• Tidak ada hasil yang ditemukan

panduan SUB KREDENSIAL

N/A
N/A
dina afriani

Academic year: 2023

Membagikan "panduan SUB KREDENSIAL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

SUB KOMITE KREDENSIAL KOMITE KEPERAWATAN

RSUP H. ADAM MALIK

2018

J L . B U N G A L A U - M E D A N

PANDUAN KREDENSIALPERAWAT

D I U S S U N OLEH

KOMITE KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

2018

BAB I DEFINISI

Proses kredensial (credentialing): adalah proses evaluasi suatu rumah sakit terhadap seorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan (clinical privilege)

(2)

menjalankan tindakan medis/keperawatan tertentu dalam lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu.

Proses re-kredensial (re-credentialing) : adalah proses re-evaluasi oleh rumah sakit terhadap perawat yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) di rumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu periode tertentu.

Kewenangan klinis (clinical privilege) : adalah kewenangan klinis untuk melakukan tindakan keperawatan tertentu dalam lingkungan rumah sakit tertentu berdasarkan penugasan yang diberikan Direktur Utama RSUP H.Adam Malik.

Surat penugasan (clinical appointment) : adalah surat yang diterbitkan oleh Direktur Utama RSUP H.Adam Malik. kepada seorang paramedis untuk melakukan tindakan keperawatan . Kebidanan di rumah sakit berdasarkan daftar kewenangan klinis yang ditetapkan baginya.

Tenaga paramedis : Perawat dan tenaga professional kesehatan lain yang melakukan fungsi tugas keperawatan dan pelimpahan kewenangan dari petugas medis.

BAB II RUANG LINGKUP A. Latar Belakang

(3)

Undang-undang tentang rumah sakit yang baru ditetapkan menurut rumah sakit untuk

melindungi keselamatan pasien, salah satunya adalah menetapkan dan melakukan penugasan klinik bagi semua tenaga paramedis dalam melakukan asuhan keperawatan / Kebidanan di rumah sakit.

Rumah sakit menyelenggarakan bentuk regulasi penugasan klinik melalui panitia kredensial perawat / Bidan yang didelegasikan melalui komite keperawatan rumah sakit. Komite Keperawatan membuat rincian kewenangan klinik yang nantinya akan diisi oleh setiap petugas paramedis (Perawat .Bidan ). Daftar rincian ini merupakan bentuk tindakan aplikatif keperawatan yang dilakukan di RSUP.H.Adam Malik Kompetensi ini meliputi berbagai macam asuhan keperawatan yang meliputi ; asuhan keperawatan gawat darurat, asuhan keperawatan ibu anak, asuhan keperawatan medikal bedah, asuhan keperawatan intensif dan asuhan keperawatan pasien operatif. Beberapa kewenangan medis juga dapat dilakukan sesuai pendelegasian oleh dokter terkait.

Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan medis/keperawatan yang dilakukan oleh Perawat yang kurang kompeten rumah sakit perlu mengambil langkah-langkah pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinis melalui mekanisme kredensial yang dilaksanakan oleh Komite Keperawatan. Dengan terkendalinya tindakan medis/ keperawatan di setiap rumah sakit maka pasien lebih terlindungi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat yang tidak kompeten.

Dari hasil rincian ini maka petugas perawat di RSUP H.Adam Malik.dibagi dalam 3 kategori yaitu Perawat Senior, Perawat Medior dan juga Perawat Junior.Panduan ini dimaksudkan agar menjadi acuan bagi Komite Keperawatan RSUP H.Adam Malik.untuk melakukan kredensial para tenaga perawat / Bidan dengan baik, benar, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

(4)

Panduan ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi keselamatan pasien melalui mekanisme kredensial perawat dan bidan di rumah sakit.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial bagi tenaga perawat dan bidan di rumah sakit

b. Memberikan panduan bagi Komite Keperawatan untuk menyusun jenis–jenis

kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap perawat dan bidan yang melakukan tindakan medis/keperawatan di rumah sakit

c. Memberikan panduan bagi kepalarumah sakit untuk menerbitkan kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiapperawat dan bidan untuk melakukan tindakan medis/

keperawatan di rumah sakit.

d. Meningkatan profesionalisme dan akuntabilitas tenaga keperawatan dan bidan di rumah sakit.

e. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas perawat dan bidan beserta institusi rumah sakit dihadapan pasien, penyandang dana, dan stake holder rumah sakit lainnya.

