LAMPIRAN 1
200 KOSA KATA DAFTAR SWADESH
86. */s/awa/h/ semah istri
114. *lawa(lawa) laba(laba) laba-laba
174. *tazǝm tajǝm tajam
175. *takut wǝdi takut
176. *tali tali tali
177. *tanǝm tanǝm tanam
178. *lǝpaq lǝmah tanah
179. *taŋan taŋan tangan
180. *taŋis taŋis tangis
181. *gǝlih guyu tawa
182. *tǝbǝl tǝbǝl tebal
183. *kupiŋ kupiŋ telinga
184. *‘ad’ak ǝndok telur
185. *sǝŋza(t)a senjata tembak
186. *laɣuR mabor terbang
187. *korǝ ora tidak
188. *maturu turu tidur
189. *tǝlu tǝlu tiga
190. *tikam tikǝm tikam
191. *tikus tikus tikus
192. *tipis tipis tipis
193. *ǝmbus ǝmbus tiup
194. *tuha tuo tua
195. *tulaŋ baluŋ tulang
196. *tuŋbul tukol tumbuh
197. *butǝk bujǝl tumpul
198. *huwap umop uap
199. *ular ulo ular
Lampiran 2
DATA INFORMAN
Nama : Marjali Umur : 61
Pekerjaan : Tukang Alamat : Balimbingan
Nama : Painem
Umur : 49
Pekerjaan : Berjualan Alamat : Balimbingan
Nama : Tuminem
Umur : 44
Pekerjaan : Berjualan
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, I Komang. 2011. ʽʽKorespondensi Fonem Proto -Austronesia dalam Bahasa Kaili dan Bahasa Uma di Sulawesi Tengah”. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Azhar, Iqbal Nurul. 2010. ʽʽJejak Protobahasa Austronesia pada Bahasa Madura”. Jurnal Penelitian Bahasa: METALINGUA, Vol.8, No.1, Pusat Bahasa Bandung. ISSN 1693-685X.
Blust, R. 1978. The Proto Oceanic palatals. Memoir 43. The Polynesian Society Wellington.
Blust, R. and S. Trussel. 2010. Austronesian Comparative Dictionary. Available online at
Crowley, Terry. 1992. An Introduction To Historical Linguistics. Oxford University Press Melbourne Oxford New York.
Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utara.
Kudadiri, Amhar. 2011. Fonologi. Diktat. Medan: Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia USU.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Perdasa.
Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Parera, Jos Daniel. 1987. Studi Linguistik Umum dan Historis Bandingan. Jakarta: Erlangga.
Retnoningsih, Ana dan Suharso. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.
Sari, Dewi Kumala. 2011. ʽʽRefleksi Fonem Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Aceh dan Bahasa Melayu Dialek Langkat”. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana USU.
Simanjorang, Sri Ulina. 2004. ʽʽRefleksi Fonem dan Leksikon Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Karo”. Skripsi. Medan: Fakultas Sastra USU. Siregar, Erliana. 2010. ʽʽBeberapa Perubahan Bunyi Vokal Proto Austronesia
dalam Bahasa Mandailing dan Toba”. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana USU.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Syamsudin, Machrus dan Abd. Syukur Ibrahim. 1982. Prinsip dan Metode Linguistik Historis. Surabaya: Usaha Nasional.
Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.
Wilson, B. dan S. A. Wurm. 1967. English Finderlist Of Reconstructions In Austronesian Languages (Post-Brandstetter). The Australian National University.
http:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian
Lokasi adalah letak (KBBI, 2011:297). Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Peneliti memilih penelitian di desa ini karena merupakan tempat tinggal peneliti yang
mayoritas penduduknya bersuku Jawa. Letak desa Balimbingan dapat dilihat pada peta di bawah ini:
Tabel V Peta Kabupaten Simalungun
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu adalah seluruh rentetan saat yang telah lampau, sekarang, dan yang akan datang (KBBI, 2011:634). Penelitian ini direncanakan dilaksanakan dalam
waktu satu bulan setelah proposal disetujui, yaitu pada Mei 2015. Sebagai data awal peneliti sudah melakukan observasi terlebih dahulu terhadap informan suku Jawa.
3.2. Sumber Data
Menurut KBBI (2011:503), sumber adalah asal, sedangkan data adalah keterangan atau bahan-bahan (2011:118). Jadi, sumber data adalah asal
keterangan atau bahan-bahan yang berhubungan dengan judul penelitian, yang dapat digunakan sebagai dasar kajian.
Sumber data penelitian ini adalah data lisan. Data lisan adalah data yang
diperoleh dari tiga informan yang digunakan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini. Informan tersebut merupakan penutur asli bahasa Jawa yang berada
di Desa Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 kosa kata daftar Swadesh. Alasan peneliti memilih 200 kosa kata daftar Swadesh karena kata-kata yang terdapat di
dalam 200 kosa kata daftar Swadesh merupakan kata-kata yang bersifat universal. Kata-kata itu sudah umum digunakan dalam komunikasi sehari-hari dan mudah
tertarik dengan 200 kosa kata tersebut yang menggunakan kata-kata umum dan
mudah dimengerti.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui penelitian lapangan (data lisan) dan penelaahan pustaka (data tulis). Pengumpulan data di lapangan menggunakan tiga informan yang dilakukan dengan metode cakap dengan teknik pancing dan teknik
cakap semuka, yang dilanjutkan dengan teknik rekam dan catat (Sudaryanto, 1993:137). Metode cakap dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian dan
dilanjutkan dengan percakapan antara peneliti dengan penutur selaku narasumber yang dipancing dengan pertanyaan dari 200 kosa kata daftar Swadesh tersebut. Teknik dasar yang digunakan dalam percakapan ini adalah teknik pancing, yaitu
dengan segenap kecerdikan dan kemauan, si peneliti berusaha memancing penutur untuk mau berkomunikasi. Selain teknik di atas, digunakan juga teknik cakap
semuka dengan percakapan langsung, tatap muka, atau bersemuka yang sifatnya lisan. Teknik rekam dan teknik catat digunakan untuk merekam dan mencatat semua data yang diucapkan oleh informan. Hal ini dilakukan agar peneliti
mendapatkan data yang lebih akurat dan dapat mengamati data-data yang nantinya akan dianalisis.
Menurut Mahsun (1995:106), adapun syarat-syarat menjadi seorang informan dalam sebuah penelitian antara lain:
3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa
tersebut serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.
4. Berstatus sosial menengah dengan harapan tidak terlalu tinggi
mobilitasnya.
5. Pekerjaannya bertani atau berburu.
6. Dapat berbahasa Indonesia dan memiliki kemampuan dalam
menggunakan bahasa daerahnya. 7. Sehat jasmani dan rohani.
8. Berpendidikan (minimal tamat SD dan sederajat).
Penelaahan pustaka dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan judul penelitian ini dan mengambil daftar pertanyaan 200 kosa kata dari
daftar Swadesh. Metode yang digunakan dalam penelaahan pustaka ini adalah metode simak yang dikembangkan dengan teknik sadap (Sudaryanto, 1993:133). Teknik sadap ini dilakukan dengan cara meninjau dan mempelajari secara
langsung daftar kata-kata yang diperoleh dari 200 kosa kata daftar Swadesh. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah teknik catat. Peneliti
3.3.2. Metode dan Teknik Analisis Data
Prosedur dalam analisis data ini antara lain:
1) Mengumpulkan 200 kosa kata daftar Swadesh dan menerjemahkan ke dalam
bahasa Jawa.
2) Mendeskripsikan dan menganalisis perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa
Proto Austronesia dalam bahasa Jawa.
3) Mendeskripsikan dan menganalisis pewarisan linear dan inovasi fonem vokal
dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa.
Berikut contoh deskripsi dan analisis perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa sebagai penyelesaian masalah pertama.
1) Perubahan bunyi sinkop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih di tengah kata.
