• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR SISWI-SISWI KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20092010: IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR YANG SESUAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR SISWI-SISWI KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20092010: IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR YANG SESUAI"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Marsellus

NIM: 041114004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Marsellus

NIM: 041114004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita”. (Filipi 1 : 3-4)

“Kemarahan dan dendamku ternyata tidak mempunyai pengaruh apa pun terhadap

mereka yang kuprotes. Aku justru telah menyakiti diriku sendiri”.

(William A. Meninger)

“Terimalah segalanya apa adanya, bukan seperti yang kamu angankan saat ini. Masa

lalu sudah lewat, masa depan masih misteri dan saat inilah karunia. Itulah sebabnya

saat ini disebut present (hadiah):.

(Deepak Chopra, M.D.)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

 Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku dalam setiap langkah hidupku.

 Kedua orang tuaku yang tercinta.

 Adiku Blasius Andi.

 Semua sahabat ku dimana saja berada dan teman-teman Program Bimbingan dan Konseling yang selalu mendukung dan memberikan

semangat selama menjalani masa studi.

 Semua dosen yang mengajar dan membimbingku dengan setia dan penuh kesabaran, sehingga memotivasi diriku untuk bertekun hingga akhir.

(6)

v

SESUAI Marsellus

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

2010

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta, tahun pelajaran 2009/2010. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bagaimana tingkat motivasi belajar siswi -siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta, tahun pelajaran 2009/2010?” masalah yang kedua adalah “Topik-topik bimbingan belajar apa sajakah yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMA Santa Maria Yogyakarta?”.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta yang berjumlah 55 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “Kuesioner Motivasi Belajar Siswa”. Kuesioner tersebut terdiri dari pernyataan-pernyataan yang memuat motivasi belajar yaitu motivasi belajar instrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik. Jumlah seluruh item yang digunakan sebanyak 56 butir. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dan tingkat dengan pendistribusiannya berdasarkan rumus Penilaian Acuan Patokan Tipe I. Tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 digolongkan menjadi 5 yaitu: sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, sangat tinggi.

(7)

vi

THE RECOMMENDATION OF APPROPRIATE LEARNING GUIDANCE TOPICS

Marsellus

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

This research was aimed at obtaining the description of learning motivation of the tenth grade students of SMA Santa Maria Yogyakarta, academic

year 2009/2010. The first problem was “How is the learning motivation level of

the tenth grade students of SMA Santa Maria Yogyakarta, academic year

2009/2010?” The second problem was “Which learning guidance topics are

appropriate to increase learning motivation of the tenth grade students of SMA

Santa Maria Yogyakarta?”

This research was a descriptive study. The subjects of this study were 55 students of the tenth grade of SMA Santa Maria Yogyakarta. The instrument used

in this study was “Students’ Learning Motivation Questionnaire.” The questionnaire consisted of statements which contained intrinsic and extrinsic learning motivation. There were 56 items in the questionnaire. The data analysis technique used was percentage counting, and the distribution level was based on the formula of Penilaian Acuan Patokan Tipe 1. The level of learning motivation of the tenth grade students of SMA Santa Maria Yogyakarta in academic year 2009/2010 was classified into 5 categories, namely: very low, low, moderate, high, very high.

(8)

vii

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Sepak

terjang penulis menghantarkan penulis akan kasih karuniaNya dalam setiap

perjuangan penulis. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Tanpa bantuan, bimbingan dan kerelaan banyak pihak, banyak hambatan

yang akan ditemui. Pada kesempatan ini, dengan tulus hati yang paling dalam,

dihaturkan limpah terima kasih kepada:

1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si sebagai ketua Program studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A sebagai dosen pembimbing yang selalu

sabar membimbing penulis dan membuat penulis belajar untuk bersabar,

serta selalu memberikan masukan, arahan, motivasi dan dukungan agar

segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Para dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai hal selama penulis

kuliah.

4. Sr. M. Cornelia OSF, S.Ag. sebagai kepala sekolah SMA Santa Maria

(9)

viii

sekolah yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk mengadakan

penelitian.

6. Teman-teman angkatan 2004 yang selama lima tahun ini memberikan

keceriaan, kerjasama dan dukungan dengan banyak cara selama penulis

menjalani proses belajar di Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak dan mama yang selalu memberikan semua dukungan dengan tulus

ikhlas, terima kasih untuk kesabaran dan cinta kasih kalian yang telah

memawarnai hidupku.

8. Adiku tercinta Blasius Andi yang sangat kusayangi, kamu telah mewarnai

hidupku.

9. Para suster-suster cinta kasih Canossian/fdcc dan Awam Canossa

Yogyakarta, Jakarta dan Singapura yang selalu setia mendoakan serta

mendukungku.

10.Teman-teman di Asrama PBS (Panitia Beasiswa Keuskupan Ketapang)

Yogyakarta yaitu Nistain Odop, Darwis Alfonsus Lelek, Adi Kusuma Dik,

Alex Elpian Yang Krio, Petrus Darwin Sekukun, Cik Nelis, Agung

Mombolt, Markus Yono, Mindaw, Valen, Jefi Gemalo dan Dami Degan,

terima kasih untuk pengertian, keceriaan, kebersamaan yang kalian

(10)

ix

SPDS (Senam Pernafasan Daya Sejati). Terima kasih atas dukungan serta

kesempatan yang diberikan untuk belajar dan belajar lebih banyak lagi

dalam berorganisasi dan bekerjasama dengan orang lain.

12.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala dukungan,

perhatian dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang

penulis haturkan terima kasih khusus selama penulisan skripsi ini.

Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan di sana-sini dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama pihak-pihak

(11)

x

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini karya saya

sendiri dan tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam daftar pustaka, sebagai layaknya karya tulis ilmiah.

