• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN STATIKA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 PENGASIH KELAS X PAKET KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI SISWA TENTANG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN STATIKA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 PENGASIH KELAS X PAKET KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kemajuan teknologi sangatlah pesat, banyak hal dapat diakses dalam waktu singkat. Salah satu kemajuan teknologi tercanggih saat ini adalah teknologi informasi. Teknologi informasi saat ini dapat diakses oleh siapa saja, tanpa adanya batasan umur. Teknologi informasi sangat dibutuhkan oleh manusia masa kini yang notabene memiliki mobilitas sangat tinggi. Seiring dari kemajuannya teknologi pasti akan memiliki sisi positif maupun negatif dalam penggunaannya. Sisi positifnya adalah bila dimanfaatkan secara bijak dan bermanfaat bagi sesama. Sisi negatifnya adalah bila digunakan secara tidak baik dan merugikan orang lain.

Untuk mengimbangi laju teknologi informasi yang sangat pesat, pemerintah telah membuat peraturan tentang penggunaan media teknologi informasi, hal ini bertujuan agar masyarakat tidak secara bebas dalam berkomunikasi virtual. Disamping adanya peraturan pemerintah yang mengatur tentang penggunaan teknologi informasi, kesadaran masing-masing individu mutlak dibutuhkan. Membentuk sikap sadar akan penggunaan teknologi informasi dibutuhkan penanaman pendidikan karakter yang kuat. Pendidikan dalam hal ini memiliki peran yang sangat sentral dalam pembentukan karakter bangsa, hal ini dimulai dari tingkat satuan pendidikan dasar, menengah, sampai tinggi.

(2)

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Untuk melaksanakan amanah itu maka Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu institusi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan amanah ini adalah institusi di bidang kependidikan.

(3)

sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya, ditegaskan pula bahwa pembangunan karakter bangsa harus difokuskan pada “…tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan berbangsa yang bermartabat.”

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah menetapkan nilai-nilai dasar yang dikembangkan dalam pembentukkan karakter dan budaya bangsa di Indonesia yang terdiri dari 18 nilai yang nantinya menjadi Grand Design pendidikan karakter, yaitu: (1) Religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/ komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.

(4)

diperdalam, dan diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu anggota organization for economic co-operation and development (OECD) dan/ atau pendidikan, serta diyakini telah mempunyai reputasi mutu yang diakui secara internasional. dengan demikian, diharapkan SBI mampu memberikan jaminan bahwa baik dalam penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya lebih tinggi standarnya daripada SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat nasional maupun internasional melalui strategi yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses belajar mengajar pada SBI juga diharapkan dapat menjadi teladan bagi sekolah/ madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwaentrepreneur, jiwa patriot, dan jiwa inovator.

(5)

Arus informasi yang sedemikian cepat membuat siswa dapat mengakses berbagai hal, baik yang bermuatan positf ataupun yang sebaliknya. Dampak dari bebasnya teknologi informasi ini akan menimbulkan lemahnya pengawasan dari guru dan orang tua. Sekolah dalam hal ini mengimbangi siswa dengan menanamkan etika moral dan pendidikan karakter untuk dapat mengendalikan siswa dari derasnya teknologi informasi. Hal ini didasari dari visi misi SMK N 2 Pengasih yang beberapa butirnya mengandung unsur karakter religius, disiplin, mandiri, dan peka terhadap lingkungan. Selain dari visi misi sekolahan, pembentukkan karakter siswa di dapat dari proses pembelajaran di kelas.

(6)

di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Pengasih Kelas X Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat.

2. Pendidikan memiliki peran sentral dalam pembentukan karakter bangsa. 3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menetapkan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional. 4. Iklim belajar yang sangat tinggi di SMK N 2 Pengasih.

5. Mata pelajaran mekanika teknik (statika) ditakuti oleh sebagian siswa kelas X kempetensi keahlian teknik gambar bangunan.

6. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan pendidikan karakter di kelas.

7. Strategi-strategi yang digunakan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di kelas.

8. 18grand designyang telah terimplementasikan oleh guru ketika mengajar. 9. Karakter yang dominan digunakan guru pada mata pelajaran statika

bangunan di SMK Negeri 2 Pengasih. C. Batasan Masalah

(7)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Seberapa besar tingkat implementasi ke empat belas karakter personal Grand Design karakter secara keseluruhan ke dalam mata pelajaran statika?

E. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Untuk megetahui seberapa besar tingkat implementasi ke empat belas karakter personal Grand Design karakter secara keseluruhan ke dalam mata pelajaran statika.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini ada dua, yaitu: 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian tentang pelaksanaan peran guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan pembelajaran, membantu dalam penyusunan butir karakter di dalam RPP. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi sekolah-sekolah lain yang belum mengimplementasikan pendidikan karakter secara optimal.

2. Secara Praktis

(8)
(9)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. KajianTeori

1. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan adalah bagian dari institusi kependidikan yang mencetak individu lulusannya untuk siap bekerja. Pendidikan kejuruan bermaksud menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja tingkat menengah tertentu yang sesuai dengan tuntutan yang dipersyaratkan oleh dunia kerja, dan memberikan bekal kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya. Oleh karena pendidikan pada dasarnya mengarahkan peserta didik pada bidang tertentu melalui suatu organisasi, tentulah hasil pendidikan ini dapat dipakai sebagai bekal mencari kehidupan atau nafkah. Pendidikan ini dapat juga dinamakan “education for earning a living”.

Penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan didasarkan atas ketentuan yang ada pada undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional Bab IV pasal 11 ayat (1) dan (3) yang berbunyi sebagai berikut, “jenis pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan professional”. Sekolah menengah kejuruan berdasarkan tingkatan pendidikan setara dengan sekolah menengah atas, akan tetapi keduanya mempunyai tujuan yang berbeda.

(10)

kejuruan pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs”.

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa sekolah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam pengembangan diri dan untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1990 pasal 3 ayat (2) disebutkan bahwa sekolah kejuruan bertujuan untuk menyiapkan siswa dalam memenuhi lapangan kerja, menyiapkan siswa agar mampu memiliki karir, dan menyiapkan tamatan agar menjadi warga Negara yang produktif, adaptif, dan normatif. Secara garis besar tujuan diselenggarakan sekolah kejuruan adalah untuk membekali lulusan dengan kompetensi yang berguna bagi diri sendiri dalam karir dan kehidupan bermasyarakat. Tujuan sekolah menengah kejuruan akan lebih terarah jika kurikulum yang digunakan tepat dan dilaksanakan dengan baik.

2. Karakter

(11)

Secara etimologis maupun terminologis, karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Suyadi, 2013: 5-6).

Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak (Samani, 2012: 42). Karakter itu mengenai sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan orang tersebut disifati (Wibowo, 2013: 37). Karakter secara umum memancar dari hasil oleh pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.