C. Konsep Dasar Kredensial Perawat dan Bidan di Rumah Sakit

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya untuk

menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar profesi dan kompetensi para perawat yang melakukan tindakan medis dan/keperawatan terhadap pasien di rumah sakit.

Persyaratan dengan cara mengatur agar setiap tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga paramedis yang benar-benar kompeten.

Persyaratan kompetensi ini meliputi dua komponen :

1. Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan perilakuprofessional.

2. Komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik dan mental.

Walaupun seorang perawat telah mendapatkan pendidikan selama kuliah, namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali kompetensi seseorang untuk melakukan tindakan

perawat dalam lingkup spesialisasi tersebut, Hal ini dikenal dengan istilah kredensial.

(5)

Proses kredensial ini dilakukan dengan dua alasan utama. Alasan pertama, banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang mendapatkan pendidikan. Perkembangan ilmu di bidang keperawatan untuk suatu tindakan medik dan keperawatan tertentu sangat pesat, sehingga kompetensi yang diperoleh dapat berubah sewaktu waktu, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien. Alasan kedua, kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakit tertentu atau bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan tindakan medis yang dilakukan. Kompetensi fisik dan mental dinilai melalui uji kelayakan kesehatan baik fisik maupun mental.

Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut sebagai mekanisme re kredensial dan hal ini dilakukan demi keselamatan pasien. Tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk keamanan kliennya. Misalnya

kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa diperiksa secara teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbangan. Setelah seorang perawat dinyatakan kompeten melalui suatu proses kredensial, rumah sakit menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian tindakan-tindakan medis tertentu di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut seorang perawat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan medis dan/keperawatan di rumah sakit tersebut. Kewenangan klinik ini akan dievaluasi oleh komite keperawatan dan panitia kredensial setiap 3 tahun sekali.

Hal ini diharapkan tenaga keperawatan mampu memperoleh kewenangan klinis keperawatan yang lebih tinggi/baik. Setelah perawat mengisi form pengajuan ini, komite keperawatan dan juga panitia kredensial mengolah untuk kemudian muncul surat penugasan klinik bagi setiap tenaga keperawatan di Santosa Hospital Bandung Central dengan mempertimbangkan masa kerja perawat dan juga kompetensi melalui panitia

kredensial maka tenaga keperawatan di RSUP H. Adam Malik dikategorikan menjadi 3 tingkat yaitu :

a. Perawat Senior b. Perawat Medior c.Perawat Junior

Semua kategori ini nantinya akan ditetapkan oleh SK Direktur Utama RSUP.H.Adam.Malik

(6)

D. Peranan Komite Keperawatan Subkomite Kredensial Perawat Rumah Sakit

Komite keperawatan memiliki peran sentral dalam mekanisme kredensial para perawat karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga perawat dan melindungi pasien rumah sakit untuk hal hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dan Kebidanan . Ketua komite keperawatan bekerjasama dengan sub komite kredensial membentuk panitia khusus yang berguna menyeleksi dan melakukan proses kredensial dan re kredensial terhadap perawat di rumah sakit.

