• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KECELAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KECELAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

KECELAKAAN KERJA PADA PEMBANGUNAN

GEDUNG PERKANTORAN DAN PERKULIAHAN

TAHAP III UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

SURABAYA

HADI SUTANTO NRP. 3106 100 507

Dosen Pembimbing :

1. Ir. Put u Art ama Wiguna, MT, PhD 2. Farida Rachmawat i, ST. MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL

(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan laporan dari PT Duta Graha Indah selama pada waktu Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya terjadi kecelakaan kerja beberapa kali dalam setiap bulannya, padahal sosialisasi yang disampaikan tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja terus diterapkan. Ini dikarenakan masih banyaknya para pekerja yang kurang sadar dan meremehkan pentingnya akan keselamatan dan kesehatan kerja.

Berdasarkan masalah yang disebutkan diatas, maka manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah penting di dalam pembangunan suatu proyek. Hal ini diperlukan untuk menekan angka kecelakaan di dalam bekerja, agar nantinya tidak terjadi korban bagi pekerja. Adapun untuk membentuk manajeman keselamatan dan kesehatan kerja maka dilakukan terlebih dahulu persiapan dan pengetahuan tentang keselamatan kerja itu sendiri sebelum melakukan suatu pekerjaan. Selain itu mengetahui faktor – faktor kecelakaan kerja yang terjadi pada saat bekerja sangatlah penting. Dengan menerapkan metode mengatasi kecelakaan kerja dilokasi proyek seperti memasang rambu di wilayah kerja, menyiapkan alat pelindung diri yang benar, serta memahami betul arti keselamatan kerja itu sendiri. Sehingga dapat menekan angka kecelakaan kerja yang ada. Selain itu dilakukan pendekatan – pendekatan agar diterapkannya praktek yang baik dalam menghadapi tantangan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja disektor informal dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat dan mengembangkan serta menyebarkan informasi. Mempelajari undang – undang keselamatan dan kesehatan kerja yang relevan dan organisasi – organisasi profesi keselamatan dan kesehatan kerja diseluruh Indonesia. Ini penting halnya untuk meningkatkan kualitas masyarakat agar mengetahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja harus di nomor satukan.

Analisa yang digunakan untuk mengetahui penyebab kecelakaan secara sistematik adalah dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA). Metode FTA atau analisa pohon kegagalan dimana dengan menggunakan analisa ini maka dapat

diketahui penyebab – penyebab dan juga kombinasi penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Analisa ini digunakan pada proyek Pembangunan Gedung Perkantoran & Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, mengingat pada proyek ini banyak sekali keadaan yang dapat menimbulkan kecelakaan. Untuk itu sangat diperlukan analisa metode ini untuk mengetahui penyebab – penyebab dan kombinasi yang tersembunyi yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan sehingga di harapkan kecelakaan tersebut dapat dihindari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.

Perumusan masalah yang terjadi meliputi : 1. Faktor – faktor apa sajakah yang

menjadi penyebab kecelakaan pada Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ?

2. Bagaimana penanganan dan

pencegahan kecelakaan yang terjadi pada Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kecelakaan pada Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

2. Untuk mengetahui bagaimana

penanganan dan pencegahan kecelakaan pada Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

1.4 Batasan masalah

1. Pekerjaan yang akan diidentifikasi dan diperoleh variabel kecelakaan kerja hanya pekerjaan kolom, pelat lantai, dinding, atap dan finishing.

(3)

2

3. Metode yang digunakan untuk analisa

kecelakaan kerja ini menggunakan FTA (Fault Tree Analysis) dan tidak menggunakan metode-metode kecelakaan kerja yang lain.

4. Penanganan dan pencegahan

kecelakaan kerja pada proyek Pembangunan Gedung Perkantoran & Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, dilihat hanya penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja saja.

1.5 Sistematika penulisan

Penulisan analisa ini dibagi dalam 5 bab yang terdiri dari :

1. Bab I berisikan tentang pendahuluan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan dan batasan masalah. 2. Bab II berisikan tentang tinjauan

pustaka proyek, Angkatan kerja dan kecelakaan kerja, tingkat konsekuensi, top event, faulth tree analysis.

3. Bab III beriskan tentang metode

penelitian yang digunakan untuk penulisan.

4. Bab IV berisikan tentang analisa data gambaran umum proyek, keselamatan dan kesehatan kerja, klasifikasi kecelakaan dan penyebab kecelakaan kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja, faulth tree analysis, penentuan mimum cut set dan penanganan serta pencegahan kecelakaan kerja

5. Bab V berisikan tentang penutup

kesimpulan dan saran dari penelitian.

BAB II TINJAUANPUSTAKA

2.1 Kebijakan, Hukum, dan Peraturan 2.1.1 Undang – undang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang extensif, sebagaimana terlihat pada daftar peraturan perundang – undangan K3. Undang – undang K3 yang terutama di Indonesia adalah undang – undang No I / 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Undang – undang ini meliputi semua tempat kerja dan menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan primer.

Undang – undang No. 23 / 1992 Tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau

masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produtivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Depetemen Kesehatan 2002)

2.1.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Manajemen adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalaian resiko yang berkaiatan dengan kegiatan – kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Dalam penerapan Sistem Manajemen K3, perusahaan wajib melaksanakan ketentuan – ketentuan sebagai berikut (Sastrohadiwiryo : 2005).

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

3. Menerapkan kebijakan keselamatan secara efektif

4. Mengukur, memantau, dan

mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan

meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

2.2 Manajemen Resiko Kecelakaan Kerja

Manajemen resiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan resiko-resiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal diluar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruk yang diharapkan dan dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi resiko – resiko potensial tersebut.

(4)

3

menunjang peningkatan keuntungan usaha.

(Sastrohadiwiryo : 2005).

Secara tak langsung manajemen resiko memberikan sumbangan sebagai berikut :

a. Memberikan pemahaman tentang resiko, efek, dan keterkaitannya secara lebih baik dan pasti sehingga menambah keyakinan dalam pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan kualitas keputusan.

b. Meminimalkan jumlah kejadian diluar dugaan dan memberikan gambaran tentang akibat negatifnya sehingga mengurangi ketegangan dan kesalah pahaman. c. Membantu menyediakan sumber

daya yang baik.

d. Menangkal timbulnya hal-hal dari yang dapat menggangu kelancaran operasional.

e. Mengurangi fluktuasi laba dan arus kas tahunan atau menstabilkan pendapatan.

f. Menimbulkan kedamaian pikiran dan ketenangan tenaga kerja dalam bekerja

g. Meningkatkan public image

perusahaan sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.

2.3 Penilaian Resiko Kerja

Penilaian resoko kerja bertujuan untuk menentukan prioritas tindak lanjut, karena tidak semua aspek bahaya

potensional yang dapat ditindak lanjuti. (Sastrohadiwiryo : 2005).

Metode penilaian resiko, antara lain : 1. Frekuensi kecelakaan yang terjadi di

tempat kerja (F)

Frekuensi kecelakaan adalah tingkat seringnya terjadi kecelakaan atau bahaya yang akan terjadi atau seberapa sering kejadian kecelakaan akan terjadi. Didalam menentukannya yang terjadi di tempat kerja, kita dapat menggunakan skala frekuensi kecelakaan berdasarkan pada jumlah kecelakaan.

