• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGANGKUTAN CRUDE PALM OIL (CPO) UNTUK DOMESTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PENGANGKUTAN CRUDE PALM OIL (CPO) UNTUK DOMESTIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 MODEL PENGANGKUTAN CRUDE PALM OIL (CPO) UNTUK DOMESTIK

Wahyu Aryawan*, Ir. Setijoprajudo M.SE.** * Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Fakultas Teknologi Kelautan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Sukolilo – Surabaya (60111)

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia. Prospek pasar CPO (Crude Palm Oil) di masa mendatang terlihat sangat cerah baik untuk domestik maupun untuk ekspor. Saat ini, industri kelapa sawit menjadi penyumbang devisa terbesar kedua setelah sektor minyak dan gas, yang juga telah membuka empat juta tenaga kerja. Situasi krisis global saat ini ikut berdampak bagi industri CPO (Crude Palm Oil) dalam negeri. Produksi kelapa sawit Indonesia pada 2009 diperkirakan mencapai 20 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekira 4,5-5 juta ton di antaranya merupakan konsumsi dalam negeri, sedangkan untuk di ekspor sebesar 15-15,5 juta ton.Oleh karena itu maka bagaimana agar konsumsi CPO (Crude Palm Oil) dalam negeri dapat digunakan dengan Optimal.

Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan supply/produksi CPO (Crude Palm Oil) dan demand/konsumsi CPO (Crude Palm Oil). Dan dengan menggunakan metode pinalti, didapatkan jaringan distribusi CPO (Crude Palm Oil) yang optimal. Untuk pendistribusian CPO (Crude Palm Oil) antar propinsi tersebut, terdapat beberapa alternatif penggunaan tipe operasional kapal yaitu sewa kapal (charter) dan liner Tanker serta kapal (charter) dan liner Tongkang dengan menggunakan kapal tanker dan kapal tongkang. Alternatif termurah didapatkan menggunakan analisa biaya dan optimasi metode simplex untuk alternatif sewa kapal.

Desain model optimasi distribusi untuk memenuhi permintaan pada tiap Industri minyak goreng berdasarkan produksi crude palm oil (cpo) dari daerah asal ialah dengan menggunakan kapal tanker atau kapal tongkang menuju pelabuhan tujuan yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Emas dan Pelabuhan Tanjung Perak serta menggunakan truk tangki sebagai moda angkutan darat dari pelabuhan tujuan menuju pabrik minyak goreng.

Dari hasil analisa maka disarankan armada untuk pengangkutan CPO (Crude Palm Oil) sebaiknya dengan jenis kapal Tanker. Akan tetapi jika mengacu pada biaya yang dikeluarkan maka sebaiknya menggunakan kapal tongkang mengingat biaya yang lebih rendah. Hal ini juga terkait dengan jumlah pasokan CPO (Crude Palm Oil) yang akan dikirim dalam 1 tahun.

Kata kunci : distribusi cpo, domestik, suppy dan demand , alternatif operasional kapal, Metode penalti,model optimisasi

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia. CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia. Prospek pasar CPO (Crude Palm Oil) di masa mendatang terlihat sangat cerah baik untuk domestik maupun untuk ekspor. Pelaku usaha harus bisa memanfaatkan peluang ini dengan mempersiapkan armada yang sesuai Saat ini, industri kelapa sawit menjadi penyumbang devisa terbesar kedua setelah sektor minyak dan gas, yang juga telah membuka empat juta tenaga kerja. Situasi krisis global saat ini ikut berdampak bagi industri CPO (Crude Palm Oil) dalam negeri. Produksi kelapa sawit Indonesia pada 2009 diperkirakan mencapai 20 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekira 4,5-5 juta ton di antaranya merupakan konsumsi dalam negeri, sedangkan untuk di ekspor sebesar 15-15,5 juta ton.

