• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Bab

7

Rencana Pembangunan

Infrastruktur Cipta Karya

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

Pemerintah Kabupaten Padang Lawas berkewajiban memberikan akses kepada masyarakat

untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan

sosial. Hal ini dikarenakan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia.

Pengembangan permukiman pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan

dan pedesaan di wilayah Kabupaten Padang Lawas yang layak huni (liveable), aman,

nyaman, damai, sejahtera dan berkelanjutan. Alasan utama adalah banyak terdapat

masyarakat yang belum mengenal rumah sehat. Hal ini disebabkan karena daerah – daerah

kampung yang sangat jauh dan terpencil, sulit dijangkau, dengan prasarana transportasi

yang terbatas. Pengembangan permukiman dapat meliputi pembangunan sarana dan

prasarana dasar suatu permukiman, pembangunan perumahan RSH khususnya bagi warga

yang berpenghasilan rendah. Selain itu aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola,

struktur, serta bahan material yang digunakan.

Sesuai dengan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas tahun 2011-2031, maka wewenang

Pemerintah Kab. Padang Lawas dalam pengembangan permukiman antara lain:

- Memberikan kemudahan perizinan pembangunan rumah/perumahan yang sesuai

peruntukan

- Membangun prasarana permukiman

- Membangun fasilitas umum dan sosial

- Memberikan kepastian hukum dan nasehat teknis untuk bangunan tahan gempa yang

dibangun pada kawasan bebas bencana

(2)

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman

Pola permukiman di Kabupaten Padang Lawas pada umumnya dikembangkan dengan pola

linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan perumahan dan

permukiman di Kabupaten Padang Lawas saat ini diarahkan pada pengembangan

perumahan dan permukiman pada masyarakat lokal yang berada di daerah pinggiran dengan

pendapatan atau penghasil yang rendah.

Sesuai dengan arahan kebijakan Ranperda RTRW Kabupaten Padang Lawas yang terkait

pengembangan permukiman, Kawasan permukiman merupakan ruang yang diperuntukan

bagi pengelompokan permukiman penduduk termasuk didalamnya sarana dan prasarana

kegiatan sosial ekonomi bagi penduduk dengan dominasi kegiatan usaha non-pertanian.

Kawasan ini dapat berupa permukiman perkotaan maupun pedesaan. Kawasan permukiman

dikembangkan pada kawasan dengan kriteria sebagai berikut:

- Aksesibilitas yang baik

- Berada dengan pusat kegiatan/terkait dengan kawasan hunian yang sudah ada atau

berkembang

- Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);

- Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara

dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100

liter/org/hari;

- Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);

- Drainase baik sampai sedang;

- Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/ mata air/saluran

pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;

- Tidak berada pada kawasan lindung;

- Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;

- Menghindari sawah irigasi teknis.

Luas areal untuk permukiman di Kabupaten Padang Lawas lebih kurang 37.232 (tigapuluh

tujuh ribu dua ratus tiga puluh dua) ha atau 9,71 % dari luas seluruh Kabupaten Padang

Lawas. Kawasan Permukiman terbagi 2 yakni permukiman perkotaan dan permukiman

pedesaan, dimana lokasinya menyebar di setiap kecamatan. Tapi khusus untuk permukiman

perkotaan terdapat di Kecamatan Barumun, Barumun Tengah, Lubuk Barumun dan Sosa.

7.1.1.1. Permukiman Perkotaan

Kawasan perkotaan dapat diartikan sebagai tempat/lokasi terkonsentrasinya sejumlah

penduduk dengan berbagai aktifitasnya. Yang dicirikan oleh jumlah prasarana dan sarana

aktivitasnya berupa kegiatan jasa, pemerintahan dan perdagangan. Pemukiman perkotaan

(3)

masing-masing kota ibukota kecamatan tersebut lebih berkembang lagi ke arah yang lebih

baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pola pemanfaatan ruang untuk

kawasan permukiman perkotaan dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok

mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan

pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang

strategis.

Luas kawasan yang tergolong kedalam permukiman kawasan perkotaan di wilayah

Kabupaten Padang Lawas adalah lebih kurang 12.157 (duabelas ribu seratus lima puluh

tujuh) Ha atau sekitar 3,13 % dari luas kawasan permukiman yang terdapat di Kabupaten

Padang Lawas. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan

di kabupaten Padang Lawas yaitu :

- Kec. Barumun dengan luas 3.287,78 (tigaribu duaratus delapan puluh delapan) ha

- Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.054,25 ha

- Kec. Lubuk Barumun dengan luas 4.122,42 ha

- Kec. Sosa dengan luas 2.935,52 ha

- Kec. Ulu Barumun dengan luas 756,66 ha.

7.1.1.2. Permukiman Pedesaan

Kawasan pedesaan berdasarkan sifat dan jenis kegiatan dapat diartikan sebagai suatu

karakteristik unit wilayah yang masih bertumpu pada kegiatan pertanian, dimana

penggunaan ruangnya masih bersifat ekstensif.

Pemanfaatan bahan yang masih bersifat ekstensif ini tidak terlepas dari pengaruh kepadatan

penduduk yang relatif rendah. Untuk kawasan permukiman pedesaan dikembangkan dengan

pola mengelompok. Wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan perrmukiman pedesaan

adalah di seluruh kecamatan dengan lebih memperhatikan pengelompokan eksisting dan

ketersediaan lahan untuk pertanian sebagai mata pencaharian serta tidak berada pada

wilayah-wilayah rawan bencana.

Luas kawasan permukiman sampai akhir tahun perencanaan sekitar 25.075,51 atau 6,54 %

dari luas total. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perdesaan di

Kabupaten Padang Lawas yaitu :

- Kec. Barumun dengan luas 2.324,89 ha

- Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.086,95 ha

- Kec. Batang Lubu Sutam dengan luas 79,08 ha

- Kec. Huristak dengan luas 1.415,24 ha

- Kec. Huta Raja Tinggi dengan luas 7.782,65 ha

(4)

- Kec. Sosa dengan luas 7.040,33 ha

- Kec. Sosopan dengan luas 913,49

- Kec. Ulu Barumun dengan luas 1.741,55 ha

7.1.1.3. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan-kawasan yang sudah menimbulkan bencana dan kawasan yang berpotensi

menimbulkan bencana baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.Penentuan

kawasan ini didasarkan oleh dua hal yaitu hasil analisis fisiklahan dan hasil observasi ke

lapangan.Kriteria kawasan rawan bencana adalah daerah yang diidentifikasi sering dan

berpotensi tinggi mengalami bencana alam.Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh beberapa

lokasi mengalamibencana.Dalam konteks Kabupaten Padang Lawas, jenis bencana yang ada

adalah banjir dan puting beliung.