Yogyakarta, 27 April 2010

Penulis

(12)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Marsellus

NIM : 041114004

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul

“Deskripsi Motivasi Belajar Siswi-Siswi Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 : Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Yang Sesuai” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak

untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya

di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin

dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 27 April 2010

Yang menyatakan

(13)

xi

HALAMAN JUDUL……..………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

ABSTRAK………... v

ABSTRAKCT………..……… vi

KATA PENGANTAR……….. vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... x

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR TABEL………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. xv

BAB I PENDAHULUAN………... 1

(14)

xii

E. Definisi Operasional……….. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 7

A. Motivasi ……… 7

B. Motivasi Belajar Siswa………... 8

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa.. 17

D. Usaha-Usaha Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa… 24

E. Siswa Kelas X Sebagai Remaja………. 30

F. Bimbingan Belajar……….. 31

G. Bimbingan Klasikal……… 33

H. Topik-Topik Bimbingan Belajar……… 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 35

A. Jenis Penelitian……… 35

B. Populasi Penelitian……….. 35

C. Alat Pengumpul Data.………. 36

1. Kuesioner Motivasi Belajar Siswa………. 36

2. Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Siswa…………. 39

(15)

xiii

1. Tahap Persiapan………... 43

2. Tahap Pelaksanaan……… 43

E. Teknik Analisis Data……….. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 47

A. Hasil Penelitian……….... 47

B. Pembahasan……….... 50

BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR………… 53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN……… 56

A. Kesimpulan……….. 56

B. Saran………. 56

(16)

xiv

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswi………. 38

Tabel 3 : Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas…………. 43

Tabel 4 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian………. 44

Tabel 5 : Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I………. 46

Tabel 6 : Penggolongan Motivasi Belajar Siswa………. 48

Tabel 7 : Item Motivasi Belajar Siswa Yang digunakan sebagai usulan

topik-topik Bimbingan………. 49

(17)

xv Hasil pengolahan SPSS,

Rekapitulasi item valid dan gugur)……… 60

Lampiran II : Kuesioner Penelitian……….. 73

Lampiran III : Hasil Perhitungan dengan Metode Belah Dua……….. 76

Lampiran IV : Tabulasi Penelitian dan

Hasil Pengolahan Data Penelitian………. 79

Lampiran V : Persentase Skor Item-Item Sebagai Dasar Usulan

Topik-Topik Bimbingan Yang Sesuai……….. 94

Lampiran VI : Surat Izin Penelitian, Kuesioner Jusdgment Ahli dan

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan tugas utama para siswa namun seringkali tidak

dilakukan dengan baik. Hal ini tampak dari adanya siswa yang malas, tidak

bersemangat, belajar harus diawasi, takut pada guru, kurang tekun, tidak senang

pada mata pelajaran tertentu, sering bolos sekolah dan ada siswa yang cepat

lelah.

Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri

manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan

tingkahlakunya (Handoko, 1992:9). Setiap manusia memiliki motivasi yang

melatarbelakangi berbagai macam tingkahlaku dalam kehidupannya. Diantara

sekian banyak motivasi yang melatarbelakangi tingkahlaku manusia, pada

dasarnya disebabkan karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.

Motivasi ada pada setiap manusia, dengan memiliki motivasi, individu

melakukan banyak kegiatan untuk mencukupi kebutuhannya itu. Siswa pun

sebagai individu yang melakukan kegiatan belajar, sudah pasti dilatarbelakangi

oleh motivasi. Motivasi menjadi daya penggerak bagi siswa dalam menjalani

(19)

tugas utamanya sebagai pelajar. Motivasi belajar siswa merupakan hal penting

bagi siswa untuk dapat mencapai hasil yang baik dan berprestasi di sekolah.

Motivasi merupakan jantungnya proses belajar oleh karena motivasi begitu

penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan

terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi siswa terhadap apa

yang akan dipelajari oleh siswa. Siswa yang bermotivasi dalam pembelajaran

akan menunjukan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran.

Dengan demikian tinggi rendahnya motivasi belajar siswa mempengaruhi

semangat dan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi

dalam belajar akan mencapai hasil belajar yang baik, sedangkan jika siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah dalam belajar maka hasil belajar siswa kurang

baik. Melihat pentingnya peran keberhasilan motivasi sebagai tugas utama siswa

maka penulis tertarik untuk menelitinya.

Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar

akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang

diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran yang diterima siswa dari guru.

Jadi motivasi akan senantiasa menentukan tingkat usaha belajar bagi para siswa.

Dalam kaitan itu perlu di ketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi

belajar siswa adalah bermacam-macam. Para guru dan orangtua harus cermat

dalam hal menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar siswa di

sekolah dan dirumah. Memberikan motivasi sebaiknya menguntungkan

(20)

memanjakan anaknya dengan memberikan apapun yang anak minta dengan

syarat anak mau belajar.

Masa remaja merupakan suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi

kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa

dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama,

atau paling tidak sejajar (Ali, 2005:9). Masa remaja merupakan masa yang sulit

karena usianya masih labil, dimana siswa perlu penyesuaian dan pendampingan

untuk memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar agar siswa berprestasi di

sekolah. Pada masa ini emosi siswa masih labil sehingga siswa mudah

terpengaruh dengan godaan-godaan untuk bermain playstation dan internetan.

Dengan demikian siswa dibimbing agar dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan

positif tersebut untuk mengembangkan motivasi belajar dan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Banyak siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar maka

banyak orangtua yang mengeluhkan hal tersebut.

Siswa kelas X adalah para siswa yang terdaftar sebagai siswa di sekolah

yang perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah seperti jadwal dan

tata tertib sekolah agar siswa kelas X menyadari tugas utamanya sebagai pelajar

serta memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar dan mampu

menjalankan tugas-tugas utama lainnya di sekolah. Dengan demikian jika para

siswa kelas X memiliki motivasi belajar yang tinggi maka para siswa

(21)

ketekunan dalam belajar dan mendapatkan nilai atau hasil yang baik sehingga

berprestasi di sekolah.

Subjek penelitian adalah siswi-siswi kelas X Sekolah Menengah Atas Santa

Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010. Ada dua alasan yang mendasari

penelitian ini. Pertama penelitian mengenai faktor-faktor apakah yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa, hal ini sangat penting untuk melihat

seberapa besar keberhasilan motivasi belajar para siswa dalam memahami bahan

ajar dan menyelesaikan soal yang diberikan. Kedua, pelaksanaan program

bimbingan dan konseling di sekolah memerlukan data aktual dan informasi yang

secara terperinci membahas dan membantu siswa yang mengalami masalah

terhadap motivasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat motivasi belajar siswi-siswi kelas X SMA Santa Maria

Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010?

2. Topik bimbingan belajar apa sajakah yang sesuai bagi siswi-siswi kelas X

SMA Santa Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010, terkait dengan

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui tingkat motivasi belajar siswi-siswi kelas X SMA Santa

MariaYogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.

