SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Marsellus
NIM: 041114004
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Marsellus
NIM: 041114004
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita”. (Filipi 1 : 3-4)
“Kemarahan dan dendamku ternyata tidak mempunyai pengaruh apa pun terhadap
mereka yang kuprotes. Aku justru telah menyakiti diriku sendiri”.
(William A. Meninger)
“Terimalah segalanya apa adanya, bukan seperti yang kamu angankan saat ini. Masa
lalu sudah lewat, masa depan masih misteri dan saat inilah karunia. Itulah sebabnya
saat ini disebut present (hadiah):.
(Deepak Chopra, M.D.)
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku dalam setiap langkah hidupku.
Kedua orang tuaku yang tercinta.
Adiku Blasius Andi.
Semua sahabat ku dimana saja berada dan teman-teman Program Bimbingan dan Konseling yang selalu mendukung dan memberikan
semangat selama menjalani masa studi.
Semua dosen yang mengajar dan membimbingku dengan setia dan penuh kesabaran, sehingga memotivasi diriku untuk bertekun hingga akhir.
v
SESUAI Marsellus
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
2010
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta, tahun pelajaran 2009/2010. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bagaimana tingkat motivasi belajar siswi -siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta, tahun pelajaran 2009/2010?” masalah yang kedua adalah “Topik-topik bimbingan belajar apa sajakah yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMA Santa Maria Yogyakarta?”.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta yang berjumlah 55 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “Kuesioner Motivasi Belajar Siswa”. Kuesioner tersebut terdiri dari pernyataan-pernyataan yang memuat motivasi belajar yaitu motivasi belajar instrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik. Jumlah seluruh item yang digunakan sebanyak 56 butir. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dan tingkat dengan pendistribusiannya berdasarkan rumus Penilaian Acuan Patokan Tipe I. Tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 digolongkan menjadi 5 yaitu: sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, sangat tinggi.
vi
THE RECOMMENDATION OF APPROPRIATE LEARNING GUIDANCE TOPICS
Marsellus
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
This research was aimed at obtaining the description of learning motivation of the tenth grade students of SMA Santa Maria Yogyakarta, academic
year 2009/2010. The first problem was “How is the learning motivation level of
the tenth grade students of SMA Santa Maria Yogyakarta, academic year
2009/2010?” The second problem was “Which learning guidance topics are
appropriate to increase learning motivation of the tenth grade students of SMA
Santa Maria Yogyakarta?”
This research was a descriptive study. The subjects of this study were 55 students of the tenth grade of SMA Santa Maria Yogyakarta. The instrument used
in this study was “Students’ Learning Motivation Questionnaire.” The questionnaire consisted of statements which contained intrinsic and extrinsic learning motivation. There were 56 items in the questionnaire. The data analysis technique used was percentage counting, and the distribution level was based on the formula of Penilaian Acuan Patokan Tipe 1. The level of learning motivation of the tenth grade students of SMA Santa Maria Yogyakarta in academic year 2009/2010 was classified into 5 categories, namely: very low, low, moderate, high, very high.
vii
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Sepak
terjang penulis menghantarkan penulis akan kasih karuniaNya dalam setiap
perjuangan penulis. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Tanpa bantuan, bimbingan dan kerelaan banyak pihak, banyak hambatan
yang akan ditemui. Pada kesempatan ini, dengan tulus hati yang paling dalam,
dihaturkan limpah terima kasih kepada:
1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si sebagai ketua Program studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A sebagai dosen pembimbing yang selalu
sabar membimbing penulis dan membuat penulis belajar untuk bersabar,
serta selalu memberikan masukan, arahan, motivasi dan dukungan agar
segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Para dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai hal selama penulis
kuliah.
4. Sr. M. Cornelia OSF, S.Ag. sebagai kepala sekolah SMA Santa Maria
viii
sekolah yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
6. Teman-teman angkatan 2004 yang selama lima tahun ini memberikan
keceriaan, kerjasama dan dukungan dengan banyak cara selama penulis
menjalani proses belajar di Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak dan mama yang selalu memberikan semua dukungan dengan tulus
ikhlas, terima kasih untuk kesabaran dan cinta kasih kalian yang telah
memawarnai hidupku.
8. Adiku tercinta Blasius Andi yang sangat kusayangi, kamu telah mewarnai
hidupku.
9. Para suster-suster cinta kasih Canossian/fdcc dan Awam Canossa
Yogyakarta, Jakarta dan Singapura yang selalu setia mendoakan serta
mendukungku.
10.Teman-teman di Asrama PBS (Panitia Beasiswa Keuskupan Ketapang)
Yogyakarta yaitu Nistain Odop, Darwis Alfonsus Lelek, Adi Kusuma Dik,
Alex Elpian Yang Krio, Petrus Darwin Sekukun, Cik Nelis, Agung
Mombolt, Markus Yono, Mindaw, Valen, Jefi Gemalo dan Dami Degan,
terima kasih untuk pengertian, keceriaan, kebersamaan yang kalian
ix
SPDS (Senam Pernafasan Daya Sejati). Terima kasih atas dukungan serta
kesempatan yang diberikan untuk belajar dan belajar lebih banyak lagi
dalam berorganisasi dan bekerjasama dengan orang lain.
12.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala dukungan,
perhatian dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang
penulis haturkan terima kasih khusus selama penulisan skripsi ini.
Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan di sana-sini dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama pihak-pihak
x
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini karya saya
sendiri dan tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam daftar pustaka, sebagai layaknya karya tulis ilmiah.
