• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

Provinsi Maluku

KAJIAN FISKAL REGIONAL

Tahun 2020

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan limpahan rahmat-Nya, kami dapat menyusun Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Maluku Tahun 2020. Penyusunan KFR yang merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Treasury Regional Office) ini, setidaknya melibatkan seluruh pihak yang berkompeten pada praktik penyelenggaraan kebijakan di Provinsi Maluku. Pembangunan di bidang perekonomian menjadi kunci kemajuan di masyarakat, dimulai dengan budaya penelitian yang pada dasarnya merupakan bagian dari budaya kerja organisasi modern. Dengan melakukan pendalaman permasalahan melalui riset, diharapkan akan diperoleh suatu solusi yang seimbang, obyektif dan komprehensif dalam pengambilan putusan.

Penyusunan KFR ini adalah amanah yang harus dilaksanakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan pada setiap tahun, guna mengetahui kinerja sosial ekonomi masyarakat dan kinerja fiskal daerah untuk periode satu tahun. Penyusunan KFR ini juga sebagai media pembelajaran yang sangat berharga bagi segenap insan Ditjen Perbendaharaan dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Proses penyusunan KFR ini, merupakan tantangan yang harus dilalui khususnya dalam memaksimalkan pengumpulan data/informasi, yang tersebar di berbagai instansi dan media massa untuk selanjutnya dianalisis sehingga kajian yang dihasilkan dapat komprehensif dan aktual.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan KFR ini sehingga dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah akan membalas semua pengorbanan dan kebaikannya Bapak/Ibu sekalian dengan kebaikan yang setara ataupun yang lebih baik lagi. Dengan keterbatasan yang ada, kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan ke arah yang lebih baik. Akhirnya, kami berharap semoga kajian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak serta dapat menjadi tambahan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca semuanya dalam rangka menuju Maluku yang lebih baik.

Ambon, 27 Februari 2021

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ………..………..i i DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... viii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ix

DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONAL ... xii

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH ... 1

1.1. PENDAHULUAN ... 1

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH ... 1

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ... 2

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ... 2

1.3. TANTANGAN DAERAH ... 5

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah ... 5

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan ... 7

1.3.3. Tantangan Geografis Wilayah ... 10

1.3.4. Tantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19 ... 12

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 15

2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL ... 15

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto ... 15

2.1.2. Suku bunga ... 19

2.1.3. Inflasi ... 20

2.1.4. Nilai tukar ... 22

2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ... 22

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 23

2.2.2. Tingkat Kemiskinan ... 24

2.2.3. Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) ... 25

2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran ... 27

2.2.5. Nilai Tukar Petani (NTP) ... 28

2.2.6. Nilai Tukar Nelayan (NTN) ... 29

2.3. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ... 30

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL ... 33

3.1. APBN TINGKAT PROVINSI ... 33

3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 33

3.2.1. Penerimaan Perpajakan ... 34

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 36

3.2.3. Penerimaan Hibah ... 37

3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 37

3.3.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi ... 38

3.3.2. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi ... 38

3.3.3. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja ... 37

3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA ... 41

3.5. ANALISIS CASH FLOW APBN TINGKAT REGIONAL ... 42

3.5.1. Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara) ... 43

3.5.2. Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD) ... 43

3.5.3. Surplus/Defisit ... 43

(4)

3.6.1. Satker BLU Universitas Pattimura ... 44

3.6.2. Satker BLU RS Bhayangkara Ambon ... 45

3.6.3. Satker BLU RST Prof.dr.J.A. Latumenten Ambon... 46

3.7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT ... 47

3.7.1. Penerusan pinjaman ... 47

3.7.2. Kredit program ... 49

3.8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH ... 53

3.8.1. Mandatory Spending di Daerah... 53

3.8.2. Belanja Infrastruktur ... 54

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 56

4.1. APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) ... 56

4.2. PENDAPATAN DAERAH ... 57

4.2.1. Dana Transfer/Perimbangan ... 57

4.2.2. Pendapatan Asli Daerah ... 58

4.2.3. Pendapatan Lain-Lain ... 60

4.3. BELANJA DAERAH ... 60

4.3.1. APBD Menurut Klasifikasi Urusan ... 60

4.3.2. APBD Menurut Fungsi ... 61

4.3.3. APBD Menurut Jenis Belanja ... 62

4.3.4. Analisis Rasio Belanja Pegawai dan Belanja Modal ... 62

4.4. Perkembangan BLU Daerah ... 63

4.4.1. Profil dan Layanan Satker BLUD ... 63

4.4.2. Perkembangan Pengelolaan Aset, dan PNBP BLU Daerah ... 64

4.5. SURPLUS/DEFISIT APBD ... 64

4.6. PEMBIAYAAN ... 65

4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ... 65

4.7.1. Analisis Horizontal dan Vertikal ... 65

4.7.2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah ... 66

4.8. PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH ... 67

4.8.1. Belanja Daerah Sektor Pendidikan ... 67

4.8.2. Belanja Daerah Sektor Kesehatan ... 68

4.8.3. Belanja Infrastruktur Daerah ... 69

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 71

5.1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN ... 71

5.2. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ... 72

5.2.1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 72

5.2.2. Rasio Pajak Per Kapita ... 73

5.2.3. Rasio Pajak Terhadap PDRB ... 73

5.3. BELANJA KONSOLIDASIAN ... 74

5.3.1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 74

5.3.2. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Belanja Total ... 75

5.3.3. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk ... 75

5.3.4. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Belanja Total Per Fungsi 76 5.4. SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN ... 78

5.5. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT... 78

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 81 6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH ... 83

6.1.1. Sektor Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan... 83

6.1.2. Sektor Perdagangan Besar, Eceran, serta Reparasi Kendaraan Roda Dua dan Empat ... 87

6.2. SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN/KOTA ... 87

6.3. SEKTOR POTENSIAL PROVINSI ... 91

6.4. SEKTOR POTENSIAL KABUPATEN/KOTA ... 93

6.5. TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH .. 97

(5)

iv

6.5.2. Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah ... 98

6.5.3. Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat - Daerah... 100

BAB VII ANALISIS TEMATIK... 102

7.1. LATAR BELAKANG ... 102

7.2. REALISASI PROGRAM PEN PEMERINTAH PUSAT DI PROVINSI MALUKU (APBN) ... 103

7.2.1. Klaster Kesehatan ... 103

7.2.2. Klaster Perlindungan Sosial ... 104

7.2.3. Klaster Sektoral K/L dan Pemerintah Daerah ... 105

7.2.4. Klaster Dukungan UMKM ... 106

7.2.5. Klaster Pembiayaan Korporasi ... 106

7.3. REALISASI PROGRAM PEN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI MALUKU (APBD) ... 107

7.3.1. Pemerintah Provinsi Maluku ... 108

7.3.2. Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara ... 110

7.4. KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

7.4.1. Kesimpulan ... 111

7.4.2. Saran ... 111

BAB VIII PENUTUP ... 112

8.1. KESIMPULAN ... 112

8.2. REKOMENDASI... 114

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Target Kinerja Provinsi Maluku 2019-2024……….. 4

Gambar 1.2 Persebaran penduduk di Maluku………... 8

Gambar 1.3 Peta Wilayah Maluku………. 10

Gambar 1.4 Perkembangan Kasus COVID-19 Provinsi Maluku Tahun 2020………… 12

Gambar 1.5 Peta Risiko Kasus COVID-19 Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Per 28 Juni 2020……… 13

Gambar 2.1 Realisasi Indikator Makroekonomi Provinsi Maluku Tahun 2020………. 15

Gambar 2.2 Realisasi PDRB (C to C) dan (q to q) daerah Maluku dan Papua Tahun 2020………... 16

Gambar 2.3 Nilai Suku Bunga Kredit pada Akhir Tahun 2018 -2020 ………. 20

Gambar 2.4 Realisasi Inflasi Provinsi Maluku, Regional, dan Nasional secara kumulatif Tahun 2018 s.d 2020……….. 20

Gambar 2.5 Tujuan dan Jumlah Ekspor Komoditas Non-Tambang Provinsi Maluku Tahun 2019 – 2020………. 22

Gambar 2.6 Realisasi Kesejahteraan Provinsi Maluku berdasarkan RPJMD ……….. 22

Gambar 2.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Kawasan Sulampua Tahun 2018 s.d. 2020……….………. 23

Gambar 2.8 Tingkat Kemiskinan pada Kawasan Sulampua Tahun 2018 s.d. 2020…. 25 Gambar 2.9 Distribusi Pengeluaran Penduduk di Provinsi Maluku September 2019, Maret 2020, dan September 2020……… 26

Gambar 2.10 Target dan Realisasi Indikator Makro Ekonomi dan Indikator Kesejahteraan Provinsi Maluku Tahun 2020………... 30

