• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

0

MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU

Oleh

(2)

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, karya ilmiah berjudul “Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu

Berfokus Praktikum dalam Rangka Peningkatan Kompetensi Profesional Guru

IPA SMP di Kabupaten Kudus”, ini dapat terselesaikan. Buku ini merupakan

produk penelitian Research and Development dari pengembangan model

manajemen pelatihan IPA terpadu dalam rangka peningkatan kompetensi

profesional guru IPA SMP di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten Kudus.

Karya ilmiah ini memberikan sebuah solusi model manajemen pelatihan

yang lebih baik dan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan pelatihan, karena

model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dilengkapi dengan paket pendukung

pelatihan. Paket pendukung pelatihan adalah: pedoman pelaksanaan manajemen

pelatihan, pegangan peserta, pegangan instruktur dan materi pelatihan IPA

terpadu berfokus praktikum.

Ide dasar yang melatarbelakangi lahirnya buku ini adalah diberlakukannya

Permendiknas No.22 Tahun 2006 bahwa dalam Kurikulum Satuan Tingkat

Pendidikan (KTSP) IPA SMP dianjurkan dalam penyampaianya IPA terpadu.

Fakta di lapangan guru IPA SMP memiliki latar belakang pendidikan Biologi atau

Pendidikan Fisika. Fakta lain dalam kurikulum IPA SMP juga terdapat materi

kimia. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan sebuah solusi

(3)

2

Berdasarkan temuan manajemen pelatihan yang telah berjalan di MGMP

IPA SMP kabupaten Kudus, perlu dilakukan pengembangan model manajemen

pelatihan agar penyelenggaraan pelatihan dapat berhasil secara maksimal. Model

manajemen pelatihan IPA terpadu dilengkapi dengan paket pelatihan. Model

manajemen pelatihan IPA terpadu berfokus praktikum memuat model manajemen

pelatihan yang memiliki tahap: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

evaluasi, monitoring, tindak lanjut pasca pelatihan dan hasil pasca pelatihan.

Besar harapan penulis, model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat

bermanfaat dan memberikan sumbangan sebagai model alternatif dalam

penyelenggaraan pelatihan di MGMP, LPMP, P4tkipa dan di Balai Diklat lain.

Salatiga, 16 Juli 2016

Penulis

(4)

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI... 3

I. Pendahuluan... 4

II. Spesifikasi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu... 5

III. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu... 8

3.1Diskripsi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu... 10

3.1.1 Rasional………... 10

3.1.2 Pengertian……… 10

3.1.3 Pengelola Pelatihan………. 10

3.1.4 Unsur Manajemen palatihan ………... 11

3.1.5 Tindak lanjut Pasca Pelatihan………. 20

3.1.6 Hasil Pasca Pelatihan……….. 21

IV. Penutup... 22

V. Daftar Pustaka... 22

(5)

4

Bab I

Pendahuluan

Sesuai dengan Permen 22 tahun 2006, bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Model pembelajaran terpadu merupakan

salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di

sekolah dari jenjang Sekolah Dasar sampai jenjang Sekolah Menengah Atas.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman

langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan

menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Model pembelajaran IPA terpadu

memuat beberapa keterpaduan antar Kompetensi Dasar (Depdiknas, 2007).

Pembelajaran IPA terpadu tidak memaksakan semua materi untuk

dipadukan, namun memadukan materi yang berpotensi untuk dipadukan. IPA

yang terdiri dari Fisika, Biologi, Kimia sekilas tampak berbeda, namun apabila

kita cermati dalam pembelajaran secara terpadu terdapat beberapa Kompetensi

Dasar yang dapat dipadukan. Materi IPA terpadu disusun dengan diawali

pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berpotensi untuk

dipadukan. Indikator pembelajaran IPA terpadu dapat muncul dari penggabungan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipadukan. Dengan berlakunya

