• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikometri NORMA 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Psikometri NORMA 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Modul ke:

Fakultas Program Studi

Psikometri

NORMA 1

Arie Suciyana S., S.Si., M.Si.

11

Psikologi

Psikologi

(2)

Karakteristik Norma

‰ Menunjukkan posisi/kedudukan seseorang dalam kelompok Æ patokan, acuan

‰ Unit skala sama atau tidak

‰ Penggunaan norma tergantung tujuan tes. ‰ Didasarkan pada suatu kelompok yang

representatif mewakili populasi

(3)

NORMA

‰ Hasil pengukuran psikologis:

data (skor) / skor mentah / Raw score Æ standard score

‰ Raw score bisa berupa:

9 Jumlah soal yang dijawab benar

9 Jumlah waktu untuk mengerjakan soal

9 Jumlah jawaban yang mengindikasikan suatu ciri (jawaban “ya”) Æ tes kepribadian

(4)

Mengapa diperlukan Norma?

Raw Score (RS) yang dihasilkan dari pengukuran

tidak mempunyai arti apa-apa karena masih harus

dihubungkan dengan jumlah soal dan derajat kesulitan soal

Contoh:Bambang

• Pada tes Arithmatik 1, dapat RS 15 dari 60 soal

• Pada tes Arithmatik 2, dapat RS 30 dari 40 soal

• Pada tes Arithmatik 3, dapat RS 8 dari 10 soal Apa arti raw score di atas?

Æ Tidak bisa langsung diinterpretasi karena tidak ada patokan nilai

Æ Jenis, tingkat kesulitan, dan jumlah berbeda Æ interpretasi berbeda

Æ Karakteristik partisipan berbeda Æ interpretasi berbeda

(5)

Mengapa diperlukan Norma?

Pengukuran psikologis tidak mempunyai titik nol

mutlak. Seseorang yang mendapat skor 80 tidak

berarti 2 kali kemampuan skor 40 Æ selalu skala

interval

Perbedaan raw score tidak mencerminkan jarak yang sesungguhnya antarindividu yang

sesungguhnya

Untuk dapat dimaknai, raw score individu harus diubah ke dalam bentuk Norma

Æ (raw score harus dikonversi menjadi scaled

(6)

PENGERTIAN NORMA

‘… performance by defined group on particular test

‘ (Kaplan & Saccuzzo)

‘……a set of values descriptive of the performance on a test on some specified group. Usually showed as a table giving equivalent values on some

derived score for each raw score on a test’ (Lyman,

1971)

‘…the test performance data of a particular group of testtakers that are designed for use as a

reference when evaluating or interpreting individual test scores.’ (Cohen & Swerdlik)

(7)

PENGERTIAN NORMA

Penyebaran skor dari suatu kelompok standar yang dirancang sebagai acuan untuk mengevaluasi atau

menginterpretasi skor yang diperoleh individu dalam

suatu pengukuran.

Patokan yang dipakai untuk menilai hasil tes (raw

score) seseorang.

• Tidak harus dari kelompok peserta tes; bisa jadi dari teori yang digunakan.

• Jika norma didapatkan dari jumlah sampel yang besar dan representatif, norma tersebut bisa digunakan

(8)

Norma

‰

The performances by defined groups on

particular tests.

‰

How to express norms Æ Z scores, percentiles,

means, etc

‰

Norms are used to give information about

performance relative to what has been

observed in a standardization sample.

(9)

Karakteristik Norma

‰Dalam standarisasi tes psikologi Æ norma dan distribusi skor dipengaruhi oleh keterwakilan populasi sampel:

¾ proporsi dari setiap jenis kelamin (laki-laki dan perempuan),

¾ distribusi geografis ,

¾ status sosial-ekonomi, dan

(10)

Karakteristik Norma

‰ Dalam merancang tes prestasi pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi data normatif, sebagai tambahan dari data sebelumnya:

¾ kualitas sekolah, dan

¾ jenis kurikulum (standardisasi populasi).

(11)

Karakteristik Norma

‰ Norma-norma tes bakat, seperti menulis atau pekerjaan mekanis, dipengaruhi oleh:

¾ tingkat pengalaman,

¾ jenis pekerjaan yang pernah mereka lakukan, dan

¾ keterwakilan dari kelompok.

(12)

Sampel harus merepresentasikan populasi Æ

(13)

13

(14)

FUNGSI NORMA

• Menginterpretasikan skor yang diperoleh dari alat ukur

• Membandingkan posisi individu dengan individu lain

• Memaknai skor yang diperoleh individu dan

membandingkannya dengan skor kelompok dalam tes yang sama

• Mengambarkan kinerja individu di beberapa tes (intraindividu)

• Menggambarkan kinerja tes dari sampel yang sudah terstandardisasi

(15)

KELOMPOK STANDAR/NORMATIF

Representatif mewakili populasi

N cukup besar

Æ semakin besar N, semakin stabil norma; karena penyebaran mendekati normal dan tidak dipengaruhi oleh faktor kebetulan

