• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI, INTEGRASI RANTAI PASOK, DAN KINERJA RANTAI PASOK PADA SEKTOR OTOMOTIF DAN GARMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI, INTEGRASI RANTAI PASOK, DAN KINERJA RANTAI PASOK PADA SEKTOR OTOMOTIF DAN GARMEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI,

INTEGRASI RANTAI PASOK, DAN KINERJA RANTAI PASOK PADA

SEKTOR OTOMOTIF DAN GARMEN

Rizky Amalia Pratama1, Mahendrawathi ER.2, dan Apol Pribadi S.3

Jurusan Teknik Informatika, FTIF - ITS Surabaya

e-mail: [email protected], [email protected]2,

[email protected]

ABSTRAK

Implementasi teknologi informasi (TI) saat ini telah menjadi kebutuhan utama bagi perusahaan. TI berperan penting dalam manajemen rantai pasok, namun pada kenyataannya implementasi TI tidak dapat menjamin baiknya kinerja perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan pada perusahaan dengan karakteristik global untuk membuktikan pengaruh implementasi teknologi informasi terhadap kinerja rantai pasok. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang membahas bagaimana keterkaitan karakteristik perusahaan dengan implementasi TI, integrasi rantai pasok, dan kinerja rantai pasok. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan sebagai studi konfirmatif mengenai analisis hubungan antara implementasi TI, integrasi rantai pasok, kinerja rantai pasok, dan karakteristik perusahaan melalui pengembangan model kausal dan pembuktian secara empiris menggunakan pemodelan persamaan struktural atau disebut juga Structural Equation Modeling (SEM). Karakteristik perusahaan direpresentasikan oleh tipe sektor (Otomotif dan Garmen) dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan adanya konsistensi hubungan di tiap sektor, yaitu Implementasi Teknologi Informasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Rantai Pasok dengan mediasi penuh faktor Integrasi Rantai Pasok. Diketahui juga bahwa Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Rantai Pasok.

Kata kunci: Implementasi TI, Integrasi Rantai Pasok, Kinerja Rantai Pasok, Karakteristik Perusahaan, Penelitian Empiris, SEM.

PENDAHULUAN

Teknologi informasi saat ini berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan solusi bisnis. Pelaku bisnis pun semakin sadar akan pentingnya penggunaan teknologi informasi (TI) untuk menjaga kredibilitas dan meningkatkan strategi bersaing dengan para pesaing bisnis serupa. Di sisi lain, konteks bisnis saat ini telah beralih dari konteks perusahaan menjadi konteks rantai pasok. Persaingan bukan lagi sekedar antar perusahaan melainkan antar rantai pasok. Dengan kekuatannya dalam menyediakan informasi yang cepat, akurat, dan reliabel, TI dipercaya dapat meningkatkan kinerja baik perusahaan utama maupun partner dalam rantai pasok (Jin, 2006; Li dkk., 2009). TI sebagai sebuah dukungan infrastruktur baik di dalam organisasi maupun di luar telah dikenal sebagai faktor penting dalam peningkatan manajemen rantai pasok (Gupta dan Capen, 1996; Koh dan Saad, 2006; Li dkk., 2009).

Indonesia merupakan pasar TI yang cukup besar dan potensial. Perusahaan riset International Data Corporation (IDC) memperkirakan belanja TI di Indonesia mencapai US$ 15,8 miliar pada akhir 2013 yang didorong oleh peningkatan belanja TI sektor swasta atau perusahaan. Kesadaran perusahaan akan pentingnya menggabungkan teknologi dengan bisnis

(2)

seperti pemanfaatan perangkat lunak, cloud, perangkat komunikasi, analisis data, dan jejaring sosial bisnis meningkat seiring dengan perkembangan teknologi.

Perusahaan mempercayakan penggunaan TI untuk meningkatkan proses rantai pasok, namun pada kenyataannya investasi TI tidak dapat menjamin baiknya kinerja perusahaan (Fang Wu, 2005). Terlepas dari manfaat dan besarnya pasar TI di Indonesia, implementasi TI untuk meningkatkan manajemen rantai pasok merupakan sebuah isu dengan permasalahan yang kompleks.