KTSP yang didalamnya terdapat mata pelajaran IPA, materi IPA dianjurkan

untuk disampaikan secara terpadu, maka hal tersebut menimbulkan dampak bagi

(6)

5

Berdasarkan kenyataan di lapangan guru IPA memiliki latar belakang

Pendidikan Biologi atau Pendidikan Fisika atau Pendidikan Kimia. Melihat

kenyataan di lapangan, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan

kemampuan profesional guru IPA SMP dalam pembelajaran IPA terpadu.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional pembelajaran IPA

terpadu bagi guru IPA SMP adalah dengan mengadakan pelatihan IPA terpadu.

Pelatihan tersebut dikelola dengan pengembangan model manajemen pelatihan

yang selama ini telah dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. Model

manajemen pelatihan IPA terpadu yang dikembangkan ini dapat menjadi panduan

penyelenggaraan pelatihan khususnya bidang IPA. Dengan demikian pelatihan

dapat berjalan secara maksimal, efektif dan efesien dan dapat meningkatkan hasil

pembelajaran serta meningkatkan profesionalisme guru IPA.

I. Spesifikasi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu

Manajemen merupakan suatu sistem dan memiliki komponen. Definisi

manajemen menurut Terry (1977: 4) “management is a distinct process consisting

of planning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine and

accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources”.

Fattah (2009: 1) “manajemen diartikan sebagai proses merencana,

mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala

aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien”. Menurut

Kamil (2010: 16) “secara manajerial, fungsi-fungsi organizer pelatihan adalah

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan”. Manajemen

(7)

6

yang menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan

disain pelatihan, penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan,

pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan, dan penetapan tindak lanjut pelatihan”.

Menurut Terry (1977: 4) “basic resources the 6 M’s is Men and Women,

materials, machines, methods, money and markets”. Adapun gambarnya 6 M

dengan fungsi manajemen adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Basic resources the 6 M’s Terry (1977: 4)

Dari unsur manajemen men, materials, machines, methods, money,

markets dapat dianalisis sesuai dengan kebutuhan sebelum menyelenggarakan

pelatihan. Manajemen pelatihan yang diselenggarakan memerlukan perencanaan

dari keenam unsur tersebut di atas. Studi pendahuluan diperlukan dalam analisis

kekurangan dan kelebihan dari unsur tersebut diatas. Dari kekurangan dapat

dioptimalkan dengan pengembangan yang dituangkan dalam penyelenggaraan

pelatihan. Pelatihan perlu dikelola atau dimanaje oleh organizer pelatihan.

Pengelolaan pelatihan secara tepat dan profesional dapat memberikan makna

fungsional pelatihan terhadap individu, organisasi maupun masyarakat. Men and Women

Materials Machines Methods money Markets

Planning Actuating

(8)

7

Berdasarkan definisi manajemen yang dikemukakan beberapa ahli, maka

penulis mengadap pada manajemen yang dikemukakan oleh Terry (1977: 4)

dimana fungsi dari empat komponen dalam manajemen adalah sebagai berikut:

Perencanaan (planning), actuating, pengorganisasian (organizing), pengontrolan

(controlling). Manajemen pelatihan IPA terpadu terdiri dari empat komponen

utama: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring.

Adapun manajemen pelatihan IPA terpadu bagi guru IPA SMP memiliki

spesifikasi sebagai berikut.

1. Model manajemen pelatihan IPA terpadu hasil pengembangan mudah

dilakukan dan mudah dipahami bagi penyelenggara pelatihan, karena

pengembangan berdasarkan analisis kebutuhan dan temuan model manajemen

yang telah dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. Model

manajemen hasil pengembangan terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, evaluasi dan monitoring serta tindak lanjut pasca pelatihan yang

meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pelaporan.

2. Model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat mengetahui kemampuan

profesional tamatan pelatihan, karena dilengkapi dengan tahap tindak lanjut

pasca pelatihan di lapangan yang dibawah supervisi atasan langsung tamatan

pelatihan.