Gambar 3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi Arus Kas Masuk di Maluku…….….. 43

Gambar 4.1 Realisasi Pajak Daerah Kota Ambon (dalam miliar rupiah)………….…... 59

Gambar 4.2 Alokasi APBD Per Urusan Lingkup Provinsi Maluku 2018-2020………… 61

Gambar 4.3 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku 2018-2020 (miliar rupiah)……….. 62

Gambar 4.4 Peta Kapasitas Fiskal Daerah Pemda Lingkup Provinsi Maluku………... 66

Gambar 4.5 Alokasi Belanja Pendidikan Lingkup Provinsi Maluku Per Jenis Belanja TA 2020………... 67

Gambar 4.6 Alokasi Belanja Kesehatan Lingkup Provinsi Maluku Per Jenis Belanja TA 2020……….. 68

Gambar 6.1 Tipologi Klassen Sektor Perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2020… 82 Gambar 6.2 Produksi Tanaman Perkebunan Di Provinsi Maluku Tahun 2014-2018... 84

Gambar 6.3 Populasi ternak di Provinsi Maluku tahun 2014-2018……….. 86

Gambar 6.4 Luas kerusakan kawasan hutan Provinsi Maluku tahun 2014-2017…… 86

Gambar 6.5 Analisa Keunggulan Ekonomi di Provinsi Maluku tahun 2019…………. 88

Gambar 6.6 Sektor Perekonomian Potensial di Provinsi Maluku Tahun 2019……… 94

Gambar 7.1 Klaster Kesehatan Program PEN di Maluku……… 103

Gambar 7.2 Klaster Perlindungan Sosial Program PEN di Maluku………. 104

Gambar 7.3 Klaster Sektoral K/L dan Pemda Program PEN di Maluku………. 105

Gambar 7.4 Klaster Dukungan UMKM Program PEN di Maluku……….. 106

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Nominal PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran Tahun

Dasar 2010, Tahun 2017 - 2020 (Miliar Rp.)………... 17

Tabel 2.2 Nilai Nominal PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010, Tahun 2016 - 2020 (Miliar)……….………. 18

Tabel 2.3 IHK dan Andil per kelompok Kota Ambon periode Desember 2020……….. 21

Tabel 2.4 IHK dan Andil per kelompok Kota Tual periode Desember 2020……… 21

Tabel 2.5 Tingkat Kemiskinan Penduduk di Provinsi Maluku Tahun 2016-2020 ... 24

Tabel 2.6 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kawasan Sulampua Tahun 2020……….. 28

Tabel 3.1 APBN Provinsi Maluku Tahun 2018 s.d. 2020 (miliar)……… 33

Tabel 3.2 Realisasi Pendapatan APBN di Maluku tahun 2018 – 2020 (miliar)………... 34

Tabel 3.3 Penerimaan PNBP 2015-2020 di Maluku (miliar)………. 36

Tabel 3.4 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Provinsi Maluku Tahun 2018 - 2019 (miliar)………... 38

Tabel 3.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi Perjenis Belanja Di Maluku 2018 -2020 (miliar)………. 39

Tabel 3.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi Perjenis Kewenangan Di Provinsi Maluku Tahun 2018-2020 (miliar)……… 41

Tabel 3.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer di Maluku (miliar)………….. 42

Tabel 3.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer di Maluku (miliar)…………. 45

Tabel 3.9 Posisi Keuangan BLU RS Bhayangkara 2017 – 2020 (miliar)………. 46

Tabel 3.10 Posisi Keuangan BLU RST Latumenten 2017 – 2020 (miliar)…………... 47

Tabel 3.11 Profil Penerusan Pinjaman Pemerintah Provinsi Maluku……… 48

Tabel 3.12 Profil Penerusan Pinjaman PDAM Kota Ambon………. 48

Tabel 3.13 Perkembangan Debitur KUR Provinsi Maluku 2015 – 2020 (miliar)……….. 49

Tabel 3.14 Penyaluran UMi di Provinsi Maluku s.d 31 Desember 2020……… 52

Tabel 3.15 Perbandingan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Anggaran Pendidikan di Maluku (miliar)………. 54

Tabel 3.16 Perbandingan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Anggaran Kesehatan di Maluku (miliar)………. 54

Tabel 3.17 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Infrastruktur per Kabupaten / Kota di Maluku (miliar)………. 55

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku 2018-2020 (miliar rupiah)……… 56

Tabel 4.2 Realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Provinsi Maluku (2018-2020) dalam miliar rupiah………. 57

Tabel 4.3 Ruang Fiskal Pemda Provinsi Maluku 2018-2020 (dalam miliar rupiah)……….. 57

Tabel 4.4 Rasio Kemandirian Fiskal Pemda Provinsi Maluku 2018-2020……….. 58

Tabel 4.5 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pemda Provinsi Maluku 2018-2020... 58

Tabel 4.6 Rasio PAD Terhadap Belanja Daerah 2018-2020……… 59

Tabel 4.7 Rasio SILPA Terhadap DAU dan DBH 2018-2020……….. 60

Tabel 4.8 Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah TA 2018-2020 (miliar rupiah)………... 60

Tabel 4.9 Alokasi dan Realisasi APBD Per Fungsi Lingkup Provinsi Maluku 2018-2020 (miliar rupiah)……… 61

Tabel 4.10 Alokasi dan Realisasi APBD Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Maluku 2018-2020………... 63

Tabel 4.11 Total Aset dan Pagu PNBP Satker BLUD Provinsi Maluku (miliar)………. 63

Tabel 4.12 Rasio Surplus/Defisit Pemda Lingkup Provinsi Maluku TA 2018-2020………….. 64

Tabel 4.13 Perkembangan Rasio SILPA APBD Lingkup Provinsi Maluku TA 2018-2020 …. 65 Tabel 4.14 Perkembangan Pengeluaran Pembiayaan APBD Lingkup Provinsi Maluku TA 2018-2020……… 65

(8)

Tabel 4.15 Perkembangan Realisasi PAD Per Pemda lingkup Provinsi Maluku 2018-2020

(miliar rupiah)……… 65

Tabel 4.16 Perkembangan Realisasi Belanja per Akun lingkup Provinsi Maluku 2018-2020 (miliar rupiah)………. 66

Tabel 4.17 Perkembangan Persentase Belanja Pendidikan Pemda lingkup Provinsi Maluku Tahun 2016 s.d. 2020………. 67

Tabel 4.18 Rasio Belanja Kesehatan Per Kapita dengan Umur Harapan Hidup (UHH) 2018-2019……….. 68

Tabel 4.19 Rasio Belanja Kesehatan Per Kapita dengan Umur Harapan Hidup (UHH) 2018-2019……… 69

Tabel 4.20 Persentase Belanja Infrastruktur Per Pemda Terhadap Dana Transfer Umum TA 2018 – 2020 ……….. 70

Tabel 5.1 Rasio Belanja Konsolidasi Terhadap PDRB Prov Maluku 2019-2020 (milliar)….. 71

Tabel 5.2 Rasio Pajak Per Kapita Provinsi Maluku TA 2018 – 2020……….. 73

Tabel 5.3 Tax Ratio Provinsi Maluku TA 2018 – 2020……… 73

Tabel 5.4 Belanja Konsolidasian Per Jenis Belanja Provinsi Maluku TA 2018 – 2020……. 74

Tabel 5.5 Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja Konsolidasian Provinsi Maluku TA 2019 – 2020……… 75

Tabel 5.6 Belanja Konsolidasian Per Kapita Di Wilayah Maluku TA 2018 – 2020…………... 75

Tabel 5.7 Belanja Konsolidasian Per Fungsi Provinsi Maluku TA 2018 – 2020……….. 77

Tabel 5.8 Komponen IPM Provinsi Maluku TA 2018 – 2020………..……….. 77

Tabel 5.9 Surplus/Defisit Laporan Konsolidasian Provinsi Maluku TA 2018 – 2020………. 78

Tabel 5.10 Laporan Operasional (LO) GFS Provinsi Maluku TA 2020 (miliar)……… 79

Tabel 5.11 Rasio Beban dan PMTB Terhadap PDRB TA 2019 - 2020 (miliar)………. 79

Table 6.1 Produksi Tanaman Pangan Provinsi Maluku Tahun 2014-2018……… 84

Tabel 6.2 Populasi Ternak di Provinsi Maluku tahun 2014-2018……… 85

Tabel 6.3 Pagu Realiasi APBN Per Sub Fungsi TA 2019 – 2020………. 97

Tabel 6.4 Pagu Realiasi APBN Per Sub Fungsi TA 2019 – 2020………. 98

Tabel 6.5 Perbandingan Pagu Dak Fisik Untuk Sektor Unggulan Provinsi Maluku………... 98

Tabel 6.6 Alokasi Anggaran Untuk Sub Fungsi Sektor Unggulan Provinsi Maluku TA 2020……….. 99

