• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kerangka Teoritis 2.1.1 Teori Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Dalam menganalisa permintaan perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta merupakan banyaknya permintaan pada tingkat harga tertentu. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga ini menimbulkan adanyanya hukum permintaan. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut, begitupun sebaliknya. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Untuk barang normal, pada harga yang sama bertambahnya pendapatan konsumen dan meratanya pendapatan bisa menyebabkan meningkatnya permintaan. Dengan demikian, kurva permintaan barang yang arahnya negatif ini akan bergeser ke kanan, dengan syarat ceteris paribus. Sebaliknya untuk barang inferior, bertambahnya pendapatan justru mengakibatkan berkurangnya permintaan. Ini berarti dengan

P P0

P1

Q0 Q1 Q

(2)

naiknya pendapatan, kuva permintaan akan bergeser ke kiri, ceteris paribus. Untuk barang netral, bertambah atau berkurangnya pendapatan tidak akan mempengaruhi fungsi permintaan. Barang-barang normal, seperti kacang kedelai, pakaian, dan sebagainya, selalu mengikuti hukum permintaan yang menyatakan bahwa makin tinggi harga, makin berkurang permintaan, atau sebaliknya. Sedangkan pada barang netral, seperti garam, tinggi rendahnya harga tidak akan (sedikit sekali) mempengaruhi fluktuasi. Sebab, walaupun harga garam turun, orang tidak akan menambah konsumsi garam. Begitu juga sebaliknya bila harga garam naik, konsumen tidak bisa mengurangi kebutuhannya akan garam, kecuali bagi konsumen yang mengalami penyakit tertentu. (Daniel, M., 2001)

Menurut Sukirno (1994) ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan, yaitu :

a. Pendapatan konsumen

Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan perubahan atas permintaan berbagai jenis barang. Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

i. Barang normal, yaitu barang yang mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dai kenaikan pendapatan. Kebanyakan barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam holongan ini. Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang seperti itu, permintaannya akan mengalami kenaikan jika pendapatan konsumen bertambah, yaitu : pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk membeli lebih banyak barang-barang, dan konsumen dapat menukar konsumsinya dari barang yang kurang baik mutunya ke barang-barang yang lebih baik.

ii. Barang inferior, yaitu barang yang banyak diminta oleh masyarakat yang berpendapatan rendah. Jika pendapatan bertambah, maka permintaan barang-barang inferior berkurang. Konsumen yang mengalami kenaikan pendapatan akan mengurangi pengeluarannya

(3)

untuk barang inferior dan menggantinya dengan barang-barang yang lebih baik mutunya.

b. Jumlah penduduk

Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan bertambahnya permintaan. Akan tetapi biasanya pertambahan penduduk akan diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan, sehingga menambah daya beli masyarakat. Penambahan ini akan menambah jumlah permintaan.

c. Harga barang yang lain

Berkaitan diantara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan barang, yaitu :

i. Barang substitusi (pengganti), yaitu barang yang menggantikan barang lainnya, jika barang tersebut dapat menggantikan fungsinya. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan.

ii. Barang komplementer (pelengkap), yaitu barang yang dikonsumsi bersama-sama atau berpasangan. Kenaikan atau penurunan permintaan barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang dilengkapinya. Jika permintaan barang yang dilengkapi naik, maka permintaan barang pelengkap juga naik. iii. Barang netral (barang yang tidak berkaitan), yaitu barang yang tidak

memiliki kaitan yang rapat. Perubahan permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.

d. Selera konsumen

Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang, semakin banyak barang yang diminta. Selera konsumen dapat dinyatakan dalam indeks preferensi konsumen. Indeks ini dapat diperbaharui setiap saat

(4)

dengan dasar survei mengenai tingkah laku konsumen terhadap barang yang bersangkutan.

e. Ramalan mengenai masa datang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi di msa datang akan mendorong untuk lebih banyak membeli di masa sekarang. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat di masa mendatang.

Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan atas hasil produksi pertanian yaitu bertambahnya jumlah penduduk dan perubahan perilaku konsumen. Disamping itu adanya kenaikan jumlah pendapatan mengakibatkan konsumen cenderung untuk meningkatkan pola konsumsinya. Faktor lain yang menentukan bertambahnya jumlah permintaan adalah harga dari komoditas pertanian tersebut serta harga barang substitusi dan harga barang komplementer.

2.1.2 Elastisitas

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris paribus). Ada tiga faktor terpenting yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga. Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang, dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan. Biasanya komoditas pertanian termasuk barang yang inelastis. Semakin mudah faktor produksi disubstitusi oleh faktor produksi yang lain sebagai reaksi perubahan harga faktor produksi tersebut maka makin besar elastisitas faktor produksi tersebut.

