• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Kata IPA adalah singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang berasal dari kata Bahasa Inggris Natural Science sering disingkat Science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkutan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam atau Science dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Webste’s: New Colleygiate Dictionary (1981) (dalam, Adi Winanto dkk: 1)

menyatakan “natural science is knowledge concemed with the physical word and

its phenomena” yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang

alam dan gelaja-gejalanya. Sedangkan di dalam Pumell’s: Concise Dictionary of

Science (1983) (dalam Adi Winanto dkk: 2) definisinya “Science is the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by mean of rules, lows, principles, theories, and hyphotheses” yang

artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematis, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, psinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.

Dalam perkembangannya IPA atau Science terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut Biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik alam disebut Fisika. Ilmu yang mempelajari khusus bagian bumi dan antariksa disebut Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut Ilmu Kimia.

(2)

Menurut Depdiknas 2006 “IPA di sekolah dasar diajarkan mulai dari kelas I hingga VI”, yaitu:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, meliputi: manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungannya, serta kesehatan;

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas; 3) energi dan perubahannya meliputi: gaya,bunyi, panas, magnet,

listrik,cahaya, dan pesawat sederhana;

4) bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit.

Berdasarkan pengertian-pengertian IPA di atas, dapat disimpulkan bahwa, IPA adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari peristiwa dan gejala alam meliputi kehidupan makhluk hidup, bagian bumi dan antariksa, gejala fisik alam, dan sifat dan kegunaan materi benda-benda.

2.1.2 Pembelajaran IPA di SD

Menurut (H. Ahmad Sabri, 2005: 34), “Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga terjadi proses belajar dalam arti adanya perubahan perilaku individu siswa itu sendiri. Perubahan tersebut bersifat,“intensional, positif-aktif, dan efektif fungsional”.

Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Apabila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkai upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini, 2004: 4 ).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses belajar mengajar dimana ada hubungan timbal balik atau komunikasi antara siswa dengan guru baik di dalam maupun di luar kelas.

(3)

Keduanya harus saling melengkapi agar guru dan siswa selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin dan penerapannya di dalam masyarakat pendidikan IPA menjadi penting. Dalam pembelajaran IPA di SD ini disesuaikan dengan struktur kognitif siswa. Dengan struktur kognitifnya, maka memberikan mereka kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dengan tahap perkembangan siswa.

Keterampilan proses IPA untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolodan Marten (dalam Herry Sanoto dkk, 2014: 20) adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, menggunakan pengetahuan baru untuk melihat apakah ramalan-ramalan itu benar. Paolo dan Marten menegaskan bahwa, “Dalam IPA mencakup coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal, dan mencoba lagi”. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang diajukan.

Dalam IPA anak-anak bersikap skeptik, sehingga anak-anak selalu siap memodifikasi model-model mereka, keterampilan proses IPA tentang alam sejalan dengan penemuan-penemuan mereka yang didapatkan dan dilatih sesuai dengan tahap perkembangan anak. Sehingga IPA sangat perlu diajarkan di sekolah.

Dengan demikian pembelajaran IPA, dapat melatih dan memberikan kesempatan anak-anak untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses dan penemuan-penemuan mereka yang disesuaikan dengan tahap perkembangan usia dan karakteristik anak, agar dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-harinya.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pendidikan IPA berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 menyatakan tujuan pembelajaran IPA adalah:

(4)

1. Memperoleh keyakinan terhadapan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan- Nya; 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan;

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam;

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan;

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan Ipa sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikannya (SMP/MTs);

8. Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan IPA di SD bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep IPA dan keterkaitannya serta mampu mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Pencita-Nya.

2.1.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Ruang lingkup pelajaran IPA meliputi makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas, energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, dan bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Kompetensi tersebut merupakan peristiwa alam dan dampak pada makhluk hidup serta lingkungannya.