Evaluasi setiap 3 tahun dilakukan oleh panitia kredensial untuk mengetahui perkembangan secara skill maupun attitude seorang perawat. Setiap keputusan yang diambil akan dilakukan persetujuan langsung oleh Direktur Utama. Lingkup kerja komite keperawatan dan sub komite kredensial ini langsung dibawah pengawasan Direktur Utama. Setiap kegiatan yang dilakukan harus mendapatkan persetujuan secara tertulis oleh Direktur Utama.Harapan yang ingin dicapai dari unit ini adalah membantu Direktur Utama dalam hal ini rumah sakit mendapatkan tenaga perawat yang professional dan berkualitas prima. Kategori rincian

a. Perawat/Bidan Senior

Perawat/bidan senior adalah perawat/bidan yang memiliki level jenjang karir di PK III/BK III (Competent). Perawat PK III adalah perawat lulusan DIII Keperawatan.Bidan BK III adalah bidan lulusan DIII Kebidanan. Perawat/bidan PKIII memiliki pengalaman kerja > 9 tahun atau sampai dengan usia pensiun dan menjalani masa klinis level III selama 3-6 tahun (minimal 3 tahun), atau Ners dengan pengalaman kerja > 7 tahun dan menjalani masa klinis level III selama 3-6 tahun (minimal 3tahun), atau Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja 0 tahun dan menjalani masa klinis level III selama 2-4 tahun (minimal 2 tahun).

Perawat memiliki sertifikat PK II, peningkatan kompetensi 15 SKP seminar / lokakarya / simposium atau pelatihan berkelanjutan minimal 45 jam pelajaran. Perawat yang

mempunyai latar belakangan pendidikan atau lulusan D III Keperawatan yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, tidak dapat melanjutkan jenjang karir perawat klinik selanjutnya. Sehingga, perawat lulusan DIII Keperawatan akan menjalani masa klinis di level PK III sampai memasuki usia pensiun. PK III harus mamu melakukan bimbingan pada perawat atau bidan dengan level PK I dan PK II.

Perawat senior (PK III) melakukan asuhan keperawatan komprehensif pada area spesifik dan mengelola unit keperawatan serta mengembangkan pelayanan keperawatan berdasarkan bukti

(7)

ilmiah dan melaksanakan pembelajaran klinis. Selain itu, perawat senior melakukan asuhan keperawatan total care atau kasus berat pada kasus-kasus penyakit dalam, bedah, anak, maternitas, dan area kekhususan yang ada di RSUP H. Adam Malik

2. Perawat Medior (Perawat Klinik II (advance bigenner)) Perawat Medior adalah perawat lulusan DIII Keperawatan atau bidan lulusan DIII Kebidanan dengan pengalaman kerja > 4 tahun dan menjalani masa klinis level II selama 3-6 tahun (minimal 3 tahun), atau Ners dengan pengalaman kerja > 3 tahun dan menjalani masa klinis level II selama 3-7 tahun (minimal 3 tahun). Perawat atau bidan mempunyai sertifikat PK I, peningkatan kompetensi 10 SKP seminar / lokakarya / simposium atau pelatihan berkelanjutan minimal 30 jam pelajaran.

Perawat Medior (PK II) melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tingkat ketergantungan partial care dan melakukan keperawatan holistik kepada pasien secara mandiri dan mengelola pasien secara Tim. Selanjutnya, perawat Medior memperoleh bimbingan untuk penanganan masalah lanjut atau komplek di area praktek keperawatan dan mampu membimbing perawat dengan level PK I.

Perawat Junior (Perawat Klinik I (novice)) Perawat junior (PK I) adalah perawat lulusan DIII Keperawatan atau bidan lulusan DIII kebidanan dengan pengalaman kerja > 1 tahun dan menjalani masa klinis level I selama 3-6 tahun (minimal 3 tahun), atau Ners dengan pengalaman kerja > 1 tahun dan menjalani pengalaman klinis level I selama 2-4 tahun (minimal 2 tahun). Perawat atau bidan mempunyai sertifikat peningkatan kompetensi 5 SKP seminar / lokakarya / simposium atau pelatihan berkelanjutan minimal 15 jam pelajaran, dan sertifikat Pra Klinis.

