• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II

MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DESI NURAINI

NIM 11511024

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II

MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DESI NURAINI

NIM 11511024

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(3)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax.323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara :

Nama : Desi Nuraini

NIM : 11511024

Fakultas : Tarbiyah Ilmu dan Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul : Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya bagi Siswa Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015

(4)

SKRIPSI

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA

BAGI SISWA KELAS V SEMESTER II

MI MA’ARIF PULUTAN SIDOREJO SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DISUSUN OLEH

DESI NURAINI

11511024

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah Ilmu dan Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama : Desi Nuraini NIM : 11511024

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

(6)

MOTTO

ِ عَفْزَيِهاللَِهي ذَّلااوهنَماَءِْمهكن مَِهي ذَّلاَواوهتوهأَِمْل عْلاِ تاَجَرَدِهاللَواَم بَِنوهلَمْعَتِهُهزي بَخ

Artinya :

Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

PERSEMBAHAN

Untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan motivasi,

khususnya Bapak, Ibu dan Adikku Muhammad Muhlisin;

Calon bapaknya anak-anakku tersayang Edi Widjanarko;

Sahabat-sahabat yang selalu ada buat aku, you all the best for

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya bagi Siswa

Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015” ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga.

4. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah tulus, ikhlas dan senantiasa berkenan memberikan sumbangsih pikiran, serta waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(8)

6. Kepala MI Ma’arif Pulutan, guru dan karyawan serta semua siswa-siswi yang telah berkenan membantu dan memberikan data kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Peneliti dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

(9)

ABSTRAK

Nuraini, Desi. 2015.

Penerapan Pendekatan SAVI untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan

Sifat-sifatnya bagi Siswa Kelas V Semester II MI

Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015.

Skripsi.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan. Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.

Kata Kunci

: Hasil Belajar, IPA dan Pendekatan SAVI

Kualitas pendidikan telah diupayakan melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik, pengelolaan satuan pengajaran dan pemanfaatan pembelajaran yang digunakan. Namun kenyataannya belum memperlihatkan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan kurang efektifnya pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik yang berakibat ketidaknyamanan siswa dalam belajar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015? Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan

sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015? Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui siklus, yakni: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dengan observasi, tes dan dokumentasi.

(10)

43, siklus I sebesar 59,75, siklus II sebesar 72,5, dan siklus III sebesar 83,5, serta dapat melampaui KKM sebesar 65.

(11)

H.Sistematika Penulisan ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 21

A.Hasil Belajar IPA ... 21

1. Pengertian Hasil Belajar ... 21

2. Macam-macam Hasil Belajar ... 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 24

4. IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya ... 28

B.Pendekatan SAVI ... 43

1. Pengertian Pendekatan SAVI ... 43

2. Tahapan Pendekatan SAVI ... 49

3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI ... 53

C.Kriteria Ketuntasan Minimal ... 56

1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 56

2. Fungsi Kriteria Ketuntusan Minimal ... 57

3. Prinsip Penetapan KKM ... 59

4. Jenis Ketuntasan Kriteria Minimal ... 60

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ……… 61

A. Subyek Penelitian ………... 61

1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Ma’arif Pulutan ... 61

2. Visi dan Misi Madrasah ... 61

3. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 62

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93

A.Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 93

1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus) ………... 93 2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 94

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 99

4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III……….. 104

B. Perbandingan Antar Siklus ... 109

BAB V PENUTUP ... 111

A.Kesimpulan ... 111

B. Saran ……….. 112

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Indikator Keberhasilan ... 7

Tabel 2. 1 Karakteristik Pembelajaran SAVI ……… 47

Tabel 3. 1 Pelaksanaan Penelitian ………. 62

Tabel 3. 2 Daftar Guru MI Ma’arif Pulutan ... . 63 Tabel 3. 3 Daftar Siswa MI Ma’arif Pulutan ... 64 Tabel 3. 4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus ……… 66

Tabel 3. 5 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Prasiklus ……….. 67

Tabel 3. 6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ………. 71

Tabel 3. 7 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ………. 72

Tabel 3. 8 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus I ………… 74

Tabel 3. 9 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ……….. 80

Tabel 3. 10 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ………. 81

Tabel 3. 11 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus II ………... 82

Tabel 3. 12 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus III ……… 88

Tabel 3. 13 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa Siklus III ………….………….. 89

Tabel 3. 14 Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Pada Siklus III ……….. 91 Tabel 4. 1 Rata-rata Hasil Tes Awal ……….. 93 Tabel 4. 2 Rata-rata Hasil Tes Siklus I ……….. 95 Tabel 4. 3 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI

(14)