Brown, et.all (2007: 2) menyatakan: “Character is made up of core ethical values that incorporate ones thought process, emotions, and actions”. Artinya bahwa karakter terbentuk dari nilai-nilai etika inti yang menyertakan kesatuan proses berpikir, emosi, dan tindakan (Taufik, 2012: 17). Lebih lanjut Brown, et.all menyatakan terdapat delapan karakter dasar yang dapat dikembangkan yaitu: jujur (honesty). Keberanian/ keteguhan hati (courage), hormat (respect), tanggung jawab (responsibility), tekun (perseverance), kerja sama (cooperation), mampu mengendalikan diri (self-control), dan bela Negara (citizenship) (Taufik, 2012: 17-18).

Senada dengan Brown, Neil (2007: 1) menyatakan:

(12)

Makna dari kutipan di atas menunjukkan bahwa pengertian karakter dalam konteks pendidikan sering kali mengacu pada bagaimana menetukan pribadi yang baik. Dengan kata lain, satu pribadi yang memperlihatkan kualitas perseorangan yang dapat melihat dan mempertimbangkan kondisi sosial untuk mendapatkan karakter yang baik dan mengembangkan pribadi yang berkualitas sering kali dengan meninjau tujuan dari pendidikan. Biasanya dengan menekakan kualitas (nilai karakter) seperti jujur, rasa hormat, dan bertanggung jawab (Taufik, 2012: 18)

(13)

Samani (2012: 43) mengungkapkan bahwa karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karakter itu merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati dan menghargai orang lain, dan karakter-karakter mulia lainnya (Wibowo, 2013: 34)

Setiap orang menurut Ki Hadjar Dewantara memiliki karakter yang berbeda-beda; sebagaimana mereka memiliki roman muka yang berbeda-beda pula. Pendek kata, antara manusia satu dengan yang lain tidak ada kesamaan karakternya, sebagaimana perbedaan guratan tangan atau sidik jari mereka. Karena sifatnya yang konsisten, tetap atau ajeg, maka karakter itu kemudian menjadi penanda seseorang (Wibowo, 2013: 35). Secara ringkas, karakter menurut Ki Hadjar Dewantara adalah sebagai sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga (Wibowo, 2013: 34). Menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues), yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

(14)

Karena cakupan karakter luas dan dalam, maka UNESCO telah melakukan kajian dan memperoleh kesimpulan ada enam dimensi karakter yang bersifat universal. Artinya, agama dan bangsa manapun mengakui dimensi karakter tersebut. Keenam dimensi karakter ini adalah trustworthines, respect, responsibility, fairness, caring, and citizenship(Zamroni 2011: 166)

Tabel 1. Enam Dimensi Karakter menurut UNESCO

Dimensi Karakter Penjelasan

Trustworthines dapat dipercaya; apabila seseorang memiliki watak dapat dipercaya berarti orang tersebut memiliki kejujuran, integritas, loyalitas, dan reliabilitas. Meskipun tidak ada orang lain yang melihat, orang ini tidak akan mau mengambil yang bukan menjadi haknya, tidak mau bohong, tidak akan pernah selingkuh, senantiasa satu kata dengan perbuatan. Dengan kata lain, orang yang memiliki trustworthines tidak memerlukan lagi pengawasan eksternal

Respect merupakan watak yang apabila dimiliki oelh seseorang, maka orang ini dalam melakukan hubungan dengan orang lain senantiasa mendasarkan pada “platinum rule”, berbuatlah kepada orang lain sebagaimana orang lain itu engharapkannya darimu. Watak respect ini mancakup senantiasa menghormati dan menghargaiorang lain tanpa memandang latar belakang yang menyertainya, menjunjung tinggi martabat dan kedaulatan orang lain, memiliki sikap toleransi yang tinggi, dan mudah menerima orang dengan tulus. Dengan memiliki watak tersebut, maka seseorang akan senantiasa menghindari tindak kekerasan, tidak akan merendahkan dan mengeksploitasi orang lain.

Responsibility menunjukkan watak bertanggungjawab atas apa yang dilakukan. Seseorang yang memiliki watak bertanggung jawab senantiasa akan menunjukkan siapa dia dan apa yang telah diperbuat. Di samping itu, watak bertanggung jawab akan melahirkan kerja keras dan bekerja sebaik mungkin untuk mencapai prestasi terbaik, dengan semboyanwhy niot the best?

(15)

Dimensi Karakter Penjelasan

Caring Berkaitan dengan apa yang ada dalam hati dan pertimbangan etika moral manakala menghadapi orang lain. Seseorang yang memiliki watak caring, senantiasa akan mempergunakan kehalusan budi dan perasaan sehingga bisa berempati terhadap kegembiraan atau kepedihan yang dialami orang lain. Dimensi ini termanifestasikan dalam wujud kepedulian dalam menghadapi penderitaan orang lain, sehingga dengan perasaan kasih saying dan secara ikhlas mau membantu orang lain yang memerlukannya.

Citizenship Berkaitan dengan watak menjadi warga Negara yang baik, yang memahami dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang warga Negara. Dimensi ini terjabarkan pada bagaimana perilaku seseorang sebagai warga masyarakat, warga bangsa dan Negara yang baik. Indikator warga Negara yang baik adalah kepatuhan dan ketaatan pada peraturan dan undang-undang yang berlaku. Agar bisa patuh, taat dan tunduk pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, seorang warga Negara yang baik mesti well informed dan senantiasa memahami perkembangan mutakhir yang terjadi di lingkungan masyarakat, bangsa, dan Negara.

3. Pendidikan Karakter

a. Hakikat Pendidikan Karakter

Zuchdi (2012: 17) berpendapat bahwa, pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral.

Departemen Pendidikan Amerika Serikat mendefinisikan pendidikan karakter sebagai berikut:

(16)

Menjelaskan pengertian tersebut dalam brosur Pendidikan Karakter (Character Education brochure) dinyatakan bahwa: “Pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah untuk memahami , peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan (citizenship), dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain.”

Samani (2012: 45) menyatakan bahwa, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, piker, raga, serta rasa dan karsa. Wibowo (2013: 40) mengemukakan pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur kapada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan, dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga Negara.

Sementara menurut Kemendiknas (2010), pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan niali-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga Negara yang religious, nasionalis, produktif dan kreatif. Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yang apabila dipisahkan memiliki makna masing-masing. Tujuan, Fungsi, dan Media Pendidikan Karakter

1) Tujuan

(17)

kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

2) Fungsi

Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

DIKTI (2010) menyatakan bahwa secara khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

a) Pembentukan dan Pengembangan Potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga Negara Indonesia agar beripikan baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b) Perbaikan dan Penguatan

(18)

satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga Negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera. c) Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah niali-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga Negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

b. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter

Pemerintah, dalam hal ini Badan penelitian dan pengembangan, Pusat kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (2011: 10) telah merumuskan materi pendidikan karakter yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai-nilai karakter menurut Balitbang

No Nilai-nilai Karakter Penjelasan

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

(19)

No Nilai-nilai Karakter Penjelasan

tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10 Semangat

Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yangmenempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 11 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat atau

Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senangberbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.