Tabel 7.1 Refocusing APBD Tingkat Provinsi Untuk Program PC PEN di Maluku Tahun 2020 (miliar)……… 108

Tabel 7.2 Refocusing APBD Pemerintah Provinsi PC PEN di Maluku TA 2020 (juta)…….. 108

Tabel 7.3 Klaster Kesehatan Pemerintah Provinsi Maluku TA 2020 (juta)……….. 109

Tabel 7.4 Klaster Perlindungan Sosial Pemerintah Provinsi Maluku TA 2020 (juta)……… 109

Tabel 7.5 Klaster Sektoral K/L dan Pemda Pemerintah Provinsi Maluku TA 2020 (juta)…. 109 Tabel 7.6 Klaster UMKM Pemerintah Provinsi Maluku TA 2020 (juta)……….. 110

Tabel 7.7 Klaster Pembiayaan Korporasi Pemerintah Provinsi Maluku TA 2020………….. 110

Tabel 7.8 Data Refocusing APBD Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara TA 2020 (juta)………. 110

(9)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Maluku dan Regional tahun 2018-2020…... 16

Grafik 2.2 Realisasi Triwulanan PDRB Menurut Pengeluaran ADHK Tahun 2019 -2020………... 17

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan Per Kapita Maluku dan Regional tahun 2016 – 2020………... 19

Grafik 2.4 Indeks BI-7 Days Reverse Repo Tahun 2018 -2020………..….….. 20

Grafik 2.5 Trend Penutup Nilai Pasar Rupiah pada Akhir Tahun 2016 – 2020…... 22

Grafik 2.6 Trend P1 dan P2 di Provinsi Maluku Tahun 2017 s.d. 2020………….…... 24

Grafik 2.7 Rasio Gini Provinsi Maluku Bulan September Tahun 2018 – 2020………. 24

Grafik 2.8 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kawasan Sulampua Tahun 2020.. 27

Grafik 2.9 Indeks NTP Provinsi Maluku Tahun 2018 s.d 2020………... 28

Grafik 2.10 Indeks NTN Provinsi Maluku Tahun 2018 s.d 2020……….. 29

Grafik 3.1 Penerimaan Pajak Pusat di Maluku (miliar)………... 34

Grafik 3.2 Realisasi Pendapatan APBN di Maluku tahun 2020 per bulan……….. 35

Grafik 3.3 Perkembangan Tax Ratio Maluku Tahun 2013-2020……… 35

Grafik 3.4 Perkembangan Pengelolaan Aset BLU Unpatti (miliar)……….. 44

Grafik 3.5 Penyaluran KUR Provinsi Maluku per Sektor 2015 – 2020………. 50

Grafik 3.6 Perkembangan Penyaluran KUR Per Wilayah di Maluku Tahun 2015-2020 (miliar)………. 51

Grafik 3.7 Perkembangan Penyaluran KUR Per Skema di Maluku Tahun 2015-2020 (miliar)……….. 51

Grafik 5.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian Provinsi Maluku… 72 Grafik 5.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan Konsolidasian 2018-2020 (miliar)… 72 Grafik 5.3 Rasio Belanja Konsolidasi Terhadap PDRB Prov Maluku 2019-2020 (miliar)……….. 74

Grafik 5.4 Rasio Belanja Konsolidasi Per Kapita Per Kabupaten/Kota Prov Maluku 2018-2020 (milliar)……… 76

Grafik 6.1 Luas kerusakan kawasan hutan Provinsi Maluku tahun 2014-2017……… 87

Grafik 6.2 Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Provinsi Maluku Tahun 2014-2017… 92 Grafik 6.3 Jumlah Wisatawan Nusantara ke Provinsi Maluku Tahun 2014-2017…….. 92

Grafik 6.4 Jumlah Wisatawan Lokal ke Provinsi Maluku Tahun 2014-2017…………... 93

(10)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pemerintah Provinsi Maluku telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang kemudian dijabarkan dalan Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang bersifat tahunan. Dari tantangan-tantangan pembangunan Maluku yang telah diidentifikasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan investasi dan peningkatan konektivitas antar wilayah untuk orang, barang dan informasi menjadi aspek yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku tahun 2020 mencapai -3,42%, melambat dari tahun sebelumnya sebesar 5,57%. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku yang melambat terjadi pada pengeluaran sektor Ekspor dengan penurunan sebesar 24,93% dan diikuti oleh pengeluaran konsumsi PMTB sebesar 3,29%. Dari segi nominal, pengeluaran terbesar terjadi pada sektor konsumsi rumah tangga dengan realisasi total sebesar Rp.20,16 triliun. Sementara dari sisi lapangan usaha tidak mengalami perubahan berarti. Nilai nominal PDRB dari realisasi sektor lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan masih memiliki nilai tertinggi yakni total Rp.7,35 triliun dengan kontribusi sebesar 23,9%.

Inflasi tahun 2020 di Maluku disumbang oleh sektor transportasi yang mengalami deflasi sebesar 8,93% dengan IHK sebesar 103,57. Komoditas penyumbang deflasi adalah angkutan udara. Sedangkan kelompok penyumbang inflasi tertinggi adalah sektor perawatan pribadi dan jasa lainnya yakni sebesar 4,60% dengan IHK sebesar 109,89. Komoditas penyumbang inflasi yakni cukur rambut. Secara kumulatif, laju inflasi Provinsi Maluku pada tahun 2020 mencapai 1.68%, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 2,08%. Bahkan pada tahun ini, laju inflasi Provinsi Maluku berada di bawah capaian nasional.

Dari sisi kesejahteraan, terjadi peningkatan kualitas hidup masyarakat di Provinsi Maluku yang tercermin dari pencapaian IPM yang menunjukan kenaikan mencapai 69,49 lebih tinggi dari tahun 2019 sebesar 69,45. Tingkat kemiskinan yang mengalami kenaikan menjadi sebesar 17,99% dan tingkat pengangguran yang berkurang menjadi 7,57% walaupun masih lebih tinggi dibandingkan capaian nasional. Hal ini seiring laju inflasi yang terkendali, peningkatan belanja pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan melalui DAK Fisik dan Dana Desa.

Dari 6 target indikator, hanya satu indikator yang melebihi target yaitu IPM. Berdasarkan dokumen Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) tahun 2020 Provinsi Maluku mempunyai target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar 6,24 persen sedangkan realisasi sebesar -3,42% Artinya dalam tahun 2020 masih jauh dibawah target.

Target penerimaan pajak di Provinsi Maluku untuk tahun 2020 sebesar Rp1.498,58 miliar dengan realisasi sebesar Rp1.421,93 miliar atau mencapai 94,88%, sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp18,76 triliun atau sekitar 96,59% dari pagu. Penerimaan perpajakan untuk tahun 2020 belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan, meskipun target pajak tahun ini telah lebih rendah dari tahun lalu.

Penerimaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai masih mendominasi perolehan di tahun 2020. Belanja negara tahun 2020 menurun dari tahun 2019 dimana Kepolisian Republik Indonesia melakukan realisasi tertinggi yakni 100,55% sedangkan realisasi terendah ada pada Kementerian Kesehatan sebesar 50,64%.

Tax ratio Provinsi Maluku tahun 2020 sebesar 4,62%, mengalami tren penurunan dalam tiga tahun ini. Hal ini memberikan gambaran kemauan masyarakat Provinsi Maluku dalam membayar pajak semakin menurun. Ketergantungan Provinsi Maluku kepada Pemerintah pusat masih sangat

(11)

x

tinggi, khususnya dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal. Kemandirian fiskal Maluku masih sangat rendah. PAD yang diperoleh selama tahun 2014- 2020 masih kurang dari 10% atas seluruh pendapatan yang diterima. Pada tahun 2020, rasio PAD terhadap total pendapatan hanya sebesar 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ketergantungan Maluku kepada dana dari pemerintah pusat sebesar 94,5% dalam upaya menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan. Inovasi perpajakan di bidang IT seperti e-filing, e-billing, e- registration,e-bukpot, dan sejenisnya harus diperkuat untuk meningkatkan pelayanan, yang bermuara pada naiknya tingkat kepatuhan pajak. pemeriksaan dan extra effort penggalian potensi perlu terus ditingkatkan.

Pemerintah pusat berupaya mendorong laju perekonomian Provinsi Maluku melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sampai dengan akhir Desember 2020, jumlah penyaluran KUR di Provinsi Maluku sebesar Rp3,00 triliun dengan jumlah debitur sebesar 119.068. Perdagangan Besar dan Eceran merupakan sektor yang memiliki jumlah penyaluran KUR terbesar mencapai Rp1,78 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 65.336 nasabah. Seluruh stakeholder perlu mengupayakan agar mendorong penyaluran KUR ke sektor lainnya yang lebih produktif, seperti sektor pertanian, perikanan dan industri pengolahan, dapat diekspansi lebih jauh dalam upaya menggerakkan roda perekonomian Maluku.