• Sesuai dengan tujuan pengukuran

(16)

SCALED /CONVERTED SCORE

• Untuk mengetahui posisi individu, Raw Score

(RS) diubah ke dalam skor relatif / Scaled Score/Converted Score/Derived Score

• Tujuannya:

‰ Untuk menunjukkan posisi relatif individu

dalam kelompok normatif, sehingga performa (skor) dapat dibandingkan dengan orang lain (Antar-individu)

‰ Untuk memberikan ukuran yang

memungkinkan perbandingan langsung

performa (skor) individu pada berbagai tes

(17)

Cara umum untuk mengonversi RS

Norma perkembangan (Developmental norms) Æ

bagaimana perkembangan individu dibandingkan dengan kelompok sampel tertentu

Norma Kelompok (Within Group Norms) Æ

membandingkan skor tes dengan performa kelompok subyek pada tes

(18)

Cara umum mengkonversikan RS

Norma perkembangan (Developmental norms)

Ada 3 macam :

• Mental AgeÆ Umur

• Grade Equivalents Æ Kelas

• Ordinal Scale Æ Tahap perkembangan (Gesell, Piaget)

Norma Kelompok (Within Group Norm)

(19)

Cara umum mengkonversikan RS

Norma perkembangan (Developmental norms)

Norma Kelompok (Within Group Norm)

Prestasi kelompok standardisasi ini dinyatakan dalam skala :

• Quartil, Desil, Persentil

• Standard score Æ Z-score

• True Score

(20)

DEVELOPMENTAL NORMS

(21)

DEVELOPMENTAL NORMS

• Suatu cara untuk menafsirkan skor tes

berdasarkan tingkat perkembangan pada domain tertentu.

• Skor mentah yang dihubungkan dengan suatu norma perkembangan memperlihatkan sejauh mana perkembangan seseorang pada domain tersebut

• Terdiri dari 3 macam:

i. Mental Age,

ii. Grade Equivalent, dan

(22)

Mental Age

• Yang menjadi norma adalah nilai rata-rata yang diperoleh kelompok umur sampel standar pada tes tersebut

• Contoh terdapat pada skala Binet Simon

‰Item-item dikelompokkan menurut tingkat umur

‰Dalam tingkat umur 8 tahun terdapat item-item yang dapat dikerjakan oleh sebagian besar anak-anak berusia 8 tahun pada sampel standar

• Skor yang dicapai seseorang anak memperlihatkan tingkat umur perkembangannya

(23)

Mental Age

• Skor yang dicapai seorang anak memperlihatkan tingkat umur perkembangannya

• misal nilai rata-rata umur 8 tahun pada tes X = 23

• Jika seorang anak berusia 6 tahunmendapat skor 23 maka MA-nya = 8

→Kemampuan subyek usia 6 tahun setara dengan kemampuan anak usia 8 tahun

(24)

Mental Age

Bentuk test

• Soal soal dikelompokkan menurut tingkat umur. • Test Binet - Simon (1908): 3 th – 13 th

• Soal soal untuk tingkat umur 7 th, adalah soal soal yang dapat dibuat oleh sebagian besar kelompok anak berumur 7 th (kelompok standardisasi)

(25)

Mental Age

Cara menghitung MA

• Hitung Basal Age (BA), yaitu usia tertinggi di

mana pada usia itu dan di bawah usia tsb semua item tes dapat dijawab dengan benar

• Hitung kredit tambahan, yaitu jumlah item yang dapat dijawab betul di atas Basal Age

• MA = Basal age + Kredit tambahan

(26)

Contoh Perhitungan MA

Umur Soal

1 Soal 2 Soal 3 Soal 4

6

+

+

+

+

7

-

-

+

+

8

+

+

-

-9

-

+

+

+

10

+

-

+

+

11

+

-

+

-12

-

-

-

-26

Jadi MA = 6 + 12/4 = 9 Æ (12 = jawaban benar setelah BA) Jika CA = 10.5 maka Æ IQ = 9 / 10.5 x 100 = 85,7 Æ 86

Basal Age Æ 6

tahun

Setiap tanda + dihitung sebagai ¼ thn (3 bln)

(27)

Kelemahan Mental Age

• Satuan MA tidak konstan, cenderung mengecil / menyusut dengan meningkatnya usia

Contoh :

Anak usia 4 tahun IQ 75 = anak 12 tahun IQ 75

o Usia 4 tahun Æ 1 tahun keterbelakang mental

o Usia 12 tahun Æ 3 tahun keterbelakang mental MA = 3 IQ = 3/4 x 100 = 75

CA = 4

MA = 9 IQ = 9/12 x 100 = 75 CA = 12

(28)

Grade Equivalents

‰ Dipakai pada Educational Achievement Test

‰ Skor subyek pada test ini ditafsirkan menurut kelas ‰ Yang menjadi norma adalah nilai rata-rata yang

diperoleh sampel standar dalam pelajaran tertentu ‰ Bentuk test : Soal-soal tidak dikelompokkan menurut

kelas (hanya rata-rata skor di kelas tertentu)

Contoh:

• Skor subyek pada test membaca setara dengan rata-rata anak kelas 2 SD (skor 48)

• Kemampuan membaca anak ini setara dengan kemampuan anak kelas 2 SD (GE 2)

(29)

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam

menginterpretasikan skor subyek :

• Guru yang mengajar di setiap kelas berlainan; kecepatan dan mutu pengajaran juga berbeda

• Yang menjadi norma untuk setiap kelas adalah nilai rata rata dalam kelas Æ Ada anak yang berprestasi di bawah dan di atas rata rata (outliers).

