• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kemandirian Belajar Mahasiswa terhadap Hasil Belajar dengan Pemanfaatan Schoology sebagai Alat Evaluasi: Studi pada Mata Kuliah Administrasi Pendidikan PTIK FTIUKSW T1 F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kemandirian Belajar Mahasiswa terhadap Hasil Belajar dengan Pemanfaatan Schoology sebagai Alat Evaluasi: Studi pada Mata Kuliah Administrasi Pendidikan PTIK FTIUKSW T1 F"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA TERHADAP HASIL BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN SCHOOLOGY SEBAGAI ALAT EVALUASI (STUDI PADA MATA KULIAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN PTIK FTI-UKSW)

ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Disusun oleh: Tuti Zusana Wattimena

702013023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

1. Pendahuluan

Seiring dengan kemajuan tingkat kebudayaan dan peradaban manusia, perkembangan teknologi berkembang dengan cepat dan dimanfaatkan di semua bidang kehidupan termasuk pendidikan [1]. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK ) adalah salah satu teknologi yang mengalami perkembangan pesat dan memiliki potensi yang sangat besar sebagai sarana atau alat untuk mengembangkan keterampilan dalam proses pembelajaran [2]. TIK seharusnya tidak hanya dijadikan objek yang harus dipelajari atau memposisikan pelajar/mahasiswa sebagai orang yang belajar TIK namun apa yang seharusnya terjadi adalah dalam proses pembelajaran harus menggunakan TIK sehingga pelajar/mahasiswa sekaligus belajar TIK di sana (learning with or through ICT) Mac Kinnon (dalam Muderawan, 2011) [3].

Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sangat memudahkan proses belajar disemua jenjang pendidikan bahkan di Perguruan Tinggi, secara khusus bagi mahasiswa dan dosen sebagai pengajar. Proses belajar dengan memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran biasa disebut E-learning. Melalui e-learning pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, tidak terikat ruang dan waktu. Namun pada kenyataannya, walaupun banyak manfaat yang diperoleh dengan menggunakan e-learning tetapi persentase penggunaannya masih rendah, proses belajar mengajar di perguruan tinggi di Indonesia masih didominasi dengan tatap muka [4].

Menurut hasil wawancara dengan mahasiswa kelas administrasi pendidikan PTIK UKSW 2016-2017, tatap muka terus menerus seringkali menyebabkan mahasiswa jenuh dan bosan, cenderung menjadi kurang fokus dan kurang tertarik mendengarkan materi yang disampaikan dosen sehingga terlihat pasif. Hal ini seringkali berlanjut dengan kurang berinisiatif untuk belajar mandiri di luar kelas, karena berpikir materi akan diterima di dalam kelas. Tetapi keadaan ini tidak menstimulasi mereka untuk mengkaji materi melalui pertanyaan atau melalui sumber belajar lain. Jika pengajar tidak berinovasi dalam proses pembelajaran dengan memusatkan pembelajaran pada mahasiswa maka akan sulit untuk mahasiswa memiliki pengetahuan yang lebih luas melalui belajar mandiri. Dengan sulit fokus pada pembelajaran kelas dan minimnya pengetahuan yang didapat lewat belajar mandiri, menyebabkan mahasiwa tidak siap menghadapi evaluasi pembelajaran bahkan cenderung merasa tertekan jika mengikuti evaluasi pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak lagi menjadi sesuatu yang menyenangkan dan bermakna.

Proses pembelajaran dengan E-Learning diharapkan dapat mengurangi persoalan belajar di kelas, sebab konsep pembelajaran E-Learning dapat dilakukan di luar kelas dan diharapkan dapat mendorong dan membantu mahasiswa untuk belajar mandiri.

E-learning menuntut mahasiswa lebih aktif dan kreatif dibanding pembelajaran tradisional

[5]. Sebab mahasiwa adalah manusia dewasa yang dituntut dapat menempatkan diri sebagai pembelajar mandiri sesuai sistem pembelajaran di Perguruan Tinggi menuntut kemandirian mahasiswa untuk aktif mencari sumber belajar dan menentukan strategi pembelajaran di luar kelas [6]. Sehingga mereka memiliki pengetahuan yang mumpuni.

