0
MODEL MANAJEMEN PELATIHAN IPA TERPADU
Oleh
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, karya ilmiah berjudul “Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu
Berfokus Praktikum dalam Rangka Peningkatan Kompetensi Profesional Guru
IPA SMP di Kabupaten Kudus”, ini dapat terselesaikan. Buku ini merupakan
produk penelitian Research and Development dari pengembangan model
manajemen pelatihan IPA terpadu dalam rangka peningkatan kompetensi
profesional guru IPA SMP di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten Kudus.
Karya ilmiah ini memberikan sebuah solusi model manajemen pelatihan
yang lebih baik dan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan pelatihan, karena
model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dilengkapi dengan paket pendukung
pelatihan. Paket pendukung pelatihan adalah: pedoman pelaksanaan manajemen
pelatihan, pegangan peserta, pegangan instruktur dan materi pelatihan IPA
terpadu berfokus praktikum.
Ide dasar yang melatarbelakangi lahirnya buku ini adalah diberlakukannya
Permendiknas No.22 Tahun 2006 bahwa dalam Kurikulum Satuan Tingkat
Pendidikan (KTSP) IPA SMP dianjurkan dalam penyampaianya IPA terpadu.
Fakta di lapangan guru IPA SMP memiliki latar belakang pendidikan Biologi atau
Pendidikan Fisika. Fakta lain dalam kurikulum IPA SMP juga terdapat materi
kimia. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan sebuah solusi
2
Berdasarkan temuan manajemen pelatihan yang telah berjalan di MGMP
IPA SMP kabupaten Kudus, perlu dilakukan pengembangan model manajemen
pelatihan agar penyelenggaraan pelatihan dapat berhasil secara maksimal. Model
manajemen pelatihan IPA terpadu dilengkapi dengan paket pelatihan. Model
manajemen pelatihan IPA terpadu berfokus praktikum memuat model manajemen
pelatihan yang memiliki tahap: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
evaluasi, monitoring, tindak lanjut pasca pelatihan dan hasil pasca pelatihan.
Besar harapan penulis, model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat
bermanfaat dan memberikan sumbangan sebagai model alternatif dalam
penyelenggaraan pelatihan di MGMP, LPMP, P4tkipa dan di Balai Diklat lain.
Salatiga, 16 Juli 2016
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... 1
DAFTAR ISI... 3
I. Pendahuluan... 4
II. Spesifikasi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu... 5
III. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu... 8
3.1Diskripsi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu... 10
3.1.1 Rasional………... 10
3.1.2 Pengertian……… 10
3.1.3 Pengelola Pelatihan………. 10
3.1.4 Unsur Manajemen palatihan ………... 11
3.1.5 Tindak lanjut Pasca Pelatihan………. 20
3.1.6 Hasil Pasca Pelatihan……….. 21
IV. Penutup... 22
V. Daftar Pustaka... 22
4
Bab I
Pendahuluan
Sesuai dengan Permen 22 tahun 2006, bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Model pembelajaran terpadu merupakan
salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di
sekolah dari jenjang Sekolah Dasar sampai jenjang Sekolah Menengah Atas.
Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Model pembelajaran IPA terpadu
memuat beberapa keterpaduan antar Kompetensi Dasar (Depdiknas, 2007).
Pembelajaran IPA terpadu tidak memaksakan semua materi untuk
dipadukan, namun memadukan materi yang berpotensi untuk dipadukan. IPA
yang terdiri dari Fisika, Biologi, Kimia sekilas tampak berbeda, namun apabila
kita cermati dalam pembelajaran secara terpadu terdapat beberapa Kompetensi
Dasar yang dapat dipadukan. Materi IPA terpadu disusun dengan diawali
pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berpotensi untuk
dipadukan. Indikator pembelajaran IPA terpadu dapat muncul dari penggabungan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipadukan. Dengan berlakunya
KTSP yang didalamnya terdapat mata pelajaran IPA, materi IPA dianjurkan
untuk disampaikan secara terpadu, maka hal tersebut menimbulkan dampak bagi
5
Berdasarkan kenyataan di lapangan guru IPA memiliki latar belakang
Pendidikan Biologi atau Pendidikan Fisika atau Pendidikan Kimia. Melihat
kenyataan di lapangan, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru IPA SMP dalam pembelajaran IPA terpadu.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional pembelajaran IPA
terpadu bagi guru IPA SMP adalah dengan mengadakan pelatihan IPA terpadu.
