• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Proposal Penelitian Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Contoh Proposal Penelitian Keperawatan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KEPERAWATAN

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KEPERAWATAN

Posted by kuman keciL on

Posted by kuman keciL on 6:00 AM6:00 AM Labels:

Labels: proposaLproposaL

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES,

DUKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN TEMAN DAN DUKUNGAN IKLAN DENGAN PERILAKU REMAJA DUKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN TEMAN DAN DUKUNGAN IKLAN DENGAN PERILAKU REMAJA

TERHADAP ROKOK  TERHADAP ROKOK 

DI SLTP KARYA PEMBANGUNAN (KP) 10 BANDUNG DI SLTP KARYA PEMBANGUNAN (KP) 10 BANDUNG

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang Masalah I. 1 Latar Belakang Masalah

Masalah rokok saat ini menjadi topik yang se

Masalah rokok saat ini menjadi topik yang se dang hangat dibicarakan. Telah banyak artikel dalamdang hangat dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah,

media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio maupun televisi sertaceramah, wawancara baik di radio maupun televisi serta penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang diti

penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang diti mbulkan akibat rokok. Berbagai kebijakanmbulkan akibat rokok. Berbagai kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi

dan aturan yang memuat sanksi bagi para perokok dipublikasikan secara terus-menerus. Bahkan setiappara perokok dipublikasikan secara terus-menerus. Bahkan setiap tanggal 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia tanggal 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Melalui peringatan hari tanpa rokok sedunia in

(World No Tobacco Day). Melalui peringatan hari tanpa rokok sedunia in i, diharapkan menjadii, diharapkan menjadi kesempatan bagi kita untuk

kesempatan bagi kita untuk berfikir kembali dan menyadari akan bahaya dan dampak berfikir kembali dan menyadari akan bahaya dan dampak rokok baik bagirokok baik bagi perokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya.

perokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya.

1Rokok merupakan zat aditif yang mengancam kesehatan karena didalamnya mengandung zat-zat yang 1Rokok merupakan zat aditif yang mengancam kesehatan karena didalamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO)

membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwadan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asap rokok terkandung ±

dalam setiap kepulan asap rokok terkandung ± 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa

karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar,zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar, karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005).

karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005). Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar

Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar 90 % kanker paru-paru ti90 % kanker paru-paru tidak dapat diselamatkan.dak dapat diselamatkan. (Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mul

(Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mul ut, bibir, kerongkongan, penyakitut, bibir, kerongkongan, penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia. Menurut perhitungan Fakultas kedokteran di jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia. Menurut perhitungan Fakultas kedokteran di Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan 5 ½ meni

Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan 5 ½ meni t umurnya setiap menghisap sebatang rokokt umurnya setiap menghisap sebatang rokok (Nainggolan, 2000).

(Nainggolan, 2000).

Dalam sebuah study yang dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan The Asahi Shimbun terbitan 23 Dalam sebuah study yang dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan The Asahi Shimbun terbitan 23

▸ Baca selengkapnya: contoh proposal penelitian kantin sekolah

(2)

April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000 orang) pada pria dan 4

April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000 orang) pada pria dan 4 persen (5000 orang) padapersen (5000 orang) pada wanita penderita kanker di jepang dise

wanita penderita kanker di jepang dise babkan oleh rokok (Basyir, 2005).babkan oleh rokok (Basyir, 2005).

Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut mantan menteri kesehatan Achmad Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut mantan menteri kesehatan Achmad Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa menderita

Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa menderita penyakit akut akibat merokok. Antara lain berupapenyakit akut akibat merokok. Antara lain berupa kanker paru-paru, jantung, dan gangguan p

kanker paru-paru, jantung, dan gangguan p eredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa 'eredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa ' 'Bayi'Bayi yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki

yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki berat badan yang rendah serta bisa menimbulkanberat badan yang rendah serta bisa menimbulkan sindroma bayi meninggal mendadak (Sudden Death).''

sindroma bayi meninggal mendadak (Sudden Death).'' (www.republikaonline.com, 2003) .(www.republikaonline.com, 2003) . Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar

Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar penduduk dunia merupakan perokok, dan 800 juta penduduk dunia merupakan perokok, dan 800 juta didi antaranya terdapat di negara berkembang. Besarnya jumlah perokok tersebut m

antaranya terdapat di negara berkembang. Besarnya jumlah perokok tersebut m enyebabkan angkaenyebabkan angka kematian akibat merokok saat ini adalah 4 j

kematian akibat merokok saat ini adalah 4 j uta jiwa setiap tahun, yang berarti tuta jiwa setiap tahun, yang berarti t erdapat sekitar satuerdapat sekitar satu kematian dalam setiap 8 menit

kematian dalam setiap 8 menit (Burhan, 2004).(Burhan, 2004). Melihat dari data akibat yang disebabkan oleh

Melihat dari data akibat yang disebabkan oleh bahaya merokok tersebut, tidak heran bahwa di bahaya merokok tersebut, tidak heran bahwa di negaranegara maju aktivitas merokok mulai dibatasi, dan jumlah perokok semakin berkurang. Menurut badan

maju aktivitas merokok mulai dibatasi, dan jumlah perokok semakin berkurang. Menurut badan

kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi dinegara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok i

dinegara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok i ni 2,1% meningkat setiap tahunnya (A.Fni 2,1% meningkat setiap tahunnya (A.F Muchtar, 2005). Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO 1998 Muchtar, 2005). Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO 1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia

menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 59,04% untuk pria dan59,04% untuk pria dan 4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut 12,8%

4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut 12,8% -27,7% pria berusia muda (young males) dan-27,7% pria berusia muda (young males) dan 0,64%-1% adalah wanita muda (young females) (Syahrir, 2003).

0,64%-1% adalah wanita muda (young females) (Syahrir, 2003).

Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar keempat dunia dengan kekerapannya sekitar Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar keempat dunia dengan kekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan 4% pada perempuan

60% pada laki-laki dan 4% pada perempuan yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004). yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004). SedangkanSedangkan di Asia Indonesia menempati urutan kedua

di Asia Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Kamboja dengan prosentasi perokok pria;terbesar setelah Kamboja dengan prosentasi perokok pria; Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand 39% (Basyir, 2005).

Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand 39% (Basyir, 2005). Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, bahwa kebiasaan

Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, bahwa kebiasaan merokok justru dimulai pada usia yang sangatmerokok justru dimulai pada usia yang sangat muda. Psikolog A Kasandra Oemarjoedi (2004) mengatakan, jika dua puluh

muda. Psikolog A Kasandra Oemarjoedi (2004) mengatakan, jika dua puluh tahun yang lalu umur ratatahun yang lalu umur rata --rata seseorang mulai merokok adalah pada usia 16 tahun

rata seseorang mulai merokok adalah pada usia 16 tahun (remaja tingkat SLTA), estimasi sekarang(remaja tingkat SLTA), estimasi sekarang seseorang mulai merokok pada usia remaja 12-14 tahun (remaja tingkat SLTP). Oemarjoedi

seseorang mulai merokok pada usia remaja 12-14 tahun (remaja tingkat SLTP). Oemarjoedi menambahkan, berdasarkan data Survei Yayasan Pelita Ilmu lebih dari

menambahkan, berdasarkan data Survei Yayasan Pelita Ilmu lebih dari tiga juta remaja menggunakantiga juta remaja menggunakan rokok tembakau, dan dari keseluruhan jumlah te

rokok tembakau, dan dari keseluruhan jumlah te rsebut, hampir 20 persen adalah siswa SLTP. Bahkanrsebut, hampir 20 persen adalah siswa SLTP. Bahkan data dari tiga tahun terakhir, 30 persen

data dari tiga tahun terakhir, 30 persen dari jumlah anak SLTP adalah dari jumlah anak SLTP adalah perokok aktif. Satu dari tigaperokok aktif. Satu dari tiga siswa menjadi perokok permanen sampai dia dewasa dan

siswa menjadi perokok permanen sampai dia dewasa dan meninggal pada usia yang sangat muda yangmeninggal pada usia yang sangat muda yang diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan karena merokok (Daryanto,2004).

diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan karena merokok (Daryanto,2004). Secara psikologis remaja SLTP (usia 12-16 tahun) berada pada t

(3)

April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000 orang) pada pria dan 4

April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000 orang) pada pria dan 4 persen (5000 orang) padapersen (5000 orang) pada wanita penderita kanker di jepang dise

wanita penderita kanker di jepang dise babkan oleh rokok (Basyir, 2005).babkan oleh rokok (Basyir, 2005).

Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut mantan menteri kesehatan Achmad Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut mantan menteri kesehatan Achmad Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa menderita

Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa menderita penyakit akut akibat merokok. Antara lain berupapenyakit akut akibat merokok. Antara lain berupa kanker paru-paru, jantung, dan gangguan p

kanker paru-paru, jantung, dan gangguan p eredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa 'eredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa ' 'Bayi'Bayi yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki

yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki berat badan yang rendah serta bisa menimbulkanberat badan yang rendah serta bisa menimbulkan sindroma bayi meninggal mendadak (Sudden Death).''

sindroma bayi meninggal mendadak (Sudden Death).'' (www.republikaonline.com, 2003) .(www.republikaonline.com, 2003) . Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar

Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar penduduk dunia merupakan perokok, dan 800 juta penduduk dunia merupakan perokok, dan 800 juta didi antaranya terdapat di negara berkembang. Besarnya jumlah perokok tersebut m

antaranya terdapat di negara berkembang. Besarnya jumlah perokok tersebut m enyebabkan angkaenyebabkan angka kematian akibat merokok saat ini adalah 4 j

kematian akibat merokok saat ini adalah 4 j uta jiwa setiap tahun, yang berarti tuta jiwa setiap tahun, yang berarti t erdapat sekitar satuerdapat sekitar satu kematian dalam setiap 8 menit

kematian dalam setiap 8 menit (Burhan, 2004).(Burhan, 2004). Melihat dari data akibat yang disebabkan oleh

Melihat dari data akibat yang disebabkan oleh bahaya merokok tersebut, tidak heran bahwa di bahaya merokok tersebut, tidak heran bahwa di negaranegara maju aktivitas merokok mulai dibatasi, dan jumlah perokok semakin berkurang. Menurut badan

maju aktivitas merokok mulai dibatasi, dan jumlah perokok semakin berkurang. Menurut badan

kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi dinegara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok i

dinegara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok i ni 2,1% meningkat setiap tahunnya (A.Fni 2,1% meningkat setiap tahunnya (A.F Muchtar, 2005). Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO 1998 Muchtar, 2005). Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO 1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia

menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 59,04% untuk pria dan59,04% untuk pria dan 4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut 12,8%

4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut 12,8% -27,7% pria berusia muda (young males) dan-27,7% pria berusia muda (young males) dan 0,64%-1% adalah wanita muda (young females) (Syahrir, 2003).

0,64%-1% adalah wanita muda (young females) (Syahrir, 2003).

Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar keempat dunia dengan kekerapannya sekitar Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar keempat dunia dengan kekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan 4% pada perempuan

60% pada laki-laki dan 4% pada perempuan yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004). yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004). SedangkanSedangkan di Asia Indonesia menempati urutan kedua

di Asia Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Kamboja dengan prosentasi perokok pria;terbesar setelah Kamboja dengan prosentasi perokok pria; Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand 39% (Basyir, 2005).

Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand 39% (Basyir, 2005). Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, bahwa kebiasaan

Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, bahwa kebiasaan merokok justru dimulai pada usia yang sangatmerokok justru dimulai pada usia yang sangat muda. Psikolog A Kasandra Oemarjoedi (2004) mengatakan, jika dua puluh

muda. Psikolog A Kasandra Oemarjoedi (2004) mengatakan, jika dua puluh tahun yang lalu umur ratatahun yang lalu umur rata --rata seseorang mulai merokok adalah pada usia 16 tahun

rata seseorang mulai merokok adalah pada usia 16 tahun (remaja tingkat SLTA), estimasi sekarang(remaja tingkat SLTA), estimasi sekarang seseorang mulai merokok pada usia remaja 12-14 tahun (remaja tingkat SLTP). Oemarjoedi

seseorang mulai merokok pada usia remaja 12-14 tahun (remaja tingkat SLTP). Oemarjoedi menambahkan, berdasarkan data Survei Yayasan Pelita Ilmu lebih dari

menambahkan, berdasarkan data Survei Yayasan Pelita Ilmu lebih dari tiga juta remaja menggunakantiga juta remaja menggunakan rokok tembakau, dan dari keseluruhan jumlah te

rokok tembakau, dan dari keseluruhan jumlah te rsebut, hampir 20 persen adalah siswa SLTP. Bahkanrsebut, hampir 20 persen adalah siswa SLTP. Bahkan data dari tiga tahun terakhir, 30 persen

data dari tiga tahun terakhir, 30 persen dari jumlah anak SLTP adalah dari jumlah anak SLTP adalah perokok aktif. Satu dari tigaperokok aktif. Satu dari tiga siswa menjadi perokok permanen sampai dia dewasa dan

siswa menjadi perokok permanen sampai dia dewasa dan meninggal pada usia yang sangat muda yangmeninggal pada usia yang sangat muda yang diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan karena merokok (Daryanto,2004).

diakibatkan oleh penyakit yang disebabkan karena merokok (Daryanto,2004). Secara psikologis remaja SLTP (usia 12-16 tahun) berada pada t

(4)

Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana jiwa anak

Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana jiwa anak masih labil. Hal inimasih labil. Hal ini disebabkan karena anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, disebabkan karena anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif  menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif  maupun negatif (Kartono, 1995). Hurlock (1993) mengungkapkan bahwa masa remaja awal m

maupun negatif (Kartono, 1995). Hurlock (1993) mengungkapkan bahwa masa remaja awal m emilikiemiliki beberapa ciri tahapan perkembangan yaitu tahap periode peralihan, periode perubahan, periode beberapa ciri tahapan perkembangan yaitu tahap periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah dan periode pencarian identitas. Pada periode pencarian identitas, remaja c

bermasalah dan periode pencarian identitas. Pada periode pencarian identitas, remaja c enderungenderung meniru tingkah laku orang dewasa yang dianggap menunjukan kematangan dan kemapanan dalam hal meniru tingkah laku orang dewasa yang dianggap menunjukan kematangan dan kemapanan dalam hal identitas diri. Proses identifikasi remaja terhadap orang dewasa menyebabkan mereka mengadopsi identitas diri. Proses identifikasi remaja terhadap orang dewasa menyebabkan mereka mengadopsi perilaku yang ada pada orang dewasa, salah satunya adalah perilaku merokok. Merokok me

perilaku yang ada pada orang dewasa, salah satunya adalah perilaku merokok. Merokok me njadinjadi perilaku negatif yang umum dan

perilaku negatif yang umum dan bersifat legal bagi para remaja.bersifat legal bagi para remaja.

