• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED

TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU

SAPI PERAH LAKTASI

THE EFFECT OF USING PROBIOTIC IN COMPLETE FEED ON QUANTITY AND QUALITY OF MILK PRODUCTION

LACTATING DAIRY COWS

Habib Ali Zamzami*, Hermawan**, Lia Budimulyati Salman **

Universitas Padjadjaran

* Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 **Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Email : bibazz24@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilaksanakan di Unit Pelayanan Teknis Dinas Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah (BPPIB-TSP) Bunikasih, Cianjur dari tanggal 23 Juni 2015 sampai dengan 1 September 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan probiotik pada complete feed terhadap konsumsi pakan, kuantitas dan kualitas produksi susu sapi perah. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dengan rancangan percobaan cross over design (rancangan beralih). Ternak percobaan yang digunakan yaitu 10 ekor sapi perah laktasi pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik pada complete feed (P1) mampu meningkatkan konsumsi bahan kering secara nyata dengan selisih rata-rata antara P0 dan P1 sebesar 0,423 kg/ekor/hari. Penambahan probiotik pada

complete feed tidak mampu meningkatkan kuantitas produksi susu secara signifikan, sedangkan

dari segi kualitas susu probiotik tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis, kadar lemak, total

solid, solid non fat, akan tetapi meningkatkan kandungan protein secara nyata dengan peningkatan

sebesar 5,56%.

Kata Kunci: complete feed, probiotik, produksi susu, sapi perah laktasi.

ABSTRACT

This research has been carried out in the Technical Services Department of Breeding and Development Center for Artificial Insemination Dairy Cattle (BPPIB-TSP) Bunikasih, Cianjur from the date of June 23rd, 2015 until September 1st, 2015. This study aims to determine the effect of the use of probiotics in complete feed for feed consumption, the quantity and quality of milk

(2)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2 production of dairy cows. Research carried out by the experimental method of experimental cross-over design design (switch design). Livestock experiments used were 10 dairy cows in first lactation. The results showed that the addition of probiotics in complete feed (P1) can improve dry matter intake significantly with the average difference between P0 and P1 of 0.423 kg / head / day. The addition of probiotics in complete feed is not able to increase significantly the quantity of milk production, in terms of the quality of probiotic milk does not significantly affect the density, fat, total solid, solid non fat, but increase the protein content significantly with an increase of 5.56%.

Keywords: complete feed, lactation dairy cattle, milk production, probiotics.

Pendahuluan

Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha yang mengembangkan usahanya dibidang ternak perah khususnya sapi perah. Saat ini produksi susu nasional Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan nasional. Banyak faktor yang menjadi penyebab dari rendahnya produksi susu nasional, salah satunya produktivitas susu dari setiap ekor sapi yang masih rendah.

Produksi susu Indonesia pada tahun 2013 adalah sebanyak 604,57 ribu ton (BPS, 2013). Produksi susu nasional tersebut sangat jauh dari angka permintaan susu segar yang sudah mencapai 3,3 juta ton per tahun. Kondisi tersebut menjadi faktor pendorong dalam upaya peningkatan produksi susu dan sekaligus memberikan peluang kepada para peternak sapi perah untuk mengembangkan usahanya.

Rendahnya produksi susu di Indonesia salah satunya disebabkan oleh masih kurangnya penggunaan teknologi pengolahan pakan. Padahal penggunaan teknologi pengolahan pakan ini sangat erat kaitannya dengan ketersediaan pakan (stok) dan kualitas pakan. Pakan yang diberikan pada sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan utama sebagai sumber serat kasar, sedangkan konsentrat diberikan sebagai pakan tambahan sumber protein. Konsentrat dan hijauan saling melengkapi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sapi.

Saat ini tidak stabilnya kualitas, kuantitas, dan harga pakan membuat peternak perlu memberikan perlakuan lebih untuk menjaga pakan tetap memiliki kualitas baik dan disukai ternak. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode pemberian pakan secara complete feed dengan campuran probiotik.

Metode pemberian dengan complete feed ini yaitu mencampurkan hijauan dan konsentrat sehingga pekerjaan peternak dalam pemberian pakan lebih efisien. Pemberian pakan dengan

(3)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3 metode complete feed memang memiliki keuntungan dalam efisiensi tenaga kerja, akan tetapi

complete feed masih memiliki kelemahan dari segi ketahanan pakan yaitu mudah rusak karena

memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Air tersebut berasal dari rumput sehingga membuat kondisi complete feed sedikit basah. Selain itu rumput yang memiliki kualitas buruk juga dapat mempengaruhi kualitas dari complete feed itu sendiri. Maka untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dari complete feed, diperlukan penambahan probiotik. Probiotik ini dapat membantu proses fermentasi bahan-bahan pakan yang ada pada complete feed.