Pelatihan tersebut dikelola dengan pengembangan model manajemen pelatihan
yang selama ini telah dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. Model
manajemen pelatihan IPA terpadu yang dikembangkan ini dapat menjadi panduan
penyelenggaraan pelatihan khususnya bidang IPA. Dengan demikian pelatihan
dapat berjalan secara maksimal, efektif dan efesien dan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran serta meningkatkan profesionalisme guru IPA.
I. Spesifikasi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu
Manajemen merupakan suatu sistem dan memiliki komponen. Definisi
manajemen menurut Terry (1977: 4) “management is a distinct process consisting
of planning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine and
accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources”.
Fattah (2009: 1) “manajemen diartikan sebagai proses merencana,
mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien”. Menurut
Kamil (2010: 16) “secara manajerial, fungsi-fungsi organizer pelatihan adalah
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan”. Manajemen
6
yang menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan
disain pelatihan, penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan,
pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan, dan penetapan tindak lanjut pelatihan”.
Menurut Terry (1977: 4) “basic resources the 6 M’s is Men and Women,
materials, machines, methods, money and markets”. Adapun gambarnya 6 M
dengan fungsi manajemen adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1 Basic resources the 6 M’s Terry (1977: 4)
Dari unsur manajemen men, materials, machines, methods, money,
markets dapat dianalisis sesuai dengan kebutuhan sebelum menyelenggarakan
pelatihan. Manajemen pelatihan yang diselenggarakan memerlukan perencanaan
dari keenam unsur tersebut di atas. Studi pendahuluan diperlukan dalam analisis
kekurangan dan kelebihan dari unsur tersebut diatas. Dari kekurangan dapat
dioptimalkan dengan pengembangan yang dituangkan dalam penyelenggaraan
pelatihan. Pelatihan perlu dikelola atau dimanaje oleh organizer pelatihan.
Pengelolaan pelatihan secara tepat dan profesional dapat memberikan makna
fungsional pelatihan terhadap individu, organisasi maupun masyarakat. Men and Women
Materials Machines Methods money Markets
Planning Actuating
7
Berdasarkan definisi manajemen yang dikemukakan beberapa ahli, maka
penulis mengadap pada manajemen yang dikemukakan oleh Terry (1977: 4)
dimana fungsi dari empat komponen dalam manajemen adalah sebagai berikut:
Perencanaan (planning), actuating, pengorganisasian (organizing), pengontrolan
(controlling). Manajemen pelatihan IPA terpadu terdiri dari empat komponen
utama: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring.
Adapun manajemen pelatihan IPA terpadu bagi guru IPA SMP memiliki
spesifikasi sebagai berikut.
1. Model manajemen pelatihan IPA terpadu hasil pengembangan mudah
dilakukan dan mudah dipahami bagi penyelenggara pelatihan, karena
pengembangan berdasarkan analisis kebutuhan dan temuan model manajemen
yang telah dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. Model
manajemen hasil pengembangan terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, evaluasi dan monitoring serta tindak lanjut pasca pelatihan yang
meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pelaporan.
2. Model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat mengetahui kemampuan
profesional tamatan pelatihan, karena dilengkapi dengan tahap tindak lanjut
pasca pelatihan di lapangan yang dibawah supervisi atasan langsung tamatan
pelatihan.
3. Model manajemen pelatihan IPA terpadu dilengkapi paket pelatihan meliputi:
pedoman manajemen pelatihan, pegangan instruktur pelatihan, pegangan
8
model manajemen pelatihan IPA terpadu ini dapat memudahkan bagi
penyelenggara, instruktur dan peserta.
II. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu
Penyusunan desain konseptual model manajemen pelatihan IPA terpadu dilakukan
berdasarkan hasil studi pendahuluan. Studi pendahuluan berupa angket terbuka
dan interview dari Ketua dan pengurus MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus
tentang manajemen pelatihan yang pernah dilakukan, didukung studi pendahuluan
dan kebutuhan Pelatihan IPA terpadu dari guru IPA SMP di Kabupaten Kudus,
epala Sekolah SMP Kabupaten Kudus, LPMP Jawa Tengah, pengurus MGMP
IPA SMP Kabupaten Kudus, dan guru IPA SMP Kabupaten Kudus. Dari hasil
studi pendahuluan dapat diketahui kelemahan manajemen pelatihan yang pernah
dilakukan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus yaitu belum dilakukan evaluasi
program pelatihan secara menyeluruh dan belum dilakukan tindak lanjut
pascapelatihan. Hasil studi pendahuluan analisis kebutuhan pelatihan IPA terpadu,
kondisi, dan kendala pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut: (1) guru
IPA SMP di Kabupaten Kudus membutuhkan pelatihan IPA terpadu, (2) guru IPA
kesulitan mendapatkan buku IPA terpadu, (3) guru IPA belum menyampaikan
pembelajaran IPA secara terpadu, (4) guru IPA minat mengikuti pelatihan IPA
terpadu, (6) guru IPA belum memiliki persepsi yang sama tentang IPA terpadu.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dapat dikembangkan desain model
manajemen pelatihan IPA terpadu. Adapun desain pengembangan model
9
Gambar 3.1. Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu
Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan
Tugas dan 3.Kurikulum dan materi
pelatihan
Fungsi Manajemen Basic resources
1. Paket pelatihan
10
2.1Diskripsi Model Manajemen Pelatihan IPA Terpadu
2.1.1 Rasional
Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang standar isi, untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah secara tegas dinyatakan bahwa subtansi mata
pelajaran IPA merupakan IPA terpadu. Guru IPA di lapangan belum
menyampaikan IPA secara terpadu. Guru IPA saat ini telah memiliki spesifikasi
bidang ilmu pendidikan biologi dan pendidikan kimia. Guru IPA lebih menyukai
materi sesuai bidangnya. Mata pelajaran IPA pada sekolah menengah pertama
dalam KTSP 2006 terdapat materi kimia. Fakta tersebut di atas menjadikan
kendala dalam menyampaikan IPA terpadu, untuk itu dilakukan peningkatan
kompetensi guru melalui pelatihan. Pelatihan dapat berhasil diperlukan
pengelolaan dengan menerapakan fungsi manajemen dan basic resources.
3.1.2 Pengertian
Model manajemen pelatihan IPA terpadu merupakan kerangka konseptual
sebagai acuan dalam pengelolaan peningkatan kompetensi guru IPA dalam
pembelajaran IPA terpadu. Pengembangan model manajemen pelatihan IPA
terpadu dibagi menjadi empat yaitu: pengelola pelatihan, unsur manajemen
(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi), tindak lanjut pasca
pelatihan dan hasil.
3.1.3 Pengelola Pelatihan
Pengelola pelatihan adalah MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus. MGMP
IPA SMP Kabupaten Kudus sebagai pengelola pelatihan memiliki tugas dan
11
adalah ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus dibantu pengurus MGMP IPA
SMP kabupaten Kudus sebagai sekretaris, bendahara, koordinator pelaksana,
seksi acara dan materi, seksi konsumsi serta seksi perlengkapan. Tugas dan
tanggung jawab masing-masing pengelola dikoordinasikan dalam rapat persiapan
yang dipimpin oleh ketua panitia pengelola pelatihan.
3.1.4 Unsur Manajemen Pelatihan
Manajemen pelatihan IPA terpadu di MGMP IPA SMP kabupaten Kudus
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Deskripsi dari masing-masing unsur adalah sebagai berikut.
A. Perencanaan Pelatihan
Tim MGMP IPA Kabupaten Kudus sebagai pengelola pelatihan IPA terpadu.
Pengelola pelatihan melakukan perencanaan pelatihan. Perencanaan pelatihan
merupakan kegiatan merencanakan program pelatihan secara menyeluruh.
Adapun perencanaan pelatihan adalah sebagai berikut.
a. Analisis kebutuhan pelatihan
Analisis kebutuhan dilakukan melalui angket, wawancara dan observasi.