Dari sisi pelaksanaan APBD, realisasi pendapatan APBD tahun 2020 di Provinsi Maluku mengalami penurunan sebesar 12,50% dibandingkan realisasi tahun 2019, yaitu dari Rp13,26 triliun (95,57% dari target), dari sebelumnya Rp14,18 triliun. Sementara itu Realisasi Belanja dan Transfer secara agregat tahun 2020 adalah sebesar Rp12,29 triliun (80,51% dari pagu) mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2019 yang sebesar Rp14,06 triliun. Jenis belanja yang mengalami kenaikan yang sangat signifikan adalah belanja tidak terduga yaitu sebesar 1075,3%, yang dipergunakan untuk penanganan dan pencegahan COVID-19.

Sampai dengan akhir tahun 2020 pendapatan negara konsolidasian di Provinsi Maluku adalah sebesar Rp3,11 triliun atau turun sebesar 1,66% dibandingkan tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp3,16 Triliun. Turunnya pendapatan konsolidasian dipengaruhi oleh turunnya pendapatan bukan pajak sebesar 6,25% dan pendapatan hibah sebesar Rp83,01% meskipun pendapatan perpajakan mengalami kenaikan sebesar 3,51%. Penurunan pendapatan bukan pajak konsolidasi dipengaruhi oleh penurunan Lain-Lain PAD yang sah dari pemerintah daerah sebesar Rp65,11 miliar.

Dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share (SSA) dengan diperkuat analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) tahun 2014-2020, diperoleh sektor-sektor ekonomi yang menghasilkan nilai PDRB Provinsi Maluku tertinggi dan sektor basis. Selanjutnya, pemetaan sektor-sektor ekonomi yang menghasilkan realisasi pertumbuhan PDRB terbesar pada masing-rnasing unsur dan dapat dijadikan sebagai basis ekonomi dan memiliki kemampuan yang kompetitif diantaranya pada sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang menghasilkan nilai PDRB tinggi dengan nilai rata rata skor sebesar 2,14 dimana pada tingkat provinsi menunjukkan nilai PDRB dengan porsi sebesar 23,90% dari total nilai PDRB Provinsi Maluku. Sektor jasa keuangan juga termasuk sektor unggulan karena merupakan sektor basis dan memiliki kemampuan kompetitif dibandingkan sektor lainnya dengan nilai rata-rata skor pada analisis LQ sebesar 1,11. Sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor merupakan sektor unggulan selanjutnya dengan melihat nilai rata-rata skor pada analissi LQ sebesar 1,27.

Sementara itu dengan metode yang sama dikelompokkan sektor-sektor ekonomi yang menghasilkan nilai PDRB Provinsi Maluku tinggi dan memiliki kemampuan kompetitif yang mencukupi namun bukan merupakan sektor basis. Dengan analisis ini diperoleh kesimpulan sektor-sektor yang mempunyai potensi untuk berkembang lebih kuat. Hal ini terdapat antara lain pada industri pengolahan dengan nilai rata rata skor LQ sebesar 0,29 dimana pada tingkat provinsi

(12)

menunjukkan nilai PDRB dengan porsi sebesar 5,24% dari total nilai PDRB Provinsi Maluku. Berikutnya sektor kontruksi dengan nilai rata rata skor LQ sebesar 0,81 Sedangkan sektor Pengadaan listrik dan gas terhitung potensial dengan nilai rata rata skor LQ sebesar 0,11. Provinsi Maluku sebagai salah satu provinsi di wilayah Indonesia timur merupakan salah satu barometer pembangunan dan stabilitas ekonomi nasional, khususnya dikawasan bagian timur Indonesia. Oleh sebab itu penyelenggaran kebijakan fiskal dari pusat maupun di daerah perlu berfokus kepada peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, serta diselaraskan dengan prioritas nasional. Percepatan belanja menjadi kunci awal dalam upaya melakukan sinkronisasi kebijakan fiskal di pusat dan di Maluku. Perlunya peningkatan konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto untuk mendorong PDRB. Diperlukan adanya konektifitas dalam sistem keuangan antara pusat dan daerah sehingga dapat lebih memperjelas arah penggunaan dana APBN dan APBD. Selain itu perlunya kejelasan tugas dan fungsi pengelola anggaran baik dipusat maupun daerah untuk mengefektifkan penggunaan anggaran. Untuk itu Maluku perlu mempersiapkan diri dengan berusaha melakukan peningkatan daya saing dari Sumber Daya Manusia yang ada di wilayah Maluku. Sedangkan untuk pembiayaan, Maluku dapat meningkatkan upaya dengan menginisiasi Pembiayaan Kreatif. Beberapa opsi pembiayaan bisa digunakan antara lain pinjaman daerah, obligasi daerah dan KPBU. Upaya sinkronisasi kebijakan fiskal pusat dan daerah perlu dipertimbangkan dalam bentuk pendanaan terintegrasi yang mengintegrasikan seluruh sumber pendanaan APBN, APBD, Swasta untuk semua kegiatan, terutama penyediaan dan pembangunan infrastruktur.

Pemerintah Provinsi Maluku melalui Organisasi Perangkat Daerahnya telah berkoordinasi dalam upaya pencegahan meluasnya pandemi covid-19. Dengan anggaran refocusing APBD sebesar Rp92,97 miliar dibagi menjadi 5 klaster sesuai PMK-185/PMK.02/2020 yaitu klaster kesehatan, klaster perlindungan sosial, klaster sectoral K/L dan Pemda, klaster UMKM dan klaster pembiayaan korporasi. Sselanjutnya, perlu adanya sinergi antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dalam meningkatkan koordinasi dalam upaya bersama pencegahan meluasnya pandemi covid-19.

(13)
(14)
(15)
(16)

1.1 PENDAHULUAN

Kebijakan fiskal merupakan alat pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab dalam memastikan tercapainya sasaran yang sudah ditetapkan. Dengan tiga fungsi utama fiskal, yaitu sebagai alat alokasi, alat distribusi, dan alat stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan kesejahteraan masyarakat di daerah, sehingga, keberhasilan dari suatu kebijakan fiskal dapat terlihat dari perbaikan indikator makro ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Sesuai dengan Undang-Undang Keuangan Nomor 17 Tahun 2003, pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden, sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota. Oleh karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah, maka diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan keuangan, sehingga tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai.

Pemerintah Provinsi Maluku memiliki visi dan misi untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Untuk mencapai hal tersebut , maka harus didukung dengan

program kerja yang tepat sasaran serta alokasi pendanaan yang mencukupi, baik pendanaan yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) maupun transfer dari pemerintah pusat. Pengelolaan anggaran tersebut harus dilakukan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

Hal pertama yang harus menjadi dasar bagi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah bagaimana pemerintah daerah mampu memetakan terlebih dahulu tantangan-tantangan yang dihadapi di wilayahnya, baik dari sisi ekonomi, sosial-kependudukan wilayah dan lainnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab permasalahan yang dihadapi di daerah.

Dalam menghadapi tantangan dan permasalahan yang terjadi di wilayahnya, Pemerintah Daerah Provinsi Maluku telah menyusun visi, misi, sasaran/target dan rencana kerja pemerintah daerah. Semua hal tersebut tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RPJMD dan RKPD tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua perangkat Pemerintah Daerah Provinsi Maluku dalam menyusun rencana program kegiatannya dan melaksanakan semua kegiatan tersebut.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

(17)

2

1.2.1 Berdasarkan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku tahun 2019-2024 merupakan penjabaran dari visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, dimana visi pembangunan daerah Maluku dalam RPJMD Provinsi Maluku Tahun 2019 - 2024 adalah: “Maluku yang Terkelola Secara Jujur, Bersih dan Melayani, Terjamin Dalam Kesejahteraan dan Berdaulat atas Gugusan Kepulauan.” Makna yang termuat dalam visi pembangunan Provinsi Maluku jangka menengah tersebut dijabarkan dalam beberapa sasaran sebagai berikut :

a. Maluku yang terkelola secara jujur, bersih dan melayani.

Seluruh jajaran pemerintahan Provinsi Maluku harus bebas dari segala bentuk praktek korupsi, kolusi dan nepotisme serta memiliki kewajiban melayani masyarakat dengan hati yang jujur dalam penyelenggaraan pemerintahan di Maluku.

b. Maluku yang terjamin dalam Kesejahteraan

Gubernur dan Wakil Gubernur beserta seluruh jajaran pemerintahan Provinsi Maluku, memiliki komitmen kuat untuk menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memperkecil kesenjangan sosial dan ekonomi di seluruh Provinsi Maluku

c. Maluku yang berdaulat atas gugusan kepulauan

Pengelolaan sumber daya alam di seluruh wilayah Provinsi Maluku dilakukan dengan memanfaatkan segala kewenangan yang ada untuk sebesar-besarnya kesejahteraan seluruh masyarakat Maluku.

