• Tidak ada hasil yang ditemukan

- meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "- meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari donor yang sehat kepada penderita. Individu atau orang yang menyumbangkan darahnya, dengan tujuan untuk membantu yang lain khususnya yang pada kondisi memerlukan suplai darah dari luar, karena sampai saat ini darah belum bisa di sintesa sehingga ketika diperlukan harus diambil seseorang/individu. Pada tahun 1900 Dr. Loustiner menemukan 4 macam golongan darah :

1. Golongan darah A 2. Golongan darah B 3. Golongan darah AB 4. Golongan darah O

Selain itu tahun 1940 ditemukan golongan darah baru yaitu Rhesus Faktor positif dan rhesus faktor negatif pada sel darah merah (erythrocyt). Rhesus Faktor positif banyak terdapat pada orang Asia dan Negatif Pada orang Eropah, Amerika, Australia.

Transfusi diberikan untuk:

- meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen - memperbaiki volume darah tubuh

- memperbaiki kekebalan

- memperbaiki masalah pembekuan

Tergantung kepada alasan dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah lengkap atau komponen darah (misalnya sel darah merah, trombosit, faktor pembekuan, plasma segar yang dibekukan/bagian cairan dari darah atau sel darah putih).

Jika memungkinkan, akan lebih baik jika transfusi yang diberikan hanya terdiri dari komponen darah yang diperlukan oleh resipien.

Memberikan komponen tertentu lebih aman dan tidak boros.

Teknik penyaringan darah sekarang ini sudah jauh lebih baik, sehingga transfusi lebih aman dibandingkan sebelumnya.

Tetapi masih ditemukan adanya resiko untuk resipien, seperti reaksi Alergi dan infeksi.

Meskipun kemungkinan terkena AIDS atau Hepatitis melalui transfusi sudah kecil, tetapi harus tetap waspada akan resiko ini dan sebaiknya transfusi hanya dilakukan jika tidak ada pilihan lain.

(2)

B. Rumusan masalah

1.) Apa syarat-syarat seseorang yang dapat menjadi pendonor darah? 2.) Dalam keadaan apakah orang yang tidak bisa menjadi pendonor darah? 3.) Apa tujuan donor darah?

4.) Bagaimana proses transfusi darah?

C. Manfaat

1.) Agar mengetahui syarat-syarat seseorang yg dapat menjadi pendonor darah.

2.) Agar menegetahui dalam keadaan apakah seseorang tidak dpat menjadi pendonor darah. 3.) Agar mengetahui tujuan donor darah.

4.) Agar mengetahui proses transfusi darah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Syarat-Syarat Transfusi Darah

(3)

1. Umur 17 – 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )

2. Berat badan 50 kg atau lebih

3. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral 4. Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih 5. Tekanan darah 120/140/80 – 100 mmHg 6. Nadi 50-100/menit teratur

7. Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.

8. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita) 9. Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun. 10. Kulit lengan donor sehat.

11. Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir. 12. Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS. 13. Bukan pencandu alkohol/narkoba

14. Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir. 15. Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

16. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.

B. Orang Yang Tidak Dapat Menjadi Pendonor.

Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan: 1. Pernah menderita hepatitis B.

Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.

Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.

Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.

Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.

(4)

Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.

Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.

Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.

Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan. Sedang menyusui.

Ketergantungan obat. Alkoholisme akut dan kronik. Sifilis.

Menderita tuberkulosa secara klinis. Menderita epilepsi dan sering kejang.

Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.

Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.

Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril). Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.

C. Manfaat Donor Darah

Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab Uji Saring .(HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan Malaria).

Mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara lain 10, 25, 50, 75, 100 kali.

Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Pemerintah. Merupakan bagian dari ibadah.

D. Proses Transfusi Darah

1. Pengisian Formulir Donor Darah. 2. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah. 3. Pengambilan Darah

(5)

Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan darah. 4. Pengelolahan Darah

Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :

a. Penyakit Hepatitis B b. Penyakit HIV/AIDS c. Penyakit Hipatitis C d. Penyakit Kelamin (VDRL)

Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam 5. Penyimpanan Darah

Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius. Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti : PRC,Thrombocyt,Plasma,Cryo precipitat

E. TINDAKAN PENCEGAHAN & REAKSI KERACUNAN

Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan beberapa tindakan pencegahan.

Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas secara perlahan memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah.

Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka pada awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat.

Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan.

Sebagian besar transfusi adalah aman dan berhasil; tetapi reaksi ringan kadang bisa terjadi, sedangkan reaksi yang berat dan fatal jarang terjadi.

Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfusi.

Gejalanya berupa: - gatal-gatal

(6)

- kemerahan - pembengkakan - pusing

- demam - sakit kepala.

Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang otot. Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.

Walaupun dilakukan penggolongan dan cross-matching secara teliti, tetapi kesalahan masih mungkin terjadi sehingga sel darah merah yang didonorkan segera dihancurkan setelah ditransfusikan (reaksi hemolitik0.

Biasanya reaksi ini dimulai sebagai rasa tidak nyaman atau kecemasan selama atau segera setelah dilakukannya transfusi.

Kadang terjadi kesulitan bernafas, dada terasa sesak, kemerahan di wajah dan nyeri punggung yang hebat.

Meskipun sangat jarang terjadi, reaksi ini bisa menjadi lebih hebat dan bahkan bisa berakibat fatal.

Untuk memperkuat dugaan terjadinya reaksi hemolitik ini, dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat hemoglogin dalam darah dan air kemih penderita.

Resipien bisa mengalami kelebihan cairan.

Yang paling peka akan hal ini adalah resipien penderita penyakit jantung, sehingga transfusi dilakukan lebih lambat dan dipantau secara ketat.

Penyakit graft-versus-host merupakan komplikasi yang jarang terjadi, yang terutama mengenai orang-orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan karena obat atau penyakit.

Pada penyakit ini, jaringan resipien (host) diserang oleh sel darah putih donor (graft). Gejalanya berupa demam, kemerahan, tekanan darah rendah, kerusakan jaringan dan syok

(7)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

1. Seorang calon pendonor yang akan mendonorkan darahnya harus memiliki fisik tubuh yang baik dan sehat.

2. Seorang calon pendonor darah harus memenuhi syarat seorang pendonor darah.

3. Seorang pendonor harus memperhatiikan keadaannya sebelum mendodnorkan darahnya kepada penderita.

B. Saran

1. Pembaca yang membaca makalah ini agar dapat memberikan saran dan masukkan terhadap makalah yang telah kami jawab.

TRANSFUSI DARAH 0.00 / 5 5 1 / 5 2 / 5 3 / 5 4 / 5

5 / 50 votes, 0.00 avg. rating (0% score)

Transfusi darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari donor yang sehat kepada penderita. Transfusi adalah proses pemindahan darah dan produk darah dari donor ke resipien (pasien). Transfusi merupakan bagian yang penting pada pelayanan kesehatan modern. Penerapan transfusi secara benar akan dapat menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kesehatan, namun demikian penularan penyakit infeksi melalui darah dan produk darah harus menjadi perhatian.

Ketika transfuse darah dari orang ke orang dicoba untuk pertama kali, tansfusi hanya berhasil baik pada beberapa keadaan. Seringkali timbul aglutinasi dan hemolisis sel darah merah secara cepat atau lambat, menimbulkan reaksi transfusi yang khas yang kadang-kadang menyebabkan kematian. Segera setelah itu, ditemukan bahwa darah dari orang yang berbeda biasanya mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda pula, sehingga antibody dalam plasma darah seseorang akan

(8)

bereaksi dengan antigen pada permukaan sel darah merah orang lain. Berdasarkan alas an ini, sangat mudah terjadi ketidak cocokan antara darah donor dengan darah resipien. Bila dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat menentukan sebelumnya apakah antibody dan antigen yang terdapat dalam darah donor dan darah resipien akan bereaksi atau tidak.

Sebelum melakukan transfusi, perlu menentukan golongan darah resipien dan golongan darah donor sehingga dapat tepat sesuai. Ini disebut penggolongan darah, dan dilakukan dengan cara berikut: mula-mula sel darah merah diencerkan dengan saline. Kemudian satu bagian dicampur dengan aglutinin anti-A sedangkan bagian yang lain dicampur dengan agglutinin anti-B. Setelah beberapa menit, campuran tadi diperiksa dibawah mikroskop. Bila sel darah merah menggumpal artinya, “teraglutinasi” kita tahu bahwa telah terjadi reaksi antibody-antigen.

Flebotomi.