Perawat junior melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tingkat

ketergantungan minimal care atau kasus ringan pada kasus-kasus penyakit dalam, bedah, anak, dan maternitas yang ada di RSUP H. Adam Malik. Selain itu, perawat junior juga melakukan tindakan keperawatan dasar dengan penekanan pada keterampilan teknis keperawatan di bawah bimbingan

BAB III TATA LAKSANA

(8)

Proses utama kredensial ditujukan untuk mengendalikan kewenangan dalam melakukan tindakan keperawatan yang terinci (delination clinical privilege) bagi setiap tenaga keperawatan yang bertumpu pada tiga tahap.

A. Tahap Pertama (Permohonan Untuk Memperoleh Kewenangan Klinis) Setiap tenaga keperawatan mengajukan surat permohonan kepada Ketua Komite Keperawatan untuk memperoleh kewenangan klinis sesuai jenjang karir yang diajukannya melalui proses kredensial. Permohonan tersebut diketahui oleh Kepala Ruangan dan diajukan melalui Direktorat Keperawatan.

Tenaga keperawatan mengisi formulir aplikasi kredensialing perawat yang disediakan oleh Komite Keperawatan.Tenaga keperawatan tersebut juga menyerahkan atau melampirkan semua dokumen yang dipersyaratkan. Syarat-syarat tersebut meliputi ijazah pendidikan terakhir, Surat Tanda Registrasi (STR) perawat atau bidan, Surat Izin Kerja Perawat (SIKP) atau Surat Izin Praktek Perawat (SIPP), sertifikat asesmen kompetensi dengan keterangan lulus atau kompeten, dan sertifikat-sertifikat pelatihan atau workshop lainnya yang menunjang. Setelah semua dokumen (porto folio) lengkap, perawat menyerahkan dokumen tersebut kepada Sekretaris Komite Keperawatan untuk ditindak lanjuti oleh Ketua Komite Keperawatan.

B. Tahap Kedua (Kajian Komite Keperawatan) Ketua Komite Keperawatan mendisposisikan kepada Ketua Subkomite Kredensial untuk segara dilakukan proses kredensial atau re-kredensial. Selanjutnya, Ketua Subkomite Kredensial melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan semua dokumen (porto folio) perawat yang dipersyaratakan untuk proses kredensial. Jika semua dokumen dinyatakan lengkap, maka Ketua Subkomite Kredensial menghubungi Mitra Bestari yang memiliki keahlian atau kompeten di bidangnya yang disesuaikan dengan area praktek klinik perawat yang mengajukan, untuk membuat kontrak waktu dan tempat dilaksanakannya proses kredensial atau re-kredensial.

Tim Mitra Bestari yang ditunjuk melakukan telaah terhadap kelengkapan dokumen dan kewenangan klinis yang diajukan oleh tenaga keperawatan dengan melakukan pengisian formulir proses kredensial. Tim Mitra Bestari melakukan pertimbangan dalam membuat keputusan bersama mengenai pemberian kewenangan klinis (mandiri dan kolaborasi) kepada tenaga perawat yang bersangkutan.Setelah penentuan kewenangan klinik perawat atau bidan,

(9)

ditetapkan juga pengkategorian sebagai tenaga keperawatan senior, medior, dan junior.Salah satunya ditentukan juga oleh masa kerja tenaga keperawatan di RSUP H. Adam Malik.

Proses telaah dan pertimbangan yang dilakukan oleh Tim Mitra Bestari dihadiri dan disaksikan oleh Ketua Subkomite Kredensial. Setelah proses telaah dan keputusan dilakukan, maka Tim Mitra Bestari memberikan rekomendasi mengenai hasil kredensial dan mentandatangai formulir proses kredensial. Selanjutnya, dilakukan pemanggilan atau menghadirkan tenaga keperawatan yang bersangkutan untuk penyampaian hasil proses kredensial dari Tim Mitra Bestari dan Ketua Subkomite Kredensial.