Tabel 4. 4 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI Siklus I ……….………. 97 Tabel 4. 5 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI

Siklus II ………. 100 Tabel 4. 6 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI

Siklus II ………. 101 Tabel 4. 7 Rata-rata Hasil Tes Siklus II ……….. 102 Tabel 4. 8 Pengamatan Responden Guru Menerapkan Pendekatan SAVI

Siklus III ………. 105 Tabel 4. 9 Pengamatan Responden Siswa Menerapkan Pendekatan SAVI

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ……….... 12

Gambar 2.1 Cahaya Menembus Benda Bening ………...……… 32

Gambar 2.2 Cahaya Merambat Lurus ………... 32

Gambar 2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan ………. 33

Gambar 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan………... 34

Gambar 2.5 Pemantulan Cahaya ……….. 34

Gambar 2.6 Pembentukan Cahaya pada Cermin Datar………. 36

Gambar 2.7 Pembentukan Cahaya pada Cermin Cekung ………... 37

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan, sikap-sikap, dan bentuk perilaku positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada (Sukardjo dan Komarudin, 2009: 9). Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas, 2003:1).

(17)

Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan. Dengan adanya pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Salah satunya dapat dilihat dari kemampuan dan kreatifitas guru dalam mengajar. Dalam perkembangannya, guru harus memiliki keahlian untuk memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Terdapat kecenderungan pemikiran dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang.

(18)

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Materi yang tertuang dalam mata pelajaran IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan pendekatan pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat MI diharapkan ada penekanan pembelajaran IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat yang diarahkan pada pengalaman belajar siswa untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kemampuan bekerja secara ilmiah dan bijaksana.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa guru IPA Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga dalam mengajar cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru dalam mengajar sehari-hari cenderung secara klasikal, verbal, dan hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar. Pembelajaran yang bersifat tradisional kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan terkesan verbalisme sehingga siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran IPA.

(19)

beberapa faktor dalam pembelajaran, diantaranya alat peraga di madrasah tersebut khususnya untuk mata pelajaran IPA masih terbatas. Sehingga mengakibatkan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA berkurang. Tidak adanya sarana dan prasarana belajar yang menunjang seperti perpustakaan dan laboratorium juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal, salah satunya dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Penggunakan pendekatan SAVI mempunyai tujuan agar siswa Belajar Berdasar-Aktivitas (BBA) bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar (Meier, 2002: 90). Dengan pendekatan SAVI, semua tipe gaya belajar dapat diterapkan. Sehingga melalui pendekatan SAVI diharapkan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan SAVI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya Bagi Siswa

Kelas V Semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015”.

(20)

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI

Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penerapan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas

V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran

2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya melalui penerapan pendekatan SAVI bagi siswa kelas V semester II MI

Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

(21)

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis berasal dari kata hipo berarti kurang atau lemah dan tesis atau thesis yang berarti teori yang disajikan sebagai bukti. Jadi hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya (Narbuko dan Achmadi, 2007: 28). Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

a. Melalui penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas V semester II MI

Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

b. Melalui penerapan pendekatan SAVI dapat memenuhi target pencapaian KKM mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya

bagi siswa kelas V semester II MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga

Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Indikator Keberhasilan

Menurut Djamarah dan Zain, (2002:120) yang menjadi petunjuk bahwa sesuatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut:

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

(22)

tunjukkan pada tabel berikut:

Tabel: 1.1

Indikator Keberhasilan

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat diketahui kegunaan penelitian ini yaitu:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa ilmu pengetahuan, atau referensi khususnya tentang penerapan pendekatan SAVI yang akan meningkatkan hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya bagi siswa kelas VMI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

Indikator Keberhasilan Sub Indikator Keberhasilan

Peningkatan Hasil belajar IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan menerapkan pendekatan SAVI

 Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya

 Siswa dapat menjelaskan sifat bayangan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung

 Siswa dapat menyebutkan pengertian cacat mata

 Siswa dapat menjelaskan macam-macam alat optik  Siswa dapat membuat karya

model kaca pembesar dari bahlom

(23)

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar.

b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukkan untuk memperkenalkan belajar IPA melalui penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain demikian, dengan mengetahui hasil penelitian apabila terdapat hasil yang negatif atau adanya kekurangan dalam penyampaian materi dengan menggunakan pendekatan SAVI maka bagi para guru madrasah untuk dapat menghindari adanya kesalahan dan lebih meningkatkan serta mengacu untuk lebih kreatif dalam penyampaian materi kepada siswa.

c. Bagi MI dapat dijadikan sebagai contoh bentuk peningkatan yang berbasis sekolah/madrasah dalam upaya hasil belajar.