Yogyakarta, 27 April 2010
Penulis
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Marsellus
NIM : 041114004
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
“Deskripsi Motivasi Belajar Siswi-Siswi Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 : Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik
Bimbingan Yang Sesuai” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin
dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal 27 April 2010
Yang menyatakan
xi
HALAMAN JUDUL……..………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv
ABSTRAK………... v
ABSTRAKCT………..……… vi
KATA PENGANTAR……….. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... x
DAFTAR ISI……… xi
DAFTAR TABEL………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN………. xv
BAB I PENDAHULUAN………... 1
xii
E. Definisi Operasional……….. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 7
A. Motivasi ……… 7
B. Motivasi Belajar Siswa………... 8
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa.. 17
D. Usaha-Usaha Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa… 24
E. Siswa Kelas X Sebagai Remaja………. 30
F. Bimbingan Belajar……….. 31
G. Bimbingan Klasikal……… 33
H. Topik-Topik Bimbingan Belajar……… 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 35
A. Jenis Penelitian……… 35
B. Populasi Penelitian……….. 35
C. Alat Pengumpul Data.………. 36
1. Kuesioner Motivasi Belajar Siswa………. 36
2. Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Siswa…………. 39
xiii
1. Tahap Persiapan………... 43
2. Tahap Pelaksanaan……… 43
E. Teknik Analisis Data……….. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 47
A. Hasil Penelitian……….... 47
B. Pembahasan……….... 50
BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR………… 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN……… 56
A. Kesimpulan……….. 56
B. Saran………. 56
xiv
Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswi………. 38
Tabel 3 : Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas…………. 43
Tabel 4 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian………. 44
Tabel 5 : Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I………. 46
Tabel 6 : Penggolongan Motivasi Belajar Siswa………. 48
Tabel 7 : Item Motivasi Belajar Siswa Yang digunakan sebagai usulan
topik-topik Bimbingan………. 49
xv Hasil pengolahan SPSS,
Rekapitulasi item valid dan gugur)……… 60
Lampiran II : Kuesioner Penelitian……….. 73
Lampiran III : Hasil Perhitungan dengan Metode Belah Dua……….. 76
Lampiran IV : Tabulasi Penelitian dan
Hasil Pengolahan Data Penelitian………. 79
Lampiran V : Persentase Skor Item-Item Sebagai Dasar Usulan
Topik-Topik Bimbingan Yang Sesuai……….. 94
Lampiran VI : Surat Izin Penelitian, Kuesioner Jusdgment Ahli dan
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan tugas utama para siswa namun seringkali tidak
dilakukan dengan baik. Hal ini tampak dari adanya siswa yang malas, tidak
bersemangat, belajar harus diawasi, takut pada guru, kurang tekun, tidak senang
pada mata pelajaran tertentu, sering bolos sekolah dan ada siswa yang cepat
lelah.
Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri
manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan
tingkahlakunya (Handoko, 1992:9). Setiap manusia memiliki motivasi yang
melatarbelakangi berbagai macam tingkahlaku dalam kehidupannya. Diantara
sekian banyak motivasi yang melatarbelakangi tingkahlaku manusia, pada
dasarnya disebabkan karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.
Motivasi ada pada setiap manusia, dengan memiliki motivasi, individu
melakukan banyak kegiatan untuk mencukupi kebutuhannya itu. Siswa pun
sebagai individu yang melakukan kegiatan belajar, sudah pasti dilatarbelakangi
oleh motivasi. Motivasi menjadi daya penggerak bagi siswa dalam menjalani
tugas utamanya sebagai pelajar. Motivasi belajar siswa merupakan hal penting
bagi siswa untuk dapat mencapai hasil yang baik dan berprestasi di sekolah.
Motivasi merupakan jantungnya proses belajar oleh karena motivasi begitu
penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan
terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi siswa terhadap apa
yang akan dipelajari oleh siswa. Siswa yang bermotivasi dalam pembelajaran
akan menunjukan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran.
Dengan demikian tinggi rendahnya motivasi belajar siswa mempengaruhi
semangat dan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
dalam belajar akan mencapai hasil belajar yang baik, sedangkan jika siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah dalam belajar maka hasil belajar siswa kurang
baik. Melihat pentingnya peran keberhasilan motivasi sebagai tugas utama siswa
maka penulis tertarik untuk menelitinya.
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar
akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang
diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran yang diterima siswa dari guru.
Jadi motivasi akan senantiasa menentukan tingkat usaha belajar bagi para siswa.
Dalam kaitan itu perlu di ketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi
belajar siswa adalah bermacam-macam. Para guru dan orangtua harus cermat
dalam hal menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar siswa di
sekolah dan dirumah. Memberikan motivasi sebaiknya menguntungkan
memanjakan anaknya dengan memberikan apapun yang anak minta dengan
syarat anak mau belajar.
Masa remaja merupakan suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi
kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama,
atau paling tidak sejajar (Ali, 2005:9). Masa remaja merupakan masa yang sulit
karena usianya masih labil, dimana siswa perlu penyesuaian dan pendampingan
untuk memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar agar siswa berprestasi di
sekolah. Pada masa ini emosi siswa masih labil sehingga siswa mudah
terpengaruh dengan godaan-godaan untuk bermain playstation dan internetan.
Dengan demikian siswa dibimbing agar dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan
positif tersebut untuk mengembangkan motivasi belajar dan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Banyak siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar maka
banyak orangtua yang mengeluhkan hal tersebut.
Siswa kelas X adalah para siswa yang terdaftar sebagai siswa di sekolah
yang perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah seperti jadwal dan
tata tertib sekolah agar siswa kelas X menyadari tugas utamanya sebagai pelajar
serta memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar dan mampu
menjalankan tugas-tugas utama lainnya di sekolah. Dengan demikian jika para
siswa kelas X memiliki motivasi belajar yang tinggi maka para siswa
ketekunan dalam belajar dan mendapatkan nilai atau hasil yang baik sehingga
berprestasi di sekolah.
Subjek penelitian adalah siswi-siswi kelas X Sekolah Menengah Atas Santa
Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010. Ada dua alasan yang mendasari
penelitian ini. Pertama penelitian mengenai faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, hal ini sangat penting untuk melihat
seberapa besar keberhasilan motivasi belajar para siswa dalam memahami bahan
ajar dan menyelesaikan soal yang diberikan. Kedua, pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah memerlukan data aktual dan informasi yang
secara terperinci membahas dan membantu siswa yang mengalami masalah
terhadap motivasi belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat motivasi belajar siswi-siswi kelas X SMA Santa Maria
Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010?