Merokok pada remaja perlu mendapatkan perhatian besar. Penurunan sumber-daya manusia dimasa Merokok pada remaja perlu mendapatkan perhatian besar. Penurunan sumber-daya manusia dimasa yang akan datang menjadi sesuatu hal yang ti

yang akan datang menjadi sesuatu hal yang ti dak mustahil terjadi yang disebabkan karena dak mustahil terjadi yang disebabkan karena remajaremaja terbiasa dengan perilaku yang tidak sehat. Taylor (Syahrir 2003) menyatakan bahwa perilaku merokok terbiasa dengan perilaku yang tidak sehat. Taylor (Syahrir 2003) menyatakan bahwa perilaku merokok pada remaja dapat menjadi bagian dari serangkaian

pada remaja dapat menjadi bagian dari serangkaian sindrom perilaku bermasalah secara umum,sindrom perilaku bermasalah secara umum, misalnya: penggunaan obat-obatan terlarang, alkoholik dan perilaku sex bebas.

misalnya: penggunaan obat-obatan terlarang, alkoholik dan perilaku sex bebas. SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 merupakan instansi pendidikan

SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 merupakan instansi pendidikan yang berada di wilayah Bandungyang berada di wilayah Bandung Timur, tepatnya di Jl. Raya A.H. Nasution

Timur, tepatnya di Jl. Raya A.H. Nasution No 25A. Sekolah ini merupakan sekolah gabungan antaraNo 25A. Sekolah ini merupakan sekolah gabungan antara SLTP, SMU dan SMK Karya Pembangunan. Instansi pen

SLTP, SMU dan SMK Karya Pembangunan. Instansi pen didikan ini merupakan sekolah swasta yang banyakdidikan ini merupakan sekolah swasta yang banyak diminati di wilayah Bandung Timur. Hal ini t

diminati di wilayah Bandung Timur. Hal ini t erlihat dari banyaknya siswa yang terdaftar di SLTP erlihat dari banyaknya siswa yang terdaftar di SLTP KP 10.KP 10. Jumlah siswa secara keseluruhan di SLTP KP berjumlah

Jumlah siswa secara keseluruhan di SLTP KP berjumlah 985 siswa (488 siswa laki-laki dan 497 siswa985 siswa (488 siswa laki-laki dan 497 siswa perempuan). Dari 985 siswa tersebut terbagi menjadi 320 siswa kelas I, 376 siswa kelas II dan 289 siswa perempuan). Dari 985 siswa tersebut terbagi menjadi 320 siswa kelas I, 376 siswa kelas II dan 289 siswa kelas III.

kelas III.

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan pada b

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan pada b ulan April 2006, didapatkan informasi dariulan April 2006, didapatkan informasi dari guru bimbingan konseling SLTP KP 10 Bandung, bahwa di sekolah tersebut belum pernah dilakukan guru bimbingan konseling SLTP KP 10 Bandung, bahwa di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang berkaitan dengan perilaku merokok siswa. Padahal dari b

penelitian yang berkaitan dengan perilaku merokok siswa. Padahal dari b eberapa permasalahaneberapa permasalahan mengenai kenakalan remaja di SLTP KP 10,

mengenai kenakalan remaja di SLTP KP 10, merokok menjadi masalah dengan tingkat prosentasemerokok menjadi masalah dengan tingkat prosentase tertinggi (25-30%) dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan, perkelahian / tawuran dan, tertinggi (25-30%) dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan, perkelahian / tawuran dan, perkumpulan remaja atau gangster, yang hanya tercatat (< 10%). S

perkumpulan remaja atau gangster, yang hanya tercatat (< 10%). S edangkan berdasarkan hasiledangkan berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang siswa kelas III didapatkan data bahwa semua siswa

wawancara dengan 10 orang siswa kelas III didapatkan data bahwa semua siswa tersebut merokok,tersebut merokok, bahkan mereka mengatakan, hampir seluruh anak laki-laki di kelasnya sudah pernah merokok. Adapun bahkan mereka mengatakan, hampir seluruh anak laki-laki di kelasnya sudah pernah merokok. Adapun untuk kelas II mereka mengatakan

untuk kelas II mereka mengatakan hanya sekitar (30-35%) yang merokok, dan kehanya sekitar (30-35%) yang merokok, dan ke las I (±10%).las I (±10%). Kebanyakan siswa di SLTP KP merokok diluar lingkungan sekolah, mereka

Kebanyakan siswa di SLTP KP merokok diluar lingkungan sekolah, mereka bergerombol disuatu tempatbergerombol disuatu tempat yang memang memudahkan mereka mendapatkan

(5)

yang tertulis dalam perjanjian antara pihak se

yang tertulis dalam perjanjian antara pihak se kolah dengan calon siswa mengenai larangan membawakolah dengan calon siswa mengenai larangan membawa ataupun merokok didalam maupun diluar lingkungan s

ataupun merokok didalam maupun diluar lingkungan s ekolah, termasuk sanksi tegas yang menjeratekolah, termasuk sanksi tegas yang menjerat apabila larangan ini di langgar oleh siswa.

apabila larangan ini di langgar oleh siswa.

Adapun informasi yang penulis dapatkan dari Badan M

Adapun informasi yang penulis dapatkan dari Badan M usyawarah Guru Pembimbing (MGP) kota Bandungusyawarah Guru Pembimbing (MGP) kota Bandung perilaku merokok termasuk kedalam 6 bentuk

perilaku merokok termasuk kedalam 6 bentuk perilaku bermasalah yang ada pada remaja SMP.perilaku bermasalah yang ada pada remaja SMP. Munculnya perilaku bermasalah terutama merokok terjadi pada sekolah

Munculnya perilaku bermasalah terutama merokok terjadi pada sekolah -sekolah dengan kriteria sebagai-sekolah dengan kriteria sebagai berikut: 1) sekolah yang menerima siswa t

berikut: 1) sekolah yang menerima siswa t anpa testing, 2) sekolah yang berada di daerah pianpa testing, 2) sekolah yang berada di daerah pi nggirannggiran kota, 3) sekolah yang kurang komitmen terhadap

kota, 3) sekolah yang kurang komitmen terhadap penerapan disiplin, dan 4) sekolah yang berada dekatpenerapan disiplin, dan 4) sekolah yang berada dekat keramaian.

keramaian.

Banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku m

Banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku m erokok pada anak usia erokok pada anak usia remaja. Subanadaremaja. Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa faktor resiko munculnya perilaku m

(Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa faktor resiko munculnya perilaku m erokok pada remajaerokok pada remaja dipengaruhi oleh berberapa faktor diantaranya: 1). Faktor psikologis/kepribadian yang terdiri dari dipengaruhi oleh berberapa faktor diantaranya: 1). Faktor psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor psikososial yang meliputi stress, rasa bosan, rasa ingin tahu

faktor psikososial yang meliputi stress, rasa bosan, rasa ingin tahu , ingin terlihat gagah, rendah diri , ingin terlihat gagah, rendah diri dandan perilaku yang menunjukan pemberontakan menjadi hal yang mengkontribusi remaja untuk mulai

perilaku yang menunjukan pemberontakan menjadi hal yang mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu, secara psikologis perilaku merokok pada remaja diasosiasikan juga dengan merokok. Selain itu, secara psikologis perilaku merokok pada remaja diasosiasikan juga dengan gangguan psikiatrik. 2). Faktor biologis, meliputi fungsi kognisi, etnik, genetik dan jenis kelamin. 3). gangguan psikiatrik. 2). Faktor biologis, meliputi fungsi kognisi, etnik, genetik dan jenis kelamin. 3). Faktor lingkungan, yakni orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan

Faktor lingkungan, yakni orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan reklame atau iklanreklame atau iklan menampilkan sang idola remaja, 4). Faktor regulatori yakni adanya

menampilkan sang idola remaja, 4). Faktor regulatori yakni adanya pajak atau bea cukai yang tinggipajak atau bea cukai yang tinggi terhadap rokok dengan maksud untuk

terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok, danmenurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok, dan pembatasan fasilitas / lokasi untuk merokok.

pembatasan fasilitas / lokasi untuk merokok.