Flebotomi meliputi penusukan vena dan pengambilan darah. Dilakukan dengan standart umum. Donor diletakkan dengan posisi setengan berbaring. Kulit pada fosa antekubital dibersihkan dengan preparat yodium. Dipasang tourniket, dan dilakukan tusukan vena. Pengambilan 450 ml darah dilakukan kurang dari 15 menit. Setelah jarum diambil, donor diminta mengangkat lengan keatas, dan dilakukan penekanan dengan kassa steril selama 2-3 menit atau sampai perdarahan berhenti, kemudian dibalut. Donor diminta untuk tetap berbaring sampai mereka siap untuk duduk, biasanya dalam 1-2 menit. Apabila terasa lemah atau pingsan, istirahat harus diperpanjang. Setelah beristirahat mereka diberi cairan dan makanan diruang tunggu dan diminta berdiam diri 15 menit kemudian.

Donor kemudian diminta untuk tidak melepas balutan dan menghindari mengangkat beban berat selama beberapa jam, jangan merokok slama 1 jam dan tidak minum minuman keras selama 3 jam, diminta menambah asupan cairan selama 2 hari dan dianjurkan makan makanan yang seimbang selama 2 minggu.

Label pada kantong darah dan tabung harus diperiksa dengan teliti sebelum dan sesudah pendonoran untuk mencegah terjadinya kesalahan yang dapat berakibat fatal bagi resipien.

Penggolongan darah.

Sel darah merah golongan O tidak mempunyai aglutinogen dan oleh karena itu tidak bereaksi dengan serum anti-A atau anti-B. golongan darah A mempunyai aglutinogen A dan karena itu, beraglutinasi dengan aglutinin anti-A. golongan darah B mempunyai aglutinogen B dan beraglutinasi dengan serum anti-B. golongan darah AB mempunyai aglutinogen A dan B serta beraglutinasi dengan kedua jenis serum.

Golongan darah Rh.

Bersama dengan system golongan darah O-A-B, system Rh juga penting dalam transfuse darah. Perbedaan utama antara system O-A-B dan system Rh adalah sebagai berikut: pada system O-A-B, aglutinin bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfuse yang terjadi secara spontan, sedangkan pada system Rh, reaksi agglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi. Malahan, orang mula-mula harus terpajan secara pasif dengan antigen Rh, biasanya melalui transfuse darah atau melalui ibu yang memiliki bayi dengan antigen, sebelum terdapat cukup agglutinin untuk menyebabkan reaksi transfuse yang bermakna.

(9)

Seseorang yang membutuhkan sejumlah besar darah dalam waktu yang segera (misalnya karena perdarahan hebat), bisa menerima darah lengkap untuk membantu memperbaiki volume cairan dan sirkulasinya. Darah lengkap juga bisa diberikan jika komponen darah yang diperlukan tidak dapat diberikan secara terpisah.

Komponen darah yang paling sering ditransfusikan adalah packed red blood cells (prc), yang bisa memperbaiki kapasitas pengangkut oksigen dalam darah.

komponen ini bisa diberikan kepada seseorang yang mengalami perdarahan atau penderita anemia berat. Yang jauh lebih mahal daripada prc adalah frozen-thawed red blood cells, yang biasanya dicadangkan untuk transfusi golongan darah yang jarang.

Beberapa orang yang membutuhkan darah mengalami alergi terhadap darah donor. Jika obat tidak dapat mencegah reaksi alergi ini, maka harus diberikan sel darah merah yang sudah dicuci.

Jumlah trombosit yang terlalu sedikit (trombositopenia) bisa menyebabkan perdarahan spontan dan hebat.Transfusi trombosit bisa memperbaiki kemampuan pembekuan darah.

Faktor pembekuan darah adalah protein plasma yang secara normal bekerja dengan trombosit untuk membantu membekunya darah. Tanpa pembekuan, perdarahan karena suatu cedera tidak akan berhenti. Faktor pembekuan darah yang pekat bisa diberikan kepada penderita kelainan perdarahan bawaan, seperti hemofilia atau penyakit von willebrand.

Plasma juga merupakan sumber dari faktor pembekuan darah. Plasma segar yang dibekukan digunakan pada kelainan perdarahan, dimana tidak diketahui faktor pembekuan mana yang hilang atau jika tidak dapat diberikan faktor pembekuan darah yang pekat. Plasma segar yang dibekukan juga digunakan pada perdarahan yang disebabkan oleh pembentukan protein faktor pembekuan yang tidak memadai, yang merupakan akibat dari kegagalan hati.

Meskipun jarang, sel darah putih ditransfusikan untuk mengobati infeksi yang mengancam nyawa penderita yang jumlah sel darah putihnya sangat berkurang atau penderita yang sel darah putihnya tidak berfungsi secara normal.

pada keadaan ini biasanya digunakan antibiotik.