(5)

2.2 Aktivitas dan Hasil Belajar 2.2.1 Aktivitas Belajar

Aktivitas menurut Mulyono Anton (2001: 26) aktivitas merupakan kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik ataupun non fisik merupakan suatu aktivitas.

Belajar menurut Hamalik (2011: 28), “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek apresiasi, emosional, sosial, jasmani, etis dan budi pekerti dan sikap”.

Belajar menurut Sanjaya (2010: 170), “belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan”. Oleh karena itu, pengalaman harus dapat mendorong siswa beraktivitas melakukan sesuatu.

Aktivitas tidak dimaksudkan pada aktivitas fisik, melainkan aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Pembelajaran aktivitas siswa berpaduan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara simbang. Sehingga aktivitas belajar merupaka segala sesuatu yang dilakukan dalam pembelajaran dan proses interaksi dalam rangkai untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Sadirman (2011: 100), “Aktivitas belajar adalah aktivitas yang berupa fisik dan mental”. Dalam proses belajar kedua aktivitas tersebut harus saling berkaitan. Lebih lanjut piaget menerangkan pada buku Sadirman,bahwa jika seorang anak berfikir tanpa melakukan sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 317), “aktivitas didefinisikan sebagai Kegiatan, usaha atau pekerjaan”. Sedangkan “belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilaku” (Iskandar, 2009: 102). Sehingga aktivitas belajar dapat diartikan kegiatan dan usaha seseorang untuk merubah perilakunya dengan berinteraksi dengan lingkungan.

Berdasarkan pendapat di atas, aktivitas belajar dapat disimpulkan berupa kegiatan proses belajar mengajar dalam perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu baik secara fisik maupun non fisik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

(6)

2.2.2 Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Menurut Dierich (dalam Hamalik, 2009: 90) jenis-jenis aktivitas dibagi dalam delapan kelompok sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan Visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan, percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket

5. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, mencari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, tenang dan lain-lain.

2.2.3 Manfaat Aktivitas Belajar

Hamalik (2009: 91) mengemukakan bahwa, penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:

1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; 2. Berbuat sendiri akan mengmbangkan seluruh aspek pribadi siswa;

(7)

3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok;

4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat kerja kelompok;

5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat;

6. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan hubungan antara guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa;

7. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara relistis dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme;

8. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

2.2.4 Hasil Belajar

Menurut Suharsimi Arikunto dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 5) “guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun sekolah”.

Menurut Agus Suprijono (2011: 7), “hasil belajar adalah perubahan tingkah laku keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja”. Sedangkan menurut Sudjana (2011: 21), “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Menurut Hamalik (2003), “hasil belajar adalah pola-pola pembuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik”. Sementara Sudjana (2002) berpendapat bahwa “hasil belajar adalah

(8)

kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Taksonomi Bloom dan kawan-kawan (dalam S. Arikunto, 2012: 131) membagi hasil belajar atas 3 ranah, antara lain:

1. Ranah kognitif

Ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak. Dalam ranah kognitif terdapat 6 proses berpikir, yaitu: (1) mengenal (recognition), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan atau aplikasi (aplication), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (syntesis), dan (6) penilaian (evaluation).

2. Ranah afektif

Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ada 5 jenis ranah afektif, antara lain: (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan (responding), (3) penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization), dan (5) penjati dirian (characterization).

3. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan tujuan pendidikan.

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

1) Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu), yaitu:

a. faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)

b. faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan)

(9)

2) Faktor Eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi tiga faktor, antara lain:

1. Faktor Keluarga

Siswa belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara mendidik orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Faktor Sekolah

Fator sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup: metode mengajar, kurikulum yang digunakan, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standard pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksteren yang mempengaruhi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi belajar siswa dalam masyarakat meliputi: kegiatan anak dalam masyarakat, mas media (bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik, dan lain-lain yag beredar di masyarakat), teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam lingkungan masyarakat.