Bencana banjir yang terjadi karena di Kabupaten Padang Lawas banyak terdapat sungai dan

letak permukiman yang berdekatan dengan sungai. Berikut ini kecamatan yang memiliki

potensi bencana banjir yaitu:

- Kec. BarumunKec. BarumunTengah

- Kec. Batang Lubu Sutam

- Kec. Sosa

- Kec. Ulu Barumun

Selain banjir, terdapat pula longsor seperti di kecamatan Barumun Tengah. Terhadap

kawasan yang memiliki potensi bencana banjir tersebut rencana yang dilakukan adalah :

- Pemeliharaan sempadan sungai sebagai buffer untuk mencegah banjir,

- Revitalisasi sungai

- Relokasi permukiman sekitar sungai yang terhindar dari bencana.

Selain bencana banjir, di Padang Lawas juga terdapat jenis bencana angin putting beliung

yang ada di Kecamatan Barumun, dan Kecamatan Barumun Tengah.Upaya penanggulangan

bencana ini dengan pemindahan permukiman untuk menjauh dari jalur angin puting beliung

dan pembinaan permukiman yang memiliki rangka yang kuat.

7.1.2. Potensi dan Tantangan Sektor PKP Kab. Padang Lawas

Potensi dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kab. Padang Lawas antara lain:

- Kondisi perumahan dan permukiman masih didominasi oleh perumahan dengan jenis

konstruksi non permanen/semi permanen

- Kondisi fisik kawasan merupakan lahan relatif bergelombang dan berbukit;

- Daya dukung lingkungan rendah;

- Infrastruktur kawasan masih memerlukan peningkatan; dan

(5)

- Perlunya penyusunan rencana tata ruang untuk kebutuhan penataan dan pedoman

pembangunan perkotaan seperti seperti RDTR, RTBL, dan Masterplan Prasarana;

- Pengembangan permukiman yang terkait dengan jaringan jalan di setiap perkotaan

maka pembangunannya harus mengikuti rencana tata ruang yang ada sehingga

sinkron dengan kebijakan pengembangan fisik perkotaan.

- Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang memadai sebab saat ini

terlihat masih banyaknya kekurangan akan ketersediaan sarana dan prasarana

perkotaan.

- Pola pengembangan perkotaan diarahkan pada pembentukan struktur ruang

perkotaan konsentrik atau linier sesuai dengan daya dukungnya

7.1.3. Pemetaan Kegiatan Cipta Karya Tahun 2011-2016

Kegiatan Cipta Karya yang pernah dilaksanakan di Kab. Padang Lawas yang bersumber dari

Dana APBN yaitu kegiatan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Pedesaan

(2015 dan 2016). Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

Pedesaan (2015).

(6)

7.1.4. Sasaran Program

7.1.4.1. Sasaran dan Target Pencapaian Program PKP

Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 telah mengamanatkan berbagai

arahan dan kebijakan sasaran Program Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang

harus dicapai dalam masa 5 (lima) tahun kedepan. Adapaun strategi pelaksanaannya

dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama yaitu :

1. Menbangun Sistem;

2. Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan); dan

3. Memberdayakan Masyarakat

Sasaran strategis terhadap ke tiga pendekatan tersebut secara umum direncanakan melalui

dua kegiatan utama yaitu kegiatan fisik dan non fisik. Secara rinci sasaran startegis

pelaksanaan kegiatan serta alur proses perencanaan terhadap program-program kegiatan

Sektor Pengembangan Permukiman–kegiatan seperti dijelaskan pada tabel dan alur program

berikut:

Tabel 7.1. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PKP Tahun 2017

Pendekatan

Pelaksanaan

Sasaran Strategis

Kegiatan Pengembangan

Permukiman

Bangkim Kws. Perkotaan & Pusat

Pertumbuhan

Fasilitasi Rencana Daerah Kawasan

Permukiman

Sumber : Materi paparanDirektorat Pembinaan Penataan Bangunan pada Workshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK tahun 2016

A. Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

Sesuai Pasal 94-104 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

(7)

Perkotaan melalui Permen PUPR Nomor 2/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas

Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh melalui tahapan-tahapan yaitu:

1. Penetapan Permukiman Kumuh sesuai Indikator Permukiman Kumuh;

2. Pencegahan Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;

3. Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;

Adapun persyaratan teknis dalam Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Umum

1. Kawasan Strategis Nasional (PKN, PKSN)

2. Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR (35 WPS)

3. Memiliki Perda RTRW

4. Memiliki Perda Bangunan Gedung

5. Tersedianya Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB)/dana daerah untuk

pembiayaan komponen kegiatan

6. Institusi pengelola pasca konstruksi (KPP) terkait serah terima asset

b. Kriteria Khusus

1. Memiliki Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP/RP2KPKP)/

Sedang dalam proses penyusunan tahun 2016

2. Memiliki SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh

3. Memiliki Profil kawasan Kumuh

4. Memiliki Surat Pernyataan Minat untuk kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman

Kumuh Perkotaan

5. Kesiapan dan kesediaan Lahan

6. Rencana aksi Penanganan dan Pemaketan serta Jadwal Pelaksanaan (Kurva-S)

7. Sudah ada Perencanaan : Masterplan, DED yang ditandatangani Dinas Teknis

Kab/Kota, serta RAB, TOR dan RKS sudah siap lelang

Pola-pola penanganan permukiman kumuh yang dapat dilksanakan sesuai peraturan

perundangan dalam lingkup kementrian PUPR antara lain adalah melalui pencegahan,

peningkatan kualitas dan pengelolaan. Penjelasan masing-masing pola tersebut berikut

kolaborasi program-program yang dapat dilaksanakan terhadap penanganan permukiman

(8)

Tabel 7.2. Program-Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Sesuai Renstra Ditjen. Cipta Karya Tahun 2015-2019

No Pola Penanganan Kumuh

Definisi Kontribusi Program

P2KKP/NSUP

Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Sosialisasi - - -

Pemberdayaan Masyarakat

Pelaksanaan melalui pendampingan dan pelayanan informasi

Pemugaran Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni

Peremajaan Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat

Advokasi Pemda

Pemukiman kembali Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh: penyediaan Rusunawa)

Advokasi Pemda Penyiapan Masy.

Penyiapan Masy.