Tabel 2.2 : Tingkat frekuensi

Skala Frekuensi Definisi frekuensi

5

Certain (pasti) Dapat terjadi kapan saja, pasti

terjadi 1 kasus /100 orang

Dapat terjadi secara berkala, sangat mungkin

terjadi 1 kasus/1000 orang pertahun

3

Possible (mungkin)

Dapat terjasi kondisi tertentu, sangat mungkin

terjadi 1 kasus/10000 orang pertahun

2

Very unlikely (kecil kemungkinan

Dapat terjadi, tetapi jarang/kecil

kemungkinannya 1 kasus/100.000 orang pertahun

1

Almost impossible (hampir tidak

mungkin)

Memungkinkan tidak mungkin terjadi, hampir tidak mungkin 1 kasus/1.000.000 orang pertahun Sumber:

www.mishc.uq.edu.au/NMIRAG/NMISHRAG.asp

2. Konsekuensi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja (C)

Konsekuensi kecelakaan yaitu tingkat keparahan atas kejadian kecelakaan yang dapat / akan terjadi. Kriterianya ditentukan berdasarkan kerugian pada biaya kecelakaan yang terjadi yang ditanggung oleh perusahaan untuk perawatan.

Tabel 2.3 : Tingkat Konsekuensi

Skala Konsekuensi Definisi Konsekuensi

1 No/trivial effect

( hampir tidak ada effect)

Terjadi insiden kecil atau disertai kerugian material nihil sampai dengan

sangat kecil

(Rp.0 s/d Rp 50.000) per orang 2 Injuri (luka kecil) Terjadi kecelakaan

dan dibutuhkan tindakan P3K setempat, atau disertai kerugian

(5)

4

(Luka kecelakaan

yang menimbulkan

waktu kerja hilang)

medis (berobat jalan), atau disertai

dengan kerugian materi cukup besar

(Rp. 100.000 s/d Rp. 400.000) per

orang 4 Incapacity

(hampir fatal)

Terjadi kecelakaan dan dibutuhkan perawatan inap di

rumah sakit, atau disertai dengan kerugian materi besar (Rp.400.000 s/d Rp 10.000.000)

per orang 5 Fatality (fatal) Terminasi yang

sama untuk kerugian kerusakan

yang digunakan pada lingkungan,

atau terjadi kecelakaan yang menimbulkan cacat

tetap dan atau kematian, atau disertai dengan kerugian materi yang sangat besar.

(>Rp 10.000.000, per orang) Sumber : www.adhikarya.com

2.4 Kecelakaan Kerja

2.4.1 Macam – macam Kecelakaan Kerja

Klasifikasi Kecelakaan Kerja adalah sebagai berikut : (ILO : 2004) Menurut tipe kecelakaan :

- Orang jatuh

- Terpukul benda jatuh

- Tersentuh / terpukul benda yang tidak bergerak

- Terjepit diantara dua benda - Gerakan yang di paksakan - Terkena suhu yang ekstrem - Tersengat arus listrik

- Terkena bahan – bahan

berbahaya atau radiasi

- Lain – lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini. a. Menurut benda

- Mesin

1. Penggerak utama

terkecuali motor listrik 2. Gigi transmisi mesin 3. Mesin pemotong 4. Mesin kayu

5. Mesin pertambangan

6. Lain – lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi ini

- Alat pengangkat dan sarana angkutan

1. Mesin dan perlengkapan pengangkat

2. Pengangkut diatas rel 3. Alat pengangkut lainnya

selain diatas rel 4. Pengangkut udara 5. Pengangkut perairan

6. Lain – lain sarana

angkutan -. Perlengkapan lainnya

1. Bejana bertekanan 2. Dapur, oven, pembakaran 3. Pusat – pusat pendingin 4. Instalasi listrik, termasuk

motor listrik, tetapi tidak termasuk peralatan – peralatan listrik.

5. Alat – alat listrik tangan 6. Alat – alat, perkakas,

perlengkapan listrik. 7. Tangga, jalur landai (ramp) 8. Perancah

- Material, bahan dan radiasi 1. Bahan peledak

2. Serbuk, gas, cairan dan kimia

3. Pecahan terpelanting 4. Radiasi

(6)

5

Klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja jarang disebabkan oleh faktor tertentu melainkan berbagai faktor sekaligus. Terpenting dicatat adalah interaksi berbagai unsur yang terlibat dalam kecelakaan itu sendiri. Faktor manusia merupakan faktor utama kecelakaan kerja.

2.4.2 Dampak Kecelakaan Kerja

Dampak kecelakaan kerja di bagi 3 macam, yakni :

a. Kerugian bagi instansi

1. Biaya pengangkutan korban kerumah sakit

2. Biaya pengobatan 3. Hilangnya waktu kerja 4. Mencari pengganti yang baru 5.Memperbaiki peralatan yang

rusak

6. Kemunduran mental pekerja b. Kerugian bagi korban

Kerugian dari dampak kecelakaan kerja untuk para pekerja yang mengalami kecelakan adalah cacat seumur hidup atau meninggal dunia. Atau kehilangan mata pencaharian untuk keluarga di rumah

c. Kerugian bagi masyarakat dan negara

Kerugian bagi masyarakat dan negara adalah beban biaya karena akibat kecelakaan dibebankan sebagai biaya produksi, yang mengakibatkan

dinaikkannya harga produksi perusahaan dan merupakan pengaruh bagi harga dipasaran.

2.5 Sebab - sebab Yang Sering Terjadi Pada Kecelakaan

Kecelakaan kerja sering terjadi pada sebuah pembangunan konstruksi bangunan, Sebab – sebabnya adalah: (Santoso : 2004)

a. Faktor manajemen

1. Seperti standart kerja yang kurang baik 2. Standart perencanaan yang kurang tepat 3. Standart perawatan yang kurang tepat

4. Standart pembelian peralatan yang kurang tepat

5. Keausan alat akibat keseringan dipakai, dan pemakain yang abnormal.

b. Faktor pekerja

1. Seperti kurangnya pengetahuan pekerja 2. Kurang ketrampilannya pekerja

3. Motivasi yang kurang 4. Fisik yang tidak mendukung 5. Masalah mental dan stress fisik.

6. Ketidak seimbangan kemampuan

psikologis

Penyebab dasar inilah timbul keadaan – keadaan yang disebut substandard (unsafe), yang berupa gejala – gejala dari kondisi dan pebuatan substandard. Memakai istilah standart dapat memberikan suatu ukuran tertentu yang standart, ukuran yang digunakan. Tidak memenuhi standart tersebut disebut substandart. Kondisi dan perbuatan substandart ini timbul sebagai akibat adanya penyebab dasar (basic causes).

Perbuatan substandart (tidak memenuhi standart) yang sering dijumpai antara lain :

1. Menjalankan yang bukan tugasnya, gagal memberikan peringatan.

2. Melepaskan alat pengaman atau

membuat alat pengaman tidak berfungsi. 3. Membuat peralatan yang rusak.

4. Tidak memakai alat pelindung diri (APD). 5. Memuat sesuatu secara berlebihan. 6. Menempatkan sesuatu tidak pada

tempatnya.

7. Mengangkat berlebihan 8. Posisi kerja tidak tepat

9. Melakukan perbaikan pada waktu mesin masih berjalan.

10. Bersenda gurau. 11. Bertengkar.

12. Berada dalam pengaruh alkohol atau obat – obatan.

Kondisi substandard (tidak memenuhi standart) yang sering dijumpai :

1. Pengamanan tidak sempurna.

2. Alat pelindung diri yang tidak memenuhi standart.

3. Bahan atau peralatan kerja yang telah rusak.

4. Gerak tidak leluasa karena tumpukan benda.

5. Sistem tanda bahaya tidak memenuhi syarat.

6. House keeping dan lay out yang jelek. 7. Lingkungan kerja yang mengandung

(7)

6

terjadinya kecelakaan kerja baik dari

aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya :

a. Faktor fisik yang meliputi

penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanik, radiasi dan lain – lain

b. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh – tumbuhan.

c. Faktor kimia yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap awan, cairan dan benda padat

d. Faktor mental psikologis yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dan sebagainya.