Dalam rangka menjaga ketersediaan CPO (Crude Palm Oil) di Jawa diperlukan suatu perencanaan yang dapat melayani pengangkutan CPO (Crude Palm Oil) dari daerah penghasil menuju Jawa. Oleh karena itu maka bagaimana agar konsumsi CPO (Crude Palm Oil) dalam

(2)

2 negeri dapat digunakan dengan Optimal . Mengingat banyaknya alternatif dalam proses pengangkutan CPO (Crude Palm Oil), maka diperlukan suatu metode atau cara (baik dalam bentuk analisis maupun perhitungan-perhitungan terkait) dalam penentuan jenis dan moda transportasi serta perencanaan armada dalam pengangkutan CPO (Crude Palm Oil) yang paling optimum

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan

Peramalan nilai dari suatu variabel atau beberapa variabel pada masa yang akan datang sangat diperlukan sebagai dasar atau pedoman dalam pembuatan rencana yang menyangkut masa mendatang. Metode peramalan secara kuantitatif di kelompokkan menjadi dua :

ƒ Casual Forecasting

Meliputi regresi berganda, model ekonometrik dan sebagainya. ƒ Time Series Forecasting

Metode ini membahas proyeksi masa depan suatu variabel berdasarkan data historis dan data saat ini.

Berdasarkan metode yang digunakan pada Tugas Akhir ini, maka hanya akan dijabarkan tentang Time Series Forecasting saja

2.2 Optimasi Jaringan 2.2.1 Metode Simplex

Masalah transportasi diatas dapat diterjemahkan dalam problem linear programming dan diselesaikan dengan metode simplex untuk mendapatkan biaya transportasi minimum jaringan. Bentuk dasar problem linear yang akan diselesaikan

Objective function: i i n i X c X f

= = 1 ) ( min max/ ... (2.5) Technological constraints: , 1 1 2 12 1 11X a X ... a X b a + + + n n = , 2 2 2 1 21X a X ... a X b a + w + + wn n = , 2 2 1 1 m ... mn n m m X a X a X b a + + + =

dimana ada asumsi non negatif dalam bentuk: 0

1 ≥

X , (i =1,……,n)

digunakan bentuk matriks untuk memudahkan perhitungan

0 .... 2 1 , .... 2 1 0 .... 2 1 3 2 1 ... ... ... ... 2 ... 22 21 1 ... 12 11 ≥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ xn x x Z bn b b xn x x Z amn am am am n a a a n a a a 2.2.2 Metode Pinalti

Selain menggunakan metode Symplex, dapat juga digunakan metode pinalti ( penalthy method ), dengan tetap menganggap permasalahan sebagai balanced transportation problem dimana total penawaran sama dengan total permintaan. Untuk itu kita harus membuat matriks terlebih dahulu untuk jarak atau biaya transportasi antara titik produsen dan konsumen dan untuk hasil optimasi. Pade tabel 3.1, angka yang berada di kotak hijau adalah jarak atau biaya, a1, a2, dan

(3)

3 a3 adalah titik produsen sedangkan c1, c2, c3 adalah titik konsumen, dengan jumlah supply dan demand adalah X1-X6.

Tabel 2.1 Matriks Metode Pinalti

Selanjutnya adalah proses optimasi, dimana untuk proses optimasi dengan menggunakan metode pinalti adalah sebagai berikut,

1. Mengurangkan biaya yang terkecil pada setiap baris dengan biaya yang lebih besar satu tingkat pada baris yang sama

2. Lakukan hal yang sama untuk kolom 3. Pilih hasil terbesar pada baris dan kolom

4. Alokasikan dengan memilih sel yang biayanya terkecil pada baris dan kolom yang dipilih

5. Ulangi langkah 1 tapi baris dan kolom yang sudah dialokasikan jangan digunakan lagi

6. Hitung total biaya 2.2.3 Perhitungan Terkait Optimasi

Kapasitas (ukuran) muatan bersih (Payload) kapal yang akan melayani transportasi antar titik dalam sistem dapat dinyatakan sbb :

Cap max = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ nvXRtpa Q max ... (2.6) Dimana :

Cap max = muatan bersih

nv = jumlah kapal yang beroperasi

Rtpa = jumlah Roundtrip yang dilakukan per periode

Diambil Qmax karena kualitas barang yang akan diangkut per tahun berdasarkan matriks aliran barang pada sistem yang sudah ada. Hal ini menjamin bahwa semua barang yang ada akan terangkut oleh armada kapal yang akan direncanakan, atau dapat pula dinyatakan sebagai : nk ijk

j

T

q

Max

Q

max

=

{

},

1

=

=

1

,

2

,...,

... (2.7) k = 1,2,…, nreg

Sedangkan untuk jumlah waktu per Roundtrip mempunyai komponen yaitu lama pelayaran, total waktu untuk bongkar muat di pelabuhan dan jumlah seluruh waktu tunggu di pelabuhan :