Salah satu bentuk E-Learning adalah schoology. Dalam proses pembelajaran,

Schoology menjadi fasilitas yang digunakan untuk mempublikasikan materi kepada

(8)

lebih aktif pada pembelajaran. Selain sebagai media untuk mempublikasikan materi pembelajaran, schoology dapat dijadikan sebagai media untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran untuk melihat sejauh mana mahasiswa sudah menguasai materi yang disampaikan oleh dosen saat dikelas dan sejauh mana mereka menguasai pengetahuan melalui pembelajaran mandiri di luar kelas. Dengan pemanfaatan schoology sebagai media evaluasi pembelajaran, diharapkan mahasiswa memiliki ketenangan dan kesiapan menghadapi (tes) evaluasi karena selama ini penelitian tentang pemanfaatan schoology masih berkisar hanya pada schoology sebagai media pemberian materi pembelajaran secara online. Penelitian ini mau melihat bagaimana scholoogy dipakai untuk melakukan tes evaluasi secara online atau di luar kelas pembelajaran. Maka dengan memanfaatkan schoology sebagai alat tes bukan dalam kelas, maka diharapkan pelaksanaan ini dan hasilnya akan benar-benar mencerminkan kemandirian belajar mahasiswa mencari sumber belajar dan mengeksplor pengetahuannya yang didapat secara mandiri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dzuliatin (2016), hasil penelitian menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang memiliki self regulated learning yang tinggi dan self regulated learning yang rendah dan juga terdapat terdapat perbedaan hasil belajar dengan berbantuan LMS schoology dan pembelajaran konvensional [7]. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini ialah bagaimana pengaruh kemandirian belajar mahasiswa terhadap hasil belajar dengan pemanfaatan schoology sebagai alat evaluasi dan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar mahasiswa terhadap hasil belajar dengan pemanfaatan

schoology sebagai alat evaluasi.

2. Kajian Pustaka

Penelitian Terdahulu

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fasikhah dan Fatimah (2013), dengan judul Self Regulated Learning (SRL) dalam meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa menyatakan bahwa kelompok yang diberi pelatihan SRL memiliki prestasi akademik lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak diberi pelatihan SRL [8].

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hidayanta (2016), dengan judul penelitian Pengaruh media e-learningschoology terhadap hasil belajar akuntansi dengan anates sebagai Alat Evaluasi (studi di SMK Muhammadiyah 3 Singosari) hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji T pada equal variances assumed yakni 0,194 levih besar dari 0,05 (0,194>0,05). Melalui hasil analisis ini dapat diketahui bahwa hipotesis diterima [9].

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fasikhah dan Fatimah lebih menekan dengan melihat tujuan penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pelatihan

Self Regulated Learning (SRL) terhadap peningkatan prestasi akademik mahasiswa

(9)

Kemandirian Belajar Mahasiswa

Dalam Hidayati dan Listyani (2010), Menurut Robert Ronger (1990: 93) seseorang dikatakan mandiri jika: (1) Dapat bekerja sendiri secara fisik, (2) Dapat berpikir sendiri, (3) Dapat menyusun ekspresi atau gagasan yang dimengerti orang lain, dan (4) Kegiatan yang dilakukan disahkan sendiri secara emosional. Sedangkan menurut Goodman and Smart (1999: 42) menyatakan bahwa kemandirian mencakup tiga aspek yaitu: (1)

Independent (ketidak tergantungan) yang didefinisikan sebagai perilaku yang aktifitasnya diarahkan pada diri sendiri, tidak mengaharapkan pengarahan orang lain, dan bahkan mencoba serta menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa minta bantuan orang lain, (2)

Autonomi (menetapkan hak mengurus sendiri) atau disebut juga kecenderungan

berperilaku bebas dan original, dan (3) Sefl Reliance merupakan perilaku yang didasarkan pada kepercayaan diri sendiri [6].

Definisi lain yang dikutip pada penelitian yang dilakukan oleh Sarlota Singerin (2009), konsep kemandirian belajar (Self Regulated Learning) sebenarnya berakar dari konsep pendidikan orang dewasa. Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang pengertian kemandirian belajar dari para ahli. Ada beberapa variasi pengertian kemandirian belajar yang diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan oleh Hiemstra (1998), menjelaskan bahwa kemandirian belajar adalah belajar yang dilakukan sedikit demi sedikit atau tanpa bantuan dari pihak luar sama sekali. Artinya kemandirian belajar terutama dimotivasi oleh sasaran siswa itu sendiri, dilakukan dibawah pengawasan sekolah, dan diselenggarakan atas prakarsa guru. Menurutnya kemandirian belajar adalah: kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki melalui: 1) penetapan tujuan belajar, 2) memiliki keterampilan belajar, 3) memiliki pendekatan ilmiah dalam belajar, 4) memiliki standar keberhasilan dalam belajar, dan 5) memiliki prakarsa untuk belajar [10].

