• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perawatan Diri Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Perawatan Diri Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Diri

2.1.1 Definisi Perawatan Diri

Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2009). Menurut Depkes (2000, dalam Scribd, 2011) perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, seseorang dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Perawatan diri berorientasi pada manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan yang saling mempengaruhi (Meleis, 2007 dalam Herlina, 2013). Penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan. Akan tetapi, tanpa perawatan penyakit itu akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan tercapai (Asmadi, 2008). Jadi, perawatan diri adalah suatu kemampuan dasar manusia dalam merawat dirinya sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatannya.

2.1.2 Tujuan perawatan diri

(2)

kesehatan dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan (Alimul, 2009).

Perawatan diri juga bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri, memperbaiki personal hygiene yang kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan percaya diri, dan menciptakan keindahan (Tarwoto & Wartonah, 2003). Perawatan diri ini menggambarkan dan menjelaskan manfaat perawatan diri guna mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraannya. Jika dilakukan secara efektif, upaya perawatan diri dapat memberi kontribusi bagi integritas struktural fungsi dan perkembangan manusia (Asmadi, 2008).

2.1.3 Jenis-jenis perawatan diri

2.1.3.1 Personal hygiene/ kebersihan diri

(3)

sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

Tujuan mandi menurut Potter & Perry (2005):

1. Membersihkan kulit: pembersihan mengurangi keringat, beberapa bakteria, sebum, dan sel kulit yang mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi kesempatan infeksi.

2. Stimulasi sirkulasi: sirkulasi yang baik ditingkatkan melalui penggunaan air hangat dan usapan yang lembut pada ekstremitas

3. Peningkatan citra diri: mandi meningkatkan relaksasi dan perasaan segar kembali dan kenyamanan

4. Pengurangan bau badan: sekresi keringat yang berlebihan dari kelenjar aprokin berlokasi di area aksila dan publik menyebabkan bau badan yang tidak menyenangkan. Mandi dan penggunaan antiperspiran meminimalkan bau.

5. Peningkatan rentang gerak: gerakan ekstremitas selama mandi mempertahankan fungsi sendi.

Potter & Perry (2005) dan Alimul (2009) menyatakan kebersihan diri meliputi: 1. Perawatan kulit

(4)

a. Melindungi tubuh dari masuknya berbagai kuman atau trauma jaringan bagian dalam yang juga dapat membantu menjaga keurtuhan kulit

b. Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu produksi keringat serta penguapan.

c. Sebagai alat peraba yang dapat membatu tubuh menerima rangsangan dari luar melalui baru rasa sakit, sentuhan, tekanan, atau suhu.

d. Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam dan nitrogen

e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.

f. Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.

Kulit juga berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan pembuluh darah yang berada dibawahnya; mensintesa sel baru; dan mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi. Sel-sel integumen memerlukan nutrisi dan hidrasi yang cukup untuk menahan cedera dan penyakit. Sirkulasi yang adekuat penting untuk memelihara kehidupan sel. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi fisiologisnya masih optimal (Potter & Perry ,2005).

(5)

kondisi/keadaan lingkungan. 2. Perawatan kuku dan kaki

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku, badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi normal kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar kuku berwarna merah muda (Potter & Perry, 2005). Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Seringkali, orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Masalah dihasilkan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki dan tangan seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat, pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajam, dan pemakaian sepatu yang tidak pas. Ketidaknyamanan dapat mengarah pada stres fisik dan emosional.

Kaki penting untuk kesehatan fisik dan emosional. Nyeri pada kaki dapat menyebabkan seseorang berjalan berbeda, yang menyebabkan ketegangan pada kelompok otot yang bebeda. Banyak orang harus berjalan atau berdiri nyaman untuk melakukan pekerjaan mereka dengan efektif.