2. Topik bimbingan belajar apa sajakah yang sesuai bagi siswi-siswi kelas X
SMA Santa Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010, terkait dengan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui tingkat motivasi belajar siswi-siswi kelas X SMA Santa
MariaYogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.
2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyusun suatu usulan
topik-topik bimbingan belajar yang sesuai untuk siswi-siswi kelas X SMA Santa
Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
Penelitian ini sebagai bahan informasi yang memberikan manfaat untuk dapat
diterapkan dalam membantu peserta didik meningkatkan motivasi belajar.
2. Bagi guru pembimbing
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan program
bimbingan di sekolah, terutama berkaitan dengan motivasi belajar siswa.
3. Bagi orang tua
Penelitian ini menjadi bahan informasi yang bisa memberikan manfaat dalam
membantu meningkatkan motivasi belajar anak.
4. Bagi siswa
Siswa menyadari persoalan diri tentang motivasi belajar siswa dan bersedia
E. Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam
penelitian.
1. Motivasi belajar siswa adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan
aktivitas siswa untuk belajar (Joko, 2006:18)
2. Siswi-siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010
adalah siswi-siswi yang terdaftar sebagai siswi-siswi kelas X SMA Santa
Maria Yogyakarta pada tahun pelajaran 2009/2010.
3. Topik-topik bimbingan adalah pokok-pokok bahasan yang dijadikan sebagai
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai pengertian motivasi, motivasi belajar siswa,
usaha-usaha untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa, faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, siswi-siswi kelas X sebagi remaja, bimbingan
belajar, bimbingan klasikal dan topik-topik bimbingan belajar.
A. Motivasi
Sebelum masuk pada pengertian motivasi, terlebih dahulu harus mengerti
pengertian motif. Menurut Sardiman, (2007:73) kata motif diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang itu berbuat sesuatu. Sedangkan motif menurut
Handoko (1992:9) yaitu suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau bersikap tertentu. Jadi
motif adalah alasan-alasan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu sedangkan
motivasi adalah alasan seseorang untuk mencapai tujuan. Kaitan motif dan
motivasi adalah alasan atau dorongan seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagai contoh Amir membuat kekacauan dan keributan, apa motifnya yaitu
karena Aben rajin membaca begitu seterusnya mengapa seseorang memiliki
motif dan motivasi tertentu.
Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Menurut Mc.Donald (1984:79) motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.
Motivasi yaitu suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri
manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah
lakunya (Handoko, 1992:9). Jadi motivasi belajar siswa adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk belajar.
Sementara menurut Hudoyo (1998:28), motivasi merupakan kekuatan
pendorong yang ada dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi ini sangat berhubungan dengan
motif. Bila seorang siswa belajar, diamsumsikan bahwa didalam diri siswa ada
dorongan untuk memulai dan mengatur aktivitasnya. Misalnya minat, sikap dan
kehendak yang kesemuanya bergantung kepada individu orang.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
dalam rangka memenuhi kebutuhannya demi mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk
melakukan aktivitas-aktivitas belajar dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar
demi mencapai suatu tujuan tertentu.
B. Motivasi Belajar Siswa
Seorang siswa akan berhasil dalam belajar, jika dalam dirinya ada
mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut
patut di pelajari (Sardiman, 1986:39). Jadi siswa yang tahu apa yang akan
dipelajari dan memahami serta mengerti mengapa hal tertentu perlu di pelajari
adalah siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar sehingga kegiatan
belajarnya lancar.
Motivasi belajar siswa adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar
Judith, (2004:11). Jika siswa tidak memiliki motivasi belajar maka siswa
cenderung kurang giat berusaha, kurang bersemangat, kurang tekun, mudah
putus asa jika mendapatkan kesulitan dan kurang membaca buku sehinggga
untuk memulai kegiatan belajar akhirnya siswa malas serta terhambat dalam
belajarnya.
Motif belajar siswa artinya apa yang mendorong siswa belajar. Motif ini
adalah kebutuhan siswa, dengan demikian motivasi sangat bervariasi. Sardiman
(2007:86) membagi dua macam motif manusia dilihat dari dasar
pembentukannya: motif-motif bawaan dan motif-motif yang dipelajari.
1. Motif-motif bawaan
Yang di maksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir.
Jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari sebagai contoh misalnya: dorongan untuk
makan, minum, bekerja, beristirahat dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering
disebut motif-motif biologis. Motif bawaan ini sejalan dengan kebutuhan
mendasar manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya
2. Motif-motif yang dipelajari
Yang dimaksudkan adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari.
Sebagai contoh: seorang siswa yang memiliki dorongan untuk belajar Ilmu
Pengetahuan Alam, membina hubungan baik dengan orang tua dan guru hal ini
sering disebut sebagai motif-motif sosial.
Hutcheson (1982:89 ) mengusulkan dua macam motif pada manusia, yakni:
a. Motif egoistik, untuk mencari kesenangan pada individu-individu.
b. Motif altruistik, yakni mencari kesenangan untuk orang lain.
Memakai prinsip senang dan tidak senang dapat pula mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Misalnya, pengalaman-pengalaman yang menyenangkan
akan memperkuat dorongan untuk mencapai sesuatu. Hal ini dapat diterapkan
oleh guru waktu mengajar misalnya dengan menyiapkan suasana kelas yang baik
dan menyenangkan, seperti sikap ramah, tidak mudah marah, senang membantu
dan tidak suka mencela siswa.
Sardiman (1989:88) membagi motivasi belajar menjadi dua macam, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi belajar ini ada pada
diri subjek dan memberikan arah pada kegiatan subjek.
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri. Motif-motif telah menjadi aktif atau berfungsi tanpa harus dirangsang
dari luar. Dengan kata lain, didalam diri siswa sudah ada dorongan atau
membaca tanpa harus disuruh pasti rajin mencari buku-buku untuk dibaca. Kalau
dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukan (misalnya:belajar), motivasi intrinsik
merupakan keinginan untuk melakukan kegiatan belajar, karena betul-betul ingin
mendapatkan pengetahuan, nilai, keterampilan yang berguna bagi masa depannya
dan bukan tujuan yang lain.