Tabel VI Perubahan Bunyi Sinkop
No. Bahasa Proto Austronesia PAN) Bahasa Jawa (BJ) Glos
1. *ambu abu debu
Kata */ambu/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /abu/ dalam BJ ‘debu’. Konsonan nasal, bilabial */m/ lesap pada posisi tengah dalam BJ.
2) Perubahan bunyi apokop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata.
Tabel VII Perubahan Bunyi apokop
No. Bahasa Proto Austronesia (PAN) Bahasa Jawa (BJ) Glos
Kata */ular/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /ulo/ dalam BJ
‘ular’. Konsonan getar, alveolar */r/ hilang pada posisi akhir kata dan mengalami perubahan bunyi vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat → vokal /o/ madya,
belakang, bulat dalam BJ.
Berikut contoh deskripsi dan analisis bunyi linear dan inovasi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa sebagai penyelesaian
masalah kedua.
1) Pewarisan linear adalah pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan bunyi, bentuk atau makna fonem protonya.
Tabel VIII Pewarisan Linear
Posisi PAN BJ Glos
Awal *anak anak anak
Tengah *anak anak anak
Akhir *buka buka buka
Seperti yang terlihat pada data di atas, vokal */a/ terwaris secara linear →
/a/ dalam BJ pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Dengan ciri vokal /a/
rendah, tengah, tidak bulat dalam BJ.
2) Pewarisan inovasi adalah pewarisan dengan perubahan bunyi yang terjadi bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang.
Tabel IX Pewarisan Inovasi
Posisi PAN BJ Glos
Awal *apa opo akar
Akhir *apa opo apa
BAB IV
PEMBAHASAN
4.3. Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Jawa Prosedur dalam analisis data ini antara lain: 1) Mengumpulkan 200 kosa kata daftar Swadesh dan menerjemahkan ke dalam bahasa Jawa. 2)
Mendeskripsikan dan menganalisis perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa
Jawa dalam bahasa Proto Austronesia.
4.1.1 Perubahan Metatesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa pertukaran tempat dua fonem.
Tabel X Perubahan Bunyi Metatesis
No. PAN BJ GLOS
1. *paki apik baik
2. *t’ilak kilat kilat
3. *bukǝt butǝk kotor
4. *lain lian lain
Kata */paki/ mengalami perubahan bunyi secara metatesis → /apik/ dalam
BJ ʽbaik’. Konsonan */p/ hambat, bilabial → vokal /a/ rendah, tengah, tidak bulat, */a/ → /p/, konsonan */k/ hambat, velar → vokal /i/ tinggi, depan, tidak bulat, dan */i/ → /k/ dalam BJ.
Kata */t’ilak/ mengalami perubahan bunyi secara metatesis → /kilat/ dalam BJ ʽkilat’. Konsonan */t/ hambat, alveolar → konsonan /k/ hambat, dorso-velar
Kata */bukǝt/ mengalami perubahan bunyi secara metatesis → /butǝk/ dalam BJ ʽkotor’. Konsonan */k/ hambat, velar → konsonan /t/ hambat, apiko-dental dan konsonan */t/ → konsonan /k/ dalam BJ.
Kata */lain/ mengalami perubahan bunyi secara metatesis → /lian/ dalam BJ ʽlain’. Vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat → vokal /i/ tinggi, depan, tidak bulat dan vokal */i/ → vokal /a/ dalam BJ.
4.1.2 Perubahan Aferesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada awal sebuah kata.
Tabel XI Perubahan Bunyi Aferesis
No. PAN BJ GLOS
1. *qabu awu abu
2. *haŋin aŋin angin
3. *(h)asǝp asǝp asap
4. *hatǝp atǝp atap
5. *maturu turu baring
6. *(q)untu untu gigi
7. *hati ati hati
8. *hudip urip hidup
9. *hijaw ijo hijau
10. *qis/ǝ/p isǝp hisap
11. *hituŋ ituŋ hitung
12. *salas alas hutan
13. */h/iwak iwak ikan
14. *d’ilǝt ikǝt ikat
15. *dilah ilat lidah
16. *mbǝŋi bǝŋi malam
18. *ɣumah omah rumah
19. *masaki(t) sakit sakit
20. *maturu turu tidur
Kata */qabu/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /awu/ dalam
BJ ʽabu’. Konsonan */q/ hambat, glotal hilang di awal kata dan mengalami perubahan bunyi konsonan */b/ hambat, bilabial → konsonan /w/ semivokal, labio-dental dalam BJ.
Kata */haŋin/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /aŋin/ dalam BJ ʽangin’. Konsonan frikatif, glotal */h/ lesap pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */(h)asǝp/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /asǝp/ dalam BJ ʽasap’. Konsonan */h/ frikatif, glotal hilang pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */hatǝp/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /atǝp/ dalam BJ ʽatap’. Konsonan */h/ frikatif, glotal hilang pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */maturu/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /turu/ dalam BJ ʽbaring’. Konsonan */m/ nasal, bilabial dan vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat lesap di awal kata dalam BJ.
Kata */(q)untu/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /untu/ dalam BJ ʽgigi’. Konsonan hambat, glotal */q/ lesap pada posisi awal kata dalam
BJ.
Kata */hudip/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /urip/ dalam
BJ ʽhidup’. Konsonan */h/ frikatif, glotal hilang di awal kata diikuti dengan perubahan bunyi konsonan */d/ hambat, alveolar → konsonan /r/ getar,
apiko-alveolar dalam BJ.
Kata */hijaw/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /ijo/ dalam BJ ʽhijau’. Konsonan */h/ frikatif, glotal hilang pada posisi awal kata dan mengalami
pelesapan bunyi diftong */aw/ → vokal /o/ madya, belakang, bulat dalam BJ. Kata */qis/ǝ/p/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /isǝp/ dalam BJ ʽhisap’. Konsonan hambat, glotal */q/ lesap pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */hituŋ/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /ituŋ/ dalam BJ ʽhitung’. Konsonan frikatif, glotal */h/ lesap pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */salas/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /alas/ dalam BJ ʽhutan’. Konsonan */s/ frikatif, alveolar hilang pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata *//h/iwak/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /iwak/
dalam BJ ʽikan’. Konsonan frikatif, glotal */h/ lesap pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */d’ilǝt/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /ikǝt/ dalam BJ ʽikat’. Konsonan */d/ hambat, alveolar hilang pada posisi awal kata diikuti dengan perubahan bunyi konsonan lateral, alveolar */l/ → konsonan hambat,
dorso-velar /k/ dalam BJ.
Kata */dilah/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /ilat/ dalam
mengalami perubahan bunyi konsonan */h/ frikatif, glotal → konsonan /t/ hambat,
apiko-dental dalam BJ.
Kata */mbǝŋi/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /bǝŋi/ dalam BJ ʽmalam’. Konsonan hambat, bilabial */m/ lesap pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */(ŋ)aran/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /aran/ dalam BJ ʽnama’. Konsonan nasal, velar */ŋ/ hilang pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */ɣumah/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /omah/ dalam BJ ʽrumah’. */yumah/ mengalami penghilangan bunyi konsonan semivokal, palatal */ɣ/ di awal kata diikuti dengan perubahan bunyi vokal */u/ tinggi, belakang, bulat → vokal /o/ madya, belakang, bulat dalam BJ.
Kata */masaki(t)/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /sakit/ dalam BJ ʽsakit’. K onsonan */m/ nasal, bilabial dan vokal */a/ rendah, tengah,
tidak bulat hilang pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */maturu/ mengalami perubahan bunyi secara aferesis → /turu/ dalam
4.1.3 Perubahan Sinkop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih di tengah kata.
Tabel XII Perubahan Bunyi Sinkop
No. PAN BJ GLOS
1. *talaga tlaga danau
2. *ambu abu debu
3. *kurkur kukur garuk
4. *(t)uk(t)uk tutuk mulut
5. *tahun taon tahun
6. *tuha tuo tua
Kata */talaga/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /tlaga/ dalam BJ ʽdanau’. Vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat lesap pada posisi tengah kata dalam BJ.