2.3 Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectual) 2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran SAVI

Dc Porter (2011: 113) dalam bukunya Quantum Learning, mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan modalitas kinistetik (somatic).

Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau

somatis (S), pendengaran atau auditoral (A), penglihatan atau visual (V), dan Intelektual (I).

Menurut Rose (2011: 30) ciri yang mencerminkan gaya belajar model SAVI antara lain:

(10)

a. Belajar visual melalui melihat sesuatu. Mereka menyaksikan video. Mereka juga suka membaca kata tertulis, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas;

b. Pembelajaran auditori melalui mendengar sesuatu. Mereka suka mendengarkan kaset, radio, ceramah, diskusi, debat, dan intruksi (perintah) verbal;

c. Pembelajaran fisik (somatis) senang dalam pembelajaran praktik karena belajar secara langsung dengan mencoba sendiri. Mereka suka berbuat ketika belajar, dengan bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri.

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa. SAVI kependekan dari Somatic, yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditory, belajar melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visualization, belajar menggunakan mata yaitu mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media, dan alat peraga. Intellectualy, belajar menggunakan kemampuan berpikir

(minds-on) yaitu berkonsentasi pikiran dan berlatih.

Menurut Dave Meier (2002) pada handbook The Accelerated Learning, pendekatan SAVI merupakan pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada kegiatan pembelajaran. Sehingga, pembelajaran ini dinamakan SAVI. Unsur-unsurnyas sebagai berikut.

1. Somatic : Belajar dengan bergerak dan berbuat 2. Auditory : Belajar dengan berbicara dan mendengar

3. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan 4. Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung Keempat cara beajar ini harus ada agar belajar berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semua terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultan.

(11)

Menurut Dave Meier (2000) merupakan pendidik, trainer, sekaligus model

accelerated learning. Salah satu strategi pembelajarannya adalah apa yang dikenal

dengan SAVI (Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually). Berikut ini adalah cara-cara yang bisa menjadi starting point guru dalam melaksanakan pembelajaran SAVI.

1. Somatic: Learning by Doing

Misalnya:

a. Rancanglah sebuah proyek yang dapat mendorong siswa untuk bergeak di tempat-tempat yang berbeda;

b. Sediakan tipe yang bisa didengarkan oleh siswa selama mereka berjalan, berlari, berlompatan kecil, atau bekerja;

c. Berikan waktu break sesering mungkin ketika siswa tengah belajar, lalu ajaklah mereka untuk segera bergerak ketika sedang menemukan gagasan baru;

d. Biarkan siswa berdiri dan berjalan ketika mereka tengah mendengarkan, menonton, atau berpikir;

e. Berikanah sesuatu yang bisa mereka mainkan selama melakukan aktivitas (tetapi pastikan benda tidak menimbulkan kekacauan); f. Mintalah siswa untuk menulis dalam sebuah kartu tentang apa yang

mereka pelajari;

g. Sesekali mintalah mereka untuk memperagakan gagasan dalam bentuk teater, mimik, atau sentuhan;

h. Cobalah meminta mereka untuk membuat oret-oretan setiap mereka membaca teks tertulis.

S Somatic Learning by Doing

A Auditory Learning by Hearing

V Visual Learning by Seeing

(12)

2. Auditory: Learning by Hearing

Misalnya:

a. Mintalah siswa untuk menjelaskan apa yang telah mereka pelajari dari orang lain;

b. Mintalah siswa untuk membacakan buku atau handout dengan suara keras, jika perlu dengan mimik dan gesture yang bisa menunjukkan sebuah karakter;

c. Rekamlah proses presentasi pengajaran, dan mintalah siswa untuk mendengarkan sejenak di ruang kelas;

d. Ketika tengah membaca teks, sesekali mintalah siswa untuk membacakan gagasan utama dalam teks tersebut dengan suara lantang;

e. Bacalah sebuah gagasan unik layaknya mantra, jika perlu, siswa diminta untuk melagukannya;

f. Libatkan siswa dalam diskusi dan jajak pendapat dengan siswa lain.

