• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Berdasarkan hasil penetapan wilayah penanganan prioritas disusun rencana pengembangan sanitasi untuk tiga sektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Program pengembangan sanitasi prioritas adalah untuk jangka pendek yang merupakan rencana pengembangan yang dimulai dari tahun 2016 sampai dengan 2020. Program yang dapat menjawab permasalahan sanitasi Kabupaten Aceh Besar di wilayah prioritas penanganan sanitasi disusun sebagai rencana program untuk tahun 2016-2020 ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan terjadi kesinambungan program dan kegiatan dalam percepatan pembangunan sanitasi. Untuk mewujudkan percepatan pembangunan sanitasi yang mendukung visi kota diperlukan strategi-strategi pengembangan sanitasi.

Strategi disusun menggunakan analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) sesuai matrik analisa SWOT. Strategi tidak hanya mencakup aspek teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi, partisipasi masyarakat dan dunia usaha serta aspek kesetaraan jender dan keberpihakan pada masyakarat miskin). Untuk melakukan analisa ini berdasarkan isue-isue strategis masing-masing sektor yang terkumpul dibedakan menjadi dua kelompok yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah berasal dari luar berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats), sedangkan faktor internal diperoleh dari dalam yang merupakan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Analisis SWOT dilakukan untuk melihat isu strategis dan menghasilkan strategi-strategi penanganannya yang dimuat dalam Kerangka Kerja Logis. Adapun Analisis SWOT dan Kerangka Kerja Logis dapat dilihat dalam Lampiran 2 dan Lampiran 3.

4.1 Air Limbah Domestik

Untuk jangka pendek (2016-2020) rencana pengembangan pengelolaan air limbah di Kabupaten Aceh Besar difokuskan untuk dilakukan secara bertahap. Pengembangan infrastruktur pengelolaaan limbah sistem offsite terutama di area yang mendapatkan prioritas pengembangan dengan sistem ini dengan sistem offsite yang direkomendasikan berdasarkan instrumen perencanaan adalah IPAL kawasan. Pengembangan infrastruktur onsite tetap dilakukan pada wilayah dengan kepadatan rendah melalui pembangunan sistem Sanimas, septicktank komunal serta MCK++. Pada sistem-sistem ini, partipasi masyarakat harus lebih besar mengingat operasional dan pemeliharaan nantinya akan dilakukan oleh masyarakat sendiri.

(2)

Isu strategis yang terjadi sekarang ini adalah Prilaku Masyarakat yang masih suka membuang Air Besar di tempat terbuka, kondisi peraturan yang belum diterapkan dan kurangnya perhatian pemerintah dalam pembangunan sanitasi serta perlu adanya suatu kelembagaan khusus menangani Air Limbah. Untuk mengatasi isu strategis ini diperlukan adanya strategi-strategi dalam dalam perencanaan pengembangan pengelolaan air limbah.

Strategi tersebut adalah sebagai berikut:

Strategi 1 : Menyusun Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Limbah Domestik;

Regulasi untuk sektor Air limbah di Kabupaten Aceh Besar adalah Qanun yang berisi tentang ketentuan khusus pengelolaan air limbah, insentif dan disinsentif serta sanksi-sanksi. Regulasi ini juga terintegrasi dengan Qanun Bangunan dan Gedung yang mengatur tentang sistem pembuangan air limbah di bangunan baik bangunan pribadi maupun bangunan publik.

Strategi 2 : Menyusun Rencana Induk (Masterplan) pengelolaan Air Limbah;

Rencana Induk atau master plan pengelolaan air limbah yang disusun berwawasan lingkungan dan pelayanan air limbah yang terintegrasi antar wilayah, dan menjadi acuan dalam jangka panjang

Strategi 3 : Menambah sarana dan prasarana IPLT yang dibutuhkan;

Penambahan sarana dan prasarana IPLT yang memadai yang mendukung dalam upaya perluasan cakupan pelayanan penyedotan air limbah rumah tangga dan meningkatkan retribusi disektor penyedotan tinja yang juga akan meningkatkan PAD Kabupaten Aceh Besar.

Strategi 4: Melakukan pengelolaan IPLT sesuai dengan sistem yang diharapkan;

Pengelolaan IPLT dengan Pemeriksaan dan pembersihan berkala jaringan pengumpul pada system offsite apabila telah terbangun.

Strategi 5 : Meningkatkan kapasitas SDM dalam melakukan pengelolaan IPLT dan pengelolaan air limbah domestik secara umum

Peningkatan kapasitas SDM pengelola Air Limbah dengan melakukan pelatihan dan mengikuti pendidikan khusus pengelolaan air limbah dan juga peningkatan jumlah tenaga pengelola air limbah.

Strategi 6 : Membentuk Pengelola Teknis (UPTD) untuk Pengelolaan Limbah Domestik Meningkatkan jumlah dan kualitas SDM pengelola air limbah dan untuk jangka panjang dibutuhkan lembaga khusus setingkat UPTD.