2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyusun suatu usulan

topik-topik bimbingan belajar yang sesuai untuk siswi-siswi kelas X SMA Santa

Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Penelitian ini sebagai bahan informasi yang memberikan manfaat untuk dapat

diterapkan dalam membantu peserta didik meningkatkan motivasi belajar.

2. Bagi guru pembimbing

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan program

bimbingan di sekolah, terutama berkaitan dengan motivasi belajar siswa.

3. Bagi orang tua

Penelitian ini menjadi bahan informasi yang bisa memberikan manfaat dalam

membantu meningkatkan motivasi belajar anak.

4. Bagi siswa

Siswa menyadari persoalan diri tentang motivasi belajar siswa dan bersedia

(23)

E. Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang digunakan dalam

penelitian.

1. Motivasi belajar siswa adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan

aktivitas siswa untuk belajar (Joko, 2006:18)

2. Siswi-siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010

adalah siswi-siswi yang terdaftar sebagai siswi-siswi kelas X SMA Santa

Maria Yogyakarta pada tahun pelajaran 2009/2010.

3. Topik-topik bimbingan adalah pokok-pokok bahasan yang dijadikan sebagai

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai pengertian motivasi, motivasi belajar siswa,

usaha-usaha untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa, faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa, siswi-siswi kelas X sebagi remaja, bimbingan

belajar, bimbingan klasikal dan topik-topik bimbingan belajar.

A. Motivasi

Sebelum masuk pada pengertian motivasi, terlebih dahulu harus mengerti

pengertian motif. Menurut Sardiman, (2007:73) kata motif diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang itu berbuat sesuatu. Sedangkan motif menurut

Handoko (1992:9) yaitu suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan

seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau bersikap tertentu. Jadi

motif adalah alasan-alasan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu sedangkan

motivasi adalah alasan seseorang untuk mencapai tujuan. Kaitan motif dan

motivasi adalah alasan atau dorongan seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

Sebagai contoh Amir membuat kekacauan dan keributan, apa motifnya yaitu

karena Aben rajin membaca begitu seterusnya mengapa seseorang memiliki

motif dan motivasi tertentu.

Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi

aktif. Menurut Mc.Donald (1984:79) motivasi adalah perubahan energi dalam

(25)

diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi yaitu suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri

manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah

lakunya (Handoko, 1992:9). Jadi motivasi belajar siswa adalah tenaga yang

menggerakkan dan mengarahkan aktivitas siswa untuk belajar.

Sementara menurut Hudoyo (1998:28), motivasi merupakan kekuatan

pendorong yang ada dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi ini sangat berhubungan dengan

motif. Bila seorang siswa belajar, diamsumsikan bahwa didalam diri siswa ada

dorongan untuk memulai dan mengatur aktivitasnya. Misalnya minat, sikap dan

kehendak yang kesemuanya bergantung kepada individu orang.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas

dalam rangka memenuhi kebutuhannya demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk

melakukan aktivitas-aktivitas belajar dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar

demi mencapai suatu tujuan tertentu.

B. Motivasi Belajar Siswa

Seorang siswa akan berhasil dalam belajar, jika dalam dirinya ada

(26)

mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut

patut di pelajari (Sardiman, 1986:39). Jadi siswa yang tahu apa yang akan

dipelajari dan memahami serta mengerti mengapa hal tertentu perlu di pelajari

adalah siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar sehingga kegiatan

belajarnya lancar.

Motivasi belajar siswa adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar

Judith, (2004:11). Jika siswa tidak memiliki motivasi belajar maka siswa

cenderung kurang giat berusaha, kurang bersemangat, kurang tekun, mudah

putus asa jika mendapatkan kesulitan dan kurang membaca buku sehinggga

untuk memulai kegiatan belajar akhirnya siswa malas serta terhambat dalam

belajarnya.

Motif belajar siswa artinya apa yang mendorong siswa belajar. Motif ini

adalah kebutuhan siswa, dengan demikian motivasi sangat bervariasi. Sardiman

(2007:86) membagi dua macam motif manusia dilihat dari dasar

pembentukannya: motif-motif bawaan dan motif-motif yang dipelajari.

1. Motif-motif bawaan

Yang di maksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir.

Jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari sebagai contoh misalnya: dorongan untuk

makan, minum, bekerja, beristirahat dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering

disebut motif-motif biologis. Motif bawaan ini sejalan dengan kebutuhan

mendasar manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya

(27)

2. Motif-motif yang dipelajari

Yang dimaksudkan adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari.

Sebagai contoh: seorang siswa yang memiliki dorongan untuk belajar Ilmu

Pengetahuan Alam, membina hubungan baik dengan orang tua dan guru hal ini

sering disebut sebagai motif-motif sosial.

Hutcheson (1982:89 ) mengusulkan dua macam motif pada manusia, yakni:

a. Motif egoistik, untuk mencari kesenangan pada individu-individu.

b. Motif altruistik, yakni mencari kesenangan untuk orang lain.

Memakai prinsip senang dan tidak senang dapat pula mempengaruhi

motivasi belajar siswa. Misalnya, pengalaman-pengalaman yang menyenangkan

akan memperkuat dorongan untuk mencapai sesuatu. Hal ini dapat diterapkan

oleh guru waktu mengajar misalnya dengan menyiapkan suasana kelas yang baik

dan menyenangkan, seperti sikap ramah, tidak mudah marah, senang membantu

dan tidak suka mencela siswa.

Sardiman (1989:88) membagi motivasi belajar menjadi dua macam, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi belajar ini ada pada

diri subjek dan memberikan arah pada kegiatan subjek.

1. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri. Motif-motif telah menjadi aktif atau berfungsi tanpa harus dirangsang

dari luar. Dengan kata lain, didalam diri siswa sudah ada dorongan atau

(28)

membaca tanpa harus disuruh pasti rajin mencari buku-buku untuk dibaca. Kalau

dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukan (misalnya:belajar), motivasi intrinsik

merupakan keinginan untuk melakukan kegiatan belajar, karena betul-betul ingin

mendapatkan pengetahuan, nilai, keterampilan yang berguna bagi masa depannya

dan bukan tujuan yang lain.

Child (1976:34) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain: kepercayaan diri, kebutuhan

untuk bersosialisasi, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain, keingintahuan

akan hal-hal yang baru dan kegagalan yang pernah dialami di masa lalu.

Oleh karena itu, motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan

suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajarnya.