8

1

3

5

9

1

1

1

6

a1

a2

a3

demand

c1 c2 c3

supply

X1 X2 X3

X4

X5

X6

(4)

4

Σ

k = i n reg

Σ

I = j = 1 n port

Σ

k = i n reg

Rtrip = T sea + T handle + T wait ... (2.8) Dimana :

Rtrip = waktu yang dibutuhkan untuk sekali pejalanan PP T sea = lama waktu di laut ( saat layar ) per trip

T handle = lama waktu bongkar muat di pelabuhan per trip T wait = lama waktu tunggu di pelabuhan per trip

Untuk masing – masing komponen dapat ditulis sebagai berikut : T sea = ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ xVs Jarak 24 ... (2.9) T handle = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + rik Xijk Xuik ... (2.10) T wait = TW ik ... (2.11) Dimana :

Vs = kecepatan kapal saat operasi

n reg = jumlah region yang dimasukkan dalam satu system

X ijk = aliran kargo per periode dari pelabuhan i ke node j di region k Xuik = jumlah barang yang dibongkar di pelabuhan i di region k per trip rik = kecepatan bongkar muat kargo di pelabuhan i di region k

Dalam bisnis pelayaran dengan menggunakan charter, maka biaya sewa kapal (charter hire) per 30 hari diperhitungkan dengan menggunakan perhitungan matematis berdasarkan Gorton (2004) sebagai berikut :

Charter hire ... = DWT * 4.75$ ... (2.12) Karena dalam kenyataanya charter tidak selalu dilakukan dalam 30 hari, maka dengan pendekatan matematis, untuk charter hire lebih atau kurang dari 30 hari dinyatakan sebagai berikut: Charter hire ... = 30 * $ 75 . 4 * Tch DWT ... (2.13)

2.3 Biaya Transportasi Laut 1. Biaya modal (capital cost)

2. Biaya operasional (operational cost) 3. Biaya pelayaran (voyage cost)

4. Biaya bongkar muat (cargo handling cost)

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Berpikir

Proses penelitian diawali dengan identifikasi kapasitas Supply dengan kapasitas Demand untuk mengetahui bahwa kegiatan distribusi bisa dilakukan dari sumber produksi (lokasi asal) ke

(5)

5 end users (lokasi tujuan) dengan tetap memperhatikan batasan supply dan demand. Kemudian tahapan selanjutnya adalah perencanaan pola distribusi.

Hasil ini digunakan untuk proses selanjutnya yaitu pengoperasian moda angkut termasuk penugasan armada (bagi moda angkut kapal) untuk mendapatkan jumlah moda angkut yang dibutuhkan dan rute yang harus dilayani dengan memperhatikan biaya angkut yang paling minimum. Diagram alir perencanaan pola distribusi adalah sebagai berikut,

Gambar 3.2 Flowchart Perencanaan Distribusi

Guna mengetahui tingkat kesensitifan tiap moda angkut baik terhadap jarak

Gambar Error! No text of specified style in document..1 Diagram Alur Berpikir

4. GAMBARAN UMUM

4.1 Indonesia sebagai salah satu penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia  4.1.1 Produksi Crude Palm Oil (CPO) Indonesia

PERENCANAAN POLA DISTRIBUSI

PERENCANAAN JARINGAN

Kapal Tanker dan Tongkang • Port time

• Sea time

• Maksimum pengiriman kargo per tahun

Data Spesifikasi Teknis Moda Angkut

Biaya Operasional Kapasitas Penawaran Kapasitas Permintaan

PENUGASAN MODA ANGKUT

INPUT MASALAH KRITERIA Menentukan moda angkut yg melayani Minimum biaya distribusi Fasilitas Penunjang • Terminal Penerima • Tangki Asal dan Tujuan Data jarak asal - tujuan

Moda Angkut Pendukung 1. Truk CPO

• Waktu B/M kargo • Lama waktu tempuh • Maksimum pengriman

kargo per tahun Kompatibilitas moda angkut dan fasilitas penunjang INPUT MASALAH BATASAN KRITERIA Minimum biaya distribusi Kapasitas Supply Pemenuhan Demand Pemilihan Moda Angkut Asal Tujuan Kargo ASAL TUJUAN DAN MODA ANGKUT

(6)