Pemb. fisik sekunder-tertier

Pemb. fisik Sekunder-tertier

Pemb. fisik Primer

III PENGELOLAAN dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan

Cap Building Pemda Cap.Building Masy. Infrastruktur O & P

Cap Building Pemda Cap.Building Masy. Infrastruktur O &P

Serah terima & OP ke pemda

(9)

B. Program Pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan Permukiman Kumuh

Dalam upaya Penanganan Permukiman Kumuh tidak terlepas dari kegiatan pendampingan

sebagai bagian kegiatan pelaksanaanya. Melalui program Penanganan Kawasan Kumuh

Perkotaan (P2KKP), proses pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam

Penanganan Permukiman Kumuh dilakukan melalui komponen-komponen program &

kegiatan seperti dijelaskan pada skema alur program berikut:

Gambar 7.1. Komponen Program dan Alur Kegiatan P2KKP

C. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan

Melalui Kementerian PPN/Bappenas, pemerintah telah menyiapkan Grand Design

Pembangunan Perdesaan sebagai upaya pembangunan dan pengembangan desa-desa di

seluruh Indonesia. Arahan kebijakan yang telah ditetapkan adalah melalui berbagai

pendekatan baik secara Sosial, Ekonomi serta Ekologi. Program-program perdesaan yang

telah disiapkan terbut adalah :

1. Program Desa Tertinggal

2. Desa yang belum terpenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) pada aspek

kebutuhan sosial, infrastruktur, sarana, pelayanan umum, dan penyelenggaraan

pemerintahan.

3. Desa Berkembang

4. Desa yang sudah terpenuhi SPM namun secara pengelolaan belum menunjukkan

keberlanjutan

5. Desa Mandiri

6. Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar,

sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara

(10)

Terhadap sektor Pengembangan kawasan permukiman, program-program perdesaan tersebut

akan mendukung upaya pemenuhan SPM Permukiman Untuk Desa-Desa Tertinggal dan

penyediaan Permukiman yang Mendukung Pengembangan Desa Potensial (Desa

Berkembang) sehingga grand strategy mempercepat pemenuhan SPM Permukiman serta

kebutuhan infrastruktur yang mendukung pengembangan ekonomi kawasan dapat tercapai.

Adapun sasaran strategis sebagai target nasional yang hendak dicapai adalah Peningkatan

kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha (pada kawasan perdesaan yang memiliki

komoditi unggulan).

D. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

Sesuai Permen PUPR No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, terhadap

penanganan Kawasan Permukiman Khusus dilaksanakan melalui pembinaan teknik,

pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan permukiman khusus, yaitu melalui

kawasan-kawasan :

1. Kawasan Perbatasan;

2. Kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar;

3. Kawasan Pasca Bencana, dan

4. Kawasan Tertentu Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Perundang-Undangan.

Identifikasi lokasi Kawasan Permukiman Khusus adalah sesuai regulasi serta peraturan yang

telah ditetapkan sebelumnya menurut tipplogi masing-masing jenis kawasan.

7.1.4.2. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataan Ruang Sub. Bidang Cipta Karya

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan

ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara

minimal dalam hal pelayanan dasar pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan

ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan

pemerintahan. SPM ini ditetapkan melalui Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Indikator SPM yang

digunakan terhadap penmenuhan SPM ini menggambarkan besaran sasaran yang hendak

dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat

pelayanan dasar. Terhadap Sub Bidang Cipta Karya Sektor PKP, selanjutnya SPM ini

merupakan dasar acuan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan

SPM bidang PU dan Penataan Ruang dan dasar perhitungan bagi pemenuhan kebutuhan

program sektor PKP yaitu penurunan permukiman kumuh perkotaan yang direncanakan

(11)

Kebutuhan penyediaan program sektor PKP di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan

SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada

tabel berikut:

Tabel 7.3. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang di Tingkat Kab/Kota

No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019

Upaya Pencapaian Sub Bidang Cipta Karya

1 Penangan

Sumber : Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bid. PU dan Tata Ruang

7.1.4.3. Analisa Kebutuhan Program PKP A. Kebutuhan Penanganan Pembangunan

Sesuai dengan kebijakan strategis Ditjen Cipta Karya, kebutuhan penanganan pembangunan

kawasan permukiman dan infra-struktur permukiman di Kabupaten Padang Lawas diarahkan

sesuai dengan isu-isu strategis daerah maupun nasional serta permasalahan yang ada pada

masing-masing kawasan.

B. Kriteria Teknis Perencanaan

Kriteria-kriteria teknis perencanaan sektor PKP mengacu undang-undang, peraturan dan

standar teknis perencanaan yang umum berlaku di Indonesia antara lain adalah:

 UU No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

 UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

 UU No. 07 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung

 PP No. 14 tahun 2016 Tentang penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan

Permukiman.

 Permen PU No. 6 tahun 2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL)

 PermenPera No. 11 tahun 2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan

dan Permukiman.

 SNI 03-7013-2004 Tata Cara Perencanaan Fasilitas Linkungan Rumah Sususn

 SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perenc Lingkungan Perumahan Di Perkotaan;

Standar kebutuhan minimal terhadap pemenuhan hunian berikut infrastruktur

(12)

Tabel 7.4. Kriteria-kriteria Teknis Perencanaan Sektor PKP

No. Deskripsi Standar Teknis

1 Besaran standar minimal terhadap kepadatan kawasan: <200 jiwa/ha

2 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat/jiwa:

 Luas per-jiwa (dewasa)  Luas per-jiwa (anak anak)

9,6 m2 4,8 m2

3 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak

bertingkat untuk 1 rumah tangga (5 jiwa/KK): 51 m2

4 Kebutuhan luas kavling maksimum Rumah Sederhana maks. 113 m2 (perdesaan) maks. 102 m2 (perkotaan)

4 Kebutuhan luas kavling Rumah Menengah 54 s/d 600 m2

Kebutuhan luas kavling Rumah Mewah 200 s/d 600 m2

Komposisi Kdb dan KDH: a. zona lindung; b. zona perdesaan; c. zona pinggiran kota; d. zona perkotaan; e. zona pusat kota; f. zona pusat metro;

KDB maks. 0% dan KDH min. 100%; KDB maks. 20% dan KDH min. 80%; KDB maks. 30% dan KDH min. 70%; KDB maks. 50% dan KDH min. 50%; KDB maks. 60% dan KDH min. 40%; KDB maks. 70% dan KDH min. 30%;

Persyaratan Lingkungan Hunian Berimbang (LHB) sesuai lokasi geografis (perkotaan peerdesaan):