Antibodi (imunoglobulin), yang merupakan komponen darah untuk melawan penyakit, juga kadang diberikan untuk membangun kekebalan pada orang-orang yang telah terpapar oleh penyakit infeksi (misalnya cacar air atau hepatitis) atau pada orang yang kadar antibodinya rendah.

Transfusi diberikan untuk:

a) meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen b) memperbaiki volume darah tubuh

c) memperbaiki kekebalan

d) memperbaiki masalah pembekuan. Transfusi sering tidak diperlukan karena:

a) kondisi yang tampaknya membutuhkan transfuse, sering dapat dihindari dengan pengobatan dini atau upaya pencegahan.

(10)

b) transfuse darah lengkap, sel darah merah, atau plasma sering diberikan untuk menyiapkan secara cepat seorang ibu untuk menjalani pembedahan yang direncanakan, atau untuk memulihkan kondisi tubuh agar dapa keluar dari rumah sakit lebih cepat. Terapi lain, seperti infuse cairan, kadang-kadang lebih murah, lebih aman, dan sama efektifnya.

Jenis Donor Darah.

Ada dua macam donor darah yaitu:

1) Donor keluarga atau Donor Pengganti adalah darah yang dibutuhkan pasien dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.

2) Donor Sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu penerima darah yang tidak mereka kenal dan tidak untuk menerima sesuatu keuntungan.

Syarat – Syarat Calon Donor Darah: Umur 17 – 60 tahun

Berat badan 50 kg atau lebih

Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih Tekanan darah 120 – 140/80 – 100 mmHg Nadi 50 – 100/menit teratur

Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.

Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita) Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun. Kulit lengan donor sehat.

Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.

Tidak menderita penyakit infeksi; malaria, hepatitis, HIV/AIDS. 12. Bukan pencandu alkohol/narkoba

Tidak mendapat imunisasi dalam 2 – 4 bulan terakhir. Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

2) ETIOLOGI Leukemia Limfoma

Penyakit lain yang menghancurkan atau mengganggu produksi darah. Perdarahan pasca persalinan dengan syok

(11)

Kehilangan darah saat operasi

Anemia berat pada kehamilan lanjut (Hb < 8gr% atau timbul gagal jantung)

Catatan: untuk anemia pada kehamilan awal, obati penyebab anemia dan sediakan hematinik. 3) MANIFESTASI KLINIK 1) Pusing 2) Keletihan 3) Kelelahan 4) Malaise 5) Pucat 6) Fatigue 7) Hb menurun 4) PATOFISIOLOGI

Pada transfusi, seorang donor menyumbangkan darah lengkap dan seorang resipien menerimanya. Tetapi konsep ini menjadi luas. Tergantung kepada keadaan, resipien bisa hanya menerima sel dari darah, atau hanya menerima faktor pembekuan atau hanya menerima beberapa komponen darah lainnya.

transfusi dari komponen darah tertentu memungkinkan dilakukannya pengobatan yang khusus, mengurangi resiko terjadinya efek samping dan bisa secara efisien menggunakan komponen yang berbeda dari 1 unit darah untuk mengobati beberapa penderita. Pada keadaan tertentu, resipien bisa menerima darah lengkapnya sendiri (transfusi autolog).

Proses Transfusi Darah.

Pengisian Formulir Donor Darah. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah. Pengambilan darah

Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan darah. Pengambilan darah

Pengelolaan darah.

Beberapa usaha pencegahan yang dikerjakan sebelum darah diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit diantaranya:

a) Penyakit Hepatitis B b) Penyakit HIV/AIDS

(12)

c) Penyakit Hipatitis C d) Penyakit Kelamin (VDRL)

Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1 – 2 jam Penyimpanan Darah

Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 2 – 6 derajat celcius. Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti: a) PRC

b) Thrombocyt c) Plasma d) Cryo precipitat 5) PENATALAKSANAAN

Memberikan darah sebaiknya berdasarkan petunjuk nasional mengenai penggunaan klinis darah, dengan mempertimbangkan kebutuhan resipien tersebut.

Sebelum memberikan darah atau produk darah harap diingat hal-hal berikut: 1) Perbaikan yang diharapkan pada kondisi klinis resipien tersebut.

2) Metode untuk meminimalkan kehilangan darah untuk mengurangi kebutuhan akan transfuse. 3) Terapi alternative yang dapat diberikan, termasuk penggantian cairan intravena atau oksigen, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan transfuse.

