• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN MIE AYAM BANGKA BINTARO CABANG BINTARO V, KABUPATEN TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN MIE AYAM BANGKA BINTARO CABANG BINTARO V, KABUPATEN TANGERANG"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

RESTORAN MIE AYAM BANGKA BINTARO CABANG

BINTARO V, KABUPATEN TANGERANG

Oleh : Lika Fransiska

A14104058

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANAN BOGOR 2008

(2)

Judul : Strategi Pengembangan Usaha Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang.

Nama : Lika Fransiska

NRP : A14104058

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dra. Yusalina, M.Si NIP. 131 914 532

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(3)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN MIE AYAM BANGKA BINTARO CABANG BINTARO V, KABUPATEN TANGERANG” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Juni 2008

Lika Fransiska A14104058

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 1986 sebagai anak pertama dari pasangan Ronald Mulia Lubis dan Sonja Nancy Angela. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) RICCI II Tangerang pada tahun 1998. Tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) RICCI II Tangerang dan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 90 Jakarta dan lulus pada tahun 2004.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program studi Manajemen Agribisnis (AGB), Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis pernah mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) selama periode 2006/2007.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul ”Strategi Pengembangan Usaha Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang” ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang, serta merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang terbaik sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2008

Lika Fransiska A14104058

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Dra. Yusalina, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, atas semua dorongan, bimbingan, saran, dan perhatiannya.

2. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji utama, atas kesediaannya menguji serta saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji komisi pendidikan, atas saran dan perbaikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik atas dukungan dan bimbingannya selama penulis menjalani pendidikan.

5. Papa dan Mama, Ronald Mulia Lubis dan Sonja Nancy Angela, atas segenap kasih sayang, dorongan, kesabaran, dan doa yang tidak pernah berhenti untuk keberhasilan penulis. Adik saya Lisa Amanda, semoga Tuhan Yesus selalu menyertai setiap langkahmu dalam meraih cita-cita dan impian.

6. Om Taufik Lubis, Abang Alfi, Mba Feby, Bapak Benyamin dan keluarga, serta seluruh keluarga besar Lubis dan Lambey yang selalu memberikan perhatian, nasehat, dukungan doa, dan semangat bagi penulis.

7. Bapak Darmawan dan keluarga, serta Persekutan Doa (PD) Bintaro Utama, terima kasih untuk dukungan doa bagi penulis.

(7)

8. Bapak Hianto Ngadinata dan Ibu Tjin Mie Lian, atas kesediaannya menerima penulis untuk melakukan penelitian. Kak Morin Megawati, terima kasih untuk bantuan dan masukannya dalam penyusunan skripsi.

9. Kevin Hansen, thank you for being a part of my life and all the best days you’ve given to me. Everything we’ve done and passed through all along is a beautiful time.

10. Reni dwi Aryanti, Bertha Elizabeth, Yessica Wisandhini, Mansyur Supriadi Sitorus, dan Sri Rezeki Sianturi, terima kasih untuk semangat, kenangan, dan kegembiraan bersama kalian. Semoga persahabatan ini dapat selalu kita jaga . 11. Juventy, Agus, Mela, Sri W. L, Pretty, terima kasih untuk semua bantuan dan

semangat yang kalian berikan. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk keberhasilan kita dimasa depan.

12. Ibu Us dan Bapak Joko, terima kasih atas kenyamanan dan keramahan selama penulis berada di Tri Dara.

13. Teman-teman AGB angkatan 41.

14. Alfi, Shelly, Windy, Aryo, Renita, Dimi dan semua teman-teman alumni SMU 90 Jakarta.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 12

1.4 Kegunaan Penelitian... 13

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Gambaran Umum Produk Mie ... 14

2.1.1 Sejarah Mie ... 14

2.1.2 Jenis, Bahan Baku, dan Proses Pembuatan Mie ... 15

2.2 Restoran... 18

2.3 Penelitian Terdahulu ... 23

2.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 26

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27

3.1.1 Konsep Manajemen ... 27

3.1.2 Konsep Strategi... 27

3.1.3 Konsep Manajemen Strategis ... 28

3.1.4 Proses Manajemen Strategis ... 31

3.1.5 Formulasi Strategi... 35

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 44

IV. METODE PENELITIAN ... 48

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 48

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 48

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 49

4.3.1 Analisis Deskriptif ... 49

4.3.2 Analisis Tiga Tahap Perumusan Strategi... 49

4.3.3 Matriks IE ... 56

4.3.4 Matrik SWOT ... 58

4.3.5 QSPM... 60

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 63

(9)

5.2 Visi dan Misi Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro... 65

5.3 Lokasi dan Denah Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V ... 67

5.4 Struktur Organisasi Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro ... 68

5.5 Budaya Kerja Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro ... 70

VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA ... 72

6.1 Analisis Lingkungan ... 72

6.2 Analisis Lingkungan Internal ... 72

6.2.1 Manajemen Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang... 73

6.2.2 Sumberdaya Manusia dan Karyawan... 73

6.2.3 Keuangan dan Akuntansi ... 77

6.2.4 Produksi dan Operasi ... 79

6.2.5 Pemasaran dan Penjualan... 81

6.3 Analisis Lingkungan Eksternal ... 86

6.3.1 Ekonomi... 87

6.3.2 Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan ... 89

6.3.3 Politik, Pemerintah, dan Hukum... 92

6.3.4 Teknologi ... 93

6.3.5 Analisis Lingkungan Kompetisi (Model Lima Kekuatan Porter)... 94

VII. FORMULASI DAN PERUMUSAN STRATEGI... 102

7.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ... 102

7.1.1 Identifikasi Faktor Internal ... 102

7.1.2 Identifikasi Faktor Eksternal... 107

7.2 Analisis Faktor Internal dan Eksternal Berdasarkan Matriks IFE dan EFE... 112

7.2.1 Analisis Matriks IFE ... 113

7.2.2 Analisis Matriks EFE... 115

7.3 Matriks IE... 117

7.4 Alternatif Strategi Menggunakan Matriks SWOT ... 119

7.5 Pemilihan Alternatif Strategi Terbaik Berdasarkan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ... 126

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 133

8.1 Kesimpulan... 133

8.2 Saran... 135

DAFTAR PUSTAKA... 138

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1 Populasi Pekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun

2005-2007 (Orang) ... 2

2 Produk Domestik Bruto Perdagangan, Hotel, dan Restoran Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2007... 3

3 Konsumsi Penduduk Indonesia dan Selisih Aktual Terhadap Kelompok Padi- Padian Tahun 2005-2006 (kg/kapita/tahun) ... 5

4 Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Seminggu Berbagai Produk Mie Tahun 2002-2005 ... 6

5 Komposisi Gizi Berdasarkan Bahan Baku Utama Pembuat Mie ... 7

6 Jumlah Restoran Kabupaten Tangerang Tahun 2004-2006 (Unit) ... 10

7 Nilai Omset Per Bulan Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang Tahun 2005 (Rupiah)... 11

8 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)... 51

9 Matriks EFE (External Factor Evaluation)... 51

10 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ... 52

11 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ... 53

12 QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ... 61

13 Karakteristik Karyawan Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang Tahun 2008 ... 74

(11)

14 Jumlah Aset Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang

Bintaro V, Kabupaten Tangerang Tahun 2008 ... 79

15 Perbandingan Harga Mie Ayam Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Bakmie Japos, dan

Bakmie Gang Kelinci Tahun 2008 ... 84

16 Laporan Inflasi per Bulan di Indonesia Tahun 2007-2008... 87

17 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun

2001-2010 (Orang) ... 90

18 Jumlah Penduduk Tangerang Tahun 2002-2006 dan 2008

(Orang) ... 91 19 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Restoran Mie Ayam

Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang ... 103

20 Identifikasi Peluang dan Ancaman Restoran Mie Ayam

Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang ... 108 21 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Restoran Mie

Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten

Tangerang ... 113 22 Matriks EFE (External Factor Evaluation) Restoran Mie

Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten

Tangerang ... 115

23 Peringkat Alternatif Strategi Restoran Mie Ayam Bangka

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1 Model Komprehensif Manajemen Strategis... 30

2 Model Lima Kekuatan Porter ... 42

3 Kerangka Pemikiran Operasional Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang ... 47

4 Matriks Internal Eksternal ... 57

5 Matriks SWOT ... 59

6 Struktur Organisasi Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro ... 69

7 Matriks Internal Eksternal Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang Tahun 2008 ... 118

8 Matriks SWOT Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang Tahun 2008 ... 120

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Denah Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang

Bintaro V, Kabupaten Tangerang... 142

2 Gambar Lokasi, Ruangan, dan Menu Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang ... 143

3 Daftar Menu Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang... 144

4 Hasil Pengisian Kuisioner Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang (Pakar 1)... 145

5 Hasil Pengisian Kuisioner Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang (Pakar 2)... 146

6 Hasil Pengisian Kuisioner Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang (Pakar 3)... 147

7 Nilai Rata-Rata Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang... 148

8 Nilai Rata-Rata Rating Faktor Internal dan Eksternal Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang... 149

9 Hasil Pengisian Matriks QSP (Pakar 1) ... 150

10 Hasil Pengisian Matriks QSP (Pakar 2) ... 151

11 Hasil Pengisian Matriks QSP (Pakar 3) ... 152

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan yang terjadi dalam industri jasa memberikan dampak yang positif dan kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Salah satu sub sektor industri jasa yang sangat pesat perkembangannya adalah industri restoran. Industri restoran memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi terutama dalam penerimaan pajak pemerintah dan penyerapan tenaga kerja.

Pembebanan tarif pajak untuk industri restoran didasarkan pada Undang-Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah serta Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Tarif pajak yang dibebankan kepada industri restoran mencapai 10 persen. Pendapatan pemerintah yang berasal dari pembebanan pajak industri hotel dan restoran mencapai 50 triliun rupiah per tahun1. Kondisi tersebut menjadikan industri hotel dan restoran menduduki peringkat ketiga sebagai penyumbang pajak terbesar.

Industri restoran juga memiliki peran yang cukup besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Peran industri restoran dalam penyediaan lapangan pekerjaan akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap pengurangan jumlah pengangguran yang pada akhirnya akan berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi. Penyerapan tenaga kerja beberapa lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

1

http://www.hariansib.com/artikel.htm. “Pajak Industri Hotel dan Restoran ke Negara dapat mencapai Rp. 50 Triliun per Tahun”. (Akses 15 Maret 2008/16.32.28 WIB).

(15)

Tabel 1. Populasi Pekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2007 (Orang)

No. Lapangan Usaha 2005 % 2006 % 2007 %

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 41 309 776 44,04 40 136 242 44,47 42 608 760 43,66 2. Pertambangan dan Penggalian 904 194 0,85 923 591 1,00 1 020 807 1,05 3. Industri Pengolahan 11 952 985 12,27 11 890 170 12,16 12 094 067 12,39 4. Listrik, Gas, dan Air 194 642 0,20 228 018 0,22 247 059 0,25 5. Konstruksi 4 565 454 4,65 4 697 354 4,60 4 397 132 4,51 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 17 909 147 19,90 19 215 660 19,50 19 425 270 19,91 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5 652 841 5,85 5 663 956 5,74 5 575 499 5,71 8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan

1 141 852 1,10 1 346 044 1,21 1 252 195 1,28 9. Jasa Pemerintah

Umum, dan Swasta 10 327 496 11,14 11 355 900 11,11 10 962 352 11,23 Sumber : Badan Pusat Stastistik (2007)

Tabel 1 menunjukkan bahwa sub sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja cukup besar. Sub sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor terbesar kedua dalam penyerapan tenaga kerja setelah sub sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja untuk sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran sempat mengalami penurunan sebesar 0,40 persen pada tahun 2006. Namun pada tahun 2007 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja pada sub sektor tersebut kembali meningkat sebesar 0,41 persen pada tahun 2007. Sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran tetap menjadi sektor terbesar kedua dalam penyerapan tenaga kerja walaupun terjadi fluktuasi dalam penyerapan tenaga kerja pada sub sektor ini. Data tersebut menunjukkan bahwa sub sektor restoran memang memiliki peran yang cukup besar dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja.

(16)

Peran penting industri restoran bagi perekonomian negara juga dapat dilihat dari sumbangan yang diberikan industri ini bagi produk domestik bruto negara. Produk domestik bruto yang dihasilkan industri restoran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produk Domestik Bruto Perdagangan, Hotel, dan Restoran Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2007

Periode Nilai (miliar rupiah) Nilai (%) Pertumbuhan (%) 2002 62 272,50 14,08 - 2003 64 618,11 14,61 0,53 2004 70 613,40 15,97 1,36 2005 74 752,20 16,90 0,94 2006 80 017,60 18,09 1,19 2007 89 994,90 20,35 2,26

Sumber : Bank Indonesia (2007)

Rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran dari tahun 2003 sampai 2007 sebesar 1,26 persen. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa PDB yang dihasilkan oleh industri perdagangan, hotel, dan restoran meningkat setiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik (2007), sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan PDB yaitu sebesar 1,43 persen dari total pertumbuhan PDB sebesar 6,32 persen. Sub sektor yang menempati urutan kedua dan ketiga dalam sumbangan terhadap pertumbuhan PDB adalah sub sektor industri pengolahan sebesar 1,30 persen serta sub sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,97 persen.

Industri restoran memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Industri ini memiliki kegiatan pokok dalam mengolah dan menjual makanan dan minuman yang telah siap untuk dikonsumsi. Restoran sendiri

(17)

merupakan suatu tempat atau bangunan yang diorganisir secara komersial untuk memberikan jasa pelayanan berupa makanan atau minuman, tidak termasuk usaha jasa boga atau katering.

Banyak faktor yang menyebabkan industri restoran berkembang dengan sangat pesat. Salah satunya disebabkan oleh perubahan sosial dan ekonomi. Perubahan sosial dan ekonomi menjadi salah satu faktor pemicu perkembangan usaha restoran, seperti banyaknya wanita yang bekerja dan perubahan gaya hidup Meningkatnya jumlah wanita yang bekerja di luar rumah dan semakin tinggi mobilitas masyarakat di luar rumah menyebabkan tidak sempat makan di rumah. Hal tersebut mengharuskan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan jadi yang bersifat cepat saji. Hal tersebut mendorong para pengusaha untuk memberikan kemudahan dan memenuhi keinginan konsumen melalui jasa penyediaan makanan dan minuman yaitu restoran.

Berkembangnya pengetahuan konsumen mengakibatkan konsumen menginginkan tidak hanya sekedar makanan namun juga pelayanan yang baik, menu makanan yang beragam, harga yang bersaing, tempat yang nyaman serta kepuasan lain yang dapat ditawarkan oleh produsen. Permintaan masyarakat akan menu makanan yang beragam ditanggapi oleh pengusaha restoran dengan menyediakan berbagai macam menu makanan.