3. Model manajemen pelatihan IPA terpadu dilengkapi paket pelatihan meliputi:

pedoman manajemen pelatihan, pegangan instruktur pelatihan, pegangan

(9)

8

model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat memudahkan bagi

penyelenggara, instruktur dan peserta.

II. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu

Penyusunan desain konseptual model manajemen pelatihan IPA terpadu dilakukan

berdasarkan hasil studi pendahuluan. Studi pendahuluan berupa angket terbuka

dan interview dari Ketua dan pengurus MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus

tentang manajemen pelatihan yang pernah dilakukan, didukung studi pendahuluan

dan kebutuhan Pelatihan IPA terpadu dari guru IPA SMP di Kabupaten Kudus,

epala Sekolah SMP Kabupaten Kudus, LPMP Jawa Tengah, pengurus MGMP

IPA SMP Kabupaten Kudus, dan guru IPA SMP Kabupaten Kudus. Dari hasil

studi pendahuluan dapat diketahui kelemahan manajemen pelatihan yang pernah

dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus yaitu belum dilakukan evaluasi

program pelatihan secara menyeluruh dan belum dilakukan tindak lanjut

pascapelatihan. Hasil studi pendahuluan analisis kebutuhan pelatihan IPA terpadu,

kondisi, dan kendala pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut: (1) guru

IPA SMP di Kabupaten Kudus membutuhkan pelatihan IPA terpadu, (2) guru IPA

kesulitan mendapatkan buku IPA terpadu, (3) guru IPA belum menyampaikan

pembelajaran IPA secara terpadu, (4) guru IPA minat mengikuti pelatihan IPA

terpadu, (6) guru IPA belum memiliki persepsi yang sama tentang IPA terpadu.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dapat dikembangkan desain model

manajemen pelatihan IPA terpadu. Adapun desain pengembangan model

(10)

9

Gambar 3.1. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu

Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan

Tugas dan 3.Kurikulum dan materi

pelatihan

Fungsi Manajemen Basic resources

1. Paket pelatihan

(11)

10

2.1Diskripsi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu

2.1.1 Rasional

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang standar isi, untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah secara tegas dinyatakan bahwa subtansi mata

pelajaran IPA merupakan IPA terpadu. Guru IPA di lapangan belum

menyampaikan IPA secara terpadu. Guru IPA saat ini telah memiliki spesifikasi

bidang ilmu pendidikan biologi dan pendidikan kimia. Guru IPA lebih menyukai

materi sesuai bidangnya. Mata pelajaran IPA pada sekolah menengah pertama

dalam KTSP 2006 terdapat materi kimia. Fakta tersebut di atas menjadikan

kendala dalam menyampaikan IPA terpadu, untuk itu dilakukan peningkatan

kompetensi guru melalui pelatihan. Pelatihan dapat berhasil diperlukan

pengelolaan dengan menerapakan fungsi manajemen dan basic resources.

3.1.2 Pengertian

Model manajemen pelatihan IPA terpadu merupakan kerangka konseptual

sebagai acuan dalam pengelolaan peningkatan kompetensi guru IPA dalam

pembelajaran IPA terpadu. Pengembangan model manajemen pelatihan IPA

terpadu dibagi menjadi empat yaitu: pengelola pelatihan, unsur manajemen

(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi), tindak lanjut pasca

pelatihan dan hasil.

3.1.3 Pengelola Pelatihan

Pengelola pelatihan adalah MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. MGMP

IPA SMP Kabupaten Kudus sebagai pengelola pelatihan memiliki tugas dan

(12)

11

adalah ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus dibantu pengurus MGMP IPA

SMP kabupaten Kudus sebagai sekretaris, bendahara, koordinator pelaksana,

seksi acara dan materi, seksi konsumsi serta seksi perlengkapan. Tugas dan

tanggung jawab masing-masing pengelola dikoordinasikan dalam rapat persiapan

yang dipimpin oleh ketua panitia pengelola pelatihan.

