• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Data Penduduk Miskin di Kota Jayapura Thn 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Data Penduduk Miskin di Kota Jayapura Thn 2014"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Peluang memperoleh kesejahteraan adalah hak semua orang. Konstitusi telah mengamanatkan bahwa menciptakan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan penting pembangunan. Itu sebabnya dalam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah berupaya memberikan fokus perhatian dan prioritas pada upaya perbaikan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah menyadari bahwa untuk menyusun strategi dan program Penanggulangan Kemiskinan data dan informasi tentang realitas kemiskinan baik untuk target kewilayahan maupun target sasaran (kelompok masyarakat secara langsung).

Selama ini data kemiskinan yang tersedia masih bersifat makro (jumlah penduduk miskin dalam Agresiasi Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota). Data jenis ini penting bagi penyusunan strategi pembagunan, dalam upaya penanggulanan kemiskinan, dengan pendekatan kewilayahan (geografis).Untuk target sasaran secara langsung, tentu diperlukan data yang lebih mikro yaitu tentang nama dan alamat rumah tangga miskin. Atas dasar inilah, Pendataan Rumahtangga Miskin menjadi kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan.

Para peneliti kemiskinan telah memiliki konsensus bahwa permasalahan kemiskinan adalah permasalahan yang multidimensional. Sebagai contoh, penjelasan mengenai kemiskinan pada Copenhagen Programme of Action of the World Summit for Social Development tahun 1995 yang menyebutkan bahwa kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnyapendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan morbiditas dan peningkaan kematian akibat penyakit; tunawisma dan perumahan yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; dan diskriminasi sosial dan pengucilan.

(2)

Dalam rangka mengimplementasikan berbagai program penanggulangan kemiskinan, informasi mengenai siapa yang miskin dan dimana mereka berada menjadi sangat penting dan akan menjadi modal dasar dalam targeting rumah tangga miskin. Dengan kata lain, agarprogram penanggulangan kemiskinan berhasil dan tepat sasaran, maka ketersediaan data kemiskinan yang terpercaya merupakan suatu keharusan. Di Indonesia sendiri, sumber datamengenai kemiskinan telah tersedia di berbagai sumber.

Salah satu program pemerintah Kota Jayapura untuk menanggulangi kemiskinan adalah memetakan penduduk miskin di wilayahnya.Sebagai ibu kota Provinsi Papua, Kota Jayapura, terus mengalami perkembangan yang cukup pesat. Namun, berbarengan dengan itu, jumlah penduduk miskinnya pun ikut meningkat. Sebagai salah satu bentuk kebijakan mengatasi masalah ini, pemerintah Kota Jayapura akan melakukan pemetaan untuk mengetahui keberadaan penduduk miskin di Kota Jayapura. Program penanganan kemiskinan merupakan program nasional yang harus dijalankan setiap kepala daerah di wilayah masing-masing, karena melihat kenyataan yang ada, program penanganan kemiskinan sepertinya tak berjalan dengan baik.

Pemetaan penduduk miskin dianggap sebagai salah satu langkah konkret pemerintah Kota Jayapura untuk menemukenali penduduk mana saja yang tergolong miskin. Dengan pendataan penduduk miskin maka akan diketahui di mana domisili warga miskin di wilayah Kota Jayapura dan penyebab kemiskinan mereka, bisa diketahui dengan tepat, jika ada petanya. Hanya dengan itu, jumlah warga miskin itu bisa ditekan, dengan dipetakan, ada dasar bagi pemerintah kota untuk mengambil kebijakan.Dalam pemetaan penduduk miskin harus diketahui indikator apa yang akan kita pakai untuk mengukur kategori orang miskin di kota Jayapura dan kevalidan data terkait jumlah orang miskin sangat dibutuhkan, karena akan digunakan pada program sosial pemerintah, jika tak valid bisa menyebabkan bantuan pemerintah tidak tepat sasaran.

(3)

sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematian penduduk usia lanjut sangat tinggi.

Jumlah penduduk miskin di Kota Jayapura saat ini diperkirakan lebih dari 25.000 jiwa. Menurut Wakil Wali Kota Jayapura, DR. H. Nur Alam, SE, M.Si (Cepos, Mei 2014), jumlah pendudukan miskin tersebut tersebar mereta di lima distrik yang ada di Kota Jayapura. Jumlah penduduk miskin di Kota Jayapura kurang lebih 25 ribu jiwa atau 10 persen dari total penduduk di Kota Jayapura. Ini tugas pemerintah untuk bagaimana mengurangi penduduk miskin itu melalui berbagai kebijakan pembangunan.

Dengan melakukan pemetaan penduduk miskin maka dapat diketahui juga lokasi penyebaran penduduk miskin dan mengetahui penyebab dari kemiskinan karena secara relative ada kemiskinan structural, kemiskinan absolute dan kemiskinan cultural. Dari data yang ada pemerintah bisa membuat kebijakan yang tepat sasaran untuk mengeluarkan rakyatnya dari jurang kemiskinan.

1.2. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan pemetaan penduduk miskin di Kota Jayapura ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mentabulasi tingkatan penduduk miskin (nama dan alamat): a. Orang Asli Port Numbay di Kota Jayapura

b. Non Asli Port Numbay (Papua) di Kota Jayapura c. Pendatang yang ada di Kota Jayapura

2. Untuk mengetahui dan mentabulasi lokasi penyebaran penduduk miskin di Kota Jayapura tahun 2014

3. Untuk mengetahui dan menganalisis penyebab kemiskinan bagi penduduk di Kota Jayapura tahun 2014

4. Untuk mengetahui dan menganalisis indikator dan kategori tingkat kemiskinan di Kota Jayapura tahun 2014

1.3. SASARAN

Diharapkan tersedianya informasi atau dokumen perencanaan mengenai jumlah penduduk miskin beserta penyebarannya di 5 Distrik 24 Kelurahan dan 14 Kampung di Kota Jayapura sesuai dengan indikator yang digunakan.

1.4 RUANG LINGKUP

(4)
(5)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. KONSEP DAN INDIKATOR KEMISKINAN

2.1.1. Konsep Kemiskinan

Konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. BAPPENAS (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik. Untuk mewujudkan hak-hak dasar seseorang atau sekelompok orang miskin Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan objective and subjective.

Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat- alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara rigid standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya.

Pendekatan kemampuan dasar menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam pengambilan keputusan.

(6)

bahwa kemiskinan tidak bisa didefinisikan dengan sangat sederhana, karena tidak hanya berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan material, tetapi juga sangat berkaitan dengan dimensi kehidupan manusia yang lain. Karenanya, kemiskinan hanya dapat ditanggulangi apabila dimensi-dimensi lain itu diperhitungkan.

Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah: (1) kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; (2) terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; (3) kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor; (4) adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung; (5) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern); (6) rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat; (7) budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya; (8) tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance); (9) pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.

2.1.2. Indikator Kemiskinan

Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias kota, perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan.

Indikator-indikator tersebut dipertegas dengan rumusan yang konkrit yang dibuat oleh BAPPENAS yaitu ; terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu. Sekitar 20 persen penduduk dengan tingkat pendapatan terendah hanya mengkonsumsi 1.571 kkal per hari. Kekurangan asupan kalori, yaitu kurang dari 2.100 kkal per hari, masih dialami oleh 60 persen penduduk berpenghasilan terendah.

Dari uraian diatas, Indikator-indikator yang digunakan ada sebanyak 24 variabel, yaitu:

1) Luas lantai rumah; 2) Jenis atap rumah 3) Jenis lantai rumah; 4) Jenis dinding rumah;

5) Fasilitas tempat buang air besar;

(7)

7) Penerangan yang digunakan; 8) Bahan bakar yang digunakan; 9) Frekuensi makan dalam sehari;

10) Kebiasaan mengkonsumsi daging/ayam/ikan dan variasinya; 11) Kebiasaan mengkonsumsi nasi/sagu/umbi-umbian;

12) Kemampuan menyekolahkan anak (membeli seragam sekolah, buku tulis, buku cetak dan membayar uang sekolah);

13) Kemampuan membeli pakaian;

14) Kebiasaan memakai pakaian saat di rumah dan berpergian; 15) Frekuensi Sakit;

16) Kemudahan mendapatkan layanan dan jaminan kesehatan; 17) Kemampuan berobat ke puskesmas/poliklinik;

18) Kepemilikan dan kualitas jamban;

19) Partisipasi dalam kegiatan sosial, pengambilan keputusan dalam pembangunan dan kegiatan politik;

20) Keamanan terhadap lingkungan alam sekitar dan tindakan kriminalitas; 21) Lapangan pekerjaan kepala rumah tangga;

22) Pendidikan kepala rumah tangga; dan 23) Kepemilikan aset dan modal usaha;

24) Luas Lahan Produksi (sedang berproduksi)

Metode yang digunakan untuk menentukan kategori rumah tangga miskin adalah dengan menggunakan sistem skoring, yaitu setiap variabel diberi skor yang diberi bobot dan bobotnya didasarkan pada besarnya pengaruh dari setiap variabel terhadap kemiskinan. Jumlah variabel dan besarnya bobot berbeda di setiap kabupaten. Dari bobot masing-masing variabel terpilih untuk setiap kabupaten/kota selanjutnya dihitung indeks skor rumah tangga miskin Selanjutnya indeks diurutkan dari terbesar sampai terkecil, semakin tinggi nilainya, maka semakin miskin rumah tangga tersebut (BPS, 2011).