Nasi merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Nasi dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi sumber karbohidrat dan energi. Nasi menjadi sumber karbohidrat karena kandungan pati yang tinggi (Winarno, 1993). Menu nasi memang menjadi menu yang wajib dalam pola makan sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun seiring dengan

(18)

berkembangnya permintaan konsumen akan menu yang lebih beragam maka banyak restoran yang menawarkan berbagai macam menu pengganti nasi sebagai sumber karbohidrat. Salah satu menu yang ditawarkan oleh para pengusaha restoran sebagai pengganti nasi adalah mie.

Mie merupakan produk turunan tepung terigu yang sangat populer dalam masyarakat Indonesia. Diantara berbagai jenis pangan sumber karbohidrat barangkali hanya terigu yang mampu menjadi pesaing beras. Diantara berbagai produk turunan terigu peranan mie dalam pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia nampak cukup menonjol (Khomsan, dkk, 2003). Gandum atau terigu dan produk olahannya seperti mie mempunyai tingkat partisipasi konsumsi yang terus meningkat, bahkan lebih besar daripada partisipasi konsumsi jagung dan ubi kayu (Khomsan, dkk, 2003). Konsumsi penduduk Indonesia terhadap komoditi padi-padian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Penduduk Indonesia dan Selisih Aktual Terhadap Kelompok Padi-Padian Tahun 2005-2006 (kg/kapita/tahun)

Jenis

padi-padian 2005 2006 Selisih (%)

Beras 105,2 104,0 -1,14

Jagung 3.3 3,0 -9,09

Terigu 8.4 8,2 -2,38

Sumber : Susenas 2005 dan 2006, BPS (diolah BKP)

Berdasarkan Tabel 3, konsumsi karbohidrat terbesar tetap pada konsumsi beras. Namun dapat dilihat juga bahwa konsumsi terigu masih lebih besar dibandingkan konsumsi jagung. Tahun 2006 konsumsi jagung mengalami penurunan yang cukup banyak dibandingkan tahun 2005 yaitu sebesar 9,09 persen. Konsumsi terigu juga mengalami penurunan namun penurunan konsumsi

(19)

terigu lebih kecil dibanding jagung yaitu 2,38 persen. Data tersebut menunjukan bahwa terigu merupakan sumber alternatif karbohidrat yang dapat menjadi pesaing beras.

Mie memiliki fungsi yang sama dengan nasi yaitu sebagai sumber karbohidrat dan energi. Walaupun banyak masyarakat yang masih memegang alternatif gaplek singkong dan beras jagung atau yang lebih sedikit lagi sagu dan ubi jalar, tetapi kenyataannya dimasa depan tepung terigu untuk membuat mie dan roti kue lebih adaptif dan adoptif daripada pangan lokal tersebut (Sadjad, 2007). Beras memang masih menjadi makanan pokok tetapi mie juga sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tabel 4 menunjukan tingkat konsumsi dan pengeluaran masyarakat unutk berbagai jenis produk mie.

Tabel 4. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Seminggu Berbagai Produk Mie Tahun 2002- 2005

Tahun Komoditi Satuan

2002 2003 2004 2005

Mie (bakso,

rebus, goreng) Porsi 0,369 0,380 0,382 0,417

Mie Basah Kg 0,004 0,003 0,003 0,004

Mie Instant Porsi 0,024 0,017 0,021 0026

Sumber : Badan Pusat Statistik (2005)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa setiap tahun terjadi peningkatan dalam pengeluaran masyarakat untuk konsumsi berbagai jenis mie. Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan masyarakat akan berbagai jenis produk mie terus mengalami peningkatan tiap tahunnya termasuk produk olahan mie berupa mie bakso, mie rebus atau mie goreng.

(20)

Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat senang mengkonsumsi mie. Mie memiliki rasa yang gurih dan tekstur yang halus sehingga mudah dalam mengkonsumsinya. Rasa mie juga sangat sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan makanan yang mudah dalam pembuatannya dan cepat dalam penyediaannya. Kemudahan dan kecepatan dalam penyajian mie, merupakan salah satu keunggulan dari produk mie ini. Semakin meningkatnya mobilitas dan kesibukan masyarakat sehingga masyarakat lebih memilih makanan yang dapat cepat dalam penyajiannya.

Selain memiliki keunggulan kemudahan dan kecepatan dalam penyajian, mie juga merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang cukup baik. Komposisi gizi yang terkandung dalam mie dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Gizi Berdasarkan Bahan Baku Utama Pembuat Mie Zat Gizi Terigu Tapioka Tepung

Singkong Tepung Beras Telur Ayam Energi (kal) 365,0 362,00 363,0 364,00 162,00 Protein (g) 8,90 0,50 1,10 7,00 12,80 Lemak (g) 1,30 0,30 0,50 0,50 11,50 Karbohidrat (g) 77,30 86,90 88,20 80,00 0,70 Kalsium (mg) 16,00 0 84,00 5,00 54,00 Fosfor (mg) 106,00 0 125,00 140,00 180,00 Besi (mg) 1,20 0 1,00 0,80 2,70 Vitamin B1 (mg) 0,12 0,12 0,04 0,12 0,10 Air (g) 12,00 12,00 9,10 12,00 74,00

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes dalam Astawan (2002)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa mie memiliki kandungan gizi yang cukup baik. Selain itu mie memiliki kandungan kalori yang cukup rendah

(21)

yaitu 338 kalori2. Dengan kandungan kalori yang rendah maka mie juga cocok dikonsumsi bagi orang yang menjalani diet.

Konsumsi mie tidak hanya pada golongan menengah atas namun juga golongan bawah. Segmentasi pasar produk mie sangat luas mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa. Peluang bisnis yang besar dalam produk mie ini dimanfaatkan oleh para pebisnis restoran. Para pengusaha restoran yang menjadikan mie sebagai salah satu menu utama yang disajikan. Banyaknya restoran mie yang ada mengakibatkan persaingan dalam bisnis ini semakin ketat. Karena itu, penting bagi para pebisnis restoran mie untuk dapat memberikan kepuasan bagi konsumen melalui mutu produk maupun layanan agar dapat bersaing dalam bisnis restoran mie.

Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V merupakan salah satu restoran yang menyajikan mie sebagai menu utamanya. Persaingan yang semakin ketat dalam industri restoran yang menyajikan mie sebagai salah satu menu utama mengharuskan Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V untuk terus memberikan kepuasan dalam produk dan pelayanan. Agar dapat mencapai hal tersebut Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V harus dapat menetapkan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan.

1.2 Perumusan Masalah

Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V merupakan salah satu restoran yang menyajikan mie sebagai menu utamanya. Restoran ini berdiri sejak tahun 2004 dan mengalami perpindahan lokasi pada tahun 2006.

2

Budi Sutomo, Spd, “Mie, Alternatif Lain Sumber Karbohidrat”, http://www.budiboga.blogspot.com/2006/05/sejarah-dan-aneka-jenis-mie.html. (Akses 28 Februari 2008/14.45.19 WIB).

(22)

Pengelolaan dan manajemen restoran ini masih dilakukan langsung oleh pihak pemilik dan keluarga.

Restoran ini memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat mengembangkan usahanya. Permintaan dari konsumen dari berbagai daerah menunjukkan bahwa Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V memiliki peluang untuk memeprluas pasar dan mengembangkan usahanya. Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V pernah menerima pesanan dari wilayah yang cukup jauh. Namun karena kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang mengakibatkan tingginya biaya transportasi, maka restoran ini tidak dapat memenuhi pesanan dari wilayah tersebut.