Menurut Daniel, Moehar (2001), Elastisitas harga adalah besaran perubahan jumlah barang yang diminta konsumen sebagai akibat

(5)

per per har Ol per Ela bes ela a. b. c. d. e. pen dap kom me rubahan har rubahan ju rga. Ed = Elastis eh karena rubahan, ba astisitas din sar dari 1 astisitas perm Bila elastis dikatakan perubahan Bila Ed < mengakiba Bila Ed = mengakiba Bila Ed = 0 barang men Bila Ed = ~ barang han terhingga horizontal. Denga ngambil ke pat dengan moditas bil enulis angka rga. Konsep umlah baran sitas merup itu, besara aik perubaha nyatakan d dan mini mintaan terh sitas permin elastis m lebih besar < 1, dikat atkan peruba 1, dikatakan atkan peruba 0, dikatakan ngakibatkan ~, dikatakan nya mempu atau sama an memperh ebijakan (m mudah me la terjadi p a elastisitas p ini menya ng yang d pakan rasio a elastisitas an barang y dengan angk imum tidak hadap harga ntaan (Ed) maka setiap dari jumlah takan inela ahan lebih k n unitary e ahan propor n elastisitas n jumlah ya n elastisitas unyai dua a dengan no hatikan bes maanjer peru erencanakan erubahan p s ini sering atakan perb diminta den atau perba s tergantung yang dimint ka dengan k terhingg a barang. lebih besar p perubah h yang dimi astis maka kecil dalam elasticity ma rsional dalam sama deng ang diminta tidak terhin akibat, yaitu ol, dimana saran elasti usahaan/pet n besarnya pada harga kita meliha bandingan a ngan persen andingan d g pada bes ta maupun p kisaran m a. Berikut r dari angk han harga inta. a setiap p jumlah yan aka setiap p m jumlah y gan nol mak tidak akan t ngga maka p u jumlah y kurvanya isitas, para tani produs permintaan komoditas at tanda neg antara perse ntase perub dari dua uk saran perse perubahan h masksimum kisaran b ka satu, Ed mengakib erubahan h ng diminta. perubahan h yang diminta ka berapun h terpengaruh perubahan h yang dimint berbentuk perencana sen dan lain n terhadap tersebut. D gatif dimuk entase bahan kuran. entase harga. lebih besara > 1), batkan harga harga a. harga h. harga ta tak garis a atau nnya) suatu Dalam kanya.

(6)

Ini yan yan yai a. b. yan den bar itu lain ma per per seb Es= dim bar yan X i menunjukk ng diminta, ng diminta. Pengu itu : Elastisitas p Elastistas d Dalam ng kedua y ngan mengg Elastis rang tidak h u, tetapi jug nnya. Cont akanan pok rmintaan te rubahan pe bagai beriku = Denga minta terseb rang Y. Da ng lebih pen dan Y mer x P Q d x P Q d p p ∂ ∂ = ∂ ∂ = E atau E kan bahwa dan sebalik ukuran angk pada satu ti di antara dua m praktek ba yang disebu gunakan rum sitas silang hanya berp ga berpeng toh di Jaw kok, bila te erhadap be ermintaan t ut : an pengerti but adalah alam arti e nting lagi a rupakan ba ) Q Q ( / ) P P ( x Q/n P/n x 2 1 2 1 + + Σ Σ apabila har knya apabil ka elastisita itik di dalam a titik pada anyak orang utkan di atas mus sebaga terhadap pe pengaruh ter garuh pada wa Timur, erjadi perub eras akan terhadap ja ian bahwa semata-ma ekonomi, se adalah tanda arang substi 2 / ) 2 /

rga naik diik la haraga tu as dapat di m kurva perm kurva (arc g menghitun s, yaitu arc i berikut : ermintaan a rhadap jum jumlah pe beras dan bahan harga berubah, d agung. Pern perubahan ata diakibat elain besara anya. Tanda itusi, sedan kuti oleh pe urun diikuti ilakukan de mintaan (po elasticity) ng elastisitas c elasticity/e adalah perub mlah permin ermintaan t jagung m a pada bera disamping nyataan ini n jumlah b tkan oleh p an angka e a yang posit ngkan bila t enurunan ju kenaikan ju engan dua oint elastici s ini dengan elastisitas b bahan harga taan atas b terhadap b merupakan b as maka ju itu terjadi dapt ditul barang X perubahan elastisitas si tif berarti b tandanya ne umlah umlah cara, ty). n cara busur, a satu arang arang bahan umlah pula liskan yang harga ilang, arang egatif

(7)

ma ela ber yan Per fak yan ham per kay me pal 2.2Kebija Indon dilaku dalam penin yang p 2.2.1 Ha Pel 19 har Ke 19 aka barang astisitas itu rsangkutan. Elastis ng diminta rnyataan ini Es = Denga ktor pengub ng bersangk mpir selalu rmintaan ta ya karena n embeli bara ling tidak ak akan Peme Melihat k nesia, seben ukan oleh m upaya me ngkatan pro pasti mengu arga Dasar Kebija lita dan di 73, 1974, 1 rga dasar k ebijakan har 91 dan setia X dan Y a u makin sitas pendap a sebagai i dapat ditu an pengerti bah, semen kutan tetap u negatif, andanya ham naik pendapa ang-barang kan terjadi p erintah terh kebelakang narnya ber pemerintah eningkatkan oduksi, perb urangi juml r Kedelai akan peneta ilakukan pe 1978, 1979 kedelai Rp rga dasar d ap tahun dit adalah baran dekat hub patan atas akibat per liskan sebag an bahwa ntar faktor-f . Pada elast sedangkan mpir selalu atannya, da konsumsi peningkatan hadap Kom sejarah keb rbagai keb h. Segala m n kualitas p baikan tatan ah impor. apan harga enyesuaian-9, 1983, 19 733/kg m dimulai seja tetapkan me ng komplem bungan ant permintaan rubahan pe gai berikut pendapatan faktor lainn tisitas harga n pada el positif. Kon aya belinya lebih bany n kualitas. moditi Kede bijakan ked bijakan ten macam keb perkedelaian niaga, perb dasar kede penyesuaian 84, 1988 d menjadi Rp ak tahun 19 elalui Inpre menter. Ma tara kedua n adalah pe endapatan : n merupak nya terutam a atas perm lastisitas p nsumen yan akan menin yak menuru elai di Indo delai yang p ntang perke bijakan ter n di Indone baikan harg elai dilakuk n, yaitu pa dan 1990. P 889/kg pa 979/80 sam es pada tang akin besar a a barang erubahan ju dari konsu kan satu-sat ma harga b mintaan tand pendapatan ng menjadi ngkat dan ia ut kebutuha onesia pernah terja edelaian p rsebut dilak esia, yaitu u ga produsen kan selama ada tahun Pada tahun ada tahun mpai akhir t ggal 1 Nope angka yang umlah umen. tunya arang danya atas lebih a akan annya, adi di ernah kukan untuk n dan lima 1969, 1988 1990. tahun ember