15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan baginya.

16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkanupaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

(20)

4. Pembelajaran Statika di SMK Bangunan a. Pembelajaran Statika

Pembelajaran merupakan proses siswa belajar dan guru mengajar, dimana terjadi interaksi antara siswa, guru, materi, saran dan aspek lingkungan yang terkait untuk mencapai tujuan pembelajaran (Taufik, 2012: 31)

Klein (2002: 2) menyatakan:

Learning can be define as experiental process resulting in a reativelypermanent change in behavior that can not be explain by temporarystate, maturation or innate response tendencies. This definition of learning has three important component. First, learning reflect a changein the potential for a behavior: it does not automatically lead to a change in behavior. Second: the behavior changes that learning cause are not always permanent. Third, changes in behavior can due to prosess other than learning.

Gambar 1. Desain Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Statika

4. Pembelajaran Statika di SMK Bangunan a. Pembelajaran Statika

Pembelajaran merupakan proses siswa belajar dan guru mengajar, dimana terjadi interaksi antara siswa, guru, materi, saran dan aspek lingkungan yang terkait untuk mencapai tujuan pembelajaran (Taufik, 2012: 31)

Klein (2002: 2) menyatakan:

Learning can be define as experiental process resulting in a reativelypermanent change in behavior that can not be explain by temporarystate, maturation or innate response tendencies. This definition of learning has three important component. First, learning reflect a changein the potential for a behavior: it does not automatically lead to a change in behavior. Second: the behavior changes that learning cause are not always permanent. Third, changes in behavior can due to prosess other than learning.

Gambar 1. Desain Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Statika

4. Pembelajaran Statika di SMK Bangunan a. Pembelajaran Statika

Pembelajaran merupakan proses siswa belajar dan guru mengajar, dimana terjadi interaksi antara siswa, guru, materi, saran dan aspek lingkungan yang terkait untuk mencapai tujuan pembelajaran (Taufik, 2012: 31)

Klein (2002: 2) menyatakan:

Learning can be define as experiental process resulting in a reativelypermanent change in behavior that can not be explain by temporarystate, maturation or innate response tendencies. This definition of learning has three important component. First, learning reflect a changein the potential for a behavior: it does not automatically lead to a change in behavior. Second: the behavior changes that learning cause are not always permanent. Third, changes in behavior can due to prosess other than learning.

(21)

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 41 tahun 2007 tentang standar proses mengatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, dan tahapannya meliputi kegiatan pendahuluan; kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai

silabus. 2) Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(22)

a) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

(1)Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

(2)Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

(3)Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

(4)Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan (5)Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau

lapangan. b) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

(1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;\

(2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

(3) Member kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

(4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; (5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan

prestasi belajar;

(23)

(7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

(8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

(9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggan dan rasa percaya diri peserta didik.

c) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

(1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;

(2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber;

(3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan;

(4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

(a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku yang dan benar;

(b) Membantu menyelesaikan masalah;

(c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;

(d) Member informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

(24)

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup. Guru:

a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/ atau sendiri membuat rangkuman/ simpulan pelajaran;

b) Melakukan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy, program pengayaan, layanan konseling dan/ atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

(25)

Terdapat dua pertanyaan mendasar terkait dengan proses pembelajaran, yaitu: 1) bagaimanakah efektivitas guru dalam melaksanakan pengajaran, dan 2) bagaimanakah siswa dapat belajar dan menguasai materi seperti yang diharapkan. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat menyampaikan keseluruhan materi pelajaran dengan baik dan siswa dapat menguasai substansi tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pendidikan karakter pada dasarnya adalah kegiatan pembelajaran yang menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan dengan cara menerapkan nilai-nilai moral dan etika tidak hanya dalam proses pembelajaran saja melainkan juga kedalam kehidupan sehari-hari.

Keunggulan dan kelemahan model pendidikan karakter terintegrasi menurut Achmad Husein, dkk (2010: 31-32) sebagai berikut:

Keunggulan model integrasi pada setiap bidang studi antara lain setiap guru ikut bertanggung jawab akan penanaman nilai-nilai hidup kepada semua siswa, di samping itu pemahamanakan nilai-nilai pendidikan karakter cenderung tidak bersifat informatif-kognitif, melainkan bersifat aplikatif sesuai dengan konteks pada setiap bidang studi. Dampaknya siswa akan lebih terbiasa dengan nilai-nilai yang sudah diterapkan dalam berbagai seting.

Sisi kelemahannya adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua guru. Namun, menjamin kesamaan bagi setiap guru adalah hal yang tidak mudah, hal ini mengingat latar belakang setiap guru yang berbeda-beda. Di samping itu, jika terjadi perbedaan penafsiran nilai-nilai diantara guru sendiri akan menjadikan siswa justru bingung.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk melengkapi kajian teori yang telah diuraikan di atas, berikut diuraikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu:

(26)

dikembangkan layak digunakan dengan kategori sangat baik. 2) hasil uji coba menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan praktis dan efektif meningkatkan karakter dan prestasi siswa.

2. Penelitian Galeh Nur Iadriatno PP (2012), diambil dari kesimpulan mengenai “Hubungan Lingkungan Sekolah, Keluarga, Dan Masyarakat Terhadap Karakter Siswa SMK Negeri Kelompok Teknologi Se-Kabupaten Sleman” didapat sebagai berikut : terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sekolah dengan karakter siswa SMK N kelompok teknologi di Kabupaten Sleman. Dengan sumbangan efektif ubahan lingkungan sekolah terhadap karakter siswa sebesar 8,40%.

3. Penelitian Okky Dwi Cahyandari (2012), diambil dari kesimpulan mengenai “Hubungan Lingkungan Dengan Karakter Siswa SMK Negeri Kelompok Teknologi Se-Kota Yogyakarta” didapat sebagai berikut : terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sekolah dengan karakter siswa SMK Negeri kelompok teknologi se-Kota Yogyakarta. Dengan sumbangan efektif ubahan lingkungan sekolah terhadap karakter siswa sebersar 18,1 %. 4. Penelitian Fistian Novita (2012), diambil dari kesimpulan mengenai

(27)

dokumen silabus dan RPP, (3) evaluasi pendidikan karakter sudah dilaksanakan oleh 100% guru yang menjadi responden, dan 43,75% responden sudah memilih serta menerapkan teknik penilaian yang tepat sesuai nilai karakter yang diintegrasikan, akan tetapi 56,25% responden belum merencanakan secara tertulis dalam dokumen silabus dan RPP, dan (4) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru terutama berkaitan dengan kurangnya pedoman untuk merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan.