Tenaga perawat yang bersangkutan mentandatangani hasil proses kredensial di dalam formulir proses kredensial dan disaksikan oleh Ketua Subkomite Kredensial. Formulir tersebut juga ditandatangi oleh Ketua Subkomite Kredensial sebagai tanda persetujuan terhadap hasil proses kredensial dan diketahui oleh Ketua Komite Keperawatan.

C. Tahap Ketiga (Penerbitan Surat Penugasan Klinis) Ketua Komite Keperawatan membuat surat rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit untuk diterbitkannya Surat Penugasan Klinis (SPK) bagi tenaga keperawatan yang telah dilakukan proses kredensial. Direktur Rumah Sakit dapat saja meminta Komite Keperawatan untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut bila dianggap perlu. SPK yang diterbitkan oleh Direktur Rumah Sakit memuat daftar sejumlah kewenangan klinis bagi tenaga keperawatan (pemohon) untuk melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan level jenjang karirnya.

Daftar kewenangan klinis seorang tenaga perawat dapat dimodifikasi setiap saat. Seorang tenaga perawat dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis yang tidak

dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada Direktur Rumah Sakit melalui Komite Keperawatan. Selanjutnya Komite Keperawatan akan melakukan proses kredensial khusus untuk tindakan tersebut, dan akan memberikan rekomendasinya kepada Direktur Rumah Sakit. Namun sebaliknya, kewenangan klinis tertentu dapat saja dicabut, baik untuk sementara atau seterusnya karena alasan tertentu.

Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan (clinical appointment) habis masa berlakunya atau dicabut oleh Direktur Rumah Sakit. Surat penugasan untuk setiap tenaga perawat memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua tahun. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut, perlu dilakukannya proses re-kredensial. Proses ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan di atas,

(10)

karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap perawat yang melakukan tindakan keperawatan di rumah sakit tersebut. Selanjutnya, dilakukan penerbitan ulang surat penugasan (re-appointment). Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga keperawatab tersebut dinyatakan tidak kompeten untuk melakukan tindakan keperawatan tertentu.

Walaupun seorang tenaga keperawatan pada awalnya telah memperoleh kewenangan klinis untuk melakukan tindakan keperawatan tertentu, namun kewenangan itu dapat dicabut berdasarkan pertimbangan Komite Keperawatan.Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu tersebut didasarkan pada kinerja profesi di lapangan, misalnya tenaga perawat yang bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental.Selain itu, pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan medis yang diduga karena inkompetensi atau karena tindakan yang melanggar etik dan disiplin profesi.Namun demikian, kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga perawat tersebut dianggap telah pulih kompetensinya.

Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang tenaga keperawatan diakhiri, Ketua Komite Keperawatan akan meminta kepada Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar kewenangan klinis tenaga keperawatan tersebut dapat pulih kembali. Setelah tenaga keperawatan yang bersangkutan dinyatakan kompeten dengan kewenangan klinisnya, maka Ketua Komite Keperawatan membuat

dan mengajukan surat rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit untuk pemulihan kembali kewenangan klinis yang sempat dicabut atau diakhiri.

Pada dasarnya kredensial tetap ditujukan untuk menjaga keselamatan pasien, sambil tetap membina kompetensi seluruh tenaga perawat di rumah sakit. Dengan demikian, komite keperawatan dan staf keperawatan memegang peranan penting dalam proses kredensial dan pemberian kewenangan klinis untuk setiap tenaga keperawatan.