Karakteristik Mahasiswa yang Memiliki Self-Regulated Learning

Beberapa ahli (dalam Montalvo dan Torres 2004: 3-4 ; Kurniawan 2013) mengemukakan karakteristik Mahasiswa yang memiliki self-regulated learning tinggi, antara lain : (1) Terbiasa dan tahu bagaimana menggunakan strategi kognitif, (2) Mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan mengarahkan proses mental, (3) Menunjukkan seperangkat keyakinan motivasional dan emosi yang adaptif, (4) Mampu merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap penyelesaian tugas, tahu bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, (5) Menunjukkan usaha yang besar, dan (6) Mampu melakukan strategi disiplin [11].

Indikator Kemandirian belajar Mahasiswa

Dalam Hidayati dan Listyani (2010), mengembangkan ada enam indikator kemandirian belajar mahasiswa yaitu: (1) Ketidaktergantungan terhadap orang lain, (2) Memiliki kepercayaan diri atau Self Reliance, (3) Berperilaku disiplin, (4) Memiliki rasa tanggung jawab, (5) Berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri, dan (6) Melakukan kontrol diri [6].

Hasil Belajar

(10)

didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Sudjana (2002) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya [12].

Mahasiswa

Sarlito Wirawan dalam bukunya (1978) menjelaskan mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dalam ikatan dengan pergurun tinggi. Tidak ada seorangpun yang dinamakan mahasiswa kalau tidak terikat pada salah satu perguruan tinggi. Dapat juga dikatakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-25 tahun [13].

a. Cara Belajar Mahasiswa

Di dunia perkuliahan, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mandiri dapat belajar, namun juga kedisiplinan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu. Aktif dalam kelas juga menunjukkan jika anda bukanlah mahasiswa yang pasif, tapi juga menyimak materi yang diberikan oleh dosen. Terkadang dengan aktif didalam kelas, anda dapat mudah “dikenali” dengan dosen. Mengenai pembelajaran di perkuliahan dengan di SMA sangatlah berbeda tidak seperti di SMA ketika anda tidak masuk pelajaran, anda akan dihukum guru dan berdiri ditengah lapangan satu hari, di perkuliahan dosen ada yang tidak peduli. Asalkan bisa mengumpulkan paper tepat waktu dan nilai-nilai pada akhir semester mencapai nilai rata-rata semester. Namun jangan salah, ada juga dosen yang disiplin, yang menginginkan semua paper diserahkan tepat waktu. Jika tidak diserahkan tepat waktu, maka mahasiswa akan kehilangan banyak point, apalagi jika mata kuliah itu memiliki kredit yang besar [14].

Media Pembelajaran Schoology

Menurut Putri (2014), schoology adalah Salah satu LMS berbentuk website yang menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam kelas secara percuma (gratis) dan mudah digunakan seperti media sosial facebook [15]. Dengan adanya media pembelajaran schoology diharapkan mahasiswa dapat mengunduh materi, tugas, video tutorial, game, mengerjakan kuis, berdikusi dengan teman, dan ujian. Schoology bukan hanya sebagai alat dalam penyampaian materi, tetapi schoology juga mempublikasikan evaluasi-evaluasi untuk dikerjakan oleh mahasiswa dengan meliputi beberapa fitur-fitur

seperti home, course, group, resourse.Langkah-langkah membuat akun schoology untuk mahasiswa sebagai berikut:

(11)

Gambar 1 adalah tampilan awal untuk mendaftar untuk siswa, klik

Student. Untuk Dosen klik Instructor.

2. Langkah yang kedua, isikan access code pada kelas dosen. 3. Kalau sudah masuk tampilannya seperti berikut:

 Langkah-langkah membuat akun schoology untuk Dosen sebagai berikut: 1. Mendaftar:

Gambar tampilan awal seperti pada langkah sebelumnya

2. Langkah yang kedua isikan data lengkap untuk proses registrasi.

3. Apabila sudah registrasi anda akan langsung masuk pada tampilan schoology. 4. Grup yang sudah dibuat oleh dosen

Gambar 4 tampilan untuk melihat kelas Courses, Group, Resources.

- Langkah-langkah mahasiswa mengerjakan tes di schoology 1. Login

(12)

Gambar 3 adalah tampilan untuk masuk ke kelas tes yaitu Courses.