(28)

C. Kerangka Pikir

Upaya pemerintah dalam pembentukan karakter siswa di sekolah salah satunya adalah dengan cara mengintegrasikan butir karakter ke dalam pembelajaran. Terdapat empat belas karakter personal dari delapan belasGrand Design karakter yang dibuat oleh Balitbang. Empat belas karakter tersebut adalah: 1) religius, 2) bersahabat, 3) disiplin, 4) mandiri, 5) komunikatif, 6) kreatif, 7) kerja keras, 8) rasa ingin tahu, 9) tanggung jawab, 10) toleransi, 11) jujur, 12) menghargai prestasi, 13) peduli lingkungan, 14) peduli sosial. Pengintegrasian butir karakter ke dalam pembelajaran adalah metode guru yang relevan untuk membentuk karakter siswa, sehingga siswa tidak hanya belajar dan berprestasi tetapi juga memiliki nilai karakter yang luhur.

(29)

Pengintegrasian karakter rasa ingin tahu adalah guru memberikan kesempatan peserta didik untuk menggali lebih dalam dari kebermaknaan ilmu yang mereka pelajari. Pengintegrasian karakter tanggung jawab adalah guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya apabila ada materi yang masih kurang jelas. Pengintegrasian karakter toleransi adalah guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pengintegrasian karakter jujur adalah siswa dengan kesadaran penuh ketika ujian tidak mencontek dan mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri. Pengintegrasian karakter menghargai prestasi adalah guru mengapresiasi siswa yang memiliki prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Pengintegrasian karakter peduli lingkungan adalah guru membimbing peserta didik untuk memetik pelajaran moral yang berharga dari pengetahuan, keterampilan, dan proses pembelajaran yang telah dilalui. Pengintegrasian karakter peduli sosial adalah guru membiasakan murid untuk berjabat tangan pada jam terakhir pelajaran. Obyek penelitian ini adalah mata pelajaran statika.

(30)

mengetahui dan bisa menyelesaikan berbagai hambatan yang dihadapinya sehingga proses penerapan pendidikan karakter di sekolah dapat terlaksana secara optimal.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas, maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar tingkat implementasi karakter religius ke dalam mata pelajaran statika?

2. Seberapa besar tingkat implementasi karakter bersahabat ke dalam mata pelajaran statika?

3. Seberapa besar tingkat implementasi karakter disiplin ke dalam mata pelajaran statika?

4. Seberapa besar tingkat implementasi karakter mandiri ke dalam mata pelajaran statika?

5. Seberapa besar tingkat implementasi karakter komunikatif ke dalam mata pelajaran statika?

6. Seberapa besar tingkat implementasi karakter kreatif ke dalam mata pelajaran statika?

7. Seberapa besar tingkat implementasi karakter kerja keras ke dalam mata pelajaran statika?

8. Seberapa besar tingkat implementasi karakter rasa ingin tahu ke dalam mata pelajaran statika?

9. Seberapa besar tingkat implementasi karakter tanggung jawab ke dalam mata pelajaran statika?

(31)

11. Seberapa besar tingkat implementasi karakter jujur ke dalam mata pelajaran statika?

12. Seberapa besar tingkat implementasi karakter menghargai prestasi ke dalam mata pelajaran statika?

13. Seberapa besar tingkat implementasi karakter peduli lingkungan ke dalam mata pelajaran statika?

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan Survei. Metode deskriptif menurut Moch. Nazir (2003: 54), adalah:

Suatu metode untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Sedangkan pengertian metode survei menurut Moch. Nazir (2003: 56), adalah: Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survey membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.

Metode survei menurut Sugiyono (2002: 3) adalah:

Penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(33)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono (2011: 117) mengemukakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitasdan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Paket Keahlian Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Pengasih, dan sebagai sumber data adalah guru pengampu mata pelajaran statika di SMK Negeri 2 Pengasih.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 118). Dalam penelitian ini sampel diambil menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011: 124). Hal ini dipilih karena berdasarkan data dari jumlah siswa adalah 32 orang, sedangkan syarat minimal dalam pengambilan sampel adalah 30 orang, maka dari itu diambil semua, dan sebagai sumber data adalah guru pengampu mata pelajaran statika di SMK Negeri 2 Pengasih.

Subyek pada penelitian ini adalah guru mata pelajaran statika SMK Negeri 2 Pengasih. Obyek pada penelitian ini adalah mata pelajaran statika.

D. Teknik Pengumpulan Data

(34)

oleh guru statika, dan (3) Karakter yang paling dominan terimplementasikan dari ke 18Grand Designkarakter yang dibuat oleh pemerintah.

Untuk memperoleh data yang valid juga dilakukan analisis dokumen (silabus, RPP dan dokumen penilaian) serta wawancara tak terstruktur untuk melakukan konfirmasi (validasi) mengenai fakta-fakta yang ditemukan melalu analisis dokumen dan angket.

E. Instrumen Penelitian

Untuk membantu mendapatkan data yang akurat, diperlukan instrument penelitian . Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kuisioner (angket). Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket terbuka dan tertutup. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 199).

Angket bentuk terbuka digunakan untuk mengungkap jenis data yang responnya bersifat tidak terbatas (eksploratif), yang menyangkut: (1) nilai-nilai karakter yang dikembangkan melalui pembelajaran statika; (2) nilai karakter yang sering terimplementasikan dalam mata pelajaran statika oleh guru statika; dan (3) Karakter yang paling dominan terimplementasikan dari ke 18 Grand Design karakter yang dibuat oleh pemerintah.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen untuk siswa (Sumber: Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses)

Aspek Indikatoryang

diukur Deskripsi

No Butir Jumlah

+

[image:34.595.74.569.602.730.2]
(35)

Aspek Indikatoryang

diukur Deskripsi

No Butir Jumlah

+

-awal Bersahabat 2. Pembinaan suasana keakraban

dengan peserta didik 2, 4, 5 3

Disiplin 3. Pembinaan disiplin peserta didik 6, 8, 9 1, 7 4 Mandiri 4. Mengaitkan kompetensi dengan nilai

karakter 10, 11, 12 3

Eksplorasi Mandiri 1. Mengembangkan sikap melalui pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

13, 15, 16 14 4

Komunikatif 2. Memberikan kesempatan peserta

didik untuk berinteraksi 17, 18, 19,20 4

Elaborasi Kreatif 1. Memberikan tugas untuk

meningkatkan kreativitas peserta didik 21. 22. 23.24 4 Kerja keras 2. Membimbing peserta didik dalam

pembelajaran kooperatif dan kolaboratif

25, 26, 27, 28

4

Rasa ingin

tahu 3. Menumbuhkan rasa percaya diripeserta didik 29, 31 30 3 Konfirmasi Tanggung

jawab 1. Memberikan konfirmasi dan umpanbalik terhadap hasil eksplorasi peserta didik

32, 33, 34 3

toleransi 2. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan

35, 36, 38, 39, 40

37 6

Jujur 3. Menilai siswa dengan obyektif 41 42 2

Menghargai

prestasi 4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut 43, 44, 45 3 Penutup Peduli

lingkungan 1. Membimbing peserta didik untukmemetik pelajaran moral 46, 47 2

Peduli sosial 2. Berjabat tangan sebelum pulang 49 1

(36)

guru dalam kegiatan pembelajaran statika dengan alternatif jawaban tidak pernah, jarang, sering, selalu.