Faktor psikologis dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja lingkungan, artinya peri

Faktor psikologis dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja lingkungan, artinya peri laku merokoklaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam di, Erikson menga

selain disebabkan oleh faktor dalam di, Erikson menga takan bahwa setiap remaja akan mengalami fasetakan bahwa setiap remaja akan mengalami fase krisis dalam proses pencarian jati dirinya yang disebabkan karena adanya perubahan

krisis dalam proses pencarian jati dirinya yang disebabkan karena adanya perubahan fisik danfisik dan psikososial. Ketidaksesuaian antara perkembangan fisik, psikis dan

psikososial. Ketidaksesuaian antara perkembangan fisik, psikis dan sosial menyebabkan remaja beradasosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau stress. Merokok menjadi

dalam kondisi dibawah tekanan atau stress. Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karenaalternatif yang mereka pilih karena dianggap dapat mengurangi ketegangan dan m

dianggap dapat mengurangi ketegangan dan m embantu relaksasi terhadap stress (Helmi & Komalasari,embantu relaksasi terhadap stress (Helmi & Komalasari, 2006).

2006).

Selain itu, perilaku merokok merupakan perilaku yang

Selain itu, perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari, sehingga perlu ada agen sosialisasidipelajari, sehingga perlu ada agen sosialisasi dalam proses munculnya perilaku tersebut, dan lingkungan

dalam proses munculnya perilaku tersebut, dan lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kalimerupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada di lingkungan

memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada di lingkungan menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama

menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar dapat diterima sebagai anggota dariagar dapat diterima sebagai anggota dari lingkungan tersebut (A.F Muchtar 2005). Orangtua, saudara kandung, t

lingkungan tersebut (A.F Muchtar 2005). Orangtua, saudara kandung, t eman sebaya dan iklaneman sebaya dan iklan merupakan faktor lingkungan yang mendorong remaja untuk merokok.

(6)

Berdasarkan faktor biologi, merokok merupakan perilaku yang diturunkan secara genetik, dan perilaku ini lebih banyak terjadi pada mereka keturunan ras kulit putih. Sedangkan berdasarkan faktor

regulatori, perilaku merokok berkaitan dengan daya beli masyarakat terhadap rokok yang akan terpengaruh oleh kebijakan pemerintah me lalui pajak atau bea cukai rokok. Selain itu adanya

kebijakan penentuan daerah bebas rokok, men jadi upaya yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi mayarakat akan rokok dan sekolah menjadi salah satu tempat yang ditetapkan sebagai kawasan bebas rokok (Soetjiningsih, 2004).

Melihat dari faktor-faktor tersebut, dalam kesempatan ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada dua faktor yakni psikologis (stress) dan faktor lingkungan yang meliputi dukungan keluarga, dukungan teman, dan dukungan iklan. Adapun faktor biologi dan regulatori tidak menjadi lingkup penelitian dengan pertimbangan; faktor biologis akan sangat sulit untuk diteliti, sedangkan berkaitan dengan faktor regulatori, SLTP KP sendiri telah memiliki aturan mengenai larangan membawa maupun melakukan aktivitas merokok baik di dalam maupun di luar lingkungan pendidikan.

1. 2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara tingkat stress, dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan iklan dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung.

I. 3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara tingkat stress, dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan iklan dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung.

I.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi gambaran perilaku m erokok pada remaja SLTP KP 10 Bandung. 2. Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stres pada remaja di SLTP KP 10 Bandung.

3. Untuk mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga untuk merokok pada remaja di SLTP KP 10 Bandung.

4. Untuk mengidentifikasi gambaran dukungan teman untuk merokok pada remaja di SLTP KP 10 Bandung.

5. Untuk mengidentifikasi gambaran dukungan iklan untuk merokok pada remaja di SLTP KP 10 Bandung.

(7)

rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung.

7. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Dukungan keluarga dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 B andung.

8. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Dukungan teman dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung.

9. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Dukungan Iklan di media dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandu ng.

I. 4. Kegunaan

Melalui identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP Karya Pembangunan (KP) 10 Bandung., diharapkan dapat berguna bagi ;

I.4.1 Instansi Pendidikan (SLTP KP 10 Bandung)

1. Sebagai gambaran bagi instansi mengenai perilaku merokok yang t erjadi pada siswa. 2. Sebagai bahan acuan untuk penegakan disiplin bagi siswa selanjutnya

3. Sebagai bahan pemikiran untuk evaluasi kebijakan yang telah diterapkan sekolah bagi para siswa. 4. Sebagai landasan untuk pelaksanaan program incidental/ program extra yang membahas mengenai masalah yang berhubungan dengan perilaku remaja.

I.4.2 Petugas Kesehatan (Instansi Puskesmas)

Menjadi masukan penting bagi instansi puskesmas setempat sebagai bahan pokok untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok sesuai dengan p rogram UKS di SLTP Karya Pembangunan 10. I.4.3 Peneliti dan Penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian atau data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan perilaku merokok pada anak remaja SLTP.

1.5 Kerangka konsep

Subanada dalam Soetjiningsih 2004 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor resiko timbulnya perilaku merokok pada remaja, yakni :

1. Faktor psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor psikososial yang meliputi stress, rasa bosan, rasa ingin tahu, ingin terlihat gagah, renda h diri dan perilaku yang menunjukan pemberontakan. Selain itu perilaku merokok pada remaja diasosiasikan denga n gangguan psikiatrik seperti depresi dan

skizofrenia.

2. Faktor biologis, meliputi fungsi kognisi dimana para perokok m enganggap bahwa merokok dapat meningkatkan konsentrasi mereka. Faktor etnik, dim ana remaja yang berasal dari keturunan ras kulit

(8)

putih di Amerika akan mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi seorang perokok

dibandingkan dengan keturunan lain. Selanjutnya fakt or genetik, yang menyatakan bahwa dalam suatu penelitian, seorang perokok mempunyai gen yang akan diturunkan yang dapat mempengaruhi

munculnya perilaku merokok pada generasi selanjutnya. Adapun yang terakhir adalah faktor jenis kelamin, dimana pada saat ini perilaku merokok tidak hanya muncul pada kaum pria tetapi juga pada wanita.

3. Faktor lingkungan yang meliputi perilaku merokok orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan reklame atau iklan rokok yang menampilkan sang idola remaja sebagai role model mereka.

4. Faktor regulatori yakni adanya pajak atau bea cukai yang tinggi terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok. Selain itu, yang temasuk kedalam faktor ini adalah adanya pembatasan fasilitas untuk merokok dengan dib erlakukan kawasan bebas asap rokok. Hasil konsensus FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) tahun 2000 tentan g opiat, masalah media dan penatalaksanaannya menyatakan, terdapat dua hal yang me njadi faktor pendukung bagi seseorang untuk menggunakan zat aditif termasuk rokok yaitu faktor psikologis dan lingkungan (Oktariani, 2006). Erikson (Helmi & Komalasari 2006) mengungkapkan bahwa mu nculnya perilaku merokok pada remaja dikarenakan adanya krisis aspek psikososial yang dialami dalam masa proses mencari jati diri. Ketidaksesuaian antara perkembangan fisik, psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau stress. Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karena mereka menganggap merokok dapat mengurangi ketegangan dan membantu relaksasi terhadap stress.

