• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini kenakalan pada remaja semakin meningkat. Kapolda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini kenakalan pada remaja semakin meningkat. Kapolda"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akhir-akhir ini kenakalan pada remaja semakin meningkat. Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Bayu Ajiseno mengatakan bahwa terjadi peningkatan kenakalan remaja sebanyak 11 kasus atau 36.66% di tahun 2012. Total kasus kenakalan remaja yang terjadi selama 2012 mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2011 hanya 30 kasus (http://news.detik.com). Situs Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberitakan bahwa dari 2.4 juta kasus aborsi, 700.000 hingga 800.000 pelakunya adalah remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) juga menemukan bahwa jumlah pengguna narkoba sebesar 1.5% dari populasi remaja Indonesia yang mencapai 30% dari jumlah penduduk indonesia atau 3.2 juta orang (http://ntb.bkkbn.go.id).

Tingginya angka kenakalan remaja di Indonesia cukup

menghawatirkan. Menurut Data Biro Statistik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, 5 provinsi di Indonesia yang memiliki angka kenakalan remaja yang tinggi adalah Provinsi Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (http://www.pmi.or.id).

(2)

2

Data yang dihimpun oleh Komnas Anak menunjukkan, jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Sementara pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia. Berdasarkan data kasus tawuran pelajar 2012 di wilayah hukum Polda Metro Jaya, sudah terjadi puluhan kasus tawuran pelajar yang menimbulkan korban luka dan meninggal dunia (http://metro.news.viva.co.id).

Terdapat dua faktor yang dapat memicu seorang anak melakukan kenakalan remaja, baik internal maupun eksternal. Faktor internal didalamnya termasuk krisis identitas dan kurangnya kontrol diri. Sedangkan faktor eksternal meliputi perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi didalam keluarga dan perselisahan antar anggota keluarga (Marhaeni, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Faridh (2008) yang dilakukan pada pelajar Sekolah Menengah Atas PIRI 2 Yogyakarta, dengan rentang usia 15-17 tahun menunjukkan bahwa semakin tinggi regulasi emosi seorang remaja maka akan semakin sedikit kecenderungan remaja untuk melakukan kenakalan.

Pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa, emosi yang negatif secara konsisten mengarah pada kegagalan kontrol diri. faktanya, kegagalan ini terjadi karena emosi negatif yang dirasakan oleh individu memprioritaskan tujuan dari regulasi emosi itu sendiri daripada kontrol diri (Rugar, 2013).

(3)

3

Penelitian lain menemukan bahwa terdapat hubungan antara regulasi emosi yang rendah pada awal masa remaja dengan perilaku seksual berbahaya (Crocket, Raffelli, & Shen, dalam Smith-Israel, 2009). Remaja yang kurang memiliki kemampuan meregulasi emosi cenderung lebih mudah untuk mengeluarkan emosi yang biasanya menghasilkan gejala lebih lanjut, seperti agresi, depresi dan penggunaan obat-obatan (Smith-Israel, 2009). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara regulasi emosi dengan berbagai perilaku remaja, salah satunya kenakalan yang dilakukan oleh remaja.

Regulasi emosi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan intensitas atau durasi dari reaksi emosional, baik yang positif maupun negatif ke tahap yang lebih menyenangkan sehingga dapat mencapai tujuan (Gross, 2007). Menurut Salovey dan Sluyter (Kartika, 2004) Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi regulasi emosi. Pertama adalah usia dan jenis kelamin. Anak perempuan yang berusia 7 hingga 17 tahun lebih mampu meluapkan emosi jika dibandingkan dengan anak laki-laki, dan anak perempuan mencari dukungan lebih banyak jika dibandingkan dengan anak laki-laki yang lebih memilih untuk meluapkan emosinya dengan melakukan latihan fisik (Santrock,2003). Kedua adalah hubungan interpersonal. hubungan interpersonal dan regulasi emosi berhubungan dan saling mempengaruhi (Salovey dan Sluyter, dalam Kartika, 2004). Jika individu ingin mencapai suatu tujuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan individu lainnya, maka emosi akan meningkat. Biasanya emosi positif

(4)

4

meningkat bila individu mencapai tujuannya dan emosi negatif meningkat bila individu menemui kesulitan dalam mencapai tujuannya. (Kartika, 2004) Ketiga adalah hubungan antara orang tua dengan anak, dikemukakan oleh Banerju (dalam Kartika, 2004).

Orang tua memiliki pengaruh dalam emosi anak-anaknya. Orang tua menetapkan dasar dari perkembangan emosi anak dan hubungan antara orangtua dan anak menentukan konteks untuk tingkat perkembangan emosi di masa remaja (Israel, 2009). Regulasi emosi yang dimiliki orangtua juga dapat mempengaruhi hubungan orangtua dan anak karena tingkat kontrol dan kesadaran diri mereka ditiru oleh anak yang sedang berkembang. Penelitian yang dilakukan oleh UCR Social Development Project menyatakan bahwa strategi yang digunakan oleh orang tua dalam mengatur emosi negatif yang keluar dari anak memiliki keterkaitan dengan reaktitivitas, coping dan kompetensi sosial dalam emosi anak (Snyder, 2006). Pengekspresian emosi yang lebih teregulasi dan penerimaan ekspresi emosi anak diasosiasikan dengan kemampuan remaja untuk memahami dan mengatasi emosi (Yap et al, dalam Israel, 2009).

