• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1.Review Penelitian Terdahulu.

Penelitian mengenai Analisis kinerja pembiayaan murabahah berdasarkan kinerja perbankan syariah mengunakan metode RGEC dilakukan oleh beberapa peneliti Duantika, (2015) Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity Performance Index (Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri). Berdasarkan hasil pada anaslisis statistik yang digunakan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada NPF, FDR, ROA, dan CAR akan tetapi pada rasio NOM terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank Muamalat Indonesia dengan Bank Syariah Mandiri. Pada pengukuran kinerja syariah dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan pada analisis statistik yang digunakan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada ZPR, EDR, Islamic Investment vs Non-Islamic Investment Ratio, dan Islamic Income vs Non- Islamic Income Ratio akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada PSR.

Penelitian serupa dilakukan Karmila, (2019), tentang Analisis kinerja bank umum syariah di Indonesia. Perkembangan bank umum syariah semakin meningkat dapat menimbulkan terjadinya persaingan antar bank, maka dari itu bank akan dituntut untuk memiliki kinerja yang bagus sebagai tolok ukur masyarakat. Hasil penelitian dengan menggunakan metode RGEC pada BMSI terdapat indikator risk profile dan earning dinilai tidak sehat. Sedangkan, pada kinerja Bank Umum Syariah yang diukur dengan menggunakan metode RGEC pada May bank Syariah secara keseluruhan dinilai dalam keadaan kurang sehat. Sedangkan pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Bukopin dan BJB Syariah secara keseluruhan dinilai dalam keadaan cukup sehat.

Jatmiko, (2019) Mengukur kinerja bank syariah dengan RGEC Studi Kasus PT. Bank “X” Syariah Tahun 2014-2017. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan, kinerja bank syariah ditinjau dari faktor risk profile menunjukan kategori sehat dengan hasil rata-rata NPF kurang dari 5%. Kemudian dalam daktor earnings masuk dalam kategori sehat dengan hasil rata-rata ROA kurang dari 1,5% ROE 12% dan NIM diatas 2%. Sehingga, keseluruhan hasil kinerjanya dinilai baik. Penelitian serupa dilakukan oleh Fahmi, (2018) “Analisis Komparatif Tingkat Kesehatan Bankantar Bank Umum Syariah denganMenggunakan Metode RGEC padaLaporan Keuangan Triwulan Pertama 2017”. Penilaian tingkat kesehatan antar bank Umum Syariah dilihat dari faktor risk profile melaui rasio NPF mendapatkan hasil sebesar 3,16 yanglebih kecil dibandingkanhasil dari PT. Bank BRI Syariah sebesar 4,71 dan yang lebih kecil dari hasilPT. Bank Mandiri Syariah yaitusebesar 4,91. Kemudian dari rasio FDR menunjukkan PT. Bank BRI Syariah tahun 2017 mendapatkan hasil sebesar 77,56 yang lebih kecil

(2)

5

kecil dari hasil PT. BNI Syariah yaitu sebesar 82,32. Penilaian tingkat kesehatan antar bank Umum Syariah dilihat dari faktor earnings melauirasio CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai berikut, PT. Bank BRI Syariah tahun 2017 mendapatkan hasil lebih besar dengan hasil 21,4% dibandingkan dari PT. Bank BNI Syariah sebesar 14,44 dan yang lebih besar dari hasil PT. Bank Mandiri Syariah yaitu sebesar 14,40. dilihat melaui rasio ROA (return on asset) mendapatkan hasil sebesar 1,40 yang lebih besar dibandingkan hasil dari PT. Bank BRI Syariah sebesar 0,65 dan yang lebih besar dari hasil PT. Bank Mandiri Syariah yaitu sebesar 0,60.