Masalah/ gangguan pada kuku:

(6)

b. Paronychia, radang di sekitar jaringan kuku.

c. Ram’s horn nail, gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi.

d. Bau tidak sedap, reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak sedap. Cara-cara dalam merawat kuku antara lain: jangan memotong kuku terlalu pendek dan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus, jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam sebab akan merusak jaringan dibawah kuku, potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan, khusus untuk jari sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam, jangan menggigit kuku karena akan merusak bagian kuku.

3. Perawatan mulut

(7)

penyakit mulut dan kerusakan gigi. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi tindakan higiene bergantung pada kondisi rongga mulut klien. Tidak makan makanan yang terlalu manis atau asam, tidak menggunakan gigi untuk menggigit dan mencongkel benda keras, gosok gigi, membersihkan dengan serat (flossing), dan perlu pembersihan yang tepat, serta memeriksakan gigi secara teratur setiap 6 bulan sekali. Gosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari (setelah makan dan khususnya sebelum tidur) adalah dasar program higiene mulut yang efektif.

Masalah umum mulut:

a. Karies gigi (lubang) merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda. Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium. Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi kecoklatan atau kehitaman.

b. Penyakit periodontal (pyorrhea ): paling sering terjadi pada orang usia lebih dari 35 tahun. Penyakit ini adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membran periodontal atau ligamen periodontal.

c. Halitosis (bau napas) merupakan akibat higiene mulut yang buruk, pemasukan makanan tertentu, atau proses infeksi atau penyakit. Higiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes.

(8)

e. Gingivitis adalah peradangan gusi, biasanya karena higiene mulut yang buruk atau terjadi tanda leukemia, defisiensi vitamin, atau diabetes melitus.

4. Perawatan rambut

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Secara anatomis, rambut terdiri atas bagian batang, akar rambut, sarung akar, folikel rambut, serta kelenjar sebasea. Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah klien untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari.

Menyikat, menyisir, dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis untuk semua klien. Klien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. Pertumbuhan, distribusi, dan pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum. Perubahan hormonal, stres emosional maupun fisik, penuaan, infeksi, dan penyakit tertentu atau obat-obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut yang tidak bercahaya, kusut, kotor mengindikasikan perawatan rambut yang tidak tepat. Rambut yang tidak disisir mungkin karena kurangnya minat, depresi, atau ketidakmampuan fisik untuk merawat rambut. Penyikatan yang sering membantu mempertahankan kebersihan rambut dan mendistribusi minyak secara merata sepanjang helai rambut. Penyisiran hanya membentuk gaya rambut dan mencegah rambut kusut.

(9)

memiliki kecenderungan menjadi kering, maka mungkin diperlukan penyisiran sehari-hari, penyikatan yang lembut, dan aplikasi produk pelembab. Frekuensi bersampo tergantung rutinitas pribadi sehari-hari dan kondisi rambut. Jika klien mampu untuk mandi, biasanya rambut dapat dikeramas tanpa kesulitan. Pencukuran rambut yang berada di bagian wajah dapat dilakukan setelah mandi atau bersampo. Cara perawatan rambut yaitu: cuci rambut 1-2 kali seminggu (sesuai kebutuhan) dengan memakai sampo yang cocok, pangkas rambut agar terlihat rapi, gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesin rambut dengan minyak, jangan gunakan sisir yang bergigi tajam karena bisa melukai kulit kepala, pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut, pada jenis rambut ikal dan keriting sisir rambut mulai dari bagian ujung hingga kepangkal dengan pelan dan hati-hati.

Masalah/gangguan pada rambut: ketombe, kutu, botak (alopecia ), radang pada kulit di rambut (seborrheic dermatitis) (Potter & Perry, 2005).

5. Perawatan mata, telinga dan hidung

(10)

dari pengeluaran ke dalam kantung lakrimal. Tekanan langsung jangan digunakan di atas bola mata karena dapat menyebabkan cedera serius.

Higiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang mengganggu konduksi udara. Khususnya pada lansia rentan terkena masalah ini. Membersihkan telinga merupakan bagian rutin dalam kegiatan mandi. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga keluarkan secara pelan-pelan, dan jangan menggunakan peniti atau jepitan rambut untuk membersihkan kotoran telinga karena dapat merusak gendang telinga.

Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga memantau temperatur dan kelembaban udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel asing kedalam sistem pernapasan. Secara tipikal, perawatan higienis hidung adalah sederhana. Mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke dalam dengan tisu lembut menjadi higiene harian yang diperlukan. Jangan mengeluarkan kotoran dengan kasar atau dengan jari karena mengakibatkan tekanan yang dapat mengiritasi mukosa hidung, jaga agar lubang hidung tidak kemasukan air atau benda kecil sebab nantinya dapat terhisap dan menyumbat jalan nafas serta menyebabkan luka pada membran mukosa. Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa, atau kekeringan.

6. Perawatan alat kelamin

(11)

(sebuah jaringan erektil yang serupa dengan penis laki-laki); kemudian bagian yang terkait di sekitarnya, seperti uretra, vagina, perenium, dan anus. Umumnya wanita lebih suka melakukannya sendiri tanpa bantuan orang apabila mereka masih mampu secara fisik.

2.1.3.2 Toileting (BAK/BAB)

Kegiatan toileting yang normal adalah adanya dorongan dan keinginan individu untuk melakukan eliminasi sisa metabolisme (menstruasi, urin, dan defekasi) dan membersihkan diri setelahnya secara mandiri tanpa bantuan setiap harinya. Toileting meliputi kemampuan dalam mendapatkan jamban/ kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, melepaskan dan memakai kembali pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/ BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil (Fitria, 2009).

2.1.3.3 Berhias

(12)

yang penting dari kerapian. Sedangkan untuk pria mencukur merupakan sesuatu yang penting sekali bagi penampilan dan harga diri mereka.

2.1.3.4 Makan

Individu memiliki kemampuan menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, dan mencerna cukup makanan dengan makanan , serta berdoa sebelum makan (Fitria, 2009).

2.1.4 Jenis perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan

Jenis perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaannya (Alimul, 2009): 1. Perawatan dini hari

Perawatan dini hari merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut.

2. Perawatan Pagi hari

(13)

eliminasi (buang air besar dan kecil), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, mengganti pakaian, membersihkan mulut, kuku, dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. 3. Perawatan siang hari

Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan tau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

4. Perawatan menjelang tidur

Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik higiene

(14)

1. Citra tubuh

Penampilan umum dapat menggambarkan pentingnya higiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan higiene. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. Klien yang kelihatan tidak rapi atau tidak tertarik pada higiene membutuhkan pendidikan tentang pentingnya higiene.

2. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anak-anak mendapatkan praktik higiene dari orangtua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas dan/atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan. Remaja dapat menjadi lebih perhatian pada higiene seperti peningkatan ketertarikan mereka pada teman kecannya. Selanjutnya dalam kehidupan, teman-teman dan kelompok kerja membentuk harapan orang mengenai penampilan pribadi mereka dan perawatan yang dilakukan dalam mempertahankan higiene yang adekuat. Praktik higiene lansia dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan.

3. Status sosioekonomi

(15)

sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. Dalam lingkungan rumah ada kebutuhan untuk menambah alat-alat yang membantu klien dalam memelihara higiene dalam keadaan yang aman. Hal ini menjadi tidak mungkin jika klien mempunyai pendapatan yang tetap.

4. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong seseorang untuk meningkatkan higiene. Misalnya, ketika klien diabetes sadar akan efek diabetes pada sirkulasi di kaki, mereka jadi lebih menyukai belajar teknik perawatan kaki yang tepat. Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

5. Kebudayaan

(16)

6. Pilihan pribadi

Setiap orang memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih produk yang berbeda (misalnya, sabun, sampo, deodoran, dan pasta gigi) menurut pilihan dan kebutuhan pribadi. Klien juga memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan higiene. Misalnya, seorang pria menyukai untuk bercukur sebelum mandi, padahal yang lalinnya bercukur setelah mandi.