(3)

Strategi 7 : Penyadaran Masyarakat terhadap pola hidup sehat dengan penyuluhan. Melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan baik ditingkat sekolah, peningkatan pengetahuan kader-kader di desa, melibatkan media informasi dan melibatkan tokoh-tokoh adat, tokoh agama dalam mensosialisasikan perilaku sehat dan bersih. Juga dengan melakukan sosialisasi melalui media informasi di lokasi-lokasi ruang publik serta membuat lomba-lomba sanitasi antar sekolah dan antar gampong

Strategi 8 : Mencari investor dan pendanaan lain

Melakukan komunikasi advokasi dengan pihak swasta yang mempunyai usaha/industri di Kabupaten Aceh Besar untuk menggunakan CSR nya di sektor sanitasi dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga NGO dalam mendanai kegiatan sanitasi.

Tabel 4.1

Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Sub Sektor Air Limbah Domestik Kabupaten Aceh Besar

Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi

Pencapaian

sanitasi layak dengan Bebas Buang Air Besar Sembarangan 100% dan pengolahan air limbah yang memadai pada tahun 2020

 Bebas Buang Air Besar Sembarangan  berfungsinya IPLT secara maksimal dalam penanganan pengolahan air limbah  Membangun sarana dan prasarana pendukung lainnya  Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai hingga 80% dan 15% Akses sanitasi  Tersedianya

sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/kota sebesar 5 % 1. Menyusun Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Limbah Domestik. 2. Menyusun Rencana Induk (Masterplan) pengelolaan Air Limbah 3. Menambah sarana dan

prasarana IPLT yang dibutuhkan

4. Melakukan pengelolaan IPLT sesuai dengan sistem yang diharapkan 5. Meningkatkan kapasitas

SDM dalam melakukan pengelolaan IPLT dan pengelolaan air limbah domestik secara umum 6. Membentuk Pengelola

Teknis (UPTD) untuk Pengelolaan Limbah Domestik

7. Penyadaran Masyarakat terhadap pola hidup

sehat dengan

penyuluhan.

8. Mencari investor dan pendanaan lain

(4)

4.2 Pengelolaan Persampahan

Dalam mencapai tujuan pembangunan sanitasi di sub sektor persampahan yaitu meningkatkan cakupan pelayanan sampah sampai ke RT 40%, dirumuskan beberapa strategi untuk pencapaian tujuan, yaitu :

Strategi 1: Meningkatkan Sarana Prasarana Persampahan

Peningkatan kuantitas dan kualitas prasarana, sarana dan teknis pelayanan pengelolaan persampahan. Melakukan kegiatan operasional, penambahan armada pengangkut sampah, penyediaan fasilitas pendukung TPA dan pemeliharaan fasilitas TPA sesuai dengan ketentuan yang ada.

Strategi 2: Menambah jumlah TPS3R di lingkungan permukiman dan perkotaan

Penambahan TPS3R di kawasan-kawasan yang timbulan sampahnya tinggi dan kawasan yang belum ada pelayanan sampah sampai tingkat pelayanan rumah tangga.

Strategi 3 : Menyusun Rencana Induk Sistem Pengelolaan Persampahan (masterplan Persampahan)

Rencana Induk atau master plan pengelolaan persampahan dibuat dengan sistem yang ramah lingkungan, berkelanjutan dan melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, terutama sampah rumpah tangga.

Strategi 4 : Meningkatkan kualitas SDM

Peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola persampahan melalui pendidikan dan pelatihan serta rekruitmen personil.

Strategi 5 : Melakukan pengelolaan secara Sanitary Landfill pada TPA

Penerapan operasional TPA sesuai dengan metode penanganannya dalam jangka panjang akan ditingkatkan ke sistem sanitary landfill

(5)

Strategi 6 : Menambah TPA atau TPST

Penambahan TPA atau TPST di beberapa titik sesuai dengan perencanaan dalam sistem jaringan persampahan dalam dokumen penataan ruang, dengan lokasi prioritas di wilayah-wilayah yang jauh dari jangkauan TPA Kota Jantho dan TPA Regional Blang Bintang

Strategi 7 : Memberikan Penyuluran/penyadaran sampah 3R dengan pemberdayaan Masyarakat

Memanfaatkan sampah menjadi barang atau produk yang mempunyai nilai jual

Strategi 8 : Pelibatan Sektor Swasta dalam Pengelolaan Sampah

Pelibatan sektor swasta dalam pengelolaan sampah dengan penyuluhan-penyuluhan dalam mengelola sampah menjadi produk unggulan.