Dalam menjelaskan dampak TI secara langsung, berkaitan dengan fenomena paradoks TI yang belum ada pada penelitan sebelumnya, Li, 2008, telah menganalisis dampak implementasi TI terhadap kinerja rantai pasok. Hasilnya, implementasi TI berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja rantai pasok dengan mediasi faktor integrasi rantai pasok. Namun, penelitian Li masih bersifat umum tanpa menjelaskan bagaimana hubungan karakteristik industri dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja rantai pasok. Sedangkan setiap perusahaan tentu memiliki strategi dan tujuan yang unik dan akan menjadi karakteristik perusahaan tersebut.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam melihat pengaruh implementasi TI terhadap kinerja rantai pasok memiliki beberapa kesenjangan. Penelitian tersebut belum mengidentifikasi karakteristik industri. Faktor karakteristik industri yang dimaksud berupa ukuran, sifat industri (manufaktur/ layanan), jumlah karyawan, dan pendapatan perusahaan. Selain itu, faktor karakteristik industri seperti ukuran, kontribusi tenaga kerja terhadap modal, dan produk yang dihasilkan juga diduga berpotensi mempengaruhi kinerja rantai pasok.

Untuk menguji dan mengestimasi pengaruh implementasi TI terhadap kinerja rantai pasok, digunakan model persamaan struktural atau Structural Equation Modelling (SEM). Dalam proses konfirmasi pengaruh tersebut, teknik SEM dipilih sebab SEM lebih mendukung penelitian konfirmatif daripada analisis eksploratif. Teknik SEM menggunakan kombinasi data statistik dan asumsi kausal yang bersifat kualitatif (Recker, 2013). Pada penelitian ini, terdapat beberapa hipotesis yang direpresentasikan sebagai model, kemudian diuji secara statistik.

Sektor yang akan diteliti adalah otomotif dan garmen. Dasar pemilihan 2 jenis sektor tersebut antara lain:

1. Sektor otomotif dan garmen, masing – masing mewakili industri yang padat modal (capital intensive) dan padat karya (labour intensive).

2. Menurut Hesti, 2013, Di Indonesia, Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) telah menjadi komoditi ekspor andalan. Industri pakaian jadi atau garmen, adalah bagian dari industri produk tekstil; sementara industri produk tekstil tidak terlepas dari industri tekstil yang mencakup pembuatan serat, proses pemintalan, pertenunan, pencelupan dan penyempurnaan produk kain. Dikutip dari data Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2010, yang menyatakan bahwa industri tekstil menjadi salah satu industri terbesar yang ada di Indonesia yang tercatat memiliki total pengiriman sebanyak 7% dari total eksport pada tahun 2010. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) telah memperkirakan pertumbuhan industri tekstil nasional bisa melampaui 5 persen pada 2013 (Tempo, 2012). Menurut API, TPT Indonesia juga memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki industri pertekstilan yang lengkap dari hulu ke hilir.

3. Dikutip dari Majalah Karya Indonesia, 2008, Industri otomotif merupakan salah satu cabang industri manufaktur yang pertumbuhannya cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Namun demikian, pertumbuhan industri otomotif yang cukup pesat itu sangat terkait erat dengan perkembangan cukup signifikan yang dialami industri komponen

(3)

otomotif nasional. Menurut Caroline, kontribusi terhadap perekonomian Indonesia cukup besar (yakni kurang lebih 28%, sedikit di bawah industri makanan).

Gambar 1 menunjukkan model konseptual penelitian yang dikembangkan dari penelitian Gang Li dan Hefu Liu. Tiga konstruk utama diadopsi dari penelitian Gang Li, yaitu implementasi TI, integrasi rantai pasok, dan kinerja rantai pasok. Sedangkan variabel kontrol, karakteristik perusahaan, diadopsi dari penelitian Hefu Liu. Perbedaan karakteristik tiap perusahaan juga berpotensi untuk mengakibatkan adanya perbedaan kebutuhan integrasi yang berbeda sehingga memunculkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Implementasi TI berpengaruh terhadap Integrasi Rantai Pasok

Menurut Prajogo dan Olhager (2011), TI berperan penting dalam manajemen rantai pasok dalam 3 aspek. Pertama, TI membantu perusahaan untuk meningkatkan volume dan kompleksitas informasi yang harus dikomunikasikan dengan partner bisnis. Dua, TI membantu perusahaan menyediakan informasi rantai pasok yang real time termasuk level inventori, serta perancanaan dan penjadwalan produksi. Tiga TI juga memberikan fasilitas peramalan dan penjadwalan operasional antara perusahaan dan pemasok. Dengan TI, masalah waktu dan jarak dalam koordinasi aktivitas rantai pasok dapat dikurangi (Paulraj dan Chen, 2007)). Konektivitas TI yang efektif akan meningkatkan integrasi antara rekanan rantai pasok dalam aliran material (Soliman dan Youssef, 2001).