Child (1976:34) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain: kepercayaan diri, kebutuhan
untuk bersosialisasi, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, keingintahuan
akan hal-hal yang baru dan kegagalan yang pernah dialami di masa lalu.
Oleh karena itu, motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajarnya.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada
rangsangan dari luar. Sebagai contoh seorang itu belajar menjelang ujian supaya
mendapat nilai yang baik sehingga dipuji oleh teman-temannya sebagai anak
yang pintar. Atau ada juga belajar karena takut dihukum oleh gurunya karena
mendapat nilai yang jelek atau tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya. Jadi,
yang penting bukan karena ingin mengetahui sesuatu tetapi hadiah berupa pujian
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ini tetap penting. Sebab,
kemungkinan besar keadaaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan kemungkinan
komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang
menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Sejalan dengan diatas Handoko, (1992:41) juga membagi motivasi menjadi
dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang berupa kepribadian,
sikap, harapan dan cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan motivasi
ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar, dapat ditimbulkan oleh
beberapa sumber faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Sebagai contoh seorang siswa yang giat belajar karena ingin mendapatkan nilai
yang baik.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak
baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar.
Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar. Guru
yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat siswa
dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dan menggunakannya
dalam rangka menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas (Djamarah,
Child (1976:34) mengemukakan bahwa faktor yang juga dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa diantaranya: kepribadian guru, kondisi
kelas dan sekolah, teknik mengajar/pembelajaran guru, hadiah-hadiah dan
hukuman-hukuman.
Ada beberapa ciri siswa yang memiliki motivasi belajar. Ciri-ciri tersebut
dapat dikenali melalui proses belajar-mengajar (Sardiman, 1986 :82-83):
1. Tekun menghadapi tugas.
Siswa tekun dan setia dalam menghadapi tugas-tugas latihan yang diberikan
guru dikelas. Siswa juga tekun dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
2. Ulet menghadapi kesulitan.
Siswa tidak mudah putus asa dan tidak cepat puas atas prestasi yang telah
dicapainya. Siswa selalu mau belajar dan mencoba tantangan baru.
3. Menunjukan minat.
Siswa memiliki keinginan yang besar terhadap bermacam-macam masalah
belajar yang sedang dihadapinya.
4. Lebih senang bekerja mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Siswa yang diawali dengan perasaan senang dan mandiri dalam belajar akan
menunjukan sikap dan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
5. Tertarik untuk mengerjakan hal-hal yang menuntut kreativitas.
Ketertarikan siswa akan hal-hal yang menuntut kreativitas akan semakin
membuat siswa berpikir lebih maju untuk menciptakan hal-hal baru.
Siswa yang memiliki pemikiran dan wawasan yang luas akan berusaha
mempertahankan pendapatnya. Siswa memberikan pernyataan dan
pendapatnya terhadap guru dan teman-teman di kelas dapat
dipertanggungjawabkannya.
7. Tidak mudah melepas apa yang diyakini.
Apa yang sudah dianggap benar baginya tidak mudah begitu saja siswa
percaya akan pernyataan orang lain.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi tampak dalam usahanya
mencari dan memecahkan hal-hal baru dan mengembangkan kemampuan
yang dimilikinya tanpa henti.
Sedangkan menurut Winkel (1987:97-98), ciri-ciri siswa yang mempunyai
motivasi belajar adalah:
1. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang namun
tidak berada diatas kemampuannya.
2. Keinginan untuk bekerja dan berusaha mandiri serta menemukan penyelesaian
masalah secara sendiri tanpa disuapi terus-menerus oleh guru.
3. Keinginan yang kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit
diatas taraf tercapai sebelumnya.
4. Orientasi pada masa depan kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju
5. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu bukan atas dasar
simpati atau perasaan senang terhadap teman itu.
6. Keuletan dalam belajar biarpun mendapat tantangan.
Kemudian Arden Frandsen (1986:46) menyatakan ada beberapa hal yang
mendorong seseorang untuk belajar, yakni:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk
selalu maju;
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman-teman;
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi;
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajran;
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
Menurut Imron (1996:75) motivasi belajar memegang peranan penting
dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga
siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar. Motivasi juga berkaitan erat dengan suatu tujuan.
Misalnya untuk menghadapi ujian pada pagi harinya, para pelajar mengurung
dirinya dalam kamar untuk belajar karena mengharapkan akan mendapatkan hasil
Sedangkan Sardiman (1986:76) berpendapat bahwa motivasi sangat
diperlukan dalam belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi.
Makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula pelajaran itu.
Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa.
Sehubungan dengan dua pendapat diatas maka ada tiga fungsi motivasi,
yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepas energi. Dalam hal ini motivasi sebagai motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Misalnya, seorang
siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus. Tentu siswa
tersebut akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan
waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa
Ali Imron (1996:99) berpendapat bahwa ada beberapa unsur yang
mempengaruhi motivsi belajar siswa, yaitu cita-cita siswa, kemampuan siswa,
faktor keluarga, kondisi belajar siswa di lingkungan sekolah. Sejalan dengan ini,
Syah Mubbin (2008:133-155) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa menjadi tiga faktor yaitu: faktor Efisiensi belajar, faktor
pendekatan belajar serta faktor internal dan faktor eksternal siswa.
Pengaruh-pengaruh utama dalam motivasi belajar menurut Raymond,
(2004:24) adalah budaya, keluarga, sekolah dan diri anak itu sendiri.
Masing-masing pengaruh utama tersebut mewakili sebuah sistem. Dengan demikian
pengembangan motivasi belajar adalah ketika ada keselarasan dari keempat area
pengaruh tersebut.
Mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa diatas maka penulis tertarik menggabungkan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa kedalam empat bagian besar yaitu: faktor
cita-cita siswa, faktor kemampuan siswa, faktor kondisi belajar siswa di
lingkungan sekolah dan faktor keluarga.