Aktivitas merokok disaat stress menjadi upaya kompensatoris dari kecemasan yang dia lihkan, yang pada akhirnya merokok menjadi aktivitas yang dapat memberikan kepuasan psikologis dan bukan semata-mata untuk mewujudkan simbolisasi kejantanan atau kedewasaan (A.F Muchtar 2005).

Atkinson 1991 dalam bukunya psikologi perkembangan mengungkapka n bahwa, dalam kondisi stress remaja cenderung mengulang perilakunya. Semakin sering remaja b erada dalam kondisi stress semakin mungkin merokok mereka lakukan yang akhirnya berdampak pada ketergantungan.

Stress itu sendiri merupakan respon individu dimana terjadi ketidaksesuaian antara harapan dan

pencapaian yang ditampilkan melalui perasaan secara emosional. Banyak hal yang dapat menyebabkan stress, terlambat dalam perjalanan, kecemasan akan kondisi diri dan k eluarga, ataupun tugas yang sudah ditunggu pada batas waktu akhir. Ketidakmampuan mengatasi hal tersebut dengan baik akan direfleksikan melalui perasaan emosional seperti marah, tegang, cemas ba hkan agresi. Padahal Earle mengungkapkan bahwa stress ini merupakan pergerakan energi “mobilized energy” yang diperlukan agar seseorang dapat berfikir lebih baik, sehingga dari ketidaksesuaian yang ada, seseorang dapat

(9)

menganalisa masalah dan memperbaikinya (Groenewald 2006).

Sedangkan berhubungan dengan faktor lingkungan, perilaku merokok muncul disebabkan karena

lingkungan merupakan faktor yang pertama kali meng enalkan mereka pada perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada di lingkungan menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar dapat

diterima sebagai anggota kelompok dari lingkungan tersebut. Dengan lingkungan yang baik, remaja akan menjadi tampak berkembang baik. Sebaliknya, lingkungan yang tidak baik dapat menjerumuskan remaja kedalam perilaku yang tidak baik pula. Orangtua, saudara kandung dan teman sebaya

merupakan faktor lingkungan yang menjadi agen sosialisasi perilaku merokok pada remaja. Orangtua yang merokok akan berpengaruh besar terhadap penularan perilaku merokok pa da anaknya (A.F Muchtar 2005).

Pola interaksi remaja yang lebih banyak dihabiskan dengan tema n sebaya juga akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku remaja. Fenomena yang ada adalah sebagian besar dari anggota kelompok remaja memiliki kebiasaan merokok. Fakta yang diperoleh diantara remaja pe rokok dan nonperokok, 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang merokok. Semakin banyak remaja merokok, semakin besar kemungkinan teman-temannya merokok pula. Faktor lingkungan lain yang tidak dapat dipisahkan adalah pengaruh iklan. Iklan rokok yang menampilkan gambaran bahwa merokok merupakan lambang kejantanan dan glamour, memicu remaja untuk mengikuti perilaku tersebut, terlebih apabila ik lan tersebut menampilkan sosok idola sang remaja (Basyir 2005).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dalam penelitian ini pe nulis mencoba memfokuskan penelitian mengenai faktor stress, dukungan keluarga, dukungan teman sebaya dan dukungan iklan yang akan dihubungkan dengan perilaku remaja terhadap rokok.

1.6 Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara atau dalil sementara dari suatu penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut ( Notoatmodjo, 72, 2002). Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah :

a. Hipotesa 1

H0 : Tidak terdapat hubungan antara stress dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.

H1 : Terdapat hubungan yang be rmakna antara stress dengan perilaku remaja t erhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.

(10)

b. Hipotesa 2 :

H0 : Tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP di SLTP KP 10 Bandung.

H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.

c. Hipotesa 3 :

H0 : Tidak terdapat hubungan antara dukungan teman dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.

H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan teman dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.

d. Hipotesa 4 :

H0 : Tidak terdapat hubungan antara dukungan iklan rokok dengan perilaku rem aja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.

H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan iklan rokok dengan perilaku remaja terhadap rokok di SLTP KP 10 Bandung.

1.7 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Stress

Stress merupakan respon individu dimana terjadi ket idaksesuaian anatara harapan dan pencapaian yang ditampilkan melalui perasaan secara emosional (Groenewald 2006). Tingkat stress menurut gronewald dibagi menjadi : stress ringan, stress sedang dan stress berat.

Stress dalam penelitian ini suatu kondisi dima na remaja berada dalam tekanan, suasana hati yang tidak menyenangkan, atau menggalami gangguan proses berfikir/mengambil keputusan.

Instrument baku dari Groenewald

ang telah di alih-bahasakan kedalam bahasa Indonesia. Ordinal

· Stress ringan · Stress sedang · Stress berat

(11)

Keluarga

Pada lingkungan keluarga menurut A.F Muchtar, remaja cenderung merokok apabila orangtua (terutama ayah) atau kakak kandung merokok atau bersikap tidak melarang.

3. Dukungan Teman

Remaja untuk dapat diterima men jadi anggota kelompok sebaya harus dapat menjalankan peran dan tingkah laku sesuai dengan harapan dan tuntutan kelompok, dimana mayoritas anggota kelompok memiliki kebiasaan merokok. Maka remaja cenderung mengikuti nya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri akibatnya (Hurlock 1993).

Dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah ada tidaknya anggota keluarga yang merokok. Serta ada tidaknya larangan.

Dukungan teman dalam penelitian ini adalah dorongan atau stimulus yang diberikan oleh anggota kelompok sepermainan kepada siswa untuk melakukan kegiatan merokok.

4.Dukungan Iklan

Berita atau promosi baik di media cetak maupu n elektronik yang bertujuan mempengaruhi masa (remaja) untuk membeli atau mengikuti berita tersebut. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan at au glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut, terlebih jika jika iklan tersebut dibawakan oleh para model popu ler (artis) yang akan menarik remaja untuk m enjadi seperti idolanya (Basyir, 2005).

Dukungan iklan dalam penelitian ini ada lah ada tidaknya pengaruh iklan dan pengidolaan artis dalam iklan rokok yang mendorong remaja untuk mengikuti gaya sang idola.

5. Perilaku Remaja

(12)

terhadap Rokok

Medical Research Council on Respiratory Symptoms 1986, membagi perilaku remaja terhadap rokok menjadi 2 kriteria yakni : Seseorang dikatakan sebagai perokok adalah mereka yang merokok sedikitnya 1 batang perhari sekurang-kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukan perokok merupakan orang yang tidak pernah merokok paling banyak 1 batang perhari selama 1 tahun (Kurniawati, 2003). /hari).

Perilaku remaja terhadap rokok dalam penelitian ini dikategorikan menjadi remaja perokok (merokok ≥ 1 batang / hari), dan remaja bukan perokok (remaja yang tidak pernah merokok/ merokok < 1 batang / hari)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok bukan lagi menjadi barang aneh unt uk saat ini, ketika disebut kata “rokok”, yang terbayang adalah sebuah komoditi terlaris yang paling gampang di undang untuk menjadi sponsor pada berbagai event olahraga ataupun pertunjunkan besar. Sampai saat ini jarang sekali toko atau warung yang tidak menjual rokok, bahkan dalam setiap toko grosir makanan rokok bisa mengisi 40–50 % barang yang laris terjual setiap harinya. Melihat fenomena ini sepertinya rokok telah menjelma menjadi kebutuhan pokok layaknya sembako. Seandainya rokok itu sarat manfaat, mengandung unsur gi zi yang dibutuhkan tubuh, tentunya tidak masalah. Tetapi rokok sudah diakui sebagai komoditi yang berbahaya bagi

kesehatan (Basyir 2005).

