Lampiran 1 Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang
Nomor : 188.4/ 278 /415.44/2014 Tanggal : 20 Desember 2014
PEDOMAN MUTU KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN JOMBANG BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai tujuan yang optimal.
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 1983, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu dan kemampuan pelayanan kesehatan yang harus makin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi serta peningkatan pengetahuan sebagai hasil pembangunan nasional di segala bidang telah menyebabkan masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, ramah serta sanggup memenuhi kebutuhan mereka. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu khusunya keperawatan, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu keperawatan di semua instalasi.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan disusun suatu indikator sederhana untuk mengukur kualitas pelayanan keperawatan. 2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
3. HUBUNGAN DENGAN PENGELOLA RUMAH SAKIT
1) Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga keperawatan yang secara struktur fungsional berada di bawah kepala/direktur Rumah Sakit dan bertanggungjawab langsung kepada kepala/direktur Rumah Sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui mekanisme yang disepakati, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Kepala/direktur Rumah Sakit menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan fungsi dan tugas Komite Keperawatan. Komite Keperawatan bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan kepala bidang/direktur keperawatan serta saling memberikan masukan tentang perkembangan profesi keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit.
4. PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN
Komite Keperawatan paling sedikit terdiri dari ketua, sekretaris dan sub komite. Dalam melaksanakan tugasnya ketua komite dibantu oleh sub komite yang terdiri dari sub komite Kredensial, mutu profesi dan disiplin profesi.
Ketua komite ditetapkan oleh kepala/direktur Rumah Sakit dengan memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit. Sekretaris dan subkomite diusulkan oleh ketua komite dan ditetapkan oleh kepala/direktur Rumah Sakit dengan memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh personil Komite Keperawatan yaitu memiliki kompetensi yang tinggi sesuai jenis pelayanan atau area praktik, mempunyai semangat profesionalisme, serta reputasi baik. Jumlah personil keanggotaan Komite Keperawatan disesuaikan dengan jumlah tenaga keperawatan di rumah sakit.
5. KEWENANGAN
Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan, pendidikan keperawatan dan kebidanan berkelanjutan serta pendampingan.
6. PROGRAM KERJA
1) Audit mutu klinik keperawatan/ kebidanan
a. Audit tujuh fungsikeperawatan professional
b. Audit tentang persepsi pasien / keluarga tentang mutu keperawatan -> instrument B Depkes RI
2) Meyusun data dasar profil tenaga keperawatan / Kebidanan sesuai area praktik
3) Monitoring evaluasi mutu klinik keprewatan tiga bulan sekali
7. GANCHART KEGIATAN SUB KOMITE MUTU KEPERAWATAN
TAHUN 2014
No Bulan Okt Nov Des
Keterangan Program 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 Audit mutu 7 fungsi Kepuasan px 2 Menyusun data dasar profil 3 Monev mutu klinik 4 Menyusun laporan kegiatan
TAHUN 2015
No Bulan JAN FEB MAR APRIL MEI JUN JULI AGUS SEPT OKT NOV DES
Program 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 Audit mutu 7 fungsi Kepuasan px 2 Menyusun data dasar profil 3 Monev mutu klinik 4 Menyusun laporan kegiatan
BAB II
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN RSUD KABUPATEN JOMBANG
1) Definisi
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk menilai suatu perubahan.
Menurut WHO, indikator adalah suatu variabel untuk mengukur perubahan. Indikator sering digunakan teruatama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur.
Indikator mutu pelayanan keperawatan RSUD Kabupaten Jombang ini akan mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi pengelola ruamh sakit, terutama untuk mengukur kinerja perawat di rumah sakit itu sendiri (self assesment). Manfaat tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di masa yang akan datang.
2) Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan
1) Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Intensive Care Unit, Kamar Operasi
a. Angka kejadian kesalahan pemberian obat
b. Angka kejadian phlebitis c. Angka kejadian Dekubitus
d. Angka kejadian Pasien jatuh
e. Angka kejadian Isk karena cateter urine
f. Angka Kejadian Terekstubasi
g. Angka kejadian Cidera akibat restrain
2) Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Jalan a. Tingka kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat
3) Uraian Indikator Mutu Keperawatan
a. Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Intensive Care Unit, Kamar Operasi
a) Angka Kejadian Kesalahan Pemberian Obat Oleh Perawat
JUDUL Angka Kejadian Kesalahan Pemberian Obat Oleh
Perawat
TUJUAN Tergambarnya kemampuan perawat dalam penerapan ketepatan pemberian obat
DEFINISI OPERASIONAL
Kejadian salah pemberian obat sesuai dengan prinsip 6 Benar:
1.Salah Pasien: dikarenakan salah nama dan tidak sesuai identitas pada medical record
2.Salah Waktu:
a) Terlambat pemberian obat (ganti shift jaga) b) Obat stop tetap diberikan
3.Salah Cara Pemberian/rute: adalah salah cara memberikan obat (oral, iv, im, sc, supositoria, drip), misalnya pemberian intramuscular diberikan secara intravena, dll
4.Salah Dosis:
a) Dosis berlebihan adalah jika obat diberikan melebihi dosis obat yang diresepkan dokter
b) Dosis kurang adalah jika obat yang diberikan kurang dari dosis yang diresepkan dokter
5.Salah Obat: adalah obat yang diberikan pada pasien tidak sesuai dengan yang diresepkan dokter
6.Salah Dokumentasi: adalah dokumentasi yang dilakukan tidak sesuai dengan pelaksanaannya.
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA 1 bulan
PERIODE ANALISA 3 bulan
NUMERATOR
Jumlah kejadian kesalahan pemberian obat (salah pasien, salah waktu, salah rute, salah dosis, salah obat dan salah dokumentasi)
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang diberikan obat saat itu SUMBER DATA Survey, Rekam Medis, dan Formulir Mutu IGD
STANDAR 0%
PENANGGUNG JAWAB
b) Angka Kejadian Phlebitis
JUDUL Angka Terjadinya Phlebitis
TUJUAN
Tergambarnya kejadian infeksi pada pembulah darah vena serta untuk mengetahui hasil pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit oleh perawat
DEFINISI OPERASIONAL
Angka terjadinya luka phlebitis adalah terjadinya keradangan atau inflamasi berupa nyeri, rasa tidak enak, panas, pembengkakan lokal dan kemerahan pada atau sekitar insersi jarum infus pada vena akibat iritasi kimia atau mekanik akibat pemasangan infus
FREKUENSI PENGUMPULAN
DATA 1 bulan
PERIODE ANALISA 3 bulan
NUMERATOR
jumlah kejadian phlebitis (terjadinya keradangan atau inflamasi berupa nyeri, rasa tidak enak, panas, pembengkakan lokal dan kemerahan pada atau sekitar insersi jarum infus pada vena)
DENOMINATOR Jumlah terpasangnya iv cannule
SUMBER DATA Survey, Rekam Medis dan Formulir Mutu IRNA
STANDAR 5%
PENANGGUNG JAWAB
PENGUMPULAN DATA PJ Instalasi Rawat Inap c) Angka Kejadian Decubitus
JUDUL Angka Terjadinya Decubitus
TUJUAN
Tergambarnya terjadinya luka decubitus serta mengetahui hasil pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit oleh perawat
DEFINISI OPERASIONAL
Jumlah kejadian decubitus merupakan suatu jumlah kejadian baru decubitus yang terjadi selama periode waktu tertentu. Dimana luka decubitus itu adalah lesi/luka pada kulit dan/atau jaringan yang disebabkan oleh tekanan yang menimbulkan kerusakan jaringan dibawahnya yang terjadi di rumah sakit.
FREKUENSI PENGUMPULAN
DATA 1 bulan
PERIODE ANALISA 3 bulan
NUMERATOR Jumlah kejadian baru luka decubitus selama dalam perawatan
DENOMINATOR
Jumlah pasien berisiko terjadi decubitus, yaitu jumlah pasien risiko decubitus medium sampai dengan sangat beresiko dalam pengkajian Norton Scale
SUMBER DATA Survey, Rekam Medis dan Formulir Mutu IRNA
STANDAR ≤1,5 %
PENANGGUNG JAWAB
PENGUMPULAN DATA PJ Instalasi Rawat Inap d) Angka Kejadian Pasien Jatuh
TUJUAN Tergambarnya pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien selama dalam masa perawatan
DEFINISI OPERASIONAL
Angka kejadian pasien jatuh merupakan kejadian jatuhnya pasien di unit perawatan pada saat pasien istirahat maupun saat pasien terjaga.