Penyebab kecelakaan kerja pada dasarnya dikelompokkan menjadi 2, yaitu (Santoso : 2004) :

a. Tindakan membahayakan (Unsafe Practices / Actions)

1. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan 2. Gagal menciptakan keadaan

yang baik sehingga menjadi tidak aman dan memanas 3. Menjalankan pekerjaan yang

tidak sesuai dengan kecepatan geraknya.

4. Memakai alat pelindung diri (APD) hanya berpura – pura. 5. Menggunakan peralatan yang

tidak layak.

6. Pengerusakan alat

pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia

7. Bekerja berlebihan / melebihi jam kerja di tempat kerja 8. Mengangkat / mengangkut

beban yang berlebihan b. Kondisi yang membahayakan

1. Dalam keadaan pengaman yang berlebihan

2. Alat dan peralatan yang sudah tidak layak

3. Terjadi kemacetan

4. Sistem peringatan yang berlebihan

5. Ada api dan ditempat yang berbahaya

6. Alat penjaga / pengaman gedung kurang standar

7. Kondisi suhu yang

membahayakan seperti terdapat gas dan lain – lain

8. Terpapar bising

Pada umumnya kecelakaan terjadi karena gabungan dari kedua faktor diatas. Namun demikian faktor perbuatan berbahaya adalah merupakan faktor paling dominan. Hal ini dibuktikan melalui penyelidikan yang dilakukan oleh negara maju dimana hasilnya menunjukkan bahwa peristiwa kecelakaan 80% disebabkan faktor perbuatan yang berbahaya dan 20% disebabkan faktor kondisi berbahaya dan faktor – faktor lainnya. (Depnaker : 7)

2.6 Methode FTA (Fault Tree Analysis) Metode ini berkembang sekitar tahun 1995, oleh US air force disebabkan banyaknya kejadian kecelakaan udara. Dilakukan oleh Bell Laboratories. Saat ini FTA telah banyak digunakan di berbagai industri, termasuk dibidang konstruksi. Bidang industri digunakan untuk mengetahui atau pencatatan kegiatan yang dilakukan. Kegagalan dalam industri dapat diketahui akibat adanya hubungan sebab akibat dari catatan atau pelaporan kegiatan yang dilakukan, sedangkan bidang konstruksi digunakan untuk kejadian kecelakaan kerja. Metode ini mempermudah orang yang membaca kegagalan produk yang dibuat suatu pabrik atau instansi.

2.6.1 Pengertian Methode FTA (Fault Tree Analysis)

FTA ( Fault Tree Analysis ) adalah daftar peristiwa kegagalan jika terjadi kemudian dilingkungan kerja pada peristiwa puncak. (Dr John Andrews : 1998) FTA (Fault Tree Analysis) adalah suatu metode analisa resiko kuantitatif dengan model grafik dan logika yang menampilkan kombinasi kejadian yang memungkinkan yaitu rusak atau baik, yang terjadi dalam sistem, aplikasinya dapat mencakup suatu sistem, equipment dan sebagai analisa

(8)

7

pada proyek ini banyak sekali

keadaan yang dapat menimbulkan kecelakaan. Untuk itu sangat diperlukan analisa metode ini untuk mengetahui penyebab – penyebab dan kombinasi yang tersembunyi yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan sehingga diharapkan kecelakaan tersebut dapat dihindari.

Tujuan metode ini adalah :

1. Dilakukan untuk mengidentifikasi kombinasi dari equipment failure dan human error yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kejadian yang tidak dikehendaki

2. Dilakukan untuk prediksi kombinasi kejadian yang tidak dikehendaki, sehingga dapat dilakukan koreksi untuk meningkatkan produk safety.

Kelebihan penggunaan FTA adalah :

1. Sebagai metode kualitatif adalah

kemampuannya untuk mengidentifikasi kombinasi kejadian

yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan

2. FTA sering digunakan untuk menganalisa lebih rinci terhadap hasil – hasil evaluasi yang dilakukan dengan metode HAZOP dan what if analisis.

Tabel 2.8 : Berikut ini adalah simbol – simbol yang digunakan pada metode FTA

EVENT SYMBOLS

KETERANGAN

BASIC EVENT

Menggambarkan suatu basic initiating

fault yang tidak memerlukan pengenbangan atau

uraian lebih lanjut

CONDITIONING EVENT

Kondisi spesifik yang atau batasan

UNDEVELOPED EVENT

Suatu fault event yang tidak diperiksa

lebih lanjut karena keterbatasan informasi yang dianggap kurang

penting

EXTERNAL / HOUSE EVENT

Suatu event yang sudah ada / exist terlebih dahulu yang

mendukung terjadinya kegagalan

INTERMEDIATE EVENT

Suatu fault event yang dihasilkan dari

interaksi kejadian kegagalan lainnya

yang disusun menggunakan logic

gate

EVENT SYMBOLS

KETERANGAN

AND GATE

Menunjukkan bahwa output event akan terjadi jika seluruh input events ada / terjadi ( exist )

OR GATE

Menunjukkan bahwa output event akan terjadi jika salah satu

input events ada / terjadi (exist )

INHIBET GATE

Menunjukkan bahwa output event akan

terjadi jika input event ada dan inhibit

condition terpenuhi

PRIORITY AND

Fault output terjadi jika semua fault input

terjadi dengan urutan / sekuens

tertentu

Menunjukkan bahwa fault tree berhubungan lebih lanjut dengan fault tree di lembaran /

(9)

8

Sumber : Mohamad Modarres, Mark

Kaminskiy, Vasilly Krivtsov : 2000, 217

Langkah – langkah mengerjakan FTA 1. Menentukan masalah yang akan

dianalisa ( problem definition ) dengan syarat main sistem failure, jangan terlalu umum, jangan terlalu sempit, sebisa mungkin untuk masalah yang akan dianalisa lebih spesifik

2. Membuat gambar konstruksi FTA yaitu dengan cara dari top event, kemudian ke event berikutnya sampai akhirnya ke basic event. Berikut adalah contoh pembuatan gambar kontruksi FTA.

Syarat penentuan masalah untuk analisa : a. Pada FTA masalah adalah “ top

event “

b. Top event tidak terlalu umum c. Top event tidak terlalu sempit d. Top event harus spesifik dan sebisa

mungkin mengandung : apa, dimana dan kapan.

Gambar 2.3 : Contoh Diagram

Konstruksi FTA (Dr John Andrews : 1998)

3. Memberikan jawaban masalah FTA (FTA solution)

Merupakan berbagai kemungkinan kombinasi resiko yang mungkin, yang mana jika mereka semua terjadi atau ada secara serempak akan menyebabkan terjadi top event, dengan menentukan minimal cut set rangking.

Langkah – langkah penentuan minimal cut set

a. Modifikasi FTA menjadi AND dan OR gate saja

b. Namai masing – masing gate dengan huruf (letter)

c. Namai masing – masing basic event dengan angka

d. Penentuan cut set

e. Penentuan minimal cut set f. Penentuan ranking minimal cut

set

2.6.2 MOCUS (Methode Obtain Cut Set)

Metode cut set adalah sebuah metode untuk mengetahui daftar peristiwa kegagalan yang terjadi kemudian pada peristiwa puncak. Sedangkan minimum cut sets adalah daftar kondisi – kondisi minimal yang cukup dan perlu untuk peristiwa kejadian puncak. Berikut ini adalah gambar contoh minimum cut sets.

Gambar 2. 4 : contoh minimum cut sets (Dr John Andrews : 1998) TOP

A G1

B C B D

Metode minimum cut sets mempunyai kelebihan antara lain :

a. Mudah diprogram dengan komputer sehingga mempercepat waktu pengerjaan.

b. Cut set berhubungan langsung dengan metode kegagalan.