7. Kondisi fisik

Orang yang berada pada suatu kondisi/menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan higiene pribadi. Kondisi jantung, neurologis, paru -paru, dan metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan klien tidak mampu dan memerlukan perawat untuk melakukan perawatan higienis total.

2.1.6 Dampak Perawatan Diri

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene antara lain: 1. Dampak fisik

(17)

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto & Wartonah, 2010).

2.2 Narapidana Wanita

2.2.1 Definisi narapidana wanita

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas (UU RI No.12 Th. 1995 tentang pemasyarakatan pasal 1 ayat 3). Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sedangkan, menurut WHO (2009), narapidana wanita adalah wanita yang berusia minimal 18 tahun, ditahan di penjara, sedang menunggu pemeriksaan pengadilan atau telah menjalani hukuman di penjara.

2.2.2 Perawatan diri narapidana wanita

(18)

narapidana wanita dapat terselenggara dengan baik dan menjaga kualitas maupun kuantitasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila makanan yang tidak sesuai dengan jumlahnya dan rendah kualitasnya disamping dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban, dari segi kesehatan juga dapat menyebabkan penyakit kekurangan gizi. Narapidana wanita yang kekurangan gizi akan lebih mudah terserang penyakit, kurang motivasi, bereaksi lamban, apatis, prestasinya menurun, sehingga produktivitas kerjanya akan berkurang. Sedangkan kebutuhan lain yang bersifat pribadi dapat diperoleh dari keluarga yang sedang berkunjung atau belanja di koperasi yang telah disediakan (Andansari, 2014).

(19)

Lembaga pemasyarakatan merupakan tempat yang rentan dalam penyebaran penyakit, terutama penyakit kulit. Hal ini karena sanitasi yang kurang baik, air bersih sulit diperoleh, pakaian jarang diganti, dan kerap pula sehelai handuk dipakai beramai-ramai, serta sel yang kotor dan pengap. Hasil observasi yang dilakukan oleh Astriyanti, Lerik & Sahdan, (2010) di Lapas Klas IIA Kupang, menunjukkan bahwa narapidana tetap memakai pakaian yang dikenakan kemarin, selesai bekerja tidak mencuci kaki dan tangan dengan baik dan benar, serta tidak mencuci tangan dengan bersih sebelum makan. Berdasarkan hasil wawancara Astriyanti, dkk (2010) pada narapidana dan pegawai lapas menunjukkan bahwa narapidana tidur bersama dalam satu kamar dengan ukuran 5x2 m terdiri dari 7-9 narapidana, pakaian kotor digantung atau ditumpuk dalam kamar, dan tidak mengganti sprei tempat tidur secara berkala.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Lembaga Pemasyarakatan tersebut menjalankan sistem yang sesuai dengan tujuan dasar pemasyarakatan yakni membina warga binaan agar

Berdasarkan uraian di atas, ditemukan bahwa banyak hal di dalam penjara yang menjadi stresor bagi narapidana wanita yang menyebabkan mereka stres dan berdampak

Untuk itu hendaknya setiap narapidana tidak boleh membeda- bedakan dirinya dengan orang lain, karena dengan begitu diharapkan akan menghasilkan adaptasi yang

Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,

Saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk memberikan jawaban sesuai dengan perasaan yang berkenaan dengan keadaaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh orang

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Presentase Harga Diri Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tanjung Gusta Medan berdasarkan Karakteristik Responden

Gangguan psikologis pada level fisik, emosi dan kognitif akan dapat. terlihat pada level

Hasil penelitian menunjukkan bahwa narapidana wanita di lapas Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan memiliki stres dalam ketegori sedang sebanyak 43 orang (55,1%) dan