4.1.2 K 4.2 Be (PR), P relatif antara dengan Year 2002 2003 2004 2005 2006 2007 200 Ind di dunia dan Konsumsi Cru Kon dibandingka entuk Perus Di Indon Perkebunan B baru, yaitu P Perkebunan n tata hubung Smallho 2 27 3 32 4 36 5 49 6 59 7 63 8 66

Neg

donesia menja n terus bersain ude Palm Oil

Gambar nsumsi Crud an untuk pang ahaan Perk nesia dikenal Besar Swasta Perusahaan In Rakyat dan P an yang khus Tabel 4. olders 760569 227243 616950 995299 967799 304940 667304

gara‐Nega

Gambar 4.1 P adi salah satu

ng dengan M (CPO) Indon

4.2 Konsums de Palm Oil (

gan dan menj kebunan 

l tiga bentuk a (PBS), dan nti Rakyat (PI Perkebunan B sus. 1 Hasil CPO Governm 25605 26541 27053 28667 30315 33140 34429

ara Pengha

Produksi CPO u Negara yang Malaysia dalam nesia si CPO Indon (CPO) Indone

adi bahan bak

k utama usah Perkebunan IR), yang pad Besar Negara dari Tiap Per ment Pri 544 195 375 732 517 015 959

asil CPO di 

O Indonesia g menjadi pen m memproduk nesia

esia lebih ban ku industry m ha perkebuna Besar Negar da dasarnya m a atau dengan rkebunan ivate Plantat 6550455 7079647 7449901 7881617 8143911 8714034 8884654

Dunia

Indonesia ( 4 Malaysia ( 41 Nigeria ( 2 % Columbia ( 2 Thailand ( 2 % Other ( 7 % ) nghasil cpo te ksi Crude Pal

nyak untuk i minyak goreng an,yaitu Perke ra (PBN). Be merupakan be n Perkebunan tion Total 118 129 137 157 171 183 189 46 % ) 1 % )  )  % ) % ) erbesar lm Oil. industri g. ebunan Raky entuk lain yan entuk gabunga Besar Swast l 871568 961085 772226 743648 143227 332989 994917 6 yat ng an ta,

(7)

7 5. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Peramalan Supply dan Demand a. Peramalan Supply

No. Provinsi Total Area Kebun Kelapa Sawit ( Ha ) Hasil CPO ( Ton ) 1 Nanggroe Aceh Darussalam 396912 1381253.76

2 Sumatera Utara 603247 2099299.56 3 Sumatera Barat 531306 1848944.88 4 Riau 1557863 5421363.24 5 Jambi 322096 1120894.08 6 Sumatera Selatan 678761 2362088.28 7 Bengkulu 265359 923449.32 8 Lampung 568530 1978484.4 9 Jawa Barat 21502 76117.08 10 DKI Jakarta 0 0 11 Jawa Tengah 0 0 12 DI Yogyakarta 0 0 13 Jawa Timur 0 0 14 Sulawesi Utara 0 0 15 Sulawesi Tengah 24036 20983.43 16 Sulawesi Selatan 77184 67381.63 17 Sulawesi Tenggara 0 0 18 Kalimantan Tengah 344314 1105247.94 19 Kalimantan Barat 254140 815789.4 20 Kalimantan Selatan 43538 139756.98 21 Kalimantan Timur 58938 189190.98 22 Bali 0 0

23 Nusa Tenggara Barat 0 0

24 Nusa Tenggara Timur 0 0

25 Maluku 0 0

26 Papua 24677 90564.59

GRAND TOTAL 5772403 19640809.55

NO Kawasan Total Area Kebun Kelapa Sawit ( Ha ) Hasil CPO ( Ton )

1 Pulau Sumatera ( 85,55 %) 4924074 17135777.52 2 Pulau Jawa 21502 76117.08 3 Pulau Sulawesi ( 2 % ) 101220 88365.06 4 Pulau Kalimantan ( 11.45 % ) 700930 2249985.3 5 Kawasan Timur 24677 90564.59 TOTAL 5772403 19640809.55

Tabel 5.1 Peramalan Supply dan Demand b. Peramalan Demand

1 Jakarta

No Perusahaan Minyak Goreng Kota Demand ( Ton ) 1 PT ASIANAGRO AGUNG JAYA Cilincing,Jakarta Utara 331697 2 PT HASIL KESATUAN Penjaringan,Jakarta Utara 248772 3 PT CENGKARENG JAYA Kaliders,Jakarta Barat 373159 4 PT ASAP ABADI COCONUT OIL COY Cakung,Jakarta Timur 82924 TOTAL 1036552