3. Pilih TTS Administrasi :

Apabila sudah klik Courses anda bisa langsung klik TTS Administrasi. 4. Apabila sudah selesai mengerjakan silahkan klik Post

Gambar 4 adalah tampilan akhir untuk mengerjakan tes setelah itu di klik post untuk memposting tugas yang sudah dikerjakan.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Media pembelajaran shoology

(13)

Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari (1) : Angket. Angket digunakan untuk mengambil data kemandirian belajar mahasiswa terhadap media pembelajaran yang digunakannya, (2) Tes. Tes digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar kemandirian belajar mahasiswa. (3) Wawancara. Wawancara digunakan untuk mengambil data tentang kemandirian belajar mahasiswa.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah: (1) Analisis data hasil belajar diperoleh melalui presentase ketuntasan dari hasil tes. Presentase ketuntasan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= ℎ ℎ ℎ ℎ x 1 00%

(sumber: Trianto 2009:241, diperbaharui dalam Muhsinah Annisa, 2016) [16].

(2) Teknik analisis kuantitatif untuk menganalisis data kemandirian belajar mahasiswa. Kemudian data-data yang diperoleh dari angket dan hasil belajar akan dihitung dalam bentuk presentase dengan menggunakan rumus:

 Skala Tinggi.

ST = Jumlah Soal X Nilai Jawaban Tertinggi = 19 X 5

= 95

 Skala Rendah.

SR = Jumlah Soal X Nilai Jawaban Terendah = 19 X 1

= 19

 Skala Sedang.

SR = Skala Tertinggi - Skala Rendah = 95 - 19

= 76

 Range.

R = Skala Sedang : Nilai Jawaban Tertinggi = 76 : 5

= 15,2 = 15.

Kemandirian Belajar Mahasiswa Berikut adalah skala kemandirian belajar:

Tabel.3.Skala Kemandirian belajar terhadap hasil belajar. No Skala Keterangan

(14)

- Kaidah pengujian hipotesa untuk melihat pengaruh/hubungan self regulated learning dan hasil belajar:

Untuk melakukan pengujian menggunakan rumus menurut (Siregar, 2012 Hal-389) [17]: Jika, -ttabelthitung, maka Ho diterima.

Jika thitungthitung, maka Ho ditolak.

Untuk menguji Signifikan atau tidak dengan rumus sebagai berikut: Mengitung nilai thitung :

a. thitung = √ ( ) = , ( ,)

= , √

( , )

= ,,

= 218 b. ttabel = t(α/2)(n-2)

= t(0,05/2)(40-2) = t(0,025)(38) = 0,95

Membandingkan ttabel dan thitung adalah untuk mengetahui, apakah Ho tidak ada pengaruh atau ada pengaruh berdasarkan kaidah pengujian. Ternyata thitung = 218 > ttabel = 0,95 maka Ho tidak ada pengaruh. Mengambil keputusan: karena thitung lebih besar ttabel maka Ho tidak ada pengaruh, sehingga H1 ada pengaruh.

Sesuai dengan karakteristik jenis respon, maka format alat ukur yang dikembangan oleh Hidayanti dan Listyani, yang dipakai pada penelitian ini untuk menyajikan butir-butir instrument adalah format pilihan terbatas. Untuk tiap butir-butir memiliki 5 pilihan jawaban yakni Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penskoran pada pernyataan positif dilakukan dengan memberikan skor 5 untuk SS, 4 untuk S, 3 untuk KS, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS. Sedangkan untuk pernyataan negatif, penskoran dilakukan dengan memberikan skor 5 untuk STS, 4 untuk TS, 3 untuk KS, 2 untuk S, dan 1 untuk SS. Berikut ini adalah tabel dari kisi-kisi instrument kemandirian belajar mahasiswa: Tabel 1.Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Belajar Mahasiswa.

(15)

6. Melakukan control diri. 9(+), 15(-), 19(+) (Sumber: dalam Hidayati & Listyani, 2010) [6].

Berikut adalah tabel pedoman wawancara kemandirian belajar mahasiswa: Tabel.2.Pedomanwawancara kemandirian belajar mahasiswa.

No Aspek Indikator No Item Wawancara

1. Kemandirian 1. Memiliki strategi untuk mencapai tujuan belajar. Belajar 2. Memiliki perencanaan, mengontrol, dan mengarahkan Mahasiswa Proses mental untuk mencapai tujuan personal.