3. Visual : Learning by Seeing

a. Tugaskan siswa untuk membaca satu atau dua paragraf, kemudian mintalah mereka untuk membuat sinopsis singkat tentang apa yang dibacanya;

b. Mintalah siswa untuk mencatat setiap penjelasan penting yang disampaikan;

c. Mintalah siswa untuk membuat gambar, mural, atau lukisan tentang gagasan mereka;

d. Bagikan teks materi pelajaran, dan pastikan teks tersebut sudah dihighlight dengan warna yang berbeda-beda setiap konsepnya; e. Gambarlah mindmap di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk

(13)

4. Intellectual : Learning by Thinking

Misalnya :

a. Setiap menyelesaikan pembelajaran, siswa diminta untuk menuliskan atau merefleksikan apa yang telah dipelajari dan menghubungkan dengan apa yang telah diketahui;

b. Mintalah siswa untuk menggambarkan diagram yang menggambarkan apa yang telah direfleksikan;

c. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dipelajari dan meminta siswa untuk berpikir tentang pemecahannya;

d. Sesekali buatlah analogi dan metafor untuk merangsang siswa berpikir tentang apa yang terkandung di dalamnya.;

e. Buatlah semacam rangkuman materi untuk menyusunnya dalam kategori.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI merupakan kegiatan pembelajaran memanfaatkan dan mengiptimalkan alat indera dengan aktif, aktivitas melihat/mengamati, aktivitas mendengarkan, dan aktivitas tubuh memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik.

2.3.2 Tujuan Model Pembelajaran SAVI

Tujuan model pembelajaran SAVI adalah:

1. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang melibatkan seluruh indera yang dimiliki siswa;

2. Meningkatkan hasil belajar karena pembelajaran memberikan pengalaman belajar terhadap peserta didik untuk diingatnya;

3. Meningkatkan cara berpikir kritis pada peserta didik.

2.3.3 Prinsip Model Pembelajaran SAVI

Meier (Sidjabat:2009) Model pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan

Accelerated Learning. Maka prinsipnya sejalan juga dengan Accelerated Learning, yaitu:

(14)

2. Pembelajaran menjadi berkreasi;

3. Kerjasama membantu proses pembelajaran;

4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan;

5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan tersebut sendiri dengan umpan balik;

6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran;

7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

2.3.4 Karakteristik Model Pembelajaran SAVI

Sesuai dengan singkatannya dari SAVI yaitu Somatic, Auditori, Visual, and

Intellectual, maka terdapat empat karakteristik (Herdian) sebagai berikut:

1. Somatic

“Somatic” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma (seperti dalam

psikosomatis). Sehingga pembelajaran Somatic adalah belajar dengan indra

peraba, kinestetis, praktis, melibatkan fisik dengan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.

2. Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengarkan, pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita secara terus menerus menangkap dan menyimpan informasi tanpa kita sadari. Sehingga siswa menjadi aktif sendiri.

Dalam pembelajaran mengajak siswa untuk membicarakan apa yang sedang dipelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan berbicara, memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, menguasai ketrampilan, menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.

3. Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Pembelajar visual belajar, baik dilakukan dengan melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala hal ketika siswa sedang belajar. Dengan ketrampilan visual yang kuat, meminta siswa mengamati situasi dunia nyata lalau memikirkan serta membicarakan situasi tersebut, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkan.

(15)

4. Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Proses pembelajaran dengan pikiran mereka secara internal dan menggunakan kecerdasan pikiran mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Sehingga makna intelektual itu sendiri yaitu bagian diri yang merenung, menciptakan, dan memecahkan masalah.

Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah termasuk dalam aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan melainkan dapat benar-benar memahami dan mengalami secara langsung apa yang dipelajari. Disini guru juga sangat berperan dalam penerapnya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitas dalam memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga dan bahan ajar yang menarik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Sehingga pada pembelajaran SAVI inilah terjadi pembelajaran “kreatif” yang memanfaatkan dan mengajak siswa untuk bergerak secara fisik (S), mempunyai auditori kuat (A), adanya belajar visual (V) dan melibatkan intelektualnya (I) maka siswa akan dapat menerima pelatihan ketrampilannya dengan memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.

2.3.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran SAVI

Menurut Dave Meier (2002:103) siklus Model Pembelajaran SAVI mempunyai empat unsur, antara lain:

1. Persiapan (Preparation), timbulnya minat;

2. Penyampaian (Presentation), perjumpaan pertama dengan pengetahuan atau ketrampilan baru;

3. Pelatihan (Practice), integrasi pengetahuan atau keterampilan baru;

4. Penampilan Hasil (Performance), penerapan pengetahuan dan keterampilan baru pada situasi dunia-nyata.

(16)

Empat unsur tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan pembelajaran untuk belajar. Tujuan tah persiapan ini adalah guru menimbulkan minat peserta didik dalam pembelajarannya dengan memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar (Meire, 2003: 106) secara spesifik meliputi:

a. Memberikan sugesti positif;

b. Memberikan pernyataan yang bermanfaat pada peserta didik; c. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna;

d. Menciptakan lingkungan fisik yang positif; e. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa;

f. Menciptakan lingkungan emosional yang positif; g. Menciptakan lingkungan sosial yang positif; h. Menenangkan rasa takut;

i. Menyingkirkan hambatan dalam belajar;

j. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah;

k. Mengajak peserta didik terlibat penuh sejak awal dalam pembelajaran. Adapun komponen dalam tahap persiapan pembelajaran ini, antara lain:

a. Sugesti positif;

b. Lingkungan fisik yang positif; c. Tujuan yang jelas dan bermakna; d. Manfaat bagi pembelajaran;

e. Sarana persiapan belajar sebelum pembelajaran dimulai; f. Lingkungan sosial yang positif;

g. Keterlibatan penuh pembelajaran; h. Rangsangan rasa ingin tahu. 2. Tahap Penyampaian

Pada tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tujuan penyampaian adalah guru

(17)

hendaknya membantu siswa untuk menemukan materi belajar yang baru secara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru:

a. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan; b. Pengamatan fenomena dunia nyata;

c. Melibatkan seluruh panca indera; d. Presentasi interaktif;

e. Grafik dan sarana presentasi warna- warni ;

f. Berbagai macam cara untuk disesuaikan gaya belajar; g. Proyek belajar berdasarkan kemitraan dan berdasarkan tim; h. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok); i. Pengalaman belajar yang kontestual;

j. Pelatihan memecahkan masalah. 3. Tahap Pelatihan

Tahap pelatihan merupakan intisari Accelerated Learning. Tahap ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap pengalaman belajar secara keseluruhan. Pada tahap ini merupakan pembelajaran berlangsung. Tahap pelatihan ini bertujuan membantu siswa untuk mengintegrasikan, memadukan pengetahuan, dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:

a. Aktivitasmemproses siswa dalam pembelajaran;

b. Usaha aktif atau umpan balik atau perenungan usaha kembali secara langsung;

c. Simulasi dunia nyata; d. Permainan dalam belajar; e. Latihan belajar lewat praktik; f. Aktivitas pemecahan masalah; g. Refleksi dan artikulasi individu;

h. Dialog secara berpasangan atau berkelompok; i. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif;