1. Faktor cita-cita siswa
Siswa-siswa yang memiliki cita-cita ingin menjadi guru, dokter, psikolog
akan termotivasi dengan baik dalam belajarnya. Sebab siswa yang memiliki
motivasi intrinsik memiliki kesadaran yang tinggi dalam dirinya untuk
yang kurang termotivasi dalam belajar. Motivasi dalam belajar tidak saja
merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapi juga
sebagai suatu yang mengarahkan aktifitas siswa kepada tujuan dan cita-cita
belajar. Jadi dalam belajar dan mengejar cita-cita yang telah dipilih, para guru
dan orangtua dianjurkan untuk memperlakukan anak-anak supaya mereka
menyadari bahwa cara mengerjakan sesuatu lebih penting ketimbang hasil atau
prestasi akhirnya Raymond, (2004:52).
2. Kemampuan siswa
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Inteligensi itu
adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi
dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat Joko, (2006:72). Jadi
inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang
sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil
daripada siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun
begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum tentu
berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses
yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan
inteligensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu
bersifat menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa
Kecerdasan adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan baru
menggunakan otak untuk berpikir dan organ tubuh bertindak dengan cara yang
tepat (Syah, 1995:133). Menurut Garret (Djaali, 2006:65), “kecerdasan adalah
kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah yang memerlukan
pengertian, serta menggunakan simbol-simbol”. Jadi jika seseorang mempunyai
kecerdasan yang baik maka orang tersebut dapat mengatur atau mengolah pola
pikirnya secara baik dan efektif untuk memecahkan masalah sehingga menjadi
bentuk tingkahlaku atau perbuatan yang sesuai.
Jadi siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang normal dapat berhasil
dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, akan memberikan
pengaruh yang positif, jika siswa memiliki inteligensi yang rendah, ia perlu
mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
3. Kondisi belajar siswa di lingkungan sekolah
Motivasi belajar siswa sangat ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena
itu siswa akan termotivasi dalam belajar jika lingkungan belajar dapat
memberikan semangat sehingga siswa tertarik untuk belajar. Dalam hal ini
Skinner (1973:57) guru harus menyusun lingkungan atau suasana belajar secara
bijaksana sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
4. Faktor Keluarga
Salah satu masalah serius yang sedang dialami oleh banyak keluarga modern
adalah berkurangnya kesempatan keluarga, yaitu orang tua dan anak berkumpul,
seperti ini memungkinkan kurangnya perhatian antar satu sama lain dalam
keluarga, terutama dari orang tua kepada anaknya. Siswa yang belajar akan
menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan sosial ekonomi keluarga.
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar
jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami
lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,
membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Orang tua
sebaiknya juga menyediakan waktu menghubungi guru wali kelas anaknya,
untuk mengetahui perkembangan belajarnya. (Cara orang tua mendidik, Relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan sosial ekonomi keluarga).
a. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wiriwidjojo, dalam Slamet
(2003:60) dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya
untuk pendidikan dalam ukurn besar yaitu pendidikan bangsa, Negara dan dunia.
Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan
keluarga di dalam pendidikan anaknya. Susilo, (2006:81) mengatakan bahwa:
pengertian orang tua perlu dalam mendorong anak untuk belajar. Misalnya, bila
anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Contoh lain,
pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang
dialami anak disekolah. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang kurang memperhatikan
pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya,
tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak
menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak
belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, dan
tidak tahu kesulitan-kesulitan yang dialami anaknya sehingga dapat
menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri
sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya
kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam
belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan, nilai atau
hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini
dapat terjadi dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus
pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang tidak mencintai anaknya.
Disinilah guru pembimbing memegang peranan yang penting. Anak mengalami
kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan
belajar yang sebaik-baiknya Slamet (2003:63). Tentu saja keterlibatan orang tua
b. Relasi antaranggota keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan
anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga
yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya
apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi rasa
kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh.
Sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang
tua mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
relasi yang baik di dalam keluarga anak tersbut. Menurut Slameto, (2003:62)
bahwa hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih
sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk
mensukseskan belajar anak sendiri.
c. Suasana rumah
Suasana yang dimaksudkan adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering
terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Salah satu masalah
serius yang sedang dialami oleh banyak keluarga modern adalah kurangnya
kesempatan keluarga, yaitu orang tua dan anak berkumpul, berkomunikasi
bersama karena kesibukan pekerjaan (Supraktiknya, 2006:14). Hal seperti ini
memungkinkan kurangnya perhatian antar satu sama lain dalam keluarga,
terutama dari orang tua kepada anaknya. Suasana rumah juga merupakan faktor
yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang
Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak
penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,
menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, akibatnya belajarnya kacau.
Sukardi, (1983:57) menegaskan pula bahwa suasana rumah yang terlalu ramai
tidak memberikan dukungan belajar yang baik, begitu juga dengan hubungan
antar anggota keluarga yang kurang intim akan menimbulkan suasana kaku, mati
dan tegang. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana rumah yang tenang
dan tenteram selain anak kerasan atau betah tinggal di rumah, anak juga dapat
belajar dengan baik.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak
(Slamet, 1988:65). Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhinya
kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat
tulis-menulis dan buku-buku. Dalam kegiatan belajar seorang anak
kadang-kadang memerlukan sarana penunjang belajarnya meskipun harganya cukup
mahal. Namun terkadang keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan yang diinginkan, sehingga anak menjadi putus asa, minder,
lalu dorongan belajarnya kurang sekali (Sukardi, 1983:57). Sedangkan menurut
Kartini kartono (1985:64) hal ini dapat terjadi sebaliknya yaitu anak yang
dengan membiasakan memanjakan anaknya, sehingga anak merasa tidak masalah
menghamburkan uang demi kesenangan yang mengakibatkan perhatiannya pada
pelajaran jadi berkurang dan sering kali meremehkan pelajaran. Jadi keadaan
sosial ekonomi dapat menjadi faktor penghambat belajar anak jika kebutuhan
akan sarana pendidikan tidak terpenuhi, sebaliknya ekonomi yang terlebih juga
bisa menjadi faktor penghambat jika keuangan tidak dimanfaatkan secara untuk
kepentingan belajar.