1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah Provinsi Maluku menetapkan 6 misi yang merupakan kesinambungan sekaligus upaya pemantapan kualitas pembangunan dari misi sebelumnya (2014-2019). Ke-6 misi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan birokrasi yang dinamis, jujur, bersih dan melayani

Misi ini menggambarkan wujud reformasi birokrasi yang ingin dicapai, yaitu Good Governance atau tata kelola pemerintahan yang baik, yang dimanifestasikan dalam berbagai skala berupa aparatur sipil negara (ASN) yang profesional, tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, responsif, kolaboratif dan komunikatif, optimalisasi pelayanan publik, akuntabilitas serta pengawasan yng intensif.

b. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, murah dan terjangkau

Misi ini adalah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan baik guru maupun murid, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta

memastikan tata kelola

penyelenggaraan pendidikan berbiaya murah dan terjangkau secara merata di seluruh wilayah Provinsi Maluku.

(18)

Demikian halnya dengan sektor kesehatan, misi ini diarahkan untuk mewujudkan ketersediaan tenaga medis serta sarana dan prasarana kesehatan secara merata, murah dan terjangkau di seluruh wilayah kepulauan Maluku dengan dukungan tata kelola penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik, akan memberikan dampak terhadap meningkatnya kualitas SDM serta kesejahteraan masyarakat hingga ke pulau-pulau terpencil, terdepan dan terluar.

c. Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan

Misi ini menggambarkan potensi sumber daya alam di seluruh wilayah kepulauan Maluku yang dikelola secara baik dan memberi manfaat untuk kesejahteraan seluruh masyarakat melalui peningkatan ketrampilan petani dan nelayan, peningkatan daya saing produk sumber daya alam, dukungan terhadap industri kecil dan menengah, meningkatkan ketahanan pangan dan semakin fokus dalam upaya percepatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dengan memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan, adaptasi perubahan iklim dan mitigasi bencana serta tata ruang.

d. Peningkatan infrastruktur dan konektivitas gugus pulau

Misi ini bertujuan untuk mengoptimalkan implementasi pembangunan berbasis gugus pulau,

dengan meningkatkan akses transportasi serta ketersediaan infrastruktur wilayah dan infrastruktur dasar secara merata dan berkualitas di seluruh wilayah kepulauan Maluku. Aksesibilitas dan konektivitas wilayah menjadi kebutuhan mutlak dalam

pemerataan pembangunan.

Pembangunan infrastruktur di Provinsi Maluku akan terus didorong dengan mengupayakan sumber-sumber pendanaan di luar APBD dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. e. Meningkatkan suasana kondusif untuk

investasi, budaya dan pariwisata

Misi kelima bertujuan untuk menjamin stabilitas keamanan yang kondusif secara berkelanjutan dengan senatiasa membangun kerja sama yang baik dan saling mendukung antara pemerintah daerah, TNI dan POLRI serta seluruh komponen masyarakat, disertai memperkuat budaya dan kearifan lokal yang merupakan jati diri orang Maluku dengan senantiasa tetap menghargai multikulturalisme sehingga dapat memberi landasan yang positif terhadap masuknya investasi serta berkembangnya pariwisata daerah. f. Mewujudkan sumber daya manusia yang

profesional, kreatif, mandiri dan berprestasi

Misi ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing,

(19)

4

memiliki kreatifitas yang tinggi secara mandiri terutama bagi generasi muda serta mendorong pencapaian prestasi olahraga melalui pembinaan, penyediaan sarana dan prasarana olahraga. Misi ini juga menegaskan prinsip tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu tidak seorangpun ditinggalkan (no one left behind).

Berdasarkan isu strategis dan prioritas pembangunan daerah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka disusun Rencana Kerja dan Pendanaan Tahun 2020. Rencana Kerja dan Pendanaan tersebut telah mengakomodir Urusan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Urusan Wajib dan Urusan Pilihan. Urusan Wajib terdiri dari : pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum; perumahan; penataan ruang; perencanaan pembangunan; perhubungan; lingkungan hidup; pertanahan; kependudukan dan catatan sipil; pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; sosial; ketenagakerjaan; koperasi dan usaha kecil menegah; penanaman modal; kebudayaan;

kepemudaan dan olah raga; kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; ketahanan pangan; pemberdayaan masyarakat dan desa; statistik; kearsipan; komunikasi dan informatika; serta perpustakaan. Sedangkan urusan Pilihan terdiri dari : pertanian; kehutanan; energi dan sumber daya mineral; pariwisata; kelautan dan perikanan; perdagangan; industri; dan ketransmigrasian. RKPD Provinsi Maluku Tahun 2020 memiliki beberapa sasaran pembangunan yaitu:

a. Peningkatan kinerja pemerintah daerah. b. Peningkatan akses pelayanan kesehatan

yang bermutu dan merata.

c. Peningkatan produktivitas pertanian, perikanan dan kehutanan.

d. Terwujudnya konektivitas wilayah dan ketersediaan infrastruktur.

e. Peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja

f. Peningkatan pariwisata daerah g. Peningkatan ketahanan pangan.

h. Peningkatan sumber daya manusia yang berdaya saing

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 mengarahkan pengembangan wilayah Provinsi Maluku untuk mewujudkan birokrasi yang dinamis, jujur, bersih dan melayani, yang bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih serta meningkatkan kerjasama antar pemerintahan. Ukuran yang digunakan

Sumber : RPJMD Provinsi Maluku 2019-2024 Gambar

(20)

untuk menggambarkan pencapaian tujuan pada misi ini diantaranya adalah : indeks reformasi birokrasi, opini BPK atas laporan keuangan, LAKIP serta tingkat efektivitas kerjasama pemerintah daerah. Strategi yang akan dilakukan sesuai kewenangan pemerintah provinsi diantaranya adalah: a. Peningkatan akuntabilitas keuangan daerah; b. Pengelolaan aset yang profesional; c. Peningkatan kinerja kelembagaan; d. Peningkatan kualitas reformasi birokrasi; e. Peningkatan efektivitas dan efisiensi perencanaan, pengendalian dan evaluasi serta pengawasan berbasis teknologi informasi; dan f. Peningkatan kompetensi aparatur.

Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana. Major Project di provinsi Maluku adalah Pengembangan Kota Baru seperti Ibukota Kabupaten Maluku Barat Daya di Tiakur. Selain itu untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana. Terkait dengan hal tersebut perlu dilakukan identifikasi tantangan yang akan dihadapi Maluku dimasa yang akan datang dari sisi ekonomi daerah, sosial kependudukan dan geografi wilayah.

1.3 TANTANGAN DAERAH

1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah

Saat ini perekonomian Indonesia masih akan menghadapi berbagai tantangan, baik tantangan global maupun

domestik. Dari sisi global, risiko ketidakpastian di pasar keuangan global menurun seiring dengan menyempitnya divergensi kebijakan moneter negara maju. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dunia ke depan berisiko berjalan lambat dan diiringi oleh berlanjutnya tren penurunan komoditas global. Meskipun risiko ketidakpastian di pasar keuangan global menurun, terdapat risiko yang bersumber dari kondisi perekonomian Tiongkok yang masih lemah. Dengan berbagai kondisi tersebut, aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia, akan membaik meskipun cenderung moderat dan mata uang dolar AS masih berada dalam tren penguatan. Dalam skala regional, perekonomian kawasan yang semakin terintegrasi serta besarnya peran Tiongkok dalam perekonomian negara berkembang lainnya menghadapi dampak rambatan dari proses rebalancing ekonomi Tiongkok. Dari sisi domestik, penguatan perekonomian nasional masih menghadapi sejumlah permasalahan struktural.

Terdapat beberapa tantangan yang mengiringi ketidakpastian ekonomi global, terutama risiko belum solidnya prospek pertumbuhan ekonomi global dan masih melemahnya harga komoditas. Di sisi pasar keuangan global, kondisi perekonomian Tiongkok yang belum stabil dapat memicu kembali peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global. Risiko ketidakpastian di pasar keuangan global menurun terkait dengan menyempitnya divergensi kebijakan moneter di negara maju, namun risiko yang

(21)

6

bersumber dari masih lemahnya perekonomian Tiongkok tetap harus diwaspadai.

Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menciptakan tantangan dan peluang ke depan yang semakin beragam. Peluang Indonesia cukup besar untuk menjadi basis produksi untuk menjadi pemasok dalam rantai nilai ASEAN dan global. Dengan dihapuskannya tarif (perdagangan bebas) maka total potensi pasar akan membesar dan produk domestik diharapkan mampu bersaing dengan produk dari negara pesaing. Akan tetapi, jika peluang ini tidak dipersiapkan dengan baik dikhawatirkan bahwa Indonesia hanya akan menjadi target pasar bagi produk barang dan jasa dari negara MEA lainnya.

Di sisi domestik, tantangan struktural terkait: (i) ketahanan pangan, energi, dan air; (ii) daya saing industri, maritim, dan pariwisata; (iii) pembiayaan jangka panjang; dan (iv) ekonomi inklusif. Tantangan Perekonomian Domestik, upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif masih akan menghadapi sejumlah tantangan. Meskipun rata-rata pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dalam 10 tahun terakhir, Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan struktural yang menghambat pencapaian pertumbuhan potensialnya. Permasalahan tersebut antara lain rentannya kecukupan pangan, energi, dan air, tidak berimbangnya struktur industri, dan rendahnya produktivitas yang menyebabkan ketertinggalan dari rantai nilai global, masih

dangkalnya struktur pasar keuangan domestik, serta kesenjangan ekonomi yang meningkat

Pada tahun 2020, sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi berasal dari lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi yaitu sebesar 0,34% dan diikuti lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 0,31%. Kinerja ekonomi yang lebih baik tersebut ditopang oleh daya beli yang tetap resilien sejalan dengan ekspansi kelas menengah yang tetap berlanjut. Pada tahun 2020, dengan berbagai kebijakan yang diambil untuk mengendalikan inflasi, inflasi tidak berada dalam rentang target yang ditetapkan 3,0±1%, melainkan berada pada angka 1,69%. Sumber tekanan inflasi antara lain berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau serta pakaian dan alas kaki.

Kondisi ekonomi nasional tersebut tentunya juga berpengaruh terhadap kondisi perekonomian regional. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku terkontraksi sebesar 3,42% dan masih jauh dibawah target yang ditetapkan yakni antara 6,02% – 6,38%. Pertumbuhan ekonomi terkontraksi karena adanya pandemi COVID-19 yang tentu mempengaruhi berbagai sektor termasuk ekonomi. Selain itu, neraca perdagangan Provinsi Maluku masih minus, dimana nilai ekspor masih belum berkembang sesuai dengan harapan. Masih minimnya ekspor komoditas perikanan dan rempah, serta peningkatan eksportir yang minim menyebabkan rendahnya nilai ekspor Provinsi Maluku. Tingkat kemiskinan dan

(22)

tingkat pengangguran yang masih tinggi perlu menjadi perhatian pemerintah daerah. Hal tersebut dapat menunjukkan masih rendahnya tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Pemerintah daerah perlu membuat program kerja yang dapat berpengaruh langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat didukung dengan lebih mengefektifkan pelaksanaan kegiatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan Dana Desa. Selain itu pelaku usaha mikro juga perlu didorong untuk semakin berkembang melalui pendampingan, pelatihan maupun pemberian akses permodalan melalui program Kresit Usaha Rakyat (KUR) atau Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)

Sejalan dengan tantangan ekonomi global dan domestik yang kemungkinan akan berimplikasi terhadap perekonomian Maluku, maka sejumlah tantangan yang masih akan terjadi di Provinsi Maluku antara lain :

1. Rasio kelistrikan Provinsi Maluku baru mencapai 89,45%

2. Tidak adanya industri pengungkit yang berlokasi di Maluku.

3. Rasio kemandirian Provinsi Maluku yang baru mencapai 5,55%

4. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, terutama akibat keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesehatan;

5. Tingkat kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi;

6. Kemampuan produksi pangan, terutama pangan strategis (beras), dimana saat

ini baru mencapai 58% produksi beras terhadap kebutuhan penduduk Maluku. Sementara 89% penduduk Maluku mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok.

1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan a. Sebaran Penduduk

Sensus Penduduk tahun 2020 mencatat penduduk Maluku pada bulan September 2020 sebanyak 1.848,92 ribu jiwa. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya, jumlah penduduk Maluku terus mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, laju pertumbuhan penduduk Maluku ialah sebesar 1,83% per tahun. Terdapat pengurangan laju pertumbuhan penduduk hampir satu persen jika dibandingkan dengan periode 2000-2010 yang sebesar 2,80 persen.

Dengan luas daratan Maluku sebesar 46,9 ribukilometer persegi, maka kepadatan penduduk Maluku sebanyak 39 juta jiwa persegi. Angka ini meningkat dari hasil sensus penduduk tahun 2000 yang mencatat kepadatan penduduk Maluku sebanyak 25 juta jiwa per kilometer persegi dan sensus penduduk tahun 2010 yang mencapai 39 juta jiwa per kilometer persegi. Sebaran penduduk Maluku masih terkonsentrasi di Maluku Tengah sebesar 22,88% dan sebaran penduduk terbesar kedua terdapat di Kota Ambon dengan jumlah penduduk sebanyak 347,28 ribu orang, yaitu sebesar 18,78%. Dengan luas wilayah yang sempit namun dihuni oleh banyak jiwa menjadikan kota Ambon daerah terpadat di Maluku

(23)

8

dengan tingkat kepadatan 1.163 jiwa per kilometer persegi.

Penyebaran penduduk yang tidak merata menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi terjadi secara tidak merata di wilayah Provinsi Maluku. Masyarakat dari daerah pinggiran memutuskan berpindah ke wilayah Ambon dan Maluku Tengah karena melihat aktivitas ekonomi yang lebih tinggi dan kemungkinan akan memberikan penghasilan yang lebih tinggi. Jika hal ini terus berlanjut, maka ketimpangan perekonomian antara Ambon dan Maluku Tengah dengan wilayah yang lain akan semakin tinggi. Untuk menghindari hal tersebut, Pemerintah daerah perlu mengembangkan pusat perekonomian di semua wilayah Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Maluku dengan harapan akan menghindari perpindahan penduduk dan mempercepat pemerataan perekonomian di semua wilayah Provinsi Maluku.

b. Tingkat Pengangguran

Berdasarkan Indeks Daya Saing Global 2017-2018 (WEF: Global

Competitiveness Report 2017-2018),

Indonesia terus mengalami kenaikan peringkat daya saing global, dari peringkat ke-50 (2013) menjadi ke-36 (2018). Namun, peringkat daya saing kita akan naik lebih cepat jika kita mampu memperbaiki daya saing di pilar pendidikan, kesehatan, dan kesiapan teknologi. Menurut Forum Ekonomi Dunia (WEF), daya saing suatu negara ditentukan oleh tiga pendorong utama, yaitu dorongan faktor produksi (factor-driven), dorongan efisiensi (efficiency-driven), dan dorongan inovasi (innovation-driven). Kebijakan pemerintah membangun infrastruktur fisik dan memperbaiki tata kelola pemerintahan selama empat tahun terakhir berdampak positif terhadap peningkatan daya saing yang bersifat

factor-driven. Jumlah penduduk yang besar

dengan daya beli yang terus meningkat menjadikan Indonesia memiliki modal daya saing dari sisi efficiency-driven.

Kondisi yang berkembang saat ini dipicu oleh revolusi digital dan teknologi informasi yang berkembang sejak awal 2000 yang memudahkan orang untuk mengakses informasi dan pengetahuan, mempromosikan produknya, dan melakukan ekspansi pasar. Namun, perkembangan jaman saat ini juga menciptakan tantangan di era bonus demografi karena ancaman untuk terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri juga meningkat. Tantangan ini berpotensi menjadi ancaman bagi bonus demografi jika kita tidak segera membangun SDM dengan kompetensi inovasi. Inovasi bersumber dari pengetahuan baru dan

Sumber : BPS Provinsi Maluku (data diolah) Gambar

(24)

lulusan terlatih yang dihasilkan sekolah dan universitas. Namun, WEF menjelaskan bahwa sebagian besar sistem pendidikan saat ini masih mengacu pada model yang dikembangkan seabad lalu. Pemerintah perlu segera menyempurnakan sistem pendidikan, ekosistem inovasi melalui sistem dan lingkungan yang mendukung berkembangnya inovasi.

Sistem pendidikan harus menghasilkan manusia unggul yang berkarakter, inovatif, dan berbakat tinggi. Tak ada pilihan lain, kita harus mengembangkan strategi pendidikan yang adaptif terhadap perubahan orientasi pembangunan saat ini, agar

innovation-driven yang menjadi prasyarat kemajuan

dapat berkembang dan mendukung peningkatan daya saing Indonesia, dan Maluku khususnya.

Jika daya saing meningkat, investasi juga akan meningkat, kesempatan kerja di sektor formal terbuka lebar, memberi kesempatan bagi penduduk usia produktif kita untuk dapat bekerja dan menciptakan lapangan kerja yang layak. Dengan demikian, Maluku akan mampu mentransformasikan bonus demografi menjadi bonus ekonomi.