(13)

Analisis kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Padang

Lawas dilakukan berdasarkan proyeksi jumlah dan pertambahan penduduk yamg

membutuhkan rumah layak huni. Proyeksi Jumlah penduduk sesuai kategori wilayah adalah

(14)

Tabel 7.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017-2021

NO Kecamatan

Tahun Dasar* (jiwa)

(15)

7.2. SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Arahan penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan

lingkungan binaan di Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya wujud fisik bangunan gedung

dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas mengacu pada

undang-undang dan peraturan, antara lain:

1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;

2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

3. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung;

4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Ruang

Bangunan dan Lingkungan;

5. Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; dan

6. Permen PU No. 8 Tahun 2010 tentang Lingkup Tugas dan Fungsi Direktoral PBL.

7.2.1. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan 7.2.1.1. Penggunaan Lahan

Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, telah terjadi penggunaan lahan

yang melalui prosedur administrasi untuk kepentingan pembangunan lahan terbangun dan

non-terbangun. Sebagian besar wilayah Kabupaten Padang Lawas masih didominasi oleh

hutan, lahan budidaya pertanian, semak/belukar dan hanya sebagian kecil terdiri dari

lahan-lahan yang terdegradasi. Kondisi hutan sebagian besar terdapat di kawasan pegunungan.

Pada kawasan pegunungan sebagian besar terdapat pada daerah ketinggian dengan

kemiringan lahan diatas 25%, sedangkan pada daerah Tengah sebagian terdiri dari hutan

bekas terbangun. Secara keseluruhan ketersediaan sumber daya alam di Kabupaten Padang

Lawas cukup potensial tetapi karena berbagai keterbatasan sampai saat ini belum dapat

dimanfaatkan secara optimal. Wilayah Kabupaten Padang Lawas merupakan daerah

pertanian dan perkebunan dimana mata pencaharian pokok penduduknya berada di sektor

pertanian dan perkebunan. Hal ini dikarenakan daerah terluas merupakan daerah yang

dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.

7.2.1.2. Ruang Terbuka Hijau

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan penataan ruang yang baru UU Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mengisyaratkan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) pada sebuah kawasan perkotaan adalah seluas 30% dari total luas lahan kawasan

(16)

ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi, olahraga dan pelayanan

umum (ekonomis), pembibitan, penelitian (edukatif), dan keindahan lansekap kota (estetis).

Pemanfaatan lahan ruang terbuka non hijau lebih diarahkan pada kawasan ruang terbuka

non hijau yang meliputi: ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer dan kolektor

primer; trotoar atau pedestrian yang berada di samping kiri kanan jalan, baik bagi

masyarakat umum maupun penyandang cacat; ruang terbuka yang berada di depan, samping

atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran, perdagangan dan jasa dan fungsi

lainnya; dan ruang terbuka peruntukan area parkir, anjungan seperti: hall dan tempat

bermain.

7.2.1.3. Kawasan Pariwisata di Kabupaten Padang Lawas

Kawasan pariwisata adalah unit lahan yang merupakan tujuan manusia untuk berekreasi,

beristirahat atau ada kegiatan yang menunjang bahkan mempunyai jasa pelayanan bagi

pengunjungnya. Kawasan ini dapat berupa keadaan alam (danau, hutan, sumber air panas,

gunung dan lain – lain ) atau areal kunjungan yang mempunyai sarana dan prasarana pokok

kepariwisataan (fasilitas sosial, bangunan akomodasi, toko – toko souvenir, rumah makan,

sarana olah raga). Pada saat ini potensi pariwisata di Kabupaten Padang Lawas meliputi

Kawasan Hutan Suaka Alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, flora dan fauna,

sungai, hutan tropis, pegunungan, dan adat budaya.

Selain itu, kabupaten Padang Lawas memiliki permukiman tradisional dan bangunan/situs

cagar budaya tersebut perlu diintegrasikan dengan pengembangan sektor pariwisata sebagai

sektor unggulan daerah.

Tabel 7.6. Potensi Pariwisata di Kabupaten Padang Lawas

No Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata

Kecamatan Desa/Kelurahan

1 Bagas Godang Hasahatan Barumun Hasahatan Julu Budaya dan Sejarah

2 Bagas Godang Janjilobi Barumun Janjilobi Budaya dan Sejarah

3 Tagor Barumun Hasahatan Julu Budaya dan Sejarah

4 Makam Parmata Sapihak Barumun Binabi Jae Budaya dan Sejarah

5 Puncak Binubu Barumun Sigala-gala Budaya dan Sejarah

6 Bagas Godang Hutaraja

Lama

Sosa Hutaraja Lama Budaya dan Sejarah

7 Makam Sibaso Sosa Ampolu Budaya dan Sejarah

8 Liang Namuap Sosa Parapat Wisata Ritual

(17)

No Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata

Kecamatan Desa/Kelurahan

10 Paya loging Sosa Hapung Wisata Air

11 Danau Cekdam,Conoco Sosa Ujung Batu Wisata Air

12 Paya Agung Sosa Harang Wisata Air

13 Pamandian Aek Lakkut Sosa Siborna Bunut Wisata Air

14 Candi Sengkilon Lubuk Barumun Sangkilon Budaya dan Sejarah

15 Makam Bujing Sambilan Jogi Lubuk Barumun Siali-ali Budaya dan Sejarah

16 Candi Nagasaribu I, II III Barumun Tengah TandihatUnte

Rudong

Budaya dan Sejarah

17 Bagas Godang Unte Rudang Barumun Tengah Siparahu Budaya dan Sejarah

18 Candi Simaputung Barumun Tengah Paringgonan Budaya dan Sejarah

19 Air Panas Alam Ulu Barumun Siraisan Wisata Air

20 Pemandian Aek Siraisan Ulu Barumun Hutanopan Wisata Air

21 Batu Nadua Ulu Barumun Sosopan Wisata Air

22 Danau Sosospan Ulu Barumun Wisata Air

23 Air Terjun Lompatan

Harimau

Batang Lubu Sutam

Sialamanggis Wisata Air

24 Danau Baru Sungai Korang Hutaraja Tinggi Sungai Karang Wisata Air

Sumber :BPS Kabupaten Padang Lawas,2016

7.2.1.4. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Sektor PBL

Isu-isu strategis yang berkembang terkait bidang PBL di Kabupaten Padang Lawas

dikelompokkan dalam tiga cakupan kegiatan, yaitu penataan lingkungan permukiman,

penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara, pemberdayaan komunitas dalam

penanggulangan kemiskinan. Identifikasi isu strategis ini berdasarkan kondisi nyata yang

termuat dalam berbagai agenda yang sifatnya internasional, nasional dan daerah yang

kemudian diturunkan dalam berbagai program kegiatan berdasarkan skala prioritas dan

manfaat dari rencana tindak, yang meliputi : a) Revitalisasi, b) RTH, c) bangunan

tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya

pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan

berkelanjutan.