2. Memiliki keyakinan dan emosi yang positif.

3. Mampu merencanakan, mengontrol waktu dan memiliki usaha dalam penyelesaian tugas

4. Memiliki usaha yang besar.

5. Memiliki strategi yang disiplin, usaha, dan motivasi.

4. Hasil

Proses Pelaksanaan Evaluasi Lewat Akun Schoology:

 Pertemuan pertama pada tanggal 14 Juni 2017:

- Mahasiswa masuk kelas bersama untuk membuat akun schoology.

 Pada tanggal 21 Juni 217:

- Pemberian tes lewat schoology dan mahasiswa mengerjakan bukan dalam kelas tetapi diluar/dirumah.

- Mahasiswa diberi limit waktu menjawab tes dari jam 8 pagi sampai 8 malam. - Terdapat kendala dalam mengakses yaitu sistem pada internet (koneksi

(16)

Hasil Kuesioner Kemandirian Belajar Mahasiswa

Gambar.1.Grafik Kemandirian Belajar Mahasiswa

Dengan melihat grafik diatas, maka dapat dijelaskan bahwa batang diagram berwarna biru menunjukan mahasiswa dikatakan Sangat Mandiri dengan memperoleh skala antara 80-95 yaitu 8 mahasiswa, pada gambar diagram batang berwarna merah menunjukan mahasiswa Sedang dengan memperoleh skala 65-79 yaitu 26 mahasiswa. Sedangkan, diagram batang berwarna hijau menunjukan mahasiswa dikatakan Sedang dengan memperoleh kisaran skala yaitu 50-64 dengan jumlah mahasiswa yaitu 2 orang mahasiswa.

Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa tentang bagaimana self regulated learning pada mahasiswa tersebut. Dengan melihat beberapa poin karakteristik self regulated learning yang dijabarkan dalam bentuk beberapa indikator kemudian dibuat dalam bentuk beberapa pertanyaan wawancara. Indikator wawancara kemandirian belajar mahasiswa sebagai berikut:

1. Memiliki strategi untuk mencapai tujuan belajar:

Seorang mahasiswa mengatakan Ya. Sedangkan sebagian yang berjumlah 7 mahasiswa mengatakan Tidak.

2. Memiliki perencanaan, mengontrol, dan mengarahkan proses mental untuk mencapai tujuan personal:

(17)

3. Memiliki keyakinan dan emosi yang positif:

Dalam hal keyakinan diri yang tinggi sebagian yang berjumlah 7 mahasiswa mengatakan tergantung dari hasil belajar yang didapatkan. Sebagian mahasiswa mengatakan Ya. Seorang mahasiswa berpendapat tidak memiliki keyakinan diri dan tidak memiliki rasa percaya diri. Dalam hal memiliki tujuan belajar, 7 orang mahasiswa mengatakan Ya, seorang mahasiswa mengatakan Tidak. Rasa emosi yang positif: Sebagian yang berjumlah 5 mahasiswa mengatakan Ada. 2 mahasiswa berpendapat bahwa tidak ada. Tetapi lain hal dengan mahasiswa yang lainnya, ia mengatakan bahwa lebih suka mengerjakan tugas sendiri dan ia bisa merasa puas dan senang terhadap hasil tersebut.

Dalam hal memiliki kemampuan untuk mengontrol diri, seorang mahasiswa mengatakan dengan cara untuk menahan diri. Seorang mahasiswa mengatakan bahwa dengan cara tidak menyia-nyiakan waktu. Dalam hal menyesuaikan diri 2 mahasiswa mengatakan pergunakan waktu dengan sebaik mungkin. 2 mahasiswa lain mengatakan tetap fokus dan dengan mengamankan diri. Situasi secara khusus yang sudah direncanakan: 7 dari 8 mahasiswa mengatakan mahasiswa mengatakan harus tenang dan tanpa kebisingan. Seorang mahasiswa mengatakan, ia tidak memiliki situasi khusus.

4. Mampu merencanakan, mengontrol waktu dan memiliki usaha dalam penyelesaian tugas (Untuk Pertanyaan 4 & 5):

Usaha yang dilakukan ialah tetap fokus pada pengajar dan selalu semangat belajar.Tetap berusaha giat belajar agar mendapatkan hasil belajar yang baik.