4) Resiko penularan HIV,Hepatitis, sipilis atau infeksi lainnya melalui produk darah yang tersedia. 5) Keuntungan transfuse dibandingkan dengan resiko untuk resipien tertentu.

6) Pilihan terapi lain jika darah tidak tersedia pada saat itu.

7) Kebutuhan akan orang yang terlatih untuk memantau resipien tersebut dan segera bereaksi jika timbul efek samping.

6) KOMPLIKASI a) Hemolisis akut.

Jenis reaksi transfuse yang paling berbahaya terjadi apabila darah donor tidak sesuai dengan golongan darah resipien. Antiboby dalam plasma resipien akan segera bergabung dengan antigen pada eritrosit donor, dan sel tersebut segera mengalami hemolisis (dihancurkan) baik dalam sirkulasi maupun dalam system retikuloendotelial. Hemolisis yang paling cepat terjadi pada ketidaksesuaian darah ABO (mis. Jika donor golongan A dan sipien golongan O, yang memiliki antibody anti-A dan anti-B). ketidaksesuai Rh biasanya lebih ringan. Reaksi ini dapat terjadi setelah pemberian paling tidak 10ml darah.

Proses penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah. Ini dapat terjadi karena trauma darah sekunder terhadap turbulen atau pompa pemutar.

(13)

b) Hemolisis tertunda.

Reaksi hemolisis tertunda biasanya terjadi sekitar 2-14 hari dan ditandai dengan demam, ikterik ringan, penurunan bertahan kadar hemoglobin, dan uji globulin anti-human secara langsung. Jarang terjadi hemoglubinuria, dan biasanya reaksi ini tidak berbahaya. Namun demikian harus diketahui apabila kedua tanda tersebut terjadi, maka hal ini merupakan tanda bahwa pada pemberian transfuse selanjutnya terjadi reaksi hemolosis akut. Pasien harus diingatkan kemungkinan terjadinya reaksi ini dan diminta untuk segera melapor.

c) Syok Anafilaktik. d) Toksikosis sitrat.

Pada toksikosis sitrat, penyebabnya adalah efek ikatan pada CPD {Calcium Pyrophosphate Deposition (penyakit penimbunan kalsium piropospat)} pada kalsium, serta hiperkalemia, hipokalsemia, asidosis, hipetermia, disfungsi miokard, dan disfungsi hepar atau ginjal menghilangkan factor-faktor.

e) Penyakit infeksi.

Penyakit yang dapat menjadi komplikasi dari transfuse antara lain: a. Penyakit Hepatitis B & C

Hepatitis merupakan resiko penting terapi transfusi, baik untuk darah maupun sebagian besar komponen darah. Darah dan produk darah yang diperoleh dari donor yang dibayar mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada yang diperoleh dari donor sukarela. Produk darah hasil pengumpulan juga memberikan resiko yang lebih tinggi. Harus dilakukan uji untuk mendeteksi virus hepatitis B, begitu pula hepatitis C.

b. Penyakit HIV/AIDS c. Penyakit Kelamin (VDRL) f) Alergi.

Sebagian besar transfusi adalah aman dan berhasil; tetapi reaksi ringan kadang bisa terjadi, sedangkan reaksi yang berat dan fatal jarang terjadi. Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfusi.

Gejalanya berupa: - gatal-gatal - kemerahan - pembengkakan - pusing - demam - sakit kepala.

Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang otot. Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.

(14)

g) Emboli udara.

h) Gangguan keseimbangan elektrolit. i) Kontaminasi bakteri.

j) Penyakit graft-versus-host.

Merupakan komplikasi yang jarang terjadi, yang terutama mengenai orang-orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan karena obat atau penyakit. Pada penyakit ini, jaringan resipien (host) diserang oleh sel darah putih donor (graft). Gejalanya berupa demam, kemerahan, tekanan darah rendah, kerusakan jaringan dan syok.

Catatan: ± 5% dari semua transfuse disertai salah satu efek samping. Jika timbul reaksi (efek samping), segera dihentikan dan beritahu dokternya. Jangan cabut jarumnya. Sebaiknya ganti dengan cairan yang dapat diterima seperti NaCl normal.

Mekanisme Transfusi Darah

Posted by: marhenyantoz on: 27/03/2011 In: Kesehatan Komentar Dimatikan

Duapertiga dari semua transfusi sel darah merah dilakukan pada masa perioperatif dan kebanyakan diberikan di kamar operasi. Bahkan untuk keperluan menjaga proses homeostasis pada saat operasi kadang diperlukan transfusi trombosit dan komponen plasma. Transfusi komponen-komponen darah ini telah terbukti dapat memperbaiki keadaan pasien, misalnya meningkatkan oksigenasi jaringan, dan mengurangi perdarahan yang terjadi. Itulah sebabnya sehingga pengetahuan tentang transfusi darah sangat penting bagi seorang ahli anestesi.