Kualitas pakan yang baik dan kuantitas yang sesuai kebutuhan dapat meningkatkan produksi susu. Semakin tinggi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi khususnya pakan akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada peternak. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan efisiensi faktor-faktor produksi diperlukan kajian mendalam tentang pengaruh penambahan probiotik pada complete feed sapi perah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan probiotik pada

complete feed terhadap konsumsi pakan, kuantitas dan kualitas produksi susu pada sapi perah

laktasi.

Bahan dan Metode Penelitian 1. Objek Penelitian

(1) Ternak Percobaan

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries Holland pada laktasi pertama. Produksi susu 10-12 liter/ekor/hari dengan rata-rata 11,50 liter/ekor/hari pada laktasi pertama dan masa laktasi lebih dari tiga bulan, dan memiliki kisaran bobot badan 311- 461 kg dengan rata-rata 386 kg.

(2) Pakan Percobaan

Pakan dasar percobaan yang digunakan adalah hijauan (rumput gajah, Pennisetum

purpureum) (32 kg), konsentrat (5 kg), ampas tahu (6 kg), dan ampas bir (6 kg) yang biasa diberikan

di BPPIB-TSP Bunikasih (Tabel 1). Pakan perlakuan percobaan adalah pakan dasar percobaan dengan penambahan probiotik Heriyaki ke dalam pakan.

(4)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4 Tabel 1. Pasokan Nutrisi Pakan

Bahan Pakan Asfeed (Kg) Nutrisi BK PK TDN Ca P ... Kg ... Rumput Gajah 32,000 7,296 0,634 3,860 0,038 0,023 Konsentrat 5,000 4,385 0,629 3,356 0,036 0,029 Ampas Bir 6,000 1,447 0,531 0,862 0,002 0,000 Ampas Tahu 6,000 0,906 0,216 0,682 0,003 0,004 Complete Feed 49,000 14,034 2,010 8,759 0,079 0,057 Kualitas Complete Feed (%) 100,000 14,325 62,412 0,566 0,404 Molases 0,150 0,116 0,006 0,111 0,001 0,000 Complete Feed + 46,700 14,149 2,017 8,870 0,081 0,057 Kualitas Complete Feed + (%) 100,000 14,253 62,691 0,570 0,401

keterangan : (+) = penambahan probiotik (3) Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, Alat tulis dan alat hitung, mesin pencacah rumput (chopper) untuk mencacah rumput, timbangan digital dengan kapasitas 50 kg dengan ketelitian 1 gram untuk menimbang berat pakan yang diberikan dan sisa pakan, timbangan duduk dengan kapasitas 20 kg untuk menimbang berat susu, lactoscan untuk menguji kualitas susu.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental dengan rancangan percobaan cross over design (rancangan beralih). Ternak percobaan yang digunakan 10 ekor, dicatat berdasarkan nomor (eartag), dan diberi tanda dengan nomor 1-10. Perlakuan yang diberikan terdiri dari pemberian pakan complete feed tanpa probiotik (P0), dan pemberian complete feed + probiotik (P1). Pelaksanaan penelitian :

(1) Periode adaptasi, pada periode ini dilakukan selama 7 hari, sapi diadaptasikan dengan

complete feed sesuai perlakuan (P0 & P1).

(2) Periode 1, dimulainya pengambilan data periode 1 selama 4 minggu.

(3) Periode peralihan, pada saat periode ini perlakuan dialihkan (cross) dan didaptasikan sesuai perlakuan (P0 & P1) selama 1 minggu.

(5)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5 (4) Periode 2, dimulainya pengambilan data periode 2 selama 4 minggu.

3. Peubah yang Diamati

(1) Konsumsi BK, Perhitungan konsumsi BK dilakukan setiap hari pada periode 1 dan periode 2. (2) Produksi susu, Perhitungan kuantitas produksi susu dilakukan setiap hari pada periode 1 dan

periode 2.

(3) Kualitas susu, Perhitungan dan pengukuran kualitas susu dilakukan 2 kali di periode 1 dan 2 kali di periode 2. Waktu perhitungan dan pengukuran di tengah-tengah periode atau setiap 2 minggu sekali.