Kata */ambu/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /abu/ dalam BJ ʽdebu’. Konsonan */m/ nasal, bilabial lesap pada posisi tengah kata dalam BJ.
Kata */kurkur/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /kukur/ dalam BJ ʽgaruk’. Konsonan */r/ getar, alveolar lesap pada posisi tengah kata dalam BJ. Kata */(t)uk(t)uk/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /tutuk/
dalam BJ ʽmulut’. Konsonan * /k/ hambat, velar lesap pada posisi tengah kata dalam BJ.
Kata */tahun/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /taon/ dalam BJ ʽtahun’. Konsonan */h/ frikatif, glotal hilang di tengah kata dan mengalami perubahan bunyi vokal */u/ tinggi, belakang, bulat → vokal /o/ madya, belakang,
Kata */tuha/ mengalami perubahan bunyi secara sinkop → /tuo/ dalam BJ ʽtua’. Konsonan */h/ frikatif, glotal lesap pada posisi tengah kata diikuti dengan
perubahan bunyi vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat → vokal /o/ madya,
belakang, bulat dalam BJ.
4.1.4 Perubahan Apokop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata.
Tabel XIII Perubahan Bunyi Apokop
No. PAN BJ GLOS
1. *bulu(qh) wulu bulu
2. *sira(q) sira garam
3. *ular ulo ular
Kata */bulu(qh)/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /wulu/ dalam BJ ʽbulu’. Konsonan */q/ hambat, glotal dan konsonan */h/ frikatif, glotal
hilang pada posisi akhir kata diikuti dengan perubahan bunyi konsonan */b/ hambat, bilabial → konsonan /w/ semivokal, labio-dental dalam BJ.
Kata */sira(q)/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /sira/ dalam
BJ ʽgaram’. Konsonan */q/ hambat, glotal lesap di akhir kata dalam BJ.
Kata */ular/ mengalami perubahan bunyi secara apokop → /ulo/ dalam BJ ʽular’. Konsonan */r/ getar, alveolar hilang pada posisi akhir diikuti dengan
4.1.5 Perubahan Protesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada awal kata.
Tabel XIV Perubahan Bunyi Protesis
No. PAN BJ GLOS
1. *baru mbaru baru
2. *laku mlaku berjalan
3. *rua loro dua
4. *pat papat empat
5. *lua gulu leher
6. *ira siro mereka
7. *[‘]i(m)pi ŋimpi mimpi
8. *u(n)tah muntah muntah
9. *buni sembuñi sembunyi
Kata */baru/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /mbaru/ dalam BJ ʽbaru’. */baru/ mengalami penambahan bunyi konsonan /m/ nasal, bilabial di
awal kata dalam BJ.
Kata */laku/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /mlaku/ dalam
BJ ʽberjalan’. Konsonan /m/ nasal, bilabial bertambah pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */rua/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /loro/ dalam BJ ʽdua’. Konsonan /l/ lateral, apiko-alveolar dan vokal /o/ madya, belakang, bulat
bertambah pada posisi awal kata diikuti dengan pelesapan bunyi diftong */ua/ →
Kata */pat/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /papat/ dalam
BJ ʽempat’. */pat/ mengalami penambahan bunyi konsonan /p/ hambat, bilabial dan vokal /a/ rendah, tengah, tidak bulat pada posisi awal kata dalam BJ.
Kata */lua/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /gulu/ dalam BJ ʽleher’. Konsonan /g/ hambat, dorso-velar dan vokal /u/ tinggi, belakang, bulat
bertambah pada posisi awal kata diikuti dengan pelesapan bunyi diftong */ua/ →
vokal /u/ tinggi, belakang, bulat dalam BJ.
Kata */ira/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /siro/ dalam BJ ʽmereka’. Konsonan /s/ lateral, lamino-alveolar bertambah di awal kata diikuti
dengan perubahan bunyi vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat → vokal /o/ madya, belakang, bulat dalam BJ.
Kata */[‘]i(m)pi/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /ŋimpi/ dalam BJ ʽmimpi’. */[‘]i(m)pi/ mengalami penambahan bunyi konsonan /ŋ/ nasal, dorso-velar di awal kata dalam BJ.
Kata */u(n)tah/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /muntah/ dalam BJ ʽmuntah’. */u(n)tah/ mengalami penambahan bunyi /m/ nasal, bilabial di
awal kata dalam BJ.
Kata */buni/ mengalami perubahan bunyi secara protesis → /sembuñi/ dalam BJ ʽsembunyi’. */buni/ mengalami penambahan bunyi konsonan /s/ lateral,
lamino-alveolar, vokal /e/ madya, depan, tidak bulat, konsonan /m/ nasal, bilabial di awal kata diikuti dengan perubahan bunyi konsonan */n/ nasal, alveolar →
4.1.6 Perubahan Epentesis merupakan proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih di tengah kata.
Tabel XV Perubahan Bunyi Epentesis
No. PAN BJ GLOS
1. *pia piye bagaimana
2. *sikl sikel kaki
3. *kita kitha kita
4. *masak maŋsak masak
Kata */pia/ mengalami perubahan bunyi secara epentesis → /piye/ dalam BJ ʽbagaimana’. */pia/ mengalami penambahan bunyi konsonan /y/ semivokal,
medio-palatal di tengah kata dan mengalami perubahan bunyi vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat → vokal /e/ madya, depan, tidak bulat dalam BJ.
Kata */sikl/ mengalami perubahan bunyi secara epentesis → /sikǝl/ dalam BJ ʽkaki’. Vokal /e/ madya, depan, tidak bulat bertambah pada posisi tengah kata dalam BJ.
Kata */kita/ mengalami perubahan bunyi secara epentesis → /kitha/ dalam BJ ʽkita’. Konsonan /h/ frikatif, laringal bertambah pada posisi tengah kata dalam
BJ.
4.1.7 Perubahan Paragog merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata.
Tabel XVI Perubahan Bunyi Paragog
No. PAN BJ GLOS
1. *bapa bapak bapak
2. *manu manuk burung
3. *ka karo dan, dengan
4. *rau ron daun
5. *i iŋ di
6. *kaw kowe engkau, kamu
7. *uda udan hujan
8. *mǝ mǝnawi jika
Kata */bapa/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /bapak/ dalam
BJ ʽbapak’. */bapa/ mengalami penambahan bunyi konsonan /k/ hambat, dorso-velar di akhir kata dalam BJ.
Kata */manu/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /manuk/
dalam BJ ʽburung’. */manu/ mengalami penambahan bunyi konsonan /k/ hambat, dorso-velar di akhir kata dalam BJ.
Kata */ka/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /karo/ dalam BJ ʽdan, dengan’. */ka/ mengalami penambahan bunyi konsonan /r/ getar, alveolar
dan vokal /o/ madya, belakang, bulat di akhir kata dalam BJ.
Kata */rau/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /ron/ dalam BJ ʽdaun’. */rau/ mengalami pelesapan bunyi diftong */au/ → vokal /o/ madya,
Kata */i/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /iŋ/ dalam BJ ʽdi’. */i/ mengalami penambahan bunyi konsonan /ŋ/ nasal, dorso-velar di akhir kata dalam BJ.
Kata */kaw/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /kowe/ dalam BJ ʽengkau’. */kaw/ mengalami pelesapan bunyi diftong */aw/ → vokal /o/ madya, belakang, bulat yang diikuti dengan penambahan bunyi konsonan /w/ semivokal,
labio-dental dan vokal /e/ madya, depan, tidak bulat di akhir kata dalam BJ. Kata */uda/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /udan/ dalam
BJ ʽhujan’. */uda/ mengalami penambahan bunyi konsonan /n/ nasal, apiko-alveolar di akhir kata dalam BJ.