Secara umum isu strategis dan kondisi penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten

Padang Lawas, antara lain :

1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan. Secara umum

bangunan-bangunan yang berada di Kabupaten Padang Lawas disyaratkan untuk mengikuti

aturan standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna

bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain terdapat

pada aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan

(18)

misalnya kebakaran, banjir, gelombang pasang, maka disyaratkan bangunan-banguna

tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman

bencana tersebut.

2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran. Hidran adalah cadangan air pada media

tertentu sebagai sarana penaggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini

biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimilki oleh setiap

bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik,

gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan

dan lain-lain. Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas

memiliki sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan

standar yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan

hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana

kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan

kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan

sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang

sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan. Beberapa kawasan di

Kabupaten Padang Lawas belum memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan,

namun telah memiliki Perda No.08 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung untuk

mengatur penegakan aturan tata bangunan dam lingkungan tersebut karena RTBL

belum ada. Keadaan demikian tentu saja sangat baik bagi proses perijinan pendirian

bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap

perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak dapat terlaksana secara baik, maka

bermunculan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsi lahan/kawasan. Akhirnya

ini berdampak pada kawasan yang telah direncanakan dan akan menaikkan citra

kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan

dan lingkungan bisa terwujud dengan baik.

4. Permasalahan utama dalam penataan bangunan bersejarah di Kabupaten Padang

Lawas adalah belum adanya aturan yang mengatur perlindungan

bangunan-bangunan tersebut, sehingga sangat mungkin terjadi pembongkaran atau pemugaran

yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi/preservasi bangunan bersejarah

7.2.2. Sasaran Program

7.2.2.1. Sasaran dan Target Pencapaian Program PBL

Dari kondisi eksisting seperti telah diuraikan diatas yamg merupakan kesimpulan terhadap

berbagai permasalahan dan isu-isu strategis Sektor PBL di Kabupaten Padang Lawas

selanjutnya perlu dipahami dukungan program-program pengembangan PBL yang telah

diprioritaskan pemerintah pusat guna memdapatkan stimulan dukungan APBN sebagai salah

(19)

Terdapat arahan-arahan kebijakan pengembangan PBL serta program-program yang

diprioritaskan menurut sasaran dan target yang telah ditetapkan baik melalui amanat

RPJMN maupun yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Bidang Cipta Karya tahun

2015-2019 dengan uraian penjelasan sebagai berikut:

A. Arahan Kebijakan

Kebijakan pembinaan dan pengembangan penataan bangunan mengacu pada dasar hukum

penyelenggaraan bangunan gedung, penataan bangunan serta lingkungannya antara lain

adalah sebagai berikut :

1. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

2. UU No. 26 tahun 2002 tentang Penataan Ruang

3. UU No. 01 tahun 2011 tentang Penataan Kawasan Permukiman

4. UU No. 32 tahun 2014 dan UU No. 12 tahun 2016 tentang Pemerintahan Daerah

5. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

6. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

7. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung.

8. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2007 temtang Pembagian Urusan Antar

Pemerintahan

9. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan.

10.Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

11. Perda No. 08 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung

B. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan terkait kepada tugas dan fungsi

Direktorat PBL. Pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan

Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta

Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan,

pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan

termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Sedangkan dalam Permen

PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Tugas dan Fungsi Ditjen Bina Penataan Bangunan adalah

sebagai berikut.

1. Penyiapan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan di

bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang

terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos

lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus

(20)

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah

negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman

tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik

perkotaan dan khusus lainnya;

3. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang penataan

bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan

penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara,

rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penataan bangunan dan

lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan

kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan

bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

5. Fasilitasi, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan di bidang penataan bangunan

dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan

kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan

bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penataan bangunan dan lingkungan,

gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka,

permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta

kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya; dan

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Mengacu pada arahan perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan sesuai

sasaran RPJMN 2015-2019 yaitu dalam rangka meningkatkan keamanan dan keselamatan

bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan yang dilakukan melalui 3

(tiga) pendekatan yaitu :

1. Membangun Sistem

2. Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan)

3. Memberdayakan Masyarakat

Sasaran strategis pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan secara nasional sesuai

pendekatan pelaksanaanya serta program kegiatan yang dapat didanani oleh APBN seperti

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 7.7. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PBL Tahun 2017 Pendekatan

Pelaksanaan

Strategi Pelaksanaan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

MEMBANGUN SISTEM

Memberikan dukungan pembangunan sistem infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kab./Kota

Rencana Induk/FS/DED

Kota Pusaka/Hijau/ Smart City

Revitalisasi Kawasan

(21)

Pendekatan Pelaksanaan

Strategi Pelaksanaan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

DAERAH/PEMDA PROVINSI/KAB/ KOTA

(TERMASUK KEMITRAAN)

daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Penyusunan Perda Bangunan Gedung

Fasilitasi Ruang Terbuka Hijau

Binwas Penataan Bangunan

Dukungan Penanganan Bencana

PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT

Memberikan dukungan pembangunan infrastruktur melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat

Sosialisasi/Publikasi

Kampanye Publik Kehandalan Bangunan

Sasaran Strategis

Pembangunan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Menyediakan sarana dan prasarana yang berorientasi pada KONSEP HIJAU dan berketahanan antara lain: green open space (Ruang Terbuka Hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan), green transportation (transportasi ramah lingkungan dan terbarukan), green energy (pemanfaatan sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan), green economy (pengembangan ekonomi yang berwawasan lingkungan), green building (bangunan gedung hijau). persen) dari luas kawasan perkotaan.