BAB III METODOLOGI

3.1 Penelitian Kecelakaan Kerja

(10)

9

mempunyai frekuensi tinggi terjadi

kecelakaan kerja di lingkungan proyek, terhadap total biaya langsung yang tinggi jumlahnya yang dikeluarkan oleh pihak manajemen proyek untuk menentukan kejadian puncak (top event), yang nantinya dibuat diagram FTA (Fault Tree Analysis). Diagram ini menggambarkan analisa pohon kegagalan dimana akan dapat diketahui penyebab serta akibat kecelakaan kerja yang terjadi. Sedangkan untuk penanganan serta pencegahan kecelakaan kerja dilihat dari sebelum dan sesudah kecelakaan kerja.

3.2. Pengumpulan Data

Data Primer meliputi :

1. Wawancara langsung dan pengamatan lapangan dengan pihak kontraktor dan yang berkaitan dengan operasional pembangunan proyek (terutama dengan manajer K3) yang berfungsi untuk :

a. Mendapatkan informasi tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang sering terjadi pada lokasi proyek.

Dalam memperoleh informasi ini sebelumnya telah dilakukan studi literatur untuk mengetahui variabel penyebab kecelakaan kerja pada umumnya. Selanjutnya variabel tersebut divalidasikan pada responden untuk menyesuaikan dengan kondisi dilapangan, termasuk mendapatkan variabel, jenis, penyebab dan penanganan serta pencegahan kecelakaan kerja baru. Materi wawancara adalah jenis, penyebab dan penanganan serta pencegahan kecelakaan kerja. Wawancara dengan menggunakan kuisioner yang respondennya adalah:

1. HSE (Health and Safety

Engineer)

2. Inpector HSE (Health and

Safety Engineer)

3. Mandor dan para pekerja

Data Sekunder meliputi :

1. Data – data kecelakaan kerja beserta laporan kronologis kejadian kecelakaan yang terjadi diproyek. Untuk mendapatkan frekuensi kecelakaan kerja dan untuk mendapatkan variabel yang sudah divalidasi. Serta data biaya yang dikeluarkan oleh pihak manajemen proyek akibat kecelakaan kerja.

2. Sistem Manajemen dan keselamatan kerja pada proyek Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

3. Emergency respon tentang K3 untuk penanganan dan pencegahan kecelakaan kerja.

3.3 Langkah – langkah Analisa Data

Langkah – langkah dalam menganalisa data meliputi :

1. Variabel-variabel jenis kecelakaan kerja. Permasalahan diatas diselesaikan dengan cara :

a. Studi literatur penyebab kecelakaan kerja untuk memperoleh variabel pada umumnya.

b. Variabel dari studi literatur divalidasikan pada responden dengan kondisi lapangan tentang kecelakaan kerja.

c. Mengelompokkan kejadian

kecelakaan kerja yang sama dan memisahkannya.

d. Menentukan kejadian puncak (top event) dengan melihat variabel jenis kecelakaan kerja yang sering atau mempunyai frekuensi tinggi terjadi kecelakaan dilingkungan proyek dalam bulan Oktober 2008 sampai dengan Oktober 2009 terhadap total biaya langsung yang tinggi jumlahnya yang dikeluarkan oleh pihak manajemen proyek.

Data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan diatas adalah :

1. Laporan kecelakaan kerja yang didapatkan dari pihak kontraktor. 2. Hasil wawancara dengan pihak

K3 untuk mencocokan variabel kecelakaan kerja dari studi literatur pada umumnya dengan kondisi lapangan, atau untuk mendapatkan variabel baru dilokasi proyek. Wawancara dilakukan dengan safety officer proyek

e. Membuat gambar konstruksi FTA Kejadian puncak (top event) yang telah ditentukan diklasifikasikan penyebab-penyebab kecelakaan kerja (Intermediate event) dan penyebab dasar (basic event). Data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalah ini adalah :

(11)

10

Engineer)untuk menghubungkan

penyebab jenis kecelakaan kerja untuk menghasilkan top event.

b. Sistem manajemen K3 yang

diterapkan dilapangan, dalam hal ini yang diterapkan adalah SMK3L (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan)

f. Hasil dari output FTA dengan menganalisa fakor penyebab terjadinya kecelakaan dan untuk menampilkan kejadian kecelakaan dengan menggunakan metode MOCUS. Agar mendapatkan kombinasi penyebab kecelakaan kerja

2. Menentukan metode penanganan dan pencegahan untuk kecelakaan kerja yang terjadi pada poyek. Penanganan dan Pencegahan kecelakaan kerja dilakukan sebelum dan sesudah kejadian kecelakaan kerja. Penanganan dan pencegahan yang dilakukan secara menyeluruh tehadap basic event yang ada dari sudut pandang teknis dan manajemen.

Permasalahan diatas diselesaikan dengan cara :

a. Studi literatur penanganan dan pencegahan kecelakaan kerja untuk memperoleh variabel pada umumnya.

b. Variabel dari studi literatur divalidasikan pada responden dengan melakukan survei dan wawancara tentang penanganan dan pencegahan kecelakaan kerja dilapangan.

c. Mengelompokkan penanganan dan pencegahan kejadian kecelakaan kerja yang telah terjadi.

respondennya adalah :

a. HSE (Health and Safety Engineer)

b. Inpector HSE (Health and Safety Engineer)

3. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

3.4 Identifikasi Variabel Penyebab dan Penanganan Serta Pencegahan Kecelakaan Kerja

3.4.1 Klasifikasi Jenis Kecelakaan Kerja

Dalam memperoleh informasi ini sebelumnya melakukan studi literatur

untuk mengetahui klasifikasi kecelakaan kerja pada umumnya menurut tipe kecelakaan, antara lain

- Orang jatuh

- Terpukul benda jatuh - Tersentuh / terpukul benda

yang tidak bergerak - Terjepit diantara dua benda - Gerakan yang di paksakan - Terkena suhu yang ekstrem - Tersengat arus listrik

- Terkena bahan – bahan

berbahaya atau radiasi - Lain – lain kecelakaan yang

tidak termasuk golongan ini.

3.4.2 Penanganan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja

A. Penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja. Penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja dilihat dari dua aspek yaitu: 1. Aspek Manajemen

a. Pencegahan kecelakaan dipandang dari aspek ini bermula pada penjelasan mengenai jabatannya yang mencakup fungsi, hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab, serta syarat – syarat kerjanya. b. Memberikan penjelasan

tentang bahayanya kecelakaan kerja yang biasa terjadi dilingkungan proyek.

c. Penanganannya dengan

memberikan pendidikan (training) dan penjelasan kepada tenaga kerja atau

karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja.

