BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Monogliserida dan digliserida mempunyai sifat hidrofilik karena gugus hidroksil bebas yang dimilikinya dan bersifat hidrofobik karena adanya residu asam lemak. Monogliserida dan digliserida larut parsial dalam air dan dalam lemak, sehingga monogliserida dan digliserida merupakan zat pengemulsi yang baik. Monogliserida dan digliserida biasanya ditambahkan sebagai shorterning dan pengelmulsi dalam beberapa produk makanan (Potter, 1986).
Untuk memperoleh senyawa monogliserida telah dilakukan melalui reaksi gliserolisis terhadap lemak maupun metil ester asam lemak, baik secara kimiawi maupun secara enzimatis. Suarti (2008) telah membuat senyawa monogliserida melalui reaksi gliserolisis campuran minyak inti sawit dan stearin untuk pembuatan shortening dengan menggunakan katalis natrium metoksida.
Noureddini (2004) mengatakan bahwa monogliserida dan digliserida dapat dibuat dari semua senyawa gliserida baik yang berasal dari lemak maupun minyak. Senyawa gliserida tersebut direaksikan dengan gliserol dan menggunakan katalis natrium / kalium gliserolat yang dibuat dari NaOH / KOH dan gliserol. Reaksi dilakukan pada suhu 220-250oC dalam tekanan atmosfir.
Epoksidasi terhadap ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh dari beberapa minyak nabati telah dilakukan dan juga telah diterapkan dalam skala industri. Saat ini epoksidasi minyak yang paling banyak dikembangkan adalah epoksidasi terhadap
minyak nabati yang memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh tinggi (Goud,et al, 2006).
Salah satu produk epoksida yang dapat dihasilkan menggunakan minyak nabati sebagai bahan bakunya adalah senyawa polihidroksi trigliserida. Polihidroksi trigliserida merupakan senyawa turunan dari minyak atau lemak yang memiliki gugus hidroksil lebih dari dua. Senyawa polihidroksi trigliserida ini banyak digunakan sebagai bahan pembuatan poliuretan, bahan aditif untuk plastik, pelumas, surfaktan dan lain-lain sehingga kebutuhan akan senyawa ini menjadi sangat tinggi.
Senyawa polihidroksi trigliserida ini dihasilkan melalui reaksi hidroksilasi. Reaksi hidroksilasi meliputi dua tahap reaksi, yaitu reaksi epoksidasi pembentukan cincin epoksida (oksiran) dan diikuti reaksi pembentukan cincin oksiran. Senyawa trigliserida tidak jenuh yang terkandung dalam minyak nabati ini diepoksidasi menggunakan asam peroksi, yang terbuat dari asam karboksilat dan hidrogen peroksida (Gan, 1992).
Adanya ikatan π pada senyawa organik seperti halnya asam lemak tidak jenuh
melalui reaksi epoksidasi dilanjutkan dengan hidrolisis akan menghasilkan senyawa poliol (Fessenden,,R.J,1994).
Ikatan π pada metil resinoleat dari minyak jarak juga telah berhasil
diepoksidasi dan dilanjutkan dengan alkoksilasi untuk menghasilkan senyawa metil [9-(2,3-dihidroksipropoksi)-10,12-dihidroksioktadekanoat] (Ocha,2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menghasilkan poliol gliseril 9,10 dihidroksi stearat campuran yang berasal dari monogliserida campuran yang diperoleh dari reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam oleat menggunakan katalis NaOH. Dimana gliseril 9,10-dihidroksi stearat campuran yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai surfaktan.
1.2 Permasalahan
1. Apakah senyawa gliseril 9,10-dihidroksi stearat campuran dapat dihasilkan melalui hidrolisis terhadap epoksida dari monogliserida oleat campuran.
2. Berapakah nilai HLB dari hasil yang diperoleh.
1.3 Pembatasan Masalah
Permasalahan dibatasi pada :
1. Monogliserida oleat campuran yang digunakan diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol menggunakan katalis NaOH. 2. Epoksidasi terhadap monogliserida campuran dilakukan dengan menggunakan
asam performat dan katalis H2SO4
3. Analisis hasil dilakukan dengan menggunakan GC, IR, Bilangan Iodin dan HLB
(p).
4. Penentuan harga HLB dilakukan dengan metode titrasi dengan menentukan harga bilangan asam dan bilangan penyabunan.
5. Penentuan harga bilangan iodin dilakukan dengan metode Wijs.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk menghasilkan senyawa gliseril 9,10-dihidroksi stearat campuran melalui hidrolisis senyawa epoksida dari monogliserida oleat campuran.
2. Untuk mengetahui nilai HLB dari senyawa gliseril 9,10 dihidroksi stearat.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi salah satu pemanfaatan asam oleat bagi industri oleokimia dalam menghasilkan gliseril 9,10-dihidroksi stearat sebagai bahan untuk surfaktan.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik F.MIPA-USU Medan, analisa kandungan gliserida dengan kromatografi gas dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), analisa FT-IR dilakukan di Laboratorium Bea Cukai Belawan dan analisa bilangan iodin dilakukan di salah satu laboratorium kimia Perusahaan Swasta di Medan.
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium, dimana bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan produk-produk dari E’Merck, seperti : asam oleat, NaOH pellet, dietil eter, asam formiat, n-heksan, dan asam sulfat. Gliserol yang digunakan diperoleh dari PT SOCI, pabrik pengolahan minyak nabati. Pada penelitian dilakukan sintesis gliseril 9,10-dihidroksi stearat dari hidolisis epoksida monogliserida oleat campuran. Epoksida monogliserida oleat campuran diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol menggunakan katalis NaOH yang dilanjutkan epoksidasi dengan asam performat dan katalis H2SO4 (p)
pada kondisi refluks 40-45°C selama 2 jam. Hasil yang diperoleh ditentukan harga HLB, bilangan iodin dan selanjutnya konformasi struktur diuji melalui analisa spektroskopi FT-IR.