5. Memiliki strategi yang disiplin, usaha, dan motivasi:

Sebagian yang berjumlah 5 mahasiswa mengatakan rasa antusias 70%, kedisiplinan 30%. Seorang mahasiswa mengatakan 80% rasa antusias dan 20% kedisiplinan. Sedangkan seorang mahasiswa mengatakan semuanya biasa saja dan tidak ada rasa antusias dalam belajar. Sebagian yang berjumlah 3 mahasiswa menjawab: yang menjadi motivasi ialah kedua orang tuanya yang selalu bekerja keras untuk membiayai perkuliahan mereka. Sedangkan 5 mahasiswa lain mengatakan ingin cepat lulus.

Hasil Tes

Berikut adalah tabel hasil tes mahasiswa dengan menggunakan schoology: Tabel.4.Hasil tes dengan menggunakan schoology.

Nilai Minimal Nilai Maksimal Nilai Huruf

(18)

Hasil tes mahasiswa yang mendapat nilai (A) antara nilai 80 – 100 adalah 27 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 70 – 74,9 (B) yaitu 3 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 65 – 69,9 (BC) yaitu 2 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 60 – 64,9 (C) yaitu 1 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 50 – 54,9 (D) yaitu 1 orang. KKM pada penilaian hasil tes yaitu nilai C, dan yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 3 orang dengan nilai 51, 25, 39. Dan yang tidak mengerjakan yaitu 3 orang. Presentase ketuntasan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dari tabel correlations menunjukan bahwa hubungan (korelasi) antara kemandirian belajar dengan hasil belajar signifikan yaitu 0,006 dengan pearson correlation 1. Arti siginifikan yaitu adanya hubungan antara variable X dan Y searah. Maksud searah disini, kemandirian belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa.

5. Diskusi

(19)

keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar mahasiswa. Oleh karena itu, sekolah dalam hal ini universitas dapat dikatakan sebagai lingkungan belajar. Kondisi lingkungan yang baik akan mempengaruhi semangat belajar dan mengakibatkan hasil pencapaian belajar maksimal. Sebaliknya, lingkungan yang kurang kondusif akan membuat mahasiswa tidak nyaman dalam proses kegiatan belajar mengajar. Faktor lingkungan tidak saja darisegilingkungan non sosial (fisik) tetapi juga lingkungan sosial. Faktor fisik meliputi tempat belajar, alat belajar, suasana belajar dan sumber belajar. Sedangkan faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, guru, dan karyawan, pergaulan teman sebaya, pergaulan di luar kampus, dan lain sebagainya. Keadaan lingkungan belajar ini terjadi di dalam keluarga, kampus, masyarakat dan sebagainya [19].

Hasil tes mahasiswa yang mendapat nilai (A) antara nilai 80 – 100 adalah 27 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 70 – 74,9 (B) yaitu 3 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 65 – 69,9 (BC) yaitu 2 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 60 – 64,9 (C) yaitu 1 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 50 – 54,9 (D) yaitu 1 orang. KKM pada penilaian hasil tes yaitu nilai C, dan yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 3 orang dengan nilai 51, 25, 39.

Pada pelaksanaan tes menggunakan schoology banyak mahasiswa bisa menjawab dengan baik dikarenakan sebelum tes mereka belajar mengulangi materi yang dijelaskan oleh dosen saat di kelas dan tingkat kesukaran soal yang sedang sehingga mempermudah mahasiswa bisa menjawab. Peneliti memberi soal berupa essay dengan sistem poin pada masing-masing soal yaitu bernilai 10 poin.

Secara umum, peningkatan hasil belajar berdasarkan hasil tes yang diperoleh dapat disimpulkan berhasil karena hal ini menandakan bahwa lingkungan belajar yang termasuk dalam factor eksternal merupakan salah satu faktor pendukung prestasi belajar mahasiswa. Lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar akan memudahkan mahasiswa dalam menyerap ilmu, begitu juga sebaliknya. Lingkungan belajar yang tidak kondusif menyebabkan mahasiswa tidak dapat berkonsentrasi untuk belajar dan cenderung membuat prestasi belajar mahasiswa menurun (Ariwibowo, 2012) [19].

(20)

tinggi dengan hasil belajarnya sendiri. Tetapi belum tentu mahasiswa C dikatakan mandiri karena tidak semua aspek dalam karakteristik mahasiswa self regulated learning terpenuhi yang telah dipaparkan sebelumnya oleh beberapa ahli (Dalam Montalvo & Torres, 2013) [11]. Belum tentu juga ia dikatakan mahasiswa yang mandiri karena angka kedisiplinan sangat masih. Belum tentu juga ia dikatakan mandiri karena hasil tesnya masih kriteria ketuntasan yang sudah dipaparkan dalam bentuk tabel pada buku peraturan akademik UKSW. Mahasiswa yang dikatakan mandiri ketika ia dapat mengatur waktu dengan strategi kedisiplinan dan target yang sudah direncanakan sehingga hasilnya baik sesuai harapan.