2. Aspek Teknis

a. Memberikan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sepatu safety, sarung tangan, kaca mata dan lain-lain terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.

b. Pemasangan rambu

peringatan dan papan pengumuman tentang bahaya kecelakaan kerja

(12)

11

LATAR BELAKAN G

P ER U M U SA N M AS ALAH

P EN G U M P U LAN D ATA

D ata Prim er ~ Studi Literatur

D ata Sekunder ~ D ata kecelakaan ~ Sistim m anajem en K3 ~ Em ergency respon ~ S urvei W aw ancara

P EN E NTU AN VAR IABEL PEN YE BA B KECELAK AA N

M ENEN TU KA N TO P E V EN T IN TER M E DIATE EVEN T

B AS IC E VE NT

M EN G G AM BAR KAN M ETOD E FTA

K E SIM P U LAN D A N S AR A N A NA LIS A P EN AN G AN A N (SU R V EI DA N W AW AN C A R A)

P ER H ITU N G AN M O C U S

B. Penanganan dan pencegahan

sesudah kejadian kecelakaan kerja

Penanganan dan pencegahan sesudah kecelakaan kerja dilihat dari dua aspek yaitu :

1. Aspek Manajemen

a. Penyediaan asuransi bagi para pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

b. Pemberian pengobatan dan

pemeriksaan serta perawatan kepada pekerja

yang mengalami kecelakaan kerja selama di

rumah sakit sampai sembuh c. Pemberian santunan bagi

para pekerja yang mengalami kecelakaan kerja baik yang cacat sementara atau selamanya dan meninggal dunia. 2. Aspek Teknis

a. Identifikasi kecelakan kerja pada lokasi kecelakaan b. Melakukan penyelidikan

penyebab kecelakaan kerja agar tidak terulang kembali c. Memberikan pertolongan

pertama pada kecelakaan. d. Memberikan penyuluhan

atau penjelasan kepada pekerja lain tentang penyebab kecelakaan yang telah terjadi agar lebih memperhatikan tentang keselamatan kerja.

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian

BAB IV ANALISA DATA

4.1 Gambaran Umum Proyek

Gedung perkantoran dan perkuliahan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya terdiri dari 9 lantai. Struktur utamanya merupakan beton bertulang, dinding kaca. Untuk rangka atap kantor terdiri rangka baja. Gambaran umum proyek adalah sebagai berikut :

Nama Proyek: Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

1. Pemilik Proyek : Yayasan Wijaya Kusuma 2. Kontraktor : PT. Duta Graha Indah 3. Luas tanah bangunan : 20.500 meter persegi

4.2 Program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(13)

12

mengurangi proses terjadinya

kecelakaan kerja.

Kegiatan - kegaiatan yang dilaksanakan adalah :

1. Identifikasi dan pengadaan peralatan K3

2. Pengenalan/Induction SMK3 dan SML

Perusahaan

3. Identifikasi bahaya dan aspek lingkungan 4. Pengendalian resiko keseluruhan peotensi

bahaya dan pencemaran lingkungan yang telah diidentifikasi pada setiap lokasi proyek 5. Menerbitkan JSA (Job Safety Analysis)

terutama untuk tempat kerja yang resiko bahayanya tinggi.

6. Mengelola kebersihan proyek setiap hari, termasuk penanganan sampah.

7. Penyediaan fasilitas dan utilitas pekerja 8. Inspeksi K3

9. Tool-box meeting 10. Safety meeting

11. Uji coba prosedur keadaaan darurat 12. Inspeksi K3 (oleh kt. Pusat/kt cabang) 13. Pelatihan K3

14. Audit internal SMK 3/OHSAS dan SML.

4.2.1 Penerapan Peraturan K3

Kegiatan Yang Dilakukan Pada Proyek

1. Safety Induction

a. Safety Induction dilakukan untuk memberikan penjelasan K3 kepada Pekerja terhadap pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) termasuk peraturan – peraturan yang berlaku.

b. Memberi tau kepada pekerja terhadap penggunaan peralatan dan perlengkapan K3

c. Memberi tau tentang perihal yang tidak boleh dilakukan oleh pekerja d. Memberi tau tentang kegiatan –

kegiatan K3 yang dilakukan oleh pihak Safety Health and Environment.

Safety Induction dilakukan 1 (satu) kali sehari yaitu pada pagi hari

2. Safety Meeting

Safety meeting dilakukan oleh safety officer proyek PT Duta Graha Indah dengan safety officer dan setiap – setiap Subkontraktor. Safety meeting membahas tentang :

a. Alat Pelindung Diri (APD)

b. Uji coba prosedur keadaan darurat (simulasi)

c. Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) setiap – setiap kegiatan Proyek.

d. Umum yaitu tentang

permasalahan di lokasi proyek

e. Pelatihan

f. House Keeping

Jadwal safety meeting dilakukan setiap hari rabu jam 09.00 WIB 2(dua) minggu sekali selama sebulan.

3. Safety Talk

Safety talk dilakukan untuk mempertemukan seluruh pekerja yang ada di proyek. Safety talk berfungsi untuk membahas tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Evaluasi terhadap kinerja K3 b. Pengaturan sistem manajemen

K3 yang baik

c. Hukuman (Punishment)

Hukuman ini diberikan kepada pekerja atau subkontraktor yang melanggar peraturan K3 yang telah ditetapkan.

Jadwal safety talk dilakukan setiap hari sabtu jam 10 WIB 3 (tiga) minggu sekali selama sebulan.

4. Safety Patrol

Inspeksi gabungan yang dilakukan sewaktu – waktu atau terjadwal oleh safety officer dengan tiap – tiap subkontraktor untuk mengejar kondisi fisik lapangan, safety patrol berfungsi untuk :

a. Kebersihan lokasi proyek b. Rambu – rambu proyek. c. Identifikasi bahaya.

Jadwal safety patrol dilakukan setiap hari rabu jam 9 WIB 2 (dua) minggu sekali selama sebulan. 5. Safety Morning

Safety morning dilaksanakan setiap hari sebelum menuju ke lokasi kerja. Safety morning dilakukan oleh anggota K3.

4.2.2 Pencegahan Terhadap Kecelakaan Kerja

Pedoman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, adalah melaksanakan hal – hal untuk mencegah kemungkinan – kemungkinan bahaya dan kecelakaan kerja yang timbul yaitu :

a. Pihak kontraktor menyediakan

perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) berupa Pelindung kepala/helm, sepatu, safety belt, sarung tangan, kaca mata, pelindung telinga, masker pelindung pernapasan bagi para pekerja.

(14)

13

c. Memberikan alat komunikasi kepada

pekerja yang sedang melaksanakan pekerjaan yang komunikasinya jauh seperti pekerjaan yang melibatkan alat tower craine yang begitu tinggi.

d. Dipasang jaring pengaman (safety net) pada tepi bangunan atau lokasi yang dianggap bahaya.

e. Pada ujung tower crane paling atas dipasang alat penangkal petir.

f. Memasang spanduk peringatan dan slogan-slogan yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Spanduk dan slogan-slogan peringatan dipasang pada tempat/lokasi yang strategis.

g. Membuat peraturan bahwa setiap

subkontraktor memiliki pengawas K3 sendiri untuk mengawasi pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan subkontraktor itu sendiri. Safety officer subkontraktor bertanggung jawab dan berkoordinasi dengan pihak safety officer PT Duta Graha Indah. Pekerjaan dan kegiatan serta para pekerja subkontraktor dilaporkan kepada pihak PT Duta Graha Indah. Jumlah sarana peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek dapat dilihat pada tebel berikut :

4.3 Klasifikasi Kecelakaan, Penyebab Kecelakaan Kerja

4.3.1 Data Variabel Kecelakaan Kerja Umum

Variabel kecelakaan kerja pada umumnya, antara lain :

- Orang jatuh

- Terpukul benda jatuh

- Tersentuh / terpukul benda yang tidak bergerak

- Terjepit diantara dua benda - Gerakan yang di paksakan - Terkena suhu yang ekstrem - Tersengat arus listrik

- Terkena bahan – bahan

berbahaya atau radiasi

- Lain – lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini.

Data yang telah diperoleh diatas divalidasikan untuk menyesuaikan kondisi di lapangan.