2.1. Rokok dan Masalahnya 2.1.1 Sejarah rokok

22Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin merupakan zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat menyebabkan ketergantungan. Sedangkan tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatis yang bersifat karsinogenik (PP No. 19 tahun 2003).

Tembakau itu sendiri, yang merupakan bahan utama untuk rokok ini telah dikenal lama sebelum tahun 1492. Pada saat itu, pelaut Eropa yang menemukan b enua Amerika “Colombus” melihat orang-orang Indian menghisap tembakau dengan menggunakan pipa dalam sebuah upacara tertentu sebagai

(13)

lambang tata cara ramah tamah. Penggunaan pipa be rbentuk “Y” yang disebut “tobacco” yang

digunakan untuk menghisap tanaman yang cukup banyak mengandung racun ini menjadi dasar mengapa tanaman tersebut dinamakan tembakau (Basyir 2005).

Istilah botanical tembakau itu sendiri, berasal dari kata “nicotiana”, istilah ini diberikan dalam

menghormati Duta Besar Perancis untuk Portugal yakni Jean Nicot yang telah mengirim bibit tembakau kepada permaisuri Prancis, Catherine de Medici. Penyebaran tem bakau sendiri mulai diperkenalkan ke seluruh Asia dan Afrika pada abad ke -17 oleh para ahli perdagangan Eropa (Nainggolan, 2000).

2.1.2 Zat yang Terkandung dalam Rokok

Seperti yang telah di ulas diatas, terdapat dua bahan utama zat yang terkandung dalam setiap batang rokok yakni nikotin dan tar. Nikotin, didalam tubuh menyebabkan perangsangan sistem saraf simpatis. Perangsangan saraf simpatis (pelepasan adrenalin), berdampak pada peningkatan denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Selain itu nikotin mengaktifkan trombosit yang beresiko pada timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah termasuk pembuluh darah jantung. Adapun tar, disebut sebagai zat

karsinogenik, karena ampas tar yang tersimpan terutama dalam saluran nafas akan mengubah struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar

(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Sedangkan pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Hal ini yang

memungkinkan terjadinya pembentukan sel kanker.

Selain kedua zat tersebut, masih terdapat zat-zat lain yang terkandung dalam rokok dan berakibat buruk terhadap sistem tubuh. Nainggolan (2000) mengungkapkan zat lain tersebut diantaranya :

Karbonmonoksida : merupakan sejenis gas yang tidak berbau yang dihasilkan dari pembakaran zat arang atau karbon yang tidak sempurna. Gas ini memiliki sifat racun yang dapat mengurangi kemampuan darah membawa oksigen. Hal ini disebabkan karena unsur ini memiliki kemampuan yang cepat untuk bersenyawa dengan haemoglobin, sehingga menggangu ikatan oksigen d engan haemoglobin, yang pada akhirnya menyebabkan suplai oksigen ke seluruh organ tubuh berkurang.

Arsenic : sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga.

Nitrogen oksida : Unsur kimia ini dapat mengganggu saluran pernafasan bahkan merangsang kerusakan dan perubahan kulit tubuh.

Ammonium karbonat : zat ini membentuk plak kuning pada permukaan lidah dan menggangu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat dipermukaan lidah.

(14)

Ammonia : merupakan gas yang tidak berwarna yang t erdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini sangat mudah memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini sehingga jika disuntikan sedikit saja kedalam tubu h bisa menyebabkan seseorang pingsan.

Formic acid : jenis cairan yang tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat ini dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.

Acrolein : sejenis zat tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini diperoleh dengan mengambil cairan dari gliserol dengan metode pengeringan. Zat ini sed uikit banyak mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat menganggu bagi kesehatan.

Hydrogen cyanide : sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.

Nitrous oksida : sejenis gas yang tidak b erwarna, dan bila terisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit.

Formaldehyde : zat yang banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium (formalin). Phenol : merupakan campuran yang terdiri dari kris tal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, selain diperoleh dari ter arang. P henol terikat dengan protein dan menghalangi aktivitas enzim.

Acetol : hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang t idak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

Hydrogen sulfide : sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi yang berisi pigm en).

Pyridine : cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

Methyl chloride : adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dimana hidrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah merupakan compound organic yang dapa t beracun.

Methanol : sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan mudah terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

(15)

2.1.3 Masalah yang Ditimbulkan Akibat Merokok

Melihat dari kandungan bahan-bahan kimi a yang terdapat dalam rokok tersebut, sangat je las bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkand ung dalam setiap batang rokok, yang

sebenarnya mengandung ± 4000 racun kima berbahaya. Hal ini me njelaskan bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat ditimbulkan bari perilaku merokok. Beberapa penyakit tersebut antara lain :

a. Penyakit paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan k elenjar mukus bertambah banyak

(hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan

kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal i ni menjadi dasar utama terjadinya

penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) (Sianturi 2003). Bahkan kanker paru merupakan jenis penyakit paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian karena kanke r paru terjadi pada perokok (Basyir 2005)

b. Penyakit jantung koroner

Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zta yang terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama disebakan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida. Dimana nikotin dapat mengganggu irama jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang karena berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner.

c. Impotensi

Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh t ubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi b uruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (D E). Dalam penelitiannya, sekitar seperlima dari penderita DE disebabkan oleh karena kebiasaan merokok.

(16)

d. Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan

Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang menyebakan ka nker. Selain itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa pada p erokok kemungkinan terjadinya kanker

kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan perokok (Basyir 2005). e. Merusak otak dan indera

Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system tubuh.

f. Mengancam kehamilan.

Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.

2.1.4 Perilaku terhadap Rokok

Merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai cara. Merokok itu sendiri ditujukan untuk perbuatan menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu, atau tembakau dalam pipa rokok yang kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut (Basyir, 2005). Menurut Leventhal dan Clearly terdapat 4 tahap seseorang menjadi perokok, diantaranya :

Tahap preparatory : seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

Tahap initiation : tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

Tahap becoming a smoker : apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

Tahap maintenance of smoking : tahap ini perokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

Medical Research Council on Respiratory Symptoms 1986 dalam Kurniawati (2000), mengungkapkan bahwa:

(17)

“Seseorang dikatakan sebagai perokok adalah mereka yang merokok sedikitnya 1 batang perhari sekurang-kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukan perokok me rupakan orang yang tidak pernah merokok paling banyak 1 batang perhari selama 1 tahun”.

2.1.5 Tipe Perokok

Secara umum tipe perokok di bagi men jadi beberapa kategori yakni tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri.

Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi: Perokok pasif yakni mereka yang tidak merokok, tetapi berada di sekeliling perokok dan menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh perokok. Perokok aktif, yakni mereka yang meng hisap rokok secara langsung (www.kppk.com). Adapun berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, tipe perokok dikategorikan menjadi ; Perokok sangat berat, adalah jika mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari, Perokok berat yakni

mereka yang merokok sekitar 21-30 batang perhari, Perokok sedang adalah perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang perhari, dan Perokok ringan yang merokok sekitar 10 batang/hari (Basyir 2005). Sedangkan berdasarkan pengaruh perasaan diri, Tomkins mengkategorikan perokok menjadi ; Pertama, perokok yang dipengaruhi perasaan positif, dimana dengan merokok seseorang merasakan

bertambahnya rasa positif. Green dalam psychological factor in smoking (1978) menambahkan, ada tiga sub pada tipe perokok ini : pleasure relaxation, yakni perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah dip eroleh, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. Stimulant to pick them up, yakni perilaku merokok dilakukan hanya sekedarnya untuk m enyenangkan perasaan. Pleasure of handling the cigarette, yakni kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, khususnya pada perokok pipa. Kedua, perokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, dimana merokok dilakukan seseorang untuk mengurangi perasaan negatif seperti stress, marah, gelisah dan cemas. Maka rokok dianggap sebagai penenang, mereka menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan tidak enak yang dirasakan. Ketiga, perilaku merokok yang adiktif (kecanduan), dimana mereka yang akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan mencari rokok kapan pun mereka inginkan. Keempat, perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka merokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka. Tapi karena be nar-benar sudah menjadi kebiasaan rutinnya. Merokok menjadi perilaku yang bersifat otomatis tanpa disadari (Basyir 2005).