2.2. KRITERIA KEMISKINAN MENURUT

2.2.1. Kriteria Rumah Tangga Sangat Miskin

Beberapa kriteria umum RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin), yaitu:

1) Sebagian besar pengeluarannya digunakan untuk memenuhi konsumsi makanan pokok yang sangat sederhana,

(8)

3) Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap anggota rumah tangga,

4) Biasanya tidak/hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan SLTP.

Dari sisi kondisi fisik serta fasilitas tempat tinggal RTSM biasanya tinggal pada rumah yang:

1) Dinding rumahnya terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan kondisi tidak

baik/kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah usang/berlumut atau tembok tidak diplester,

2) Sebagian besar lantai terbuat dari tanah atau kayu/semen/keramik dengan kondisi tidak baik/kualitas rendah,

3) Atap terbuat dari ijuk/rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi tidak baik/ kualitas rendah,

4) Penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau listrik tanpa meteran, 5) Luas lantai rumah kecil (biasanya kurang dari 8 m2/orang),

6) Sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tak terlindung/air sungai/air hujan/lainnya.

2.2.2. Kriteria Keluarga Miskin

Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator berikut: 1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih;

2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian;

3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai, dinding yang baik; 4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan;

5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi; 6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

2.3. PENYEBAB KEMISKINAN

(9)

kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini

menurut Kartasasmita (1996) disebut sebagai “Persisten Poverty” yaitu kemiskinan yang

telah kronis atau turun temurun.

Daerah seperti ini pada umumnya merupakan daerah yang kritis sumberdaya alamnya atau daerah yang terisolir. Kemiskinan kultural merupakan suatu kondisi kemiskinan yang terjadi karena kultur, budaya atau adapt istiadat yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum. Penyebab kemiskinan ini karena faktor budaya seperti malas, tidak disiplin, boros dan lain-lainnya.

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan bermacammacam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula, sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang.

Adapun faktor yang menjadi penyebab kemiskinan masyarakat menurut Sutyastie Remi dan P. Tjiptoherijanto (2002) adalah pendapatan yang rendah. Jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan lain, dan tingkat pendidikan merupakan karakteristik dari keluarga miskin yang berhubungan dengan kemiskinan masyarakat.

Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah: 1) Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal;

2) Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; 3) Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor;

4) Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung;

5) Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern);

(10)

7) Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya;

8) Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance);

9) Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.

Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias kota, perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan 2.4. Metodologi Penelitian

2.4.1. JENIS DAN SUMBER DATA

[1] Data Primer

Data primer dalam kajian ini adalah data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang langsung diisi oleh masyarakat yang berada di Kota Jayapura yang tersesebar di 5 Distrik, pada 25 Kelurahan dan 14 Kampung

[2] Data Sekunder

Dalam sekunder diperoleh dari 5 kantor distrik, kantor Pos dan Giro, kantor BPS Kota Jayapura, jenis data adalah adalah mengenai profil Kota Jayapura, data rumah tangga miskin, data yang mendapatkan raskin,data yang memperoleh BLT (Bantuan Tunai Langsung).

2.4.2. Kriteria Pendataan Keluarga Miskin

Kriteria pendataan keluarga miskin untuk menentukan keluarga miskin, dibuat melalui pendekatan terlebih dahulu, adapun indicator yang menjadi pertimbangan dan pendekatan dalam penentuan keluarga miskin di Kota Jayapura adalah sebagai berikut: Kepemilikan Aset

No Indikator Jawaban Responden

Sangat Miskin Miskin

1 Kondisi Fisik Rumah

1.1 Luas Lantai ≤ 8 Meter² > 8 Meter²

1.2 Jenis Lantai Tanah/Nibun Papan/Semen Kasar

1.3 Kondisi Lantai Rusak/Tidak Layak Cukup Baik

1.4 Jenis Dinding Rumah Rumput/Bambu/Gabah Kayu

1.5 Kondisi Dinding Rumah Rusak/Tidak Layak Cukup Baik

1.6 Jenis Atap Dedauan Seng/Asbes

1.7 Kondisi Atap Rusak/Tidak Layak Cukup Baik

1.8 Jenis Penerangan Non Listrik Listrik Tanpa Meneteran

2 Kepemilikan Lahan Produktif

2.1 Status Lahan Sewa/Numpang Milik sendiri

2.2 Jenis Lahan Tidak Produktif Produktif

3 Penggunaan Bahan Bakar

(11)

Pendidikan

No Indikator Jawaban Responden

Sangat Miskin √ Miskin √

1 Kemampuan Menyekolahkan Anak

1.1 Anak Usia 7-15 Tahun yang Tidak Sekolah Ada Tidak Ada

No Indikator Jawaban Responden

Sangat Miskin Miskin

1 Konsumsi

1.1 Frekuensi Makan 1 Kali/Hari 2 Kali/Hari

1.2 Frekuensi Menkonsumsi Daging/Ikan 1 Kali/Minggu 2 Kali/Minggu

1.3 Frekuensi Menkonsumsi

Nasi/Sagu/Umbi-Umbian 1 Kali/Hari 2 Kali/Hari

2.2 Memiliki Pakaian yang Berbeda Saat di

Rumah dan Berpergian Tidak Memiliki Memiliki

3 Kemampuan Berobat

3.1 Jenis Penyakit yang Sering Diderita Gizi Buruk/Penyakit

Kulit/Ispa/Malaria

Gizi Buruk/Penyakit

Kulit/Ispa/Malaria

3.2 Frekuensi Sakit > 5 Kali/Tahun ≤ 5 Kali/Tahun

3.3 Tempat Berobat Non Medis Medis

3.4 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan

Program KB Sulit Mudah

No Indikator Jawaban Responden

Sangat Miskin Miskin

1 Sosial

1.1 Partisipasi Dalam Kegiatan Sosial Tidak Pernah Pernah

1.2 Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan Pembangunan Tidak Pernah Pernah

1.3 Partisipasi Dalam Kegiatan Politik

(Pemilu,Partai Politik) Tidak Pernah Pernah

1.4 Rasa Aman Terhadap Lingkungan Alam Tidak Aman Aman

1.5 Rasa Aman Terhadap Kriminalitas Tidak Aman Aman

2 Ekonomi

(12)

2.2 Kepemilikan Modal Usaha Tidak memiliki Memiliki Sedikit Modal

2.3 Jumlah Pendapatan ≤Rp.480.000/Bulan > Rp.480.000/Bulan

2.4 Menerima Bantuan Raskin Tidak Pernah Pernah

2.5 Menerima Bantuan PNPM Mandiri Tidak Pernah Pernah

2.4.3. Tahap Pendataan Rumah Tangga Miskin

Petugas mendatangi Ketua RT dan meminta data rumahtangga miskin

Petugas dan Ketua RT melakukan pengkajian data pd 8 kriteri kemiskinan Tahap I

Proses penjaringan rumahtangga miskin

Petugas menambahkan data rumahtangga miskin dari sumber lain misal BKKBN

Verifikasi atas kebenaran data yang diperoleh

MEKANISME mampu, yg semula dinyatakan miskin Tahap 2

Verifikasi lapangan dan penyerapan aspirasi masyarakat

Menambahkan

rumahtangga miskin yg ditemukan yg belum disebutkan pak RT Wawancara langsung dari rumah ke rumah

Tahap 3

Pencacahan dari rumah kerumah

Wawancara langsung dalam pengawasan dari tim kajian

Pengambilan Gambar (foto) rumah tangga yang masuk kategori miskin

Gambar 2.1.