3.1.4 Unsur Manajemen Pelatihan

Manajemen pelatihan IPA terpadu di MGMP IPA SMP kabupaten Kudus

meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Deskripsi dari masing-masing unsur adalah sebagai berikut.

A. Perencanaan Pelatihan

Tim MGMP IPA Kabupaten Kudus sebagai pengelola pelatihan IPA terpadu.

Pengelola pelatihan melakukan perencanaan pelatihan. Perencanaan pelatihan

merupakan kegiatan merencanakan program pelatihan secara menyeluruh.

Adapun perencanaan pelatihan adalah sebagai berikut.

a. Analisis kebutuhan pelatihan

Analisis kebutuhan dilakukan melalui angket, wawancara dan observasi.

Analisis kebutuhan melalui angket bagi guru IPA SMP di Kabupaten Kudus

diikuti oleh 30 orang guru IPA dalam forum MGMP yang dikoordinasi oleh

peneliti dan tim MGMP. Angket analisis kebutuhan meliputi: kebutuhan

pelatihan IPA terpadu, kenyataan pembelajaran IPA terpadu di SMP

Kabupaten Kudus, kendala pembelajaran IPA terpadu dan minat guru untuk

mengikuti pelatihan IPA terpadu dan masukan guru IPA dalam rangka

(13)

12

Masukan dari kepala sekolah pada saat peneliti melakukan observasi

pembelajaran IPA terpadu di sekolah, meliputi: keluhan, kendala yang

dialami guru IPA, kurikulum, silabus dan RPP.

Wawancara peneliti dengan tim MGMP tentang kenyataan manajemen

pelatihan yang sudah dijalankan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus, serta

diskusi peneliti dengan Kabid. Fasilitasi LPMP Jawa Tengah tentang

pelatihan yang pernah diikuti guru IPA SMP di LPMP Jawa Tengah serta

manajemen pelatihan di LPMP Jawa Tengah. Hasil angket tersebut di atas,

sebagai dasar analisis kebutuhan pelatihan IPA terpadu.

b. Tujuan Pelatihan

Tiga tujuan dalam pelatihan IPA terpadu. Tujuan tersebut berdasarkan

analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Tujuan pelatihan terpadu adalah.

(1) Untuk meningkatan pengetahuan guru IPA dalam pemahaman

pembelajaran IPA terpadu.

(2) Untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan pengintegrasian

SK, KD, silabus, RPP IPA terpadu.

(3) Untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran IPA

terpadu di sekolah.

c. Program Pelatihan

Program pelatihan yang dalam pelatihan IPA terpadu bagi guru IPA SMP

meliputi: kurikulum dan materi pelatihan IPA terpadu, relevansi strategi dan

(14)

13

prasarana pelatihan, jadwal peltihan, teknik evaluasi pelatihan, anggaran, dan

tindak lanjut pasca pelatihan serta paket pelatihan.

B. Pengorganisasian Pelatihan

Pengorganisasian pelatihan IPA terpadu diawali dengan menentukan tim

pengelola pelatihan dari pengurus MGMP IPA Kabupaten Kudus. Ketua

pengelola pelatihan menyusun tim kerja dituangkan dalam struktur organisasi.

Ketua pengelola pelatihan membagi tugas dan tanggung jawab sesuai bidangnya.

Ketua pengelola menentukan prosedur dan koordinasi kerja tim.

C.Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan mengikuti perencanaan yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan pelatihan IPA terpadu terdiri dari enam tahap yaitu: ice breaking,

pretes, materi kompetensi IPA terpadu, simulasi pembelajaran IPA terpadu,

refleksi dan postes. Batasan pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut.