Transfusi darah harus dilakukan dengan indikasi yang jelas. Karena pada saat ini komplikasi yang paling ditakutkan akibat transfusi darah adalah penularan penyakit. Diantaranya hepatitis non-A, non-B (HCV) sebagai komplikasi terbanyak akibat transfusi, HTLV-I (human T-cell leukemia/virus limfoma tipe I dan CMV (sitomegalovirus) sampai infeksi yang paling ditakuti yang disebabkan oleh human imunodefisiensi virus (HIV).

Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20 golongan darah. Untuk kepentingan klinik hanya dikenal dua sistem penggolongan darah yaitu sistem ABO dan sistem Rh. Sebagian besar pasien mempunyai sistem Rh+ (85%) dan sisanya (15%) sistem Rh-. Jenis golongan darah dan kekerapannya (jenis Golongan Darah ABO) dapat diliat sebagai berikut:

Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan berat badan. Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume darahnya untuk setiap kilogram berat badannya. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Indikasi Transfusi Darah

Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah:

Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan. Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.

(15)

Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma subtitute atau larutan albumin.

Dalam pedoman WHO (Sibinga, 1995) disebutkan : 1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.

2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.

Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Diperlukan pedoman dalam pemberian komponen-komponen darah untuk pasien yang memerlukannya, sehingga efek samping transfusi dapat diturunkan seminimal mungkin.

Lansteiner, perintis transfusi mengatakan : “Transfusi darah tidak boleh diberikan,kecuali manfaatnya melebihi resikonya”. Pada anemia, transfusi baru layak diberikan jika pasien menunjukkan tanda “Oxigen Need” yaitu rasa sesak, mata berkunang, berdebar (palpitasi), pusing, gelisah atau Hb <6 gr/dl.

Pemberian sel darah merah, sering digunakan apabila kadar Hb kurang dari 6 gr%, dan hampir tidak diperlukan bila Hb lebih dari 10 gr% dan kalau kadar Hb antara 6-10gr%, maka transfusi sel darah merah atas indikasi keadaan oksigenasi pasien. Perlu diingat bahwa kadar Hb bukanlah satu-satunya parameter, tetapi harus diperhatikan pula faktor-faktor fisiologi dan resiko pembedahan yang mempengaruhi oksigenasi pasien tersebut. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl.

Habibi dkk memberikan petunjuk bahwa dengan pemberian satu unit PRC akan meningkatkan hematokrit 3-7%. Indikasinya adalah:

Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml. Hemoglobin <8 gr/dl.

Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau penyakit jantung iskemik)

Hemoglobin <10 gr/dl dengan darah autolog.

Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator. Dapat disebutkan bahwa :

Hb sekitar 5 adalah CRITICAL Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL.

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut, Kitab Ihya’ Ulumuddin disusun ketika umat Islam teledor terhadap ilmu-ilmu Islam, yaitu setelah al-Ghazali kembali dari rasa keragu- raguan dengan tujuan utama

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas amilolitik tertinggi dan waktu pemeraman yang tepat parutan ubi kayu sebelum dicetak menjadi

Kitin mempunyai reaktivitas kimia yang lebih rendah dibandingkan dengan selulosa dan kitosan sehingga dalam pemanfaatannya kitin biasanya terlebih dahulu dilakukan modifikasi

Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Secara Terpadu dengan Permainan Kartu Link and Match untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi pada Pembelajaran Biologi Siswa

Respon masyarakat.. Hasil pengamatan yaitu 1) keadaan kandang lembab dan becek, 2) kondisi ayam banyak ayam yang sudah selayaknya diafkir (tua) dan ayam yang masih dara yang masih

direktur rumah sakit didasarkan pada kinerja profesi di lapangan, misalnya profesi di lapangan, misalnya radiografer yang bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik

closing program dan tampilan credit title, Background music yang dipilih adalah lagu Iggy Azelea – Black Window yang bertempo sedang pada awal lagu, kemudian

COMMERCE DI INDONESIA COMMERCE DI INDONESIA SEMINAR PERPAJAKAN SEMINAR PERPAJAKAN D4 KURIKULUM KHUSUS D4 KURIKULUM KHUSUS.. SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA SEKOLAH TINGGI