BAB IV

(11)

DOKUMENTASI

Semua dokumen proses kredensial dan re-kredensial yang asli harus tercatat dan disimpan dalam file Komite Keperawatan dan foto copy setiap file tenaga perawat disimpan pada unit Kepegawaian dan di setiap unit kerja keperawatan di RSUP.H.Adam.Malik

(12)

BAB I DEFINISI A. Pengertian

Mutu (kualitas) pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya standar profesi atau Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam pelayanan pasien dan terwujudnya hasil-hasil outcome seperti yang diharapkan oleh profesi maupun pasien yang meliputi pelayanan, diagnosa terapi, prosedur atau tindakan penyelesaian masalahklinis.

Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan. Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu.

Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional.

Tenaga Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia, memiliki standar asuhan dan menggunakan kode etik, serta

dilandasi oleh profesionalisme yang mandiri dan/atau kolaborasi. Mutu profesi tenaga keperawatan harus selalu ditingkatkan melalui program pengembangan profesional secara terus menerus sesuai perkembangan masalah kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan standar profesi, standar pelayanan serta hasil-hasil penelitian terbaru. Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri, kemampuan mengambil keputusan klinik dengan tepat, mengurangi angka kesalahan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan.

Akhirnyameningkatkan tingkat kepercayaan pasien terhadap keperawatan dalam

(13)

pemberian pelayanan keperawatan, keperawatan gigi, dan kebidanan. Menurut Permenkes No 39 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan, tujuan penyelenggaraan komite keperawatan adalah untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan keperawatan, keperawatan gigi dan pelayanan kebidanan yang berorientasi pada keselamatan pasien di rumah sakit lebih terjamin dan terlindungi.

BAB II

RUANG LINGKUP

(14)

A. Ruang Lingkup Subkomite Mutu Profesi Keperawatan 1. Perkembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) a. Direktorat Keperawatan.

b. Subkomite Kredensial Keperawatan.

c. Seluruh tenaga keperawatan di area praktek klinik 2. Panduan Asuhan Keperawatan (PAK)

a. Komite Keperawatan b. Direktorat Keperawatan c. Mitra Bestari

3. Audit Profesi Tenaga Keperawatan a. Komite Keperawatan

b. Direktorat Keperawatan.

c. Panitia Adhoc

d. Seluruh tenaga keperawatan di area praktek klinik

(15)

BAB III TATA LAKSANA

Subkomite Mutu profesi Keperawatan dikelola secara profesional dengan menetapkan tanggung jawab dan tugas pokok serta penatalaksanaannya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan, keperawatan gigi dan kebidanan yang berorientasi kepada keselamatan pasien sesuai kewenangannya.

A. Perkembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) atau Continuous Professional Development (CPD) adalah proses pengembangan keprofesian yang meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan seseorang dalam kapasitasnya sebagai tenaga keperawatan praktisi, guna mempertahankan dan meningkatkan profesionalismenya sebagai tenaga keperawatan sesuai standar kompetensi yang ditetapkan dimiliki.

1. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan berkolaborasi dengan Ketua Subkomite Kredensial Keperawatan dan Direktorat Keperawatan untuk data mapping keperawatan sesuai area praktik.

2. Ketua Subkomite Mutu Profesi keperawatan mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data Subkomite Kredensial Keperawatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perubahan standar profesi.

3. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan merekomendasikan

perencanaan

(16)

pengembangan keprofesionan berkelanjutan tenaga keperawatan yang terdiri dari : Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan pertemuan ilmiah internal dan eksternal.

a. Menyusun PKB.

b. Melakukan sosialisasi:

1) Sosialisasi pada tingkat pimpinan.

2) Sosialisasi pada tingkat pelaksana.

c. Melaksanakan PKB

1) Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan menerima berkas perawat yang akan di kredensial dari Ketua Subkomite Kredensial.

2) Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan akan membuat

rekomendasi bila ada hal yang tidak sesuai dengan standar PKB kepada Ketua Komite Keperawatan.

3) Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan membuat rekomendasi Pendidikan Formal dan Non Formal.

4) Berkolaborasi dengan Direktorat Keperawatan untuk pencapaian kewenangan klinis.