[image:36.595.128.509.293.442.2]

Menurut Azwar (2011: 98), sesuatu skala sikap biasanya terdiri dari 25-30 pertanyaan sikap (sebagian berupa pertanyaan favorable dan sebagian tidak favorable) yang sudah dipilih berdasarkan kualitas isi dan analisis statika terhadap kemampuan perrtanyaan itu dalam mengungkap sikap sekelompok. Adapun definisi pensekoran untuk masing-masing alternatif jawaban pada variabel yaitu:

Tabel 4. Alternatif Jawaban

Variabel Alternatif Jawaban Skor (nilai)

Kalimat Positif Tidak PernahJarang 12

Sering 3

Selalu 4

Kalimat Negatif Tidak PernahJarang 43

Sering 2

Selalu 1

F. Uji Intrumen 1. Uji Validasi

Menurut Sugiyono (2005: 267) validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada proyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.

(37)

akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Jumlah tenaga ahli yang digunakan pada pengujian ini adalah 5 orang yang terdiri dari 1 dosen pembimbing dan 4 dosen ahli validasi (untuk surat keterangan validasi dapat dilihat pada lampiran 2).

Dilakukan pula analisis validasi secara empirik dengan analisis faktor, untuk mengetahui apakah butir dalam instrumen itu valid atau tidak. Menurut Sugiyono (2008: 126), dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.

Dari uji validitas construct yaitu judgment expert didapat bahwa alat ukur yaitu kuesioner telah valid, namun untuk analisis faktor dimana setelah digunakan untuk pengambilan dan diolah menggunakan program bantu SPSS v.16 didapat 8 butir soal yang tidak valid yaitu no 1,2,3,4,6,13,21,42 (data dapat dilihat di lampiran 2) dari angket siswa. Dikarenakan 8 butir soal tersebut tidak valid maka 8 butir soal tersebut didrop atau dibuang karena tidak dapat digunakan.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2008: 121), instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

(38)

reliabilitas instrument skala Likert (1 sampai 4) atau instrument yang item-itemnya dalam bentuk esai.

Dari hasil uji realibilitas menggunakan SPSS v.16 dari 41 soal yang valid diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,945 > 0,8. Hasil uji reliabilitas menggunakan program SPSS v.16 bisa dilihat pada lampiran 2.

G. Penyajian Data

Hasil perhitungan statistik akan disajikan menggunakan diagram, tabel dan grafik. Perhitungan data menggunakan rumus-rumus akan dibantu menggunakan program bantu excel. Langkah perhitungan/ pengolahan data sebagai berikut:

1. Mencari Distribusi Frekuensi

Langkah perhitungan tersebut seperti yang dituliskan Husaini dan Purnomo (1995: 70) adalah sebagai berikut: (1) urutkan data dari yang terkecil ke data yang terbesar; (2) hitung rentang yaitu data tertinggi dikurang data terendah dengan rumus: [R=data tertinggi - data terendah]; (3) hitung banyak kelas dengan aturan Struges yaitu: [banyak kelas = 1 + 3,3log ] dimana adalah banyaknya data, hasil akhir dibulatkan. Banyak kelas paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas, dipilih menurut keperluannya; (4) hitung panjang kelas

interval dengan rumus : [ = ] ; (5) tentukan ujung bawah kelas

(39)

2. Histogram

Salah satu penyajian data yang digunakan adalah menggunakan penyajian data dengan histogram. Menurut Husaini dan Purnomo (1995: 95), histogram adalah penyajian data distribusi frekuensi yang diubah menjadi diagram batang. Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu mendatar yang menyatakan batas-batas kelas interval dan sumbu tegak yang menyatakan frekuensi absolute atau frekuensi relatif.

H. Teknik Analisis Data 1. Mencari standar deviasi

Menghitung standar deviasi dapat dihitung menggunakan rumus:

= ∑ ( ) ………...(1)

2. Mencari mean

Menghitung mean dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

̅ = ∑

∑ ……….(2)

Keterangan:

̅ = mean (rata-rata) ∑ = jumlah seluruh nilai ∑ = jumlah anggota sampel 3. Interprestasi data

(40)

pernah dengan daerah dari (Mi– 1,5 SDi) ke bawah. Besaran nilai Mididapatkan dari1/

2x (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal), sedangkan besaran nilai SDi didapatkan dari1/

2 x1/3x (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal).

Setelah didapat ubahan data menurut kategori, lalu dibuat batasan dimana akan diambil dari sudut pandang kategori baik ke atas atau baik dan sangat baik. Dengan menjumlahkan hasil prosentase dari kategori baik dan sangat baik akan dievaluasi lagi atau dinilai lagi berdasarkan tabel penilaian sebagai berikut:

Tabel 5. Alternatif Penilaian

Nilai Predikat

(Mi+(1,5 x SDi)) Selalu

Mi – (Mi+(1,5 x SDi)) Sering

(Mi – (1,5 x SDi)) – Mi Jarang

(Mi – (1,5 x SDi)) Tidak Pernah

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Kuantitatif

1. Empat Belas Karakter Personal Secara Keseluruhan

Data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui kuesioner adalah, data terendah 96 dan data tertinggi 164, mean 120,78, dan standar deviasi 20,30. Berdasarkan persamaan Struges (1 + 3,3 log n), didapat banyak kelas 6; dan perhitungan rentang dengan rumus (data tertinggi – data terendah) di dapat hasil 2. Dengan ditemukannya banyak kelas dan rentang, maka dapat dihitung interval

kelas dengan rumus ( = ), didapat 11,33 dan dibulatkan menjadi

11,5. (untuk perhitungan yang lebih detail dapat dilihat pada lampiran 3). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Empat Belas Karakter Personal

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Komulatif (%)Frekuensi

1 95,5-107 7 21.88 21.88

2 107-118,5 10 31.25 53.13

3 118,5-130 5 15.63 68.75

4 130-141,5 8 25.00 93.75

5 141,5-153 0 0.00 93.75

6 153-164,5 2 6.25 100.00

Jumlah 32 100.00

(42)
[image:42.595.150.468.121.297.2]

Gambar 2. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Empat Belas Karakter Personal