Lebih spesifik penelitian serupa pada Bank Syariah Mandiri dilakukan oleh Sapitri, (2018) Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Mandiri (Periode 2013-2017). Berdasarkan dari hasil akhir penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kesehatan keuangan pada Bank Syariah Mandiri periode 2013-2017 dari Rasio NPF dan FDR dikatakan sehat dengan nilai persentase Rasio NPF Tahun 2013-2017 sebesar 4,19%, 5,07%, 4,85%, 3,12% dan 2,70 kemudian nilai persentasi Rasio FDR Tahun 2013-2017 sebesar 89,37% dan 77,77%. Good Corporate Governance dengan tingkat kesehatan Bank pada aspek GCG dikatakan sangat sehat, Earning dengan nilai ROA Laporan Keuangan BSM tahun 2013-2017 sebesar 16,58% dan 6,41% dikatakan sangat sehat, sedangkan nilai NOM dari Laporan Keuangan BSM tahun 2013-2017 sebesar -14,79%, dan 5,88% dikatan tidak sehat pada tahun 2013-2016 namun pada tahun 2017 sangat sehat. Capital dengan nilai CAR Laporan Keuangan BSM tahun 2013-2017 sebesar 14.10% dan 15,89% dikatakan sangat sehat.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1. Paradigma transaksi Syariah

Transaksi Syariah didasarkan pada paradigma mendasar. Bahwa alam semesta dan seisinya merupakan ciptaaan Tuhan sebagai amanah. Sehingga sebagai umat manusia memiliki tugas untuk menjaganya. Dalam aktivitasnya umat manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiyah sebagai perangkat syariah dan akhlak sebagai parametek baik, buruk, benar dan salahnya akativitas usahanya. Mengatur aktivitas manusia yang berisi perintah tuhan perintah dan larangannya. Baik dalam hubungan makhluk dengan Al Khaliq maupun hubungan sesama makhluk. dalam kegiatan muamalah mengikat semua pelaku secara hukum dan dan stakeholders yang selalu transaksi Syariah. akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk agar hubungan yang terjadi saling menguntungkan, sinergis dan harmonis.

(3)

6 2.2.2. Asas Transaksi Syariah

Transaksi Syariah berdasarkan pada prinsip:

1. Persaudaraan, yang berarti bahwa transaksi serial menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain. pada prinsip saling mengenal, saling memahami, saling menolong, saling menjamin, saling bersinergi, dan saling berafiliasi.

2. Keadilan, yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai dengan realitas prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang adanya unsur ; riba( unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, riba nasiah maupun riba fadhl, kezaliman ( unsur merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan) maysir, ( unsur judi dan sikap regulatif), gharar (unsur ketidakjelasan), dan haram ( baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasionallain yang terkait)

3. Kemaslahatan, kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, sertaIndividu dan kolektif. kemaslahatanharus memenuhi dua unsur yaitu: (patuh terhadap ketentuanSyariah) dan thayib ( membawa kebaikan dan bermanfaat).

4. Keseimbangan, keseimbangan antara material dan spiritual, Antara aspek privat dan publik, antarasektor keuangan dan sektor riil, antara bisnis dan sosial sertaantaraaspek pemanfaatan dan pelestarian.

5. Universalisme, dimanaesensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentinganan Tanpamembedakan suku, agama, golongan an-nasaisemangat kerahmatan semesta

2.2.1. Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja perusahaan dalam rangka perbaikan aktivitas perasionalnya. Sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain. Menggunakan analisis kinerja keuangan dalam proses mengkaji secara mendalam untuk menghitung, mengukur, mereview data dan menjabarkannya sebagai solusi keuangan perusahaan dimasa mendatang.

Terdapat beberapa alat analisis dalam mengukur kinerja keuangan. Berdasarkan tekniknya, analisis ini dapat dibagi menjadi 8 jenis, menurut Jumingan (2006) sebagai berikut :

a) Analisis perbandingan laporang keuangan dua periode sekaligus. Baik perubahan absolut maupun relatif.

