MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADAPERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
FEROZA AZRAI JUWIKA SYAFRIDA HANI
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Surel: [email protected]
ABSRACT
The purpose of this research is to investigate influence of good corporate governance mechanism on earning management. Good Corporate Governance mechanism that used un thus research, such as : board of directors, board of commissioner, audit committee and institutional ownership. The sample in this research are manufacturing companies which were listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2009-2013. Total sample in this research are 292. This research uses multiple regression analysis method to Good Corporate Governance mechanisms on earnings management. The result of this research showed that board of commissioners have significant relationship with earnings management, and the simultant, Good Corporate Governance mechanism have significant relationship with earning management.
Keywords: earnings management and good corporate governance metchanism
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Kebanyakan investor seringkali hanya menaruh perhatian pada informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Informasi laba sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai keinginannya. Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa manajemen laba adalah intervensi manajemen terhadap pelaporan keuangan melalui pemilihan metode akuntansi sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti metode penyusutan dan metode biaya dan tujuan manajemen laba adalah untuk mengungkapkan kinerja ekonomi perusahaan sesuai dengan keinginan dan harapan pemangku kepentingan tertentu. Tindakan manajemen laba (earnings management) telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et.al 2006). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005). Sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan praktek perataan laba berturut-turut dari tahun ke tahun, namun ada juga yang hanya pada tahun-tahun tertentu serta adanya
pola kenaikan dan penurunan laba ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Laba seringkali dimanipulasi menggunakan komponen discretionary accrual. Terjadinya manipulasi laporan keuangan tersebut karena lemahnya penerapan corporate governance. Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak para manajer perusahaan (Komsiyah, Rahayu dkk, 2004).
KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) yang di bentuk oleh Pemerintah Indonesia mengeluarkan pedoman pelaksanaan
good corporate governance pada tahun 2006. Menurut Irmawati (2011) asas
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Terdapat beberapa hasil penelitian yang berbeda mengenai ukuran dewan komisaris seperti yang dilakukan Husni (2013) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba, lain halnya Ningsaptiti (2010) dan Suryani (2010) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pihak yang lebih mengetahui kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah manajer yang bertindak sebagai agent, sedangkan pemegang saham mengetahui keadaan dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang hanya melalui informasi yang diberikan oleh manajer. Jumlah dewan direksi yang besar kurang efektif dalam memonitor manajemen. Direksi sangat berpengaruh di perusahaan karena dewan direksi adalah eksekutor dalam perusahaan (Framudyo, 2009). Sulistyanto dan Wibisono (2006) menemukan bahwa semakin besar dewan direktur semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap manajemen, sehingga kualitas laporan menjadi rendah. Lain halnya
Berdasarkan KNKG (2006), disebutkan bahwa Dewan Komisaris didalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Komite Audit untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Komite audit dalam menjalankan fungsinya adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan, (Hardiningsih. 2010).
Penerapan corporate
governance yang baik dapat
pengendali yang berbentuk institusi mendorong pengawasan menjadi lebih profesional sehingga berdampak pada penurunan praktik earnings management (Murhadi, 2009).
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui secara empiris pengaruh ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi baik secara bersama-sama maupun individu terhadap manajemen laba. Dan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori khususnya mengenai corporate governance dan menjadi acuan bagi akuntansi sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti metode penyusutan dan metode biaya dan tujuan manajemen laba adalah untuk mengungkapkan kinerja ekonomi perusahaan sesuai dengan keinginan dan harapan pemangku kepentingan tertentu. Motivasi dilakukannya manajemen laba seperti yang diungkapkan Sulistyanto (2008) adalah Positif Accounting Theory. akuntansi yang digunakan. Sulistyanto dan Wibisono (2006) menemukan
bahwa semakin besar dewan direktur semakin tidak efisien dan semakin lemah kontrolnya terhadap manajemen.
Adanya dewan komisaris perusahaan yang tertera di KNKG (2006) sebagai pihak yang mengawasi pelaksanaan aktivitas bisnis, diharapkan dapat menjamin tingginya kualitas laporan keuangan sehingga mampu membatasi dan mendeteksi manajemen dalam melakukan tindakan yang mementingkan salah satu pemangku kepentingan. Dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya membentuk dan dibantu oleh komite audit. Komite audit dalam menjalankan fungsinya adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan Hardiningsih (2010). Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi, dan pengendalian intern sehingga dengan adanya komite audit akan dapat mengeliminasi penyimpangan dalam penyajian laporan keuangan.
berkurang. Adanya pemegang saham pengendali yang berbentuk institusi mendorong pengawasan menjadi lebih profesional sehingga berdampak pada penurunan praktik earnings
management (Murhadi, 2009).