Analisis kebutuhan melalui angket bagi guru IPA SMP di Kabupaten Kudus
diikuti oleh 30 orang guru IPA dalam forum MGMP yang dikoordinasi oleh
peneliti dan tim MGMP. Angket analisis kebutuhan meliputi: kebutuhan
pelatihan IPA terpadu, kenyataan pembelajaran IPA terpadu di SMP
Kabupaten Kudus, kendala pembelajaran IPA terpadu dan minat guru untuk
mengikuti pelatihan IPA terpadu dan masukan guru IPA dalam rangka
12
Masukan dari kepala sekolah pada saat peneliti melakukan observasi
pembelajaran IPA terpadu di sekolah, meliputi: keluhan, kendala yang
dialami guru IPA, kurikulum, silabus dan RPP.
Wawancara peneliti dengan tim MGMP tentang kenyataan manajemen
pelatihan yang sudah dijalankan di MGMP IPA SMP Kabupaten Kudus, serta
diskusi peneliti dengan Kabid. Fasilitasi LPMP Jawa Tengah tentang
pelatihan yang pernah diikuti guru IPA SMP di LPMP Jawa Tengah serta
manajemen pelatihan di LPMP Jawa Tengah. Hasil angket tersebut di atas,
sebagai dasar analisis kebutuhan pelatihan IPA terpadu.
b. Tujuan Pelatihan
Tiga tujuan dalam pelatihan IPA terpadu. Tujuan tersebut berdasarkan
analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Tujuan pelatihan terpadu adalah.
(1) Untuk meningkatan pengetahuan guru IPA dalam pemahaman
pembelajaran IPA terpadu.
(2) Untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan pengintegrasian
SK, KD, silabus, RPP IPA terpadu.
(3) Untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran IPA
terpadu di sekolah.
c. Program Pelatihan
Program pelatihan yang dalam pelatihan IPA terpadu bagi guru IPA SMP
meliputi: kurikulum dan materi pelatihan IPA terpadu, relevansi strategi dan
13
prasarana pelatihan, jadwal peltihan, teknik evaluasi pelatihan, anggaran, dan
tindak lanjut pasca pelatihan serta paket pelatihan.
B. Pengorganisasian Pelatihan
Pengorganisasian pelatihan IPA terpadu diawali dengan menentukan tim
pengelola pelatihan dari pengurus MGMP IPA Kabupaten Kudus. Ketua
pengelola pelatihan menyusun tim kerja dituangkan dalam struktur organisasi.
Ketua pengelola pelatihan membagi tugas dan tanggung jawab sesuai bidangnya.
Ketua pengelola menentukan prosedur dan koordinasi kerja tim.
C.Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan mengikuti perencanaan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan pelatihan IPA terpadu terdiri dari enam tahap yaitu: ice breaking,
pretes, materi kompetensi IPA terpadu, simulasi pembelajaran IPA terpadu,
refleksi dan postes. Batasan pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut.
(1) Materi pelatihan IPA terpadu dibatasi pada kelas VII semester 1 sumber
materi adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berpotensi
dapat dipadukan. Adapun materi yang berpotensi untuk dipadukan adalah: (1)
Wujud Zat dan Perubahannya, (2) Kalor, Suhu dan Penyulingan.
(2) Setiap peserta mendapatkan buku pegangan pelatihan dan materi IPA terpadu.
(3) Pelatihan didampingi seorang pakar IPA.
(4) Seorang peserta setelah mendapatkan pelatihan materi kompetensi IPA
terpadu, wajib melakukan simulasi penyampaian IPA terpadu mewakili
14
(5) Materi beserta perangkatnya yang disampaikan dalam simulasi dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu di sekolah sebagai tindak lanjut
pasca pelatihan.
(6) Perangkat hasil simulasi dikumpulkan sebagai arsip dan dijadikan sebagai
referensi dalam pembelajaran IPA terpadu.
Basic resources dalam pelaksanaan pelatihan meliputi: pengelola
pelatihan, peserta, instruktur, sarana dan prasarana, metode. Diskripsi dari basic
resources pelaksanaan pelatihan IPA terpadu adalah sebagai berikut.