Kata */mǝ/ mengalami perubahan bunyi secara paragog → /mǝnawi/ dalam BJ ʽjika’. */mǝ/ mengalami penambahan bunyi konsonan /n/ nasal, apiko-alveolar, vokal /a/ madya, tengah, tidak bulat, konsonan /w/ semivokal, labio-dental, dan vokal /i/ tinggi, depan, tidak bulat dalam BJ.
4.4. Pewarisan Linear dan Inovasi Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Jawa
Untuk menyelesaikan masalah yang kedua dengan mengumpulkan 200
kosa kata daftar Swadesh dan menerjemahkan ke dalam bahasa Jawa yang dilanjutkan dengan mendeskripsikan dan menganalisis pewarisan linear dan
4.4.1. Pewarisan Linear Fonem Vokal dan Konsonan PAN pada BJ 4.4.1.1. Pewarisan Linear Fonem Vokal PAN pada BJ
4.4.1.1.1. PAN */i/ → /i/
Fonem PAN */i/ secara teratur menurunkan fonem /i/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XVII Pewarisan Linear Vokal */i/ → /i/
*sikl
4.4.1.1.2. PAN */u/ → /u/
Fonem PAN */u/ secara teratur menurunkan fonem /u/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XVIII Pewarisan Linear Vokal */u/ → /u/
Fonem vokal */u/ terwaris secara linear → /u/ tinggi, belakang, bulat pada
posisi awal, tengah, dan akhir kata dalam BJ. 4.4.1.1.3. PAN */ǝ/ → /ǝ/
Fonem PAN */ǝ/ secara teratur menurunkan fonem /ǝ/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XIX Pewarisan Linear Vokal */ǝ/ → /ǝ/
*butǝk bujǝl tumpul
Akhir - - -
Fonem vokal */ǝ/ terwaris secara linear → vokal /ǝ/ madya, tengah, tidak bulat pada posisi awal dan tengah kata dalam BJ, sedangkan pewarisan linear */ǝ/ pada posisi akhir kata tidak ditemukan dalam BJ.
4.4.1.1.4. PAN */a/ → /a/
Fonem PAN */a/ secara teratur menurunkan fonem /a/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XX Pewarisan Linear Vokal */a/ → /a/
*panas
Fonem PAN */a/ terwaris secara linear → /a/ dalam BJ pada posisi awal,
4.4.1.2. Pewarisan Linear Fonem Konsonan PAN pada BJ 4.4.1.2.1. PAN */p/ → /p/
Fonem PAN */p/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /p/ dalam
BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXI Pewarisan Linear Konsonan */p/ → /p/
Posisi PAN BJ GLOS
Fonem konsonan */p/ terwaris secara linear → /p/ hambat, bilabial dalam BJ. Pewarisan linear PAN */p/ → /p/ dalam BJ ditemukan pada posisi awal,
4.4.1.2.2. PAN */b/ → /b/
Fonem PAN */b/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /b/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXII Pewarisan Linear Konsonan */b/ → /b/
Fonem konsonan */b/ terwaris secara linear → /b/ dalam BJ pada posisi
awal dan tengah kata, sedangkan pewarisan linear */b/ pada posisi akhir kata tidak ditemukan dalam BJ. Dengan ciri konsonan /b/ hambat, bilabial.
4.4.1.2.3. PAN */m/ → /m/
Fonem PAN */m/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /m/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXIII Pewarisan Linear Konsonan */m/ → /m/
*inum *tazǝm *tanǝm *tikam
inum tajǝm tanǝm tikǝm
minum tajam tanam tikam
Fonem konsonan */m/ terwaris secara linear → konsonan nasal , bilabial /m/ dalam BJ. Pewarisan linear PAN */m/ → /m/ dalam BJ ditemukan pada posisi
awal, tengah, dan akhir kata. 4.4.1.2.4. PAN */w/ → /w/
Fonem PAN */w/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /w/ dalam
BJ, seperti tampak pada data-data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXIV Pewarisan Linear Konsonan */w/ → /w/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah */h/iwak
*kiwa
iwak kiwo
ikan kiri
Akhir - - -
Fonem konsonan */w/ terwaris secara linear → konsonan /w/ semivokal, labio-dental dalam BJ. Pewarisan linear konsonan */w/ → /w/ dalam BJ hanya
4.4.1.2.5. PAN */t/ → /t/
Fonem PAN */t/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /t/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXV Pewarisan Linear Konsonan */t/ → /t/
Fonem */t/ terwaris secara linear → /t/ hambat, apiko-dental dalam BJ.
Pewarisan linear PAN */t/ → /t/ dalam BJ ditemukan pada posisi awal, tengah, dan akhir kata.
4.4.1.2.6. PAN */d/ → /d/
Fonem PAN */d/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /d/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXVI Pewarisan Linear Konsonan */d/ → /d/
Posisi PAN BJ GLOS
Fonem PAN */d/ terwaris secara linear → /d/ hambat, apiko-dental dalam
4.4.1.2.7. PAN */n/ → /n/
Fonem PAN */n/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /n/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXVII Pewarisan Linear Konsonan */n/ → /n/
*taŋan taŋan tangan
Fonem PAN */n/ terwaris secara linear → /n/ nasal, dorso-velar dalam BJ. Pewarisan linear PAN */n/ → /n/ dalam BJ ditemukan pada posisi tengah dan akhir kata. Pewarisan linear */n/ pada posisi awal kata tidak ditemukan dalam BJ.
4.4.1.2.8. PAN */l/ → /l/
Fonem PAN */l/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /l/ dalam BJ,
seperti tampak pada data-data yang dicontohkan di bawah ini. Tabel XXVIII Pewarisan Linear Konsonan */l/ → /l/
*dalan
Fonem PAN */l/ terwaris secara linear → /l/ lateral, apiko-alveolar dalam BJ. Pewarisan linear PAN */l/ → /l/ dalam BJ ditemukan pada posisi awal, tengah
dan akhir kata.
4.4.1.2.9. PAN */r/ → /r/
Fonem PAN */r/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /r/ dalam BJ,
seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXIX Pewarisan Linear Konsonan */r/ → /r/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal */r/a(m)but rambot rambut
Tengah *maturu
*(ŋ)aran BJ yang ditemukan pada posisi awal, tengah, dan akhir kata.
4.4.1.2.10. PAN */s/ → /s/
Fonem PAN */s/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /s/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXX Pewarisan Linear Konsonan */s/ → /s/
*masak
Fonem PAN */s/ terwaris secara linear → /s/ lateral, lamino-alveolar dalam BJ. Pewarisan linear PAN */s/ → /s/ dalam BJ ditemukan pada posisi awal,
tengah, dan akhir kata. 4.4.1.2.11. PAN */ɣ/ → /y/
Fonem PAN */ɣ/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /y/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXXI Pewarisan Linear Konsonan */ɣ/ → /y/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah *kaɣu kayu kayu
Akhir - - -
4.4.1.2.12. PAN */c/ → /c/
Fonem PAN */c/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /c/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXXII Pewarisan Linear Konsonan */c/ → /c/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal *caciŋ caciŋ caciŋ
Tengah - - -
Akhir - - -
Fonem PAN */c/ terwaris secara linear → /c/ hambat, medio-palatal dalam BJ yang hanya ditemukan pada posisi awal kata, sedangkan pewarisan linear */c/ pada posisi tengah dan akhir kata tidak ditemukan dalam BJ.