Kemandirian belajar sangat perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa karena dapat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa seperti penelitian yang dilakukan oleh Fasikhah dan Fatimah (2013), dengan judul Self Regulated Learning (SRL) dalam meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa dengan melihat hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok yang diberi pelatihan SRL memiliki prestasi akademik lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak diberi pelatihan SRL [8].

Membandingkan ttabel dan thitung adalah untuk mengetahui, apakah Ho tidak ada pengaruh atau ada pengaruh berdasarkan kaidah pengujian. Ternyata thitung = 218 > ttabel = 0,95 maka Ho tidak ada pengaruh. Mengambil keputusan: karena thitung lebih besar ttabel maka Ho tidak ada pengaruh, sehingga H1 ada pengaruh. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan.

Dengan adanya schoology sebagai alat tes evaluasi dapat mempengaruhi hasil belajar terhadap kemandirian belajar mahasiswa, karena dengan menggunakan schoology mahasiswa bisa belajar mandiri seperti penelitian yang dilakukan oleh Hidayanta (2016), hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji T pada equal variances assumed yakni 0,194 levih besar dari 0,05 (0,194>0,05). Melalui hasil analisis ini dapat diketahui bahwa hipotesis diterima [9]. Seperti penelitian yang dilakukan juga oleh Dzuliatin (2016), hasil penelitian menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang memiliki self regulated learning yang tinggi dan self regulated learning yang rendah dan juga terdapat terdapat perbedaan hasil belajar dengan berbantuan LMS schoology dan pembelajaran konvensional [7].

6. Kesimpulan & Saran

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar dengan melihat hasil perhitungan yang menyatakan Tidak Mandiri berjumlah 2 orang, Mandiri 26 orang, sedangkan Sangat Mandiri berjumlah 8 orang. Sedangkan hasil tes mahasiswa yang mendapat nilai (A) antara nilai 80 – 100 adalah 27 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 70 – 74,9 (B) yaitu 3 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 65 – 69,9 (BC) yaitu 2 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 60 – 64,9 (C) yaitu 1 orang, mahasiswa yang mendapat nilai antara 50 – 54,9 (D) yaitu 1 orang.

(21)

hasil belajar yang dimiliki mahasiswa. Karena pada penelitian ini sebagian mahasiswa yang diwawancarai terdapat banyak kekurangan terutama pada kemandirian belajar dan yang masih rendah ialah angka kedisiplinan sehingga mempengaruhi kemandirian belajar mahasiswa dan hasil belajar mahasiswa.

7. Daftar Pustaka

[1] Lies Sudibyo. 2011. Peranan dan dampak Teknologi Informasi dalam Dunia

Pendidikan di Indonesia. Diakses dari:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268282&val=7107&title=Peranan %20dan%20Dampak%20Teknologi%20Informasi%20%20dalam%20Dunia%20Pendid ikan%20di%20Indonesia. Jurnal No.2 / Volume 20 / 2011. Diakses pada tanggal 8 Juni 2017.

[2] I M. Suarsana, G.A. Mahayukti, 2013, Pengembangan E-Modul Berorientasi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa,

Vol.2 No.2, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia. Diakses pada: 8 Juni 2017.

[3] Muderawan I.W, 2011, Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan

Aplikasinya dalam Pembelajaran, makalah disajikan dalam Seminar Nasional

Optimalisasi Pemanfaatan Aplikasi TI dalam Dunia Pendidikan, Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Singaraja. Diakses pada tanggal: 8 Juni 2017.

[4] Gozali, F. dan Billion Lo, 2011, Pemanfaatan Teknologi Open Source dalam Pengembangan Proses Belajara Jarak Jauh di Perguruan Tinggi, Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Optimalisasi. Pemanfaatan Aplikasi TI dalam Dunia Pendidikan. Jurusan Pendidikan Teknik Informatika. Singaraja.

[5] Ria Sudiana, dkk. 2017. Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Pembelajaran

Berbasis Virtual Class. Diakses dari:

http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPM/article/view/1292. Pada tanggal 27 Agustus 2017.

[6] Kana Hidayati dan Endang Listyani. 2010. Pengembangan Instrumen Kemandirian

Belajar Mahasiswa. Diakses

dari:https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/viewFile/1977/1625. Pada tanggal 8 Juni 2017.