Manajemen dalam Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V belum diterapkan dengan baik. Dalam hal pembagian pekerjaan belum dilakukan spesialisasi dalam pekerjaan dengan baik sehingga terjadi rangkap jabatan. Pengelolaan untuk seluruh cabang Mie Ayam Bangka Bintaro dilakukan oleh satu orang manajer. Manajer tersebut juga melakukan pekerjaan sebagai kasir apabila disebuah cabang belum terdapat karyawan yang mampu bekerja sebagai kasir. Kelemahan lain dalam manajemen restoran ini yaitu seluruh keputusan baik dalam operasi maupun pengadaan persediaan terpusat pada pemilik restoran. Pembelian persediaan produksi untuk seluruh cabang Mie Ayam Bangka Bintaro dilakukan secara kolektif dan bukan oleh masing-masing cabang.

Tingginya tingkat persaingan dalam industri restoran menyebabkan Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V mengalami kesulitan untuk berkembang. Sejak krisis ekonomi tahun 1997 banyak masyarakat yang menjadi korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) beralih usaha pada bisnis

(23)

restoran. Jumlah restoran di Kabupaten Tangerang dari tahun 2004 hingga tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Restoran Kabupaten Tangerang Tahun 2004-2006 (Unit)

Tahun Jumlah

2004 106

2005 221

2006 221

Sumber : Badan Pusat Stastistik Kabupaten Tangerang (2006)

Tabel 6 menunjukkan peningkatan jumlah restoran di Kabupaten Tangerang yang cukup besar. Jumlah restoran mengalami pertumbuhan yang pesat pada tahun 2005 yaitu meningkat sebesar 115 unit restoran. Peningkatan jumlah restoran tersebut termasuk pertumbuhan jumlah restoran mie, antara lain Bakmie Japos, Bakmie Vilani, Bakmie Gang Kelinci, dan Es Teler 77.

Dampak dari meningkatnya jumlah restoran mengakibatkan salah satu cabang Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang ITC Mangga Dua mengalami perkembangan yang menurun. Omset Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang ITC Mangga Dua mengalami penurunan hingga 30 sampai 40 persen3. Akibat lain dari peningkatan jumlah restoran tersebut adalah fluktuasi yang terjadi pada omset yang diperoleh Restoran Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V. Tabel 7 menunjukkan fluktuasi omset per bulan yang diperoleh Restoran Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V.

3

Hasil wawancara dengan manajer Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V. (Tanggal 20 Maret 2008)

(24)

Tabel 7. Nilai Omset Per Bulan Restoran Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang Tahun 2005 (Rupiah)

Bulan Omset Januari 31.635.300 Febuari 26.668.500 Maret 26.995.800 April 28.022.200 Mei 27.825.500 Juni 31.765.500 Juli 36.050.400 Agustus 30.952.000 September 27.987.400 Oktober 34.489.400 November 29.639.200 Desember 45.783.400

Sumber : Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V (2005)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa omset yang diterima oleh Restoran Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V mengalami fluktuasi setiap bulannya. Fluktuasi omset yang didapat oleh Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V dipengaruhi oleh semakin tingginya persaingan yang terjadi pada industri restoran. Restoran Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V memiliki target omset sebesar 60 juta rupiah per bulan. Namun berdasarkan data omset yang diterima oleh Restoran Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V, target omset tersebut belum dapat dicapai.

Strategi yang tepat diperlukan untuk mengatasi kelemahan dan ancaman agar Restoran Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. Karena itu, diperlukan analisis internal dan eksternal untuk melakukan perencanaan jangka panjang dalam melakukan pengembangan usaha Restoran Mie Ayam Bangka Cabang Bintaro V.

(25)

Untuk melakukan pengembangan usaha dalam mencapai target perusahaan dan menghadapi persaingan restoran, maka pelaksanaan penelitian akan diperinci dengan beberapa pertanyaan berikut :

1. Apa saja faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V?

2. Apa saja faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V?

3. Bagaimanakah alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai target yang ditetapkan dan menghadapi persaingan untuk mengembangkan usaha Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan

ancaman yang dihadapi Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V.

3. Merumuskan alternatif strategi bagi Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V untuk mencapai target yang ditetapkan dan menghadapi persaingan dalam pengembangan usaha.

(26)

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manajemen strategis serta menerapkan ilmu dan teori yang telah didapat.

2. Bagi restoran, memberikan informasi ilmiah sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengembangan usaha.

3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam pembuatan karya ilmiah serta sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Analisis dan pembahasan penelitian ini meliputi gambaran umum, analisis faktor-faktor internal dan eksternal, perumusan dan penentuan strategi yang dapat diterapkan oleh Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang dalam pengembangan usahanya.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Produk 2.1.1 Sejarah Mie

Mie merupakan makanan yang populer di kalangan penduduk Asia khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. Penemuan bersejarah oleh Dr. Houyuan Lu dan timnya dari lembaga geologi dan geofisika Chinesse Academy of Science, membuktikan bahwa mie berasal dari daratan Cina4.

Mie pertama kali dibuat pada masa Dinasti Han pada 1900 tahun yang lalu. Bahan baku yang digunakan untuk membuat mie pada masa itu terdiri dari dua jenis padi-padian asli Cina yang telah dibudidayakan sekitar 7000 tahun yang lalu5. Bahan pembuat mie pada masa Dinasti Han tersebut yang membedakan dengan mie yang dibuat pada masa sekarang. Mie yang dibuat pada masa sekarang menggunakan bahan baku utama gandum.

Pembuatan mie pada 1900 tahun yang lalu tersebut menunjukkan kecanggihan kuliner dan teknologi pengolahan makanan dari masyarakat yang membuatnya. Pembuatan mie saat itu dilakukan secara manual. Sejak tahun 700-an dibuat mesin pembuat mie berukur700-an kecil deng700-an menggunak700-an alat mek700-anik. Tahun 1854 ditemukan mesin pembuat mie secara masal oleh T. Masaki6. Sejak saat itu pembuatan mie mengalami perkembangan yang pesat. Cina mulai memproduksi mie instant yang dikenal dengan nama Chicken Ramen dan Jepang memproduksi Saporo Ramen (1962).

4

http://www. republika.co.id/artikel.htm. “Semangkuk Mie Redakan Perang”.(Akses 28 Februari 2008/15.05.11 WIB)

5 Loc.cit. 6

(28)

Selain di daratan Cina, mie juga meluas sampai ke Jepang, Korea, Taiwan, Negara-negara Asia Tenggara bahkan Eropa. Kunjungan Marcopolo ke Cina juga bertujuan mempelajari kebudayaan termasuk pembuatan makanan khas Cina yaitu mie. Namun dalam perkembangannya di Eropa, mie yang dibuat bentuknya berbeda dengan mie yang dibuat di daratan Cina. Mie yang dibuat di Eropa berubah menjadi pasta atau spaghetti yang lebih dikenal sekarang.

Di Indonesia mie merupakan jenis makanan yang dibawa oleh pedagang Tionghoa ke Indonesia. Dalam perkembangannya, mie yang ada di Indonesia sudah mengalami penyesuaian bumbu sesuai bahan-bahan yang ada di Indonesia. Di Indonesia mie juga mengalami berbagai variasi diantaranya mie ayam, mie bakso, mie kocok medan, mie jawa dan lainnya.

2.1.2 Jenis, Bahan Baku, dan Proses Pembuat Mie

Berdasarkan kandungan airnya, mie dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu mie basah dan mie kering. Mie basah memiliki kandungan air yang cukup tinggi sehingga mie jenis ini cepat rusak dan biasanya hanya bertahan sampai satu hari. Jenis yang kedua adalah mie kering. Mie kering memiliki kandungan air yang rendah sehingga daya simpannya relatif lebih panjang dan mudah dalam penanganannya. Beberapa contoh jenis mie kering diantaranya adalah ramen, soba dan beragam mie instan.

