapat dilihat bahwa variabel kualitas produk dan harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan kartu prabayar Telkomsel pada

Setelah paham mengenai keuangan publik, selanjutnya pada Modul 2 Anda akan kami ajak untuk membahas tentang pengertian penerimaan publik, sumber-sumber penerimaan publik

Sesuai dengan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan

Ada berbagai definisi tentang iklim organisasi yang diungkapkan oleh para ahli di antaranya suatu pernyataan yang menyatakan bahwa iklim organisasi merupakan suatu set sifat

Masyarakat diawali dengan diskusi dengan Kepala Desa dan Direktur Badan Usaha Milik Desa Jatirejo, Lendah, Kulon Progo yang membahas pentingnya dilakukan pemetaan potensi

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Duranti (1997:24) yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa bahasa adalah bagian dari budaya. Oleh karena itu, selain telaah struktur

Penelitian dengan judul “Hubungan tingkat paparan asap rokok dengan frekuensi terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada anak usia 1- 5 tahun” belum pernah dilakukan, namun