[7] Devi Dzuliatin. 2016. Pengaruh Blended Learning Berbantuan LMS Schoology dan

Self Regulated Learning Terhadap Hasil Belajar. Diakses dari:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/akutansi/article/view/52146. Pada tanggal 25 Agustus 2017.

[8] Siti Suminarti Fasikhah dan Siti Fatimah. 2013. Self Regulated Learning (SRL) dalam

Meningkatkan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa.Diakses dari:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1364. Pada tanggal 17 Agustus 2017.

[9] Sicilia Paramadita Putri Hidayanta. 2016. Pengaruh media e-learning schoology

terhadap hasil belajar akuntansi dengan anates sebagai Alat Evaluasi (studi di SMK

Muhammadiyah 3 Singosari). Diakses dari:

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/akutansi/article/view/49775. Pada tanggal 17 Agustus 2017. [10] Sarlota Singerin. 2009. Hubungan Antara Gaya Kognitif dan Kemandirian Belajar

(22)

[11] Rizki Kurniawan. 2013. Hubungan Antara Self-Regulated Learning dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang.Skripsi. Diakses dari: http://lib.unnes.ac.id/18396/1/1511409067.pdf. Pada tanggal 15 Juni 2017.

[12] Dr.Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian hasil belajar peserta didik

berdasarkan Kurikulum 2013). PT RAJAGRAFINFO PERSADA-Jakarta.

[13] Bintang Mayudia. 2011. Pengaruh Self Regulated Learning dan Koping Kultural Terhadap Stress dalam Menghadapi Tugas Perkuliahan Pada Mahasiswa Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses dari:

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5111/1/BINTANG%20MAY UDIA-FPS.PDF. Pada tanggal 25 Agustus 2017.

[14] Rahmalia Indarwangi. 2011. Cara Belajar di Perguruan Tinggi. Diakses dari:

http://www.kompasiana.com/www.rahmaliadewi.com/cara-belajar-di-perguruan-tinggi_5500b2748133111918fa7be1. Pada tanggal 9 Juni 2017.

[15] Ni Wayan Mei Ananda Putri. 2014. Pengembangan E-Learning Berbasis Schoology

Pada Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Seririt. Diakses dari:

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJTP/article/view/3796. Pada tanggal 22 Juni 2017.

[16] Muhsina Annisa. 2016. Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Mahasiswa PGSD Melalui

pembelajaran Berbantuan Internet (E-LEARNING). Universitas Borneo Tarakan:

Jurnal Lensa, Volume 6 Jilid II.

[17] Syofian Siregar. 2012. Statistik Parametrikuntuk Penelitian Kuantitatif.

[18] Buku Peraturan Penyelenggaraan Kegiatan Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hal-30. 2012.

[19] Ariwibowo. 2012. Pengaruh Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa PPKn Angkatan 2008/2009 Universitas Ahmad Dahlan Semester Ganjil

Tahun Akademik 2010/2011. Diakses dari:

(23)

Gambar

Gambar tampilan awal seperti pada langkah sebelumnya
tabel   (α/2)(n-2)   =  t(0,05/2)(40-2)    = t

Referensi

Dokumen terkait

Metode forward chaining (data driven atau penalaran maju) adalah suatu metode dari mesin inferensi untuk memulai penalaran suatu data dari fakta-fakta yang ada

perkembangan yang baru harus dilakukan evaluasi yang valid agar dapat mengarahkan generasi muda kearah yang benar Karena tujuan pendidikan dapat dicapai hanya

Huffman Edna K., Health Information Management, Tenth Edition AHIMA, (Berwyn, Illionis: Physician Record Company , 1994) 2.. Shauw Patricia

The result of the research showed that there was positive influence of using imaginative description game towards students’ vocabulary mastery at the second

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah pengenalan wajah dengan menggunakan metode ekstraksi ciri PCA

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengguna Shopee menilai kemanfaatan ( perceived usefulness) aplikasi e-commerce memberikan banyak kemudahan dalam bertransaksi

 Lalu buatlah objek baru seperti berikut dengan cara menggunakan cara yang sama, selanjutnya seleksi keseluruhan objek tetes air dan di grupkan.  Buatlah ellipse

Apabila Anda ingin mengganti karena jawaban Anda Tidak Sesuai dengan pernyataan, berilah tanda garis (=) pada jawaban yang salah, kemudian berilah tanda silang pada kolom yang