Pembuatan mie dapat menggunakan berbagai macam tepung yaitu tepung terigu, tepung tang mien, tepung beras, tepung kanji atau tepung kacang hijau. Namun mie yang banyak dijumpai di Indonesia menggunakan bahan baku tepung terigu yang berasal dari gandum. bahan baku yang digunakan dalam proses

(29)

pembuatan mie adalah tepung terigu, air, telur, garam dapur, dan air abu atau air ki untuk pengenyal.

Mutu produk mie dapat ditentukan berdasarkan warna dan kualitas masaknya. Mie yang disukai masyarakat Indonesia adalah mie dengan warna kuning, bentuk khas mie yaitu berupa pilinan panjang yang dapat mengembang sampai batas tertentu dan lenting serta kalau direbus tidak banyak padatan yang hilang (Setyaningrum dan Marsono, 2003). Semua ini termasuk dalam sifat fisik mie yang sangat menentukan terhadap preferensi konsumen.

Proses pembuatan mie terdiri dari beberapa tahapan yaitu7 : 1. Tahap pencampuran

Pada tahap ini semua bahan baku pembuatan mie dicampur menjadi satu sampai membentuk adonan.

2. Tahap pengulian

Pada tahap ini adonan diuleni sampai terbentuk adonan yang kalis, licin dan transparan.

3. Tahap Pembentukan Adonan

Pada tahap ini adonan yang telah diuleni, dibentuk dan dipotong sesuai dengan jenis mie yang akan dibuat.

Berikut ini adalah beberapa jenis mie yang dapat dijumpai di pasaran (Astawan, 2002) :

7

(30)

1. Mie segar (Raw Chinesse Noodle)

Mie jenis ini tidak mengalami proses tambahan setelah pemotongan dan mengandung air sekitar 35 persen. Kandungan air yang cukup tinggi menyebabkan mie jenis ini mudah rusak. Penyimpanan dalam lemari es dapat mempertahankan kesegaran mie sampai 50-60 jam. Mie segar umumnya dibuat dari terigu yang keras agar mudah penanganannya. Mie segar umumnya digunakan sebagai bahan baku mie ayam.

2. Mie Basah

Mie basah mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar air dalam mie basah mencapai 52 persen. Kadar air yang sangat tingggi mnegakibatkan daya simpannya relatif singkat (40 jam pada suhu kamar). Di Indonesia mie basah dikenal sebagai mie kuning atau mie bakso.

3. Mie Kering

Mie kering adalah mie yang telah mengalami proses pengeringan sehingga kadar airnya mencapai 8-10 persen. Pengeringan dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan oven. Kandungan air yang rendah membuat mie jenis ini mempunyai daya simpan yang relatif panjang dan mudah dalam penanganannya.

4. Mie Instan

Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 3551-1994 mendefinisikan mie instan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan tambahan bahan makanan lain dan tambahan makanan

(31)

yang diizinkan, berbentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama empat menit. Kadar air mie instant umumnya mencapi lima sampai delapan persen.

2.2 Restoran

Restoran adalah industri yang melayani makanan dan minuman kepada semua orang yang jauh dari rumahnya maupun yang dekat dari rumahnya. Berdasarkan keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomonikasi No.KM.95/KH.103/MPPT/1987, restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanent, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya. Pengertian tersebut mengandung lima unsur (Mangkuwerdoyo, 1999) yaitu:

1. Bangunan dan tempat usaha

Bangunan permanen untuk kepentingan usaha baik itu bangunan sendiri atau terpisah atau bangunan yang termasuk dalam bagian dari suatu bangunan induk tertentu.

2. Usaha

Usaha komersial untuk mendapatkan keuntungan tertentu yakni dari penjualan makanan dan minuman.

(32)

3. Makanan

Hasil produk dari suatu proses pengolahan makanan dari bahan pangan mentah menjadi bahan siap untuk dikonsumsi di tempat tersebut atau dibawa keluar dari tempat tersebut.

4. Minuman

Adalah proses pembuatan minuman campuran atau minuman yang sudah jadi, baik yang beralkohol maupun yang tidak beralkohol untuk siap dikonsumsi di tempat atau dibawa keluar tempat tersebut.

5. Peralatan atau perlengkapan

Berbagai jenis peralatan atau perlengkapan yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pengolahan, penyimpanan, dan penyediaan makanan atau minuman.

Industri penyajian makanan dan minuman (food and beverage service) atau industri restoran merupakan industri yang tertua di dunia. Industri ini ada sejak manusia mulai menhidangkan makanan kepada orang lain. Richard Ireland, dalam Arief (2005), menyatakan bahwa industri makanan dan minuman merupakan industri people to people. Industri ini berhubungan dengan manusia untuk melayani kebutuhan makanan dan minuman untuk orang yang jauh dari rumah. Industri ini selalu berubah mengikuti perubahan selera dan pola hidup masyarakat yang terus berkembang.

Restoran termasuk ke dalam industri jasa campuran (Kotler, 2005). Restoran menawarkan jasa dan barang dengan bagian yang sama sehingga restoran disebut dengan jasa campuran. Selain menawarkan produk berupa makanan dan minuman, jasa pelayanan yang memuaskan merupakan kompenen

(33)

yang penting dalam restoran. Petugas yang melayani konsumen harus memiliki kompetensi, sikap kepedulian, sikap tanggap, inisiatif, kemampuan memecahkan masalah dan niat yang baik (Kotler, 2005). Hal tersebut diperlukan karena memiliki dampak yang besar bagi kepuasan pelanggan.

Menurut Arief (2005) terdapat 20 jenis restoran yaitu : 1. Automat restaurant atau venditarian

yaitu restoran dengan menggunakan sistem otomatis dan seseoarang dapat mengambil makanan atau minuman sendiri dengan memasukkan koin ke dalam lubang etalase yang tersedia pada restoran tersebut.

2. Bistro

Bistro merupakan restoran kecil ala Perancis (small fench restaurant). 3. Canteen

Jenis restoran ini menyediakan makanan kecil. Awalnya restoran ini berada di dalam kamp militer. Sekarang istilah ini banyak digunakan sebagai restoran untuk karyawan pada perusahaan atau gedung perkantoran.

4. Café.

Café memiliki fungsi yang sama dengan restoran yaitu sebagai tempat makan dan minum untuk umum atau pulic dinning place.

5. Kabaret atau night club

Yaitu suatu restoran yang mengadakan pertunjukan hiburan malam disamping menjual makanan dan minuman.

6. Kafetaria

yaitu restoran dimana tamunya mengambil makanan dan minuman sendiri (self service restaurant). Makanan yang disajikan diatur diatas meja. Harga

(34)

makanan yang dikenakan pada para tamu sesuai dengan jenis hidangan yang mereka ambil.

7. Chop steak atau steak house

yaitu restoran yang khusus menjual special steak atau chop. 8. Coffee pot

yaitu restoran kecil yang pelayanannya tidak terlalu formal. Harga yang ditawarkan cukup murah. Lokasinya berada di tepi jalan (model warung kopi ala Tegal).

9. Coffee shop

yaitu restoran yang menyediakan dan menghidangkan makanan dan minuman dengan pelayanan yang informal. Lebih cepat dalam pelayananannya karena umumnya makanan yang ditawarkan sudah siap disajikan (ready to serve). Coffee shop juga tidak menghidangkan full course dinner atau jamuan makan. 10. Delicatessent

yaitu restoran yang menjual delicates foods seperti sausage, bacon dan ham dan sebagainya.

11. Rail road catering atau kereta makan

Yaitu jenis restoran yang berada diatas kereta api yang berbentuk lokomotif. Restoran jenis ini menyediakan makanan dan minuman dengan pelayanan yang informal.