(8)

kecuali untuk tahun 1991 yang ditetapkan sebulan lebih awal. Seperti terlihat pada Tabel 2.1 harga dasar kedelai dimulai pada tingkat Rp 210 per kg dan berakhir pada tingkat Rp 500 per kg selama kurun waktu 12 tahun tersebut. Kebijakan harga dasar telah dihentikan pemerintah sejak tahun 1991 sampai sekarang.

Tabel 2.1 Kebijakan Harga Dasar Kedelai

Tahun Harga dasar kedelai (HDK)

(Rp/kg) Tanggal Berlaku 1979/80 210 1/11/1979 1980/81 240 1/11/1980 1981/82 270 1/11/1981 1982/83 280 1/11/1982 1983/84 280 1/11/1983 1884/85 300 1/11/1984 1986 300 1/11/1986 1987 300 1/11/1987 1988 325 1/11/1988 1989 370 1/11/1989 1990 400 1/11/1990 1991 500 3/10/1991

Sumber : Departemen Pertanian

2.2.2 Bea Masuk Impor

Kebijaksanaan pengenaan bea masuk kedelai impor perlu diterapkan agar dapat memberikan tingkat proteksi yang diperlukan untuk melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Dengan tingkat bea masuk tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi harga kedelai lokal. Strategi ini sejalan dengan era tarifikasi yang dikehendaki dalam globalisasi perdagangan untuk menggantikan segala bentuk kebijaksanaan pengaturan tata niaga untuk melindungi produsen dalam negeri. Pemerintah menunjuk Bulog untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut dengan dukungan penuh.

Tarif bea masuk impor kedelai yang berlaku pada tahun 1983-1993 adalah sebesar sepuluh persen, kemudian pada tahun 1994-1996 tarif

(9)

diturunkan menjadi lima persen, dimana Indonesia telah meratifikasi kesepakatan World Trade Organization melalui UU No.7/1994. Konsekuensinya adalah Indonesia dituntut untuk segera melakukan penyesuaian kebijaksanaan pertanian dan kebijaksanaan perdagangannya. Bentuk penyesuian tersebut antara lain adalah penurunan tarif impor produk pertanian dan pengurangan subsidi input pertanian.

Terhitung 29 September 1998, tarif bea masuk kedelai impor yang semula lima persen dihilangkan menjadi nol persen. Kebijakan tersebut justru memperburuk kondisi petani kedelai dalam negeri. Berdasarkan teori perdagangan Salvatore, kebijakan tersebut akan menyebabkan turunnya harga kedelai pada tingkat petani. Sebaliknya, kebijakan tersebut menguntungkan industri pengolahan kedelai, karena dapat menikmati murahnya harga kedelai impor dengan kualitas dan pasokan yang lebih menjamin kontinuitas produknya.

Berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557/KMK.01/2003, pada tahun 2003 tarif bea masuk impor kedelai menjadi 15 persen dan diperbaharui lagi menjadi 10 persen pada tahun 2006 serta yang terakhir yaitu tahun 2008 tarif bea masuk impor kedelai diubah menjadi nol persen kembali, yang untuk kali ini bukan hanya melalui satu keputusan menteri saja melainkan juga dengan dikeluarkannya Keppres. Hal tersebut dilakukan karena terjadi sangat tingginya perubahan harga kedelai di dalam negeri yang mencapai lebih dari 100 persen. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557 tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai di dalam negeri, peningkatan konsumsi dan semakin tingginya harga dalam negeri.

2.2.3 Tata Niaga

Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tataniaga kedelai adalah Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 406/MPP/Kep/11/1997, yang berlaku mulai 1 Januari 1998. Kebijakan tersebut menerangkan bahwa impor kedelai yang semula hanya dilakukan oleh Bulog diubah menjadi boleh dilakukan oleh importir

(10)

umum. Kebijakan tersebut memberikan dampak memacu peningkatan impor kedelai dari Amerika Serikat, China, Argentina dan Brazil dalam jumlah besar. Sehingga hal tersebut akan memperngaruhi pasokan kedelai di dalam negeri dan kestabilan harga domestik. Dampak yang lebih buruk adalah akan mempengaruhi motivasi petani produsen secara negatif untuk menanam kedelai. Pada akhirnya dampak kebijakan tersebut menurunkan produksi kedelai nasional.