4.4.1.2.13. PAN */j/ → /j/
Fonem PAN */j/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /j/ dalam BJ,
seperti tampak pada data-data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXXIII Pewarisan Linear Konsonan */j/ → /j/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal *jahit jait jahit
Tengah *hijaw
*d’jahit
ijo njaet
hijau menjahit
Akhir - - -
Fonem PAN */j/ terwaris secara linear → /j/ hambat, medio-palatal dalam BJ. Pewarisan linear PAN */j/ → /j/ dalam BJ ditemukan pada posisi awal dan
4.4.1.2.14. PAN */k/ → /k/
Fonem PAN */k/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /k/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXXIV Pewarisan Linear Konsonan */k/ → /k/
*aku
Fonem PAN */k/ terwaris secara linear → /k/ hambat, dorso-velar dalam BJ. Pewarisan linear PAN */k/ → /k/ dalam BJ ditemukan pada posisi awal,
tengah, dan akhir kata. 4.4.1.2.15. PAN */g/ → /g/
Fonem PAN */g/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /g/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXXV Pewarisan Linear Konsonan */g/ → /g/
Tengah *dagiŋ
Fonem PAN */g/ terwaris secara linear → /g/ hambat, dorso-velar dalam
BJ. Pewarisan linear PAN */g/ → /g/ dalam BJ ditemukan pada posisi awal dan tengah kata, sedangkan pewarisan linear */g/ pada posisi akhir kata tidak
ditemukan dalam BJ. 4.4.1.2.16. PAN */ŋ/ → /ŋ/
Fonem PAN */ŋ/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /ŋ/ dalam BJ, seperti tampak pada data-data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXXVI Pewarisan Linear Konsonan */ŋ/ → /ŋ/
*iguŋ akhir kata, sedangkan pewarisan linear */ŋ/ pada posisi awal kata tidak ditemukan dalam BJ.
4.4.1.2.17. PAN */h/ → /h/
Fonem PAN */h/ secara teratur menurunkan fonem konsonan /h/ dalam BJ, seperti tampak pada data yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel XXXVII Pewarisan Linear Konsonan */h/ → /h/
*pilih
Fonem PAN */h/ terwaris secara linear → /h/ frikatif, laringal dalam BJ. Pewarisan linear PAN */h/ → /h/ dalam BJ hanya ditemukan pada posisi akhir
kata, sedangkan pewarisan linear */h/ pada posisi awal dan tengah kata tidak ditemukan dalam BJ.
4.4.2. Pewarisan Inovasi Fonem Vokal dan Konsonan PAN pada BJ
Di samping fonem vokal dan konsonan PAN terwaris secara linear
ditemukan juga fonem vokal dan konsonan PAN terwaris mengalami perubahan dalam BJ.
4.4.2.1. Pewarisan Inovasi Fonem Vokal PAN pada BJ 4.4.2.1.1. PAN */i/
Tabel XXXVIII Pewarisan Inovasi Vokal */i/
*putih
Seperti yang terlihat pada data di atas, fonem PAN */i/ terwaris mengalami
perubahan dalam BJ. Pada posisi awal vokal */i/ tinggi, depan, tidak bulat mengalami perubahan → vokal /a/ rendah, tengah, tidak bulat dalam BJ, fonem
vokal */i/ pada posisi tengah berubah → vokal /o/ madya, belakang, bulat dan vokal /e/ madya, depan, tidak bulat dalam BJ, dan pewarisan fonem PAN */i/ pada posisi akhir berubah → vokal /u/ tinggi, belakang, bulat dalam BJ.
4.4.2.1.2. PAN */u/
Tabel XXXIX Pewarisan Inovasi Vokal */u/
Posisi PAN BJ GLOS
Seperti yang terlihat pada data di atas, fonem vokal */u/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Fonem vokal */u/ tinggi, belakang, bulat pada posisi awal mengalami perubahan → vokal /o/ madya, belakang, bulat, dan vokal
mengalami perubahan → vokal /e/ madya, depan, tidak bulat, vokal /o/, dan vokal
/a/ dalam BJ, dan pewarisan fonem vokal */u/ pada posisi akhir mengalami
perubahan → vokal /a/ dalam BJ.
4.4.2.1.3. PAN */ǝ/
Tabel XL Pewarisan Inovasi Vokal */ǝ/
Posisi PAN BJ GLOS
Seperti yang terlihat pada data di atas, pewarisan inovasi */ǝ/ pada posisi awal kata tidak ditemukan dalam BJ. Fonem vokal */ǝ/ sedang, tengah, tidak bulat pada posisi tengah dan akhir kata mengalami perubahan → vokal /e/ madya, depan, tidak bulat dan vokal /a/ rendah, tengah, tidak bulat dalam BJ.
4.4.2.1.4. PAN */a/
Tabel XLI Pewarisan Inovasi Vokal */a/
*/s/awa/h
Seperti yang terlihat pada data di atas, fonem vokal */a/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Fonem vokal */a/ rendah, tengah, tidak bulat
pada posisi awal mengalami perubahan → vokal /o/ madya, tengah, bulat dan vokal /ǝ/ madya, tengah, tidak bulat dalam BJ, vokal */a/ pada posisi tengah mengalami perubahan → vokal /o/, vokal /i/ tinggi, depan, tidak bulat, vokal /ǝ/, vokal /e/ madya, depan, tidak bulat dan vokal /u/ tinggi, belakang, bulat dalam BJ, dan pewarisan inovasi vokal */a/ pada posisi akhir mengalami perubahan → vokal
4.2.2.2. Pewarisan Inovasi Fonem Konsonan PAN pada BJ 4.2.2.2.1. PAN */p/
Tabel XLII Pewarisan Inovasi Konsonan */p/
Posisi PAN BJ GLOS
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */p/ terwaris mengalami
perubahan dalam BJ. Konsonan hambat, bilabial */p/ pada posisi awal mengalami perubahan → konsonan /c/ hambat, medio-palatal dalam BJ, konsonan */p/ pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /b/ hambat, bilabial dan
konsonan /m/ nasal, bilabial dalam BJ, dan pewarisan konsonan */p/ pada posisi akhir mengalami perubahan → konsonan /k/ hambat, dorso-velar dalam BJ.
4.2.2.2.2. PAN */b/
Tabel XLIII Pewarisan Inovasi Konsonan */b/
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */b/ terwaris mengalami
perubahan dalam BJ. Konsonan */b/ hambat, bilabial pada posisi awal mengalami perubahan → konsonan /w/ semivokal, labio-dental dan konsonan /l/ lateral,
apiko-alveolar dalam BJ, konsonan */b/ pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /w/ dan konsonan /k/ hambat, dorso-velar dalam BJ, dan pewarisan
inovasi konsonan */b/ pada posisi akhir tidak ditemukan dalam BJ.
4.2.2.2.3. PAN */w/
Tabel XLIV Pewarisan Inovasi Konsonan */w/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah */s/awa/h/
*lawa(lawa) */s/awa/h/
semah laba-laba semah
istri laba-laba suami
Akhir - - -
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */w/ terwaris mengalami
perubahan dalam BJ. Pewarisan inovasi konsonan */w/ pada posisi awal dan akhir kata tidak ditemukan dalam BJ, sedangkan konsonan */w/ semivokal, bilabial pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /m/ nasal, bilabial dan
konsonan /b/ hambat, bilabial dalam BJ. 4.2.2.2.4. PAN */t/
Tabel XLV Pewarisan Inovasi Konsonan */t/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal *t’ilih
*tutuŋ *tǝŋuk
mili mutuŋ dǝlok
*tǝpak *tulaŋ
gǝpok baluŋ
pukul tulang
Tengah *itu(h)
*butǝk
iku bujǝl
itu tumpul
Akhir *kǝkǝt cǝkǝl pegang
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */t/ terwaris mengalami
perubahan dalam BJ. Konsonan */t/ hambat, alveolar pada posisi awal mengalami perubahan → konsonan /m/ nasal, bilabial, konsonan /d/ hambat, apiko-dental, konsonan /g/ hambat, dorso-velar, dan konsonan /b/ hambat, bilabial dalam BJ,
konsonan */t/ pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /k/ hambat, dorso-velar dan konsonan /j/ hambat, medio-palatal dalam BJ, dan konsonan */t/
pada posisi akhir mengalami perubahan → konsonan /l/ lateral, apiko-alveolar dalam BJ.