(1) Materi pelatihan IPA terpadu dibatasi pada kelas VII semester 1 sumber

materi adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berpotensi

dapat dipadukan. Adapun materi yang berpotensi untuk dipadukan adalah: (1)

Wujud Zat dan Perubahannya, (2) Kalor, Suhu dan Penyulingan.

(2) Setiap peserta mendapatkan buku pegangan pelatihan dan materi IPA terpadu.

(3) Pelatihan didampingi seorang pakar IPA.

(4) Seorang peserta setelah mendapatkan pelatihan materi kompetensi IPA

terpadu, wajib melakukan simulasi penyampaian IPA terpadu mewakili

(15)

14

(5) Materi beserta perangkatnya yang disampaikan dalam simulasi dapat

digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu di sekolah sebagai tindak lanjut

pasca pelatihan.

(6) Perangkat hasil simulasi dikumpulkan sebagai arsip dan dijadikan sebagai

referensi dalam pembelajaran IPA terpadu.

Basic resources dalam pelaksanaan pelatihan meliputi: pengelola

pelatihan, peserta, instruktur, sarana dan prasarana, metode. Diskripsi dari basic

resources pelaksanaan pelatihan IPA terpadu adalah sebagai berikut.

1). Pengelola pelatihan

Pengelola pelatihan memiliki tugas dan tanggung jawab pada

pelaksanaan pelatihan sebagai berikut: membagikan paket pelatihan, memandu

ice breaking, memandu jalannya pelatihan, membagikan soal pretes,

mengumpulkan lembar jawab prestes, membagikan soal postes,

mengumpulkan lembar jawab postes.

2). Peserta pelatihan

Peserta pelatihan memiliki tugas dalam pelaksanaan pelatihan sebagai

berikut: menerima paket pelatihan, mengikuti ice breaking, mengikuti pretes,

mengikuti paparan teori , melakukan simulasi, mengikuti refleksi dari simulasi

penyampaian IPA terpadu yang telah dilakukan, mengikuti postes.

Persyaratan peserta pelatihan adalah sebagai berikut.

a. Peserta pelatihan adalah guru IPA SMP baik negeri maupun swasta.

b. Peserta diutamakan guru IPA SMP kelas VII semester 1 dan memiliki latar

(16)

15

c. Peserta bersedia mengikuti pelatihan IPA terpadu sampai selesai dan

melakukan tindak lanjut pasca pelatihan di tempat kerja.

d. Peserta memiliki minat dan motivasi untuk mengikuti pelatihan IPA

terpadu.

3). Instruktur

Instruktur pelatihan IPA terpadu adalah orang yang memiliki

kompetensi keilmuan IPA. Tugas dan tanggung jawab selama pelatihan adalah:

mengikuti ice breaking, menyampaikan materi teori IPA terpadu, melakukan

penilaian simulasi IPA terpadu yang dilakukan peserta pelatihan, mengoreksi

pretes dan postes.

Instruktur pelatihan IPA terpadu memiliki persyaratan sebagai berikut.

a. memiliki bidang keilmuan IPA,

b. jika berprofesi sebagai guru IPA memiliki masa kerja minimal 10 tahun

sebagai guru IPA,

c. jika penulis buku IPA telah memiliki karya yang pernah diterbitkan dan

memiliki kerjasama dengan penerbit,

d. inovatif dan mampu menggunakan media serta mampu

mengopersionalkan komputer.

4). Kompetensi pelatihan IPA terpadu dan perangkat pelatihan

Kompetensi pelatihan IPA terpadu meliputi: pemberian sosialisasi IPA

terpadu dan implementasinya, pemetaan standar kompetensi dan kompetensi

dasar IPA yang berpotensi untuk dipadukan, teori IPA terpadu. Persyaratan

(17)

16

(1) Peserta membawa kit pelatihan, kurikulum IPA SMP KTSP 2006.

(2) Peserta mengikuti sosialisasi, paparan materi IPA terpadu.