4.3.2 Data Variabel Kecelakaan Kerja Pada Proyek

Analisa fault tree menggunakan data-data kecelakaan kerja yang didapatkan dari pihak kontraktor PT Duta Graha Indah dalam pembangunan Proyek Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Data-data yang didapatkan adalah data kecelakaan kerja yang terjadi selama pelaksanaan proyek. Yaitu selama pelaksanaan simulasi dari bulan Oktober 2008 sampai dengan Oktober 2009. Dari tenggang simulasi diperoleh data kecelakaan kerja sebanyak 24 jumlah kejadian kecelakaan kerja. Data-data kecelakaan kerja yang sudah diperoleh tersebut divalidasi berdasarkan jenis kecelakaan kerja yang terjadi beserta penyebabnya.

a. Variabel kecelakaan kerja pada proyek sebagai berikut:

1. Terpeleset 2. Terpukul 3. Tergores

4. Terjatuh dari ketinggian yang sama 5. Terbentur

6. Tertusuk

7. Terjatuh dari ketinggian yang

berbeda

8. Tersengat arus listrik 9. Tebakar

10. Keracunan 11. Terjepit

b. Terluka pada bagian 1. Kaki

2. Kepala 3. Badan 4. Tangan

Data keterangan kecelakaan kerja pada pembangunan Proyek

(15)

14

4.3.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Tiap kecelakaan kerja adalah kerugian, Kerugian ini terlihat dari adanya dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya ini sering sangat besar, padahal biaya itu menjadi beban pihak manajemen proyek untuk perawatan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya atas P3K, pengobatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama pekerja tak mampu bekerja, kompensasi cacat atau meninggal dunia. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Dalam analisa data ini yang digunakan adalah biaya langsung saja yang dikeluarkan oleh pihak manajemen proyek dengan melihat tabel konsekuensi (tabel 2.3).

Keterangan biaya-biaya langsung pada pembangunan Proyek Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4:

4.3.4 Faktor Penyebab Langsung Kecelaan Kerja

Dari analisa yang didapatkan ternyata faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan selalu ditemui disetiap suatu pekerjaan yang dikerjakan. Penyebab langsung kecelakaan kerja adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu tindakan tidak aman (unsafe action) dan kondisi yang tidak aman (unsafe condition). Dari penyebab kecelakaan kerja ini dapat menimbulkan dampak kecelakaan kerja yaitu:

1. Kerugian material/harta 2. Hilang jam kerja

3. Cacat tubuh (permanen/sementara) 4. Korban jiwa

(16)

15

4.3.5 Penentuan Top Event

Top Event (kejadian puncak) adalah suatu kegagalan atau kesalahan yang akan diidentifikasi secara rinci. Top event yang diperoleh, berdasarkan hasil klasifikasi data kecelakaan kerja yang terjadi selama periode bulan Oktober 2008 sampai dengan Oktober 2009 yang sudah dikelompokkan, hasil dari klasifikasi kecelakaan kerja yang sudah divalidasikan yang mempunyai frekuensi tinggi yang sering terjadi kecelakaan dilingkungan proyek (lihat tabel 4.3) terhadap total biaya langsung yang tinggi jumlahnya yang dikeluarkan oleh pihak manajemen proyek (lihat tabel 4.4)

Tabel 4.6 Daftar top event kecelakaan kerja

No Jenis Kecelakaan

Frekuensi Total Biaya Langsung Yang

Dikeluarkan

1. Terpeleset 7 Rp. 1.450.000

2. Terpukul 3 Rp. 900.000

3. Tergores 2 Rp. 400.000

4. Terjatuh dari

ketinggian yang sama

ketinggian yang berbeda

4.3.6 Menentukan faktor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan.

Selanjutnya setelah menentukan top event diatas barulah menganalisa data kecelakaan dengan Fault Tree Analysis (FTA). Tapi sebelumnya harus menentukan faktor-faktor penyebab kecelakaan dari data yang telah diperoleh yang nantinya menjadi Intermediate event. Faktor–faktor penyebab kecelakan kerja merupakan penjelasan atau penggambaran umum dari kejadian puncak yang diperoleh dari studi literatur pada umumnya dengan kondisi lapangan, atau untuk mendapatkan variabel baru dilokasi proyek.

Tabel 4.7 Berikut adalah faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja secara umum : Penyebab

(intermediat e event)

Basic event

Kurangnya pengetahuan pekerja Kurangnya ketrampilan pekerja

Faktor Pekerja

Motivasi yang kurang Fifik yang tidak mendukung Masalah mental dan stress fisik Ketidakseimbagan kemampuan psikologis

Faktor Manajemen

Standart kerja yang kurang baik Standart perencanaan yang kurang tepat

Standart perawatan yang kurang tepat

Standart pembelian peralatan yang kurang tepat

Keausan alat dan pemakaian yang abnormal

Faktor Lingkungan

Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu udara, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanik, radiasi dan lain-lain.

Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan

Faktor kimia yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap awan, cairan dan benda padat.

Faktor mental psikologis yaitu susunan kerja, hubungan antara pekerja dengan pengusaha.

Faktor Peralatan

Alat pelindung diri yang tidak memenuhi standart

Bahan atau peralatan kerja yang telah rusak

Sistem tanda bahaya tidak memenuhi standart

House keeping dan layout yang jelek

Memuat sesuatu secara berlebihan

Ada 4 faktor kecelakaan kerja (Intermediate event) yaitu :

1. Faktor Pekerja 2. Faktor Manajemen 3. Faktor Peralatan 4. Faktor lingkungan

(17)

16

kesalahan secara terstruktur diantara penyebab

yang satu dengan yang lain sehingga diketahui kemungkinan terjadinya kecelakaan secara sistematis. Intermediate event dari masing – masing kecelakaan untuk tahap pertama pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi :

Langkah-langkah penentuan Intermediate event dan basic event pada

proyek pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, adalah laporan kecelakaan dan data penyebab kecelakaan kerja yang didasarkan pada standart safety plan kontraktor, observasi, dan wawancara penyebab kecelakaan kerja pada pekerja dan pihak manajemen proyek. Top event diperoleh dari hasil dari klasifikasi kecelakaan kerja yang mempunyai frekuensi tinggi yang sering terjadi kecelakaan dilingkungan proyek terhadap total biaya langsung yang tinggi jumlahnya yang

dikeluarkan oleh pihak manajemen proyek (lihat tabel 4.6)

Top event yang dianalisa dan dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Terpeleset 2. Terpukul 3. Tergores

(18)
(19)

18

4.3.7 Penggambaran FTA (Faulth Tree Analysis)

Grafik Top Event dan faktor

penyebab-penyebab kecelakaan sudah didapatkan maka langkah selanjutnya adalah melakukan penggambaran FTA. Penggambaran konstruksi FTA dimulai dari Top Event kemudian Intermediate Event sampai dengan Basic Event sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya. Penggambaran juga menentukan Gerbang Logika (Logic Gate) adalah suatu model logika yang digambarkan dalam bentuk simbol (And Gate/Or Gate) yang menghubungkan kejadian pada konstribusi pertama dan juga konstribusi kedua.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Top Event dengan Intermediate Event atau Intermediate Event dengan Basic Event. Urutan penggambaran FTA sebagai berikut :

1. Terpeleset 2. Terpukul 3. Tergores

Penggambaran FTA diberi notasi huruf dan angka bertujuan untuk mempermudah dalam hal pengerjaan analisa MOCUS. Analisa ini untuk mencari penyebab yang tersembunyi dari kecelakaan kerja. Dibawah ini adalah hasil dari penggambaran FTA :

(20)
(21)

20

4.3.8 Kombinasi Basic Event

Setelah penggambaran diagram FTA (Fault Tree Analysis) selesai barulah dilakukan penentuan cut set adalah kombinasi dari berbagai Basic Event yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Suatu Cut Set dikatakan sebagai minimal cut set jika cut set tersebut tidak dapat direduksi tanpa menghilangkan statusnya sebagai cut set, sedangkan mocus adalah suatu metode untuk mendapatkan cut set dan minimum cut set. Tabel dari Mocus dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Minimal cut set