(18)

2.2.1 Batasan Remaja

Istilah remaja atau adolesccene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti ”tumbuh ” atau tumbuh dewasa. Istilah adolescene yang digunakan sampai sekarang ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1993)

Santoso, (1993) mendefinisikan remaja sebagai individu yang sedang mengalami perkembangan menuju kedewasaan. Mereka adalah anak-anak yang telah meninggalkan usia 11 tahun dan akan menuju usia 21 tahun. Usia remaja merupakan usia dimana in dividu mulai berinteraksi dengan masyarakat dan merasa berada sama dalam satu tingkat dengan orang yang lebih tua darinya termasuk dalam ha l

intelektualnya.

Secara umum masa remaja dibagi kedalam 3 tahap yang dilihat dari rentang usia. Sampai saat ini masih banyak perbedaan mengenai klasifikasi remaja tersebut. Gunarsa (2001) membag i tahapan masa

remaja tersebut menjadi : remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).

2.2.2 Karakteristik Remaja

Masa remaja mempunyai karakteristik yang khas, dimana semua tugas pekembangan pada masa ini dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Oleh sebab itu, masa remaja disebut juga sebagai periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah, periode pencarian identitas, dan periode tidak realistik. Pada periode pencarian identitas, remaja yang tidak ingin lagi disebut sebagai anak-anak, berusaha menampilkan atau mengidentifikasi perilaku yang menjadi simbol status kedewasaan. Salah satu perilaku yang muncul adalah perilaku merokok yang mereka anggap sebagai simbol kematangan, dimana perilaku ini seringkali dimulai pada usia sekolah menengah pertama (Hurlock 1993).

Handayani (2006) mengungkapkan bahwa secara umum, remaja memiliki t ugas perkembangan yang harus dilaluinya dengan baik. tugas perkembangan tersebut antara lain :

1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif 

Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan f isiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.

2. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua

Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan

ketenangan di luar rumah. Hal tersebut tentunya akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib

(19)

dengannya.

3. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin

Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus d ilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini.

4. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat m enjawab tentang kekurangan yang dimilikinya

dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).

5. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses ide ntifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang -bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi

seperti “siapakah aku"?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dalam dirinya.

Secara psikososial, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua. Kebutuhan mereka akan kebebasan menyebabkan remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya, sehingga keterikatan me reka dengan orangtua berkurang. Pada umumnya

remaja menjadi anggota kelompok sebaya (peer group). Kelompok sebaya menjadi sangat berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Melalui kelompok sebaya, remaja bisa melatih kecakapan sosial, karena melalui kelompok sebaya, remaja dapat mengambil berbagai peran (Mahreni dalam Soetjiningsih 2004).

Sangat besarnya pengaruh teman sebaya, maka dapat dimengerti bahwa teman sebaya sangat berpengaruh pada pembentukan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku dibandingkan dengan keluarga (Hurlock, 1993).

Sedangkan secara emosional, telah diketahui bahwa masa remaja dianggap seb agai masa “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan

hormonal. Hal ini dikuatkan dengan tekanan sosial yang menuntut remaja menampilkan pola kehidupan sosial yang baru. Untuk menghadapi hal tersebut sebagian besar remaja akan mengalami

(20)

sebagai kondisi stress pada remaja yang disebabkan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi secara bersamaan.

2.3. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja terhada p Rokok

Sama halnya dengan penggunaan zat-zat (substance) lainnya, terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap penggunaan rokok atau perilaku me rokok pada remaja.

Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor resiko bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok. Keempat faktor t ersebut antara lain :

1. Faktor Psikologik a. Faktor Psikososial

Aspek perkembangan sosial remaja antara lain: menetapkan kebebasab dan otonomi, membentuk identitas diri dan penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok menjadi sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Istirahat, santai dan kesenangan, penampilan diri rasa ingin tahu rasa bosan, sikap menentang dan stress mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu rasa rendah diri, hubungan interpersonal yang kurang baik, putus sekolah sosial ekonomi yang rendah dan tingkat

pendidikan orangtua yang rendah serta tahun -tahun pertama transisi antara sekolah dasar dan seko lah menengah juga menjadi faktor resiko lain yang mendorong remaja mulai merokok.

b. Faktor psikiatrik

Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara merokok dengan g angguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada remaja, didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang menpe rlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko lebih besar untuk merokok dari pada remaja yang asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.

2. Faktor Biologik a. Faktor Kognitif 

Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok akibat dari kecanduan nikotin disebabkan karena perokok merasakan efek bermanfaat dari nikotin. Beberapa pe rokok dewasa mengungkapkan bahwa merokok memperbaiki konsentarsi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin menganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok. Studi yang dilakukan pada dewasa perokok dan bukan perokok, memp erlihatkan bahwa nikotin dapat

(21)

b. Jenis kelamin

Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang merokok dilaporkan menjad i percaya diri, suka menentang dan se cara social cakap.

c. Faktor Etnik

Kejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih tinggi terjadi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orang Amerika keturunan Afrika dan Asia. Laporan tersebut memberi kesan bahwa perbedaan asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh kotinin antara perokok dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit putih adalah substansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan resiko pada beb erapa etnik dalam hal penyakit yang berhubungan dengan merokok.

d. Faktor genetik

Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Kensekuensinya adalah meningkatnya resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh polimorfisme gen dopamin yang mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya reward dan mudah kecanduan obat. Pada studi genetik molekular beberapa tahun terakhir, individu dengan alela TaqIA (A1 dan A2) da n TaqIB (B1 dan B2) dari reseptor dopamin D2 lebih mungkin merokok 100 kali atau lebih dalam hidupnya dan mereka lebih awal memulai merokok dan lebih sedikit meninggalkannya.

3. Faktor Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan te mbakau antara lain orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok. Selain itu juga karena paparan iklan rokok dimedia. Orangtua sepertinya memegang peranan penting, dalam pem bentukan perilaku merokok remaja. Sebuah studi kohort terhadap siswa SMU didapatkan bahwa prediktor bermakna dalam peralihan dari kadang-kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah orangtua perokok dan konflik

keluarga.

4. Faktor Regulatori

Peningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang tinggi, diharapkan dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok. Selain itu pembatasan fasilitas merokok dengan menet apkan ruang atau daerah bebas rokok diharapkan dapat mengurangi konsumsi. Akan t etapi kenyataannya masih terdapat peningkatan kejadian mulainya merokok pada remaja, walaupun telah banyak dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya.

(22)

media dan penatalaksanaannya, menyatakan terdapat dua hal yang menjadi faktor pendukung bagi seseorang untuk menggunakan zat aditif termasuk rokok yaitu faktor individu dan lingkungan

(Oktariani, 2006).