5) Melakukan koordinasi dengan praktisi klinik untuk pendampingan dan bimbingan terhadap perawat sesuai dengan kebutuhan.

4. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan menyusun laporan kegiatan Subkomite Mutu Profesi Keperawatan untuk disampaikan kepada Ketua Komite Keperawatan setiap 1 bulan sekali.

5. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan melakukan Evaluasi dari kegiatan

Subkomite Mutu Profesi Keperawatan setiap 3 bulan sekali.

B. Panduan Asuhan Keperawatan (PAK)

1. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan berkolaborasi dengan Direktorat

Keperawatan dan Mitra Bestari dalam penyusunan PAK.

(17)

2. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan berkolaborasi dengan Direktorat Keperawatan untuk menelaah kritis PAK.

C. Audit Profesi Tenaga Keperawatan

1. Audit Kewenangan Klinis sesuai Level Kompetensi a. Komite Keperawatan menetapkan standar dan kriteria.

b. Komite Keperawatan menentukan populasi dan sampel perawat di area praktik

klinik yang sudah ada hasil dari asesmen kompetensi.

c. Komite Keperawatan menggunakan metode pemilihan dengan menggunakan Rumus Slovin.

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah total polupasi e = toleransi error

Akurasi 95 % atau 98 % Populasi Perawat mulai dari 3 tahun ke atas yang praktik klinik di SHBC. Akurasi yang diambil adalah 95 %, error 5 %. Sampel yang diambil adalah perawat pelaksana.

d. Komite Keperawatan menentukan tehnik sampling yaitu random sampling.

e. Komite Keperawatan menentukan metode pengumpulan data dengan studi dokumentasi.

f. Komite Keperawatan menentukan instrumen yang digunakan adalah Surat Penugasan Kinis (SPK).

g. Komite Keperawatan menentukan metode pelaporan data kuantitatif deskriptif.

h. Komite Keperawatan menentukan waktu audit.

i. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan dan Ketua Subkredensial melakukan audit.

j. Komite Keperawatan melakukan analisa kasus yang tidak sesuai standar dan

(18)

kriteria.

k. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan membuat laporan ke Ketua Komite Keperawatan.

n = N / (1+Ne2)

l. Ketua Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan membuat rekomendasi dan laporan kegiatan subkomite mutu profesi keperawatan untuk disampaikan kepada ke Ketua Komite Keperawatan setiap 3 bulan sekali.

m. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan melakukan rencana re-audit.

n. Ketua Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan melakukan evaluasi dari kegiatan sub komite mutu profesi keperawatan setiap 3 bulan sekali.

2. Kepatuhan SPO

a. Komite Keperawatan membentuk panitia adhoc.

b. Ketua Komite Keperawatan dengan panitia adhoc melakukan pemilihan topik atau masalah untuk diaudit.

c. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc menetapkan standar dan kriteria.

d. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc menentukan populasi dan sampel perawat di area praktik klinik.

e. Komite Keperawatan menggunakan metode pemilihan dengan menggunakan Rumus Slovin.

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah total polupasi e = toleransi error

Akurasi 95 % atau 98 % Populasi Perawat yang praktik klinik di atas 1 tahun. Akurasi yang diambil adalah 95%, error 5 %. Jadi Sampel yang diambil adalah perawat pelaksana.

n = N / (1+Ne2)

(19)

f. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc menentukan teknik sampling yaitu random sampling.

g. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc menentukan instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi yaitu lembar observasi.

h. Komite Keperawatan dengan panita adhoc menentukan metode pengumpulan data adalah metode pengamatan (observasi).

i. Komite Keperawatan dengan panita adhoc menentukan metode pelaporan data kuantitatif deskriptif.

j. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc menentukan waktu dan tempat.

k. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc akan melakukan audit.

l. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc melakukan analisa kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.

m. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan melakukan rencana reaudit.

n. Ketua Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan membuat rekomendasi dan laporan kegiatan subkomite mutu profesi keperawatan untuk disampaikan kepada ke Ketua Komite Keperawatan setiap 3 bulan sekali.

o. Ketua Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan melakukan evaluasi dari kegiatan Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan setiap 3 bulan sekali.