(3) Peserta memiliki persepsi yang sama tentang IPA terpadu.

(4) Peserta menganalisis pemetaan SK, KD yang berpotensi untuk dipadukan

materi IPA SMP Kelas VII Semester I berpedoman pada kurikulum KTSP

2006.

Sumber daya perangkat pelatihan meliputi: panduan model manajemen

pelatihan IPA terpadu, pedoman pelaksanaan model manajemen pelatihan IPA

terpadu, buku pegangan instruktur, buku pegangan peserta, materi IPA terpadu.

5). Relevansi metode

Pelaksanaan pelatihan menggunakan beberapa macam metode. Metode

tersebut adalah: ceramah, diskusi dan simulasi, praktikum.

6). Anggaran

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pelatihan adalah anggaran.

Anggaran dalam pelaksanaan model manajemen pelatihan IPA terpadu

disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.

7). Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dibutuhkan dalam pelatihan. Pelatihan IPA terpadu

membutuhkan sarana dan prasarana sebagai berikut: ruang/aula lengkap, LCD

lengkap, alat tulis kantor dan konsumsi.

Pelaksanaan pelatihan IPA terpadu terdiri dari enam tahap yaitu: ice

breaking, pretes, materi kompetensi IPA terpadu, simulasi, refleksi dan postes.

(18)

17

1). Ice breaking

Pada awal pelaksanaan pelatihan panitia, pakar IPA dan peserta

melakukan perkenalan atau ice breaking. Ice breaking perlu dilakukan agar

sesama peserta, pakar IPA saling mengenal sehingga memperlancar

tercapainya tujuan pelaksanaan pelatihan.

2). Pretes

Setiap peserta pelatihan wajib mengikuti pre-tes sebagai usaha untuk

mengetahui kemampuan awal tentang penguasaan pembelajaran IPA terpadu

sebelum mengikuti pelatihan.

3). Materi IPA terpadu berfokus praktikum

Peserta pelatihan mendengarkan ceramah, melakukan diskusi dan

tanya jawab serta praktikum materi IPA terpadu Kelas VII Semester I dengan

pakar IPA. Materi Kompetensi IPA terpadu yang meliputi: (1) pemetaan

Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar yang berpotensi dipadukan untuk

pembelajaran IPA terpadu, (2) pembuatan Silabus dan RPP IPA terpadu, (3)

pembuatan materi IPA terpadu. Teori pengantar praktikum IPA terpadu,

praktikum IPA terpadu lilin menyala, dibakar, plastik dibakar dan

penyulingan.

4). Simulasi pembelajaran IPA terpadu

Peserta pelatihan dibagi menjadi enam kelompok untuk melakukan

simulasi penyampaian materi IPA terpadu dengan bimbingan dari pakar IPA.

Peserta bersama kelompoknya mempersiapkan Silabus, RPP dan materi IPA

(19)

18

dievaluasi oleh pakar IPA. Peserta merevisi materi IPA terpadu yang

disampaikan dalam simulasi atas dasar masukan dari pakar IPA. Peserta

pelatihan wajib mengikuti semua kegiatan dalam pelatihan.

5). Refleksi

Peserta pelatihan bersama kelompoknya melakukan refleksi dari apa

yang telah dilakukan dalam peningkatan kompetensi melalui simulasi IPA

terpadu. Dari kekurangan yang dialami dijadikan bahan evaluasi untuk

perbaikan penyampaian IPA terpadu. Pakar IPA memberikan masukan dan

penilaian dari simulasi peserta pelatihan.

6). Postes

Setiap peserta pelatihan wajib mengikuti postes sebagai usaha untuk

mengetahui kemampuan akhir tentang penguasaan pembelajaran IPA terpadu

setelah mengikuti pelatihan. Hasil tes kemampuan awal peserta dibandingkan

dengan hasil tes kemampuan akhir. Hasil postes diharapkan dapat mengalami

peningkatan sebagai akibat dari pelatihan materi Kompetensi IPA terpadu yang

telah diterima.