Gambar 1. Model Konseptual Penelitian

H2: Integrasi Rantai Pasok berpengaruh terhadap Kinerja Rantai Pasok

Pada penelitian sebelumnya, baik secara empiris maupun teoritis, penelitian – penelitian tersebut menyatakan bahwa integrasi rantai pasok dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang beberapa ukurannya merupakan ukuran kinerja rantai pasok (Steven, 1989), (Lee dkk., 1997), (Metters, 1997), (Anderson dan Katz, 1998), (Hines dkk., 1998), (Johnson, 1999), (Frochlich dan Westbrook, 2001). Integrasi rantai pasok ditingkatkan dengan peningkatan pembagian informasi mengenai aktivitas pada proses utama.

(4)

H2: Implementasi TI berpengaruh terhadap Kinerja Rantai Pasok

Pada umumnya, TI telah dikenal sebagai faktor penting dalam rantai pasok karena berkontribusi dalam meningkatkan kinerja baik perusahaan secara individu maupun rantai pasok keseluruhan (Li,2009). Namun, penelitian dampak langsung TI pada kinerja spesifik berujung pada hasil yang tidak konsisten (Sanders, 2007). Penggunaan teknologi informasi dapat meliputi komunikasi yang intensif dan rutin antara pemasok dan perusahaaan. Intensitas komunikasi meningkatkan perilaku kooperatif antara rekanan rantai pasok yang menaikkan tingkat aliran informasi yang strategis di antara mereka (Klein dkk., 2007), (Prajogo dan Olhager, 2011). Pembagian informasi dibutuhkan perusahaan untuk bertukar tidak hanya mengenai data transaksi, namun juga informasi rantai pasok lain seperti permintaan material dan produk. Pembagian informasi dapat mengurangi efek ‘bullwhip’ akibat melonjaknya permintaan di tingkat manufaktur (Disney dan Towill, 2003).

Tabel 1 menjelaskan komponen yang ada dalam 3 konstruk utama yang diadopsi dari penelitian Li dkk., 2008.

Tabel 1. Instrumen Model Konseptual Penelitian Implementasi Teknologi Informasi

Sumber: Chen dan Paulraj (2004), Li dkk., (2008)

ITI1 Penggunaan Electronic data interchange (EDI) ITI2 Penggunaan bar code atau RFID

ITI3 Penggunaan komputer secara efektif dalam operasional dan pembuatan keputusan ITI4 Kode identifikasi unik dan standar terbuka

ITI5 DSS (decision support system) untuk partner rantai pasok

Integrasi Rantai Pasok

Sumber: Chen dan Paulraj (2004), Li dkk., (2008)

IRP1 Formulasi perencanaan logistik dalam rantai pasok IRP2 Tren pasar dan peramalan permintaan

IRP3 Perencaan aktivitas logistik

IRP4 Pelacakan sistem produk dan inventori IRP5 Metode dan standarisasi operasional logistik

Kinerja Rantai Pasok

Stank dkk., (2001), Li dkk., (2008)

KRP1 Pengembangan Just in time KRP2 Rasio pergantian inventory KRP3 Waktu tunggu pengiriman KRP4 Kinerja pengiriman produk

KRP5 Visibilitas inventory rantai pasok dan biaya kesempatan KRP6 Manajemen Biaya logistik

Karakteristik Perusahaan Wu (2005), Liu dkk. (2012)

PPT Pendapatan per tahun TK Jumlah Karyawan Full time

METODA

Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, digunakan metode penelitian survey yang direkomendasikan oleh Recker (2013). Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu

(5)

pengembangan model, pengembangan pengukuran, pengembangan instrumen, percobaan instrumen, administrasi survey/ survey penuh, dan analisis data.

HASIL DAN DISKUSI

Penelitian ini melibatkan responden yang menjalankan bisnis di sektor garmen, dan otomotif dimana sebagian besar berlokasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jakarta. Responden merupakan pemilik, manajer, atau karyawan yang mengerti tentang implementasi penggunaan TI dan manajemen rantai pasok perusahaan. Beberapa responden di tiap sektor ada yang mewakili perusahaan level multinasional. Dari garmen, terdapat perusahaan yang telah mengekspor hasil produksi ke puluhan manca negara. Dari sektor otomotif, ada juga beberapa produsen yang menguasai pasar otomotif nasional. Responden sektor otomotif kebanyakan merupakan produsen komponen mobil yang masih relatif tradisional dalam menjalankan bisnis. Dari data yang terkumpul melalui wawancara langsung, email, telepon, dan sarana komunikasi lainnya, data responden terdiri dari 30 perusahaan penyedia jasa logistic, 31 perusahaan garmen, dan 33 perusahaan otomotif.

Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, dan linieritas, semua indikator yang valid, variabel laten yang reliabel, dan hubungan antar variabel yang linier diuji dengan GeSCA untuk mengetahui kesesuaian model dan signifikansi hubungan Implementasi TI, Integrasi Rantai Pasok, Kinerja Rantai Pasok, dan Karakteristik Industri.

Hasil Pengujian dengan GeSCA memberikan hasil model persamaan struktural seperti Gambar 2 yang menunjukkan hubungan antar variabel laten Implementasi TI, Integrasi Rantai Pasok, Kinerja Rantai Pasok, dan Karakteristik Industri pada sektor garmen. Terdapat 2 hubungan yang signifikan positif yaitu hubungan Implementasi TI dengan Integrasi Rantai Pasok dan hubungan Integrasi Rantai Pasok dengan Kinerja Rantai Pasok sehingga H1 dan H2 penelitian diterima untuk sektor garmen.

Gambar 2. Pengaruh Implementasi TI Terhadap Kinerja Rantai Pasok pada Sektor Garmen Gambar 2 menunjukkan bahwa di sektor garmen di antara 4 indikator valid yang ada dalam variabel Implementasi TI. Indikator ITI2 (penggunaan bar code) dan ITI5 (decision support system) merupakan 2 faktor paling penting dalam mengimplementasikan TI sehingga dapat meningkatkan integrasi rantai pasok perusahaan. Hasil survey pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa sektor garmen dapat meningkatkan kinerja rantai pasok perusahaan dengan mendorong peningkatan pelacakan sistem produk dan inventori (IRP4), standarisasi operasional logistik (IRP5), dan tren pasar/ peramalan permintaan (IRP2). Sektor garmen merupakan sektor yang cukup peka dengan adanya tren atau musim sehingga tren pasar

(6)

merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok perusahaan.

Hasil pada sektor otomotif, gambar 3 menjelaskan hubungan antara Implementasi TI, Integrasi Rantai Pasok, Kinerja Rantai Pasok, dan Karakteristik Perusahaan pada sektor otomotif. Tanda bintang menunjukkan bahwa hubungan tersebut signifikan. Ada 2 hubungan yang signifikan dalam model struktural sektor otomotif yaitu dari Implementasi TI ke Integrasi Rantai Pasok dan dari Integrasi Rantai Pasok ke Kinerja Rantai Pasok. Pada sektor otomotif, H1 dan H2 penelitian diterima.

Faktor yang paling dominan dalam implementasi TI sektor otomotif adalah ITI4 yaitu kode identifikasi unik dan standar terbuka. Pada industri otomotif skala besar seperti produsen perakit mobil, diperlukan suatu kode identifikasi yang unik untuk mendukung aktivitas produksi mobil dimana membutuhkan banyak komponen yang berasal dari supplier maupun produksi sendiri.

Gambar 3. Pengaruh Implementasi TI Terhadap Kinerja Rantai Pasok pada Sektor Otomotif Kinerja rantai pasok sektor otomotif yang paling utama dipengaruhi oleh faktor formulasi perencanaan logistik (IRP1), pelacakan sistem produk dan inventori (IRP4), dan metode standarisasi operasional logistik (IRP5). Berpengaruhnya faktor pelacakan sistem produk terhadap integrasi rantai pasok yang selanjutnya untuk meningkatkan kinerja rantai pasok disebabkan oleh kebutuhan perusahaan manufaktur dalam mengolah bahan baku menjadi suatu komponen atau produk secara efektif dan efisien.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Implementasi TI berpengaruh signifikan positif terhadap Integrasi Rantai Pasok dan Integrasi Rantai Pasok berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Kinerja Rantai Pasok baik di sektor Garmen, maupun Otomotif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gang Li, 2008.

Temuan pada penelitian ini adalah bahwa karakteristik perusahaan yang ditinjau dari ukuran perusahaan tidak signifikan terhadap kinerja rantai pasok baik di sektor garmen maupun otomotif. Hubungan tersebut tidak memenuhi syarat minimal t-statistik yaitu harus lebih dari 1.96. Sedangkan Karakteristik industri jika ditinjau dari tipe sektor perusahaan, pun tidak mempengaruhi hubungan pada model.