Faktor individu, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri remaja. Berkaitan dengan faktor individu, perilaku merokok remaja selalu diasosiasikan dengan ciri perkembangan mereka yakni rasa ingin tahu, proses identifikasi agar telihat sep erti dewasa dan ingin terlihat gagah ( Hurlock 1993). Sedangkan Erikson (Helmi&Komalasari 2006) mengungkapkan bahwa remaja mulai merokok karena adanya krisis aspek psikososial yang dialami dalam masa proses mencari jati diri. Ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondi si dibawah tekanan atau stress. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Mu’tadin (2002) yang mengatakan bahwa masa remaja dikenal sebagai masa storm and stress (masa badai dan penuh stress) dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisi k yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Merokok menjadi alternatif pilihan mereka karena dianggap dapat mengurangi ketegangan dan membantu relaksasi terhadap stress. Aktivitas merokok disaat stress menjadi upaya kompensatoris dari kecemasan yang dialihkan, yang pada akhirnya merokok menjadi aktivitas yang dapat memberikan kepuasan psikologis dan bukan semata-mata untuk mewujudkan simbolisasi kejantanan atau kedewasaan (A.F Muchtar 2005).

Adapun faktor lingkungan, merupakan faktor eksternal yang berasal dari perilaku merokok seseorang, terutama perilaku merokok yang ada di ke luarga keluarga (orangtua atau saudara kandung yang merokok), dan perilaku merokok teman sebaya. Selain itu, berbagai upaya dilakukan oleh para produsen rokok untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap rokok yang ditampilkan melalui iklan baik di media cetak maupun elektronik.

Berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadap rokok tersebut, bahasan akan dipersempit dengan hanya memfokuskan pada faktor stress, dukungan keluarga, dukungan teman dan iklan.

2.3.1 Stress

Stress merupakan respon individu dimana terjadi k etidaksesuaian antara harapan dan pencapaian yang ditampilkan melalui perasaan secara emosional. Banyak hal yang dapat menyebabkan stress, te rlambat dalam perjalanan, kecemasan akan kondisi keluarga, ataupun tugas yang sudah ditunggu pada batas waktu akhir. Ketidakmampuan mengatasi hal tersebut dengan baik akan direfleksikan melalui perasaan emosional seperti marah, tegang, cemas bahkan agresi. Padahal Earle mengungk apkan bahwa stress ini merupakan pergerakan energi “mobilized energy” yang diperlukan agar seseorang dapat berfikir lebih baik, sehingga dari ketidaksesuaian yang ada, seseorang dapat menganalisa masalah dan

(23)

memperbaikinya (Groenewald 2006).

Kesulitan mencari alternatif pemecahan masalah dengan baik menjad i kendala yang sering dihadapi remaja. Kompensasi dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah tersebut dialihkan dengan

melakukan aktivitas yang mereka anggap dapat mengurangi ketegangan yang terjadi. Merokok menjadi pilihan karena efek relaksasi yang mereka dapatkan dari rokok, yang pada akhirnya berdampak pada kepuasan psikologis remaja (A.F Muchtar 2005). Kepuasan psikologis yang mereka dapatkan mendorong untuk mengulangi perilaku merokok tersebut setiap kali remaja berada dalam tekanan (stress). Ha l ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Atkinson (1991) dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” bahwa dalam kondisi stress remaja akan cenderung untuk mengulangi perilakuknya.

Seseorang yang berada dalam tekanan (stress) mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk menjadi perokok dan akan sulit untuk berhenti bahkan untuk mengatakan ingin berhenti dari aktivitas merokok tersebut. (Brandon 2000). Brandon menambahkan bahwa terdapat beberapa cara manajemen stress yang dapat diterapkan pada remaja sehingga dapat mengurangi kemungkinan remaja untuk merokok yang disebabkan demi mendapatkan kete nangan akibat dalam mengahdapi stres. Beberapa cara tersebut diantaranya, a). Remaja tidak menghindar dari permasalahan yang sedang dihadapi. b). Remaja lebih memperbanyak aktivitas yang positif. c) Membicarakan masalah dengan orang yang bisa membantu dalam penyelesaian. d) Menyadari bahwa stress merupakan bagian dari kehidupan.

2.3.2 Dukungan Keluarga

Anak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok. Kedua, ialah karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif (Nainggolan, 2000). Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004).

Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih banyak pada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orangtua yang tidak merokok (Basyir, 2005). Resiko munculnya perilaku merokok remaja didukung pula oleh perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja dengan orangtua dan saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk menjadi perokok, apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja u ntuk merokok (A.F Muchtar 2005).

Hasil penelitian Kurniawati (2003) mengenai perilaku merokok remaja di Cimahi, menerangkan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Faktor

(24)

keluarga memberikan kontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja sebesar 96,6%. Menurutnya perilaku merokok yang ditampilkan keluarga menjadikan remaja meniru perilaku tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga.

2.3.3 Dukungan Teman

Pada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan dengan teman-teman sebayanya. Teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti karena pada masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan mulai bergabung dengan teman sebaya. Kebutuhan untuk dapat diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh kelompoknya. Sehingga dapatlah dimengerti bahwa remaja harus dapat menj alankan peran dan tingkah lakunya sesuai dengan harapan kelompok agar dapat tetap bergabung menjadi anggota kelompok. Mulai dari sikap,

pembicaraan, minat dan penampilan remaja dituntut untuk sesuai dengan kelompoknya. Demikian pula jika mayoritas kelompok memiliki kebiasaan merokok, maka setiap anggotanya mau tidak mau akan dan harus mengikuti aktivitas tersebut tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri (Hurlock 1993).

Friedman dkk dalam hurlock 1993 mengungkapkan :

“Kekuasaan yang mempengaruhi anggota kelompok hampir menuntut pengawasan mutlak dari anggota kelompok terhadap perilaku seseorang. Hanya diperlukan sedikit contoh u ntuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwa mereka harus mengikuti keputusan kelompok, atau kalau tidak, mereka harus menghadapi akibat yang lebih parah”.

Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak remaja merokok, maka akan semakin besar

kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga. Fakta tersebut menyatakan 2 kemungkinan, yakni remaja yang terpengaruh oleh teman-temannya, atau teman-teman remaja tersebut dipengaruhi olehnya. Diantara remaja baik perokok maupun yang tidak merokok, 87 % memiliki satu atau lebih sahabat yang merokok (Basyir, 2005).

Kurniawati (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa lingkungan tema n sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadap munculnya perilaku m erokok pada remaja. Dalam

penelitiannya dikatakan bahwa semakin banyak dukungan teman untuk merokok dapat mendorong seseorang untuk semakin menjadi perokok.

2.3.4 Dukungan Iklan

Untuk menjaring konsumen yang lebih banyak, para produsen rokok mempunyai cara yang handal. Berbagai iklan baik dalam bentuk reklame, poster maupun iklan dalam media elektronik ditampilkan dengan maksud untuk merangsang para konsumen mencoba produk yang mereka iklankan.

Referensi

Dokumen terkait

Setiap 1 paket kegiatan paling sedikit memerlukan 3 kali pertemuan.Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus 5 Kecamatan Akabiluru yang merupakan salah satu kelompok KKG yang berada

Universitas Kristen Maranatha event, dan galang amal. Karena beberapa pakar mengatakan bahwa konsumen mempunyai kemungkinan lima kali lebih besar dipengaruhi tilisan editorial

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe STAD.

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe STAD.

Sebelum sakit sakit : : pasien pasien mengatakan mengatakan tidak tidak mempunyai mempunyai kebiasan kebiasan rutin untuk rekreasi, pasien hanya berkunjung ke rumah

Untuk menemukan Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Al-Qur’an terhadap Aktivitas Belajar Siswa Kelas 1 pada Mata Pelajaran PAI di SMA Islamiyah Pontianak, dengan

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh suku bunga riil Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang terhadap kredit untuk nasabah Bank Mandiri..

Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan data subjektif pasien mengatakan sakit pada daerah perut saat bergerak, enggan untuk bergerak karena nyeri, dan sulit untuk memposisikan miring