Untuk mengetahui gambaran ubahan empat belas karakter personal siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter religius siswa diukur dengan menggunakan 41 butir pertanyaan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (41 x 4)= 164, dan skor terendah ideal (41 x 1)= 41. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (164+41)= 102,5, dan Standar Deviasi ideal (SDi)= ½ x1/

3x (164-41)=

20,30. Maka untuk mengetahui kecenderungan ubahan karakter religius siswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Mi+ 1,5.SDi =132,94 adalah Selalu

Mis/d Mi+ 1,5.SDi = 102,5-132,94 adalah Sering Mi- 1,5.SDis/d Mi = 72,06-102,5 adalah Jarang

Mi- 1,5.SDi =72,06 adalah Tidak Pernah

0 2 4 6 8 10 12 Fr eku en si

Gambar 2. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Empat Belas Karakter Personal

Untuk mengetahui gambaran ubahan empat belas karakter personal siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter religius siswa diukur dengan menggunakan 41 butir pertanyaan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (41 x 4)= 164, dan skor terendah ideal (41 x 1)= 41. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (164+41)= 102,5, dan Standar Deviasi ideal (SDi)= ½ x 1/

3x (164-41)=

20,30. Maka untuk mengetahui kecenderungan ubahan karakter religius siswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Mi+ 1,5.SDi =132,94 adalah Selalu

Mis/d Mi+ 1,5.SDi = 102,5-132,94 adalah Sering Mi- 1,5.SDis/d Mi = 72,06-102,5 adalah Jarang

Mi- 1,5.SDi =72,06 adalah Tidak Pernah

7 10 5 8 0 95,5-107

107-118,5 118,5-130 141,5130- 141,5-153 164,5 153-Nilai Empat Belas Karakter Personal

Gambar 2. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Empat Belas Karakter Personal

Untuk mengetahui gambaran ubahan empat belas karakter personal siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter religius siswa diukur dengan menggunakan 41 butir pertanyaan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (41 x 4)= 164, dan skor terendah ideal (41 x 1)= 41. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (164+41)= 102,5, dan Standar Deviasi ideal (SDi)= ½ x 1/

3x (164-41)=

20,30. Maka untuk mengetahui kecenderungan ubahan karakter religius siswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Mi+ 1,5.SDi =132,94 adalah Selalu

Mis/d Mi+ 1,5.SDi = 102,5-132,94 adalah Sering Mi- 1,5.SDis/d Mi = 72,06-102,5 adalah Jarang

Mi- 1,5.SDi =72,06 adalah Tidak Pernah

2

(43)

Tabel 7. Kategori Deskripsi untuk Implementasi Empat Belas Karakter Personal

No Skor Frekuensi Persentase (%) Mean Kategori

1 >132,94 7 21.88

120.78 sering

2 102,5-132,94 22 68.75

3 72,06-102,5 3 9.38

4 <72,06 0 0

32 100

2. Religius

Karakter religius yang terimplementasikan pada mata pelajaran statika di SMK Negeri 2 Pengasih kelas X Kompetensi Keahlian Gambar Bangunan berdasarkan observasi yang sudah dilakukan adalah pada saat sebelum memulai pelajaran dan sesaat akan mengakiri pelajaran bapak/ ibu guru biasa membimbing murid-murid untuk berdoa terlebih dahulu. Untuk menafsirkan kedalam bentuk prosentase dan terskala maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui kuesioner adalah, data terendah 2 dan data tertinggi 4, mean 3,53, dan standar deviasi 0,67. Berdasarkan persamaan Struges (1 + 3,3 log n), didapat banyak kelas 6; dan perhitungan rentang dengan rumus (data tertinggi – data terendah) di dapat hasil 2. Dengan ditemukannya banyak kelas dan rentang,

maka dapat dihitung interval kelas dengan rumus ( = ), didapat 0,33

(44)
[image:44.595.113.517.122.268.2]

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Karakter Religius

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 4,5-6 7 21.88 21.88

2 6-7,5 5 15.63 37.50

3 7,5-9 13 40.63 78.13

4 9-10,5 5 15.63 93.75

5 10,5-12 2 6.25 100.00

6 12-13,5 0 0 100.00

Jumlah 32 100.00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakter religius di atas didapat histogram sebagai berikut.

Gambar 3. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Karakter Religius

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter religius siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter religius siswa diukur dengan menggunakan 1 butir pertanyaan dengan skala 2 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (1 x 4)= 4, dan skor terendah ideal (1 x 2)= 2. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (4+2)= 3,

[image:44.595.172.488.333.518.2]

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Fr eku en si

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Karakter Religius

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 4,5-6 7 21.88 21.88

2 6-7,5 5 15.63 37.50

3 7,5-9 13 40.63 78.13

4 9-10,5 5 15.63 93.75

5 10,5-12 2 6.25 100.00

6 12-13,5 0 0 100.00

Jumlah 32 100.00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakter religius di atas didapat histogram sebagai berikut.

Gambar 3. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Karakter Religius

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter religius siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter religius siswa diukur dengan menggunakan 1 butir pertanyaan dengan skala 2 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (1 x 4)= 4, dan skor terendah ideal (1 x 2)= 2. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (4+2)= 3,

3

0

9

0

20

1,5-2 2-2,5 2,5-3 3-3,5 3,5-4 Nilai Karakter Religius

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Karakter Religius

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 4,5-6 7 21.88 21.88

2 6-7,5 5 15.63 37.50

3 7,5-9 13 40.63 78.13

4 9-10,5 5 15.63 93.75

5 10,5-12 2 6.25 100.00

6 12-13,5 0 0 100.00

Jumlah 32 100.00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakter religius di atas didapat histogram sebagai berikut.

Gambar 3. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Karakter Religius

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter religius siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter religius siswa diukur dengan menggunakan 1 butir pertanyaan dengan skala 2 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (1 x 4)= 4, dan skor terendah ideal (1 x 2)= 2. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (4+2)= 3,

20

(45)

kecenderungan ubahan karakter religius siswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Mi+ 1,5.SDi =3,49 adalah Selalu

Mis/d Mi+ 1,5.SDi = 3-3,49 adalah Sering Mi- 1,5.SDis/d Mi = 2,50-3 adalah Jarang

Mi- 1,5.SDi =2,50 adalah Tidak Pernah

Tabel 9. Kategori Deskripsi untuk Implementasi Karakter Religius No Skor Frekuensi Persentase (%) Mean Kategori

1 > 3,49 20 62,50

3,53 Selalu

2 3-3,49 9 28,13

3 2,50-3 0 0

4 < 2,50 3 9,38

Total 32 100.00

(46)

3. Bersahabat

Karakter bersahabat yang terimplementasikan pada mata pelajaran statika di SMK Negeri 2 Pengasih kelas X Kompetensi Keahlian Gambar Bangunan berdasarkan observasi yang sudah dilakukan adalah pada saat kegiatan awal pelajaran. yaitu saat pembinaan suasana keakraban dengan peserta didik. Untuk menafsirkan kedalam bentuk prosentase dan terskala maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui kuesioner adalah, data terendah 1 dan data tertinggi 4, mean 3,47, dan standar deviasi 0,76. Berdasarkan persamaan

Struges(1 + 3,3 log n), didapat banyak kelas 6; dan perhitungan rentang dengan

rumus (data tertinggi – data terendah) di dapat hasil 3. Dengan ditemukannya banyak kelas dan rentang, maka dapat dihitung interval kelas dengan rumus

( = ), didapat 0,5. (untuk perhitungan yang lebih detail dapat dilihat

pada lampiran 3).