Berdasarkan penelitian Hadipurnomo (2000), dijelaskan bahwa sebelum era perdagangan bebas, Bulog masih memonopoli kedelai impor. Bulog menyalurkan kedelai impor ke KOPTI (Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia), KPKD (Kelompok Pedagang Kacang Kedelai) dan industri pengolah pangan. Kopti belum dapat memenuhi kebutuhan industri tahu dan tempe. Sebelum tahun 1997, pemerintah masih memberlakukan impor terbatas (kuota), sehingga tidak semua industri dapat menggunakan kedelai impor. Hal ini dilakukan agar produksi kedelai lokal dapat terlindungi, mengingat harga kedelai lokal lebih mahal daripada kedelai impor. Dalam hal ini Bulog menjual kedelai impor dengan harga lebih tertentu kepada industri tahu dan tempe sehingga selisih harga kedelai lokal tidak terlalu besar dengan kedelai impor. Harga impor yang ditetapkan telah dipertimbangkan dari segi daya beli industri sehingga petani kedelai dapat berproduksi. KOPTI dan KPKD yang mendapat jatah kedelai dari pemerintah dapat beroperasi dengan baik karena mampu bersaing harga dengan pedagang besar.

2.3 Perkembangan Komoditi Kedelai di Indonesia 2.3.1 Produksi

Dalam perekonomian nasional, peranan kedelai sangat penting, tidak hanya sebagai bahan baku industri pakan ternak berupa bungkil kedelai tetapi juga sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat terutama dalam bentuk produk olahan seperti tahu, tempe dan kecap. Kedelai telah lama dikenal di Indonesia, diperkirakan dibawa oleh pedagang Cina. Mengingat peranannya yang sangat penting dan permintaan terus

(11)

me tel per ter are ton tin lah bah ino lah Sum seb ter ked lah 20 Pen lah eningkat, ba ah mengupa rluasan area Peluan rbuka lebar, eal tanam. n/ha dengan ngkat peneli

han dan tek hwa produk ovasi tekno han sawah, l mber : Depart Produk besar 1.869 rtinggi sepa delai cende han yang dit 08 sebesar ngembanga han, juga di aik pada ma ayakan untu al dan terfok ng peningk , baik mela Saat ini, r n kisaran itian telah m knologi ya ksi kedelai ologi. Perlu lahan kering Gamb temen Pertania ksi kedelai 9.713 Ton d anjang perio erung menu tanami kede 775.710 T an kedelai d itentukan o asa pemerin uk peningka kus di Pulau katan produ alui peningk rata-rata pro 0,6-2,0 ton mencapai 1, ang diterapk di tingkat p uasan areal g, dan lahan bar 2.2 Dat an, 2008 i Indonesia dengan luas ode 1978 – urun, hal in elai. Pening Ton sebelum di Indonesi oleh faktor ntahan Orde atan produk u Jawa. uksi kedela katan produ oduktivitas n/ha di tin ,7-3,2 ton/h kan. Angk petani masi tanam ked n pasang sur a Produksi a tertinggi s panen 1.6 – 2008. Se ni disebabka gkatan produ mnya menu ia selain di lingkungan e Lama mau ksi kedelai t ai di dalam uktivitas m nasional k gkat petan ha, bergantu ka-angka in h bisa ditin delai dapat rut. i Kedelai dicapai pa 665.706 Ha etelah tahun an semakin uksi juga ter urun sebesa itentukan o n dan kondi upun Orde terutama m m negeri m aupun perlu kedelai baru i, sedangka ung pada ko ni menunju ngkatkan m diarahkan ada tahun a, luas pane n 1992 pro n sedikitnya rlihat pada ar 592.534 leh keterse isi sosial p Baru, elalui masih uasan u 1,3 an di ondisi ukkan elalui pada 1992 en ini oduksi a luas tahun Ton. ediaan etani.

(12)

Walaupun dibeberapa daerah, tanaman kedelai sudah mulai berkembang, tetapi sampai saat ini produksi kedelai masih terpusat di pulau Jawa. Hal ini secara implisit mencerminkan adanya perbedaan sumberdaya antar daerah yang mempengaruhi petani dalam memilih usahatani kedelai.

Perbandingan luas tanam dan produksi di Indonesia pada tahun 2004 seperlima puluh bagian dari luas tanam dan produksi di Amerika Serikat. Demikian juga produktivitas kedelai Indonesia seperdua dari Amerika Serikat. Namun masa panen kedelai di negara subtropis selama 6 bulan. Sedangkan di Indonesia masa panen kedelai hanya 3 bulan, sehingga Indonesia memungkinkan untuk tanam kedelai 2 kali setahun. Pengelolaan usahatani, panen dan pasca panen di Amerika sudah dilakukan secara modern dengan menggunakan alat dan mesin pertanian dikarenakan kepemilikan lahan milik petani cukup luas. Berbeda dengan usahatani di Indonesia yang masih secara tradisional dan kepemilikan lahannya sempit. Ukuran benih kedelai Amerika berbiji besar. Secara nasional, kita memiliki benih berbiji besar seperti varietas Argomulyo dan Burangrang (untuk kebutuhan benih 50 kg/ha) tidak jauh berbeda dengan benih kedelai Amerika (59,7 kg/ha), namun varietas ini masih belum lama dilepas dan perlu banyak dikembangkan, sehingga sebagian besar petani masih menggunakan benih berbiji kecil (40 kg/ha).