Corporate governance diharapkan meningkatkan efesiensi ekonomis,
dimana peranan manajemen
perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders
lainnya dapat bersinergi untuk dapat
mewujudkan efisiensi yang diharapkan. Corporate governance
juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004). Garcia-Meca dan Sanchez-Ballesta (2009) menemukan bahwa corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap earnings management.
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Hipotesis
1. H1: Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 2. H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba
3. H3: Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 4. H4: Kepemilikan Institusi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba 5. H5: Mekanisme corporate governance memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Ukuran dewan direksi
Ukuran dewan komisaris
Jumlah komite audit
Kepemilikan institusi
METODE
Populasi perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013 sebanyak 150 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 96 perusahaan. Variabel Independen adalah mekanisme good corporate governance, yang diproksikan dengan ukuran dewan direksi, ukuran dewan Jensen (1993) dengan merumuskan perusahaan yang mempunyai jumlah dewan direksi kurang dari 7 diberi skala 1 dan lebih dari 7 diberi skala 0.
b. Ukuran dewan komisaris diukur dengan menghitung jumlah dewan komisaris yang ada pada perusahaan.
c. Jumlah komite audit diukur dengan menghitung jumlah anggota komite audit, lalu dilakukan kriteria mengacu pada Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan dalam Peraturan Nomor IX.I.5 (2012) dengan merumuskan perusahaan yang memiliki 3 orang komite audit diberi skala 1 dan yang memiliki lebih dari 3 diberi skala 0.
d. Kepemilikan institusional, kepemilikan institusional diukur dengan persentase kepemilikan
saham oleh institusi lain diluar perusahaan.
Variabel dependen adalah manajemen laba yakni suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga meratakan, menaikkan, dan menurunkan pelaporan laba. Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual
(DAC) karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer, dihitung dengan menggunakan
Modified Jones Model (Dechow et al, 1995)
a. Mengukur total accrual
TAC = Nit - CFOit Dimana:
Nit = Laba bersih
perusahaan i pada periode ke t CFOit = Aliran kas dari
aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) adalah sebagai berikut :
perusahaan i pada periode ke t -1
∆Revt = Perubahan pendapatan
perusahaan i pada periode ke t -1 ke tahun t
PPEt = Aktiva tetap
c. Menghitung non discretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
NDAit = β1 ( 1 / Ait-1 ) + β2 (∆Revt / Ait-1 - ∆Rect / Ait-1 ) + β3 (PPEt / Ait-1)
NDAit = non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
β = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil
regresi pada
perhitungan total accruals
d. Menghitung discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut :
DAit = TAit / Ait-1 - NDAit
Discretionary accruals dapat bernilai nol, positif atau negatif. DA bernilai 0 menunjukkan bahwa praktik manajemen laba dilakukan dengan meratakan laba (income-smoothing), nilai positif menunjukkan bahwa manajemen menaikkan laba (income-increasing) dalam praktik manajemen labanya, sedangkan nilai negatif berarti perusahaan melakukan manajemen labanya dengan cara menurunkan laba (income-decreasing)
(Dinuka.2014).
Metode analisis yang digunakan analisis regresi, digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
β5X1.X2.X3.X4 + e
Keterangan :
Y = Manajemen laba, α = Konstanta, β1,β2, β3, β4 dan β5 = KoefisienRegresi,
X1= Ukuran dewan direksi, X2 =
Ukuran dewan komisaris, X3 = Jumlah
komite audit, X4= Kepemilikian
institusi, X1X2 X3X4 = Interaksi antara
ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumlah komite audit, dan kepemilikan institusi.
Serta menggunkan uji asumsi klasik yang bertujuan mengetahui kelayakan penggunaan model regresi dalam penelitian, uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolonieritas uji heterokedastisitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah sampel yang diuji sebanyak 96 sampel, namun setelah melalui tahap uji normalitas, terdapat 23 sampel yang merupakan outlier dan harus dikeluarkan dari sampel penelitian. Uji koefisien determinasi (R2), digunakan untuk mengukur
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of theEstimate Durbin-Watson
1 .206a .043 .029 .216807 1.156
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisaris, Jumlah komite Audit, Ukuran Dewan Direksi
b. Dependent Variable: manajemen laba
Nilai adjusted R2 2,9%
menunjukkan manajemen laba yang diproksikan dengan nilai discretionary accrual dipengaruhi oleh ukuran jumlah dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumah komite audit dan kepemilikan institusi, sisanya sebesar 97,1% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam
ANOVAb
Model Sum of Squares Df SquareMean F Sig.