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Karakter Bersahabat

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 1-1,5 1 3.13 3.13

2 1,5-2 0 0.00 3.13

3 2-2,5 2 6.25 9.38

4 2,5-3 0 0.00 9.38

5 3-3,5 10 31.25 40.63

6 3,5-4 19 59.375 100.00

Jumlah 32 100.00

(47)
[image:47.595.169.488.109.300.2]

Gambar 4. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Karakter Bersahabat

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter bersahabat siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter bersahabat siswa diukur dengan menggunakan 1 butir pertanyaan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (1 x 4)= 4, dan skor terendah ideal (1 x 1)= 1. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (4+1)= 2,5; dan Standar Deviasi ideal (SDi)= ½ x 1/

3 x (4-1)= 0,49. Maka untuk

mengetahui kecenderungan ubahan karakter bersahabat siswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Mi+ 1,5.SDi =3,24 adalah Selalu

Mis/d Mi+ 1,5.SDi = 3-3,24 adalah Sering Mi- 1,5.SDis/d Mi = 1,75-3 adalah Jarang

Mi- 1,5.SDi =1,75 adalah Tidak Pernah

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Fr eku en si

Gambar 4. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Karakter Bersahabat

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter bersahabat siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter bersahabat siswa diukur dengan menggunakan 1 butir pertanyaan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (1 x 4)= 4, dan skor terendah ideal (1 x 1)= 1. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (4+1)= 2,5; dan Standar Deviasi ideal (SDi)= ½ x 1/

3 x (4-1)= 0,49. Maka untuk

mengetahui kecenderungan ubahan karakter bersahabat siswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Mi+ 1,5.SDi =3,24 adalah Selalu

Mis/d Mi+ 1,5.SDi = 3-3,24 adalah Sering Mi- 1,5.SDis/d Mi = 1,75-3 adalah Jarang

Mi- 1,5.SDi =1,75 adalah Tidak Pernah

1 0 2 0

10

1-1,5 1,5-2 2-2,5 2,5-3 3-3,5 Nilai Karakter Bersahabat

Gambar 4. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Karakter Bersahabat

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter bersahabat siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter bersahabat siswa diukur dengan menggunakan 1 butir pertanyaan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 1 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (1 x 4)= 4, dan skor terendah ideal (1 x 1)= 1. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (4+1)= 2,5; dan Standar Deviasi ideal (SDi)= ½ x 1/

3 x (4-1)= 0,49. Maka untuk

mengetahui kecenderungan ubahan karakter bersahabat siswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Mi+ 1,5.SDi =3,24 adalah Selalu

Mis/d Mi+ 1,5.SDi = 3-3,24 adalah Sering Mi- 1,5.SDis/d Mi = 1,75-3 adalah Jarang

Mi- 1,5.SDi =1,75 adalah Tidak Pernah

10

19

(48)

Tabel 11. Kategori Deskripsi untuk Interprestasi Karakter Bersahabat No Skor Frekuensi Persentase (%) Mean Kategori

1 3,24 19 59,38

3,47 Selalu

2 3-3,24 10 31,25

3 1,75-3 2 6,25

4 1,75 1 3,13

Total 32 100.00

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui gambaran kondisi karakter bersahabat siswa kelas X SMK N 2 Pengasih Kompetensi Keahlian Gambar Bangunan berada pada kategori selalu sebanyak 19 siswa (59,38%), kategori sering sebanyak 10 siswa (31,25%), kategori jarang sebanyak 2 sisiswa (6,25%), dan kategori tidak pernah sebanyak 1 siswa (3,13%). Untuk menguatkan hasil dari kuesioner tersebut maka peneliti juga melakukan wawancara kepada guru dan siswa. Bentuk draft wawancara terlampir di lampiran, adapun hasil dari wawancara menunjukkan jika pada saat kegiatan awal pelajaran bentuk dari keakraban adalah guru selalu menyapa dan memberi salam kepada siswa, dan siswa juga melakukan hal yang sama. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa karakter barsahabat selalu diterapkan di kelas saat pelajaran berlangsung.

4. Disiplin

(49)

kuesioner adalah, data terendah 5 dan data tertinggi 12, mean8,06, dan standar deviasi 1,79. Berdasarkan persamaan Struges (1 + 3,3 log n), didapat banyak kelas 6; dan perhitungan rentang dengan rumus (data tertinggi – data terendah) di dapat hasil 7. Dengan ditemukannya banyak kelas dan rentang, maka dapat

dihitung interval kelas dengan rumus ( , didapat 1,17 dan

[image:49.595.174.488.525.702.2]

dibulatkan menjadi 1,5. (untuk perhitungan yang lebih detail dapat dilihat pada lampiran 3).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Karakter Disiplin

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 4,5-6 7 21.88 21.88

2 6-7,5 5 15.63 37.50

3 7,5-9 13 40.63 78.13

4 9-10,5 5 15.63 93.75

5 10,5-12 2 6.25 100.00

6 12-13,5 0 0 100.00

Jumlah 32 100.00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakter disiplin di atas didapat histogram sebagai berikut:

Gambar 5. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Fr eku en si

kuesioner adalah, data terendah 5 dan data tertinggi 12, mean8,06, dan standar deviasi 1,79. Berdasarkan persamaan Struges (1 + 3,3 log n), didapat banyak kelas 6; dan perhitungan rentang dengan rumus (data tertinggi – data terendah) di dapat hasil 7. Dengan ditemukannya banyak kelas dan rentang, maka dapat

dihitung interval kelas dengan rumus ( = ), didapat 1,17 dan

dibulatkan menjadi 1,5. (untuk perhitungan yang lebih detail dapat dilihat pada lampiran 3).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Karakter Disiplin

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 4,5-6 7 21.88 21.88

2 6-7,5 5 15.63 37.50

3 7,5-9 13 40.63 78.13

4 9-10,5 5 15.63 93.75

5 10,5-12 2 6.25 100.00

6 12-13,5 0 0 100.00

Jumlah 32 100.00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakter disiplin di atas didapat histogram sebagai berikut:

Gambar 5. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai 7

5

13

5

2

4,5-6 6-7,5 7,5-9 9-10,5 10,5-12 Nilai Karakter Disiplin

kuesioner adalah, data terendah 5 dan data tertinggi 12, mean8,06, dan standar deviasi 1,79. Berdasarkan persamaan Struges (1 + 3,3 log n), didapat banyak kelas 6; dan perhitungan rentang dengan rumus (data tertinggi – data terendah) di dapat hasil 7. Dengan ditemukannya banyak kelas dan rentang, maka dapat

dihitung interval kelas dengan rumus ( , didapat 1,17 dan

dibulatkan menjadi 1,5. (untuk perhitungan yang lebih detail dapat dilihat pada lampiran 3).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Karakter Disiplin

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 4,5-6 7 21.88 21.88

2 6-7,5 5 15.63 37.50

3 7,5-9 13 40.63 78.13

4 9-10,5 5 15.63 93.75

5 10,5-12 2 6.25 100.00

6 12-13,5 0 0 100.00

Jumlah 32 100.00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakter disiplin di atas didapat histogram sebagai berikut:

Gambar 5. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai 2

(50)

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter disiplin siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter disiplin siswa diukur dengan menggunakan 3 butir pertanyaan dengan skala 1 sampai dengan 4. Dari 3 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (3 x 4)= 12, dan skor terendah ideal (3 x 1)= 3. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x (12+3)= 7,5; dan Standar Deviasi ideal (SDi)= ½ x1/

3 x (12-3)= 1,5. Maka untuk

mengetahui kecenderungan ubahan karakter disiplin siswa yang didasarkan atas skor ideal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Mi+ 1,5.SDi =9,72 adalah Selalu

Mis/d Mi+ 1,5.SDi = 3-9,72 adalah Sering Mi- 1,5.SDis/d Mi = 5,27-3 adalah Jarang Mi- 1,5.SDi =5,27 adalah Tidak Pernah

Tabel 13. Kategori Disiplin untuk Interprestasi Karakter Disiplin No Skor Frekuensi Persentase (%) Mean Kategori

1 9,72 7 21,88

8.06 Sering

2 7,5-9,72 13 40,63

3 5,27-7,5 9 28,13

4 5,27 3 9,38

Total 32 100.00

(51)

wawancara kepada guru dan siswa. Bentuk draft wawancara terlampir di lampiran, adapun hasil dari wawancara menunjukkan bahwa guru dan murid sering datang tepat waktu dalam memasuki ruangan kelas, hanya beberapa kali saja terlambat dikarenakan ada suatu hal yang teramat penting untuk dilakukan, dan sebelumnya sudah mengkonfirmasi jika akan terlambat memasuki ruangan kelas. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa karakter disiplin sering diterapkan di kelas saat pelajaran berlangsung.

5. Mandiri

Karakter mandiri yang terimplementasikan pada mata pelajaran statika di SMK Negeri 2 Pengasih kelas X Kompetensi Keahlian Gambar Bangunan berdasarkan observasi yang sudah dilakukan adalah pada saat kegiatan eksplorasi, yaitu pembelajaran yang berpusat pada murid. Untuk menafsirkan kedalam bentuk prosentase dan terskala maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui kuesioner adalah, data terendah 13 dan data tertinggi 24, mean 17,97, dan standar deviasi 2,47. Berdasarkan persamaan Struges (1 + 3,3 log n), didapat banyak kelas 6; dan perhitungan rentang dengan rumus (data tertinggi – data terendah) di dapat hasil 11. Dengan ditemukannya banyak kelas dan

rentang, maka dapat dihitung interval kelas dengan rumus ( = ),

(52)
[image:52.595.113.507.123.268.2]

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Karakter Mandiri

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 12-14 2 6.25 6.25

2 14-16 6 18.75 25.00

3 16-18 11 34.38 59.38

4 18-20 10 31.25 90.63

5 20-22 1 3.13 93.75

6 22-24 2 6.25 100.00

Jumlah 32 100.00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakter mandiri di atas didapat histogram sebagai berikut:

Gambar 6. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Karakter Mandiri

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter mandiri siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi). Hasil data yang diperoleh pada ubahan karakter mandiri siswa diukur dengan menggunakan 6 butir pertanyaan dengan skala 2 sampai dengan 4. Dari 6 butir pertanyaan yang ada, diperoleh skor tertinggi ideal (6 x 4)= 24, dan skor terendah ideal (6 x 1)= 6. Dari data tersebut diperoleh hasil Mean ideal (Mi)= ½ x

[image:52.595.173.487.338.518.2]

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Fr eku en si

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Karakter Mandiri

No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif(%) Frekuensi Komulatif(%)

1 12-14 2 6.25 6.25

2 14-16 6 18.75 25.00

3 16-18 11 34.38 59.38

4 18-20 10 31.25 90.63

5 20-22 1 3.13 93.75

6 22-24 2 6.25 100.00

Jumlah 32 100.00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakter mandiri di atas didapat histogram sebagai berikut:

Gambar 6. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan Nilai Karakter Mandiri

Untuk mengetahui gambaran ubahan karakter mandiri siswa, terlebih dahulu menghitung harga Mean ideal (

Gambar

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen untuk siswa (Sumber: Permendiknas Nomor 41Tahun 2007 Tentang Standar Proses)
Tabel 4. Alternatif Jawaban
Gambar 2. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan NilaiGambar 2. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan NilaiGambar 2
Gambar 3. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan NilaiGambar 3. Histogram Hubungan antar Frekuensi dengan NilaiGambar 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ILMU STATIKA DAN TEGANGAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN MELALUI PEMBERIAN PENGUATAN.. SISWA KELAS X SMK NEGERI

Berdasarkan pendeskripsian relevansi antara Mata Kuliah Gambar Teknik, Mata Pelajaran Produktif Gambar Teknik dan Standar Uji Kompetensi Keahlian Gambar Teknik,

Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Dan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Menerapkan Ilmu Statika dan Tegangan (MIST)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan keaktifan belajar siswa paket keahlian Gambar Bangunan pada mata pelajaran Mekanika Teknik menggunakan model

Hasil Belajar Mata Diklat Konstruksi Bangunan Siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Pelajaran 2016/2017. (sumber

Mengidentifikasi Bangunan Gedung pada siswa kelas X Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Kisaran, 3) Apakah Konsep Diri dan Kemampuan Penalaran

Dengan Hasil Belajar Menerapkan Gambar Dasar Teknik siswa Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Pelajaran 2015/2016. Fakultas Teknik

Memang ada perbedaan jumlah Sub Kompetensi tetapi Subtansi kedua Kompetensi diatas sama, dan (3) ada 8 kompetensi yang dibutuhkan di dunia industri tetapi belum ada pada SMK