F. Definisi Operasional

1. Penerapan

(24)

yang terencana dan tersusun sebelumnya. 2. Pendekatan SAVI

Menurut Meier (2002:90) pendekatan SAVI adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa, dengan menitikberatkan pembelajaran pada keterlibatan siswa secara utuh dalam proses pembelajaran. Pendekatan SAVI yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang berdasar Kementerian Pendidikan Nasional.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Sedangkan menurut Suprijono (2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

4. IPA Materi Cahaya

Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khas yaitu melakukan eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi, yang terkait dengan sinar terang (dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan dan lampu) yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya (Salirawati, 2008: 21).

(25)

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai (KKM, 2008: 4).

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Mahmud, 2011: 199). Sedangkan menurut Arikunto (2008:3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

(26)

Sedangkan Arikunto (2008:17) memperjelas PTK kolaboratif bisa dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru; ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti.

2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VB MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga tahun pelajaran 2014/2015. Peneliti memilih subyek siswa kelas VB karena dinilai perlu adanya pembaharuan pendekatan pembelajaran, agar hasil belajar IPA dapat meningkat. Jumlah siswa kelas VB MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga adalah 20 anak, yang terdiri dari 13 laki-laki dan 7 perempuan.

3. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Mulyasa (2009:70-73) prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) biasanya meliputi beberapa siklus, sesuai dengan tingkat permasalahan yang akan dipecahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan.

Gambar: 1.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2009: 73)

(27)

Siklus I Siklus II

Siklus-siklus dalam penelitian tindakan kelas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Rencana pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas antara lain mencakup kegiatan sebagai berikut:

1) Tim peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang akan diajarkan kepada peserta didik.

2) Mengembangkan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP), dengan memperhatikan indikator-indikator hasil belajar.

3) Mengembangkan alat peraga, alat bantu, atau media pembelajaran yang menunjang pembentukan SKKD dalam rangka implementasi Penelitan Tindakan Kelas.

4) Menganalisis berbagai alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi pembelajaran.

(28)

6) Mengembangkan pedoman atau instrumen yang digunakan dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas.

7) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar.

b. Tindakan

Mencakup prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, serta proses perbaikan yang akan dilakukan.

c. Observasi

Mencakup prosedur perekaman data tentang proses dan hasil imlementasi tindakan yang dilakukan.

d. Refleksi

Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan, refleksi tentang proses dampak tindakan perbaikan yang dilakukan serta kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalalm penelitian ini terdiri dari:

a. Pedoman Observasi

(29)

untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan (Mahmud, 2011:168). Sedangkan menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:66) memperjelas observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Pedoman observasi digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA.

b. Soal Tes

Tes merupakan rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Mahmud, 2011:185). Menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:78) tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes sebagai alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan SAVI mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya.

c. Dokumentasi

(30)

dokumen (Mahmud, 2011:183). Sedangkan menurut Sedarmayati dalam buku Mahmud (2011:183) dokumentasi adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

5. Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, tes dan dokumentasi.

a. Observasi

Teknik penilaian alternatif yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis tentang sesuatu yang terjadi pada diri siswa dalam proses pembelajaran di kelas atau di luar kelas (Rusman, 2013: 279). Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai keadaan kelas, suasana pembelajaran, kreatifitas guru, keaktifan siswa dan sebagainya.

b. Tes

(31)

ini berupa tes tertulis bertipe pilihan ganda dan isian, yaitu setiap siswa diberi soal oleh guru sesuai dengan pokok bahasan kemudian diminta untuk mengerjakannya. Data dari tes tersebut didokumentasikan dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), nilai peserta didik sebelum diterapkan pendekatan SAVI pada mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya, foto-foto kegiatan pembelajaran persiklus, dan data lain yang dapat melengkapi penyusunan penelitian ini.

Silabus merupakan rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengolahan kelas yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan penyusunan RPP. Sedangkan RPP sendiri merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran guru dan disusun dalam tiap-tiap putaran pembelajaran. Nilai peserta didik sebelum menerapkan pendekatan SAVI pada mata pelajaran IPA materi Cahaya dan Sifat-sifatnya peneliti gunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik mengetahui pemahaman materi pelajaran.

(32)

Sesuai rancangan penelitian yang digunakan, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis reflektif dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil penelitian yang terekam dalam tes dan format pengamatan lainnya. Analisis reflektif dilakukan peneliti

bersama guru IPA MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga sebagai

pijakan untuk menemukan program aksi pada siklus selanjutnya atau mendeteksi tolak ukur ketercapaian tujuan dalam penelitian tindakan kelas. Peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh nilai rata-rata tes formatif yang dirumuskan oleh Aqib (2010:40) sebagai berikut:

x =

Keterangan:

x = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa.