1,3,4 Pengaruh bercanda, tidak semangat bekerja, dikeja produksi 2,3,4 Tidak semangat bekerja, dikejar produksi, Stress

5 Kurang pengalaman kerja

6 Kelalaian bekerja

7 Pendidikan 8,10 Mengesampingkan APD, bekerja tidak membawa APD

8,11 Mengesampingkan APD, terbatasnya jumlah APD 9,10 Kurang pengawasan, bekerja tidak membawa APD 9,11 Kurang pengawasan, terbatasnya jumlah APD

12 Personil terbatas

13 Waktu pengawasan terbatas

14,15 Kurang pelatihan, slogan/spanduk terbatas 16,17 Waktu yang terbatas, scedule pekerjaan yang tidak sesuai 18,19 Pembersihan lokasi yang kurang, mengabaikan kebersihan 20,21 Tidak ada rambu peringatan, diabaikan dan terabaikan 22,23 Gelap kurang penerangan, licin 24,25 Terlalu padat, posisi alat membahayakan 26,27,28 Tidak paham penggunaan, Tidak memasang rambu peringatan,

kurang informasi

(22)

21

Minimal cut set

1,4 Pengaruh bercanda, dikejar produksi

1,5 Pengaruh bercanda, stress

2,4 Tidak semangat bekerja, dikejar produksi 2,5 Tidak semangat bekerja, stress 3,4 Kurang waspada, dikejar produksi

3,5 Kurang waspada, stress

6 Pengalaman

7 Tidak bersekolah

8 Kurang kursus keahlian

9,11 MengesampingkanAPD, bekerja tidak membawa APD 9,12 Mengesampingkan APD, terbatasnya jumlah APD 10,11 Kurang pengawasan, bekerja tidak membawa APD 10,12 Kurang pengawasan, terbatasnya jumlah APD 13,14 Personil terbatas, waktu pengawasan terbatas 15,16 Kurang pelatihan, slogan/spanduk terbatas 17,18 Waktu yang terbatas, schedule pekerjaan yang tidak sesuai 19,20 Tidak ada rambu peringatan, diabaikan dan terabaikan 21,22 Gelap kurang penerangan, licin 23,24 Tidak berfungsi maksimal, peralatan sudah tua 25,26 Terlalu padat, posisi alat membahayakan 27,28 Tidak paham penggunaan, tidak memasang rambu peringatan 27,29 Tidak paham penggunaan, kurang informasi 27,28 Tidak paham penggunaan, tidak memasang rambu peringatan 28,29,30 Tidak memasang rambu peringatan, kurang informasi,

membaca tidak lancar

(23)

22

Minimal cut set

1,3 Waktu terbatas, dikejar produksi 1,4 Waktu terbatas, kurang motivasi

1,5 Waktu terbatas, stress

2.3 Tidak semangat bekerja, dikejar produksi 2,4 Tidak semangat bekerja, kurang motivasi 2,5 Tidak semangat bekerja, stress 3,4,5 Dikejar produksi, kurang motivasi, stress

6 Kurang pengalaman kerja

7 Kelalaian bekerja

8 Pendidikan 9,11 Mengesampingkan APD, bekerja tidak membawa APD

9,12 Mengesampingkan APD, terbatasnya jumlah APD 10,11 Kurang pengawasan, bekerja tidak membawa APD 10,12 Kurang pengawasan, terbatasnya jumlah APD

13 Personil terbatas

14 Waktu pengawasan terbatas

15,16 Kurang pelatihan, slogan/spanduk terbatas 17.18 Waktu yang terbatas, schedule pekerjaan yang tidak sesuai 19,20 Pembersihan lokasi yang kurang, mengabaikan kebersihan 21,22 Tidak ada rambu peringatan, diabaikan dan terabaikan 23,24 Gelap kurang penerangan, licin 25,26 Banyak yang rusak, tidak berfungsi maksimal 27,28 Terlalu padat, posisi alat membahayakan 29,30 Tidak paham penggunaan, tidak masang rambu peringatan 29,31 Tidak paham penggunaan, kurang informasi 30,31 Tidak masang rambu peringatan, kurang informasi

(24)

23

4.4 Penanganan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja

1. Aspek Manajemen

a. Pencegahan kecelakaan dipandang dari aspek ini bermula pada penjelasan mengenai jabatannya yang mencakup fungsi, hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab, serta syarat – syarat kerjanya. b. Memberikan penjelasan tentang

bahayanya kecelakaan kerja yang biasa terjadi dilingkungan proyek. c. Penanganannya dengan memberikan

pendidikan (training) dan penjelasan kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja.

2. Aspek Teknis

d. Memberikan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sepatu safety, sarung tangan, kaca mata dan lain-lain terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.

e. Pemasangan rambu peringatan dan papan pengumuman tentang bahaya kecelakaan kerja

f. Penyediaan kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan.

Penanganan dan pencegahan sesudah kejadian kecelakaan kerja dilihat dari 2 aspek yaitu

1. Aspek Manajemen

g. Penyediaan asuransi bagi para pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

h. Pemberian pengobatan dan

pemeriksaan serta perawatan kepada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja selama di rumah sakit sampai sembuh

i. Pemberian santunan bagi para pekerja yang mengalami kecelakaan kerja baik yang cacat sementara atau selamanya dan meninggal dunia.

2. Aspek Teknis

j. Identifikasi kecelakan kerja pada lokasi kecelakaan

k. Melakukan penyelidikan penyebab kecelakaan kerja agar tidak terulang kembali

l. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Penanganan dan pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang baik dapat mencegah keluarnya biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak manajemen proyek.

Penanganan dan pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan oleh pihak PT Duta Graha Indah adalah penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja saja,

yang mempunyai tujuan menekan/meminimalkan kecelakaan, penyakit

akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Dengan melihat kondisi penyebab kecelakaan yang paling bawah atau dasar yang tidak lagi memungkinkan diidentifikasi dikarenakan tidak mungkin lagi ditelusuri penyebab lainnya atau dikarenakan kurangnya informasi yang dibutuhkan (Basic event) yang diperoleh dalam penggambaran FTA (Fault Tree Analysis). Maka penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dengan melihat 2 (dua) aspek yaitu aspek manajemen dan aspek teknis.

1. Aspek Manajemen

a. Mengadakan safety talk, safety meeting, safety induction, safety patrol, safety morning dilingkungan proyek.

b. Penempatan personil/fungsi

pekerjaan HSE/K3 dan penambahan inspektor K3 jika diperlukan.

c. Pemantauan lingkungan proyek dan para pekerja, inspeksi kecelakaan dan simulasi keadaan darurat.

(25)

24

2. Aspek Teknis

a. Pemasangan berikade, rambu-rambu dan rekayasa engineering HSE lainnya serta penyediaan gudang/penampungan limbah. b. Mengidentifikasi dan penyediaan

peralatan K3 (rambu-rambu, P3K, keadaan darurat dan Alat Pelindung Diri (APD).

c. Melaksanakan identifikasi,

inspeksi K3, termasuk pengawasan kedisiplinan penggunaan APD sesuai ketentuan yang ditetapkan dan apek lingkungan

d. Pemantauan efektifitas tindakan perbaikan dan pencegahan kecelakaan.

Dari dua aspek yang telah disebutkan diatas, penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja terhadap top event yang telah dihasilkan pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yaitu terpelet, terpukul dan tergores dengan melihat setiap basic event dari penggambaran diagram FTA (Faulth Tree Analysis). Maka penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja terhadap faktor-faktor penyebab kecelakaan adalah, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Dari keterangan tabel diatas bahwa kecelakaan terpeleset dalam penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja yang dilihat dari dua aspek yaitu aspek manajemen dan aspek teknis yang perlu dan penting (dilihat dari banyaknya pilihan) dilakukan oleh pihak manajemen proyek adalah :

Aspek Manajemen :

- Pemantauan lingkungan proyek dan pekerja, inspeksi kecelakaan dan simulasi keadaaan darurat.