(13)

2.4.4.

Populasi Pendataan

Dalam pelaksanaan pendataan penduduk miskin di Kota Jayapura tahun 2014 ini, akan dilaksanakan di 24 Kelurahan dan 14 Kampung yang ada di Kota Jayapura. Adapun Kelurahan dan Kampung yang akan dilakukan pemetaan adalah sebagai berikut:

No Distrik Nama Kampung/ Kelurahan Status Pemerintahan

1. Abepura

2. Jayapura Selatan

Entrop

(14)

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. GEOGRAFIS, ADMINISTRATIF DAN KONDISI FISIK

3.1.1. Kondisi Geografis

Kota Jayapura yang terletak di timur Indonesia merupakan pusat permukiman terpadat di Provinsi Papua. Dengan luas wilayah hanya 940 km2, kota ini harus menampung penduduk 256,705 jiwa dengan tingkat pertumbuhan per tahun mencapai 4,41% per tahun. Sekitar 94,5% penduduk Kota Jayapura terpusat di bagian barat kota yang hanya mencakup 33,33% dari luas wilayah. Kota Jayapura terletak di bagian utara

Provinsi Papua pada 1°28’17,26”-3°58’0,82” Lintang Selatan dan 137°34’10,6“–

141°0’8,22” Bujur Timur. Secara Geografis, Kota Jayapura terdiri dari 5 (lima) distrik yaitu

Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura dengan, Distrik Heram dan Distrik Muara Tami.

Secara geografis wilayah administrasi Kota Jayapura terletak di bagian utara Provinsi Papua pada 1028’17,26” – 30 58’ 0.82 LS dan 1370 34’ 10.6” –1410’8.22” Bujur Timur.

Gambar 3.1

Peta 5 Distrik di Kota Jayapura

(15)

Batas Wilayah:

Bagian Utara : Samudera Pasifik

Bagian Barat : Kab. Jayapura

Bagian Selatan : Kabupaten Keerom

Bagian Timur : Negara Papua New Guinea (PNG).

Luas wilayah administrasi Kota Jayapura adalah 940 km2.

3.1.2. Administratif

Gambaran administrasi pemerintahan di Kota Jayapura disajikan pada Tabel dan Gambar berikut ini:

Tabel 3.1

Tabel Administratif Kota Jayapura

No Distrik Ibukota Distrik Jumlah Kelurahan

Jumlah Kampung

Luas Wilayah

Km2 % Thd Total

1. Abepura Kotabaru 8 3 155,7 16,56

2. Jayapura Selatan Entrop 5 2 43,4 4,62

3. Jayapura Utara Tanjung Ria 7 1 51 5,43

4. Muara Tami Skow Mabo 2 6 626,7 66,67

5. Heram Waena 3 2 63,2 6,72

Jumlah 25 14 940,00 100,00

Sumber : Kota Jayapura Dalam Angka, 2014

Pemerintah Kota Jayapura terdiri dari 5 distrik dengan 39 Kelurahan/kampung terdiri dari 25 kelurahan dan 14 kampung. Distrik Abepura merupakan disktrik dengan jumlah Kelurahan dan Kampung terbanyak dengan rincian 8 jumlah kelurahan dan 3 jumlah kampung. Sedangkan distrik dengan jumlah kelurahan/kampung terkecil yaitu Distrik Heram dengan rincian 3 jumlah kelurahan dan 2 jumlah kampung.

3.2. DEMOGRAFI

3.2.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Bagian ini membahas tentang jumlah dan kepadatan penduduk, persebaran penduduk, struktur kependudukan menurut kelompok umur, pendidikan, dan sosial budaya masyarakat.

(16)

Secara keseluruhan kepadatan penduduk jika dilihat dari penyebaran per- distrik, pada tahun 2013 Distrik Abepura yang penduduknya paling banyak di Kota Jayapura yaitu sebanyak 77.235 jiwa. Sedangkan posisi ke dua Distrik Jayapura Selatan 71.178 jiwa, dan posisi ke tiga Distrik Jayapura Utara sebanyak sebanyak 69.099 jiwa. Posisi ke empat adalah Distrik Heram dengan jumlah penduduk 42.828 jiwa dan distrik yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Distrik Muara Tami dengan 11.869 jiwa.

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Distrik Jayapura Selatan dengan 1.640 jiwa/km2 disusul oleh Distrik Jayapura Utara dengan 1.355 jiwa/km2 dan Distrik Heram dengan 678 jiwa/km2. Sedangkan Distrik Abepura memiliki kepadatan penduduk 498 jiwa/km2. Distrik Muara Tami memiliki kepadatan penduduk terendah dengan 19 jiwa/km2. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan Distrik di Kota Jayapura Tahun 2014

Distrik Luas Wilayah

(km2)

3.2.2. Pertumbuhan Penduduk

Secara teori penduduk indonesia khususnya kota Jayapura harus mempunyai angka pertumbuhan yang positif. tahun 2012 penduduk kota Jayapura tumbuh 1,08 persen jika dibandingkan dengan jumlahnya pada tahun 2011. Jumlah penduduk kota Jayapura tahun 2013 sebesar 272.544 jiwa. Berdasarkan kelompok umurnya kota Jayapura di dominasi oleh kelompok usia 15-64 tahun mencapai 188.056 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 0-14 tahun dan usia > 65 tahun hanya mencapai 84.488 jiwa atau sebesar 31% persen dari penduduk usia produktif.

(17)

Tabel 3.3.

Jumlah Penduduk Kota Jayapura saat ini dan Proyeksi 5 (lima) Tahun

Distrik

Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga Tingkat Pertumbuhan

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

ABEPURA 77.235 80.448 83.795 87.280 90.911 94.693 20.112 20.949 21.820 22.728 23.673 4,16 4,16 4,16 4,16 4,16

JAYAPURA SELATAN 70.668 71.516 72.374 73.243 74.122 75.011 17.879 18.094 18.311 18.530 18.753 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20

JAYAPURA UTARA 68.663 71.519 74.495 77.594 80.821 84.184 17.880 18.624 19.398 20.205 21.046 4,16 4,16 4,16 4,16 4,16

MUARA TAMI 11.757 12.357 12.987 13.649 14.345 15.077 3.089 3.247 3.412 3.586 3.769 5,10 5,10 5,10 5,10 5,10

HERAM 42.689 43.201 43.720 44.244 44.775 45.313 10.800 10.930 11.061 11.194 11.328 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20

TOTAL 271.012 279.041 287.370 296.010 304.975 314.277 69.760 71.842 74.003 76.244 78.569

(18)

2006

3.3. Kondisi Makro Ekonomi Kota Jayapura

3.3.1. Pertumbuhan Ekonomi

Kegiatan perekonomian di Kota Jayapura dari tahun 2005 – 2012 menunjukkan pertumbuhan ekonomi rata – rata sebesar 13,63 persen, dimana pertumbuhan yang paling tinggi yaitu pada tahun 2009 sebesar 18,19 persen.

Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura Tahun 2005 – 2012

Sumber: BPS Kota Jayapura, data diolah, 2014

Dengan memposisikan sektor yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya Di Kota jayapura adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu mampu tumbuh rata – rata sebesar 29,05 persen, pada tahun 2009 pertumbuhannya bahkan mencapai 68,44 persen. Diikuti dengan sektor bangunan yang mampu mencapai diatas 15 persen yaitu sebesar 16,98 persen. Untuk sektor lainnya yang berada dibawah 15 persen antara lain adalah sektor jasa – jasa lain 12,98 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu 14,62 persen. Sedangkan, sektor yang paling lamban pertumbuhannya adalah sektor pertanian yang hanya mampu tumbuh dibawah 10 persen saja yaitu 5,84 persen.

Tabel 3.4.

Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Di Kota Jayapura Periode 2005-2012

(19)

Rata-LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata

2.2. Pertambangan Tanpa Migas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

2.3. Penggalian 6.81 6.29 12.85 7.84 8.63 7.43 8.59 8.35

INDUSTRI PENGOLAHAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3.1. Industri Besar/Sedang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3.2. Industri Kecil Kerajinan RT 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3.3. Industri Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

LISTRIK DAN AIR BERSIH 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

4.1. Listrik 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

4.2. Air Bersih 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B A N G U N A N 16.18 15.91 17.61 12.80 23.75 16.65 16.00 16.98

PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 8.89 9.08 9.51 11.17 13.61 9.89 11.80 10.56

6.1. Perdagangan 8.46 8.15 8.92 11.64 14.21 9.68 11.84 10.41

6.2. H o t e l 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

6.3. Restoran 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 12.93 13.54 14.17 14.67 16.48 15.49 15.05 14.62

7.1. Angkutan Jalan Raya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

7.2. Angkutan Laut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

7.3. Angkutan Sungai 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

7.4. Angkutan Udara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

7.5. Jasa Penunjang Angkutan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

7.6. Komunikasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA

PERUSAHAAN 68.44 48.28 16.12 60.03 (28.16) 27.16 11.50 29.05

8.1. Bank 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7.38 1.05

8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

8.3. Sewa Bangunan 11.12 11.87 14.79 28.76 26.40 22.77 17.60 19.04

8.4. Jasa Perusahaan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

JASA-JASA 4.31 5.47 32.05 17.53 12.98 10.67 7.86 12.98

9.1. Pemerintahan Umum 3.46 4.44 37.88 18.88 13.03 10.45 7.14 13.61

9.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 6.22 8.37 13.40 13.62 15.70 12.95 14.09 12.05

9.3. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

9.4. Jasa perorangan dan RT 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

PDRB 12.76 13.21 16.53 18.19 8.99 13.92 11.77 13.63

Sumber: BPS Kota Jayapura, data diolah, 2014

(20)

Tabel 3.5.

Kontribusi Sektor – Sektor Terhadap Perekonomian Kota jayapura Periode 2005 – 2012

No Sektor Rata-Rata Kontribusi (%)

1. P E R T A N I A N 0.44 3.26

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.05 0.37

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0.26 1.92

4. LISTRIK DAN AIR BERSIH 0.03 0.25

5. B A N G U N A N 3.47 25.46

6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1.66 12.20

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 2.67 19.60

8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 2.30 16.87

9. JASA-JASA 2.74 20.08

TOTAL 13.63 100.00

Sumber: BPS Kota Jayapura, data diolah, 2014

3.3.2. Struktur Ekonomi Kota Jayapura

Sektor Bangunan sampai saat ini masih menjadi salah satu pembentukan nilai PDRB (produck domestic regional bruto) atau nilai tambah bagi Kota Jayapura yang sangat besar yaitu tahun 2005 – 2012. Rata – rata sektor bangunan mampu menyumbang sebesar 20,86 persen untuk wilayah.

Gambar 3.3. Struktur Ekonomi Di Kota jayapura Tahun 2006 – 2012

Sumber: BPS Kota Jayapura, data diolah, 2014

0,00

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

(21)

Setelah sektor bangunan, adapula sub sektor lainnya yang memberikan andilnya sebesar 17,39 persen yaitu pemerintahan umum lalu di ikuti dengan sub sektor perdagangan yaitu sebesar 13,23 persen serta sektor komunikasi dan bank masing – masing memberikan kontribusi sebesar 10,86 persen dan 6,38 persen.

Sementara itu sektor jasa lainnya seperti hiburan, air bersih, restoran, lembaga keuangan, angkutan jalan raya, hotel dan sosial kemasyarakatan dan lain – lainnya memberikan kontribusi terhadap perekonomian wilayah sangat rendah, rata – rata di bawah 5 persen per tahun.

3.3.3. Analisis Location Quotient (LQ)

Dalam pengembangan sektor yang memiliki keunggulan daya saing menjadi penting karena sektor inilah yang secara jangka panjang akan dapat menopang perekonomian daerah dan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PDRB, sehingga hasil perhitungannya layak dipertimbangkan.

Berdasarkan pada hasil penelitian yang menggunakan pendekatan LQ di Kota Jayapura dalam rentan waktu delapan tahun terakhir (2005 – 2012) hanya terdapat 8 (delapan) sektor yang masuk dalam kategori sektor basis. Sektor – sektor yang masuk dalam sektor basis, untuk sektor pertanian dari beberapa sub sektor dapat dikategorika sebagai sektor basis yaitu pada sektor Tanaman Bahan Makanan LQ sebesar 11,79, sektor Tanaman Perkebunan LQ sebesar 4,02, sektor Peternakan dan Hasilnya LQ sebesar 2,89 dan Kehuatan 24,37. Setelah itu, diikuti dengan sektor Perikanan LQ sebesar 1,59, sektor penggalian yaitu sebesar 1,90 dan yang terakhir adalah sektor Industri Besar Sedang yaitu LQ sebesar 1,71. Di antara ke – 5 sektor dapat dikatakan memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota jayapura karena nilai LQ lebih besar dari 0 (nol). Sedangkan sektor lainnya nilai LQ kurang dari 1 (satu) yang lain relatif kurang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota jayapura. Dengan kata lain produk – produk yang dihasilkan oleh setiap sektor yang nilain LQ lebih besar dari 0 (nol) yang merupakan sektor basis tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal di Kota Jayapura dan mempunyai pontensi besar yang sangat besar untuk diekspor keluar daerah. Sedangkan sektor lain dengan nilai dengan LQ < 1 akan cenderung mengimpor produk dari luar daerah.

Tabel 3.5.

LQ Sektoral Kota Jayapura Tahun 2005 – 2012

LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata2 Kategori

(22)

LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata2 Kategori

Kehutanan 24.12 24.07 23.57 23.68 24.59 24.21 25.13 25.59 24.37 Basis Perikanan 1.63 1.68 1.52 1.58 1.65 1.56 1.55 1.56 1.59 Basis Penggalian 1.38 1.51 1.76 1.89 2.06 2.08 2.20 2.29 1.90 Basis Industri Besar/Sedang 1.53 1.58 1.60 1.65 1.76 1.75 1.86 1.94 1.71 Basis Industri Kecil Kerajinan RT 0.47 0.48 0.50 0.52 0.55 0.53 0.55 0.57 0.52 Non Basis Listrik 0.65 0.69 0.75 0.81 0.86 0.85 0.88 0.91 0.80 Non Basis Air Bersih 0.39 0.41 0.43 0.46 0.48 0.47 0.49 0.49 0.45 Non Basis Bangunan 0.61 0.66 0.68 0.72 0.77 0.73 0.74 0.74 0.71 Non Basis Perdagangan 0.75 0.80 0.85 0.91 0.96 0.93 0.96 0.97 0.89 Non Basis H o t e l 0.45 0.44 0.45 0.46 0.49 0.48 0.48 0.48 0.47 Non Basis Restoran 0.62 0.63 0.65 0.68 0.72 0.72 0.75 0.78 0.69 Non Basis Angkutan Jalan Raya 0.52 0.55 0.58 0.62 0.66 0.64 0.67 0.68 0.62 Non Basis Angkutan Laut 0.43 0.45 0.48 0.52 0.54 0.52 0.52 0.52 0.50 Non Basis Jasa Penunjang Angkutan 0.61 0.61 0.63 0.66 0.69 0.65 0.66 0.66 0.65 Non Basis Komunikasi 0.42 0.43 0.47 0.50 0.52 0.51 0.53 0.53 0.49 Non Basis Bank 0.63 0.33 0.36 0.39 0.36 0.67 0.56 0.56 0.48 Non Basis Lembaga Keuangan Bukan Bank 0.38 0.40 0.43 0.47 0.48 0.46 0.46 0.45 0.44 Non Basis Sewa Bangunan 0.58 0.58 0.59 0.60 0.58 0.53 0.51 0.50 0.56 Non Basis Jasa Perusahaan 0.33 0.34 0.36 0.37 0.39 0.37 0.38 0.38 0.36 Non Basis Pemerintahan Umum 0.79 0.85 0.93 0.86 0.89 0.89 0.95 1.01 0.90 Non Basis Jasa Sosial Kemasyarakatan 0.42 0.43 0.45 0.46 0.48 0.46 0.46 0.46 0.45 Non Basis Jasa Hiburan dan Rekreasi 0.26 0.27 0.28 0.29 0.31 0.30 0.31 0.32 0.29 Non Basis Jasa perorangan dan RT 0.29 0.29 0.31 0.32 0.33 0.33 0.33 0.34 0.32 Non Basis

Sumber: BPS Kota Jayapura, data diolah, 2014

3.3.4. Analisis shift – Share (SSH)

Berdasarkan hasil SSA (Shift – Share Analysis) teridentifikasi ada 1 sektor ekonomi di Kabupaten Jayawijaya yang termasuk fast growing oleh karena memiliki potensi pertumbuhan yang cepat (PS positip) dan daya saing yang lebih tinggi (DS positip). Sektor yang dimaksud adalah sektor Sewa Bangunan.