7). Rencana tindak lanjut pasca pelatihan

Pembekalan tindak lanjut pasca pelatihan merupakan upaya untuk

memberikan bekal tamatan pelatihan dalam mengimplementasikan hasil dari

pelatihan di sekolah. Pembekalan ini dilakukan untuk menghindari

penyimpangan tindak lanjut pascapelatihan. Adapun dalam pembekalan ini

menjelaskan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dan pelaporan.

(20)

19

Evaluasi merupakan penilaian dari suatu kegiatan pelatihan yang meliputi:

penilaian kualitas program pelatihan, tujuan, jadwal, kurikulum, materi, media,

instruktur/pakar IPA, metode, strategi, prosedur, sarana dan prasarana pelatihan,

biaya, panitia, keberhasilan yang dicapai peserta pelatihan IPA terpadu, kendala

pelaksanan pelatihan IPA terpadu, pelaporan pelaksanaan pelatihan IPA terpadu.

Peserta pelatihan memberikan penilaian secara obyektif aspek tersebut di atas.

Pakar IPA menilai keberhasilan peserta dalam pelatihan IPA terpadu. Pengelola

pelatihan melakukan pemantauan atau monitoring selama kegiatan pelatihan

berjalan. Kegiatan pemantauan bertujuan meminimalisasi penyimpangan dalam

pelatihan.

Basic resources pada saat evaluasi program pelatihan adalah.

1). Pengelola pelatihan

(1) Membagikan angket evaluasi program pelatihan kepada peserta yang

meliputi: materi pelatihan, program pelatihan, prosedur pelatihan,

instruktur, sarana prasarana dan konsumsi.

(2) Mengumpulkan angket penilaian program pelatihan yang telah diisi

peserta.

(3) Merekap hasil evaluasi program pelatihan.

(4) Menerima laporan tindak lanjut pascapelatihan dari tamatan pelatihan.

2). Peserta pelatihan

(1) Mengisi angket penilaian program pelatihan.

(21)

20 3.1.5 Tindak lanjut pasca pelatihan

Tindak lanjut pasca pelatihan IPA terpadu meliputi langkah-langkah:

perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pelaporan.

(1) Perencanaan Pasca Pelatihan.

Perencanaan pasca pelatihan tidak terlepas dari pelatihan yang telah

dilakukan. Tamatan peserta pelatihan diharapkan dapat mengimplementasikan

materi pembelajaran IPA terpadu di sekolah. Pembina pasca pelatihan di lapangan

adalah kepala sekolah sebagai atasan langsung atau MGMP IPA SMP sebagai

panitia pelaksanaan pelatihan. Adapun langkah-langkah perencanaan pasca

pelatihan adalah sebagai berikut: (1) menentukan pembina pasca pelatihan, (2)

menentukan materi pembinaan sesuai kurikulum yang ada sebagai tindak lanjut

dari tugas pada saat pelatihan, (3) menentukan waktu dan tempat pembinaan serta

penyerahan laporan implementasi pembelajaran IPA terpadu di lapangan, (4)

menentukan evaluasi pasca pelatihan terhadap tamatan pelatihan.

(2) Pelaksanaan Pasca Pelatihan

Perencanaan pasca pelatihan dilakukan oleh tamatan pelatihan di sekolah.

Materi IPA terpadu yang disampaikan dalam pembelajaran di sekolah adalah

sebagai tindak lanjut tugas yang dikerjakan pada saat pelatihan. Materi IPA

terpadu yang dimaksud adalah materi yang berpotensi dapat dipadukan pada

lingkup satu materi pada semester yang sama. Tamatan pelatihan dipantau oleh

kepala sekolah sebagai atasan langsung dengan mengisi penilaian pada lembar

penilaian pasca pelatihan yang ditentukan. Lembar penilaian diserahkan pada saat

(22)

21

pelaksanaan pasca pelatihan adalah: pengelola, peserta, instruktur, sarana dan

prasarana, metode.