2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada

rangsangan dari luar. Sebagai contoh seorang itu belajar menjelang ujian supaya

mendapat nilai yang baik sehingga dipuji oleh teman-temannya sebagai anak

yang pintar. Atau ada juga belajar karena takut dihukum oleh gurunya karena

mendapat nilai yang jelek atau tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya. Jadi,

yang penting bukan karena ingin mengetahui sesuatu tetapi hadiah berupa pujian

(29)

Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan

dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ini tetap penting. Sebab,

kemungkinan besar keadaaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan kemungkinan

komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang

menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Sejalan dengan diatas Handoko, (1992:41) juga membagi motivasi menjadi

dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang berupa kepribadian,

sikap, harapan dan cita-cita yang menjangkau masa depan. Sedangkan motivasi

ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar, dapat ditimbulkan oleh

beberapa sumber faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Sebagai contoh seorang siswa yang giat belajar karena ingin mendapatkan nilai

yang baik.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak

baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar.

Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar. Guru

yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat siswa

dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dan menggunakannya

dalam rangka menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas (Djamarah,

(30)

Child (1976:34) mengemukakan bahwa faktor yang juga dapat

mempengaruhi motivasi belajar siswa diantaranya: kepribadian guru, kondisi

kelas dan sekolah, teknik mengajar/pembelajaran guru, hadiah-hadiah dan

hukuman-hukuman.

Ada beberapa ciri siswa yang memiliki motivasi belajar. Ciri-ciri tersebut

dapat dikenali melalui proses belajar-mengajar (Sardiman, 1986 :82-83):

1. Tekun menghadapi tugas.

Siswa tekun dan setia dalam menghadapi tugas-tugas latihan yang diberikan

guru dikelas. Siswa juga tekun dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

2. Ulet menghadapi kesulitan.

Siswa tidak mudah putus asa dan tidak cepat puas atas prestasi yang telah

dicapainya. Siswa selalu mau belajar dan mencoba tantangan baru.

3. Menunjukan minat.

Siswa memiliki keinginan yang besar terhadap bermacam-macam masalah

belajar yang sedang dihadapinya.

4. Lebih senang bekerja mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Siswa yang diawali dengan perasaan senang dan mandiri dalam belajar akan

menunjukan sikap dan memiliki motivasi belajar yang tinggi.

5. Tertarik untuk mengerjakan hal-hal yang menuntut kreativitas.

Ketertarikan siswa akan hal-hal yang menuntut kreativitas akan semakin

membuat siswa berpikir lebih maju untuk menciptakan hal-hal baru.

(31)

Siswa yang memiliki pemikiran dan wawasan yang luas akan berusaha

mempertahankan pendapatnya. Siswa memberikan pernyataan dan

pendapatnya terhadap guru dan teman-teman di kelas dapat

dipertanggungjawabkannya.

7. Tidak mudah melepas apa yang diyakini.

Apa yang sudah dianggap benar baginya tidak mudah begitu saja siswa

percaya akan pernyataan orang lain.

8. Senang mencari dan memecahkan masalah.

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi tampak dalam usahanya

mencari dan memecahkan hal-hal baru dan mengembangkan kemampuan

yang dimilikinya tanpa henti.

Sedangkan menurut Winkel (1987:97-98), ciri-ciri siswa yang mempunyai

motivasi belajar adalah:

1. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang namun

tidak berada diatas kemampuannya.

2. Keinginan untuk bekerja dan berusaha mandiri serta menemukan penyelesaian

masalah secara sendiri tanpa disuapi terus-menerus oleh guru.

3. Keinginan yang kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit

diatas taraf tercapai sebelumnya.

4. Orientasi pada masa depan kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju

(32)

5. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu bukan atas dasar

simpati atau perasaan senang terhadap teman itu.

6. Keuletan dalam belajar biarpun mendapat tantangan.

Kemudian Arden Frandsen (1986:46) menyatakan ada beberapa hal yang

mendorong seseorang untuk belajar, yakni:

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

2. Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk

selalu maju;

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan

teman-teman;

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha

yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi;

5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajran;

6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

Menurut Imron (1996:75) motivasi belajar memegang peranan penting

dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga

siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk

melaksanakan kegiatan belajar. Motivasi juga berkaitan erat dengan suatu tujuan.

Misalnya untuk menghadapi ujian pada pagi harinya, para pelajar mengurung

dirinya dalam kamar untuk belajar karena mengharapkan akan mendapatkan hasil

(33)

Sedangkan Sardiman (1986:76) berpendapat bahwa motivasi sangat

diperlukan dalam belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi.

Makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula pelajaran itu.

Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para

siswa.

Sehubungan dengan dua pendapat diatas maka ada tiga fungsi motivasi,

yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepas energi. Dalam hal ini motivasi sebagai motor penggerak dari setiap

kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Misalnya, seorang

siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus. Tentu siswa

tersebut akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan

waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi

(34)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa

Ali Imron (1996:99) berpendapat bahwa ada beberapa unsur yang

mempengaruhi motivsi belajar siswa, yaitu cita-cita siswa, kemampuan siswa,

faktor keluarga, kondisi belajar siswa di lingkungan sekolah. Sejalan dengan ini,

Syah Mubbin (2008:133-155) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar siswa menjadi tiga faktor yaitu: faktor Efisiensi belajar, faktor

pendekatan belajar serta faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Pengaruh-pengaruh utama dalam motivasi belajar menurut Raymond,

(2004:24) adalah budaya, keluarga, sekolah dan diri anak itu sendiri.

Masing-masing pengaruh utama tersebut mewakili sebuah sistem. Dengan demikian

pengembangan motivasi belajar adalah ketika ada keselarasan dari keempat area

pengaruh tersebut.

Mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

siswa diatas maka penulis tertarik menggabungkan faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa kedalam empat bagian besar yaitu: faktor

cita-cita siswa, faktor kemampuan siswa, faktor kondisi belajar siswa di

lingkungan sekolah dan faktor keluarga.

1. Faktor cita-cita siswa

Siswa-siswa yang memiliki cita-cita ingin menjadi guru, dokter, psikolog

akan termotivasi dengan baik dalam belajarnya. Sebab siswa yang memiliki

motivasi intrinsik memiliki kesadaran yang tinggi dalam dirinya untuk

(35)

yang kurang termotivasi dalam belajar. Motivasi dalam belajar tidak saja

merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapi juga

sebagai suatu yang mengarahkan aktifitas siswa kepada tujuan dan cita-cita

belajar. Jadi dalam belajar dan mengejar cita-cita yang telah dipilih, para guru

dan orangtua dianjurkan untuk memperlakukan anak-anak supaya mereka

menyadari bahwa cara mengerjakan sesuatu lebih penting ketimbang hasil atau

prestasi akhirnya Raymond, (2004:52).