Hampir seluruh sektor pertanian di Kabupaten Jayawijaya yakni sektor Tanaman Bahan Makanan, Tanaman Perkebunan, peternakan dan perikanan merupakan sektor – sektor yang under developed yang diindikasikan memiliki potensi yang rendah untuk dikembangkan di masa mendatang yang di sebabkan mempunyai daya saing yang rendah (DS negatif) dan tumbuh lebih lambat (PS negatif). Sektor – sektor ekonomi lainnya yang termasuk under developed juga adalah sektor Air Bersih dan Sosial Kemasyarakatan.

(23)

bandingkan tumbuhnya lebih tinggi (PS positip) seperti sektor Hotel, Angkutan Jalan Raya, Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jasa Perusahaan, Hiburan dan Rekreasi dan beberapa sektor ekonomi lainnya. Sektor ekonomi yang masuk ke dalam highly potencial dan developing yang perlu di perhatikan untuk dikembangkan di masa yang akan datang.

Tabel 3.6.

Shift – Share Sektoral Kabupaten Jayawijaya Tahun 2008 – 2012

Sektor Ekonomi Regional

Share

Tanaman Bahan Makanan 31,873.13 (20,950.96) (1,760.98) - - Under Developed

Tanaman Perkebunan 7,706.12 (2,414.16) (2,434.63) - - Under Developed

Peternakan dan hasilnya 15,847.08 (6,834.37) (3,519.78) - - Under Developed

Kehutanan 4,343.51 (3,871.48) 744.02 - + Highly Potencial

Perikanan 107,252.59 (81,425.34) 37,251.30 - + Highly Potencial

Minyak dan Gas Bumi - - -

Pertambangan Tanpa Migas - - -

Penggalian 11,982.37 4,486.88 (7,419.33) + - Developinng

Industri Besar/Sedang 50,951.40 (35,757.33) (2,248.67) - - Under Developed

Industri Kecil Kerajinan RT 38,264.79 (6,454.44) 482.14 - + Highly Potencial

Industri Pengilangan Minyak Bumi - - -

Listrik 10,126.53 (4,992.78) (1,924.77) - - Under Developed

Air Bersih 6,853.12 (3,749.53) (292.90) - - Under Developed

B A N G U N A N 325,694.55 318,861.23 7,889.75 + + Fast Growing

Perdagangan 256,079.41 33,439.12 (32,339.30) + - Developinng

H o t e l 26,405.22 (689.41) 7,803.96 - + Highly Potencial

Restoran 19,127.98 427.55 (1,290.14) + - Developinng

Angkutan Jalan Raya 78,055.18 1,728.63 (11,559.46) + - Developinng

Angkutan Laut 54,545.35 (6,351.45) 142.83 - + Highly Potencial

Angkutan Sungai 2,800.44 (1,361.48) (824.07) - - Under Developed

Angkutan Udara - - -

Jasa Penunjang Angkutan 13,188.37 1,762.28 3,699.14 + + Fast Growing

Komunikasi 162,830.91 218,095.81 (16,136.53) + - Developinng

Bank 30,024.66 131,429.15 70,414.15 + + Fast Growing

Lembaga Keuangan Bukan Bank 18,578.25 8,507.57 1,859.79 + + Fast Growing

Sewa Bangunan 36,049.14 14,380.87 34,904.66 + + Fast Growing

Jasa Perusahaan 11,692.22 1,678.34 1,779.71 + + Fast Growing

Pemerintahan Umum 303,726.59 140,997.75 (26,438.43) + - Developinng

Jasa Sosial Kemasyarakatan 28,215.38 (595.40) 6,761.14 - + Highly Potencial

Jasa Hiburan dan Rekreasi 29,614.18 (5,853.16) 994.05 - + Highly Potencial

Jasa perorangan dan RT 21,440.14 1,175.54 1,979.42 + + Fast Growing

Sumber: BPS Kota Jayapura, data diolah, 2014

3.3.5. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

(24)

keunggulan kompetitif dan komparatif serta spesialisasi secara sekaligus yakni sektor bangunan, Jasa Penunjang Angkutan, Sewa Bangunan, Jasa Perusahaan serta Jasa Perorangan dan Rumah Tangga (RT) yang di anggap kegiatan tersebut pada tingkat provinsi mempunyai pertumbuhan menonjol di bandingkan di tingkat kabupaten/kota yang belum menonjol. Sedangkan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif, namun tidak memiliki spesialisasi yaitu sektor penggalian, Perdagangan, Restoran, Angkutan jalan Raya, Komunikasi, Bank serta Lembaga keuangan Bukan Bank.

Adapun Sektor ekonomi di Kota Jayapura yang tergolong sebagai sektor dengan klasifikasi III berdasarkan analisis MRP, yang berarti kegiatan ini tidak memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, namun memiliki spesialisasi antara lain terdapat beberapa sektor ekonomi yakni; Perikanan, Industri Besar Sedang, Hotel, Angkutan Laut, Jasa Sosial kemasyarakat serta Jasa Hiburan & Rekreasi.

Pada klasifikasi IV ini, terdapat beberapa sektor anatara lain sebagai berikut: (1) Tanaman bahan Makanan, (2) Tanaman Perkebunan, (3) Peternakan dan Hasilnya, (4) Kehutanan, (5) Industri kecil, (6) Listrik, (7) Air Bersih dan (8) Angkutan Sungai. Ini menandakan bahwa tidak mempunyai potensi yang cukup untuk dikembangkan karena terlihat rendah baik itu di tingkat provinsi maupun wilayah sendiri.

Table 3.7.

Model Rasio Pertumbuhan Sektoral Kota JayapuraTahun 2005 – 2012

LAPANGAN USAHA RPR RPS Tanda KLASIFIKASI

Tanaman Bahan Makanan 0.4175 0.8469 - - IV

Tanaman Perkebunan 0.7603 0.5918 - - IV

Peternakan dan hasilnya 0.6474 0.6712 - - IV

Kehutanan 0.1317 -0.2481 - - IV

Perikanan 0.2652 1.0822 - + III

Penggalian 1.2998 0.6601 + - II

Industri Besar/Sedang 0.3644 1.2639 - + III

Industri Kecil Kerajinan RT 0.8719 0.9925 - - IV

Listrik 0.5964 0.7079 - - IV

Air Bersih 0.5340 0.9429 - - IV

Bangunan 1.6328 1.0308 + + I

Perdagangan 1.1068 0.9212 + - II

H o t e l 0.9982 1.2344 - + III

Restoran 1.0366 0.9493 + - II

Angkutan Jalan Raya 1.0243 0.8959 + - II

Angkutan Laut 0.9223 1.0235 - + III

Angkutan Sungai 0.5886 0.4882 - - IV

Jasa Penunjang Angkutan 1.1169 1.1673 + + I

Komunikasi 1.8392 0.9800 + - II

Bank 3.4205 -0.2640 + - II

(25)

LAPANGAN USAHA RPR RPS Tanda KLASIFIKASI

Sewa Bangunan 1.2807 1.3968 + + I

Jasa Perusahaan 1.1153 1.0656 + + I

Pemerintahan Umum 1.3124 0.8626 + - II

Jasa Sosial Kemasyarakatan 0.9910 1.1593 - + III

Jasa Hiburan dan Rekreasi 0.8593 1.0328 - + III

Jasa perorangan dan RT 1.0517 1.0598 + + I

Sumber: BPS Kota Jayapura, data diolah, 2014

3.3.6. Overlay

Pada hasil penelitian berdasarkan analisis overlay di Kota Jayapura terdapat 5 sektor ekonomi yang tertinggi yakni mendapatakan jumlah positip sebanyak 4, oleh karena mempunyai keunggulan komparatif (LQ +), daya saing tinggi (DS +), mempunyai tumbuh yang Cepat (PS +) dan kontribusi di wilayah sendiri yang lebih besar (RPS +) sedangkan kontribusinya terhadap perekonomian provinsi sangat rendah (RPR +).

Tabel 3.8.