12. Drive inn

Restoran yang berada dalam linkungan drive inn teathre atau teater mobil. Restoran jenis ini menghidangkan makanan dan minuman yang diantar ke

(35)

mobil penonton teater. Terkadang restoran jenis ini hanya menjual makanan kecil seperti hot dog, sandwich, ice cream dan sebagainya.

13. Grill restaurant

yaitu restoran khusus yang hanya menjual steak atau chops dimana hidangan tersebut dibakar menurut selera tamu.

14. Inn

yaitu suatu hotel atau motel yang menjual atau menyewakan kamar. Harga kamar sudah termasuk harga hidangan yang disajikan dan diantar ke kamar tamu yang bersangkutan.

15. Lunch wagon atau wagon restoran

yaitu restoran dorong yang menggunakan kereta dorong atau mobil. Restoran jenis ini biasanya digelar di tempat-tempat keramaian dan menghidangkan makanan kecil seperti bakso, sate, soto, mie ayam, atau mie goreng.

16. Rathskller

yaitu restoran ala Jerman yang yang berada atau dibangun tangga jalan atau jembatan dibawah jalan.

17. Rotiseri

yaitu restoran dimana tempat pembakaran daging dapat dilihat oleh tamu yang memesan.

18. Tafern

(36)

19. Common

yaitu restoran yang menghidangkan makanan untuk orang banyak dalam suatu meja panjang. Common biasanya terdapat pada suatu institusi atau kamp-kamp militer.

20. Specialities restaurant

Restoran yang menghidangkan makanan dan minuman istimewa. Restoran ini menghidangkan makanan khas seperti seafood, masakan padang, masakan khas jawa timur, chinesse food, japanesse food.

Terdapat beberapa cara pelayanan yang dilakukan dalam restoran (Arief, 2005) yaitu :

1. Table service

Pelayanan restoran yang menggunakan meja makan. 2. Counter service

Pelayanan restoran yang menggunakan meja tinggi. 3. Tray service

Pelayanan makanan dan minuman yang menggunakan nampan atau baki. 4. Self service

Pelayanan restoran dimana tamu mengambil makanan sendiri yang sudah disediakan diatas meja etalase.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2007) yang berjudul “Analisis Strategi Bisnis Kecap pada PT Korma Jaya Utama” , menyatakan bertambahnya permintaan terhadap kecap maka meningkat pula jumlah perusahaan yang

(37)

bergerak di bidang produsen kecap. Usaha kecap PT Korma Jaya Utama masih berskala rumah tangga sehingga ancaman dari pesaing yang kuat dan berpengalaman juga mengakibatkan penurunan penjualan perusahaan. Maka untuk menghadapi persaingan tersebut perlu dilakukan langkah strategis untuk dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman.

Penelitian yang dilakukan Firbani (2006) bertujuan untuk mengkaji strategi bauran pemasaran yang telah diterapkan dalam upaya pengembangan usaha Restoran Ayam Bakar wong Solo Bogor, menganalisis persepsi konsumen terhadap strategi bauran pemasaran yang telah diterapkan, dan menyusun alternatif strategi pemasaran Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang Bogor. Strategi yang didapatkan harus sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan strategi yang sesuai adalah strategi pengembangan promosi agar dapat meningkatkan penjualannya.

Penelitian Fahrani (2004) berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Salam Mie”, menyatakan perkembangan bisnis mie instan mengakibatkan tingkat persaingan yang semakin tinggi. Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar maka perlu dilakukan analisis persaingan industri serta lingkungan yang mempengaruhi industri sehingga mampu memanfaatkan seluruh kekuatan dan peluang yang ada serta menghindari ancaman. Berdasarkan hasil Matriks SWOT beberapa alternatif strategi yang didapat yaitu mengadopsi teknologi, mengoptimalkan jaringan distribusi, meningkatkan kualitas produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan mempertahankan pelanggan dan integrasi ke depan dengan distributor yang juga sister company PT Sentra Food Indonusa.

(38)

Penelitian Nugraha (2004) yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran pada Restoran Waralaba Bakmi Japos” menyatakan bahwa kegemaran masyarakat Indonesia mengkonsumsi mie dikarenakan beberapa faktor yaitu tekstur mie yang halus dan mudah dimakan, rasanya yang bersahabat dengan lidah orang melayu, rasanya yang gurih, penampakannya yang menarik serta kepraktisan dalam penyajiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk Bakmi Japos Cabang Bogor. Berdasarkan hasil analisis SWOT yang dilakukan, didapatkan bahwa alternatif strategi yang dapat diambil terbagi menjadi strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang. Strategi jangka pendek diantaranya pembuatan iklan mini pada surat kabar lokal dan membuat iklan pendek di radio lokal Bogor. Alternatif strategi jangka panjang yang dapat dilakukan adalah mencari alternatif pemasok bahan baku yang relatif murah, membuat divisi penelitian dan pengambangan, membuat situs internet dan mendaftarkan diri dalam PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia dan AFI (Asosiasi Franchise Indonesia).

Surahmad (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Restoran Sunda Saung Mirah Bogor”, menyatakan munculnya restoran baik yang berciri lokal atau tradisional maupun asing merupakan reaksi atas permintaan konsumen yang semakin beragam dan dampak dari globalisasi. Hal ini dipengaruhi informasi, gaya hidup, kesadaran gizi, persepsi, pendidikan, dan waktu yang semakin sempit untuk menyediakan makanan. Pertumbuhan restoran di Kota Bogor yang semakin pesat menuntut Restoran Sunda Saung Mirah untuk memperbaiki strategi pemasarannya yang belum sistematis dan masih tradisional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil menggunakan alat

(39)

analisis QSPM bahwa strategi yang paling tepat adalah penetrasi pasar dengan nilai TAS sebesar 5,434. Restoran Saung Mirah harus menjalankan aktivitas pemasaran yang lebih gencar seperti meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan jumlah wiraniaga, meningkatkan belanja iklan agar restoran semakin dikenal.

Penelitian Rizaly (2003) yang berjudul “Analisis Strategi Manajemen Toserba Selamat dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Ritel di Kabupaten Cianjur” mengungkapkan bahwa untuk menghadapi perubahan eksternal dan internal perusahaan maka perlu menetapkan strategi untuk mencapai tujuan. Karena itu perlu disusun faktor kunci sukses internal dan eksternal. Faktor kunci internal dan eksternal tersebut dimasukkan ke dalam matriks IFE dan EFE agar diperoleh ukuran kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah itu mengembangkan alternatif strategi yang dapat dilakukan dan memilih strategi yang paling tepat dengan QSPM.

2.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada fokus strategi dan lokasi penelitian. Penelitian terdahulu tentang manajemen strategi restoran lebih banyak terfokus pada strategi pemasaran restoran, sedangkan pada penelitian ini lebih difokuskan pada strategi pengembangan restoran. Selain itu, belum pernah dilakukan penelitian pada Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menjadi penelitian pertama di Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang.

(40)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua lain-lain sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner, 1992). Manajemen merupakan seni dalam mengelola sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen mengacu pada lima fungsi dasar yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling).

3.1.2 Konsep Strategi

Strategi adalah rencana yang disatukan, luas, dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Jauch dan Glueck, 1988). Strategi merupakan rencana yang menyatukan, luas, dan terpadu. Rencana yang menyatukan artinya strategi menjadi alat yang menyatukan dan mengikat keseluruhan organisasi menjadi satu. Strategi bersifat luas artinya strategi meliputi seluruh aspek penting dalam organisasi. Strategi merupakan rencana yang saling berkaitan satu dengan yang lain berarti strategi memiliki sifat terpadu.