- Mengadakan safety talk, safety

meeting, safety induction, safety petrol, safety morning dilingkungan proyek.

- Pemberian penjelasan mengenai

tugas jabatannya, yang mencakup fungsi kerja wewenang dan tanggung jawab.

Aspek Teknis :

- Pemantauan efektifitas tindakan perbaikan dan pencegahan kecelakaan.

- Melaksanakan identifikasi, inspeksi

K3, termasuk pengawasan kedisiplinan penggunaan APD sesuai ketentuan yang ditetapkan

- Pemasangan berikade, rambu-rambu

(26)

25

Dari keterangan tabel diatas bahwa

kecelakaan terpukul dalam penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja yang dilihat dari dua aspek yaitu aspek manajemen dan aspek teknis yang perlu dan penting (dilihat dari banyaknya pilihan) dilakukan oleh pihak manajemen proyek adalah :

Aspek Manajemen :

- Mengadakan jadwal safety talk, safety meeting, safety induction, safety patrol, safety morning dilingkungan proyek. Agar dapat saling berkoordinasi antara pekerja-pekerja dan pekerja-pimpinan.

- Pemantauan lingkungan proyek dan

pekerja, inspeksi kecelakaan dan simulasi keadaaan darurat.

- Pemberian penjelasan mengenai

tugas jabatannya, yang mencakup fungsi kerja wewenang dan tanggung jawab.

Aspek Teknis :

- Pemantauan efektifitas tindakan perbaikan dan pencegahan kecelakaan.

- Melaksanakan identifikasi, inspeksi

K3, termasuk pengawasan kedisiplinan penggunaan APD sesuai ketentuan yang ditetapan.

- Mengidentifikasi dan penyediaan

peralatan K3 (rambu-rambu), P3K, keadaan darurat dan alat pelindung diri.

Dari keterangan tabel diatas bahwa kecelakaan tergores dalam penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja yang dilihat dari dua aspek yaitu aspek manajemen dan aspek teknis yang perlu dan penting (dilihat dari banyaknya pilihan) dilakukan oleh pihak manajemen proyek adalah :

Aspek Manajemen :

- Mengadakan jadwal safety talk, safety meeting, safety induction, safety patrol, safety morning dilingkungan proyek. Agar dapat saling berkoordinasi antara pekerja-pekerja dan pekerja-pimpinan. - Pemantauan lingkungan proyek dan

pekerja, inspeksi kecelakaan dan simulasi keadaaan darurat.

- Pemberian penjelasan mengenai

(27)

26

Aspek Teknis :

- melaksanakan identifikasi, inspeksi K3, termasuk pengawasan kedisiplinan penggunaan APD sesuai ketentuan yang ditetapkan.

- Pemantauan efektifitas tindakan

perbaikan dan pencegahan kecelakaan.

- Mengidentifikasi dan penyediaan

peralatan K3 (rambu-rambu), P3K, keadaan darurat dan alat pelindung diri.

Dari semua penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja terhadap top event di atas yang dilihat dari dua aspek maka penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja yang harus dilaksanakan pada proyek adalah :

Aspek Manajemen :

- perlu mengadakan jadwal safety talk, safety meeting, safety induction, safety patrol, safety morning dilingkungan proyek. Agar dapat saling berkoordinasi antara pekerja dan pekerja-pimpinan.

- Pemantauan lingkungan proyek dan

pekerja, inspeksi kecelakaan dan simulasi keadaaan darurat.

Aspek Teknis :

- Pemantauan efektifitas tindakan

perbaikan dan pencegahan kecelakaan.

- melaksanakan identifikasi, inspeksi K3, termasuk pengawasan kedisiplinan penggunaan APD sesuai ketentuan yang ditetapkan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Analisa terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dengan wawancara serta analisa data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor penyebab kecelakaan Pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Perkatoran dan perkuliahan tahap III Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dibagi dalam 2 kelompok Unsafe action (tindakan tidak aman) seperti tidak waspada, tidak

konsekuensi, kurang pengamanan, mengabaikan APD, kurang pengetahuan, tidak konsentrasi, kurang pelatihan dan stres. Unsafe condition (kondisi tidak aman) seperti posisi alat membahayakan, dikejar produksi, mengabaikan kebersihan, gelap kurang penerangan, licin, waktu pengawasan terbatas, dan waktu yang terbatas. 2. Penanganan dan pencegahan sebelum

kecelakaan kerja dilihat dari dua aspek yaitu :

a. Aspek Manajemen :

- Mengadakan jadwal safety talk, safety meeting, safety induction, safety patrol, safety morning dilingkungan proyek. Agar dapat saling berkoordinasi antara pekerja-pekerja dan pekerja-pimpinan.

- Pemantauan lingkungan proyek dan pekerja, inspeksi kecelakaan dan simulasi keadaaan darurat.

a. Aspek Teknis

- Pemantauan efektifitas

tindakan perbaikan dan pencegahan kecelakaan.

- melaksanakan identifikasi,

inspeksi K3, termasuk pengawasan kedisiplinan penggunaan APD sesuai ketentuan yang ditetapkan.

a. Saran

Saran dalam analisa faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan penanganan serta pencegahan sebelum kecelakaan kerja berdasarkan kesimpulan diatas sebagai bahan pertimbangan yang mungkin berguna dalam penelitian tugas akhir selanjutnya. Adapun saran adalah sebagai berikut:

1. Data-data dan informasi tentang kecelakaan kerja harus lebih banyak lagi yang diperoleh agar dapat diketahui faktor-faktor penyebab sebelum kecelakaan kerja.

2. Perlu pembahasan tentang

perencanaan biaya kecelakaan kerja dan penangaan serta pencegahan sebelum kecelakaan kerja secara terperinci.

Gambar

grafik resiko menampilkan
Tabel 2.8 :  Berikut ini adalah simbol – simbol yang digunakan
Gambar 2. 4 : contoh minimum cut sets  (Dr John Andrews : 1998)
tabel 4.3)  terhadap total biaya langsung yang tinggi jumlahnya yang dikeluarkan oleh pihak manajemen
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antibakteri dari ekstrak aktif antibakteri tertinggi buah gambas dengan ampisilin adalah dengan mencari

Sela Selain in mete meter r pan$ pan$ang ang dapa dapat t diny diny ataka ataka n n deng dengan an cara cara mena menambahk mbahkan an awalan awal an satua satua n,

Penekanan orientasi pasar terhadap daya saing berdasarkan pada pengidentifikasian kebutuhan pelanggan sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat menjawab

Sungai Sempur merupakan terusan langsung dari mata airnya, oleh sebab itu berdasarkan metode Strahler (1952) dalam Rahayu et al., (2009), sungai orde 1 adalah anak-anak sungai

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis wordplay yang ada dalam film Spongebob Squarepants “Sponge Out Of Water”, teknik penerjemahan yang digunakan pembuat subtitle

dikan, untuk tingkat usia walaupun dapat dilakukan pengujian anova namun hasil yang diperoleh me- nunjukkan rata-rata kinerja antara usia sampai dengan 40 tahun,

RAID level 4 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yaitu menggunakan striping data pada level blok, menyimpan sebuah paritas blok pada sebuah

Sama hal nya dengan produk pada perbankan konvensional, produk perbankan syariah di bidang penghimpun dana ini disebut sebagai simpanan, yaitu dana yang