4.2.2.2.5. PAN */d/
Tabel XLVI Pewarisan Inovasi Konsonan */d/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal *d’jahit njaet menjahit
Tengah *hudip
*pand’aŋ
urip panjaŋ
hidup panjang
Akhir - - -
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */d/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Konsonan */d/ hambat, alveolar pada posisi awal mengalami
konsonan /j/ hambat, medio-palatal dalam BJ, dan pewarisan inovasi konsonan
*/d/ pada posisi akhir kata tidak ditemukan dalam BJ. 4.2.2.2.6. PAN */n/
Tabel XLVII Pewarisan Inovasi Konsonan */n/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah *Ranu
*ini *buni
bañu iki sembuñi
air ini
sembunyi
Akhir - - -
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */n/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Pewarisan inovasi konsonan */n/ pada posisi awal dan akhir kata tidak ditemukan dalam BJ, sedangkan konsonan */n/ nasal, alveolar pada
posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /ñ/ nasal, medio-palatal dan konsonan /k/ hambat, dorso-velar dalam BJ.
4.2.2.2.7. PAN */l/
Tabel XLVIII Pewarisan Inovasi Konsonan */l/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah *d’ilǝt ikǝt ikat
Akhir - - -
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */l/ terwaris mengalami
4.2.2.2.8. PAN */z/
Tabel XLIX Pewarisan Inovasi Konsonan */z/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah *tazǝm tajǝm tajam
Akhir - - -
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */z/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Konsonan */z/ frikatif, alveolar pada posisi tengah
mengalami perubahan → fonem /j/ hambat, medio-palatal dalam BJ, dan pewarisan inovasi konsonan */z/ pada posisi awal dan akhir kata tidak ditemukan dalam BJ.
4.2.2.2.9. PAN */ɣ/
Tabel L Pewarisan Inovasi Konsonan */ɣ/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah *baɣa
*iɣǝŋ *uɣaŋ
bahu irǝŋ uwoŋ
bahu hitam orang
Akhir - - -
4.2.2.2.10. PAN */k/
Tabel LI Pewarisan Inovasi Konsonan */k/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal *(ki)ki(t)
*kǝRiŋ *kǝkǝt
cokot gariŋ cǝkǝl
gigit kering pegang
Tengah *ma-kan maŋan makan
Akhir *butǝk bujǝl tumpul
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */k/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Konsonan */k/ hambat, velar pada posisi awal mengalami
perubahan → konsonan /c/ hambat, medio-palatal dan konsonan /g/ hambat, dorso-velar dalam BJ, konsonan */k/ pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /ŋ/ nasal, dorso-velar dalam BJ, dan konsonan */k/ pada posisi akhir mengalami perubahan → konsonan /l/ lateral, apiko-alveolar dalam BJ.
4.2.2.2.11. PAN */g/
Tabel LII Pewarisan Inovasi Konsonan */g/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah *iguŋ iruŋ hidung
Akhir - - -
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */g/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Konsonan */g/ hambat, velar pada posisi tengah mengalami
4.2.2.2.12. PAN */ŋ/
Tabel LIII Pewarisan Inovasi Konsonan */ŋ/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah *sǝŋza(t)a senjata tembak
Akhir - - -
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */ŋ/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Pewarisan inovasi konsonan */ŋ/ pada posisi awal dan akhir kata tidak ditemukan dalam BJ. Konsonan */ŋ/ nasal, velar pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /n/ nasal, apiko-alveolar dalam BJ.
4.2.2.2.13. PAN */R/
Tabel LIV Pewarisan Inovasi Konsonan */R/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal *Ranu bañu air
Tengah *uRat
*kǝRiN
oyot gariŋ
akar kering
Akhir *pasiR
*laɣuR
pasir mabur
pasir terbang
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */R/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Konsonan */R/ getar, velar pada posisi awal mengalami
perubahan → konsonan /b/ hambat, bilabial dalam BJ, konsonan */R/ pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /y/ semivokal, medio-palatal dan
4.2.2.2.14. PAN */q/
Tabel LV Pewarisan Inovasi Konsonan */q/
Posisi PAN BJ GLOS
Awal - - -
Tengah - - -
Akhir *basaq
*lǝpaq
tǝlǝs lǝmah
basah tanah
Seperti yang terlihat pada data di atas, konsonan */q/ terwaris mengalami perubahan dalam BJ. Pewarisan inovasi konsonan */q/ pada posisi awal dan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan seperti di bawah ini:
1) Ditemukannya tipe-tipe perubahan bunyi bahasa PAN dalam BJ, yaitu
perubahan bunyi metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis, dan paragog.
2) Fonem vokal dan konsonan PAN terwaris secara linear pada vokal dan
konsonan BJ. Fonem-fonem vokal PAN yang tetap terwaris secara linear pada posisi awal, tengah, dan akhir kata dalam BJ adalah fonem vokal */i/, */u/, dan
*/a/. Fonem vokal PAN */ǝ/ hanya terwaris di awal dan tengah kata dalam BJ. Fonem konsonan PAN yang tetap terwaris secara linear pada posisi awal,
tengah, dan akhir kata dalam BJ adalah fonem konsonan */p/, */m/, */t/, */d/, */l/, */r/, */s/, dan */k/. Fonem konsonan PAN yang terwaris secara linear pada
posisi awal dan tengah kata adalah fonem konsonan */b/, */j/, dan */g/. Fonem
3) Beberapa fonem vokal dan konsonan PAN terwaris mengalami perubahan
dalam BJ. Perubahan-perubahan fonem vokal dan konsonan PAN dalam BJ yang ditemukan sebagai berikut:
• Fonem PAN */i/ pada posisi awal berubah → fonem /a/, fonem PAN */i/
pada posisi tengah berubah → fonem /e/ dan /o/, dan pewarisan fonem PAN
*/i/ pada posisi akhir berubah →fonem /u/ dalam BJ.
• Fonem PAN */u/ pada posisi awal mengalami perubahan → fonem /o/, /a/,
fonem PAN */u/ pada posisi tengah mengalami perubahan → fonem /e/, /o/, /a/, dan pewarisan fonem PAN */u/ pada posisi akhir mengalami perubahan
→ /a/ dalam BJ.
• Fonem PAN */ǝ/ pada posisi tengah dan akhir kata mengalami perubahan →
fonem /a/, /e/, sedangkan pewarisan inovasi */ǝ/ pada posisi awal kata tidak ditemukan dalam BJ.
• Fonem PAN */a/ pada posisi awal mengalami perubahan → fonem /o/, /ǝ/,
fonem PAN */a/ pada posisi tengah mengalami perubahan → fonem /o/, /i/, /ǝ/, /e/, /u/, dan pewarisan inovasi fonem PAN */a/ pada posisi akhir mengalami perubahan → /o/, /u/, /e/, /i/ dalam BJ.
• Konsonan */p/ pada posisi awal mengalami perubahan → konsonan /c/,
konsonan */p/ pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /b/, /m/, dan konsonan */p/ pada posisi akhir mengalami perubahan → konsonan
/k/ dalam BJ.
• Konsonan */b/ pada posisi awal mengalami perubahan → konsonan /w/, /l/,
/k/, dan pewarisan inovasi konsonan */b/ pada posisi akhir tidak ditemukan
dalam BJ.
• Pewarisan inovasi */w/ pada posisi awal dan akhir kata tidak ditemukan,
sedangkan fonem PAN */w/ pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /m/, /b/ dalam BJ.
• Pewarisan inovasi */t/ pada posisi awal mengalami perubahan → konsonan
/m/, /d/, /g/, /b/, konsonan */t/ pada posisi tengah mengalami perubahan →
konsonan /k/, /j/, dan konsonan */t/ pada posisi akhir mengalami perubahan → /l/ dalam BJ.
• Konsonan */d/ pada posisi awal mengalami perubahan → /n/, konsonan */d/
pada posisi tengah mengalami perubahan → /r/, /j/, dan pewarisan inovasi
konsonan */d/ pada posisi akhir tidak ditemukan dalam BJ.
• Pewarisan inovasi konsonan */n/ pada posisi awal dan akhir kata tidak
ditemukan dalam BJ. Konsonan */n/ pada posisi tengah mengalami perubahan → konsonan /l/, /k/ dalam BJ.