2. Kemampuan siswa

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Inteligensi itu

adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi

dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat Joko, (2006:72). Jadi

inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang

sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil

daripada siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun

begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum tentu

berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses

yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan

inteligensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu

bersifat menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa

(36)

Kecerdasan adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan baru

menggunakan otak untuk berpikir dan organ tubuh bertindak dengan cara yang

tepat (Syah, 1995:133). Menurut Garret (Djaali, 2006:65), “kecerdasan adalah

kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah yang memerlukan

pengertian, serta menggunakan simbol-simbol”. Jadi jika seseorang mempunyai

kecerdasan yang baik maka orang tersebut dapat mengatur atau mengolah pola

pikirnya secara baik dan efektif untuk memecahkan masalah sehingga menjadi

bentuk tingkahlaku atau perbuatan yang sesuai.

Jadi siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang normal dapat berhasil

dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, akan memberikan

pengaruh yang positif, jika siswa memiliki inteligensi yang rendah, ia perlu

mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.

3. Kondisi belajar siswa di lingkungan sekolah

Motivasi belajar siswa sangat ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena

itu siswa akan termotivasi dalam belajar jika lingkungan belajar dapat

memberikan semangat sehingga siswa tertarik untuk belajar. Dalam hal ini

Skinner (1973:57) guru harus menyusun lingkungan atau suasana belajar secara

bijaksana sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

4. Faktor Keluarga

Salah satu masalah serius yang sedang dialami oleh banyak keluarga modern

adalah berkurangnya kesempatan keluarga, yaitu orang tua dan anak berkumpul,

(37)

seperti ini memungkinkan kurangnya perhatian antar satu sama lain dalam

keluarga, terutama dari orang tua kepada anaknya. Siswa yang belajar akan

menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan sosial ekonomi keluarga.

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar

jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami

lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,

membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Orang tua

sebaiknya juga menyediakan waktu menghubungi guru wali kelas anaknya,

untuk mengetahui perkembangan belajarnya. (Cara orang tua mendidik, Relasi

antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan sosial ekonomi keluarga).

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar

anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wiriwidjojo, dalam Slamet

(2003:60) dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah

lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya

untuk pendidikan dalam ukurn besar yaitu pendidikan bangsa, Negara dan dunia.

Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan

keluarga di dalam pendidikan anaknya. Susilo, (2006:81) mengatakan bahwa:

pengertian orang tua perlu dalam mendorong anak untuk belajar. Misalnya, bila

anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Contoh lain,

(38)

pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang

dialami anak disekolah. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan

berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua yang kurang memperhatikan

pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya,

tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan

kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak

menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak

belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, dan

tidak tahu kesulitan-kesulitan yang dialami anaknya sehingga dapat

menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri

sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya

kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam

belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan, nilai atau

hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini

dapat terjadi dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus

pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang tidak mencintai anaknya.

Disinilah guru pembimbing memegang peranan yang penting. Anak mengalami

kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan

belajar yang sebaik-baiknya Slamet (2003:63). Tentu saja keterlibatan orang tua

(39)

b. Relasi antaranggota keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan

anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga

yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya

apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi rasa

kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh.

Sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang

tua mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan

relasi yang baik di dalam keluarga anak tersbut. Menurut Slameto, (2003:62)

bahwa hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih

sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk

mensukseskan belajar anak sendiri.

c. Suasana rumah

Suasana yang dimaksudkan adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering

terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Salah satu masalah

serius yang sedang dialami oleh banyak keluarga modern adalah kurangnya

kesempatan keluarga, yaitu orang tua dan anak berkumpul, berkomunikasi

bersama karena kesibukan pekerjaan (Supraktiknya, 2006:14). Hal seperti ini

memungkinkan kurangnya perhatian antar satu sama lain dalam keluarga,

terutama dari orang tua kepada anaknya. Suasana rumah juga merupakan faktor

yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang

(40)

Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak

penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,

menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, akibatnya belajarnya kacau.

Sukardi, (1983:57) menegaskan pula bahwa suasana rumah yang terlalu ramai

tidak memberikan dukungan belajar yang baik, begitu juga dengan hubungan

antar anggota keluarga yang kurang intim akan menimbulkan suasana kaku, mati

dan tegang. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan

suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana rumah yang tenang

dan tenteram selain anak kerasan atau betah tinggal di rumah, anak juga dapat

belajar dengan baik.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak

(Slamet, 1988:65). Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhinya

kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga

membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat

tulis-menulis dan buku-buku. Dalam kegiatan belajar seorang anak

kadang-kadang memerlukan sarana penunjang belajarnya meskipun harganya cukup

mahal. Namun terkadang keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk

memenuhi kebutuhan yang diinginkan, sehingga anak menjadi putus asa, minder,

lalu dorongan belajarnya kurang sekali (Sukardi, 1983:57). Sedangkan menurut

Kartini kartono (1985:64) hal ini dapat terjadi sebaliknya yaitu anak yang

(41)

dengan membiasakan memanjakan anaknya, sehingga anak merasa tidak masalah

menghamburkan uang demi kesenangan yang mengakibatkan perhatiannya pada

pelajaran jadi berkurang dan sering kali meremehkan pelajaran. Jadi keadaan

sosial ekonomi dapat menjadi faktor penghambat belajar anak jika kebutuhan

akan sarana pendidikan tidak terpenuhi, sebaliknya ekonomi yang terlebih juga

bisa menjadi faktor penghambat jika keuangan tidak dimanfaatkan secara untuk

kepentingan belajar.