(41)

Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar (David, 2006). Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai sasaran atau tujuan yang bersifat jangka panjang. Sasaran merupakan hal yang ingin dicapai oleh organisasi dan strategi merupakan rencana organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Strategi yang dilakukan dalam organisasi dapat berupa ekspansi geografis, diversifikasi, pengembangan produk, divestasi, likuidasi, akuisisi, dan joint venture.

Strategi sangat menentukan bagaimana perkembangan dan kemajuan organisasi dalam jangka panjang. Karena itu, para penyusun strategi merupakan individu yang paling menentukan kemajuan dalam sebuah organisasi.

3.1.3 Konsep Manajemen Strategis

Manajemen strategis merupakan suatu tindakan yang direncanakan dan dilakukan untuk menghasilkan strategi yang efektif agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen strategis (strategic management) dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya (David, 2006). Menurut Crown Dirgantoro (2004), manajemen strategis adalah suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat match dengan lingkungannya atau dengan kata lain organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahan-perubahan di dalam lingkungan baik yang bersifat internal maupun eksternal.

(42)

Proses manajemen strategis adalah jalan yang dilalui oleh para pengambil keputusan strategi untuk menentukan sasaran organisasi dan membuat kesimpulan strategis yang berkesinambungan. Manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menetukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (Hunger dan Wheelen, 2003).

Fokus dalam manajemen strategi mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi untuk mencapai keberhasilan dalam organisasi. Manajemen strategi dibutuhkan oleh organisasi agar dapat menang dalam kompetisi. Manajemen strategi menghasilkan rencana dari pilihan berbagai alternatif yang baik. Tujuan dari manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang (perencanaan jangka panjang) dan mencoba mengoptimalkan tren sekarang untuk masa datang (David, 2006).

Manajemen strategi merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Perubahan komponen utama dalam model manajemen strategi dapat mengakibatkan perubahan dalam semua komponen lain dalam model manajemen strategi. Aplikasi manajemen strategis berbeda untuk setiap organisasi. Langkah formal dalam manajemen strategis biasanya diterapkan dalam organisasi yang besar, memiliki banyak divisi, pasar maupun produk. Berikut ini model komprehensif manajemen strategi menurut David (2006).

(43)

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis. Sumber : David (2006)

Model komprehensif tersebut merupakan model manajemen strategis yang telah diterima secara luas. Namun dalam penerapannya model tersebut tidak menjamin keberhasilan dalam menerapkan manajemen strategis. Model tersebut membantu dalam menjelaskan proses menajemen strategis untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi strategi.

Bisnis yang menerapkan manajemen strategis akan mendapatkan manfaat bagi organisasinya baik secara finansial maupun non finansial. Bisnis yang menerapkan manajemen strategis akan berdampak positif dalam penigkatan profitabilitas, penjualan, dan produktivitas. Manfaat non finansial yang bisa didapat adalah meningkatnya kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing, meningkatnya produktivitas karyawan,

Mengemba ngkan Pernyataan Visi dan Misi Menjalankan Audit Eksternal Menjalankan Audit Internal Menguk ur dan Mengeva luasi Kinerja Implementasi Strategi- isu manajemen Merumuskan Mengevaluasi dan Memilih Strategi Menetap kan Tujuan Jangka Panjang Implementasi Strategi- isu-isu pemasaran, keuangan, akuntansi, penelitian dan pengembangan,si stem informasi manajemen

(44)

mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan (David, 2006).

3.1.4 Proses Manajemen Strategis

Proses dalam manajemen strategis terdiri dari tiga tahapan (David, 2006) yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

1. Formulasi strategi

Dalam formulasi strategi dilakukan pengembangan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dijalankan.

Formulasi strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan (Rangkuti, 2001). Tahap formulasi strategi pengambil keputusan akan menentukan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis yang harus ditinggalkan, cara mengalokasikan sumberdaya organisasi, apakah akan melakukan ekspansi atau diversifikasi bisnis, dan bagaimana mencegah pengambil alihan secara paksa.

Pengambil keputusan harus menentukan alternatif strategi yang akan menguntungkan organisasi dengan mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh organisasi.

(45)

2. Implementasi Strategi

Implementasi strategi yaitu tahapan dimana alternatif pilihan strategi dijalankan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi, disebut juga sebagai tahap pelaksanaan alternatif strategi pilihan. Alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh sebuah organisasi dapat dikategorikan menjadi 4 jenis dengan 12 tindakan (David, 2006) yaitu :

1. Strategi Integrasi

Strategi ini melibatkan akuisisi kepemilikan atau meningkatkan kontrol terhadap distributor, pemasok atau pesaing. Tipe strategi integrasi terdiri dari :

a. Integrasi ke depan, yaitu peningkatan kontrol terhadap distributor atau pengecer.

b. Integrasi ke belakang, yaitu strategi mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan.

c. Integrasi horizontal, yaitu mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan.

2. Strategi Intensif

Strategi intensif membutuhkan usaha yang intensif agar posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini membaik. Tipe strategi intensif terdiri dari :

a. Penetrasi pasar, yaitu meningkatkan pangsa pasar untuk produk dengan upaya pemasaran yang lebih besar.

(46)

b. Pengembangan pasar, yaitu mengembangkan pasar dengan cara memperkenalkan produk yang sudah ada pada wilayah geografi yang baru.

c. Pengembangan produk, yaitu strategi meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk yang ada atau melakukan modifikasi produk.

3. Strategi Diversifikasi

Strategi ini dilakukan dengan cara mendiversifikasi aktivitas bisnis. Tipe strategi diversifikasi terdiri dari :

a. Diversifikasi konsentrik, yaitu menambah produk yang berhubungan secara umum.

b. Diversifikasi horizontal, yaitu menambah produk baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan yang ada saat ini.

c. Diversifikasi konglomerat, yaitu menambah produk baru yang tidak berkaitan.

4. Strategi Defensif

Tipe strategi defensif terdiri dari :

a. Retrencment, yaitu pengelompokkan ulang melalui penjualan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang menurun.

b. Divestasi, yaitu menjual satu divisi atau bagian suatu organisasi.

c. Likuidasi, yaitu menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-sepotong,untuk nilai riilnya.

(47)

Tahap implementasi strategi pengambil keputusan menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Tahapan implementasi merupakan tahap yang paling sulit karena dalam implementasi strategi melibatkan banyak individu. Tahap ini membutuhkan disiplin, komitmen, dan pengorbanan setiap individu yang terlibat. Strategi dapat dijalankan dengan baik apabila setiap indvidu yang terlibat memiliki motivasi dalam menjalankan strategi yang telah dipilih. Karena itu, kemampuan interpersonal sangat dibutuhkan dalam tahap implementasi strategi ini.

3. Evaluasi Strategi

Tahapan evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategi. Evaluasi strategi dilakukan untuk dapat mengetahui apakah strategi berjalan dengan baik sesuai dengan harapan. Tahap evaluasi strategi berarti mengevaluasi hasil implementasi dan memastikan bahwa strategi yang telah disesuaikan dapat mencapai tujuan perusahaan (Jauch dan Glueck, 1988).

Terdapat tiga aktivitas dasar dalam evaluasi strategi yaitu (1) meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan korektif. Evaluasi dibutuhkan karena faktor eksternal dan internal dalam organisasi selalu berubah sehingga selalu membutuhkan penyesuaian dalam menghadapi perubahan tersebut.