D. Usaha-Usaha Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa
Di dalam kegiatan belajar-mengajar bentuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah ada beberapa bentuk. Para guru dan orangtua harus
mengerti dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar siswa
di sekolah dan dirumah sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi
justru tidak menguntungkan perkembangan siswa dalam belajar di sekolah. Agar
keinginan siswa muncul dalam belajar, maka guru perlu memberikan
penghargaan eksternal, seperti memberi angka, memberi hadiah, memberikan
pujian dan lain-lainnya yang serupa. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan
Sardiman (2007:92-95) yang membagi sebelas cara-cara guru meningkatkan
motivasi belajar siswa di sekolah:
1. Memberikan nilai angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa.
baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai
pada raport angkanya yang baik-baik. Hal ini ditegaskan juga oleh Dimyati
(2006:94) yang mengatakan bahwa penguatan motivasi-motivasi tersebut berada
di tangan para guru atau pendidik berdasarkan hasil belajar dari siswa. Jadi
Pemberian angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat
kuat.
2. Memberikan hadiah
Pemberian hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi sebab akan
membuat siswa merasa senang dan tertarik untuk mengembangkan bakat dan
kemampuan yang dimilikinya. Proses pemberian hadiah ini ialah diambil dari
tiga besar yang terbaik untuk setiap kelas parallel per mata pelajaran. Sebagai
contoh seorang guru dapat memberikan hadiah buku kamus rumus-rumus
matematika kepada siswa yang memiliki nilai baik. Sedangkan Fudyartanta
(2002:290) berpendapat bahwa dengan memakai hadiah salah satu membuat
senang adalah memberi hadiah kepada siswa. Hadiah itu ada macam-macam,
dapat berupa barang-barang atau hanya pujian saja. Misalnya, untuk mendorong
kegiatan belajar guna menempuh ujian, maka kepada anak-anak dapat diberikan
janji, bahwa mereka yang mendapat nilai tertinggi akan diberi hadiah buku.
Dengan demikian mereka terpacu untuk rajin belajar, karena ingin mendapatkan
hadiah pemberian hadiah ini hanya anjuran tidak selalu guru harus memberikan
3. Menumbuhkan daya saing atau kompetisi yang sehat
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individu mau pun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur
persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan,
tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
Menurut Fudyartanta (2002:291) memakai kompetisi dan kerjasama. Kompetisi
prestasi di sekolah atau di kelas sangat membantu untuk meningkatkan semangat
belajar siwa. Selain kompetisi, juga kerjasama akan membangkitkan dorongan
belajar. Sebab para siswa saling berpengaruh pada prestasi kelompok, dan juga
individu terangsang untuk mengharumkan nama kelompoknya.
4. Membangkitkan Ego
Menurut Schultz, (Duane, 1991:122) ego (aku) adalah alam bawah sadar dan
meliputi semua persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan yang selalu ada dalam
kesadaran kita pada setiap saat. Keterlibatan ego dapat menumbuhkan kepada
siswa agar merasakan pentingnya tugas belajar dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri sebagai
salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan
segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga
dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga
diri, begitu juga untuk siswa si subyek yang sedang belajar. Para siswa akan
tekun belajar melaksanakan tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh
pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri
Slameto (2003:26).
5. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui jika ada ulangan.
Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi
yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering, misalnya setiap hari
karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga
terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswa
terlebih dahulu agar siswa mempersiapkan dirinya untuk belajar dan mengikuti
ulangan. Dengan demikian belajar tidak hanya untuk ulangan.
6. Mengetahui hasil belajar
Dengan mengetahui hasil pekerjaan hasil ulangan siswa, apalagi jika terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui
bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk
terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. Begitu sebaliknya
jika ada siswa yang belum berhasil akan menjadi motivasi juga bagi dirinya
untuk menjadi yang lebih baik lagi dalam meningkatkan belajarnya.
7. Memberikan pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk penguatan yang positif dan
merupakan motivasi, pemberian harus tepat. Pujian adalah wajar, bahwa
anak-anak itu senang dipuji dan tidak mau dicela atau dihina (Fudyartanto, 2002:292).
Misalnya, ada siswa dipuji pada hasilnya yang rendah karena keterbatasan
kemampuan, sedangkan yang lain terdorong dipuji karena prestasi-prestasi yang
tinggi. Pujian dapat dipakai guru dengan beebrapa cara, misalnya dengan
senyum, ucapan baik, pandangan yang baik, sikap yang baik dan anggukan
kepala. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan
dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Memberikan hukuman
Hukuman juga dapat sebagai penguatan asalkan diberikan secara tepat dan
bijak maka bisa menjadi alat motivasi. Oleh sebab itu guru harus memahami
prinsip pemberian hukuman. Sebagai contoh siswa yang terlambat diminta untuk
menyapu ruangan kelas sendiri sesudah pulang sekolah. Hukuman dalam
batas-batas tertentu, juga dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa (Fudyartanto,
2002:291). Misalnya, jika 50% pekerjaan salah, maka anak-anak yang
bersangkutan akan ditambah lagi pekerjaannya. Karena anak-anak tidak ingin
memperoleh tambahan pekerjaan sebagai hukuman, maka mereka berusaha
menyelesaikan tugasnya dengan baik dan rajin belajar. Dalam hal ini
setidak-tidaknya dapat menyelesaikan pekerjaannya lebih dari 50%-nya. Guru harus
hati-hati dalam memberi hukuman kepada anak-anak, sebab hukuman dapat
9. Menumbuhkan hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang
tanpa maksud. Siswa yang memiliki hasrat untuk belajar berarti juga pada diri
siswa itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu
hasilnya akan lebih baik. Menurut Judith, (2004:9) hasrat untuk belajar
diperuntukan bagi siswa agar menjadi termotivasi dan menjadi pelajar-pelajar
yang berhasil. Orang-orang yang bisa belajar, yang menghargai belajar dan yang
secara wajar menemukan sebuah pengalaman menyenangkan.