Total produksi kedelai dunia selama kurun waktu tahun 2000-2007 masih didominasi oleh produksi dari negara Amerika Serikat dan Brazil yang menguasai 60% pangsa produksi. Masing-masing negara tersebut telah mencapai produksi 72 juta dan 28 juta ton per tahun (FAO, 2007). Selama 10 tahun terakhir, diketahui bahwa perkembangan luas areal tanam kedelai di Indonesia di Tingkat dunia masih berada di bawah Amerika Serikat, Brazil, dan India. Sementara dari aspek produktivitas per hektarnya, Indonesia dan India selalu berada pada posisi sekitar 1,0 ton/ha. Angka ini jauh dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Brazil yang produktivitas per hektarnya sudah melebihi 2,0 ton/ha. Hanya saja India terus mengupayakan penambahan luas areal panennya hingga 21,8% per

(13)

tahun, dari sekitar 1 juta hektar pada tahun 1991 menjadi 5 juta hektar pada tahun 2000.

Dengan demikian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir India telah berkembang menjadi salah satu negara eksportir kedelai dunia. Peningkatan luas areal panen tersebut berasal dari 60% di lahan bukaan baru dan 40% mengganti tanaman lain. Hal ini merupakan pelajaran pelajaran yang berharga bagi Indonesia bahwa pendekatan penambahan luas areal panen tersebut sangat memungkinkan untuk dilaksanakan terutama di daerah di luar Pulau Jawa melalui pengembangan areal tanam baru, serta tumpangsari dengan ubi kayu atau tanaman tahunan muda (kelapa sawit dan karet). (Adisarwanto, 2008)

2.3.2 Harga Kedelai Dalam Negeri

Harga kedelai pada tingkat produsen dan konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: harga faktor produksi, dan kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran kedelai. Faktor yang menyebabkan harga kedelai lokal dan harga kedelai impor tidak menunjukkan fluktuasi yang berarti, adalah karena pengaruh dari mekanisme pengendalian harga yang dilakukan pemerintah melalui Bulog, terutama terhadap kedelai impor.

Pemilihan kedelai impor oleh industri tempe karena butiran kedelainya cukup besar, sehingga volume kedelai impor yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan kedelai lokal untuk membuat tempe dengan ukuran yang sama. Sedangkan industri tahu memerlukan pati, kedelai lokal mengandung pati yang lebih banyak dibandingkan dengan kedelai impor. Di samping itu, karena rasio harga grosir di daerah produsen dan konsumen cukup tinggi (0,8-0,9), maka di dalam pemasaran kedelai akan terjadi kerjasama grosir di daerah konsumen dengan grosir di daerah produsen. Hal ini harus dilakukan karena selisih harga grosir pada daerah produsen dan konsumen cukup kecil. (Amang, et.al, 1996)

(14)

Sum pan dem dib dib me ber De ma har Ke exc tid kon ped Sal im din mber : Depart Kenaik ngan dunia mand dunia butuhkan b butuhkan se emberikan rlogika bah engan demik asuk impor rga interna etika harga cess deman dak akan me Di sam nsumen (m dagang dan lah satu car mpor tersebu nilai akan m Gambar temen Pertania kan harga . Kenaikan a terhadap bukan hany ebagai sumb insentif y hwa kekuran kian, harga baru akan asionalnya l pangan int nd seperti s enurunkan h mping itu, k masyarakat) n importir ra yang bia ut. Mereka memberikan r 2.3 Harga an, 2008 pangan do harga pang pangan. E ya untuk k ber energi s yang tinggi ngan supply pangan do efektif me lebih mura ternasional saat ini, ma harga secara karena struk cenderung dapat deng asa mereka baru mau superprofit a kedelai da omestik be gan dunia it Excess dem kebutuhan substitusi ba i kepada p y domestik mestik bisa nurunkan h h dibandin dalam kead asuknya pan a berarti. ktur pasar p bersifat oli gan mudah lakukan ad menyalurk t bagi merek alam negeri erasal dari tu merupak and terjadi perut man ahan bakar para impor akan dicuk a ditekan. P harga panga ng harga pa daan tinggi ngan impor pangan dom igopoli, bah h menentuk dalah menim kan ke pasa ka. i kenaikan h kan akibat e i karena pa nusia, tapi minyak. De rtir, pemer kupi dari im Penghilanga an domestik angan dom i, karena ad r ke negara mestik di tin hkan kartel, kan harga p mbun komo ar setelah h harga excess angan juga engan rintah mpor. n bea k jika mestik. danya a kita ngkat , para pasar. oditas harga

(15)