1 Regression .600 4 .150 3.190 .014a
Residual 13.490 287 .047
Total 14.090 291
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusi, Ukuran Dewan Komisaris, Jumlah komite Audit, Ukuran Dewan Direksi
b. Dependent Variable: manajemen laba
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients StandardizedCoefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.083 .092 -.904 .367
Ukuran Dewan Direksi -.031 .051 -.040 -.606 .545
Ukuran Dewan Komisaris .019 .008 .163 2.449 .015
Jumlah komite Audit .045 .049 .053 .917 .360
Kepemilikan Institusi -.089 .079 -.065 -1.127 .261
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dechow et al (1996) widyaningdyah (2001) dan Setiawan (2013) yang menyatakan bahwa jumlah dewan direksi terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa meskipun ukuran dewan direksi berubah-ubah, hal tersebut tidak secara langsung mempengaruhi tindakan manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Namun pada
kenyataannya ukuran dewan direksi pada perusahaan kecil maupun perusahaan besar sama-sama memiliki alasan tertentu untuk melakukan manajemen laba.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian antara variabel ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba, hasil t regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,449 dengan signifikansi 0,015. Pengujian memberikan hasil yang signifikan dengan koefisien regresi positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Artinya, dengan adanya dewan efektivitas pengawasan terhadap manajemen laba yang dilakukan
dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan (KNKG, 2006) telah mampu menjamin tingginya kualitas laporan keuangan sehingga mampu membatasi dan mendeteksi manajemen dalam
melakukan tindakan yang
mementingkan salah satu pemangku kepentingan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Ningsaptiti (2010) dan Suryani (2010) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Manajemen Laba
dapat mengurangi tindakan manajemen laba.
Hasil ini sejalan dengan temuan Ningsaptiti (2010) dan Suryani yang menyatakan bahwa jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, yang artinya peran komite audit bertugas untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (KNKG, 2006) tidak efektif dalam memonitor kinerja manajemen dalam hal memastikan laporan keuangan. Dengan jumlah komite audit yang rata-rata 3 orang pada perusahaan sampel belum berhasil mengurangi tindakan manajemen laba.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Kumala (2013) yang menyatakan bahwa jumlah komite audit berpengaruh dalam menekan manajemen laba. Komite audit merupakan bagian dari dewan komisaris dalam mengawasi jalannya perusahaan, komite audit bertugas untuk memberikan pendapat professional dan independen kepada dewan komisaris mengenai laporan keuangan. Dengan berjalannya fungsi komite audit yang telah mampu untuk mengontrol perusahaan sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi.
Pengaruh Kepemilikan Institusi terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel kepemilikan institusi terhadap manajemen laba pada perusahaan sampel. Hasil nilai t regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar -1,1127 dengan signifikansi
sebesar 0,261. Sehingga dapat diartikan bahwa kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian semakin tinggi kepemilikan institusi yang ada pada perusahaan sampel tidak akan mengurangi tingkat terjadinya manajemen laba.
Adanya pemegang saham pengendali belum mampu untuk mendorong pengawasan menjadi lebih professional sehingga terjadinya praktik manajemen laba. Investor yang berasal dari kepemilikan institusional dengan jumlah porsi kepemilikan yang besar belum dapat dapat memonitor agen secara maksimal untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang berhubungan dengan laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukannya Jensen dan Meckling (1976), Morkck et al (1982) dan Sriwedari (2009) yang menemukan adanya pengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil jelas mengungkapkan bahwa dengan adanya mekanisme corporate governance
menekan tindakan manajemen laba yang apabila dilakukan scara terus menerus akan berdampak pada skandal laporan keuangan. Sejalan dengan temuan Boediono (2005) dan Sriwedari (2009) yang menguji tentang pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba yang menemukan pengaruh yang lemah dari hasil penelitiannya dan penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Garcia-Meca dan Sanchez-Ballesta (2009) menemukan bahwa
corporate governance memiliki
pengaruh negatif terhadap earnings management.
Penelitian ini memberikan pengaruh yang lemah yang ditandainya dengan adjusted R2 sebesar 2,9%,
sedangkan sisanya 97,1% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini seperti:, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, independensi komite audit, leverage, ukuran perusahaan, jumlah rapat komite audit, spesialisasi industri KAP, dan komite manajemen resiko. dewan komisaris, jumlah komite audit dan kepemilikan institusi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang lemah terhadap manajemen laba
ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba menyiratkan bahwa dewan direksi pada akhirnya belum mampu untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dimungkinkan karena
financial literacy yang kurang dari dewan direksi. Demikian pula dengan jumlah komite audit dan kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan jumlah komite audit yang rata-rata 3 orang pada perusahaan sampel belum berhasil mengurangi tindakan manajemen laba. Sedangkan kepemilikan institusi yang tinggi maka tidak dapat mengurangi tingkat terjadinya manajemen laba.