(7)

Pada sektor garmen, optimasi Kinerja Rantai Pasok dapat dilakukan dengan cara peningkatan peningkatan implementasi TI dan integrasi rantai pasok. Implementasi TI dapat ditingkatkan dengan manajemen penggunaan bar code dan decision support system. Integrasi rantai pasok dapat ditingkatkan dengan aktivitas pelacakan sistem produk dan inventori, metode dan standarisasi operasional logistik, serta tren pasar/ peramalan permintaan. Sektor otomotif dapat memaksimalkan implementasi TI khususnya kode identifikasi unik dan standar terbuka yang baik untuk mendukung integrasi rantai pasok perusahaan. Selain itu juga perlu adanya formulasi perencanaan logistik, pelacakan sistem produk dan inventori, dan standarisasi operasional logistik untuk meningkatkan integrasi rantai pasok di sektor otomotif.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Terdapat hubungan signifikan positif antara Implementasi TI dan Integrasi rantai pasok di sektor garmen dan otomotif .

b. Terdapat hubungan signifikan positif antara Integrasi Rantai Pasok dan Kinerja Rantai Pasok di sektor garmen dan otomotif .

c. Karakteristik industri di sektor garmen dan otomotif yang direpresentasikan dengan ukuran perusahaan, tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasok.

d. Informasi yang didapat dari hasil analisis masih konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Implementasi Teknologi mempengaruhi Kinerja Rantai Pasok perusahaan dengan mediasi penuh Integrasi Rantai Pasok. Perbedaaan sektor tidak mempengaruhi hubungan antara Implementasi TI, Integrasi Rantai Pasok, dan Kinerja Rantai Pasok.

DAFTAR PUSTAKA

Urbach, N., Ahlemann, F. Structural Equation Modeling Information System Research Using Partial Least Squares, Journal of Information Technology Theory & Application, 2010, 7: p.281-310.

Liu, H. et al., The Impact of IT Capabilities on Firm Performance: The Mediating Roles of Absorbtive Capacity and Supply Chain Agility, Journal of Decision Support Systems, 2012.

Wu Fang et al., The impact of information technology on supply chain capabilities and firm performance: A resource-based view, Journal of Industrial Marketing Management, 2005.

Li, G., et al., The Impact of IT Implementation on Supply Chain Integration and Performance, Journal of Production Economics, 2009.

Chin, W. W. The Partial Least Squares Approach to Structural Equation Modeling, MIS Quarterly, 1998, 22:1-14.

Recker, Jan, Scientific Research in Information System, A Beginner’s Guide, 2013.

Barnes J., Liao Y., The effect of individual, network, and collaborative competencies on the supply chain management system, 2011.

Haenlind M, Kaplan A., A Beginner’s Guide to Partial Least Squares Analysis, 2004.

Ghozali Imam, Generalized Structured Component Analysis (GSCA) – Model Persamaan Struktural Berbasis Komponen, 2008.

Gambar

Gambar  1  menunjukkan  model konseptual  penelitian  yang  dikembangkan  dari penelitian Gang Li dan Hefu Liu
Tabel 1 menjelaskan komponen yang ada dalam 3 konstruk utama yang diadopsi dari penelitian Li dkk., 2008.
Gambar 2. Pengaruh Implementasi TI Terhadap Kinerja Rantai Pasok pada Sektor Garmen Gambar 2 menunjukkan bahwa di sektor garmen di antara 4 indikator valid yang ada dalam  variabel  Implementasi  TI
Gambar 3. Pengaruh Implementasi TI Terhadap Kinerja Rantai Pasok pada Sektor Otomotif Kinerja  rantai  pasok  sektor  otomotif  yang  paling  utama  dipengaruhi  oleh  faktor formulasi  perencanaan logistik  (IRP1),  pelacakan  sistem  produk  dan  invento

Referensi

Dokumen terkait

Lebih baik menggunakan soal uraian yg Lebih baik menggunakan soal uraian yg menuntut jawaban pendek dgn butir.. menuntut jawaban pendek

sehingga dapat di simpulkan bahwa variabel X6 (Inflasi) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel Abnormal return. Hal ini mengindikasikan bahwa Inflasi yang

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Alat Ukur Pencacah Putaran ‘Mesin Uji Kelelahan Bahan’ Dengan Tampilan LCD Menggunakan Mikrokontroler PIC16F84 ”.. Penulis menyadari

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kerja praktek dengan judul “Sistem Kendali

20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan menggunakan sistem pembuktian terbalik berimbang, yang mana baik jaksa maupun terdakwa dibebani pembuktian

berperilaku dengan baik kepada lingkungan sosialnya sehingga anak akan diterima oleh lingkungan. Sehingga masing-masing disiplin ilmu memiliki hubungan yang saling

Semakin banyaknya para pendatang baik domestik maupun asing yang menginap sementara di Surakarta, perkembangan selanjutnya sangat berpotensi untuk bisnis akomodasi/