3. Audit Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan a. Komite Keperawatan membentuk panitia adhoc.

b. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc melakukan pemilihan topik atau masalah untuk diaudit.

c. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc menetapkan standar dan kriteria.

d. Komite Keperawatan dengan panitai adhoc menentukan populasi dan sampel perawat di area praktik klinik.

e. Komite Keperawatan menggunakan metode pemilihan dengan menggunakan Rumus Slovin.

Keterangan :

(20)

n = jumlah sampel

N = jumlah total polupasi e = toleransi error

Akurasi 95 % atau 98 % Populasi Perawat yang praktik klinik di atas 1 tahun. Akurasi yang diambil adalah 95%, error 5 %. Jadi Sampel yang diambil adalah perawat pelaksana.

f. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc menentukan teknik sampling yaitu random sampling.

g. Komite Keperawatan dengan panita adhoc menentukan instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi yaitu lembar observasi.

h. Komite Keperawatan dengan panita adhoc menentukan metode pengumpulan data adalah observasi dokumen.

i. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc menentukan metode pelaporan data kuantitatif deskriptif.

j. Komite Keperawatan dengan panita adhoc menentukan waktu dan tempat.

k. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc melakukan audit.

l. Komite Keperawatan dengan panitia adhoc melakukan analisa kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.

m. Ketua Subkomite Mutu Profesi Keperawatan melakukan rencana reaudit.

n. Ketua Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan membuat rekomendasi dan laporan kegiatan subkomite mutu profesi keperawatan untuk disampaikan kepada ke Ketua Komite Keperawatan setiap 3 bulan sekali.

n = N / (1+Ne2)

o. Ketua Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan melakukan evaluasi dari kegiatan Sub Komite Mutu Profesi Keperawatan setiap 3 bulan sekali.

BAB IV

DOKUMENTASI

(21)

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan, buku, undang-undang, dan sebagainya. Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan dan bukti. Dokumentasi biasanya juga digunakan dalam sebuah laporan pertanggung jawaban dari sebuah acara.

Dokumentasi adalah catatan yang dapat dibuktikan dan dijadikan bukti secara hukum.Dokumen yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien, tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan yang diberikan. Dokumentasi yang digunakan:

1. Data Profil Keperawatan dan Mapping Unit Keperawatan 2. PAK

3. Surat Rekomendasi 4. Format Laporan 5. Format Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Akreditasi Rumah Sakit. 2015. Pedoman Penyusunan Panduan Praktik Klinis Dan Terintegrasi sesuai Standar. Jakarta: Akreditasi Rumah Sakit 2015.

Arikunto, Suharsimi(2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekat Praktik.

Jakarta: Rinek.

Danim, S. 2003. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Menentukan Jumlah sampel dengan rumus . Diakses dari: http://analisis- statistika.blogspot.co.id/2012/09/menentukan-jumlah-sampel-dengan-

rumus.html,tanggal 10 Maret 2017

Paper Komite Keperawatan Rumah Sakit . Diakses dari:

(22)

http://www.academia.edu/11397270/PAPER_KOMITE_KEPERAWATAN_R UM

AH_SAKIT , tanggal 27 Agustus 2017.

Permenkes RI. Komite Keperawatan Rumah Sakit tahun 2013.Jakarta : Permenkes RI;

2013.

PPNI.Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Perawat Indonesia.

Jakarta : PPNI; 2013.

Program Kerja Subkomite Mutu Profesi. Diakses dari:

https://www.scribd.com/document/337590364/Program-Kerja-Sub-Komite- MutuProfesi, tanggal: 15 Agustus 2017

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif

dan R & D. Bandung : Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Teman Satu Atap Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang eman satu atap siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden Responden yang