Hubungan yang baik antara orang tua dengan remaja lebih sulit dicapai tanpa keterbukaan dalam proses komunikasi, yang memegang peranan penting dalam fungsi keluarga bagi para remaja (Clarks, & Shield, dalam Xia, 2004). Komunikasi merupakan sebuah proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan maupun perasaan (Verdeber dalam Rahkmat, 2011). Komunikasi yang dilakukan dalam keluarga membuat para

(5)

5

individunya mengerti tentang bagaimana kehidupan keluarga itu sendiri. Komunikasi yang dilakukan membuat individu mengerti akan keluarga dan pengalamannya baik yang positif maupun negatif (Arnold, 2008).

Komunikasi yang terbentuk diantara anggota keluarga merupakan salah satu hal yang amat penting dalam hubungan interpersonal dan menjadi kunci pemahaman akan dinamika yang terdapat dalam sistem keluarga. (Clarks, & Shield, dalam Xia, 2004). Durkin (Widuri, 2011) menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan antara anak dengan ibu berkaitan dengan permasalahan interpersonal, sedangkan komunikasi dengan ayah berkaitan dengan persiapan anak menghadapi dunia luarnya.

Komunikasi antara orang tua dan remaja merujuk pada hubungan

antara anggota keluarga yang semakin dekat dan membantu

mengembangkan kasih sayang dan lebih fleksibel ketika menyelesaikan suatu permasalah dalam keluarga (Barnes, & Olson, dalam Xia, 2004). Pemahaman akan pola komunikasi mempermudah dalam memahami pengambilan keputusan, peraturan dalam keluarga dan harapan akan peran dari setiap anggota keluarga. (Clarks & Shields, dalam Xia, 2004). Keluarga dengan gaya komunikasi yang baik dapat membantu remaja dalam mengembangkan diri sendiri secara lebih baik. (Barnes & Olson, dalam Xia, 2004).

Komunikasi yang memadai antara orang tua dan remaja dimana anak dapat mengekspresikan opini dan perasaannya secara bebas secara efektif akan mengurangi stres yang dialami oleh remaja dalam kehidupannya

(6)

6

sehari-hari. Perasaan bahwa remaja kesepian dan menderita saat menghadapi dunia luar akan berkurang ketika mereka mengetahui bahwa ada dukungan dan bantuan yang datang dari seseorang yang selalu ada untuk mereka dirumah. (Marta, dalam Xia, 2004).

Komunikasi yang efektif didalam rumah akan membantu remaja mengembangkan empati agar identitas diri remaja secara efektif dan menyeimbangkan perasaan individualitas dan keterhubungan. Dengan komunikasi yang baik, remaja memiliki kemajuan dalam kemampuan sosialnya yang berkorelasi positif dengan self-esteem, well-being, coping dan dukungan sosial (Bistra, Bosma, & Jackson, dalam Xia, 2004).

Beberapa penelitian menunjukkan pentingnya peran komunikasi orangtua dan remaja dalam perkembangan anak. Selain itu, penelitian mengenai regulasi emosi dan kaitannya dengan hubungan antara orangtua dan anak yang peneliti temukan lebih terfokus pada aspek attachment dan pengasuhan. Padahal komunikasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam hubungan yang baik antara orang tua dengan remaja. Oleh karena itu peneliti ingin melihat Hubungan Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dengan Regulasi Emosi pada Remaja di Sekolah Menengah Atas DKI Jakarta.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang merupakan pokok pada penelitian ini yaitu:

(7)

7

Apakah ada hubungan antara komunikasi orangtua dengan regulasi emosi pada remaja di Sekolah Menengah Atas DKI Jakarta?

Untuk membatasi pembahasan dan untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami penelitian ini, maka penulis membatasi pembahasannya hanya pada keterkaitan hubungan antara komunikasi orangtua dengan regulasi emosi pada remaja di Sekolah Menengah Atas DKI Jakarta.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah, peneliti ingin melihat untuk mengetahui hubungan antara Komunikasi Orangtua dengan regulasi emosi di Sekolah Menengah Atas DKI Jakarta.

1.3.1. Tujuan Praktis

a) Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai ada atau tidaknya hubungan dari Komunikasi Orang tua dengan Regulasi Emosi pada remaja.

b) Memberikan Pengetahuan baru bagi peneliti mengenai faktor yang mampu mempengaruhi Regulasi Emosi.

1.3.2. Tujuan Teoritis

a) Sebagai tambahan Ilmu bagi para Pembaca agar dapat

mengembangkan Regulasi Emosi.

b) Menginformasikan bagi para orang tua bahwa Komunikasi didalam keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan berkeluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan dengan praktik petugas kebersihan dalam pengelolaan sampah medis berdasarkan tabel silang dapat diketahui, bahwa responden

Kepemimpinan merupakan hal penting dalam setiap organisasi, karena faktor pemimpin inilah yang menentukan kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi oleh sebab itu perusahaan

Sie tik: Antara lain juga karena pendapatan negara hanya dari hasil produksi kebutuhan masyarakat dalam negerinya , idan dalam batas2 tertentu memproduksi barang2

Bentuk undian berhadiah yang tidak diragukan keharamannya adalah jika orang yang membeli kupon dengan harga tertentu, banyak atau sedikit, tanpa ada gantinya melainkan

100 Figure 4.44: Press molding process of a Si-HDPE hybrid lens: a-c hybrid substrate press molding, and d-f press molding of the Fresnel structure.. 101 Figure 4.45: Zone depth

Percobaan ini ditujukan untuk memperkenalkan suatu cara melaksanakan suatu proses pengadukan fluida dengan menggunakan tangki berpengaduk dan menunjukkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis persepsi elite di Kecamatan Bogor Barat terhadap orientasi dan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan keamanan

Untuk mengetahui keanekaragaman digunakan perhitungan nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, penutupan jenis dan penutupan relatif