Sumber : Materi paparanDirektorat Pembinaan Penataan Bangunan pada Workshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK tahun 2016

Sebagai upaya pencapaian terhadap arahan kebijakan strategis Program PBL di tahun 2017,

Ditjen Cipta Karya telah menetapkan sasaran dan target pencapaian Program PBL melalui

Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 sebagai strategi pelaksanaan Program

Bina Penataan Bangunan yang harus dicapai dalam masa 5 (lima) tahun kedepan, seperti

(22)
(23)

7.2.2.2. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataa Ruang Sub. Bid. Cipta Karya

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan

ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara

minimal dalam hal pelayanan dasar pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan

ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan

pemerintahan. SPM ini ditetapkan melalui Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Indikator SPM yang digunakan terhadap penmenuhan SPM ini menggambarkan besaran

sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran,

hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar. Terhadap Sub Bidang Cipta Karya Sektor PBL,

selanjutnya SPM ini merupakan dasar acuan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota

dalam melaksanakan SPM bidang PU dan Penataan Ruang dan dasar perhitungan bagi

pemenuhan kebutuhan program sektor PBL yang direncanakan untuk tingkat pecapaian

kabupaten/kota.

Kebutuhan penyediaan program sektor PBL di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan

SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada

tabel berikut:

7.9. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang di Tingkat Kab/Kota

No Jenis

Pelayanan Dasar

Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019

Sumber : Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bid. PU dan Tata Ruang

7.2.2.3. Analisa Kebutuhan Program PBL

Berdasarkan kondisi eksisting yang ada serta isu-isu strategis Sektor Penataan Bangunan

Dan Lingkungan baik yang ada di Kabupaten Padang Lawas maupun sebagai isu dalam

kebijakan strategis nasional, maka kebutuhan program PBL dapat analisis berdasarkan

data-data yang bersumber dari dokumen perencanaan terkait, data-data-data-data Badan Pusat Statistik

serta berbagai pedoman dan peraturan teknis yang berlaku. Analisis luas pemanfaatan lahan

pada kondisi eksisting serta kondisi kependudukan pada Kecamatan Barumun sebagai fungsi

(24)

7.2.2.4. Identifikasi Sasaran Program PBL Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan kondisi eksisting yang ada serta isu-isu strategis Sektor Penataan Bangunan

dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas yang selanjutnya disesuaikan dengan arahan

kebijakan nasional target pencapaian Rentra bidang Cipta Karya melalui program-program

strategis Bina Penataan Bangunan, maka dapat di identifikasi sasaran program PBL untuk

Kabupaten Pakpak Bharat dengan target masa rencana selama 5 (lima) tahun kedepan mulai

dari tahun 2017 hingga tahun 2021 yaitu seperti di jelaskan pada tabel berikut:

7.3. SEKTOR PENGEMBANGAN AIR MINUM

Sub Sektor Bidang Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia dan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Melalui kebijakan pengaturan mengenai sumber daya

air maka diterbitkan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA), Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, mensyaratkan tersedianya sistem akses air minum yang

aman melalui sistem penyediaan air minum dengan sistem penyediaan air minum perpipaan

dan bukan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 l/org/hr.

7.3.1. Kondisi Eksisting

Pembangunan infrastruktur harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga

setelah dilakukan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dimaksudkan untuk :

a. Meningkatkan akses infrastruktur;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesenjangan infrastruktur khsususnya air minum di

wilayah Kabupaten Padang Lawas. Untuk menjawab hal tersebut secara struktur ruang

sebagaimana telah tertuang dalam dalam dokumen perencanaan baik di RTRW telah disusun

kebijakan untuk peningkatan kualitas dan jangkauan air minum baik prasarana dan

sarananya.

7.3.1.1. Sistem Perpipaan

Daerah pelayanan dengan jaringan perpipaan diarahkan untuk wilayah yang akan

dikembangkan menjadi kawasan perkotaan dan memiliki kepadatan penduduk tinggi. Sesuai

dengan pola pemanfaatan ruang dalam RTRW Kabupaten Padang Lawas bahwa terdapat

kecamatan yang diarahkan sebagai kawasan permukiman perkotaan sampai tahun 2030,

Sehingga dalam menentukkan daerah pelayanan dapt mengacu kepada kebijakan terebut.

Daerah pelayanan utama adalah Kawasan Perkotaan di Kabupaten Padang lawas yang

terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan. Mengingat lokasi usulan sumber air yang dapat

(25)

Rencana daerah pelayanan jaringan perpipaan akan dikembangkan pada kawasan perkotaan

sesuai dengan RTRW Kabupaten Padang Lawas yaitu Kecamatan Barumun, Kecamatan Sosa,

Kecamatan Barumun Tengah, Kecamatan Sosopan, Kecamatan Ulu Barumun, Kecamatan

Lubuk Barumun, Kecamatan Huristak, Kecamatan Hutaraja Tinggi, dan Kecamatan Batang

Lubu Sutam. Rencana sistem pelayanan yang diusulkan terdiri dari 8 (delapan) sistem yang

akan melayani kecamatan wilayah perkotaan.

Tabel 7.10. Rencana Daerah Pelayanan IKK Kabupaten Padang Lawas

Sumber : Dok. RISPAM Kab. Padang Lawas, 2013

7.3.1.2. Rencana Pengembangan SPAM

a) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Sosopan

1. Untuk sistem Sosopan akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang

ada saat ini, yaitu Danau Anjoran yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk

No Sistem Pelayanan Wilayah Pelayanan

1 SPAM Sosopan Kecamatan Sosopan:

- Desa Sosopan

- Desa Sihaporas

- Desa Sianggunan

- Desa Hulim

No Sistem Pelayanan Wilayah Pelayanan

2 SPAM Ulu Barumun Kecamatan Ulu Barumun:

- Desa Paringgonan

- Desa Matondang

- Desa Paringgonan Julu

- Desa Simanuldang Jae

3 SPAM Huristak Kecamatan Huristak:

- Desa Pasar Huristak

- Desa Huristak

4 SPAM Lubuk Barumun Kecamatan Lubuk Barumun

- Desa Pasar Latong

5 SPAM Sosa Kecamatan Sosa

- Desa Ujung Batu

6 SPAM Hutaraja Tinggi Kecamatan Huta Raja Tinggi

- Desa Hutaraja Tinggi

- Desa Pasar Panyabungan

- Desa Panyabungan

7 SPAM Aek Malinto Kecamatan Batang Lubu Sutam

- Desa Pinarik

- Desa Pagaran Dolok

- Desa Aek Sorik

- Desa Hutabaru

- Desa Tamdolan

8 SPAM Aek Ukka Kecamatan Barumun Tengah:

- Kelurahan Pasar Binanga

(26)

sekitar IKK Kecamatan Sosopan. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku

yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 15,16 Liter/detik.

Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota

Kecamatan (IKK) yaitu desa Sosopan dan desa-desa yang berada dengan Desa Sosopan

yaitu Desa Sihaporas, Desa Sianggunan, dan Desa Hulim. Kapasitas yang direncanakan

pada tahap pertama yaitu sebesar 3,5 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2018 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat

melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 9,1 L/dtk.

Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Sosopan dapat menyerap kapasitas

yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 12,11

L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu

Sosopan, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani

kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang

meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan

yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan

membangun IPA sebesar 15,16 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai

tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

b) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Ulu Baruman

1. Untuk sistem Ulu Barumun akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku

yang ada saat ini, yaitu Aek Siraisan yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk

sekitar Kecamatan Ulu Baruman. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku

yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 23,08 Liter/detik.

Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota

Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasir Paringgonan dan desa-desa yang berada dekat

dengan Desa Pasir Paringgonan yaitu Desa Matondang, Desa Paringgonan Julu, dan

Desa Simaduldang Jae. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu

sebesar 5 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat

melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 13,20 L/dtk.

Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Ulu Baruman dapat menyerap

kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 19,1

(27)

Barumun, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani

kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang

meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan

yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan

membangun IPA sebesar 23,08 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai

tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

c) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Huristak

1. Untuk sistem Huristak akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang

ada saat ini, yaitu Aek Baruman yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk

sekitar Kecamatan Huristak dan Kecamatan Barumun. Dengan mengembangkan

kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai

dengan 33,18 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah

pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Huristak dan desa yang berada

dekat dengan Desa Pasar Huristak yaitu Desa Huristak. Kapasitas yang direncanakan

pada tahap pertama yaitu sebesar 10 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat

melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 15,6 L/dtk.

Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Huristak dapat menyerap kapasitas

yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 25,6

L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu

Huristak, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani

kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang

meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan

yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan

membangun IPA sebesar 33,18 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai

tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

d) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Lubuk Barumun

1. Untuk sistem Lubuk Barumun akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air

baku yang ada saat ini, yaitu Aek Bondang Padang yang saat ini hanya dimanfaatkan

oleh penduduk sekitar Kecamatan Lubuk Barumun. Dengan mengembangkan kapasitas

sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 27,5

(28)

Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Latong. Kapasitas yang direncanakan pada

tahap pertama yaitu sebesar 7 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat

melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 12,6 L/dtk.

Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Huristak dapat menyerap kapasitas

yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 20,6

L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu

Lubuk Barumun, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani

kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang

meningkat pesat, dan pelayanan air minum ini diarahkan agar dapat melayani

kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan

membangun IPA sebesar 27,5 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai

tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

e) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Sosa

1. Untuk sistem Sosa akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada

saat ini, yaitu Aek Sosa. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada

sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 53,5 Liter/detik. Pada tahap

ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK)

yaitu Desa Ujung Batu. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu

sebesar 10 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat

melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 25 L/dtk.

Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Sosa dapat menyerap kapasitas

yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 40 L/dtk,

daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Sosa,

namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala

antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan

pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di

Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan

membangun IPA sebesar 53,5 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai

(29)

f) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Hutaraja Tinggi

1. Untuk sistem Hutaraja Tinggi akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air

baku yang ada saat ini, yaitu Aek Sosa. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air

baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 65,72

Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu

Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Hutaraja Tinggi dan desa-desa yang berdekatan

dengan IKK yaitu Desa Pasar Panyabungan dan Desa Panyabungan . Kapasitas yang

direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 15 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat

melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 35 L/dtk.

Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Hutaraja Tinggi dapat menyerap

kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 50 L/dtk,

daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Hutaraja

Tinggi, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan

skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat,

dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan

di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan

membangun IPA sebesar 65,72 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai

tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

g) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Batang Lubu Sutam

1. Untuk sistem Batang Lubu Sutam akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air

baku yang ada saat ini, yaitu Aek Malinto. Dengan mengembangkan kapasitas sumber

air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 19,86

Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu

Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pinarik dan desa-desa yang berdekatan dengan IKK

yaitu Dea Pagaran Dolok, Desa Aek Sorik, Desa Hutabaru dan Desa Tamdolan.

Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 5 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat

melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 10 L/dtk.

Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Batang Lubu Sutam dapat

menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Batang Lubu Sutam dapat

(30)

4. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 15 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Batang

Lubu Sutam, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani

kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang

meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan

yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

5. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan

membangun IPA sebesar 19,86 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai

tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

h) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Barumun Tengah

1. Untuk sistem Barumun Tengah akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air

baku yang ada saat ini, yaitu Aek Ukka. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air

baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 31 Liter/detik.

Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota

Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Binanga dan desa yang berdekatan dengan IKK

yaitu Desa Unte Rudang. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu

sebesar 7 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017 – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat

melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 16 L/dtk.

Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Barumun Tengah dapat menyerap

kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

3. Periode 2023 – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 25 L/dtk,

daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Barumun

Tengah, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan

skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat,

dan pelayanan air minum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang

dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028 – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan

membangun IPA sebesar 31 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun

2032 adalah sebesar 80 %.

7.3.1.3. Sistem Non Perpipaan

Sementara untuk pengembangan daerah pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan mengacu

kepada Rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman perdesaan. Sistem yang

dibangun di wilayah ini merupakan modul-modul skala kecil namun memiliki kehandalan

pelayanan yang harus baik. Kondisi yang ada saat ini dalam hal pengembangan wilayah

(31)

baik program dari pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat. Untuk Pelayanan

Bukan Jaringan perpipaan di kembangkan di wilayah: Kecamatan Aek Nabara Barumun,

Kecamatan Barumun Selatan dan Kecamatan Sihapas Barumun.

7.3.1.4. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Sektor SPAM Kabupaten Padang Lawas

A. Isu Strategis Sektor SPAM

- Kabupaten Padang Lawas belum memiliki Sistem Pelayanan Air Minum baik yang

diselenggarakan oleh PDAM, UPTD/BLU, KSM/Masyarakat, BUS ataupun Koperasi.

- Masyarakat memiliki kebutuhan akan air baku secara personal dan diambil dari

Badan air sungai atau dengan menggunakan air tanah dari sumur artesis. Tingkat

pelayanan pada Kabupaten Padang Lawas sampai dengan tahun 2013 adalah nol

persen (0%).

- penyedian air minum di ibukota kabupaten Padang Lawas belum di kelola oleh badan

usaha atau PDAM. Pengelolan air minum saat ini dilakukan secara swadaya oleh

masyarakat.