(4)

7

pada setiap aktiva terhadap seluruh total aktiva maupun hutang.

c) Analisis tren, untuk mengetahui posisi keuangan, baik kenaikan maupun penurunannya.

d) Analisis sumber hingga penggunaan modal kerja, untuk mengetahui besarnya modal dan penggunaan modal dalam dua peride perusahaan. e) Analisis sumber dan penggunaan kas, untuk mengetahui kondisi kas serta

perubahannya dalam beberapa periode.

f) Analisis rasio keuangan, untuk mengetahui kaitan antara pos neraca dan laba rugi, secara individu maupun simultan.

g) Analisis perubaha laba kotor, untuk mengetahui laba dan sebab perubahannya.

h) Terakhir, analisis penjualan untuk mengetahui tingkat penjualannya. Bank Syariah

Perbankan syariah berdiri sejak tahun 1991, dimulai berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pendirian bank syariah berangkat dari luasnya pasar umat muslim di tanah air. Selain itu motivasi tersebut berlatarbelakang oleh sifat pragmatis perbankan konvensional yang terlebih dahulu hadir. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dalam sistem perekonomiannya. Kala itu, Pemerintah coba merespon berdirinya perbankan syariah dengan membuat Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992, perbankan syariah dikenal corak, “ bank berdasarkan bagi hasil” (Republik Indonesia, 1992). Respon itu mengingat masih minimnya sistem dalam menjalankan perbankan syariah, baik dari praktisi maupun intelektualnya.

Seiring berjalannya waktu, perluasan pemahaman tentang sistem perbankan syariah menjadi lebih baik. Perkembangan itu, menjadikan perbankan syariah menjadi salah satu icon penyelamat ekonomi Indonesia dengan prinsip-prinsipnya. Perubahan struktur pada Bank Indonesia yang memayungi perkembangan bank syariah dalam bentuk konversi dari bank konvensional menjadikan perbankan ini semakin menjamur diseluruh area di Indonesia. Selain itu, negara pun tak ketinggalan, “plat merah” dan sektor swasta pun memulai sayap barunya dengan mendirikan unit usaha syariah. Bahkan bank campuran pun melihat peluang yang sama. Sekalipun kepemilikannya jelas jelas non-muslim tidak tertinggal melihat peluang pangsa pasar keuangan di Indonesia.

Kebijakan bank Indonesia dan fatwa DSN menunjukan fakta tentang produk sertifikasi bank syariah Indonesia (SBSI), produk multijasa, produk kartu kredit, merupakan instrukmen dan produk perbankan syariah kontemprer yang lebih mengakomodir kepada tuntutan pasar jika dibandingkan dengan prinsip syariah. Idealisme penerapan prinsip-prinsip syariah dalam perbankan seharusnya tidak mengikuti kemauan pasar saja. Karena, prinsip perbankan seharusnya memegang teguh konsistensi nilai syariah yang jelas jelas berbeda dengan nilai nilai bisnis semata (kapitalisme).

(5)

8 2.2.2. Produk Perbankan Syariah

Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnyadalam rangka mencapai taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik. Menurut UU no. 10 tahun 1998 tentang perbankan, prinsip syariah merupakan aturan penyajian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan daana dan kegiatan atau kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan(Ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak oleh bank lain (Ijarah wa Itiqna).

2.2.3. Pengertian akad Murabahah

Murabahah merupakan transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Sedangkan menurut Ismail, 2014. Dalam aplikasi bank syariah, bank menjadi pihak penjual atas objek barang dan nasabah sebagai pembeli. Bank menyediakan barang yang dibutuhkan basabah dengan membeli barang dari pihak supplier, kemudian menjualnya kepada pihak nasabah dengan harga yang dinaiki dibandingkan dari harga sebelumnya. Kemudian, pembayaran akan dilakukan secara sekaligus saat jatuh tempo maupun diangsur dengan jangka waktu yang telah disepakati anatara keduanya.

2.2.4. Landasan syariah murabahah

Akad murabahah memiliki beberapa sumber atau landasan Al-Quran, Hadits yang digunakan dalam transaksi pembiayaan murabahah sebagai berikut: :

1. QS. Al-Baqarah (2:275)

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. 2. Firman Allah QS. Al-Baqarah (2:280)

“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguhan sampai ia berkelapangan”.

3. Firman Allah QS. Al-Maidah (5:1)

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….” 4. Hadits Nabi Muhammad SAW

Dari abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”.

5. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah:

“Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan

(6)

9 Majah dari Shuhaib).

6. Ijma’ Mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara Murabahah (Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, juz 2. Hal 161

7. Kaidah Fiqh:

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.

2.2.5. Jenis jenis akad Murabahah

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2015), terdapat dua jenis murabaha, yaitu sebagai berikut :

1. Murabahah dengan pesanan, yaitu penjual membeli barang yang telah dipesan terlebih dahulu oleh pembeli yang bersifat mengikat, dan tidak dapat dikembalikan setelah akan telah terjadi.

2. Murabahah tanpa pesanan yaitu murabahah yang tidak terikat 2.2.6. Rukun dan syarat Murabahah

1. Sighat/Akad, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad, baik secara verbal atau dalam bentuk lain.

Menurut Fatwa DSN MUI No.111 tentang akad jual-beli murabahah, terdapat beberapa ketentuan terkait shigat al-‘Aqd antara lain:

a. Akad jual beli murabahah harus dinyatakan secara tegas dan jelas serta dipahami dan dimengerti oleh penjual dan pembeli.

b. Akad jual beli murabahah boleh dilakukan secara lisan, tertulis, isyarat, dan perbuatan/tindakan, serta dapat dilakukan secara elektronik sesuai syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Dalam hal perjanjian jual beli murabahah dilakukan secara tertulis, dalam akta perjanjian harus terdapat informasi mengenai harga perolehan (ra’s malal-murabahah),keuntungan (al-ribh), dan harga jual (tsaman al-murabahah). 2. Pihak-pihak yang berakad, terdiri atas penjual dan pembeli.

Ketentuan terkait para pihak yang terlibat dalam murabahah berdasarkan Fatwa DSN MUI No.111 adalah sebagai berikut:

Jual beli boleh dilakukan oleh orang maupun yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Penjual (al-Ba’i) dan pembeli(al-Musytari)harus cakap hukum (ahliyah) sesuai dengan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Penjual (al-Ba’i) harus memiliki kewenangan (wilayah) untuk melakukan akad jual beli, baik kewenangan yang bersifat ashliyyah maupun kewenangan yang bersifat niyabiyyah.

(7)

10 2.2.7. Objek Murabahah

Ketentuan terkait obyek murabahah (Mutsman/mabi’):

a. Mutsman/mabi’ boleh dalam bentuk barang dan/atau berbentuk hak yang dimiliki penjual secara penuh (milk al-tam).

b. Mutsman/mabi’ harus berupa barang dan/atau hak yang boleh dimanfaatkan menurut syariah (mutaqawwam) dan boleh diperjualbelikan menurut syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Mutsman/mabi’ harus wujud, jelas/pasti/tertentu, dan dapatdiserah-terimakan (qudrat al-taslim) pada saat akad jual beli murabahah dilakukan.

d. Dalam hal mabi’ berupa hak, berlaku ketentuan dan batasan sebagaimana ditentukan dalam Fatwa MUI nomor 1/MUNAS VII/5/2005 tentang Perlundungan Hak Kekayaan Intelektual dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2.8. Kinerja Bank Syariah

Kinerja bank syariah merupakan sajian khusus dalam prinsip dasar dan operasionalnnya, merupakan suatu pembanding dengan bank konvensional. Dalam bank syariah, penyajian informasi dan laporan keuangannya. Pendefinisian baiknya kinerja menurut bank syariah bahwa fungsinya ialah intermediasi. Dengan funsi utama mengacu pada Undang Undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan Undang Undang no 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Sebagai lembaga intermediasi bank syariah memiliki prinsip sebagaimana ungkapan Antonio, (2001). Prinsip prinsip operasional bank syariah yaitu (1) melakukan investasi halal, (2) berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli dan sewa, (3) profit dan falah oriented. (3) hubungan kemitraan dengan nasabah, (5) pernghimpunan dan penyaluran dana sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah (DPS).

.