Pada ukuran dewan komisaris ditemukan adanya pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, artinya, dengan adanya ukuran dewan komisaris maka akan mengurangi tingkat manajemen laba yang terjadi, berapapun berapapun jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pengujian secara bersama-sama mekanisme good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan adanya pedoman GCG telah mampu mengurangi tingkat manajemen laba.
pengaruh mekanisme corporate governance dapat lebih teruji dalam mengurangi manajemen laba. Perlunya mengembangkan suatu instrumen pengukuran untuk indeks corporate governance atas perusahaan publik di Indonesia. Bagi perusahaan, untuk setiap manajemen agar tidak mementingkan kepentingan pribadi sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono, Gideon SB. (2005). “Kualitas Laba: Studi Pengaruh
Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15-16 September 2005.
Cornett, Marcia Millon; Alan J. Marcus; Hassan Tehranian. (2007). “Corporate Governance and Pay-for-Performance: The Impact of
Earnings Management”.
Journal of Financial Economics 87 (2008). pp.357– 373.
Darmawati, Deni; Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. (2004). “Hubungan Corporate
Governance dan Kinerja
Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2005. Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and
A.P. Sweeney, (1995).
“Detecting earnings
management”, The Accounting
Review Vol. 70 No. 2. April 1995, h. 193-225
Dinuka, Vina Kholisa dan Zulaikha (2014). “Analisis Pengaruh
Audit Tenure, Ukuran KAP dan Diserfikasi Geografis Terhadap Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid II. Framudyo Jati. (2009). “Pengaruh
Struktur Corporate
Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma.
García-Meca, Emma; J. P. Sánchez-Ballesta. (2009). “Corporate Governance and Earnings Management: A
Meta-Analysis”. Corporate
Governance: An International Review, 2009, 17(5): 594–610. Gradianto, Andrean. (2012).
“Pengaruh Komite Audit Terhadap Praktik Manajemen Laba”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponogoro, Semarang.
in. book google web. accessed
December 4, 2014
http://books.google.co.id/books ?
id=j4lzrAw1TGcC&lpg=PP1& dq=manajemen
%20laba&pg=PP1#v=onepage &q=manajemen
%20laba&f=false
Hardiningsih, Pancawati (2010), “Pengaruh Independensi,
Corporate Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian Akuntansi Vol. 2 No. 1 Pebruari 2010, Halaman 61 -76, ISSN : 1979-4886.
Healy, P. M., & Wahlen, J. M. (1999). A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications.for Standard Setting”. Journal Horizon , Vol.13 No.4, p.365-383.
Husni, Raudhatul (2013). “Pengaruh Mekanisme good corporate governance, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba”. Universitas Andalas.
http://journal.fekon.unand.ac.id . Diakses 16 Desember 2014. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009.
Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Irmawati Wijaya, SE., MMSI dan Amelia Permatasari. (2011).
Universitas Gunadarma Vol. 6 No. 03, Tahun 2012, h.16–23, ISSN: 1978-4783.
Jensen, M.C (1993), “The Modern Industrial Revolution, Exit, and the Failure of Internal Control System, Journal of Finance”, Vol.48. July, h.831-880.
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Ageny Cost and Ownership Sructure. Journal of Financial Economics 3. h. 305-360.
Juliandi, Azuar dan Irfan (2013),
Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media Perintis. Kementerian Keuangan, BAPEPAM
dan Lembaga Keuangan (2012). Direktur Bursa Efek. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-54/BL/2012.
Kementerian Keuangan, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (2012). Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep- 643/BL/2012. Komite Nasional Kebijakan
Kumala, Roshella Evi. (2014). “Analisis Pengaruh Mekanisme
Good Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba”. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas
Diponogoro.
Ningsaptiti, Restie. (2010). “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Terhadap Manajemen Laba”. Fakultas
Ekonomi Universitas
Diponogoro, Semarang.
Setiawan, Hendri. (2013). Pengaruh Reputasi Auditor, Dewan Direksi dan Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Syariah Periode 2006-2011. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, Vol. 21 No.2.
Sriwedari, Tuti (2009), “Mekanisme
Good corporate governance,
Manajemen Laba dan Kinerja
Keuangan Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia”, Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Statement of Financial Accounting Standards No. 1 Revised on 20 July 2006
Sulistyanto, H, Sri dan Haris Wibisono. (2003). “Good Corporate Governance: Berhasilkah Diterapkan di Indonesia?”. Jurnal Widya Warta, No.2 Tahun XXVI/Juli 2003.
Suryani, Indra Dewi. (2010).
“Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Fakultas
Ekonomi Universitas
Diponogoro, Semarang.
Tadikapury, Violetta Jingga (2011). “Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT. Bank X Tbk Kanwil X”. Universitas Hasanuddin, Makasar.
Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang saham serta Cost of Equity Capital”.
Simposium Nasioanal
Akuntansi XI. Pontianak. Widyaningdyah, Agnes Utari (2001).
Management Pada Perusahaan