Sedangkan menurut Djamarah (2006:225-226) untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100%

P = Nilai dalam persen F = Frekuensi

(33)

Sebagai standar ketuntasan belajar digunakan patokan yang digunakan Depdiknas (2007) dalam KTSP SD/MI 2006. Untuk menentukan analisis proporsi butir soal (P) dapat ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100%

N = Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal T = Jumlah siswa yang menjawab salah butir soal

Analisis dari data hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Skor yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal siswa terhadap indikator yang ditetapkan. Ketuntasan individual atau ketuntasan persiswa ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

P =

x 100%

Si = jumlah skor yang dicapai

St = jumlah skor total seluruh butir soal

Siswa dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi jawaban siswa benar, atau persen ketuntasan belajarnya (P2) ≥ 75%. Menurut standar ketuntasan belajar untuk anak SD/MI proporsi jawaban benar uji akhir (P2) ≥ 70%. Berdasarkan standar ketuntasan belajar tersebut, suatu kelas

(34)

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table, daftar gambar, dan lampiran.

Sedangkan pada bagian isi dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:

Bab IPendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.

(35)

pendekatan SAVI. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) meliputi pengertian KKM, fungsi KKM, dan prinsip penetapan KKM.

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini mencakup: Subyek penelitian, deskripsi kondisi awal, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II dan deskripsi pelaksanaan siklus III.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini mencakup: Deskripsi paparan per siklus meliputi, deskripsi hasil kondisi awal, deskripsi hasil penelitian siklus I, deskripsi hasil penelitian siklus II, deskripsi hasil penelitian siklus III dan perbandingan antar siklus.

Bab V Penutup. Pada bab ini bersisi tentang kesimpulan dan saran yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek bidang yang diteliti.

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar IPA

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian hasil belajar tersebut dipertegas lagi oleh Nawawi dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Suprijono (2012:5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan-keterampilan.

Menurut Gagne dalam Suprijono (2013:5-6) hasil belajar terdiri dari:

a. Informasi verbal yaitu kapasibilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

(37)

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini sejalan dengan teori Nawawi dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan hasil belajar menurut peneliti adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku karena pengalaman baru. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka hasil belajar merupakan hasil kegiatan belajar sedangkan belajar lebih menekankan pada proses kegiatan selain pada hasil kegiatannya.

2. Macam-macam Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013:6-11) macam-macam hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman Konsep

(38)

menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca, dilihat, dialami, atau dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang dilakukan. Sedangkan menurut Sumaatmadja dalam Susanto (2013:8) konsep adalah sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Dari beberapa pengertian tersebut, untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan mengadakan berbagai tes baik secara lisan maupun secara tertulis.

b. Keterampilan Proses

(39)

keterampilan ini digunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep, prinsip, dan teori.

c. Sikap

Menurut Sardiman dalam Susanto (2013:11) sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia disekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang. Dalam hubungan dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Karena pemahaman konsep, maka dominan yang sangat berperan adalah domain kognitif.

3. Faktor-faktor yang Mempengarui Hasil Belajar

Menurut Slameto (1988:56-74), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor Intern

(40)

mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, perhatian. Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya agar dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Ketiga, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Keempat, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang. Kelima, motif. Motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan. Keenam, kematangan. Belajar akan lebih berhasil jika siswa sudah siap (matang) dengan adanya latihan-latihan dan pelajaran. Ketujuh, kesiapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Faktor kelelahan juga dapat mempengaruhi belajar dan untuk menghindarinya perlu adanya upaya untuk menghindarkan kondisi yang menyebabkan kelelahan pada saat proses belajar.

b. Faktor Ekstern

(41)

akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Faktor lingkungan sekolah, hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor lingkungan masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat, di antaranya kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan, artinya secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Berdasarkan teori inihasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungan. Pertama siswa, dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan (Susanto, 2013:12).

c. Ranah Hasil Belajar

(42)

Bloom dalam Sudjana (1990:22-34), secara garis besar membagi tipe hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3) Ranah Psikomotoris

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek dalam ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

(43)

Batasan hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif siswa, di mana siswa dapat mengetahui, memahami, menganalisis setiap soal yang diberikan oleh guru.