4. Analisis Statik

Pengaruh perlakuan diketahui dengan analisis statistik menggunakan rancangan percobaan

cross over design (rancangan beralih) dengan rumus :

Yijk = 𝜇 + 𝛼𝑖+ 𝛽𝑗+ 𝑇𝑘+∈𝑖𝑗𝑘

Keterangan :

𝑌𝑖𝑗𝑘 = Nilai pengamatan dari perlakuan ke – k dalam baris ke –i dan kolom ke-j

µ = Nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya) 𝛼𝑖 = Pengaruh aditif dari baris ke – I (I=1,2)

𝛽𝑗 = Pengaruh aditif dari kolom ke-j (j : 1,2,...,10)

𝑇𝑘 = Pengaruh aditif dari kolom ke-k (k:1,2)

∈𝑖𝑗𝑘 = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke–k pada baris ke-i dan kolom ke-j

dan untuk mengetahui rata-rata perlakuan mulai berpengaruh secara signifikan atau tidak digunakan analisis keragaman.

Hasil dan Pembahasan

1. Tampilan Konsumsi Pakan

Konsumsi bahan kering merupakan satuan yang penting diketahui, dan digunakan dalam menentukan kebutuhan ternak akan zat-zat makanan untuk kehidupan pokok dan produksinya. Data konsumsi bahan kering rata-rata per perlakuan pada ternak selama penelitian dapat dilihat dalam Tabel 2.

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan kering rata-rata dari perlakuan tanpa penambahan probiotik adalah sebesar 9,681±1,048 kg/ekor/hari.

(6)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6 Sedangkan konsumsi rata-rata dari perlakuan dengan penambahan probiotik adalah sebesar 10,117±1,095 kg/ekor/hari. Data tersebut menunjukan adanya peningkatan konsumsi bahan kering sebesar 0,436 kg/ekor/hari atau 4,5%. Peningkatan tersebut membuat konsumsi protein kasar meningkat sebesar 0,06 kg dan TDN sebesar 0,27 kg. Jika peningkatan konsumsi TDN ini dikonversikan kedalam produksi susu 4% FCM maka akan menghasilkan susu sebanyak 0,84 kg.

Tabel 2. Pengaruh Penambahan Probiotik Terhadap Konsumsi Bahan Kering Ransum (Kg/Hari)

No No. Tag Konsumsi BK (kg/hari)

CF CF + Probiotik 1 111125 10,091 10,813 2 504 7,966 8,586 3 694 10,996 11,623 4 880 11,090 11,688 5 501 9,142 10,067 6 508 9,790 9,933 7 503 8,450 8,748 8 1117 10,399 10,516 9 842 10,368 10,554 10 751 8,518 8,644 rata-rata 9,681±1,048 10,117±1,095**

Keterangan : CF = Complete Feed

** = Berbeda sangat nyata (P<0,01) ± = Simpangan Baku

Peningkatan konsumsi bahan kering tersebut diduga karena peran probiotik dalam peningkatan mikroba pada rumen. Mikroba rumen berperan dalam proses fermentasi zat makanan sehingga dengan semakin banyaknya mikroba dalam rumen, maka proses pencernaan makananpun semakin cepat dan hal tersebut berdampak terhadap konsumsi pakan yang semakin meningkat. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ducluzeau dkk. (1991) bahwa probiotik berperan untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen dan aktivitas fermentasi pada rumen. Konsumsi bahan kering yang meningkat membuat nutrisi yang masuk kedalam tubuh juga akan meningkat. Harapannya dengan semakin banyaknya nutrisi yang masuk maka akan meningkatkan performa dari sapi perah tersebut.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa probiotik berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi bahan kering.

(7)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7 2. Tampilan Produksi Susu

Makin (2011) menyatakan bahwa produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik meliputi bangsa dan keturunan, sedangkan faktor lingkungan diantaranya pakan. Kualitas, bentuk, dan kuantitas pakan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi susu (Eckles dkk, 1979). Berdasarkan pengaruh penambahan probiotik yang meningkatkan konsumsi pakan, maka diharapkan akan meningkatkan produksi susu.