D. Usaha-Usaha Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa

Di dalam kegiatan belajar-mengajar bentuk menumbuhkan motivasi dalam

kegiatan belajar di sekolah ada beberapa bentuk. Para guru dan orangtua harus

mengerti dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar siswa

di sekolah dan dirumah sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi

justru tidak menguntungkan perkembangan siswa dalam belajar di sekolah. Agar

keinginan siswa muncul dalam belajar, maka guru perlu memberikan

penghargaan eksternal, seperti memberi angka, memberi hadiah, memberikan

pujian dan lain-lainnya yang serupa. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan

Sardiman (2007:92-95) yang membagi sebelas cara-cara guru meningkatkan

motivasi belajar siswa di sekolah:

1. Memberikan nilai angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa.

(42)

baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai

pada raport angkanya yang baik-baik. Hal ini ditegaskan juga oleh Dimyati

(2006:94) yang mengatakan bahwa penguatan motivasi-motivasi tersebut berada

di tangan para guru atau pendidik berdasarkan hasil belajar dari siswa. Jadi

Pemberian angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat

kuat.

2. Memberikan hadiah

Pemberian hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi sebab akan

membuat siswa merasa senang dan tertarik untuk mengembangkan bakat dan

kemampuan yang dimilikinya. Proses pemberian hadiah ini ialah diambil dari

tiga besar yang terbaik untuk setiap kelas parallel per mata pelajaran. Sebagai

contoh seorang guru dapat memberikan hadiah buku kamus rumus-rumus

matematika kepada siswa yang memiliki nilai baik. Sedangkan Fudyartanta

(2002:290) berpendapat bahwa dengan memakai hadiah salah satu membuat

senang adalah memberi hadiah kepada siswa. Hadiah itu ada macam-macam,

dapat berupa barang-barang atau hanya pujian saja. Misalnya, untuk mendorong

kegiatan belajar guna menempuh ujian, maka kepada anak-anak dapat diberikan

janji, bahwa mereka yang mendapat nilai tertinggi akan diberi hadiah buku.

Dengan demikian mereka terpacu untuk rajin belajar, karena ingin mendapatkan

hadiah pemberian hadiah ini hanya anjuran tidak selalu guru harus memberikan

(43)

3. Menumbuhkan daya saing atau kompetisi yang sehat

Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individu mau pun

persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur

persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan,

tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

Menurut Fudyartanta (2002:291) memakai kompetisi dan kerjasama. Kompetisi

prestasi di sekolah atau di kelas sangat membantu untuk meningkatkan semangat

belajar siwa. Selain kompetisi, juga kerjasama akan membangkitkan dorongan

belajar. Sebab para siswa saling berpengaruh pada prestasi kelompok, dan juga

individu terangsang untuk mengharumkan nama kelompoknya.

4. Membangkitkan Ego

Menurut Schultz, (Duane, 1991:122) ego (aku) adalah alam bawah sadar dan

meliputi semua persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan yang selalu ada dalam

kesadaran kita pada setiap saat. Keterlibatan ego dapat menumbuhkan kepada

siswa agar merasakan pentingnya tugas belajar dan menerimanya sebagai

tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri sebagai

salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan

segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga

dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga

diri, begitu juga untuk siswa si subyek yang sedang belajar. Para siswa akan

(44)

tekun belajar melaksanakan tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh

pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri

Slameto (2003:26).

5. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui jika ada ulangan.

Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi

yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering, misalnya setiap hari

karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga

terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswa

terlebih dahulu agar siswa mempersiapkan dirinya untuk belajar dan mengikuti

ulangan. Dengan demikian belajar tidak hanya untuk ulangan.

6. Mengetahui hasil belajar

Dengan mengetahui hasil pekerjaan hasil ulangan siswa, apalagi jika terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui

bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk

terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. Begitu sebaliknya

jika ada siswa yang belum berhasil akan menjadi motivasi juga bagi dirinya

untuk menjadi yang lebih baik lagi dalam meningkatkan belajarnya.

7. Memberikan pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan

baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk penguatan yang positif dan

(45)

merupakan motivasi, pemberian harus tepat. Pujian adalah wajar, bahwa

anak-anak itu senang dipuji dan tidak mau dicela atau dihina (Fudyartanto, 2002:292).

Misalnya, ada siswa dipuji pada hasilnya yang rendah karena keterbatasan

kemampuan, sedangkan yang lain terdorong dipuji karena prestasi-prestasi yang

tinggi. Pujian dapat dipakai guru dengan beebrapa cara, misalnya dengan

senyum, ucapan baik, pandangan yang baik, sikap yang baik dan anggukan

kepala. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan

dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8. Memberikan hukuman

Hukuman juga dapat sebagai penguatan asalkan diberikan secara tepat dan

bijak maka bisa menjadi alat motivasi. Oleh sebab itu guru harus memahami

prinsip pemberian hukuman. Sebagai contoh siswa yang terlambat diminta untuk

menyapu ruangan kelas sendiri sesudah pulang sekolah. Hukuman dalam

batas-batas tertentu, juga dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa (Fudyartanto,

2002:291). Misalnya, jika 50% pekerjaan salah, maka anak-anak yang

bersangkutan akan ditambah lagi pekerjaannya. Karena anak-anak tidak ingin

memperoleh tambahan pekerjaan sebagai hukuman, maka mereka berusaha

menyelesaikan tugasnya dengan baik dan rajin belajar. Dalam hal ini

setidak-tidaknya dapat menyelesaikan pekerjaannya lebih dari 50%-nya. Guru harus

hati-hati dalam memberi hukuman kepada anak-anak, sebab hukuman dapat

(46)

9. Menumbuhkan hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang

tanpa maksud. Siswa yang memiliki hasrat untuk belajar berarti juga pada diri

siswa itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu

hasilnya akan lebih baik. Menurut Judith, (2004:9) hasrat untuk belajar

diperuntukan bagi siswa agar menjadi termotivasi dan menjadi pelajar-pelajar

yang berhasil. Orang-orang yang bisa belajar, yang menghargai belajar dan yang

secara wajar menemukan sebuah pengalaman menyenangkan.

10. Memiliki minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan (Susilo M.Joko, 2006:73). Motivasi sangat erat

hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan,

begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang

pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat

terhadap sesuat bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan

demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut Dimyati

(2006:43).

11. Memiliki tujuan yang diakui

Perumusan tujuan yang diakaui oleh guru dan diterima oleh siswa,

(47)

yang harus dicapai dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan

tumbuh gairah untuk belajar. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Susilo

(2006:37) bahwa tingkahlaku yang bermotivasi adalah tingkahlaku yang sedang

terarah pada tujuan. Dengan demikian motivasi mengandung dua aspek yakni

adanya keadaan tegang atau ketakpuasan dalam diri seseorang dan kesadaran

bahwa tercapainya tujuan akan mengurangi ketegangan tersebut. Ini berarti

pencapai tujuan adalah pengurangan ketegangan dan pemuas kebutuhan

seseorang.