4. IPA Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya a. Pengertian IPA

Menurut Lord Bullock (dalam Garnida dan Budiman, 2002:6) IPA merupakan suatu proses terbuka dan IPA dipandang sebagai studi yang banyak berhubungan dengan manusia dan masyarakat, yaitu suatu studi yang memerlukan imajinasi, perasaan, pengamatan dan juga analisis. Salirawati (2008:21) mempertegas, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi, dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

b. Fungsi IPA di SD/MI

Fungsi mata pelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut : 1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai

lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

(44)

3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan berkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Garnida dan Budiman, 2002:253-254).

c. Tujuan IPA di SD/MI

Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

2) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan tentang alam sekitar.

3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar.

(45)

5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sebagai kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Garnida dan Budiman, 2002:254).

d. Ruang Lingkup IPA untuk SD/MI

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya.

2) Materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi : udara, air, tanah dan batuan.

3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainnya.

(46)

e. Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya

1) Pengertian Cahaya

Menurut Sarjono (2012:104), cahaya sangat diperlukan untuk penglihatan. Tetapi cahaya yang berlebihan juga dapat merusak penglihatan. Pada siang hari keadaan di sekeliling kita menjadi terang karena ada cahaya matahari, sedangkan pada malam hari, kita dapat melihat karena ada lampu. Dengan demikian cahaya sangat diperlukan untuk melihat benda-benda yang ada disekitar.

2) Sumber Cahaya

Benda-benda yang memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya. Contoh: matahari, lilin, lampu dan nyala api. Benda yang tidak memancarkan cahaya sendiri disebut benda gelap. Contoh: meja, kursi, papan tulis, dan lain sebagainya.

3) Sifat-sifat Cahaya

Cahaya mempunyai sifat-sifat yang menembus benda bening, merambat lurus, dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. a. Cahaya menembus benda bening

(47)

Cahaya metahari dapat menembus air laut, air sungai dan air kolam yang dalam asalkan air tersebut jernih.

Gambar: 2.1

Cahaya Menembus Benda Bening

b. Cahaya merambat lurus

Cahaya merupakan partikel-partikel yang sangat kecil dan bergerak sangat cepat dengan lintasan garis lurus dengan kecepatan 300.000 km/detik. Garis-garis yang menggambarkan cahaya disebut sinar cahaya. Kumpulan sinar cahaya akan membentuk berkas cahaya. Bayangan-bayangan terjadi karena cahaya merambat lurus. Cahaya tidak dapat mencapai daerah di belakang benda.

Gambar: 2.2

(48)

c. Cahaya dapat dipantulkan

Bila cahaya mengenai benda ada dua peristiwa yang dialami oleh cahaya yang jatuh pada benda tersebut, yaitu: sebagian cahaya itu diteruskan ke dalam benda yang dikenainya. Dan sebagian cahaya itu dipantulkan kembali.

Gambar: 2.3

Cahaya Dapat Dipantulkan

d. Cahaya dapat dibiaskan

(49)

Gambar: 2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan

Besar kecilnya pembiasan cahaya terhadap suatu zat tergantung pada besar kecilnya kerapatan zat tersebut. Semakin rapat zat yang dilalui, semakin besar pula pembiasan yang terjadi. Akibat dari adanya pembiasan cahaya antara lain: tongkat atau pensil yang dicelupkan ke air kelihatan seperti patah dan dasar kolam yang airnya jernih tampak seperti dangkal dari yang sebenarnya.

(50)

Cahaya matahari yang putih sebenarnya terdiri dari berbagai warna yang tersusun dalam suatu spektrum warna. Peristiwa penguraian cahaya putih menjadi berbagai warna disebut dispresi. Pelangi adalah cahaya matahari yang mengalami pembiasan oleh air hujan. Bila seberkas sinar matahari mengenai titik air, maka titik air berfungsi sebagai pengurai cahaya. Sinar matahari yang putih diuraikan menjadi warna warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sinar tersebut disebut polikromatik, sedangakan warna yang tidak dapat diuraikan menjadi warna lain disebut warna tunggal atau monokromatik.

4) Pemantulan Cahaya

(51)

benda. Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cembung lebih kecil dari bendanya.

Jika permukaan cermin merupakan satu bidang datar, cermin itu disebut cermin datar. Cermin datar memantulkan sinar pada satu arah saja. Pemantulan cermin itu disebut pemantulan teratur. Pemantulan sinar ke segala arah atau yang terhambur itu disebut sebagai pantulan baur atau pantulan difus. Pantulan penting bagi kita. Bila cahaya matahari tidak dihamburkan oleh butir-butir debu di udara dan benda di sekelilingnya, sudut-sudut ruangan di dalam rumah dan dibawah rindangan pohon gelap gulita. Hukum pemantulan cahaya (Hukum Snellius) menyatakan bahwa: sudut datang selalu sama dengan sudut pantul, sinar datang, normal dan sinar pantul terletak pada sebuah bidang datar.