2.3.3 Ha har ber dan per ken pas dam Ind Sum bar dip pem ma terj keb Se Ol ant arga Kedel Menin rga kedela rkurang. Di n spekulas rmintaan t naikan. Ked sar interna mpaknya, t donesia mas G mber : Depart Kenaik rang panga pindahkanny mbuatan bi ahal. Salah s rjadi akhir-a bijakan fisk dangkan un eh sebab it tara lain den

ai Internas ngkatnya pe ai internas isamping it si pelemaha terhadap ko dua hal ter asional, sep terjadi pula sih mengala Gambar 2. temen Pertania kan harga k an termasuk ya sebagian iodiesel dan satu upaya u akhir ini, k kal. Kebijak ntuk jangka

tu, kita per ngan menin sional ermintaan k ional, sem tu, adanya s an nilai tu omoditas k rsebut menj perti yang a kenaikan ami ketergan 4 Data har an kedelai ini k kedelai d n pengguna n methanol untuk meng khususnya k kan ini han

panjang, in rlu mencipt ngkatkan pro kedelai oleh mentara pro spekulasi p ukar dolar kedelai di jadi pemicu terlihat pa n harga ked ntungan terh rga kedelai disebabkan di tingkat in aan kacang-l akibat ha gendalikan l kedelai, pem nya akan ef ntrumen ini takan kema oduktivitas h Cina men oduksi ked emotongan AS telah pasar glo u naiknya h ada Gamba delai dalam hadap kede internasion n kenaikan nternasiona -kacangan d arga minyak lonjakan ha merintah te fektif untuk dianggap ti andirian di di bidang p ndorong na delai Arge suku bung mengakib obal meng harga kede ar 2.4. Se m negeri k elai impor. nal harga seju al sebagai a dan ketela u k yang sem arga pangan elah menera k jangka pe dak akan ef bidang pa pertanian. iknya entina ga AS batkan alami lai di ebagai karena umlah akibat untuk makin n yang apkan ndek. fektif. angan,

(16)

2.3.4 Pe dap dan ma Ind Per ant kon dar Ha 20 me Sum 2.3.5 Ju mu ber ber me endapatan P BPS m pat digunak n pola k asyarakat, donesia leb rubahan pe tar kelompo nsumsi. Sem ri makanan al ini terliha 08 mening eningkat seb Gam mber : Badan umlah Pend Persain urah daripad rimplikasi p rgairah untu engalami pe Perkapita melalui Sur kan untuk m konsumsiny menemuka ih banyak m endapatan p ok makanan makin tingg yang meng at dari laju p gkat sebesa besar 7,22% mbar 2.5 D Pusat Statistik duduk ngan harga da kedelai l pada menur uk menanam eningkatan, rvei Sosial melihat gam ya berkaita an fakta mengalokas penduduk n dan bukan gi pendapat gandung kar pertumbuha ar 18,09%, %. Data pendap k, 2008 a pasar, dim okal, meny runnya harg m kedelai. dan ditam Ekonomi N mbaran kon an dengan empiris ba sikan penge selain mem n makanan tan per kap rbohidrat ke an pendapat sedangkan patan per k mana harga ebabkan aru ga kedelai l Sementara mbah juga d Nasional (S nsumsi pend n perubah ahwa rata eluarannya mpengaruhi juga dapat pita, pendud e komoditi tan perkapi n permintaa kapita Indo a kedelai im us impor se lokal, sehin itu jumlah dengan sem SUSENAS) duduk Indo han penda -rata pend untuk mak pola kons t mengubah duk akan be non karboh ta periode an kedelai onesia mpor jauh emakin dera ngga petani h penduduk makin banya yang onesia apatan duduk kanan. sumsi h pola eralih hidrat. 1978-juga lebih as dan tidak terus aknya

(17)

ind tem tid 20 ked jum kes ind Sum 2.4 Kara konsu terten faktor yang maup baran lain y dustri pengo mpe, tauco dak bisa terp

05). Bebera delai adalah mlah pendu sadaran ma dustri yang G mber : Badan akteristik P Menurut umen memb ntu. Berdasa r-faktor yan digunakan p un dari tuli ng dipengaru yang terkait, olahan berb dan lain-la penuhi oleh apa faktor h konsums uduk, meni asyarakat ak menggunak Gambar 2.6 Pusat Statistik Permintaan Pratama da beli suatu b arkan peng ng mempen peneliti ada isan-tulisan uhi oleh fak , tingkat pe bahan baku ain mengak h produksi d yang me si yang teru ingkatnya p kan kecukup kan bahan b 6 Data Jum k, 2008 n Kedelai an Mandala arang pada ertian terse ngaruhi perm alah berdasa n lainnya. se ktor-faktor: endapatan p u kedelai, s kibatkan pe domestik (Pu nyebabkan us meningk pendapatan pan gizi, da aku kedelai mlah Pendu a (2002) pe berbagai ti ebut, maka mintaan ked arkan peneli esuai teori harga baran erkapita, se eperti indu ermintaan t uslitbang T meningka kat mengiku per kapita an berkemb i. duk Indon ermintaan a ingkat harga penulis ing delai. Mod itian-penelit ekonomi, p ng itu send elera atau ke ustri tahu, k terhadap ke Tanaman Pa atnya kebu uti pertamb a, meningk angnya ber esia adalah kein a selama pe gin mempe del ekonome tian sebelum permintaan iri, harga b ebiasaan, ju kecap, edelai angan, tuhan bahan katnya rbagai ginan eriode elajari etrika mnya, suatu arang umlah

(18)

penduduk, prakiraan harga dimasa mendatang, distribusi pendapatan, usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan. Menurut peneliti, maka permintaan kedelai diduga dipengaruhi oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk. Seperti halnya teori, harga barang itu sendiri dalam hal ini adalah harga kedelai dalam negeri. Jumlah penduduk Indonesia mencerminkan besarnya kebutuhan kedelai di Indonesia. Sedangkan pendapatan perkapita mencerminkan kemampuan atau daya beli masyarakat dalam mengkonsumsi kedelai.