(8)

8

No Perusahaan Minyak Goreng Kota Demand ( Ton ) 1 PT BONANZA MEGAH LTD Demak, JAWA TENGAH 203912

3 Surabaya

No Perusahaan Minyak Goreng Kota Demand ( Ton ) 1 PT SALIM IVOMAS PRATAMA Surabaya, JAWA TIMUR 183521 2 PT SMART TERBUKA Surabaya, JAWA TIMUR 275281 TOTAL 458802

5.2 Model Optimasi Distribusi ( Transport Model )

Pembuatan Model dengan bantuan Solver dalam Perangkat Excel : Tabel 5.2 Model Optimasi Distribusi

5.3 Pemilihan Armada

Armada untuk pengangkutan CPO dengan menggunakan dua kapal, yaitu : Tanker dan Tongkang

Tanker Tongkang

Kelebihan • Ruang muat yang lebih besar

• Muatan lebih aman dari faktor cuaca (pengangkutan Crude Palm Oil (cpo) didalam cargohold, dan terlindungi dari kondisi luar)

• Memiliki kecepatan yang lebih besar • Stabilitas kapal lebih bagus

• Volume ruangan tertutup kecil • Konsumsi bahan bakar sedikit

(karena kecepatannya rendah) • Jumlah crew sedikit

Kelemahan • Volume ruangan tertutup lebih besar (berkaitan dengan pajak, dihitung dari besar volume ruangan tertutup)

• Konsumsi bahan bakar lebih besar karena faktor kecepatan

• Membutuhkan banyak crew / ABK

• Muatan tidak terlindungi dari kondisi luar,seperti hujan, panas, dll. • Kecepatan kurang

• Stabilitas kurang

Peluang • Muatan lebih cepat sampai ke pelabuhan tujuan

• Kapasitas angkut lebih banyak • Dapat berlayar di perairan bebas

• Dapat berlayar di perairan pasang surut (sungai)

• Bongkar muat cepat

• Biaya operasi lebih murah (tidak mengeluarkan biaya untuk crew, provision, dll)

Ancaman • Bongkar muat lebih lama

• Tarif kepelabuhan jauh lebih besar terkait dengan GT kapal

• Muatan lebih lama sampai ke pelabuhan tujuan

• Jika cuaca buruk (hujan) muatan

from \ To Tanjung Priok Tanjung Emas Tanjung Perak Supply Medan 526,635 0 0 526,635 526635 Sampit 442,535 203,912 458,802 1,105,249 1105249 Makassar 67,382 0 0 67,382 67382

1,036,551 203,912 458,802 demand 1036552 203912 458802

(9)

9 • Biaya operasi lebih besar akan terkena

• Kapasitas angkut lebih sedikit

• Rawan terjadi kecelakaan saat menyisir pulau karena pengaruh ombak

Tabel 5.3 Matriks Perbandingan Tanker dan Tongkang

5.4 Assignment Model Moda Laut

Perbandingan Biaya Pengangkutan dengan armada Tanker dan Tongkang : 5.4.1 Distribusi Kota Jakarta

a. Tanker

b. Tongkang

5.4.2 Distribusi Kota Semarang a. Tanker

Asal Tujuan TOTAL

Sampit Tanjung Emas Rp19,102,829,000

b. Tongkang

Asal Tujuan TOTAL

Sampit Tanjung Emas Rp 20,446,401,000

5.4.3 Distribusi Kota Surabaya a. Tanker

Asal Tujuan TOTAL

Sampit Tanjung Perak Rp 39.,539,918,000

b. Tongkang

Asal Tujuan TOTAL Sampit Tanjung Perak Rp 39,539,918,000 Asal Tujuan TOTAL

Medan Tanjung Priok Rp133,194,997,000 Makasar Tanjung Priok Rp15,015,580,000

Sampit Tanjung Priok Rp50,975,230,000

Asal Tujuan TOTAL

Medan Tanjung Priok Rp 79,038,624,000 Makasar Tanjung Priok Rp 9,847,675,000 Sampit Tanjung Priok Rp 50,975,230,000

(10)

10 5.5 Assignment Model Moda Darat

Model yang digunakan ini adalah gabungan antara model transportasi dengan model penugasan. Untuk menghitung biaya operasi, terdiri dari dua jenis biaya yaitu Fixed costs dan Variable costs. Dari jumlah total dari dua komponen biaya tersebut dan dibagi dengan jumlah cpo yang dikirim, bisa diketahui biaya angkut tiap truk

6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

ƒ Dengan menggunakan analisa SWOT maka disarankan armada untuk pengangkutan CPO (Crude Palm Oil) sebaiknya dengan jenis kapal Tanker. Akan tetapi jika mengacu pada biaya yang dikeluarkan maka sebaiknya menggunakan kapal tongkang mengingat biaya yang lebih rendah. Hal ini juga terkait dengan jumlah pasokan CPO (Crude Palm Oil) yang akan dikirim dalam 1 tahun. Namun juga dalam kondisi tertentu dimana merupakan periode 3 pengiriman yang berhubungan dengan kondisi cuaca maka tongkang tidak dapat beroperasi maka disarankan menggunakan tanker.

6.2 Saran

• Untuk rekan yang akan meneliti lebih lanjut maka Penelitian akan lebih baik apabila distribusi dari perkebunan kelapa sawit hingga ke tingkat konsumen diperhitungkan 7. DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, M. (2002). Metode Statistika . Bandung: Tarsito Bandung.

Suyono, R. (2001). Shipping : Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melaliu Laut. Jakarta:PPM.

Tamin, O. Z. ( 2001). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi ke 1. Bandung : ITB Branch.E. Alan. Elements of Shipping. Chapman & Hall.London. 1995

Hampton.J.John. Evaluating Shipping Transactions. World Trade Institute.New York. 1979 Izaac, Augusta. 2005, Perencanaan Sistem Transportasi Laut. Surabaya: ITS

Santosa. IGM.Ir Perencanaan Kapal. Jurusan Teknik Perkapalan.FTK. Surabaya. 1999

Tim Penelitian Dosen ITS.Kajian Kelayakan Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Curah Cair CPO di Kalimantan Tengah.Pusat Penelitian Kelautan-ITS. Surabaya. 1997

Truk Tangki 16000 Liter

Jakarta TOTAL

No Perusahaan Minyak Goreng BIAYA DARAT 1 PT ASIANAGRO AGUNG JAYA Rp1,868,013,560

2 PT HASIL KESATUAN Rp1,783,103,853

3 PT CENGKARENG JAYA Rp2,674,655,779

4 PT ASAP ABADI COCONUT OIL COY Rp467,003,390

Semarang

No Perusahaan Minyak Goreng

1 PT BONANZA MEGAH LTD Rp1,565,957,716

Surabaya

No Perusahaan Minyak Goreng

1 PT SALIM IVOMAS PRATAMA Rp939,574,630

Gambar

Tabel 2.1 Matriks Metode Pinalti
Gambar 3.2 Flowchart Perencanaan Distribusi
Gambar  nsumsi  Crud an untuk pang ahaan Perk nesia dikenal Besar Swasta Perusahaan In Rakyat dan P an yang khus Tabel 4
Tabel 5.1 Peramalan Supply dan Demand  b. Peramalan Demand
+2

Referensi

Dokumen terkait

memilih judul “Penentuan kadar beta karoten pada crude palm oil (CPO) yang berasal dari lokasi yang berbeda secara spektrofotometri ”.. Apakah kadar karoten dalam Crude Palm

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008.. USU Repository

Dengan mengetahui kadar bilangan iodin yang terdapat dalam minyak CPO (Crude Palm Oil) dan minyak RBD Olein yang di analisa, maka dapat diketahui bahwa minyak

PENENTUAN Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) PADA CRUDE PALM OIL (CPO) DAN CRUDE COCONUT OIL (CNO) SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PT..

PALMCOCO LABORATORIES dengan judul ‘’ PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DARI CAMPURAN PALM FATTY ACID DESTILLATE (PFAD).. DAN CRUDE PALM OIL (CPO)

Dalam industry kecil pembuatan mesin pengolah CPO menjadi minyak goreng belum terlalu berkembang pesat, kebanyakan pengolah CPO menjadi minyak goreng dilakukan oleh industry besar

Untuk mengetahui mutu Crude Palm Oil ( CPO ) dengan cara pemeriksaan kandungan kadar Asam Lemak Bebas (% ALB) pada minyak CPO yang dikirim Oleh

EKSTRAKSI MINYAK SAWIT KASAR (CPO, CRUDE PALM OIL). • Beberapa tahapan ekstraksi