(48)

3.1.5 Formulasi Strategi

Tahap formulasi strategi terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) menentukan visi dan misi, (2) analisis lingkungan internal, (3) analisis lingkungan eksternal, dan (4) menetapkan tujuan jangka panjang.

1) Menentukan Visi, Misi dan Tujuan

Pernyataan visi dan misi memegang peranan yang penting dalam memformulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Pernyataan visi dan misi yang jelas akan menghindarkan perusahaan dari tindakan jangka pendek yang dapat membahayakan kepentingan jangka panjang.

Pernyataan visi menggambarkan apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Pernyataan visi sebaiknya dibuat terlebih dahulu karena pernyataan visi yang jelas berdampak dalam perumusan visi yang komprehensif. Pernyataan visi seharusnya dibuat dalam kalimat yang singkat. Masukan dari semua manajer sangat diperlukan dalam mengembangkan pernyataan visi.

Pernyataan misi merupakan hasil dari pengembangan pernyataan misi yang telah dibuat. Pernyataan misi merupakan pernyataan tujuan jangka panjang yang akan membedakan organisasi dengan organisasi yang serupa. Pernyataan misi menjelaskan tujuan, filosofi, kepercayaan, dan prinsip-prinsip dalam organisasi. Misi mengungkapkan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan. Pernyataan misi dirancang untuk memberikan tuntunan yang teguh dalam pengambilan keputusan manajemen yang penting. Pernyataan misi yang baik harus menjelaskan tujuan dasar dari organisasi, pelanggan, produk atau jasa, pasar, filosofi, dan dasar teknologi.

(49)

Pernyataan visi dan misi memberikan dampak yang positif bagi kinerja dalam organisasi. pernyataan visi dan misi secara tidak langsung berdampak positif pada kinerja keuangan organisasi. Tingkat keterlibatan manajer dan karyawan dalam mengembangkan pernyataan visi dan misi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi.

Tujuan merupakan hasil yang diinginkan oleh organisasi dalam menjalankan misinya. Tujuan akan membantu organisasi dalam melakukan evaluasi, menunjukkan prioritas, menekankan koordinasi, dan memberi dasar untuk aktivitas perencanaan yang efektif, pengorganisasian, alat motivasi dan pengendalian. Tujuan yang ditetapkan dalam organisasi harus disusun secara hierarkis mulai dari yang paling penting sampai yang kurang penting, dapat diukur, dapat dicapai, konsisten, dan menantang untuk dicapai.

2) Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan suatu proses untuk mengkaji faktor keunggulan strategis yang didiagnosa dan dianalisis dalam menetukan kekuatan dan kelemahan internal dengan mana mereka harus menghadapi peluang di dalam dan ancaman dari lingkungan (Jauch dan Glueck, 1988). Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak (Hunger dan Wheelen, 2003). Kekuatan merupakan faktor– faktor yang merupakan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh organisasi di pasar sasaran. Kelemahan merupakan faktor-faktor yang menjadi kelemahan organisasi dibanding dengan pesaingnya dalam pasar.

(50)

Setiap organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda karena itu penting bagi sebuah organisasi untuk mengetahui dengan jelas apa kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi agar dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada di luar organisasi. Selain mengetahui peluang yang menarik di lingkungannya, organisasi perlu juga memiliki keahlian tertentu supaya berhasil memanfaatkan peluang tersebut (Kotler, 2005).

Menjalankan analisis lingkungan internal membutuhkan pengumpulan, asimilasi, dan evaluasi mengenai operasi dalam organisasi. Analisis lingkungan internal sangat bermanfaat bagi seluruh individu dalam organisasi karena mereka akan bekerja lebih baik saat mengetahui bahwa pekerjaan mereka mempengaruhi seluruh aspek dalam organisasi. Hasil dari analisis lingkungan internal ini sering disebut sebagai profil perusahaan.

Aspek-aspek lingkungan internal dapat dilihat melalui pendekatan secara fungsional. Pendekatan fungsional dalam mengkaji aspek lingkungan internal membutuhkan pengumpulan dan pengasimilasian informasi tentang operasi manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, dan sumberdaya manusia.

1. Manajemen

Terdapat lima aktivitas dasar dalam menjalankan fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan merupakan aktivitas yang merupakan persiapan masa depan. Pengorganisasian adalah seluruh aktivitas yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Pemberian motivasi terkait dengan pembentukan perilaku sumber daya manusia dalam organisasi. Pengelolaan staf dipusatkan pada

(51)

manajemen staf dan sumberdaya manusia. Aktivitas pengendalian diarahkan agar seluruh aktivitas berjalan sesuai dengan rencana dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

2. Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses tersebut individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005). Terdapat tujuh fungsi dasar dalam pemasaran yaitu (1) analisis pelanggan, (2) penjualan produk atau jasa (3) perencanaan produk dan jasa, (4) penetapan harga, (5) distribusi, (6) riset pemasaran, dan (7) analisis peluang. Pemasaran merupakan suatu proses dimana organisasi mengenali, menciptakan serta memenuhi kebutuhan pelanggan atas barang atau jasa. Mengelola kekuatan pemasaran yang relatif dalam persaingan dapat menunjukkan indikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. 3. Keuangan

Analisis keuangan bermanfaat dalam menunjukkan dengan tepat kekuatan atau kelemahan perspektif operasi dan strategi dalam lapangan fungsionalnya. Terdapat tiga keputusan dalam fungsi keuangan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan (pembiayaan), dan keputusan deviden (Horne dalam David, 2006). Faktor-faktor keunggulan strategis keuangan dalam organisasi yaitu (1) total sumber dana keuangan dan kekuatannya, (2) biaya modal yang rendah, (3) struktur modal yang efektif, (4) hubungan baik dengan pemilik dan pemegang saham, (5) kondisi pajak yang menguntungkan, (6) perencanaan keuangan dan

Gambar

Tabel  1.  Populasi  Pekerja  Menurut  Lapangan  Usaha  Tahun  2005-2007  (Orang)
Tabel 2.   Produk  Domestik  Bruto  Perdagangan,  Hotel,  dan  Restoran  Atas  Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2002-2007
Tabel 3. Konsumsi  Penduduk  Indonesia  dan  Selisih  Aktual  Terhadap  Kelompok Padi-Padian Tahun 2005-2006 (kg/kapita/tahun)
Tabel 4. Konsumsi  dan  Pengeluaran  Rata-Rata  Per  Kapita  Seminggu  Berbagai Produk Mie Tahun 2002- 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Luaran yang akan dihasilkan dalam program pengabdian kepada masyarakat adalah kemampuan warga, khususnya ibu-ibu PKK Kelurahan Kalipancur dalam berkomunikasi dengan anak

Pengaruh jenis kelamin, pajanan media, peran teman sebaya, pengetahuan penyakit menular seksual, kedekatan keluarga terhadap perilaku berisiko penyakit menular seksual pada

Based on this result, although there is no association between vitamin D and calcium, but there could be altered by lower food intake, sunlight exposure, and tuberculosis

 Makasih buat Fia teman dari semester 7 sampai sekarang dan juga teman satu bimbinganku yang paling baik, makasih selalu bantu aku mengerjakan skripsi ..  Makasih buat

Berdasarkan analisis data ditemukan : Peran guru sebagai motivator dalam mengembangkan keterampilan menulis Arab melalui ekstrakurikuler kaligrafi bagi siswa kelas

Berdasar latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut ” Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan persepsi tentang

Jenis tanah yang kami tinjau dalam penelitian ini merupakan tanah yang memiliki kandungan mineral lempung, dimana tanah lempung adalah kumpulan dari

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu berperan penting dan bertanggung jawab dalam menyediakan dan menyebarkan informasi tentang produk hukum yang ada