Gambar: 2.6

(52)

Gambar: 2.7

Pembentukan Cahaya pada Cermin Cekung

Gambar: 2.8

Pembentukan Cahaya pada Cermin Cembung

5) Lensa

(53)

a) Lensa Cembung

Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada bagian tepinya. Sifat bayangan dapat membentuk bayangan nyata atau maya, tegak, atau terbalik, lebih besar atau lebih kecil daripada bendanya (tergantung pada letak benda terhadap lensa).

b) Lensa Cekung

Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya. Sifat bayangan: selalu maya, tegak, lebih kecil daripada bendanya.

6) Hubungan Cahaya dan Penglihatan

Kita melihat dengan mata. Oleh karenanya mata kita juga disebut indera. Mata mempunyai alis mata, kelopak mata, dan bulu mata. Bagian ini untuk melindungi mata agar debu dan keringat tidak mengotori mata. Mata selalu basah dengan air. Air mata selalu mencuci mata kita bila kemasukan debu atau benda kecil ke dalam mata.

(54)

kita melihat sebuah benda, kita arahkan bola itu ke benda. Misalnya, kita memandang ke pohon cahaya itu dari pohon masuk ke mata melaui pupil atau anak mata. Cahaya itu kemudian melewati lensa mata. Oleh lensa mata dibentuk gambar pohon pada retina. Gambar pohon tentu terbalik letaknya.

Otot mata bergerak dengan lincahnya mengubah tebal tipisnya lensa. Dengan cara menebalkan dan menipiskan lensa, otot mata dapat mengatur agar jarak titik api lensa sesuai dengan jarak benda yang diamati. Kemampuan otot mata untuk menebal tipiskan lensa dengan benda disebut akomodasi.

Untuk melihat benda-benda yang dekat, otot mata kita membentuk lensa cembung. Untuk melihat benda-benda yang jauh otot-otot kita berusaha menguarangi kecembungan lensa. Perubahan bentuk lensa mata (akomodasi) agar benda-benda terlihat oleh mata normal.

7) Cacat Mata

Ada beberapa cacat mata, antara lain:

(55)

b) Rabun jauh atau miopi. Orang yang menderita miopi jarak fokus lensa matanya terlalu pendek. Penderita ini tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang jauh letaknya. Dapat ditolong dengan kaca mata cekung (lensa negatif).

c) Rabun dekat atau hipermetropi. Kelainan mata seperti ini dapat ditolong dengan menggunakan kaca mata berlensa cembung (lensa positif).

d) Presbiopi, penderita ini kemampuan berakomodasinya sangat lemah. Ia tak dapat melihat benda sangat jauh letaknya dan tidak bisa membaca buku pada jarak normal (20 sampai dengan 30 cm). Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan kaca mata berlensa rangkap.

8) Alat Optik

Selain kacamata ada juga alat optik yang lain, yaitu sebagai berikut:

a) Kaca pembesar

(56)

b) Kamera

Kamera atau alat pemotret adalah alat optik yang digunakan untuk membentuk gambar suatu benda. Lensa kamera umumnya terdiri dari lensa yang dipasang bersusun. Di dalam susunan ini terdapat diafragma. Diafragma berguna untuk mengatur cahaya yang akan masuk ke dalam kamera. Jika cahaya terang maka diafragma menyempit. Dan jika cahaya redup maka diafragma melebar. Cahaya yang masuk ke dalam kamera membentuk gambar pada film. Jadi, diafragma berfungsi seperti pupil pada mata. bayangan benda yang berbentuk harus jatuh pada film. Film yang digunakan pada kamera merupakan gulungan seluloid yang dilapisi zat kimia yang peka terhadap cahaya. Film itu jika dicuci akan memperlihatkan benda yang difoto pada gulungan seluloid tersebut. Kemudian jika gulungan seluloid dicetak pada keretas foto, maka bayangan itu akan terlihat seperti bentuk aslinya. c) Mikroskop

(57)

objektif dan lensa cembung yang terleteak dekat mata disebut lensa okuler.

d) Teropong

Teropong adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang letaknya jauh, misalnya untuk mengamati bintang, bulan, dan planet-planet.

e) Periskop

Periskop adalah sejenis teropong yang biasa dipasang pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Di dalam sebuah periskop terdapat cermin dan lensa agar kita dapat melihat benda-benda yang berada di atas batas pandang. f) Overhead Projector

Overhead Projector (OHP) digunakan pada gambar tembus cahaya. Alat ini biasanya digunakan sebagai alat bantu mengajar, rapat, atau seminar. Alat ini digunakan di ruangan yang tidak terlalu gelap. Gambar atau tulisan dengan spidol pada plastik tembus cahaya dapat diproyeksikan pada layar. 9) Karya Berteknologi Sederhana

Karya berteknologi sederhana membuat kaca pembesar dari bohlam:

(58)

b) Cara membuat: pertama, keluarkan isi bohlam dengan cara membukanya. Kedua, isilah bohlam kosong dengan air jernih. Ketiga, tutup leher bohlam dengan plastik dan ikat dengan karet gelang. Keempat gunakan kaca pembesar sederhana ini untuk melihat benda-benda yang kecil.