Struktur umur penduduk Maluku masih didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah mencapai 69% jumlah penduduk atau sekitar 1,26 juta jiwa. Jumlah angkatan kerja di Maluku pada 2020 tercatat sebanyak 839.190 orang, bertambah sebanyak 26.538 orang atau terjadi peningkatan angkatan kerja sebesar 3,27

persen. Sementara jumlah penduduk yang bekerja di Maluku pada Agustus 2020 sebanyak 775.701 orang, bertambah sebanyak 17.449 orang dibanding keadaan Agustus 2019 yang tercatat sebanyak 758.252 orang. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jumlah orang yang bekerja dalam satu tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 2,30 persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Jika dilihat berdasarkan wilayah, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding TPT di perdesaan. Jumlah penganggur pada Agustus 2020 di Maluku tercatat sebanyak 63.489 orang mengalami peningkatan sebanyak 9.089 orang atau sebesar 16.71 persen dibanding keadaan Agustus 2019 yang tercatat sebanyak 54.400 orang. Dengan demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku mengalami peningkatan dari 6,69 persen pada Agustus 2019 menjadi 7,57 persen pada Agustus 2020.

Periode bonus demografi yang lebih pendek mengharuskan kita bekerja lebih cepat untuk meraih manfaat sebelum bonus demografi berakhir. Transformasi bonus demografi menjadi bonus ekonomi akan terwujud jika penduduk usia produktif yang termasuk angkatan kerja dapat bekerja secara layak dan sejahtera. Jika ingin pekerja Maluku bekerja lebih layak dan sejahtera, proporsi pekerja di sektor formal

(25)

10

harus ditingkatkan dengan memperbaiki daya saing sehingga mampu mendorong peningkatan investasi di sektor formal.

Tantangan Maluku di bidang sosial kependudukan adalah pembenahan dalam hal kualitas (SDM) lokal di Maluku. Peningkatan kebutuhan tenaga kerja dengan bidang kerja yang semakin berkembang tidak diikuti dengan peningkatan skill tenaga kerja yang ada saat ini. Sebagian besar tidak dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja dengan keahlian khusus. Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan untuk membuat suatu strategi, bukan hanya meningkatkan lapangan kerja, tapi juga membentuk SDM yang berkualitas. Hal ini diharapkan bisa mendukung pengembangan sektor energi melalui pembangunan 25 blok migas Maluku dimana 15 blok migas dikelola oleh investor asing. Sisa 10 blok yang lainnya masih dalam proses kontestasi penawaran kepemilikan ke para investor di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) seperti Blok Masela, Blok Babar Selaru, juga ada Blok Pulau Moa Selatan, dan Blok Roma. Keberadaan sektor-sektor ini harus diikuti dengan penyiapan sumber daya manusia atau SDM. Maluku harus betul-betul menyiapkan pendidikan pelatihan vokasional yang sesuai dengan arah pengembangan potensi daerah agar provinsi Maluku semakin banyak memiliki tenaga kerja yang terampil dan yang kompetitif.

1.3.3 Tantangan Geografi Wilayah

Provinsi Maluku terletak di antara 2o30’-9o Lintang Selatan dan 124o-136o Bujur

Timur. Secara administrasi, Provinsi Maluku

berbatasan dengan Laut Seram di sebelah utara, Laut Indonesia dan Laut Arafura di sebelah selatan, Pulau Papua di sebelah timur dan Laut Sulawesi di sebelah barat. Secara geostrategik, wilayah kepulauan Maluku terletak pada posisi silang geopolitik dan geoekonomi serta merupakan jalur pernting lintas perdagangan internasional yakni ALKI 3. Wilayah Kepulauan Maluku berhadapan langsung dengan kawasan Asia Pasifik dan kawasan Australia serta Oceania. Posisi Maluku cukup strategis yakni sebagai wilayah yang berada pada kawasan perbatasan dengan Australia dan Timor Leste, sehingga ke depannya perlu membangun konektivitas wilayah sebagai pintu gerbang bagian selatan Indonesia.

Pulau terbesar di provinsi Maluku adalah Pulau Seram (18.625 km²), Pulau Buru (9.000 km²), Pulau Yamdena (5.085 km²) dan Pulau Wetar (3.624 km²). Provinsi Maluku juga memiliki 4 (empat) gunung dimana gunung tertinggi adalah Gunung Binaya dengan ketinggian 3.055 meter di atas permukaan laut di Pulau Seram. Gunung tertinggi kedua adalah Gunung

Sumber : wikipedia.org Gambar

(26)

Kapala Madan yang berada di Pulau Buru, Kabupaten Buru dengan ketinggian 2.429 meter di atas permukaan laut. Selanjutnya adalah Gunung Salahutu yang berada di Pulau Ambon dengan ketinggian 1.036 meter di atas permukaan laut.

Selain terdapat gunung, di Provinsi Maluku juga terdapat 11 danau yang tersebar di 5 (lima) kabupaten/kota, diantaranya Danau Tihu di Pulau Wetar, Danau Abiel dan Danau Ngilngof di Kepulauan Kei Kecil, Danau Fan di Pulau Dulla, Danau Ohoillim di Kepulauan Kei Besar, Danau Telaga Raja di Pulau Seram, Danau Tihu Suli, Danau Kaitetu dan Danau Laha di Pulau Ambon serta Danau Rana di Pulau Buru.

Kondisi topografi Kepulauan Maluku meliputi dataran rendah, berbukit dan gunung. Wilayah kabupaten/kota dengan topografi dataran rendah yakni Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Buru serta Kabupaten Buru Selatan.

Kondisi topografi di Wilayah Pulau Buru dan pulau-pulau di sekitarnya memiliki kemiringan 0-3%, 3-8%, 8-15% dan 15-30%. Untuk Pulau Buru daerah dengan kemiringan 0-3% tersebar di sekitar pesisir Utara. Ketinggian di Pulau Buru terdiri dari tiga klasifikasi yaitu 0-100 meter, 100-500 meter dan >500 meter. Kawasan dengan ketinggian 0-100 meter tersebar di pesisir sebelah utara dan selatan, ketinggian

100-500 meter banyak tersebar di sebelah barat Pulau Buru.

Kondisi topografi di Pulau Seram dan Ambon mayoritas berada pada kemiringan 8-15%, 15-30% dan 30-45%. Daerah dengan kemiringan 3-8% banyak tersebar di wilayah Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah. Ketinggian di Pulau Seram hampir serupa dengan ketinggian di Pulau Buru terdiri dari tiga klasifikasi yaitu 0-100 meter, 100-500 meter dan >500 meter. Kawasan dengan ketinggian 0-100 meter tersebar di pesisir sekeliling Pulau Seram, sementara itu ketinggian 100-500 meter pada kawasan agak ke tengah Pulau Seram, sedangkan kawasan dengan ketinggian >500 meter terletak di tengah Pulau Seram.

Kondisi topografi di wilayah Kepulauan Kei dibagi menjadi lereng datar (0-3%), landai (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15-30%), curam (30-50%) dan sangat curam (>(30-50%). Ketinggian dari muka laut dibagi menjadi 3 (tiga) kelas ketinggian, yaitu kelas rendah dengan ketinggian 0-100 meter, kelas tengah dengan ketinggian 100-500 meter dan kelas tinggi dengan ketinggian >500 meter.

Kondisi topografi di wilayah Kepulauan Aru dibagi menjadi dataran (0-3%), landai (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15-30%), curam (30-50%) dan sangat curam >50%. Sedangkan kondisi ketinggian dari muka laut dibagi menjadi 3 (tiga) kelas ketinggian, yaitu ketinggian 0-100 meter, ketinggian 0-100-500 meter, dan ketinggian >500 meter.

(27)

12

Kondisi topografi kepulauan di Wilayah Maluku Tenggara Barat dibagi menjadi 3 (tiga) gugus pulau, yaitu Gugus Pulau Tanimbar, Kepulauan Babar, dan Kepulauan Pulau-Pulau Terselatan dan Wetar. Bentuk lahan di Gugus Pulau Tanimbar terdiri atas dataran, berbukit dan bergunung. Bentuk lahan di Kepulauan Babar secara makro (makro relief) terdiri atas: dataran, berbukit dan bergunung, yang dibagi menjadi dataran (0-3%), landai/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15-30%), curam (30-50%), dan sangat curam (>50%). Bentuk lahan di Gugus Kepulauan Terselatan dan Wetar terdiri atas dataran, berbukit dan bergunung, secara rinci bentuk lahan dibagi menjadi datar (0-3%), landai/berombak (3-8%), agak curam (15-30%), curam (30-50%) dan sangat curam (>(30-50%). Kondisi bentuk lahan dan kemiringan lereng serta luasnya pada Gugus Pulau Terselatan dan Wetar.

Tantangan utama yang dihadapi oleh Maluku adalah soal konektivitas. Mimpi untuk mewujudkan jalur trans Maluku “Sabuk Maluku” yang menghubungkan antar pulau dari Pulau Buru hingga Pulau Wetar dengan transportasi darat dan laut perlu direalisasikan, mulai dari pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, hingga bandara.

Pemerintah daerah perlu menyelesaikan masalah konektivitas ini dengan percepatan pembangunan infrastruktur, mulai dari jalan, jembatan, pelabuhan sampai dengan bandara berikut

jaringan komunikasi dengan melibatkan agensi-agensi pemerintah yang berkecimpung dalam penyediaan prasarana telekomunikasi. Dengan semakin mudahnya konektivitas antar wilayah bagi masyarakat di Provinsi Maluku, maka bukan hanya akan memudahkan mobilitas barang dan orang serta informasi, namun juga akan menurunkan biaya logistik sehingga mampu menggerakkan perekonomian di seluruh daerah di Maluku secara lebih merata untuk mencapai tujuan.

1.3.4. Tantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19

Adanya pandemi COVID-19, yang pertama kali diumumkan oleh Pemerintah pada tanggal 2 Maret, dengan cepat telah menyebar ke seluruh pelosok negeri, tidak terkecuali Provinsi Maluku.

Dari gambar di atas dapat dilihat, kasus positif COVID-19 di Provinsi Maluku meningkat dengan cepat. Pada bulan Mei, kasus positif adalah 223 orang, dan pada bulan Juni meningkat lebih dari 2 kali lipat

Gambar 1.4

Perkembangan Kasus COVID-19 Provinsi Maluku Tahun 2020

(28)

menjadi 742 orang. Persentase penambahan kasus COVID-19 di Provinsi Maluku mengalami peningatan lebih dari 50% sampai bulan September 2020. Selanjutnya mulai bulan Oktober 2020, persentase penambahan kasus positif mengalami penurunan setiap bulannya dan pada bulan Desember 2020 penambahan kasus positif covid adalah 24,55% dibandingkan bulan sebelumnya.

Sedangkan jika dilihat dari peta risiko per tanggal 28 Juni 2020, dari 11 Kabupaten/Kota, terdapat 1 daerah yang berada pada zona merah atau risiko tinggi yaitu Kota Ambon. Sedangkan 6 daerah lain berada pada zona orange (risiko sedang), 1 daerah tidak ada kasus dan 3 daerah tidak terdampak yaitu Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara dan Kepulauan Aru. Meskipun secara jumlah daerah hanya 1 daerah yang berada pada zona merah, namun hal ini menjadi perhatian karena Kota

Ambon adalah ibukota provinsi sebagai pusat perekonomian di Maluku.

Menyikapi perkembangan kasus positif COVID-19 yang terus meningkat, pada tanggal 16 April 2020, Gubernur Maluku Murad Ismail menetapka pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Regional (PSBR) di wilayah Maluku.Dalam penerapan PSBR ini Pemprov Maluku mendirikan pos di pintu masuk Kota Ambon untuk memeriksa orang menuju dan keluar dari Ambon. Jadi kebijakan ini belum memberikan dampak terhadap pembatasan dan aktivitas perekonomian masyarakat.

Setelah melalui persetujuan Kementerian Kesehatan, Pemkot Ambon pada tanggal 22 Juni 2020 menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kebijakan ini membawa dampak pada aktivitas perekonomian masyarakat terkait dengan pembatasan jam operasional pasar, pertokoan dan restoran.

Sepanjang tahun 2020, pemkot Ambon menerapkan 2 kali kebijakan PSBB dan 11 kali kebijakan PSBB transisi. Sementara itu, beberapa Kabupaten/Kota juga mengeluarkan kebijakan penutupan akses masuk bandara dan pelabuhan. Seperti Kabupaten Kepulauan Tanimbar yang melakukan penutupan akses tranportasi udara dan laut dari tanggal 15

Gambar 1.5

Peta Risiko Kasus COVID-19 Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku

Per 28 Juni 2020

(29)

14

September 2020 sampai dengan 15 Oktober 2020.

Penutupan akses transportasi, pembatasan aktivitas masyarakat dan pembatasan mobilisasi masyarakat pada level nasional telah memberikan dampak yang cukup besar pada perputaran roda perekonomian pemda di Provinsi Maluku. Hal ini tentunya berdampak pada penurunan pendapatan pemerintah daerah dari pajak daerah dan retribusi. Kota Ambon menjadi wilayah yang paling terdampak mengingat jumlah kasus positif yang paling besar, peta risiko dan kebijakan pembatasan yang ditetapkan pemerintah daerah..

Dengan kondisi tersebut pemda bersikap rasional dan melakukan penyesuaian target PAD pada APBD. Pendapatan transfer pemerintah pusat juga mengalami pemotongan sebagai konsekuensi dari perubahan fokus APBN dalam penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Jika dilihat dari data APBD Perubahan Pemda lingkup Provinsi Maluku, target pendapatan daerah mengalami penurunanan sebesar 8,06%.

Dengan kondisi potensi pendapatan yang mengalami penurunan, disisi lain, pemda harus mengalokasikan anggaran untuk pencegahan dan penanganan COVID-19 serta pemulihan ekonomi di daerah. Kesiapan fasilitas kesehatan dan tenaga

kesehatan menjadi hal paling krusial yang harus dipersiapkan oleh pemda dalam menghadapi pandemi COVID-19. Dilihat dari data, jumlah rumah sakit rujukan COVID-19 di Provinsi Maluku cukup terbatas, di setiap kabupaten/Kota hanya tersedia 1 rumah sakit, kecuali Kota Ambon terdapat 5 rumah sakit rujukan dan Maluku Tengah terdapat 3 rumah sakit rujukan. Dengan fakta tersebut pemda harus mengalokasian anggaran dalam rangka penambahan fasilitas kesehatan, obat-obatan dan perlengkapan untuk tenaga kesehatan. Anggaran untuk pencegahan dan penanganan COVID-19 tersebut tersebut diperoeh dari hasil

refocusing APBD. APBD Perubahan lingkup

pemda Provinsi Maluku menunjukkan belanja daerah hanya berkurang sebesar 0,55% dari APBD awal. Target pendapatan yang berkurang cukup besar dan belanja daerah yang relatif tidak berkurang menyebabkan defisit APBD semakin besar, dan sebagian besar defisit tersebut ditutup dari SILPA Tahun anggaran sebelumnya.

SUMMARY

Visi pembangunan daerah Maluku adalah: “Maluku yang Terkelola Secara Jujur, Bersih dan Melayani, Terjamin Dalam Kesejahteraan dan Berdaulat atas Gugusan Kepulauan.” Dalam mewujudkan visi tersebut, ada 3 tantangan yang

dihadapi, yaitu tantangan ekonomi daerah, tantangan geografi wilayah, dan tantangan

(30)

Gambar

Gambar  2.2  memperlihatkan  laju  pertumbuhan  ekonomi  tertinggi  tercatat  pada Provinsi Maluku Utara, yakni sebesar  4,92% dan pertumbuhan terendah tercatat  pada Provinsi Maluku sebesar -0,92%.
Tabel di atas juga menunjukkan kesenjangan
Tabel  5.6  di  bawah  menunjukkan  bahwa  belanja  konsolidasian  per  kapita  di  wilayah  Maluku  pada  tahun  2020  sebesar  Rp10,66  juta/jiwa, mengalami penurunan dibandingkan  tahun  2019  yang  tercatat  sebesar  Rp12,00  juta/jiwa

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Mahkamah Konstitusi pasal subpoena masih relevan sepanjang penggunaannya hanya untuk penyelidikan dengan hak angket, namun Mahkamah juga menyatakan Kepolisian

Tabel 5 membantu menjelaskan penyebab turunya posisi daya saing Indonesia pada tahun 2016 (41, turun 4 peringkat) dengan melihat perkembangan indikator pilar-pilar daya saing

2 Kebijakan bantuan LLR pada bank syariah ini dikenal dengan FPJPS (Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah)X adalah fasilitas pendanaan berdasarkan prinsip syariah dari Bank

Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : (1.) Ada pengaruh sari rimpang jahe (Zingiber officinale) terhadap jumlah koloni bakteri

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan kasus HIV-AIDS di Kabupaten Jember

Sebagaimana telah penulis jelaskan bahwa Rumah Sakit Roemani didirikan tidak semata-mata hanya untuk memperoleh keuntungan saja, tetapi tujuan yang lebih utama

Grafik pengaruh faktor C terhadap beban maksimum Berdasarkan Gambar diatas, dapat dilihat pada grafik bahwa rasio tulangan 0,8 % berada dibawah dari rasio tulangan 1,6 %