2.1. Pengaruh Perlakuan Penggunaan Probiotik Terhadap Jumlah Produksi Susu

Data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan probiotik terhadap jumlah produksi susu disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Penambahan Probiotik Terhadap Jumlah Produksi Susu

No No. Tag Produksi Susu (kg/hari)

CF CF + Probiotik 1 111125 10,406 9,378 2 504 10,423 11,388 3 694 10,814 9,392 4 880 9,244 10,310 5 501 10,101 10,987 6 508 10,104 11,156 7 503 9,306 10,526 8 1117 12,755 11,355 9 842 11,312 10,574 10 751 11,383 10,308 rata-rata 10,5848±0,9887 10,5374±0,6563

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi susu rata-rata dari perlakuan dengan penambahan probiotik (P1) mengalami penurunan produksi sebesar 0,048 kg atau 0,45% dari 10,5848±0,9887 kg menjadi 10,5374±0,6563. Hal ini menunjukan bahwa probiotik tidak meningkatkan produksi susu pada sapi perah. Penurunan produksi tersebut diduga disebabkan oleh penyerapan zat makanan yang dicerna tidak digunakan untuk produksi susu, akan tetapi digunakan untuk meningkatkan bobot badan. Samadi (2007), menjelaskan bahwa probiotik pada ternak ruminansia akan meningkatkan pertambahan bobot badan dan efisiensi konsumsi pakan.

(8)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8 Bath (1978) menyatakan bahwa produksi susu akan meningkat dengan cepat pada minggu ke-3 sampai minggu ke-6, dan akan menurun secara perlahan sampai produksi terendah pada bulan ke-10. Untuk mengetahui lebih jelas alur kuantitas produksi susu selama penelitian, maka disajikan dalam ilustrasi 1.

Ilustrasi 1. Tampilan Produksi Susu Selama 4 Minggu

Hasil Ilustrasi 1 menunjukkan bahwa produksi susu perlakuan dengan menggunakan probiotik pada minggu pertama mengalami penurunan. Sedangkan pada minggu kedua sampai minggu keempat produksi susu relatif lebih stabil dan jumlah total produksi tidak menunjukan perbedaan yang terlalu jauh.

Berdasarkan analisis data dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penggunaan probiotik pada complete feed tidak berpengaruh terhadap produksi susu atau memperlihatkan respon yang sama dengan perlakuan tanpa memberikan probiotik.

2.2. Tampilan Kualitas Susu

Apandi dan Chairunnisa (1975) mengemukakan bahwa penilaian susunan susu meliputi penilaian kadar lemak, kadar protein, bahan kering tanpa lemak (SNF), mineral, vitamin, dan angka refraksi serum pada suhu 27,5°C.

9.000 9.500 10.000 10.500 11.000 11.500 12.000 0 1 2 3 4 P ro d u k si su su (Kg /Ek o r) Waktu (Minggu)

Produksi Susu

CF CF+Probiotik

(9)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9 2.2.1. Pengaruh Perlakuan Penggunaan Probiotik Terhadap Berat Jenis Susu

Berat jenis susu merupakan perbandingan antara berat bahan (susu) dengan berat air murni pada suhu yang sama (Ressang dan Nasution, 1963). Data rata-rata berat jenis susu selama penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Penambahan Probiotik Terhadap Berat Jenis Susu (g/ml)

No No. Tag Berat Jenis Susu (g/ml)

CF CF + Probiotik 1 111125 1,028 1,028 2 504 1,028 1,028 3 694 1,029 1,028 4 880 1,027 1,026 5 501 1,027 1,027 6 508 1,028 1,027 7 503 1,027 1,027 8 1117 1,027 1,027 9 842 1,026 1,027 10 751 1,028 1,029 rata-rata 1.0275±0,0007 1.0275±0,0008

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa berat jenis susu rata-rata dari perlakuan tanpa menggunakan probiotik dan menggunakan probiotik hasilnya sama. Dengan demikian dapat diartikan bahwa penambahan probiotik pada pakan tidak berpengaruh terhadap berat jenis susu. Berat jenis susu rata-rata dari kedua perlakuan adalah 1,028±0,000. Angka tersebut telah memenuhi standar yang dari SNI, Codex, dan Dirjen sehingga berat jenis susu dikatakan baik.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan probiotik tidak berpengaruh terhadap berat jenis susu atau menunjukkan respon yang sama dengan perlakuan tanpa penambahan probiotik.

2.2.2. Pengaruh Perlakuan Penambahan Probiotik Terhadap Kadar Lemak Susu

Lemak pada susu sangat mempengaruhi kualitas susu, terkadang sering dijadikan sebagai penentu harga susu. Data rata-rata kadar lemak selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

(10)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kadar lemak susu rata-rata dari perlakuan dengan probiotik mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,06 atau 1,39%. Perbedaan yang timbul masih relatif sedikit maka diperlukan analisis keragaman sehingga dapat diketahui sejauh mana pengaruh antar perlakuan.