1). Pengelola pelatihan
Pengelola pelatihan memiliki tugas dan tanggung jawab pada
pelaksanaan pelatihan sebagai berikut: membagikan paket pelatihan, memandu
ice breaking, memandu jalannya pelatihan, membagikan soal pretes,
mengumpulkan lembar jawab prestes, membagikan soal postes,
mengumpulkan lembar jawab postes.
2). Peserta pelatihan
Peserta pelatihan memiliki tugas dalam pelaksanaan pelatihan sebagai
berikut: menerima paket pelatihan, mengikuti ice breaking, mengikuti pretes,
mengikuti paparan teori , melakukan simulasi, mengikuti refleksi dari simulasi
penyampaian IPA terpadu yang telah dilakukan, mengikuti postes.
Persyaratan peserta pelatihan adalah sebagai berikut.
a. Peserta pelatihan adalah guru IPA SMP baik negeri maupun swasta.
b. Peserta diutamakan guru IPA SMP kelas VII semester 1 dan memiliki latar
15
c. Peserta bersedia mengikuti pelatihan IPA terpadu sampai selesai dan
melakukan tindak lanjut pasca pelatihan di tempat kerja.
d. Peserta memiliki minat dan motivasi untuk mengikuti pelatihan IPA
terpadu.
3). Instruktur
Instruktur pelatihan IPA terpadu adalah orang yang memiliki
kompetensi keilmuan IPA. Tugas dan tanggung jawab selama pelatihan adalah:
mengikuti ice breaking, menyampaikan materi teori IPA terpadu, melakukan
penilaian simulasi IPA terpadu yang dilakukan peserta pelatihan, mengoreksi
pretes dan postes.
Instruktur pelatihan IPA terpadu memiliki persyaratan sebagai berikut.
a. memiliki bidang keilmuan IPA,
b. jika berprofesi sebagai guru IPA memiliki masa kerja minimal 10 tahun
sebagai guru IPA,
c. jika penulis buku IPA telah memiliki karya yang pernah diterbitkan dan
memiliki kerjasama dengan penerbit,
d. inovatif dan mampu menggunakan media serta mampu
mengopersionalkan komputer.
4). Kompetensi pelatihan IPA terpadu dan perangkat pelatihan
Kompetensi pelatihan IPA terpadu meliputi: pemberian sosialisasi IPA
terpadu dan implementasinya, pemetaan standar kompetensi dan kompetensi
dasar IPA yang berpotensi untuk dipadukan, teori IPA terpadu. Persyaratan
16
(1) Peserta membawa kit pelatihan, kurikulum IPA SMP KTSP 2006.
(2) Peserta mengikuti sosialisasi, paparan materi IPA terpadu.
(3) Peserta memiliki persepsi yang sama tentang IPA terpadu.
(4) Peserta menganalisis pemetaan SK, KD yang berpotensi untuk dipadukan
materi IPA SMP Kelas VII Semester I berpedoman pada kurikulum KTSP
2006.
Sumber daya perangkat pelatihan meliputi: panduan model manajemen
pelatihan IPA terpadu, pedoman pelaksanaan model manajemen pelatihan IPA
terpadu, buku pegangan instruktur, buku pegangan peserta, materi IPA terpadu.
5). Relevansi metode
Pelaksanaan pelatihan menggunakan beberapa macam metode. Metode
tersebut adalah: ceramah, diskusi dan simulasi, praktikum.
6). Anggaran
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pelatihan adalah anggaran.
Anggaran dalam pelaksanaan model manajemen pelatihan IPA terpadu
disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.
7). Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dibutuhkan dalam pelatihan. Pelatihan IPA terpadu
membutuhkan sarana dan prasarana sebagai berikut: ruang/aula lengkap, LCD
lengkap, alat tulis kantor dan konsumsi.
Pelaksanaan pelatihan IPA terpadu terdiri dari enam tahap yaitu: ice
breaking, pretes, materi kompetensi IPA terpadu, simulasi, refleksi dan postes.
17
1). Ice breaking
Pada awal pelaksanaan pelatihan panitia, pakar IPA dan peserta
melakukan perkenalan atau ice breaking. Ice breaking perlu dilakukan agar
sesama peserta, pakar IPA saling mengenal sehingga memperlancar
tercapainya tujuan pelaksanaan pelatihan.