FREKUENSI PENGUMPULAN
DATA 1 bulan
PERIODE ANALISA 3 bulan
NUMERATOR Jumlah kejadian pasien jatuh yang dirawat di Instalasi Rawat Inap
DENOMINATOR
Jumlah pasien yang berisiko jatuh (risiko jatuh rendah sampai dengan tinggi sesuai dengan pengkajian Morse Fall Scale (untuk pasien dewasa), Humpty Dumpty (untuk pasien anak), dan cara pengkajian risiko jatuh pada pasien geriatrik) yang dirawat di Instalasi Rawat Inap
SUMBER DATA Survey, Rekam Medis dan Formulir Mutu IRNA
STANDAR 0%
PENANGGUNG JAWAB
PENGUMPULAN DATA PJ Instalasi Rawat Inap e) Angka Kejadian Cedera Akibat Restrain
JUDUL Angka Kejadian Cedera Akibat Restrain
TUJUAN Tergambarnya pelayanan yang aman bagi pasien selama
dalam masa perawatan
DEFINISI OPERASIONAL
Cedera akibat restrain adalah cedera berupa luka/lecet baru pada kulit yang diakibatkan oleh pemasangan restrain. Pengecualian adalah semua pasien yang sudah cidera sebelum dilakukan pemasanga restrain.
FREKUENSI PENGUMPULAN
DATA 1 bulan
PERIODE ANALISA 3 bulan
NUMERATOR Jumlah kejadian cedera (luka/lecet) baru akibat pemasangan restrain
DENOMINATOR Jumlah restrain yang terpasang
SUMBER DATA Survey, Rekam Medis dan Formulir Mutu ICU
f) Angka Kejadian Terekstubasi
JUDUL Angka Kejadian Terekstubasi
TUJUAN Tergambarnya pelayanan yang aman bagi pasien selama
dalam masa perawatan DEFINISI OPERASIONAL
Kejadian terekstubasi adalah suatu kejadian dimana ETT terekstubasi secara tidak sengaja tanpa indikasi untuk dilakukan ekstubasi
FREKUENSI PENGUMPULAN
DATA 1 bulan
PERIODE ANALISA 3 bulan
NUMERATOR Jumlah pasien yang terekstubasi tanpa indikasi untuk dilakukan ekstubasi
DENOMINATOR Jumlah pemasangan intubasi
SUMBER DATA Survey, Rekam Medis, dan Formulir Mutu ICU
STANDAR 0%
PENANGGUNG JAWAB
PENGUMPULAN DATA PJ ICU
2) INSTALASI RAWAT JALAN
a. Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan
JUDUL Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan
Keperawatan
TUJUAN Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap DEFINISI OPERASIONAL
Kepuasan pasien adalah terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan, serta presentase kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
FREKUENSI PENGUMPULAN
DATA 1 bulan
PERIODE ANALISA 3 bulan
NUMERATOR
Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan keperawatan yang disurvey
DENOMINATOR Jumlah pasien rawat jalan yang disurvey
SUMBER DATA Kuesioner penilaian kepuasan pasien dan Formulir Mutu IRJA
STANDAR ≥75%
PENANGGUNG JAWAB
BAB III PENUTUP
Indikator mutu pelayanan keperawatan, dapat menjadi sebuah acuan untuk menilai kualitas pelayanan yang sudah diberikan dan dapat digunakan sebagai dasar penilaian apakah kualitas keperawatan berada dalam kondisi di bawah standar sehingga diperlukan program peningkatan, sesuai standar atau di atas standar sehingga diperlukan usaha-usaha untuk mempertahankan. Dalam konteks yang lebih luas, dalam hal ini RSUD Kabupaten Jombang, maka bermanfaat bagi pengambil kebijakan rumah sakit, untuk mengukur kinerja rumah sakit itu sendiri, fungsi kontrolling dan menjadi dasar dalam keputusan-keputusan strategis manajemen terkait keberlangsungan organisasi.