Tabel 5. Pengaruh Penambahan Probiotik Terhadap Kadar Lemak Susu (%)

No No. Tag Kadar Lemak Susu (%)

CF CF + Probiotik 1 111125 3,285 3,145 2 504 3,405 3,455 3 694 3,735 4,105 4 880 4,685 4,505 5 501 4,870 4,670 6 508 4,855 4,875 7 503 4,790 4,715 8 1117 3,775 4,020 9 842 5,360 5,680 10 751 4,440 4,630 rata-rata 4,3200±0,6772 4,3800±0,6925

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan probiotik tidak berpengaruh terhadap kadar lemak susu atau menunjukan respon yang sama dengan perlakuan tanpa penambahan probiotik. 2.2.3. Pengaruh Perlakuan Penggunaan Probiotik Terhadap Kadar Protein Susu

Data dari Tabel 6 menunjukan bahwa kandungan protein diatas 2,7% artinya diatas standar yang diterapkan oleh SNI. Rata-rata perlakuan complete feed tanpa penambahan probiotik adalah sebesar 2,712±0,223. Sedangakan kandungan rata-rata protein susu perlakuan dengan penambahan probiotik (P1) menunjukan angka yang lebih besar yaitu 2,863±0,166.

Terjadi peningkatan kadar protein dalam susu sebesar 0,15 atau 5,56%. Peningkatan tersebut diduga karena adanya peningkatan kandungan protein pada pakan yang dapat dicerna karena disebabkan oleh probiotik. Probiotik mampu memfermentasi pakan sehingga lebih mudah dicerna oleh ternak.

(11)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 11 Tabel 6. Pengaruh Penambahan Probiotik Terhadap Kadar Protein Susu (%)

Hasil dari analisis keragaman dapat diketahui bahwa perlakuan terhadap protein susu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01).

2.2.4. Pengaruh Perlakuan Penambahan Probiotik Terhadap Kadar Total Solid Susu

Data penelitian rata-rata kandungan Total Solid susu disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa total solid susu rata-rata dari perlakuan dengan probiotik mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,026 atau lebih tinggi 0,21% dibandingkan dengan tanpa penambahan probiotik.

Tabel 7. Pengaruh Penambahan Probiotik Terhadap Total Solid Susu (%)

No No. Tag Kandugan Total Solid (%)

CF CF + Probiotik 1 111125 11,180 10,765 2 504 11,225 11,195 3 694 11,900 11,935 4 880 12,180 11,970 5 501 12,585 12,460 6 508 12,550 12,410 7 503 12,540 12,680 8 1117 11,525 11,850 9 842 13,420 13,990 10 751 12,465 12,575 rata-rata 12,1570±0,6370 12,1830±0,7977

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan terhadap total solid susu tidak berbeda nyata.

No No. Tag Kadar Protein Susu (%)

CF CF + Probiotik 1 111125 2,715 3,015 2 504 2,715 2,655 3 694 2,810 2,950 4 880 2,200 2,555 5 501 2,480 2,710 6 508 2,585 2,900 7 503 2,830 2,930 8 1117 2,885 3,040 9 842 2,955 2,800 10 751 2,945 3,070 rata-rata 2,7120±0,2234 2,8625±0,1661**

(12)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 12 4.2.2.5. Pengaruh Perlakuan Penambahan Probiotik Terhadap Solid non Fat Susu

Kualitas susu ditentukan oleh kandungan solid non fat atau kandungan bahan kering tanpa lemak (Casttle, 1984). Data rata-rata nilai SNF selama penelitian disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa kadar solid non fat (SNF) rata-rata dari perlakuan tanpa penambahan probiotik adalah sebesar 7,837±0,182 dan perlakuan dengan penambahan probiotik adalah sebesar 7,803±0,219. Angka tersebut menunjukan bahwa kandungan SNF dari kedua perlakuan dibawah SNI yaitu kandungan SNF sebesar 8%. Terjadi penurunan dari perlakuan (P0) terhadap perlakuan (P1) sebesar 0,034 atau 0,43%. Penurunan dianggap wajar karena kandungan SNF berbanding terbalik dengan kandungan lemak susu. Semakin besar lemak susu yang terkandung dalam susu maka semakin kecil kandungan SNF susunya.