2). Pretes
Setiap peserta pelatihan wajib mengikuti pre-tes sebagai usaha untuk
mengetahui kemampuan awal tentang penguasaan pembelajaran IPA terpadu
sebelum mengikuti pelatihan.
3). Materi IPA terpadu berfokus praktikum
Peserta pelatihan mendengarkan ceramah, melakukan diskusi dan
tanya jawab serta praktikum materi IPA terpadu Kelas VII Semester I dengan
pakar IPA. Materi Kompetensi IPA terpadu yang meliputi: (1) pemetaan
Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar yang berpotensi dipadukan untuk
pembelajaran IPA terpadu, (2) pembuatan Silabus dan RPP IPA terpadu, (3)
pembuatan materi IPA terpadu. Teori pengantar praktikum IPA terpadu,
praktikum IPA terpadu lilin menyala, dibakar, plastik dibakar dan
penyulingan.
4). Simulasi pembelajaran IPA terpadu
Peserta pelatihan dibagi menjadi enam kelompok untuk melakukan
simulasi penyampaian materi IPA terpadu dengan bimbingan dari pakar IPA.
Peserta bersama kelompoknya mempersiapkan Silabus, RPP dan materi IPA
18
dievaluasi oleh pakar IPA. Peserta merevisi materi IPA terpadu yang
disampaikan dalam simulasi atas dasar masukan dari pakar IPA. Peserta
pelatihan wajib mengikuti semua kegiatan dalam pelatihan.
5). Refleksi
Peserta pelatihan bersama kelompoknya melakukan refleksi dari apa
yang telah dilakukan dalam peningkatan kompetensi melalui simulasi IPA
terpadu. Dari kekurangan yang dialami dijadikan bahan evaluasi untuk
perbaikan penyampaian IPA terpadu. Pakar IPA memberikan masukan dan
penilaian dari simulasi peserta pelatihan.
6). Postes
Setiap peserta pelatihan wajib mengikuti postes sebagai usaha untuk
mengetahui kemampuan akhir tentang penguasaan pembelajaran IPA terpadu
setelah mengikuti pelatihan. Hasil tes kemampuan awal peserta dibandingkan
dengan hasil tes kemampuan akhir. Hasil postes diharapkan dapat mengalami
peningkatan sebagai akibat dari pelatihan materi Kompetensi IPA terpadu yang
telah diterima.
7). Rencana tindak lanjut pasca pelatihan
Pembekalan tindak lanjut pasca pelatihan merupakan upaya untuk
memberikan bekal tamatan pelatihan dalam mengimplementasikan hasil dari
pelatihan di sekolah. Pembekalan ini dilakukan untuk menghindari
penyimpangan tindak lanjut pascapelatihan. Adapun dalam pembekalan ini
menjelaskan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dan pelaporan.
19
Evaluasi merupakan penilaian dari suatu kegiatan pelatihan yang meliputi:
penilaian kualitas program pelatihan, tujuan, jadwal, kurikulum, materi, media,
instruktur/pakar IPA, metode, strategi, prosedur, sarana dan prasarana pelatihan,
biaya, panitia, keberhasilan yang dicapai peserta pelatihan IPA terpadu, kendala
pelaksanan pelatihan IPA terpadu, pelaporan pelaksanaan pelatihan IPA terpadu.
Peserta pelatihan memberikan penilaian secara obyektif aspek tersebut di atas.
Pakar IPA menilai keberhasilan peserta dalam pelatihan IPA terpadu. Pengelola
pelatihan melakukan pemantauan atau monitoring selama kegiatan pelatihan
berjalan. Kegiatan pemantauan bertujuan meminimalisasi penyimpangan dalam
pelatihan.
Basic resources pada saat evaluasi program pelatihan adalah.
1). Pengelola pelatihan
(1) Membagikan angket evaluasi program pelatihan kepada peserta yang
meliputi: materi pelatihan, program pelatihan, prosedur pelatihan,
instruktur, sarana prasarana dan konsumsi.
(2) Mengumpulkan angket penilaian program pelatihan yang telah diisi
peserta.
(3) Merekap hasil evaluasi program pelatihan.
(4) Menerima laporan tindak lanjut pascapelatihan dari tamatan pelatihan.