• Pewarisan inovasi */l/ pada posisi awal dan akhir kata tidak ditemukan
dalam BJ, sedangkan konsonan */l/ pada posisi tengah mengalami
perubahan → konsonan /k/ dalam BJ.
• Pewarisan fonem PAN */z/ pada posisi awal dan akhir kata tidak ditemukan
• Pewarisan inovasi fonem PAN */ɣ/ pada posisi awal dan akhir kata tidak
ditemukan dalam BJ. Fonem konsonan */ɣ/ pada posisi tengah mengalami perubahan → fonem /h/, /r/, /w/ dalam BJ.
• Fonem PAN */k/ pada posisi awal mengalami perubahan → fonem /c/, /g/,
fonem PAN */k/ pada posisi tengah mengalami perubahan → fonem /ŋ/, dan fonem PAN */k/ pada posisi akhir mengalami perubahan → fonem /l/ dalam BJ.
• Fonem PAN */g/ pada posisi tengah mengalami perubahan → fonem /r/
dalam BJ, dan pewarisan inovasi fonem PAN */g/ pada posisi awal dan
akhir kata tidak ditemukan dalam BJ.
• Pewarisan inovasi fonem PAN */ŋ/ pada posisi awal dan akhir kata tidak
ditemukan dalam BJ, fonem PAN */ŋ/ pada posisi tengah mengalami perubahan → fonem /n/ dalam BJ.
• Pewarisan inovasi konsonan */R/ pada posisi awal mengalami perubahan →
konsonan /b/, konsonan */R/ pada posisi tengah mengalami perubahan →
konsonan /y/, /r/, dan konsonan */R/ pada posisi akhir mengalami perubahan → konsonan /r/ dalam BJ.
• Pewarisan inovasi konsonan */q/ pada posisi awal dan tengah kata tidak
ditemukan dalam BJ, sedangkan pada posisi akhir kata konsonan */q/
5.2. Saran
Penelitian ini merupakan langkah awal bagi peneliti, sehingga isinya masih berisikan tentang perubahan bunyi dan pewarisan linear dan inovasi fonem vokal
dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa yang dikaji dengan Linguistik Historis Komparatif. Penelitian Linguistik Historis Komparatif dalam berbagai segi kelinguistikan dapat dikatakan masih langka, kiranya penelitian
segi-segi kebahasaan perlu dilakukan secara mendalam lagi, terutama penelitian fonem diftong BJ serta perubahan lainnya sangat perlu dilakukan agar hasilnya
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Menurut Kridalaksana (1984:106), konsep merupakan gambaran mental
dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus berkaitan dengan judul penelitian yang kita kaji. Beberapa konsep yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu konsep perubahan bunyi, bahasa Proto Austronesia, perbendaharaan fonem bahasa Proto Austronesia, bahasa Jawa, perbendaharaan
fonem bahasa Jawa, dan pewarisan linear dan inovasi.
2.1.1 Perubahan Bunyi
Perubahan bunyi merupakan suatu proses dimana bunyi suatu bahasa berubah dari bunyi awal menjadi bunyi lain. Bunyi-bunyi yang berubah secara
bertahap bergeser menuju bunyi lain dengan ada yang masih meninggalkan bukti berupa bunyi-bunyi yang sama atau sudah berubah sama sekali menjadi bunyi lain.
Macam-macam perubahan bunyi dapat diuraikan dengan berbagai tipe perubahan bunyi yang lebih meneropong kepada perubahan bunyi secara individual, yaitu semata-mata mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan
fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya. Sebaliknya, macam-macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem
2.1.2 Bahasa Proto Austronesia
Menurut Keraf (1996:29), bahasa Proto adalah bahasa tua yang menurunkan sejumlah bahasa-bahasa yang sekerabat; misalnya bahasa
Proto-Austronesia adalah bahasa purba dari bahasa-bahasa Indonesia. Dalam penyebaran bahasa, bahasa Proto mengalami perubahan-perubahan baik itu perubahan bahasa ataupun perubahan dalam pengucapan.
Austronesia dalam definisi umumnya mengacu pada suatu daerah yang dimana bahasa-bahasa Austronesia dituturkan. Daerah tersebut mencakup pulau
ʽʽKepulauan Selatan” dan berasal dari austrālis yang berarti
ʽʽselatan” dan ʽʽpulau”
Parera (1987:122), membagi rumpun bahasa Austronesia ke dalam dua
subrumpun yaitu subrumpun Austronesia Barat dan subrumpun Austronesia Timur. Secara detail pembagian subrumpun dan anggota subrumpun terlihat
sebagai berikut:
1) Subrumpun Austronesia Barat, terdiri dari:
a) Kelompok Malagasi.
b) Kelompok Austronesia Barat Laut dengan anggota: subkelompok
Formosa, subkelompok Filipina, subkelompok Chamoro,
c) Kelompok Austronesia Barat Daya dengan anggota: subkelompok
Sumatra (suku Batak, suku Aceh, suku Melayu), subkelompok Jawa (suku Madura, suku Jawa), suku Kalimantan, suku Borneo, suku
Bali-Sasak, suku Gorontalo, suku Tomini, suku Toraja, suku Loinang, suku Banggai, suku Bungku-Mori, suku Sulawesi Selatan, suku Muna-Buton, dan suku Bima-Sumba.
2) Subrumpun Austronesia Timur, terdiri dari:
a) Kelompok Ambon-Timur dengan anggota: suku Sikka-Solor, suku
Kedang Alor-Pantar, suku Timor Timur, suku Vaikenu, suku Timor Barat, suku Kupang, suku Seram Timur, suku Seram Barat, dan suku Banda.
b) Kelompok Sula-Bacan dengan anggota: suku Taliabu, suku Sanana,
dan suku Bacjan-Obi.
c) Kelompok Halmahera Selatan-Irian Barat.
Dari pembagian yang dilakukan oleh Parera ini, kita dapat melihat bahwa bahasa Jawa merupakan salah satu anggota dari bahasa Austronesia yang
bernaung dalam subkelompuk Austronesia Barat Daya. Subkelompok ini merupakan salah satu anggota dari subrumpun Austronesia Barat.
2.1.3 Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Proto Austronesia
Tabel I Fonem Vokal Proto Austronesia (Blust, 1978:32) Posisi Lidah Depan
Tidak bundar
Tengah Tidak bundar
Belakang Bundar
Tinggi *i *u
Sedang *ə
Rendah *a
Fonem konsonan PAN terdiri atas 23 buah, yaitu */p/, */b/, */m/, */w/, */t/,
*/d/, */n/, */l/, */T/, */D/, */r/, */s/, */z/, */ñ/, */y/, */c/,*/j/, */k/, */g/, */ŋ/, */R/, */q/, */h/ (Blust, 1978:32). Fonem konsonan PAN dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel II Fonem Konsonan Proto-Austronesia (Blust, 1978:32) Tempat Artikulasi
Cara Artikulasi
Bilabial Labiodental Dental/ Alveolar
Palatal Velar Glotal
Hambat Tb *p *t / *T *c *k *q
B *b *d / *D *j *g
Frikatif Tb *s *h
B *z
Nasal B *m *n
*ñ (ny)
*ŋ (ng)
Lateral B *l
Getar/Tril B * r *R
2.1.4 Bahasa Jawa
Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan oleh penutur asli bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang paling banyak
tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Salah satu daerah yang mayoritas penduduknya bersuku Jawa adalah di desa Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Bahasa jawa yang digunakan di desa ini adalah bahasa
Jawa yang pada umumnya dipakai dalam komunikasi sehari-hari.
2.1.5 Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Jawa
Menurut Wedhawati (2006:66), fonem vokal bahasa Jawa berjumlah enam
buah, yaitu: /i, e, ǝ, a, u, o/. Keenam fonem vokal bahasa Jawa itu terlihat pada tabel berikut.