(3) Penilaian dan Pelaporan Pasca Pelatihan

Penilaian dan pelaporan pasca pelatihan bagi tamatan peserta pelatihan

sebagai masukan yang menggambarkan kemajuan kemampuan profesional dalam

penyampaian IPA terpadu di sekolah. Aspek penilaian dari atasan peserta

pelatihan adalah: (1) kemampuan mempersiapkan perangkat pembelajaran,

Silabus, RPP pembelajaran IPA terpadu, (2) kemampuan menyampaikan

pembelajaran IPA terpadu di kelas, (3) kemampuan mengevaluasi pembelajaran

IPA terpadu. Aspek pelaporan adalah: (1) nama tamatan peserta pelatihan, (2)

materi dan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang dilaksanakan di sekolah

pasca pelatihan, (3) hasil penilaian oleh atasan tamatan peserta pelatihan, (4)

rekomendasi.

3.1.6 Hasil pasca pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan dan tahapan pasca pelatihan di sekolah

kemampuan kompetensi profesional guru dalam pembelajaran IPA terpadu dapat

meningkat. Kemampuan kompetensi profesional pembelajaran IPA terpadu

tamatan pelatihan diharapkan dapat berkembang pada materi dan tingkat kelas

(23)

22 III. PENUTUP

Model manajemen pelatihan IPA terpadu ini merupakan salah satu faktor yang

penting untuk keberhasilan jalannya pelatihan. Model manajemen pelatihan IPA

terpadu dan paket pelatihan ini dapat:

1. Menjadi model alternatif dalam penyelenggaraan pelatihan pada LPMP,

P4tkipa, dan MGMP di kabupaten lain.

2. Menjadi faktor pendukung keberhasilan dalam penyelenggaraan pelatihan.

Demikian buku panduan model manajemen pelatihan IPA terpadu ini

disusun, mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam penyelenggaraan pelatihan

IPA terpadu bagi guru IPA SMP di Kabupaten Kudus khususnya.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPA. Jakarta: BNSP.

Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Hardjana, M. A. 2001. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius Press.

Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung. Alfabeta.

Mujiman, H. 2009. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah secara tegas dinyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA pada SMP/ MTs merupakan IPA Terpadu.

(24)

Gambar

Gambar 2.1  Basic resources the 6 M’s  Terry (1977: 4)
Gambar 3.1. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu

Referensi

Dokumen terkait

Hanya terdapat satu unsur (contoh, latihan, kasus) yang sesuai dengan praktik perbankan.. Hanya terdapat dua unsur (contoh, latihan, kasus) yang sesuai dengan praktik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen (Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga, FDR, dan NPF) mampu menjelaskan variasi Total Aset Bank Pembiayaan

Pengguna bahasa hanya melihat adanya hubungan antara ejaan dan cara mengucapkan bahasa sehingga mengira bahwa ejaan hanya bertalian dengan perbuatan mengeja, seperti mengeja

Gambar 5.4 Matriks IE 141 Gambar 5.5 Analisis Resiko Dan Dampak Terhadap Biaya 166 Gambar 5.6 Total Persentase Biaya Aplikasi (US$) 201 Gambar 5.7 Total Persentase

Kesimpulannya, karakteristik pentakostalis adalah tentang membangun pribadi dinamis yang memiliki karakter: tekun bersekutu dan belajar firman, peduli sosial,

1) Saran lebih ditujukan kepada pemerintah sebagai penentu kebijakan yang dapat mengendalikan implementasi pembangunan yang ada di koridor jalan Babarsari yang sudah mulai

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Anestesi pada pasien rawat jalan adalah anestesi yang dilakukan pada pasien yang berobat jalan ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan pengobatan, tetapi tidak