10. Memiliki minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan (Susilo M.Joko, 2006:73). Motivasi sangat erat
hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan,
begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang
pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat
terhadap sesuat bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan
demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut Dimyati
(2006:43).
11. Memiliki tujuan yang diakui
Perumusan tujuan yang diakaui oleh guru dan diterima oleh siswa,
yang harus dicapai dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan
tumbuh gairah untuk belajar. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Susilo
(2006:37) bahwa tingkahlaku yang bermotivasi adalah tingkahlaku yang sedang
terarah pada tujuan. Dengan demikian motivasi mengandung dua aspek yakni
adanya keadaan tegang atau ketakpuasan dalam diri seseorang dan kesadaran
bahwa tercapainya tujuan akan mengurangi ketegangan tersebut. Ini berarti
pencapai tujuan adalah pengurangan ketegangan dan pemuas kebutuhan
seseorang.
Harapan guru terhadap siswa yang belajar juga memperlihatkan
kesempatan-kesempatan yang guru sediakan bagi siswa. Karena prestasinya yang
rendah seringkali siswa-siswa menerima harapan-harapan yang lebih rendah dari
gurunya. Siswa mungkin merasa diabaikan dengan cara-cara seperti itu sehingga
siswa bisa menurunkan motivasi belajarnya.
E. Siswa Kelas X Sebagai Remaja
Siswa Kelas X adalah individu yang sedang berada pada usia remaja. Piaget
(Hurlock, 1996:206) mengatakan bahwa:
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.
Remaja adalah seseorang baik pria maupun wanita yang sedang mengalami
perubahan fisik dan psikis yang khas yang menuntunnya kearah masa dewasa.
Masa remaja atau adolescence sebagai suatu periode diantara usia 13-20 tahun
untuk laki-laki dan 11-18 tahun untuk anak perempuan. Dalam rentang usia
tersebut, remaja mengalami perkembangan yang cukup pesat baik fisik maupun
psikisnya. Pemahaman dan pengetahuannya juga berkembang sejalan dengan
perkembangan intelektualnya (Kartini Kartono & Dali Gulo, 1987:9).
Oleh karena itu siswa SMA kelas X berusia antara 16-18 tahun sebagai
remaja berarti sudah dapat menyadari sepenuhnya hal-hal yang dihadapinya serta
merefleksikan pengalaman belajar termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi dan keberhasilan belajar siswa.
F. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar sering disebut juga bimbingan akademik, yaitu
“bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih
program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul
berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.” (Winkel
dan Sri Hastuti, 2004:116). Menurut Prayitno & Amti.E (1999:113), tujuan
bimbingan belajar adalah agar individu dapat membuat pilihan-pilihan, membuat
ini menurut Ahmadi (1991:105), tujuan bimbingan belajar adalah membantu
siswa-siswi agar dapat menyesuaikan diri dengan baik di dalam situasi belajar,
sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai kemampuan yang
dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal.
Sukardi (1983:80), mengungkapkan tujuan bimbingan belajar adalah:
1. Mencari cara yang efektif dan efisien bagi seorang anak atau sekelompok
anak.
2. Menunjukan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran.
3. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
4. Memberikan informasi bagaimana memanfaatkan perpustakaan.
5. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita
dan kondisi fisik atau kesehatannya.
6. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.
7. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.
8. Memilih pelajaran tambahan, baik yang berhubungan dengan pelajaran di
sekolah maupun untuk mengembangkan bakat dan kariernya di masa depan.
Dengan demikian bimbingan belajar merupakan bimbingan bagi siswa
dalam membantu siswa untuk mengetahui cara belajar yang tepat dengan
tujuan-tujuan bimbingan yang dipakai sebagai landasan untuk membantu kelancaran
bimbingan belajar dengan maksud agar siswa memiliki motivasi belajar yang
G. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah “Bimbingan yang diberikan kepada sekelompok
siswa yang tergabung dalam satuan kelas ditingkat kelas tertentu pada suatu
jenjang pendidikan tertentu, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal pelajaran”
(Winkel dan Sri Hastuti, 2004:563-564).
Pelaksanaan bimbingan klasikal dapat menguntungkan dan sekaligus
merugikan. Keuntungan yang dapat dirasakan oleh guru pembimbing adalah
mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak siswa secara bersamaan,
menghemat waktu lebih-lebih bila jumlah tenaga bimbingan terbatas.
Keuntungan yang dapat dirasakan oleh siswa antara lain adalah lebih rela
menerima diri sendiri setelah menyadari bahwa teman-temannya sering
menghadapi persoalan yang kerap kali sama, memberikan kesempatan untuk
mendiskusikan suatu masalah bersama-sama, melatih menerima suatu pendapat
yang dikemukan oleh teman lain, tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang
dirasakan sulit untuk dibicarakan langsung dengan konselor, dan mendapat
informasi yang dibutuhkan.