- Kondisi air minum di ibukota kecamatan di Kabupaten Padang Lawas umumnya

masyarakat menggunakan sumur dangkal dan air permukaan seperti sungai dan

mata air yg berdekatan dengan tempat tinggal.

- Kawasan pedesaan di Kabupaten Padang Lawasan didalam memenuhi kubuhan air

minum menggunakan sungai, mata air dan sumur dangkal.

B. Permasalahaan Sektor SPAM

Pemerintah Kabupaten Padang Lawas dalam meningkatkan cakupan layanan air minum

layak berkelanjutan harus mengembangkan dan menerapkan teknologi yang efektif dan

efesien untuk mempercepat penyediaan air minum. Pemenuhan prasarana dan sarana air

minum belum menyentuh seluruh masyarakat Kabupaten Padang Lawas terlebih di

perdesaan. Disamping itu dalam rangka memelihara standar kualitas air minum belum

dilakukan melalui pengawasan ekternal meliputi :

a. Perusahaan air minum;

b. Depot air minum;

c. Penyedia air minum berbasis masyarakat

d. Badan Usaha Swasta Penyedia Air Minum

e. SPAM bukan jaringan perpipaan milik masyarakat.

Pada dasarnya permaslahan air minum mencakup banyak aspek, termasuk di dalamnya (1)

Aspek Pengembangan prasarana dan sarana (2). Aspek Pendanaan (3). Aspek Kelembagaan

(32)

Masyarakat dan Dunia Usaha; dan (6). Aspek Komunikasi, PMJK, Pemberdayaan

Masyarakat, Gender dan Kemiskinan.

C. Tantangan Sektor SPAM

Masih banyak terdapat desa-desa rawan air di Kab. Padang Lawas yang perlu dilakukan

pengembangan pelayanan SPAM guna kemudahan masyarakat dalam mendapatkan akses

(33)

Tabel 7.11. Desa Rawan Air di Kabupaten Padang Lawas

KAWASAN RAWAN AIR MINUM

Acuan Dokumen : Aplikasi SIPPa Ditjen Cipta Karya V.01, Data Dasar

Nomor / Tahun : 2015

No Nama Kawasan Rawan

Air

Detail Lokasi Luas (ha) Status Kondisi

1 2 3 4 5 6

1 Pagaran Bira Jae Desa Pagaran Bira Jae, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

2 Pagaran Bira Julu Desa Pagaran Bira Julu, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

3 Huta Bargot Desa Huta Bargot, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

4 Siundol Jae Desa Siundol Jae, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

5 Siundol Julu Desa Siundol Julu, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

6 Siundol Dolok Desa Siundol Dolok, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

7 Huta Baru Siundol Desa Huta Baru Siundol, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

8 Binanga Tolu Desa Binanga Tolu, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

9 Aek Bargot Desa Aek Bargot, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

10 Ulu Aer Desa Ulu Aer, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

11 Hulim Desa Hulim, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

12 Sianggunan Desa Sianggunan, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

13 Simaninggir II (Sosopan) Desa Simaninggir II (Sosopan), Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

14 Sibual-Buali Desa Sibual-Buali, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

15 Sosopan Desa Sosopan, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

16 Sihaporas Desa Sihaporas, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

17 Sigala Gala Desa Sigala Gala, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

18 Banua Tonga Desa Banua Tonga, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

(34)

KAWASAN RAWAN AIR MINUM

20 Huta Bara Desa Huta Bara, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

21 Huta Baru Sosopan Desa Huta Baru Sosopan, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

22 Simartolu Desa Simartolu, Kec. Sosopan Rawan Kering Belum Tertangani

23 Sibulus Salam Desa Sibulus Salam, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

24 Pintu Padang Desa Pintu Padang, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

25 Simanuldang Julu Desa Simanuldang Julu, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

26 Tapian Nauli Desa Tapian Nauli, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

27 Matondang Desa Matondang, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

28 Taringgonan Desa Taringgonan, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

29 Paringgonan Julu Desa Paringgonan Julu, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

30 Paran Batu (Pagaran Batu) Desa Paran Batu (Pagaran Batu), Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

31 Tanjung Desa Tanjung, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

32 Aekharuaya) Desa Aekharuaya), Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

33 Sibual Buali Desa Sibual Buali, Kec. Ulu Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

34 Janji Lobi Desa Janji Lobi, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

35 Mompang Desa Mompang, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

36 Sabahotang Desa Sabahotang, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

37 Sigorbus Julu Desa Sigorbus Julu, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

38 Hasahatan Julu Desa Hasahatan Julu, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

39 Siolip Desa Siolip, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

40 Saba Riba Desa Saba Riba, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

41 Limbong Desa Limbong, Kec. Barumun Rawan Kering Belum Tertangani

42 Panarian Desa Panarian, Kec. Barumun Selatan Rawan Kering Belum Tertangani

43 Gunung Barani Desa Gunung Barani, Kec. Barumun Selatan Rawan Kering Belum Tertangani

44 Gunung Intan Desa Gunung Intan, Kec. Barumun Selatan Rawan Kering Belum Tertangani

Gambar

Gambar. 7….. Pemetaan Kegiatan CK Tahun 2011-2016
Tabel 7.1. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PKP Tahun 2017
Tabel 7.2. Program-Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan  Sesuai Renstra Ditjen
Gambar 7.1. Komponen Program dan Alur Kegiatan P2KKP
+7

Referensi

Dokumen terkait

 sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan permukiman padat perkotaan yang tidak terlayani sistem jaringan air limbah terpusat dan/atau komunal kota

Penyediaan lahan tanah untuk pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman merupakan setiap kegiatan pemenuhan kebutuhan tanah yang meliputi

Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial yang meningkat kualitasnya Pendampingan PIP untuk operasional dan pengawasan 400,00 Pemberdayaan Masyarakat dalam

dan Profil 20 kawasan kumuh yang ada di Kota Bandar Lampung... Gambar 7.1 Peta Konstelasi Kawasan Kumuh.. 7.1.2 Sasaran Program Sektor Pengembangan Permukiman.. Kegiatan pengembangan

Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Peraturan Pengembangan Permukiman Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK) Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, dan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Sinjai meliputi :.. KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA VII - 25 DIREKTORAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN. DINAS

Kebijakan yang diambil terkait dengan kondisi tersebut adalah membuat permukiman baru yang bukan daerah banjir, memperbaiki infrastruktur permukimanmeliputi penyediaan air

Kawasan Kampung Pajala Bangunan gedung 70% bangunan permukiman tidak memiliki keteraturan, orientasi muka bangunan rumah tidak beraturan, kerapatan -Disinsentif