2.5 Karakteristik Harga Dalam Negeri

Pada saat perdagangan internasional dibuka, maka suatu negara memiliki dua kemungkinan posisi. Misal apakah Indonesia akan menjual kedelai ke pasar internasional, ataukah sebaliknya membeli kedelai dari pasar internasional. Selanjutnya kita harus membandingkan harga kedelai yang tengah berlaku di pasar dalam negeri dengan yang berlaku di negara-negara lain atau pasar dunia. Jika harga internasional lebih tinggi daripada harga dalam negeri, maka ketika hubungan dagang dibuka, Indonesia akan menjadi pengekspor kedelai. Sebaiknya jika harga internasional kedelai lebih rendah daripada harga dalam negri, maka ketika hubungan dagang dibuka, Indonesia akan menjadi pengimpor kedelai. Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti menduga harga kedelai dalam negeri dipengaruhi oleh harga internasional.

2.6 Karakteristik Impor Kedelai

Konsumsi kedelai di Indonesia semakin meningkat, sedangkan produksi kedelai dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, hal ini mengakibatkan impor kedelai semakin meningkat dari tahun ke tahun. Impor kedelai di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1975. Pemerintah terpaksa mengambil kebijakan impor untuk mengatasi kesenjangan antara jumlah permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan jumlah produksi kedelai nasional yang cenderung mengalami penurunan. Menurut Swastika et. al. (2007), hambatan impor yang paling sederhana dan mudah dilakukan adalah peningkatan bea masuk impor.

(19)

Menurut Salvatore (1997), dampak pemberlakukan bea masuk impor terhadap konsumsi yakni berkurangnya konsumsi domestik. Dampak pengenaan bea masuk impor terhadap produksi adalah peningkatan produk domestik (khususnya terhadap komoditi yang semula lebih banyak di impor). Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan yaitu turunnya impor akibat kenaikan harga di negara pengimpor. Dampak – dampak keseimbangan parsial akibat pemberlakuan tarif impor dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif

Pada Gambar 2.7, Dq dan Sq melambangkan kurva permintaan dan penawaran komoditi (barang) Q di negara pengimpor atau diistilahkan dengan Negara 2, dalam kondisi perdagangan bebas harga komoditi C adalah P1. Negara 2 akan mengkonsumsinya sebanyak Q4 (AB); Q1 (AC) diantaranya merupakan produksi domestik, sedangkan Q4-Q1 (CB) harus diimpor dari negara lain. Jika Negara 2 memberlakukan bea masuk impor sebesar T persen terhadap komoditi Q, maka Pq akan naik menjadi P2 yang sebelumnya di P1, itulah harga yang harus ditanggung oleh konsumen di Negara 2, sedangkan harga bagi konsumen dunia tidak berubah. Akibatnya, penduduk pada Negara 2 akan menurunkan tingkat konsumsinya sebanyak Q3 (GH), serta akan

P Q Dq Sq E P1 P2 Q1 Q2 Q3 Q4 T A G C J M N H B Sr Sr + T

(20)

merubah seluruh komposisinya menjadi Q2 (GJ) merupakan produksi domestik, sedangkan Q3-Q2 (JH) harus diimpor dari negara lain untuk menutupi kekurangan kebutuhan domestik.

Dengan demikian, dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi domestik bersifat negatif, adalah sebesar (-(Q4-Q3)) (BN), dampak terhadap produksi bersifat positif, yakni sebsar (Q2-Q1) (CM). Namun secara keseluruhan, pemberlakuan bea masuk impor akan merugikan perdagangan, yakni [-{(Q4-Q3) + (Q2-Q1)}] (BN + CM), meskipun bea masuk impor memberikan penerimaan kepada pemerintah Negara 2 sebanyak [(Q4-Q3) + (Q2-Q1)] (MJHN) dikali dengan kenaikan harga akibat adanya bea masuk impor (P2-P1).

Adanya kebijakan bea masuk impor impor menyebabkan harga kedelai yang berlaku di pasar dalam negeri (P2) lebih tinggi daripada harga dunia (P1) dengan selisih T. Pada posisi ini, jumlah penawaran adalah QM1 = Q3-Q2, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor adalah sebesar daerah segiempat (JHNM). Sedangkan jika tidak ada kebijakan tarif impor, harga yang berlaku di pasar dalam negeri turun dari P2 menjadi P1, jumlah permintaan naik menjadi Q4, jumlah impor meningkat menjadi QM2 = Q4-Q1, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor hilang (menjadi nol). Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada persamaan impor kedelai peneliti memasukkan variabel bea masuk impor dan produksi kedelai. Variabel tersebut diduga mempengaruhi impor kedelai di Indonesia.