Harapan guru terhadap siswa yang belajar juga memperlihatkan

kesempatan-kesempatan yang guru sediakan bagi siswa. Karena prestasinya yang

rendah seringkali siswa-siswa menerima harapan-harapan yang lebih rendah dari

gurunya. Siswa mungkin merasa diabaikan dengan cara-cara seperti itu sehingga

siswa bisa menurunkan motivasi belajarnya.

E. Siswa Kelas X Sebagai Remaja

Siswa Kelas X adalah individu yang sedang berada pada usia remaja. Piaget

(Hurlock, 1996:206) mengatakan bahwa:

(48)

integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.

Remaja adalah seseorang baik pria maupun wanita yang sedang mengalami

perubahan fisik dan psikis yang khas yang menuntunnya kearah masa dewasa.

Masa remaja atau adolescence sebagai suatu periode diantara usia 13-20 tahun

untuk laki-laki dan 11-18 tahun untuk anak perempuan. Dalam rentang usia

tersebut, remaja mengalami perkembangan yang cukup pesat baik fisik maupun

psikisnya. Pemahaman dan pengetahuannya juga berkembang sejalan dengan

perkembangan intelektualnya (Kartini Kartono & Dali Gulo, 1987:9).

Oleh karena itu siswa SMA kelas X berusia antara 16-18 tahun sebagai

remaja berarti sudah dapat menyadari sepenuhnya hal-hal yang dihadapinya serta

merefleksikan pengalaman belajar termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi dan keberhasilan belajar siswa.

F. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar sering disebut juga bimbingan akademik, yaitu

“bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih

program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul

berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.” (Winkel

dan Sri Hastuti, 2004:116). Menurut Prayitno & Amti.E (1999:113), tujuan

bimbingan belajar adalah agar individu dapat membuat pilihan-pilihan, membuat

(49)

ini menurut Ahmadi (1991:105), tujuan bimbingan belajar adalah membantu

siswa-siswi agar dapat menyesuaikan diri dengan baik di dalam situasi belajar,

sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai kemampuan yang

dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal.

Sukardi (1983:80), mengungkapkan tujuan bimbingan belajar adalah:

1. Mencari cara yang efektif dan efisien bagi seorang anak atau sekelompok

anak.

2. Menunjukan cara-cara mempelajari sesuatu dan menggunakan buku pelajaran.

3. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.

4. Memberikan informasi bagaimana memanfaatkan perpustakaan.

5. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita

dan kondisi fisik atau kesehatannya.

6. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu.

7. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.

8. Memilih pelajaran tambahan, baik yang berhubungan dengan pelajaran di

sekolah maupun untuk mengembangkan bakat dan kariernya di masa depan.

Dengan demikian bimbingan belajar merupakan bimbingan bagi siswa

dalam membantu siswa untuk mengetahui cara belajar yang tepat dengan

tujuan-tujuan bimbingan yang dipakai sebagai landasan untuk membantu kelancaran

bimbingan belajar dengan maksud agar siswa memiliki motivasi belajar yang

(50)

G. Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal adalah “Bimbingan yang diberikan kepada sekelompok

siswa yang tergabung dalam satuan kelas ditingkat kelas tertentu pada suatu

jenjang pendidikan tertentu, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal pelajaran”

(Winkel dan Sri Hastuti, 2004:563-564).

Pelaksanaan bimbingan klasikal dapat menguntungkan dan sekaligus

merugikan. Keuntungan yang dapat dirasakan oleh guru pembimbing adalah

mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak siswa secara bersamaan,

menghemat waktu lebih-lebih bila jumlah tenaga bimbingan terbatas.

Keuntungan yang dapat dirasakan oleh siswa antara lain adalah lebih rela

menerima diri sendiri setelah menyadari bahwa teman-temannya sering

menghadapi persoalan yang kerap kali sama, memberikan kesempatan untuk

mendiskusikan suatu masalah bersama-sama, melatih menerima suatu pendapat

yang dikemukan oleh teman lain, tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang

dirasakan sulit untuk dibicarakan langsung dengan konselor, dan mendapat

informasi yang dibutuhkan.

Kerugian pelaksanaaan bimbingan klasikal adalah interaksi pribadi antara

konselor dan siswa terbatas serta kurang mendalam sehingga konselor sulit

mengevaluasi apakah pelayanan bimbingan mencapai sasaran atau tidak. Selain

(51)

H. Topik-topik Bimbingan Belajar

Rangkain topik-topik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah topik-topik

bimbingan belajar. Topik bimbingan yang diberikan kepada siswa secara klasikal

ini untuk membantu siswa memecahkan masalah belajarnya dengan pokok

bahasan dalam topik. Topik bimbingan belajar disesuaikan dengan masalah yang

frekuensinya sangat sering dan intensitasnya sangat berat dan besar dihadapi

siswa. Topik-topik bimbingan ini dapat diusulkan setelah penelitian mengadakan

penelitian mengenai tingkat motivasi belajar siswi-siswi kelas X SMA Santa

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, populasi penelitian, alat pengumpulan

data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang bertujuan mendapatkan informasi tentang status gejala

pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 1982:415). Sukardi (2003:157)

mengartikan penelitian deskriptif sebagai penelitian untuk menggambarkan dan

menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh informasi

tentang motivasi belajar siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun

pelajaran 2009/2010 dan topik-topik bimbingan belajar yang sesuai untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta

tahun pelajaran 2009/2010.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah siswi-siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta

tahun pelajaran 2009/2010. Pemilihan subjek menggunakan teknik purposive

random sampling. Pemilihan subjek dalam penelitian ini sebanyak 55 siswa uji

coba kuesioner dilakukan pada 30 siswa. Sebanyak 3 kelas dan 1 kelas untuk uji

(53)

coba. Perincian jumlah siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta menurut

kelas disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Rincian Jumlah Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

Kelas Jumlah Siswi

X A 22 siswi

X B 21 siswi

X C 21 siswi

X D 23 siswi

Total 87 siswi

C. Alat Pengumpulan Data

1. Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner motivasi

belajar siswa. Kuesioner adalah sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang

diberikan kepada subjek penelitian (Furchan, 1982:249). Jenis kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner langsung tertutup, artinya responden menjawab

pertanyaan yang berhubungan dengan dirinya dan sudah disediakan alternatif

jawabannya sehingga responden tinggal memilih alternatif jawaban yang tersedia

dan sesuai dengan dirinya (tertutup) dengan memberikan tanda chek (√)