Overlay Potensi Sektor – Sektor Ekonomi Berdasarkan LQ, SSA dan MRP Di Kota Jayapura Tahun 2014

LAPANGAN USAHA Tanda

Shift-Share Model Rasio Pertumbuhan

Jumlah (+) Potensi Sektor Ekonomi PS DS RPR RPS

(26)

LAPANGAN USAHA Tanda

Shift-Share Model Rasio Pertumbuhan

Jumlah (+) Potensi Sektor Ekonomi PS DS RPR RPS

Restoran - + - + - 2 Bukan Unggulan Angkutan Jalan Raya - + - + - 2 Bukan Unggulan Angkutan Laut - - + - + 2 Bukan Unggulan Angkutan Sungai + - - - - 1 Bukan Unggulan Angkutan Udara - + 1 Bukan Unggulan Jasa Penunjang Angkutan - + + + + 4 Sektor Unggulan Komunikasi - + - + - 2 Bukan Unggulan Bank - + + + - 3 Sektor Unggulan Lembaga Keuangan Bukan Bank - + + + - 3 Sektor Unggulan Sewa Bangunan - + + + + 4 Sektor Unggulan Jasa Perusahaan - + + + + 4 Sektor Unggulan Pemerintahan Umum - + - + - 2 Bukan Unggulan Jasa Sosial Kemasyarakatan - - + - + 2 Bukan Unggulan Jasa Hiburan dan Rekreasi - - + - + 2 Bukan Unggulan Jasa perorangan dan RT - + + + + 4 Sektor Unggulan

Sumber: BPS Kota Jayapura, data diolah, 2014

3.4. PROFIL KEMISKINAN KOTA JAYAPURA

3.4.1. Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga Berdasarkan Kategori Kemiskinan

Dalam survey yang dilakukan oleh pemerintah Kota Jayapura saat ini, kemiskinan dibedakan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu kategori miskin dan kategori sangat miskin. Penetapan kategori kemiskinan untuk setiap rumah tangga/kepala keluarga dinilai berdasarkan kondisi nyata setiap rumah tangga pada saat pelaksanaan survey.

Pada tahun 2014, Kota Jayapura tercatat memiliki penduduk dengan kategori miskin dan sangat miskin berjumlah 6.430 rumah tangga. Dimana 4.074 rumah tangga adalah rumah tangga dengan kategori sangat miskin atau sebesar 63.36 pesen dari keseluruhan rumah tangga, dan 2.356 rumah tangga tercatat sebagai rumah tangga dengan kategori miskin atau sebesar 36.46 persen.

(27)

Tabel 3.9

Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Kategori Kemiskinan Menurut Distrik Tahun 2014

DISTRIK KATEGORI FREKUENSI

JUMLAH PRESENTASE (%)

ABEPURA SANGAT MISKIN 983 15.29

MISKIN 262 4.07

HERAM SANGAT MISKIN 145 2.26

MISKIN 923 14.35

JAYAPURA SELATAN SANGAT MISKIN 1003 15.60

MISKIN 717 11.15

JAYAPURA UTARA SANGAT MISKIN 1363 21.20

MISKIN 262 4.07

MUARA TAMI SANGAT MISKIN 580 9.02

MISKIN 192 2.99

TOTAL 6430 100

JUMLAH SANGAT MISKIN 4074 63.36

JUMLAH MISKIN 2356 36.64

Sumber: hasil survey, 2014

3.4.2. JumlahRumah Tangga/Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasakan Gambar 3.1. terlihat bahwa dari total rumah tangga miskin dan sangat miskin yang berjumlah 6.430, tercatat bahwa rumah tangga miskin dan sangat miskin yang bekepala rumah tangga laki-laki paling banyak tercacat sebagai rumah tangga miskin dibandingkan dengan rumah tangga yang berkepala rumah tangga berjenis kelamin perempuan.

Rumah tangga kategori sangat miskin dengan jenis kelamin laki-laki yang menjadi responden dalam survey ini, lebih banyak tersebar di Distrik Jayapura Selatan dengan jumlah mencapai 985 rumah tangga. Sedangkan untuk rumah tangga kategori sangat miskin dengan jenis kelamin perempuan, juga lebih banyak tersebar di Distrik Jayapura Utara dengan jumlah 378 rumah tangga.

(28)

Gambar 3.4.

Jumlah Kepala Keuarga Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kategori Kemiskinan Menurut Distrik Tahun 2014

Sumber: data diolah, 2014

3.4.3. Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan

Dari total rumah tangga miskin dan sangat miskin yang berjumlah 6.430, tercatat bahwa tingkat pendidikan kepala rumah tangga penduduk miskin dan sangat miskin yang berada di Kota Jayapura lebih banyak pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar dengan jumlah 2217 rumah tangga. Diikuti oleh tingkat pendidikan penduduk miskin dan sangat miskin dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA yang masing-masing tercatat sebanyak 1800 dan 1755 rumah tangga. Rumah tangga dengan tingkat pendidikan D3 adalah tingkat pendidikan dengan jumlah rumah tangga terendah yaitu sebayak 95 rumah tangga.

Gambar 3.5.

Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Distrik Tahun 2014

Sumber: data diolah, 2014

758 ABEPURA HERAM JAYAPURA SELATAN JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

LAKI-LAKI PEREMPUAN

TPS SD SMP SMA D3 S1

Jumlah 391 2217 1800 1755 95 172

(29)

Jika dilihat berdasarkan kategori kemiskinan yang ada, maka jumlah kepala rumah tangga dengan tingat pendidikan SD yang tersebar di wilayah Kota Jayapura dengan kategori miskin, proporsinya lebih banyak berada di Distrik Heram dengan prosentase rumah tangga sebanyak 42.58 persen. Sedangkan Jumlah kepala rumah tangga dengan tingat pendidikan SD dengan kategori sangat miskin, proporsinya lebih banyak berada di Distrik Jayapura Selatan dengan prosentase rumah tangga sebanyak 39.98 persen.

Gambar 3.6.

Presentase Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Kategori Kemiskinan Menurut Distrik Tahun 2014

Sumber: data diolah, 2014

3.4.4. JumlahRumah Tangga/Kepala Keluarga Berdasarkan Usia

Dari total rumah tangga miskin dan sangat miskin yang berjumlah 6.430, tercatat bahwa tingkat usia kepala rumah tangga penduduk miskin dan sangat miskin yang berada di Kota Jayapura lebih banyak pada usia 36-45 tahun dengan jumlah 1942 rumah tangga. Diikuti oleh tingkat usia penduduk miskin dan sangat miskin dengan tingkat 26-35 tahun dan 46-55 tahun yang masing-masing tercatat sebanyak 1749 dan 1350 rumah tangga. Rumah tangga dengan tingkat usia 15-25 tahun adalah tingkat usia dengan jumlah rumah tangga terendah yaitu sebayak 314 rumah tangga.

(30)

Gambar 3.7.

Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Usia Menurut Distrik Tahun 2014

Sumber: data diolah, 2014

Jika dilihat berdasarkan kategori kemiskinan yang ada, maka jumlah kepala rumah tangga dengan tingat usia 36-45 tahun yang tersebar di wilayah Kota Jayapura dengan kategori miskin, proporsinya lebih banyak berada di Distrik Jayapura Selatan dengan prosentase rumah tangga sebanyak 42.54 persen. Sedangkan Jumlah kepala rumah tangga dengan tingat usia 36-45 tahun dengan kategori sangat miskin, proporsinya lebih banyak berada di Distrik Abepura dengan prosentase rumah tangga sebanyak 27.77 persen.

Tabel 3.8.

Presentase Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Usia dan Kategori Kemiskinan Menurut Distrik Tahun 2014

Sumber: data diolah, 2014

15-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun 56-85 Tahun

Jumlah 314 1749 1942 1350 1075

0

(31)

3.4.5. Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Dari total rumah tangga miskin dan sangat miskin yang berjumlah 6.430, tercatat bahwa jenis pekerjaan kepala rumah tangga penduduk miskin dan sangat miskin yang berada di Kota Jayapura lebih banyak pada jenis pekerjaan swasta dengan jumlah 2347 rumah tangga. Diikuti oleh jenis pekerjaaan penduduk miskin dan sangat miskin dengan petani dan buruh kasar yang masing-masing tercatat sebanyak 1794 dan 1164 rumah tangga. Rumah tangga dengan jenis usaha pedagang adalah jenis pekerjaan dengan jumlah rumah tangga terendah yaitu sebayak 468 rumah tangga.

Gambar 3.9.

Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Menurut Distrik Tahun 2014

Sumber: data diolah, 2014

Jika dilihat berdasarkan kategori kemiskinan yang ada, maka jumlah kepala rumah tangga dengan jenis pekerjaan swasta yang tersebar di wilayah Kota Jayapura dengan kategori miskin, proporsinya lebih banyak berada di Distrik Jayapura Utara dengan prosentase rumah tangga sebanyak 38.17 persen. Sedangkan Jumlah kepala rumah tangga dengan jenis pekerjaan swasta dengan kategori sangat miskin, proporsinya lebih banyak berada di Distrik Heram dengan prosentase rumah tangga sebanyak 60.69 persen.

BURUH KASAR NELAYAN PEDAGANG PETANI SWASTA

Jumlah 1164 657 468 1794 2347

(32)

Tabel 3.10.

Prosentase Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Kategori Kemiskinan Menurut Distrik Tahun 2014

Sumber: data diolah, 2014

14,55

(33)

BAB IV

POTRET KEMISKINAN KOTA JAYAPURA

4.1. Perkembangan Kemiskinan Di Kota Jayapura

Pemetaan kemiskinan di Kota Jayapura diukur berdasarkan Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia yang dipertegas dengan rumusan yang konkrit yang dibuat oleh BAPPENAS. Namun, dalam memotret kemiskinan di Kota Jayapura. Dengan tetap mengacu indikator kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia dan Bappenas.

Beberapa indikator kemiskinan utama yang ditetapkan oleh Bank Dunia dan Bappenas dapat diuraikan seperti : (1) Luas lantai rumah; (2) Jenis lantai rumah; (3) Kondisi lantai rumah; (4) Jenis dinding rumah; (5) Jenis atap rumah; (6) Kondisi atap rumah; (7) Jenis penerangan rumah; (8) Status lahan; (9) Pemanfaatan lahan lahan produktif; (10) Jenis bahan bakar untuk memasak; (11) Anak usia 7-15 tahun yang tidak bersekolah; (12) Anggota keluarga yang buta huruf; (13) Kemampuan membeli seragam sekolah; (14) Kemampuan membeli buku tulis; (15) Kemampuan membeli buku paket; (16) Kemampuan Membayar uang sekolah; (17) Kemudahan mengakses pendidikan; (18) Frekwensi makan dalam sehari; (19) Kebiasaan mengkonsusi daging; (20) Kebiasaan mengkonsumsi nasi, umbian-umbian; (21) Kemudahan mengakses raskin; (22) Sumber air minum untuk memasak; (23) Frekwensi membeli pakaian dalam setahun; (24) Memiliki pakaian berbeda saat dirumah dan bepergian; (25) Frekwensi sakit; (26) Memiliki jaminan kesehatan; (27) Kepemilikan jamban; (28) Kualitas jamban; (29) Partisipasi dalam kegiatan sosial; (30) Partisipasi dalam pengambilan keputusan; (31) Partisipasi dalam kegiatan politik; (32) Rasa terhadap lingkungan alam sekitar; (33) Rasa aman terhadap kriminalitas; (34) Status pekerjaan; (35) Kepemilikan modal usaha; (36) Kebiasaan/selalu menerima beras raskin; (37) menerima bantuanPNPM Mandiri.

(34)

Gambar 4.1

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Indikator Utama Kemiskinan Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014

Berdasarkan suku, persentase sebarannya rumah tangga miskin Asli Port Numbay paling tinggi di Distrik Muara Tami dan Distrik Abepura, rumah tangga Papua Non Port Numbay paling tinggi di Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan dan Non Papua paling tinggi di Distrik Muara Tami dan distrik Jayapura selatan. Demkian juga dengan rumah tangga sangat miskin apling tinggi adalah rumah tangga Papua Non Port Numbay yang tersebar di Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura selatan

Gambar 4.2

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014. 24,13

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

SANGAT MISKIN MISKIN

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

MISKIN SEKALI

(35)

4.2. POTRET KEMISKINAN BERDASARKAN INDIKATOR KEMISKINAN

4.2.1. Kemiskinan Berdasarkan Luas Lantai Rumah.

Salah satu indikator perumahan yang diinginkan banyak orang adalah keleluasaan pribadi (privacy) yang salah satunya dapat tercermin dari luas lantai rumah per kapita (m2). Salah satu acuan dari Departemen Kesehatan menentukan bahwa suatu rumah dapat dikatakan memenuhi salah satu persyaratan sehat jika penguasaan luas lantai rumah per kapitanya minimal 8 m 2 (BPS, 2001).

Berdasarkan luas lantai rumah, ternyata masih banyak rumah tangga yang tergolong miskin dan sangat miskin. Hasil survey tampak jelas bahwa jumlah rumah tangga sangat miskin paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Distrik Heram dan Abepura. Sedangkan rumah tangga miskin paling banyak tersebar di Distrik Jayapura Selatan dan Jayapura Utara.

Gambar 4.3

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Luas Lantai Rumah Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

Dari total jumlah rumah tangga miskin dan sangat miskin berdasarkan luas lantai rumah, tampaknya prosentase sebarannya lebih banyak rumah tangga asal suku Papua Non Port Numbay. Prosentase rumah tangga sangat miskin paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara dan Distrik Heram. Sedangkan Prosentase rumah tangga miskin paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Selatan dan Jayapura Utara.

583

362

858

747

301

662 706

862 878

471

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

ABEPURA HERAM JAYAPURA

SELATAN

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

(36)

Gambar 4.4

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Luas Lantai rumah Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

4.2.2. Kemiskinan Berdasarkan Jenis Lantai Lantai Rumah

Berdasarkan jenis lantai rumah, ternyata masih banyak rumah tangga yang tergolong miskin dan sangat miskin. Hasil survey tampak jelas bahwa jumlah rumah tangga miskin paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan dan Distrik Abepura. Sedangkan rumah tangga sangat miskin paling banyak tersebar di Distrik Jayapura Selatan dan Jayapura Utara.

Gambar 4.5

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Jenis Lantai Rumah Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

17,67

ASLI PORT NUMBAY NON PAPUA PAPUA NON PORT NUMBAY

1014

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

(37)

Dari total jumlah rumah tangga miskin dan sangat miskin berdasarkan jenis lantai rumah, tampaknya prosentase sebarannya lebih banyak rumah tangga asal suku Papua Non Port Numbay. Prosentase rumah tangga sangat miskin dan sangat miskin paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura Selatan.

Gambar 4.6

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Jenis Lantai rumah Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

4.2.3. Kondisi Lantai Rumah

Karateristik kemiskinan berdasarkan kondisi lantai rumah, ternyata masih banyak rumah tangga yang tergolong miskin dan sangat miskin. Hasil survey tampak jelas bahwa jumlah rumah tangga sangat dengan jenis lantai rumah tanah/semen kasar, nibun dan kayu ulin dengan kondisi lantai rumah rusak berat paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan dan Distrik Abepura dan Distrik Heram. Sedangkan rumah tangga miskin dengan jenis lantai rumah tanah/semen kasar, nibun dan kayu ulin dengan kondisi lantai rumah rusak ringan paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan dan Distrik Abepura dan Distrik Heram.

14,72

(38)

Gambar 4.7

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Kondisi Lantai Rumah Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

Secara proporsi rumah tangga miskin dan sangat miskin berdasarkan jenis lantai rumah, tampaknya lebih banyak adalah rumah tangga asal suku Papua Non Port Numbay. Prosentase rumah tangga sangat miskin dan sangat miskin paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura Selatan.

Gambar 4.8

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik

Berdasarkan Kondisi Lantai rumah Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

761 795

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

MISKIN SANGAT MISKIN

(39)

4.2.4. Jenis Dinding Rumah

Berdasarkan Jenis dinding rumah, tampaknya masih banyak rumah tangga di Kota Jayapura yang masih tergolong miskin dan sangat miskin. Hasil survey menunjukan masih banyak masyarakat dengan jenis dinding rumah kayu ulin yang sudah lapuk, gaba, seng, dan dinding batu tela yang belum dilapisi yang tergolong sangat miskin paling tinggi di Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan. Sedangkan rumah tangga dengan dengan jenis dinding rumah kayu ulin, dan dinding batu tela yang belum dilapisi paling tinggi di Distrik Jayapura Selatan, Distrik Jayapura Utara dan Distrik Abepura.