2.7 Penelitian Terdahulu

Tidar Hadipurnomo (2000) dalam tesisnya yang berjudul ”Dampak Kebijakan Produksi dan Perdagangan Terhadap Penawaran dan Permintaan Kedelai”. Penelitian tersebut menggunakan data sekunder dalam bentuk times series dari tahun 1969 dampai 1997. Model ekonometrik yang dirumuskan merupakan suatu sistem persamaan simultan dan semua persamaan struktural dalam model adalah over identified. Metode pendugaan yang digunakan adalah Two Stage Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa respon luas areal panen lebih besar daripada respon produktivitas

(21)

terhadap perubahan harga produsen, harga benih, harga pupuk, upah tenaga kerja dan harga pestisida. Baik luas areal panen maupun produktivitas bersifat responsif terhadap intensifikasi produksi. Impor hanya responsif dalam jangka panjang terhadap tarif impor, tetapi kurang responsif baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap harga pedagang besar, harga impor, nilai tukar rupiah, GNP dan dalam jangka pendek terhadap tarif impor. Permintaan kedelai untuk industri tahu, tempe dan kacang kurang responsif terhadap harga pedang besar, harga kedelai impor, harga output, dan upah tenaga kerja, kecuali permintaan kedelai untuk industri kecap responsif terhadap harga pedagang besar dalam jangka panjang.

Surifani (2004) dalam penelitiannya membahas mengenai ”Permintaan Impor Kedelai Indonesia dari Amerika Serikat dan Aliran Impor Kedelai Ke Indonesia”. Penelitiannya menggunakan data sekunder dalam bentuk data time series dari tahun 1983-2002 dan data cross section tahun 2001, dengan menggunakan model permintaan impor yang diestimasi dengan teknik kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Pada model permintaan impor kedelai Indonesia dari Amerika Serikat, peubah yang berpengaruh nyata adalah harga impor dan nilai tukar. Sementara sisanya yaitu lag volume impor, pendapatan perkapita, penggunaan oleh industri, harga kedelai domestik dan kebijakan kredit ekspor GSM 102 tidak berpengaruh nyata terhadap model.

Widjajanti (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Komoditas Gula di Indonesia Periode 1980-2004” menggunakan metode persamaan simultan dengan pendekatan Two Stage Least Square (TSLS). Pada model permintaan, variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah jumlah penduduk dan harga gula, sedangkan pada persamaan impor gula, variabel yang berpengaruh nyata adalah produksi gula, permintaan gula dan kebijakan bea masuk impor, sementara variabel dummy kebijakan monopoli Bulog tidak signifikan. Variabel permintaan gula, kebijakan harga provenue berpengaruh positif terhadap harga gula dalam negeri.

(22)

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia. Sesuai teori ekonomi, permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, tingkat pendapatan perkapita, selera atau kebiasaan, jumlah penduduk, perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan, dan usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan (Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, 2002). Model persamaan pada analisis permintaan kedelai ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti lebih memusatkan terhadap permintaan dengan menggunakan persamaan simultan, penulis menggunakan tiga persamaan yaitu persamaan permintaan kedelai, harga kedelai dalam negeri, dan impor kedelai.

Menurut penulis, maka permintaan kedelai diduga dipengaruhi oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk. Harga kedelai dalam negeri diduga dipengaruhi oleh harga kedelai internasional. Impor kedelai juga diduga dipengaruhi permintaan kedelai, produksi kedelai, dan kebijakan bea masuk impor. Impor kedelai akan dilakukan bila produksi kedelai dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Bea masuk impor juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap impor kedelai, hal ini dikarenakan bahwa setiap negara dalam melakukan perdagangan dengan negara lain akan melakukan kebijakan tertentu, seperti bea masuk impor. Hal ini dilakukan dalam upaya membatasi jumlah impor kedelai, agar sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Sedangkan pada persamaan harga kedelai dalam negeri diduga dipengaruhi oleh harga kedelai internasional.

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Tabel 2.1 Kebijakan Harga Dasar Kedelai
Gambar 2.7 Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan  Tarif

Referensi

Dokumen terkait

a) Penyusunan RPP berdasarkan hasil refleksi siklus pertama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). b) Menyusun instrumen lembar observasi

Input dari EKG adalah elektroda yang ditempelkan pada bagian tubuh, sinyal listrik yang dihasilkan dari elektroda tersebut dikuatkan dengan penguatan instrumentasi, kemudian

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemupukan dengan dosis 4 g pohon -1 NPK memberikan hasil terbaik pada rata-rata umur bertunas, tinggi tanaman, jumlah tunas dan jumlah

Untuk mendapatkan data primer dengan cara melakukan penelusuran (searching) di situs database jurnal elektronik yang diteliti, kemudian membandingkan konten dari ketiga database

//ketika tekanan pada movie clip dilepaskan dan kursor mouse tidak berada //di movie clip lingkaran. //membuat variable xawal dengan nilai koordinat x movie clip lingkaran

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa imbangan berbagai hijauan daun singkong (Manihot utilisima) dengan konsentrat tidak memberikan pengaruh yang nyata antar

Dari hasil penelitian disarankan pihak sekolah bekerjasama dengan puskesmas agar memberikan penyuluhan gizi anak sekolah serta kepada pihak kantin agar menyediakan jajanan

En una cantidad significativa de sistemas de RCE solamente pueden presentarse impugnaciones electorales directas relacionadas con actos y decisiones oficiales, es decir, los actos