Tabel 4.2

Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Sub Sektor Persampahan Kabupaten Aceh Besar

Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi

 Meningkatkan cakupan pelayanan sampah sampai ke RT 40%  Menerapkan operasional TPA sesuai dengan methode penanganannya  Pelayanan Sampah Rumah Tangga hingga 40% pada tahun 2020  Pelayanan sampah RT dan daerah CBD di Aceh Besar  Peningkatan sarana dan prasarana TPA di Kota Jantho  pemanfaatan secara optimal TPA Regional blang bintang  Tersedianya fasilitas pelayanan sampah di perkotaan 20 %  Tersedianya sistem pengelolaan sampah berdasarkan zona penanganan 1. Meningkatkan Sarana Prasarana Persampahan 2. Menambah jumlah TPS3R di lingkungan permukiman dan perkotaan 3. Menyusun Rencana Induk Sistem Pengelolaan Persampahan (masterplant Persampahan) 4. Meningkatkan kualitas SDM 5. Melakukan pengelolaan secara Sanitary Landfill pada TPA

6. Menambah TPA atau TPST 7. Memberikan Penyuluran/penyadaran sampah 3 R dengan pemberdayaan Masyarakat

8. Pelibatan Sektor Swasta dalam Pengelolaan Sampah

(6)

4.3 Drainase Perkotaan

Rencana pengembangan pengelolaan drainase disusun berdasarkan indikator genangan air, kondisi fisik bangunan existing dan ketersediaan fasilitas infratruktur drainase. Strategi pengembangan pengelolaan drainase yang menjadi prioritas adalah wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan daerah yang terjadi genangan lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam. Terdapat tiga strategi utama dalam rencana pengembangan pengelolaan drainase yaitu:

Strategi 1 : Menyusun Rencana Induk (Masterplan) pengelolaan Drainase berskala Kawasan/Kabupaten

Penyusunan rencana induk dan perencanaan pengelolaan drainase yang terintegrasi serta pembangunan infrastruktur yang terpadu antara pengelolaan prasarana drainase dengan sarana perkotaan lainnya. Pengembangan sistem pengelolaan drainase perkotaan melalui pendekatan eco drainage dengan memperhatikan konservasi sumber daya air. lingkungan. Kemudian dengan melakukan pengelolaan drainase perkotaan melalui penyiapan rencana induk sistem yang komprehensif dengan memperhatikan aspek-aspek rencana tata ruang kabupaten, Kondisi DAS/ Sub DAS, perubahan iklim global, kondisilingkungan, sosial, ekonomi serta kearifan lokal.

Strategi 2 : Membentuk Pengelola Teknis untuk Pengelola Sistem Drainase

Meningkatkan jumlah dan kualitas SDM pengelola sistem drainase dan untuk jangka panjang dibutuhkan lembaga khusus setingkat UPTD.

Strategi 3 : Memaksimalkan pembangunan dan rehabilitasi jaringan drainase

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan drainase merupakan implementasi dan tindak lanjut dari perencanaan detail untuk dilakukan pekerjaan konstruksinya. Kegiatan yang bersifat operasional adalah kegiatan pemantauan dan pengawasan atas kinerja sistem drainase yang ada yang dilakukan secara rutin setiap tahun untuk seluruh wilayah. Sedangkan kegiatan pemeliharaan terdiri dari kegiatan pembersihan sedimen, rehabilitasi (perbaikan kecil) dan perbaikan besar pada saluran drainase/gorong-gorong dan fasilitas pendukungnya.

(7)

Tabel 4.3

Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Sub Sektor Drainase Kabupaten Aceh Besar

Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi

 Menyediakan layanan jaringan drainase ke seluruh wilayah Kabupaten Aceh Besar  Pengurangan luas genangan Hingga 40% pada tahun 2020.  Pengurangan luas genangan dengan sistem jaringan drainase skala kawasan 1. Menyusun Rencana Induk (Masterplan) pengelolaan Drainase berskala Kawasan/Kabupaten 2. Membentuk Pengelola

Teknis untuk Pengelola Sistem Drainase

3. Memaksimalkan

pembangunan dan rehabilitasi jaringan drainase

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Klaten Klaten Klaten Klaten 4 - 26 4) Pinjaman oleh pemerintah daerah. 5) Sumber dana dari kalangan swasta melalui program CSR (Corporate

Beberapa program Pemerintah melalui SKPD yang terkait mengajak masyarakat untuk ikut berperan serta aktif dalam menangani permasalahan sanitasi dan kesehatan

Wilayah perencanaan sanitasi merupakan wilayah prioritas pembangunan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang ditetapkan berdasarkan hasil survey penilaian

Pemerintah Kota Malang telah menyusun dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS) pada tahun 2010 yang memuat rencana strategis

Dokumen strategi sanitasi kabupaten (SSK) yang telah disusun oleh SKPD bersama masyarakat Kabupaten Purworejo berdasarkan modul dari PPSP tahun 2010, menjadi pedoman dalam

Oleh karena itu, dalam rangka untuk mencapai tujuan dan sasaran pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Aceh Jaya, perlu

1) Ketatalaksanaan penyelenggaraan program penanganan sanitasi. Perlu adanya optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi atau SKPD terkait dengan penanganan dan pembangunan

Berdasarkan pada analisa dalam instrumen profil sanitasi, maka kemudian disusun tahapan pengembangan sistem dalam suatu zona sanitasi berbasiskan kecamatan untuk