(Arikunto, 2002:129). Kuesioner dibuat dengan empat alternatif jawaban, yaitu

(54)

alternatif jawaban dengan empat pilihan dimaksudkan untuk menghindari

kecenderungan responden untuk memilih pilihan tengah. Kuesioner motivasi

belajar siswa berisi 55 item pernyataan, terbagi menjadi 2 (dua) aspek yatiu aspek

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Peneliti melakukan modifikasi dari kuesioner yang disusun oleh Yanuarius

(2007) dengan jumlah item 84. Modifikasi dilakukan pada rumusan beberapa

kalimat karena ada beberapa item yang belum jelas rumusannya. Modifikasi yang

ada Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan cara meminta

judgment ahli terhadap item-item dalam kuesioner. Ahli yang dimaksud adalah 3

orang guru pembimbing di SMA Santa Maria, berdasarkan masukan dari para ahli

tersebut, dilakukan modifikasi kuesioner sehingga disusun menjadi kuesioner

penelitian. Nama-nama para ahli ada pada lampiran 6.

Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu: Bagian pertama memuat

identitas responden, kata pengantar dan petunjuk kerja. Bagian kedua memuat

tentang isi kuesioner motivasi belajar siswa, yaitu berupa pernyataan-pernyataan

yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang bersifat favourable

(pernyataan positif), yaitu pernyataan yang memihak pada obyek ukur atau yang

mengindikasikan tingginya indikator yang diukur (Azwar, 2005:47).

Penentuan pengukuran skoring untuk setiap jawaban dari item-item

(55)

Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju

(TS) diberi skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1, semakin tinggi skor,

semakin bagus (skor tinggi diinginkan).

Penulis meminta responden untuk memilih salah satu dari keempat alternatif

jawaban dengan memberikan tanda centang pada kolom alternatif jawaban

masing-masing. Setelah terkumpul semua, jawaban tiap item diberi skor, lalu

jawaban setiap pernyataan dijumlahkan. Untuk mengungkap tingkat motivasi

belajar siswi-siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta.

Kisi-kisi kuesioner yang diujicobakan disusun berdasarkan

indikator-indikator dari aspek yang akan diteliti. Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar

siswa ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswi Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 Sesudah Diujicoba

NO Motivasi Belajar Siswa Item Jumlah

1. Motivasi Intrinsik

a. Senang dan rajin membaca buku b. Keinginan untuk memiliki wawasan

yang luas

c. Kemauan untuk belajar dan berusaha terus

d. Senang mengerjakan tugas-tugas yang menantang

e. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, tanpa disuapi terus menerus oleh guru/orang tua/teman

f. Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan/kesuksesan g. Orientasi pada cita-cita/masa depan

(56)

h. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan

i. Merencanakan tujuan atau prestasi belajar yang ingin diraih

j. Merencanakan tujuan dan berusaha memenuhi jadwal belajar

k. Berani bertanya kepada siapa saja yang berkompeten membantunya mengatasi permasalahan 29,30,31,32 33,34,35,36 37,38,39,40 41,42,43,44, 4 item 4 item 4 item 4 item

2. Motivasi Ekstrinsik

a. Belajar demi memperoleh pujian dari guru dan orang tua

b. Belajar demi memenuhi kewajiban c. Keinginan untuk diakui sebagai siswa

pintar dan teladan

45,46,47,48 49,50,51,52 53,54,55 4 item 4 item 3 item

Total 55 Item

1. Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu diuji

cobakan untuk mendapatkan keterangan mengenai mutu alat ukur tersebut.

Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas

alat ukur yang digunakan, sehingga diperoleh kelayakan penggunaannya sebagai

alat ukur yang handal dan memenuhi syarat.

Uji coba kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa lama

waktu yang diperlukan responden untuk mengerjakan instrumen, mengetahui

apakah responden memahami maksud pertanyaan, serta untuk menemukan

kekurangan atau masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan kuesioner

tersebut. Uji coba kuesioner dilaksanakan di kelas X SMA Santa Maria

(57)

Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner sekaligus memberi petunjuk

tentang pengisian kuesioner 40 menit. Jumlah item kuesioner motivasi belajar

siswa yang di uji coba sebanyak 55 pertanyaan.

2. Menentukan Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo dan Furchan 1995:242.

1982:281). Dalam penelitian ini, digunakan kuesioner untuk mengetahui motivasi

belajar siswa, yaitu motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik. Validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian validitas ini

dilakukan dengan meminta judgment ahli terhadap item-item dalam kuesioner.

Ahli yang dimaksud adalah 3 orang guru pembimbing di SMA Santa Maria.

Berdasarkan masukan dari para ahli tersebut, dilakukan modifikasi kuesioner

seperti telah diuraikan di hal 37. Daftar nama ahli untuk dimintai judgment ada

pada lampiran kuesioner judment ahli.

Pemilihan item-item yang akan digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item (X) dengan skor total

seluruh item (Y) yang diperoleh setiap responden. Untuk keperluan perhitungan

validitas ini digunakan teknik korelasi Product Moment Pearson (Masidjo,

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 6
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bandara Jawa Barat À À À À Pelabuhan Pamanukan Pelabuhan Cirebon Pelabuhan Pangandaran Pelabuhan Ratu Jalan Tol Soreang - Pasirkoja Purwakarta Kuningan Tasikmalaya Bogor Cianjur

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Tuna netra pengguna perangkat ini cukup menekan keypad kecil yang terpasang pada tongkat untuk menentukan tujuan pergerakan, selanjutnya sistem kognitif akan menuntun tuna

Setiap mahasiswa yang menjadi mekanik di Bengkel Prototype Honda dipastikan akan mendapatkan pengalaman sedang proses melakukan perbaikan/perawatan sepeda motor dan pada

Menduplikat halaman ini dimaksudkan untuk membuat halaman yang sama dengan halaman sebelumnya yaitu halaman index, hanya saja isi informasinya yang berbeda.. Gambar

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

Seperti tampak pada gambar, metode DHM digambarkan sebagai sebuah dashboard yang digunakan untuk melakukan indikator guna memonitor kinerja sistem sehingga

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan. 2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan