x ABSTRAK
Anak putus sekolah merupakan masalah yang harus diperhatikan karena putus sekolah adalah salah satu masalah pendidikan yang tidak pernah ada akhirnya.Bahkan masalah ini tidak dapat dipecahkan karena sudah menjadi akar. Putus sekolah bukan saja terjadi karena faktor ekonomi keluarga, tetapi keluarga yang broken home merupakan faktor dari anak putus sekolah. Hal ini dialami oleh anak-anak yang berada di jemaat Sapti. Masalah anak
putus sekolah bukanlah hal yang baru diketahui oleh gereja. Anak-anak yang merupakan bagian dari gereja juga perlu diperhatikan oleh gereja sendiri. Oleh karena itu tulisan ini
bertujuan untuk mengetahui peran gereja serta faktor-faktor yang mempengaruhi gereja dalam menyikapi persoalan anak putus sekolah. Metode yang dipakai dalam tulisan ini adalah metode kepustakaan dan metode lapangan. Metode lapangan dilakukan dalam bentuk wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa selama ini yang dilakukan oleh pihak gereja terhadap anak-anak putus sekolah adalah pelayanan pastoral saja dan tidak ada tindakan yang dapat memberdayakan. Gereja sudah mengetahuinya, akan tetapi belum ditangani dengan sungguh-sungguh. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak berhenti sekolah selain ekonomi keluarga yang melemah, faktor internal seperti malas juga sebagai pemicu anak putus sekolah. Anak yang sering dimarahi oleh guru di sekolah, hamil, akibat dari konflik Maluku, keluarga yang tidak harmonis, IQ lemah, salah penempatan ruang belajar oleh guru, diskors, membuat sehingga anak harus berhenti sekolah sebelum dinyatakan lulus.