2). Peserta pelatihan
(1) Mengisi angket penilaian program pelatihan.
20 3.1.5 Tindak lanjut pasca pelatihan
Tindak lanjut pasca pelatihan IPA terpadu meliputi langkah-langkah:
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pelaporan.
(1) Perencanaan Pasca Pelatihan.
Perencanaan pasca pelatihan tidak terlepas dari pelatihan yang telah
dilakukan. Tamatan peserta pelatihan diharapkan dapat mengimplementasikan
materi pembelajaran IPA terpadu di sekolah. Pembina pasca pelatihan di lapangan
adalah kepala sekolah sebagai atasan langsung atau MGMP IPA SMP sebagai
panitia pelaksanaan pelatihan. Adapun langkah-langkah perencanaan pasca
pelatihan adalah sebagai berikut: (1) menentukan pembina pasca pelatihan, (2)
menentukan materi pembinaan sesuai kurikulum yang ada sebagai tindak lanjut
dari tugas pada saat pelatihan, (3) menentukan waktu dan tempat pembinaan serta
penyerahan laporan implementasi pembelajaran IPA terpadu di lapangan, (4)
menentukan evaluasi pasca pelatihan terhadap tamatan pelatihan.
(2) Pelaksanaan Pasca Pelatihan
Perencanaan pasca pelatihan dilakukan oleh tamatan pelatihan di sekolah.
Materi IPA terpadu yang disampaikan dalam pembelajaran di sekolah adalah
sebagai tindak lanjut tugas yang dikerjakan pada saat pelatihan. Materi IPA
terpadu yang dimaksud adalah materi yang berpotensi dapat dipadukan pada
lingkup satu materi pada semester yang sama. Tamatan pelatihan dipantau oleh
kepala sekolah sebagai atasan langsung dengan mengisi penilaian pada lembar
penilaian pasca pelatihan yang ditentukan. Lembar penilaian diserahkan pada saat
21
pelaksanaan pasca pelatihan adalah: pengelola, peserta, instruktur, sarana dan
prasarana, metode.
(3) Penilaian dan Pelaporan Pasca Pelatihan
Penilaian dan pelaporan pasca pelatihan bagi tamatan peserta pelatihan
sebagai masukan yang menggambarkan kemajuan kemampuan profesional dalam
penyampaian IPA terpadu di sekolah. Aspek penilaian dari atasan peserta
pelatihan adalah: (1) kemampuan mempersiapkan perangkat pembelajaran,
Silabus, RPP pembelajaran IPA terpadu, (2) kemampuan menyampaikan
pembelajaran IPA terpadu di kelas, (3) kemampuan mengevaluasi pembelajaran
IPA terpadu. Aspek pelaporan adalah: (1) nama tamatan peserta pelatihan, (2)
materi dan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang dilaksanakan di sekolah
pasca pelatihan, (3) hasil penilaian oleh atasan tamatan peserta pelatihan, (4)
rekomendasi.
3.1.6 Hasil pasca pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan dan tahapan pasca pelatihan di sekolah
kemampuan kompetensi profesional guru dalam pembelajaran IPA terpadu dapat
meningkat. Kemampuan kompetensi profesional pembelajaran IPA terpadu
tamatan pelatihan diharapkan dapat berkembang pada materi dan tingkat kelas
22 III. PENUTUP
Model manajemen pelatihan IPA terpadu ini merupakan salah satu faktor yang
penting untuk keberhasilan jalannya pelatihan. Model manajemen pelatihan IPA
terpadu dan paket pelatihan ini dapat:
1. Menjadi model alternatif dalam penyelenggaraan pelatihan pada LPMP,
P4tkipa, dan MGMP di kabupaten lain.
2. Menjadi faktor pendukung keberhasilan dalam penyelenggaraan pelatihan.
Demikian buku panduan model manajemen pelatihan IPA terpadu ini
disusun, mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam penyelenggaraan pelatihan
IPA terpadu bagi guru IPA SMP di Kabupaten Kudus khususnya.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPA. Jakarta: BNSP.
Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Hardjana, M. A. 2001. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius Press.
Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung. Alfabeta.
Mujiman, H. 2009. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah secara tegas dinyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA pada SMP/ MTs merupakan IPA Terpadu.