B. Pendekatan SAVI

1. Pengertian Pendekatan SAVI

Menurut Rusman (2013:380) pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Kellen dalam Rusman (2013:380) menegaskan bahwa ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menurunkan pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif.

(59)

siswa secara utuh dalam proses pembelajaran. Pendekatan SAVI menekankan belajar berdasarkan aktivitas, yaitu bergerak aktif secara fisik ketika sedang belajar dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar.

Menurut Meier (2002:92) istilah SAVI kependekan dari Somatik (S) yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), yaitu belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditori (A) bermakna bahwa belajar dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visual (V) bermakna belajar menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intelektual (I) bermakna bahwa belajar menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Belajar dapat optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran (Meier, 2002: 100).

(60)

a. Belajar Somatis

Menurut Meier (2002:92) belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetik, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Namun, dalam pembelajaran di sekolah pada umumnya terdapat pemisahan antara tubuh dan pikiran, sehingga yang berlaku adalah duduk manis, jangan bergerak, dan tutup mulut, karena beberapa guru di sekolah masih menggunakan paradigma lama yaitu belajar hanya melibatkan otak saja. Kini, pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami tantangan serius, karena penelitian Neurologi menemukan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh atau pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan pikiran adalah tubuh. Jadi, dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh sepenuhnya dalam belajar, berarti menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya (Meier, 2002: 93-95). b. Belajar Auditori

(61)

dengan keras atau secara dramatis, ajak siswa berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai ketrampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri siswa sendiri (Meier, 2002: 96-97).

c. Belajar Visual

(62)

d. Belajar Intelektual

Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian dari yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar (Meier, 2002: 99-100).

Karakteristik pembelajaran SAVI menurut Meier (2002) dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel: 2.1

Karakteristik Pembelajaran SAVI Pendekatan

Belajar

Aktivitas Belajar Somatis (S) Orang dapat bergerak ketika mereka :

1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur

2. Secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu proses atau sistem

3. Menciptakan piktogram dan periferalnya 4. Memeragakan suatu proses, sistem, atau

seperangkat konsep

5. Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya 6. Melengkapi suatu proyek yang

memerlukan kegiatan fisik

(63)

(simulasi, permainan belajar dan lain-lain)

8. Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajari

9. Mewawancarai orang-orang di luar kelas 10.Dalam tim, menciptakan pelatihan

pembelajaran aktif bagi seluruh kelas

Auditori (A) Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar. 1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras

materi dari buku panduan dan layar komputer

2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung dalam buku pembelajaran yang dibaca mereka

3. Mintalah pembelajar berpasang-pasangan memperbincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkannya 4. Mintalah pembelajar mempraktikkan

suatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan

5. Ajaklah pembelajar membuat sajak atau hafalan dari yang mereka pelajari

6. Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang

Visual (V) Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah :

1. Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi)

2. Grafik presentasi yang hidup 3. Benda 3 dimensi

(64)

6. Kreasi pictogram (oleh pembelajar) 7. Pengamatan lapangan

8. Dekorasi berwarna-warni 9. Ikon alat bantu kerja

Intelektual (I) Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti :

1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman

3. Mengerjakan perencanaan strategis 4. Memilih gagasan kreatif

5. Mencari dan menyaring informasi 6. Merumuskan pertanyaan

7. Menciptakan model mental

8. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan 9. Menciptakan makna pribadi

10.Meramalkan implikasi suatu gagasan

2. Tahapan Pendekatan SAVI

Menurut Meier dalam Rusman (2013:374), pembelajaran SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan baik jika empat tahap berikut dilaksanakan dengan baik. Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

(65)

1) Memberikan sugesti positif (Auditori)

2) Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa (Auditori)

3) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna (Auditori) 4) Membangkitkan rasa ingin tahu (Intelektual)

5) Menciptakan lingkungan fisik yang positif (Visual)

6) Menciptakan lingkungan emosional yang positif (Intelektual)

7) Menciptakan lingkungan sosial yang positif (Visual) 8) Menenangkan rasa takut (Auditori)

9) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar (Intelektual) 10) Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah

(Auditori)

11) Merangsang rasa ingin tahu siswa (Intelektual)

12) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal (Somatis). b. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

(66)

3) Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

4) Presentasi interaktif (Auditori, Visual)

5) Grafik dan sarana presentasi yang berwarna-warni (Visual)

6) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

7) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

8) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) (Intelektual)

9) Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual (Intelektual)

10) Pelatihan memecahkan masalah (Intelektual). c. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas pemrosesan siswa (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

(67)

3) Simulasi dunia nyata (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

4) Permainan dalam belajar (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

5) Pelatihan aksi pembelajaran (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

6) Aktivitas pemecahan masalah (Intelektual) 7) Refleksi dan artikulasi individu (Auditori)

8) Dialog berpasangan atau berkelompok (Somatis, Auditori) 9) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif (Somatis, Auditori,

Visual, Intelektual)

10) Aktivitas praktis membangun ketrampilan (Somatis, Intelektual)

11) Mengajar balik (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) d. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)

Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut :

(68)

2) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

3) Aktivitas penguatan penerapan (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

4) Materi penguatan pascasesi (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

5) Pelatihan terus-menerus (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

6) Umpan balik dan evaluasi kinerja (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

7) Aktivitas dukungan kawan (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual).

3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI

Penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan pendekatan belajar lainnya. Menurut Nurhayati (2014) kelebihan dan kekurangan dari pendekatan SAVI adalah sebagai berikut : a. Kelebihan dari pendekatan SAVI antara lain :

1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual.

(69)

3) Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa.

4) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual.

5) Pembelajaran lebih menarik dengan adaya permainan belajar.

6) Pendekatan yang ditawarkan tidak kaku tetapi dapat sangat bervariasi tergantung pada pokok bahasan, dan pembelajaran itu sendiri.

7) Dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif. Orang yang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi dan sosial yang positif yaitu lingkugan yang tenang sekaligus menggugat semangat, adanya rasa minat dan kegembiraan sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran.

(70)

9) Terciptanya kerja sama di antara pembelajar. Biasanya belajar paling baik dalam lingkungan kerja sama. Semua cara belajar cenderung bersifat sosial.

10) Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar. Orang dapat belajar dengan baik jika dia mempunyai banyak variasi pilihan belajar yang memungkinkannya untuk memanfaatkan seluruh inderanya dan menerapkan gaya belajar yang dikuasainya.

b. Kekurangan dari pendekatan SAVI antara lain :

1) Pendekatan ini sangat menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.

2) Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat dipenuhi pada sekolah-sekolah maju. 3) Pendekatan yang memang tidak kaku tetapi harus

(71)

4) Pendekatan SAVI ini masih tergolong baru, banyak pengajar guru sekalipun yang belum menguasai pendekatan SAVI tersebut.

5) Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadikan siswa itu minder.

C. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

(72)

2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Ketuntasan Minimal mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut:

a. Sebagai Acuan bagi Pendidik

Bagi pendidik, KKM digunakan untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian remidial atau layanan pengayaan.

b. Sebagai Acuan bagi Peserta Didik

Bagi peserta didik KKM digunakan untuk menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengikuti KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan.

c. Sebagai Komponen Evaluasi KKM

(73)

KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah.

d. Sebagai kontrak pedagogik peserta didik dan satuan pendidikan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah.

e. Sebagai target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi mata pelajaran.

(74)

menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat (KKM, 2008: 5-6).

3. Prinsip Penetapan KKM

Penetapan Kriteria Minimal perlu mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut:

a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif.

b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi.

c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut.

d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut.

Gambar

gambar dan bicarakan tentang apa yang
Tabel : 3.14

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh cerita islami dengan menggunakan boneka tangan terhadap pembinaan moral anak usia dini, penelitian ini akan dilakukan

Tanaman anggrek di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk.. dibudidayakan

Melakukan kegiatan pendahuluan lapangan pada SPM negeri yang dijadikan tempat penelitian di kabupaten kepulauan Yapen Serui Papua terdapat: (1) desain dan pelaksanaan

Rata- rata Persentase Manfaat Hasil Pengetahuan “Mengolah Hidangan Berbahan Terigu (Pasta)” Sebagai Kesiapan Cook Helper Berkaitan Dengan Tahap Persiapan ……… 82

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah kota yang diambil dari beberapa kedalaman berpengaruh nyata terhadap peningkatan C-organik, Cd-total tanah, dan

menyatakan bahwa pemberian kompos sampah kota berpengaruh nyata terhadap. tinggi tanaman, jumlah cabang primer, berat kering tajuk tanaman,

Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..