Kerugian pelaksanaaan bimbingan klasikal adalah interaksi pribadi antara
konselor dan siswa terbatas serta kurang mendalam sehingga konselor sulit
mengevaluasi apakah pelayanan bimbingan mencapai sasaran atau tidak. Selain
H. Topik-topik Bimbingan Belajar
Rangkain topik-topik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah topik-topik
bimbingan belajar. Topik bimbingan yang diberikan kepada siswa secara klasikal
ini untuk membantu siswa memecahkan masalah belajarnya dengan pokok
bahasan dalam topik. Topik bimbingan belajar disesuaikan dengan masalah yang
frekuensinya sangat sering dan intensitasnya sangat berat dan besar dihadapi
siswa. Topik-topik bimbingan ini dapat diusulkan setelah penelitian mengadakan
penelitian mengenai tingkat motivasi belajar siswi-siswi kelas X SMA Santa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, populasi penelitian, alat pengumpulan
data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang bertujuan mendapatkan informasi tentang status gejala
pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 1982:415). Sukardi (2003:157)
mengartikan penelitian deskriptif sebagai penelitian untuk menggambarkan dan
menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh informasi
tentang motivasi belajar siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun
pelajaran 2009/2010 dan topik-topik bimbingan belajar yang sesuai untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta
tahun pelajaran 2009/2010.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah siswi-siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta
tahun pelajaran 2009/2010. Pemilihan subjek menggunakan teknik purposive
random sampling. Pemilihan subjek dalam penelitian ini sebanyak 55 siswa uji
coba kuesioner dilakukan pada 30 siswa. Sebanyak 3 kelas dan 1 kelas untuk uji
coba. Perincian jumlah siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta menurut
kelas disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1
Rincian Jumlah Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010
Kelas Jumlah Siswi
X A 22 siswi
X B 21 siswi
X C 21 siswi
X D 23 siswi
Total 87 siswi
C. Alat Pengumpulan Data
1. Kuesioner Motivasi Belajar Siswa
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner motivasi
belajar siswa. Kuesioner adalah sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada subjek penelitian (Furchan, 1982:249). Jenis kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner langsung tertutup, artinya responden menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan dirinya dan sudah disediakan alternatif
jawabannya sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban yang tersedia
dan sesuai dengan dirinya (tertutup) dengan memberikan tanda chek (√)
(Arikunto, 2002:129). Kuesioner dibuat dengan empat alternatif jawaban, yaitu
alternatif jawaban dengan empat pilihan dimaksudkan untuk menghindari
kecenderungan responden untuk memilih pilihan tengah. Kuesioner motivasi
belajar siswa berisi 55 item pernyataan, terbagi menjadi 2 (dua) aspek yatiu aspek
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Peneliti melakukan modifikasi dari kuesioner yang disusun oleh Yanuarius
(2007) dengan jumlah item 84. Modifikasi dilakukan pada rumusan beberapa
kalimat karena ada beberapa item yang belum jelas rumusannya. Modifikasi yang
ada Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan cara meminta
judgment ahli terhadap item-item dalam kuesioner. Ahli yang dimaksud adalah 3
orang guru pembimbing di SMA Santa Maria, berdasarkan masukan dari para ahli
tersebut, dilakukan modifikasi kuesioner sehingga disusun menjadi kuesioner
penelitian. Nama-nama para ahli ada pada lampiran 6.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu: Bagian pertama memuat
identitas responden, kata pengantar dan petunjuk kerja. Bagian kedua memuat
tentang isi kuesioner motivasi belajar siswa, yaitu berupa pernyataan-pernyataan
yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang bersifat favourable
(pernyataan positif), yaitu pernyataan yang memihak pada obyek ukur atau yang
mengindikasikan tingginya indikator yang diukur (Azwar, 2005:47).
Penentuan pengukuran skoring untuk setiap jawaban dari item-item
Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju
(TS) diberi skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1, semakin tinggi skor,
semakin bagus (skor tinggi diinginkan).
Penulis meminta responden untuk memilih salah satu dari keempat alternatif
jawaban dengan memberikan tanda centang pada kolom alternatif jawaban
masing-masing. Setelah terkumpul semua, jawaban tiap item diberi skor, lalu
jawaban setiap pernyataan dijumlahkan. Untuk mengungkap tingkat motivasi
belajar siswi-siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta.
Kisi-kisi kuesioner yang diujicobakan disusun berdasarkan
indikator-indikator dari aspek yang akan diteliti. Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar
siswa ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswi Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 Sesudah Diujicoba
NO Motivasi Belajar Siswa Item Jumlah
1. Motivasi Intrinsik
a. Senang dan rajin membaca buku b. Keinginan untuk memiliki wawasan
yang luas
c. Kemauan untuk belajar dan berusaha terus
d. Senang mengerjakan tugas-tugas yang menantang
e. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, tanpa disuapi terus menerus oleh guru/orang tua/teman
f. Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan/kesuksesan g. Orientasi pada cita-cita/masa depan
h. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan
i. Merencanakan tujuan atau prestasi belajar yang ingin diraih
j. Merencanakan tujuan dan berusaha memenuhi jadwal belajar
k. Berani bertanya kepada siapa saja yang berkompeten membantunya mengatasi permasalahan 29,30,31,32 33,34,35,36 37,38,39,40 41,42,43,44, 4 item 4 item 4 item 4 item
2. Motivasi Ekstrinsik
a. Belajar demi memperoleh pujian dari guru dan orang tua
b. Belajar demi memenuhi kewajiban c. Keinginan untuk diakui sebagai siswa
pintar dan teladan
45,46,47,48 49,50,51,52 53,54,55 4 item 4 item 3 item
Total 55 Item
1. Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Siswa
Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu diuji
cobakan untuk mendapatkan keterangan mengenai mutu alat ukur tersebut.
Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas
alat ukur yang digunakan, sehingga diperoleh kelayakan penggunaannya sebagai
alat ukur yang handal dan memenuhi syarat.
Uji coba kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa lama
waktu yang diperlukan responden untuk mengerjakan instrumen, mengetahui
apakah responden memahami maksud pertanyaan, serta untuk menemukan
kekurangan atau masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan kuesioner
tersebut. Uji coba kuesioner dilaksanakan di kelas X SMA Santa Maria
Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner sekaligus memberi petunjuk
tentang pengisian kuesioner 40 menit. Jumlah item kuesioner motivasi belajar
siswa yang di uji coba sebanyak 55 pertanyaan.
2. Menentukan Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo dan Furchan 1995:242.
1982:281). Dalam penelitian ini, digunakan kuesioner untuk mengetahui motivasi
belajar siswa, yaitu motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik. Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian validitas ini
dilakukan dengan meminta judgment ahli terhadap item-item dalam kuesioner.
Ahli yang dimaksud adalah 3 orang guru pembimbing di SMA Santa Maria.
Berdasarkan masukan dari para ahli tersebut, dilakukan modifikasi kuesioner
seperti telah diuraikan di hal 37. Daftar nama ahli untuk dimintai judgment ada
pada lampiran kuesioner judment ahli.
Pemilihan item-item yang akan digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item (X) dengan skor total
seluruh item (Y) yang diperoleh setiap responden. Untuk keperluan perhitungan
validitas ini digunakan teknik korelasi Product Moment Pearson (Masidjo,