Standar yang ditetapkan perlu dukungan semua pihak untuk mencapai kinerja yang diharapkan, sehingga seluruh lini manajemen rumah sakit baik tingkat pelaksana maupun pucuk pimpinan tertinggi turut berperan dalam menjaga dan meningkatkan program ini. Dengan semakin berkembangnya persaingan di industri rumah sakit, maka implementasi suatu indikator pelayanan keperawatan akan menjadi suatu kebutuhan yang akan menjadi salah satu Competitive Advantage yang dimiliki rumah sakit.
Segala dukungan, upaya dan perbaikan sudah seyogyanya diperlukan dan dibutuhkan demi perbaikan secara terus menerus.
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN JOMBANG
dr. PUDJI UMBARAN, M.KP Pembina
lampiran
lempbar audit 7 fungsi keperawatan
Nama Pasien :
I. FUNGSI APLIKASI DAN PELAKSANAAN PESANAN DOKTER Ya Tidak Ada Tidak Pasti Total
1 Diagnosa medis lengkap 7 0 3
2 Pesanan dokter lengkap 7 0 3
3 Pesanan medik up to date 7 0 3
4 pesanan dilaksanakan tepat 7 0 3
5 bukti bahwa perawat memahami sebab akibat 7 0 3
6 bukti bahwa perawat mengkaji riwayat kesehatan 7 0 3
total (42)
II. FUNGSI OBSERVASI GEJALA DAN REAKSI
7 Berhubungan dengan penyakit secara umum 7 0 3
8 Berhubungan dengan perjalanan penyakit 7 0 3
9 Berhubungan dengan komplikasi karena pengobatan 7 0 3
10 Tanda tanda vital 7 0 3
11 Keadaan perkembangan/ kondisi pasien 7 0 3
12 Respon pasien terhadap perjalanan penyakit pasien 7 0 3
Total (40)
III. FUNGSI SUPERVISI PADA PASIEN
13 Ada diagnosa awal keperawatan 4 0 1
14 Menjaga keselamatan pasien 4 0 1
15 Menjaga rasa aman pasien 4 0 1
16 Adaptasi (memberikan support kepada pasien) 4 0 1
17 Pengkajian terus menerus terhadap kondisi & kemampuan pasien 4 0 1 18 Perubahan rencana keperawatan sesuai dengan pengkajian 4 0 1
19 Interaksi dengan keluarga/ yang berkepentingan 4 0 1
Total (28)
20 Penyuluhan thdp pasien, keluarga / yg berpartisipasi dalam asuhan 5 0 2
21 Kemapuan, fisik, mental pasien dalam proses belajar 5 0 2
22 Supervisi terus neberus terhadap penyuluhan 5 0 2
23 Dukungan dari pemberi asuhan 5 0 2
Total (20)
V. FUNGSI PENCATATAN DAN PELAPORAN
24 Adanya catatan asuhan pasien yang menjadi landasan berikutnya 4 0 1
25 Adanya data penting yang dilaporkan kepada dokter 4 0 1
26 Adanya data pelaporan dan evaluasi 4 0 1
27 Kecemasan pasien / klg dievaluasi & disampaikan kepada dokter 4 0 1 28 Mencatat asuhan yang diberikan di dalam atau diluar rumah sakit 4 0 1
Total (20)
VI. FUNGSI PENERAWAPAN DAN PELAKSANAAN PROSEDUR TEHNIK KEP
29 Supervisi tentang pengobatan 2 0 1
30 Perawatan diri( mandi, kesehatan gigi, shampo) 2 0 1
31 Gizi termasuk diet khusus 2 0 1
32 Keseimbangan cairan dan elektrolit 2 0 1
33 Eliminasi 2 0 1
34 Istirahat dan tidur 2 0 1
35 Mobilisasi fisik 2 0 1
36 Irigasi (ternasuk enema) 2 0 1
37 Pembalutan 2 0 1
38 Program penyuluhan 2 0 1
VII. FUNGSI PENINGKATAN KESEHATAN (FISIK & EMOSIONAL) MELALUI PENGARAHAN DAN PENGAJARAN
45 Ada rencana untuk keadaan darurat medik 3 0 1
46 Dukungan emosional terhadap pasien 3 0 1
47 Dukungan emosional terhadap keluarga 3 0 1
48 Penyuluhan untuk dan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan 3 0 1 49 Evaluasi kebutuhan tambahan (mis. Spiritual, home care) 3 0 1
50 Tindakan yang diambil bila diperlukan 3 0 1
Total (18)
Total skor