• Tidak ada hasil yang ditemukan

Refleksi Fonem Vokal dan Konsonan Proto Austronesia Dalam Bahasa Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Refleksi Fonem Vokal dan Konsonan Proto Austronesia Dalam Bahasa Simalungun"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa sangat terikat dengan budaya penuturnya. Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena bahasa merupakan media yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya.Bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.

Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan itu terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Bahasa-bahasa yang ada sekarang ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami perjalanan sejarah yang panjang dari bahasa Proto (asalnya).

Bahasa Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Simalungun yang bertempat tinggal sebagai penduduk asli kabupaten Simalungun. Bahasa Simalungun berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari yang menunjukkan lambang identitas daerah Simalungun. Bahasa Simalungun merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia yang erat dengan bahasa Sansekerta, dan mempengaruhi bahasa-bahasa daerah yang lain di Indonesia. Masyarakat Simalungun paling banyak mendominasi daerah Pematang Siantar dan Pematang Raya sebagai ibu kota kabupaten Simalungun.

Kabupaten Simalungun terletak antara02° 36’ - 03° 18’ Lintang Utara dan 98° 32’ - 99°35’ Bujur Timur. Luas wilayah kabupaten Simalungun adalah 4.386,60 Km² atau 6,12 % dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara.Posisi kabupaten Simalungun berada diantara empat kabupaten yaitu disebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Serdang Bedagai, sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Karo, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, dan sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Asahan dan Batubara.Ibu kota kabupaten Simalungun terletak di Pematang Raya. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 populasi penduduk kabupaten Simalungun berjumlah 818.104 jiwa, terdiri atas 407.771 laki-laki dan 410.333 perempuan, dengan kepadatan penduduk

(2)

2

186jiwa/km². Secara administratif kabupaten Simalungun mempunyai motto “Habonaron do Bona” (Kebenaran adalah Pangkal), yang memiliki 31 kecamatan dan terdiri dari 22 kelurahan dan 345 desa. Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah kecamatan Raya dengan luas 335,60 km², sedangkan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah kecamatan Haranggaol Horisan, yaitu seluas 34,50km². Suku di Simalungun masih didominasi oleh Suku Batak Simalungun, dan suku-suku pendatang seperti suku Jawa dan suku Melayu. Penduduk Simalungun menganut agama yang berbeda-beda. Menurut BPS agama yang dianut oleh masyarakat Simalungun adalah Islam sebesar 57,41 %, Kristen sebesar 42,14 %, dan lainnya 0,45 %. Jumlah mesjid sebanyak 808 buah, gereja protestan 941 buah, dan gereja katolik 171 buah. Potensi ekonomi kabupaten Simalungun sebagian besar terletak pada produksi pertanian dan perkebunan.

Bahasa Proto-Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang digunakan oleh penutur Austronesia yang telah mendiami Kepulauan Asia Tenggara sekitar 5000 tahun yang lalu. Mereka diduga berasal dari Taiwan, setelah bermigrasi dari Cina Selatan lebih kurang 8000 tahun yang lalu. Dari Taiwan penutur Proto-Austronesia menyebar ke Filipina dan selanjutnya Indonesia bagian Barat melalui Kalimantan, Sumatra, Jawa, Semenanjung Melayu, Vietnam, dan Kamboja (West Malayo Polynesia)(Keraf, 1984: 184-201).

Bahasa Proto-Austronesia merupakan bahasa asal dari bahasa-bahasa di Indonesia dan bahasa-bahasa yang tersebar luas di wilayah kepulauan di Asia Tenggara.Bahasa Proto-Austronesia sebagai bahasa asal (induk) mengalami perubahan dalam bahasa turunannya. Bahasa Proto-Austronesia selanjutnya ditulis PAN.

Lingusitik Historis Komparatif adalah suatu cabang dari ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Linguistik Historis Komparatif mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data dari dua periode atau lebih itu dibandingkan secara cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu (Keraf, 1984: 22).

Penelitian bahasa Austronesia telah banyak dikaji dengan menggunakan metode perbandingan dan kesepadanan bahasa. Melalui metode tersebut dapat ditemukan kata-kata yang seasal atau kata-kata yang mirip dalam bunyi dan makna yang berasal dari kata yang sama dari bahasa Proto-Austronesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya pewarisan bahasa ke dalam bahasa turunannya, baik pewarisan secara linier (retensi) maupun secara

(3)

3

perubahan (inovasi). Bahasa Simalungun memiliki kekerabatan yang erat dengan bahasa Austronesia karena banyak ditemukan kemiripan-kemiripan atau persamaan-persamaan yang menunjukkan bahwa bahasa itu berkerabat. Misalnya, kata *abu dalam PAN diturunkan ke dalam bahasa turunannya yaitu BS adalah abu, sehingga dari kata tersebut merupakan pewarisan secara linier (retensi) yang tidak terjadi perubahan apapun.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bahasa daerah dan memilih judul “Refleksi Fonem Vokal dan Konsonan dalam Bahasa Simalungun” karena peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat kemiripan dan kesamaan PAN dalam BS, dan ingin mengetahui bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada PAN dalam BS. Selain itu pemilihan bahasa daerah dalam penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa dan budaya daerah yang mempunyai fungsi dan kedudukan yang tinggi dalam masyarakat dan merupakan langkah wajib untuk dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah refleksi fonem vokal PAN dalam BS?

2. Bagaimanakah refleksi fonem konsonan PAN dalam BS?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian tidak meluas kepada hal-hal yang tidak direncanakan maka batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah refleksi fonem yang dideskripsikan dalam BS hanya pada fonem vokal dan konsonan. Penelitian ini tidak sampai pada perubahan kata (leksikon).

1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan refleksi fonem vokal PAN dalam BS.

2. Untuk mendeskripsikan refleksi fonem konsonan PAN dalam BS.

(4)

4 1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang refleksi fonem vokal dan konsonan

Proto Austronesia dalam bahasa Simalungun.

2. Menjadi sumber masukan atau referensi bagi peneliti lain yang ingin membicarakan

tentang refleksi fonem vokal dan konsonan Proto Austronesia dalam bahasa Simalungun.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai upaya pelestarian bahasa Simalungun dan menambah minat untuk

mempelajari bahasa daerah khususnya bahasa Simalungun.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Simalungun atau lainnya mengenai refleksi

fonem Proto Austronesia dalam bahasa Simalungun.

Referensi

Dokumen terkait

Jika tidak terdapat data curah hujan yang cukup di dalam daerah yang akan direncanakan, maka harus dikumpulkan data dari tiga atau lebih tempat- tempat pengukuran

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali)

Meanwhile, the terms of the authority on who is entitled to conduct surveillance, then how to control the value of education based on "culture pomae-maeka" at SMAN 2

Pada hakikatnya Syafi‘i tidak membuat sesuatu yang sama sekali baru, tetapi hanya merumuskan hasil persepsinya terhadap prak- tik yang sudah pernah dilakukan oleh para

[r]

Menurut ulama Hanafiyah hadis terse- but dijadikan pelarangan ijbar (pemaksaan) bagi ayah maupun wali terhadap anak perem- puan atau janda yang sudah dewasa, karena

Supervision and assessment conducted by the principle of free and fair is a learning management for school personnel and school institutions, as well as the hidden curriculum

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 40 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu pada Badan Koordinasi