2.2.9. Analisis Kesehatan Bank

Mengacu pada peraturan tentang perbankan pasal 29 UU No. 7 tahun 1992 kemudian diubah menjadi UU No. 10 tahun 2008. Bahwa bank wajib menjaga kesehatan bank dengan ketentuan kualitas aset, kecukupan modal, kualitas manajemen, likuiditas dan rentabilitas dan solfabilitas. Kemudian aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank berpinsip pada kehati-hatian. Selain itu, surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 13/24/DPNP tahun 2011, tentang tingkat kesehatan bank merupakan pengaruh terhadap konerja dan kondisi bank melalui tingkat kesehatan, Risk Profile, Good Cororate Governance, Earnings dan Capital. Empat komponen itu menjadi faktor menilaian kuantitatif dan kualitatif dalam analisis kesehatan bank. Melalui penggolongan tingkat kesehatan bank dapat dibagi menjadi 4 kategori : sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat.

(8)

11

Sebelum metode RGEC, metode CAMELS merupakan metode pengukuran kinerja perbankan. RGEC merupakan pengembangan dari metode sebelumnya. Dalam metode ini, terdapat resiko inheren dalam penerapan kualitas manaljemen resiko pada operasional bank. Biasanya terbagi dalam empat kategori, yaitu :

1. Profil Resiko (Risk Profile)

Berdasarkan PBI Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum PASAL 7 berisi tentang penilaian terhadap resiko terhadap 8 jenis resiko sebagai berikut : risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi.

2. Good Cororate Governance

Menurut Bank Dunia (World Bank) merupakan kumpulan peraturan, huku, dan kaidah yang wajib dipenuhi, sebagai upaya mendorong kinerja perusahaan untuk berfungsi efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang, secara berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarkat sekitarnya. (Effendi, 2009). Sedangkan menurut Mulazid, 2016. Good Cororate Governance merupakan mekanisme pendorong kesehatan praktik bank. Penilaian ini meninjau kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsipnya.

3. Rentabilitas (Earnings)

Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh hasil bersih (laba) dengan modal yang digunakannya. Menghitungnnya dengan membandingkan laba usaha dengan jumlah modalnya (Gilarso, 2003). Penilaian rentabilitas bertujuan menlihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Melalui faktor evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas serta manajemennya. Semua itu bertujuan untuk menilai serta mengevaluasi kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalannya (Pramana, 2015)

4. Permodalan (Capital)

Permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan suatu perusahaan dalam mengrlola modalnya. Dalam perhitungannya, bank wajib mengikuti ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum. Bank juga harus memenuhi resiko kecukupan modal guna mengantisipasi resiko yang terjadi (Pramana, 2015).

Referensi

Dokumen terkait

Fitur – fitur yang ada pada komik meliputi gambar yang menarik untuk menolong pelajar remaja untuk mengembangkan ide dan imajinasi dalam bahasa Inggris, material bacaan dalam

Intensitas keparahan penyakit akibat serangan Fusarium pada 70 aksesi plasma nutfah kenaf bervariasi (Tabel 1)... Intensitas keparahan penyakit 70 aksesi kenaf akibat

Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan sebagai tanda terima kasih seorang hamba Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan sebagai tanda terima kasih seorang

Pengertian Sistem Informasi Data dan Dokumen serta Pelayanan pada Perpustakaan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya adalah suatu sistem yang dibuat

Adalah bagian yang bertanggung jawab mencatat persediaan barang dagang sesuai faktur seperti nama barang, kode barang, harga barang, dan jumlah barang1. Dokumen yang digunakan

4. Melaksanakan kerjasama dengan lembaga pendidikan atau tenaga pendidik untuk memperoleh anggota PPK yang memenuhi persyaratan apabila jumlah pendaftar kurang dari

Penyusunan RPPS dan RPF diwajibkan untuk semua program studi S2, S1, DIII dan DIV serta fakultas untuk periode 4 tahun, dari tahun ajaran 2010/2011 – 2013/2014 berdasar Hasil

Asam humat berstruktur amorf, setelah proses adsorpsi ion Au(III) muncul puncak karakteristik dari logam emas di daerah 2 q 38, 44, dan 64 pada difraktogram sinar X menunjukkan