Tabel III Fonem Vokal Bahasa Jawa (Wedhawati, 2006:66) Posisi Lidah Depan
Tidak bundar
Tengah Tidak bundar
Belakang Bundar
Tinggi i u
Madya e ə o
Rendah a
Fonem konsonan bahasa Jawa berjumlah 23 buah, yaitu /p/, /b/, /m/, /f*)/, /w/, /t/, /d/, /n/, /l/, /r/, /ṭ/, /ḍ/, /s/, /z*)/, /c/, /j/, /ñ/, /y/,/k/, /g/, /ŋ/, /h /, /?/ (Wedhawati, 2006:74). Fonem konsonan bahasa Jawa dapat dilihat pada tabel di
Tabel IV Fonem Konsonan Bahasa Jawa (Wedhawati, 2006:74) Tempat Hambat
(Tempat Artikulasi)
Cara dihambat (Cara Artikulasi)
Semi-Apiko-palatal ḍ ṭ
Lamino-alveolar z*) s
Medio-palatal y ñ j c
Dorso-velar ŋ g k
Laringal h
Glotal Stop ?
Catatan: *) Hanya terdapat dalam kata pungutan dari bahasa asing
2.1.6 Pewarisan Linear dan Inovasi
Menurut Keraf (1996:80), pewarisan linear adalah pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan bunyi, bentuk atau
makna fonem protonya. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */rakit/ diturunkan secara linear → /rakit/ pada bahasa Melayu sekarang.
2.2 Landasan Teori
Peneliti menggunakan bidang kajian Linguistik Historis Komparatif untuk memaparkan penelitiannya. Teori Linguistik Historis Komparatif muncul pada
awal abad ke-18 dan terus berkembang sampai awal abad ke-20. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Franz Bopp yang meletakkan dasar-dasar Ilmu Perbandingan Bahasa. Ia membandingkan akhiran-akhiran dari kata-kata kerja
dalam bahasa Sanskerta, Yunani, Latin, Persia, dan German yang diterbitkan dalam tahun 1816. Kemudian, teori ini terus berkembang dengan tokoh-tokohnya,
antara lain: Jacob Grimm (1787-1683), Lehman (1972), Hock (1988), Byon (1979).
Linguistik Bandingan Historis atau Linguistik Historis Komparatif adalah
suatu cabang dari ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Linguistik Historis Komparatif dalam mempelajari data-datanya diambil
dari suatu bahasa atau lebih, yang sekurang-kurangnya dalam dua periode. Selanjutnya, data itu diperbandingkan secara cermat untuk memeroleh
kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa itu (Keraf, 1996:22).
Adapun teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah macam-macam perubahan bunyi yang dibedakan dari tipe perubahan bunyi. Keraf
1) Metatesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa
pertukaran tempat dua fonem. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */kǝtip/→ /petik/ dalam bahasa Melayu ‘petik’.
2) Aferesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan
sebuah fonem atau lebih pada awal sebuah kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba */hatay/ → */ate/ dalam bahasa Polinesia Purba ‘hati’. 3) Sinkop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah
fonem atau lebih di tengah kata. Contohnya, bahasa Austronesia Purba
*/iya/ → */ia/ dalam bahasa Polinesia Purba ‘dia’.
4) Apokop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah
fonem atau lebih pada akhir kata. Contohnya, bahasa Polinesia Purba
*/kǝlut/ → */kolu/ dalam bahasa Austronesia Purba ‘kerut’.
5) Protesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada awal kata. Contohnya, bahasa
Austronesia Purba */nitu/ → */hanitu/ dalam bahasa Polinesia Purba ‘arwah’.
6) Epentesis merupakan proses perubahan bunyi yang berupa penambahan
sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */kapak/ → /kampak/ dalam bahasa Melayu ‘kampak’.
7) Paragog merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa
penambahan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Misalnya, bahasa
Selain kedua teori di atas, dalam penelitian ini digunakan juga teori
pewarisan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa yang dilihat dari perubahan sebuah fonem proto ke dalam fonem-fonem bahasa kerabat yang
berlangsung dalam beberapa macam tipe (Keraf, 1996:79), antara lain:
1) Pewarisan linear adalah pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa
sekarang dengan tetap mempertahankan bunyi, bentuk atau makna fonem
protonya. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */ikan/ diturunkan secara linear → /ikan/ pada bahasa Melayu sekarang (Keraf, 1996:80).
2) Pewarisan inovasi adalah pewarisan dengan perubahan bunyi yang terjadi
bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Misalnya, bahasa Austronesia Purba */lamuk/ → /ɳamuk/ dalam bahasa Melayu sekarang ‘nyamuk’ (Keraf, 1996:80).
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah
menyelidiki, mempelajari) (KBBI, 2011:574). Sedangkan pustaka adalah kitab atau buku (KBBI, 2011:397). Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul penelitian yang kita kaji. Berikut
beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul penelitian ini: Ranabrata (1991) dalam bukunya yang berjudul ʽʽ Refleks Fonem Proto-Austronesia Bahasa Sunda”. Beliau menetapkan bahwa makna bahasa Sunda dan makna induknya (Proto Austronesia) masih banyak diturunkan, kurang lebih 80% kosa kata Proto Austronesia menunjukkan kognat dengan bahasa Sunda. Ini
Simanjorang (2004) dalam skripsinya mengkaji tentang ʽʽRefleksi Fonem dan Leksikon Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Karo”. Penelitian ini membahas tentang perubahan bunyi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto
Austronesia dalam bahasa Karo dengan menggunakan metode cakap dengan teknik pancing dan teknik cakap semuka untuk mengumpulkan data secara lisan. Sedangkan untuk mengumpulkan data secara tertulis digunakan metode simak
dengan teknik sadap. Dalam penelitian ini, ditunjukkan bagaimana cara membedakan perubahan bahasa Proto Austronesia dengan merefleksikan bunyi
vokal dan bunyi konsonan dalam bahasa Karo yang dikaji dengan menggunakan Linguistik Historis Komparatif.
Siregar (2010) dalam tesisnya meneliti tentang ʽʽ Beberapa Perubahan Bunyi Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Mandailing dan Bahasa Batak Toba”. Dalam penelitian ini, dia menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membandingkan perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia
dalam bahasa Batak Mandailing dan bahasa Batak Toba, di antaranya: konsep perubahan bunyi, syarat-syarat lingkungan, dan pendekatan dari atas ke bawah
(top down approach) serta dengan menggunakan metode padan. Hasil penelitian
ini membuktikan bahwa perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT terjadi secara linear dan inovasi dengan menggunakan kajian Linguistik Historis
Komparatif. Distribusi perubahan fonem vokal PAN *a, *i, *u dalam BBM dan BBT mempunyai distribusi yang lengkap yaitu fonem PAN *a, *i, *u berubah
Sari (2011) dalam tesisnya meneliti ʽʽRefleksi Fonem Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Aceh dan Bahasa Melayu Dialek Langkat”. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep untuk dasar analisisnya, yaitu konsep
perubahan bunyi dan pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) dengan menggunakan metode padan. Hasil analisis penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya refleksi fonem proto Austronesia dalam BA dan BMDL, baik refleksi
langsung dari PAN yang tetap sebagai retensi maupun yang telah mengalami inovasi bentuk. Refleksi retensi PAN dalam BA terdapat pada vokal *a, *i, *u dan
*i. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *a berubah bentuk menjadi tiga vokal baru, yaitu /u/, /o/, dan /i/. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *i berubah bentuk menjadi empat vokal baru, yaitu /u/, /e/, /o/, dan /E/. Refleksi
inovasi PAN dalam BA pada vokal *u berubah bentuk menjadi tiga vokal baru, yaitu /e/, /o/, dan /E/. Refleksi inovasi PAN dalam BA pada vokal *i berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu /a/. Refleksi retensi PAN dalam BMDL terdapat
pada vokal *a, *i, *u dan *i. Refleksi inovasi PAN dalam BMDL pada vokal *u berubah bentuk menjadi vokal baru, yaitu /O/. Refleksi inovasi PAN dalam