• Jadi subyek yang mendapat skor lebih tinggi dari rata rata kelas belum berarti ia telah menguasai pelajaran kelas yang lebih tinggi

• Kelompok standardisasi : murid murid dalam setiap kelas

• Yang dijadikan norma kelas : Skor rata rata dari kelas

(30)

Kelemahan Grade Equivalents

Dapat terjadi salah interpretasi

Contoh

Grade Equivalent matematika seorang anak kelas V = 6,3

Ætidak berarti ia menguasai materi matematika kelas VI, karena belum menguasai proses

aritmatika yang dipelajari di kelas VI.

ÆNamun, kemampuannya lebih baik daripada

(31)

Ordinal Scales

• Tidak sama pengertiannya dengan skala ordinal dalam statistika yang merupakan salah satu skala pengukuran

Ordinal scale dibuat dengan tujuan menentukan

fase/ tahapan perkembangan yang telah dicapai subyek pada suatu fungsi tingkah laku tertentu (locomotion, diskriminasi sensoris, bahasa,

kognisi)

(32)

Ordinal Scales

• Dibuat berdasarkan penelitian bahwa

perkembangan fungsi-fungsi tingkah laku

memperlihatkan pola urutan yang seragam dalam kebudayaan yang berbeda

Menjadi norma adalah perilaku yang khas (typical) dalam suatu fase

Test Gesell , Test Piaget

(33)

ORDINAL SCALES

CONTOH

Gessel Development Schedules

• Mengukur fungsi motorik, adaptif, dan bahasa

• Usia 3 bulan Æ tengkurap

• Usia 6 bulan Æ duduk

• Usia 1 tahun Æ berjalan Piaget

• Proses-proses kognitif

• Object Permanence

• Conservation

(34)

WITHIN-GROUPS NORMS

(35)

Within-Groups Norm

‰ Norma Kelompok (Within Group Norms) Æ

membandingkan skor tes dengan performa kelompok subyek pada tes

‰ Prestasi kelompok standardisasi ini dinyatakan dalam skala :

• Quartil, Desil, Persentil

• Standard score Æ Z-score

(36)

Z-score

Z = X- M/SD

‰ X sebagai skor individual, M adalah rata-rata dari distribusi dan SD adalah standar deviasi.

‰ Contoh asumsi Æ rata-rata Intelligence Quotient (IQ) dari kalompok adalah 100 dengan standar deviasi 14. Pada distribusi ini, individu mencari IQ dari 114 memiliki z-skor +1.0. individu lain memiliki IQ 79 memiliki z-skor -1.5.

‰ skor IQ 114, Z = +1 Æ melampaui 84% dari populasi ‰ skor 79, Z = - 1,5 Æ berada di 6,68% peringkat

terbawah

(37)

Daftar Pustaka

Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and

assessment: An introduction to test and measurement.

(7th ed.). Boston: McGraw Hill.

Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. (3rd ed.). New York: SAGE Publications, Ltd.

Kaplan, R.M. & Saccuzzp, D.P. (2009). Psychological testing: Principles, applications, and issues. California:

Wadsworth Cengage Learning

Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. New York: John Wiley & Sons, Inc.

(38)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Teori ini menyetujui bahwa orang melakukan penarikan kesimpulan dari tingkah laku seseorang berawal dari proses persepsi dan bahwa sumber atribusi ini bisa

Dari tujuan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling dalam psikoanalisa lebih kepada proses redukasi terhadap ego, dari yang sebelumnya terus tunduk pada implus-implus

bagaimana manusia berinteraksi, hal-hal apa saja yang dipikirkan manusia tentang dirinya maupun tentang orang lain (dalam proses interaksi).. • Psikologi Sosial berusaha

Prinsip pemberian kode khusus ialah seseorang akan mudah mengingat kembali suatu peristiwa yang terjadi hanya jika sesuai dengan bekas yang ditemukan di dalam

Namun sumbangsih psiko analisa adalah menceritakan proses-proses yang terjadi pada diri manusia di dalam tahapan perkembangan kehidupannya yang akan mempengaruhi cara ia

• Kelompok yang memiliki prototipe yang jelas, seseorang dengan karakteristik yang sesuai dengan prototipe kelompok dapat menjadi pemimpin yang lebih baik dibandingkan dengan

Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian.. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi

Perkembangan Filsafat Barat ditandai oleh 3 periode, yaitu Filsafat Barat di masa Yunani; masa Abad Pertengahan; dan masa Modern.. Khusus untuk perkembangan