Tabel 8. Pengaruh Penambahan Probiotik Terhadap Solid non Fat susu (%)

No No. Tag Kandungan Solid non Fat (%)

CF CF + Probiotik 1 111125 7,895 7,620 2 504 7,820 7,740 3 694 8,165 7,830 4 880 7,495 7,465 5 501 7,715 7,790 6 508 7,695 7,535 7 503 7,750 7,965 8 1117 7,750 7,830 9 842 8,060 8,310 10 751 8,025 7,945 rata-rata 7,8370±0,1818 7,8030±0,2192

Hasil dari analisis keragaman diketahui bahwa perlakuan terhadap solid non fat (SNF) susu menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh penambahan probiotik pada

complete feed terhadap kuantitas dan kualitas produksi susu, dapat diambil kesimpulan,

(13)

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 13 4,5%. Penambahan probiotik pada complete feed tidak memberikan pengaruh terhadap produksi susu, sedangkan terhadap kualitas susu tidak memberikan pengaruh pada berat jenis, kadar lemak,

total solid, solid non fat, akan tetapi berpengaruh terhadap peningkatan kandungan protein dengan

peningkatan sebesar 5,56%. Saran

Pemberian pakan probiotik heriyaki perlu diterapkan ketika konsumsi pakan sapi perah sedang menurun. Penggunaan probiotik heriyaki akan lebih optimal jika pakan difermentasi terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak, hal ini dikaitkan dengan aktivitas perombakan bahan pakan oleh mikroba. Disarankan tujuan pemberian probiotik heriyaki lebih untuk penggemukan, daripada peningkatan produksi susu.

Ucapan Terimakasih

Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan terimakasih kepada Tim Pembimbing dan Unit Pelayanan Teknis Dinas Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah (BPPIB-TSP) Bunikasih, Cianjur.

Daftar Pustaka

Apandi, R. M. dan H. Chairunnisa. 1975. Susu dan Produksi Susu. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Bath, D. L., F. N. Dickinson, H. A. Tucker, R. D. Applemen. 1978. Dairy Cattle Principles,

Problems and Profits, 2nd Ed. Lea Febiger, Philadelphia.

BPS. 2013. Statistik Produksi Perusahaan Susu 2013. Diakses pada tanggal 23 April 2015.

http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1498.

Casttle, M. E. and P. Watkins. 1984. Modern Milk Production. Faber & Faber Ltd. London. Ducluzeau, A. Gouet, and P. E. V. Williams. 1989. Probiotics in Ruminans. In Rumen Microbial

Metabolism and Ruminant Digestion. Institut Natioanl de La Recherche Agronomique Paris.

Eckles, C. H., W. B. Combs and M. Harold. 1979. Milk and Milk Production. Tata Mc Graw-Hill Publishing Company Ltd. Bombay-New Delhi.

Makin, M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Reesang, A. A. dan A. M. Nasution. 1982. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu. Edisi ke-2. Fakultas Kedokteran Veteriner. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Samadi. 2007. Proboitik Pengganti Anti Biotik dalam Pakan Ternak. Fakultas Pertanian Prodi Peternakan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Gambar

Ilustrasi 1. Tampilan Produksi Susu Selama 4 Minggu

Referensi

Dokumen terkait

Karena kejadian ini, maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir 2013 pun ditutup lebih rendah dibanding akhir tahun 2012 pada posisi

Oleh itu Program Pembangunan Sumber Manusia mesti dijalankan dari masa ke semasa atau mengikut keperluan untuk memastikan matlamat organisasi

Prosedur pengolahan nilai dibagi menjadi lima, yang pertama prosedur penginputan data siswa, orang Tua atau Wali murid datang ke SMP Islam Al-Falah Bekasi lalu

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Foreign Direct Investment yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel Foreign Direct Investment

Di ambil data dengan quesioner pada 118 orang mahasiswa dan mahasiswi, untuk mengetahui kebiasaan di sekitar miksi, dan dilakukan penghitungan denyut

Minyak mentah berat, yang lebih kental dari minyak mentah biasa, dan pasir aspal yang merupakan campuran bitumen dengan pasir dan tanah liat, menjadi sumber bahan bakar fosil yang

Kualifikasi pendidikan sesuai dengan formasi yang telah ditetapkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 214 Tahun 2013 tanggal 21 Agustus 2013 tentang Formasi

a) Harapan dari s takeholders wisatawan yaitu, perlu dilakukan upaya peningkatan sarana prasarana dan fasilitas pendukung pariwisata di kawasan wisata Telaga Ngebel agar