Gambar 4.9

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Jenis Dinding Rumah Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

Prosentase penduduk miskin dengan jenis dinding rumah kayu ulin yang sudah lapuk, gaba, seng, dan dinding batu tela yang belum dilapisi yang tergolong sangat miskin adalah rumah tangga asal suku Papua Non Port Numbay dan paling tinggi di Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan. Sedangkan prosentase rumah tangga dengan dengan jenis dinding rumah kayu ulin, dan dinding batu tela yang belum dilapisi adalah rumah tangga asal suku Papua Non Port Numbay dan paling tinggi di Distrik Jayapura Selatan, Distrik Jayapura Utara dan Distrik Abepura

1082

951

1324

1084

714

163

117

396

541

58 0

200 400 600 800 1000 1200 1400

ABEPURA HERAM JAYAPURA

SELATAN

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

(40)

Gambar 4.10

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik

Berdasarkan Jenis Dinding rumah Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

4.2.5. Jenis Atap

Karateristik kemiskinan berdasarkan Jenis dinding rumah, tampaknya masih banyak rumah tangga di Kota Jayapura yang masih tergolong miskin dan sangat miskin. Hasil survey menunjukan masih banyak masyarakat dengan jenis atap rumah daun (rumbia/sagu) atau ilalang, seng dan asbes dengan kondisi rusak tergolong sangat miskin paling tinggi di Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan.

Gambar 4.11

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Jenis Atap Rumah Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

14,72

ASLI PORT NUMBAY NON PAPUA PAPUA NON PORT NUMBAY

1089

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

(41)

Prosentase rumah tangga miskin dengan jenis atap rumah daun (rumbia/sagu) atau ilalang, seng dan asbes dengan kondisi rusak tergolong miskin dan sangat miskin distrik muara tami dan Distrik Heram paling tinggi adalah rumah tangga asal suku Asli Port Numbay. Sedangkan Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan paling tinggi adalah rumah Tangga asal suku Papua Non Port Numbay.

Gambar 4.12

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Jenis Atap Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

4.2.6. Kondisi Atap

Karateristik kemiskinan berdasarkan kondisi atap rumah, tampaknya masih banyak rumah tangga di Kota Jayapura yang masih tergolong miskin dan sangat miskin. Hasil survey menunjukan masih banyak rumah tangga dengan jenis atap rumah daun (rumbia/sagu) atau ilalang, seng dan asbes dengan kondisi baik miskin paling tinggi di Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan. Sedangkan rumah tangga dengan jenis atap rumah daun (rumbia/sagu) atau ilalang, seng dan asbes dengan kondisi rusak tergolong sangat miskin paling tinggi di Distrik heram.

21,79

(42)

Gambar 4.13

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Kondisi Atap Rumah Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

Prosentase rumah tangga miskin dengan jenis atap rumah daun (rumbia/sagu) atau ilalang, seng dan asbes dengan kondisi atap rumah baik berdasarkan suku tampaknya Distrik Heram dan Muara Tami rumah tangga lebih tinggi adalah rumah tangga miskin asal suku Asli Port Numbay. Sedangkan Distrik Jayapura Utara dan Distrik Jayapura Selatan prosentase rumah tangga miskin lebih tinggi adalah suku Papua Non Port Numbay.

Gambar 4.14

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Kondisi Atap Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014. 819

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

MISKIN SANGAT MISKIN

(43)

4.2.7. Jenis Penerangan

Karateristik kemiskinan berdasar jenis penerangan, tampaknya masih banyak rumah tangga dengan jenis penerangan rumah non listrik dan listrik non meteran. Hasil survey rumah tangga miskin dengan jenis penerangan lisntrik non meteran paling tinggi di Distrik Jayapura Selatan dan Abepura masing-masing 1083 dan 1022 rumah tangga. Sedangkan rumah tangga sangat miskin dengan jenis penerangan rumah non listrik (pelita, lampu petromaks,dll) paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan dan Heram

Gambar 4.15

Karateristik Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Jenis Penerangan Rumah Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

Prosentase rumah tangga miskin dengan indikator jenis penerangan rumah berdasarkan suku, di Distrik Muara Tami dan Distrik Heram tampaknya rumah tangga miskin asal suku Asli Port Numbay lebih banyak di banding suku lainnya. Sedangkan rumah tangga sangat miskin di Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan dan heram cukup tinggi

1022

432

1083

856

551

223

636 637 769

221

0 200 400 600 800 1000 1200

ABEPURA HERAM JAYAPURA

SELATAN

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

(44)

Gambar 4.16

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Jenis Penerangan Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

4.2.8. Status Lahan

Karateristik kemiskinan berdasarkan status lahan, ternyata masih banyak masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk melakukan aktifitas pertanian. Hasil survey tampaknya keluarga miskin dengan kondisi lahan miliki keluarga/suku/sewa lebih tinggi tersebar di Distrik Jayapura Selatan dan Jayapura Utara. Sedangkan keluarga dengan kondisi tidak memiliki lahan pertanian lebih tinggi di Distrik Jayapura Selatan dan Distrik Heram.

Gambar 4.17

Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Berdasarkan Status Lahan Menurut Distrik Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

Sedangkan, prosentase rumah tangga miskin dan sangat miskin dengan indikator jenis penerangan rumah berdasarkan suku lebih di dominasi oleh rumah tangga asal

ASLI PORT NUMBAY NON PAPUA PAPUA NON PORT NUMBAY

650

ABEPURA HERAM JAYAPURA SELATAN JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

(45)

suku Papua Non Port Numbay. Hasil survey menunjukan ternyata rumah tangga miskin Asli Port Numbay lebih tinggi di Distrik Heram dan suku Papua Non Port Numbay lebih tinggi tersebar di Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan.

Gambar 4.18

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Staus Lahan Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

4.2.9. Jenis Lahan (Pemanfaatan Lahan)

Karateristik kemiskinan berdasarkan jenis lahan, ternyata masih banyak rumah tangga miskin dan sangat miskin yang tidak mengolah lahan yang tersedia untuk aktifitas pertanian atau usaha lainnya. Hasil survey tampaknya keluarga miskin dengan jenis lahan kurang produktif lebih tinggi tersebar di Distrik Abepura dan Distrik Jayapura Selatan. Sedangkan keluarga sangat miskin dengan jenis lahan tidak produktif lebih tinggi adalah Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan.

Gambar 4.19

Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Berdasarkan Jenis Lahan (Pemanfaatan Lahan) Menurut Distrik Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

17,65

ASLI PORT NUMBAY NON PAPUA PAPUA NON PORT NUMBAY

985

JAYAPURA UTARA MUARA TAMI

(46)

Prosentase rumah tangga miskin dan sangat miskin per distrik berdasarkan jenis lahan menurut suku diketahui banyak lahan produktif yang belum dikelola dengan baik, dimana banyak lahan yang masih berupa lahan tidur. Hasil survey menunjukan rumah tingga dengan jenis lahan tidak produktif asal suku Asli Port Numbay lebih banyak tersebar di Distrik Muara Tami dan Distrik dan Distrik Heram.

Gambar 4.20

Prosentase Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Per Distrik Berdasarkan Jenis Lahan Menurut Suku Di Kota Jayapura Tahun 2014

Sumber : Data Olahan 2014.

4.2.10. Jenis Bahan Bakar

Berdasarkan jenis bahan bakar untuk memasak diketahui masih banyak rumah tangga kadang-kadang dan tidak menggunakan bahan bakar minyak. Untuk memasak karena tidak mampu membeli bahan bakar minyak tanah. Hasil survey tampak jelas bahwa jumlah rumah tangga yang menggunakan kayu bakar dan bahan kadang-kadang bakar minyak (rumah tangga miskin) paling tinggi tersebar di Distrik Jayapura Selatan. Sedangkan rumah tangga yang hanya mengunakan bahan kayu bakar paling banyak tersebar di Distrik Jayapura Utara

.

17,69

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan dan mengembangkan kebebasan akademik secara bertanggungjawab guna mendalami ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan umum sesuai dengan ketentuan yang

Pengalaman negara dalam menangani pandemi Covid 19 merupakan contoh nyata kegagapan negara dalam menghadapi bahaya yang disebabkan oleh pandemi Covid 19 Peraturan Pemerintah

Indikator persentase pengguna layanan yang merasa puas terhadap pemenuhan sarana dan prasarana BPS dapat dipenuhi melalui pemenuhan sarana dan prasarana BPS secara akuntabel

Varietas benih berukuran besar, Bromo memiliki kandungan lemak dan protein yang rendah (Balitkabi 2013), bobot biji 100 butir lebih tinggi dibandingkan dengan Grobogan, Argomulyo,

Hasil yang penulis dapat dilapangan sudah menunjukkan bahwa dengan ada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Pengetahuan guru-guru ini didapati berada pada tahap tinggi kerana mereka menyedari akan kepentingan mempunyai informasi yang baik dan terkini kerana di dalam sukatan Biologi

Sementara itu, Thomas (2009) mengungkapkan bahwa seseorang akan engaged dengan pekerjaannya apabila seseorang berkomitmen pada suatu tujuan, menggunakan kecerdasannya