(18)

k. Mengajar kembali. 4. Tahap Penampilan Hasil

Setelah mengalami tiga tahap pembalajaran, pada tahap ini memerlukan dan memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan dapat diterapkan. Tahap penampilan ini bertujuan agar guru dapat membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru peserta didik pada pekerjaan. Sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan:

a. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera; b. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi;

c. Aktivitas penguatan penerapan; d. Pelatihan terus menerus;

e. Materi penguatan persepsi;

f. Umpan balik dan evaluasi kinerja; g. Aktivitas dukungan teman;

h. Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung. Adapun komponen dalam tahap penampilan hasil ini, meliputi:

a. Berlatih berpakaian;

b. Mengevaluasi pembelajaran;

c. Mengevaluasi dan meningkatkan program belajar;

d. Merencanakan penerapan dalam pekerjaan atau dalam pembelajaran; e. Menguatkan pembelajaran;

f. Memastikan dukungan organisasi pembelajaran baru; g. Mengevaluasi pelaksanaan kerja atau pembelajaran; h. Mengembangkan pembelajaran;

i. Meningkatkan prestasi siswa.

Berdasarkan tahapan di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa dengan penggunaan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, and

Intellectual) dalam pembelajaran IPA dapat digunakan dengan batasan

(19)

1. Tahap Persiapan (Kegiatan Awal)

Pada tahap ini merupakan bentuk dari penerapan pembelajaran Auditori (A), yaitu guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi dan bercerita sesuai dengan kehidupan sehari-hari berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Kegiatan ini dilakukan agar dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini merupakan bentuk dari penerapan pembelajaran Visual (V), yaitu guru menayangkan video yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Kemudian guru memberi pertanyaan sesuai dengan video yang sudah ditayangkan. Video ini termasuk benda kongkrit atau gambaran kongkrit dalam kegiatan pembelajaran pada materi karena dapat menumbuhkan sifat positif peserta didik, dan memberikan tujuan yang jelas dan bermakna.

3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Pada tahap ini adalah bentuk dari penerapan pembelajaran Somatic (S), bergerak dan berbuat yaitu guru memberikan lembar kerja kelompok untuk dikerjakan dengan anggota kelompoknya (setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota) setiap kelompok melakukan percobaan tentang materi yang akan disampaikan. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan di depan kelas dengan bantuan dan bimbingan guru. Setelah dipresentasikan lalu dibahas dan dikumpulkan hasil diskusi tersebut.

4. Tahap Penampilan (Kegiatan Penutup)

Pada tahap ini merupakan bentuk dari penerapan pembelajaran Intelektual (I), yaitu guru memberikan soal latihan secara individu untuk dikerjakan dengan kemampuan berpikir masing-masing siswa dan memberikan pesan moral yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

(20)

Tabel 2.1

Rencana Kegiatan Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran SAVI

Kegiatan Langkah-langkah pembelajaran Alokasi waktu

Persiapan 1. Guru mengatur kondisi kelas dan tempat duduk siswa

2. Guru mengecek kesiapan siswa, media pembelajaran, dan ruang kelas

2 menit

Kegiatan awal 1. Guru membuka pembelajaran dengan salam

2. Guru melakukan apersepsi dengan bercerita dan memberikan pertanyaan sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan

5 menit

Kegiatan inti 1. Guru menayangkan video berkaitan dengan materi yang akan

disampaikan

2. Bertanya jawab tentang video yang sudah ditayangkan, untuk menggali pengetahuan siswa

3. Guru menyampaikan materi pembelajaran

4. Mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok heterogen setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa

5. Setiap kelompok mempunyai alat peraga

6. Meminta siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkahnya

7. Setiap kelompok diberikan lembar kerja kelompok yang sudah disiapkan 8. Setiap kelompoknya berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja

9. Selama diskusi berlangsung guru membimbing dan mengamati cara kerja setiap kelompok secara bergantian

10. Siswa diminta untuk mempresentasikan diskusinya di depan kelas. Siswa yang lain menanggapinya

55 menit

Kegiatan penutup

1. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang baik

2. Memberikan penguatan kepada kelompok yang tidak mendapatkan penghargaan

3. Menyimpulkan materi pembelajaran 4. Memberikan soal evaluasi

5. Memberikan refleksi pesan moral yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

6. Menutup pembelajaran dengan salam

(21)

2.4 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang ingin penulis teliti, tetapi mempunyai sudut pandang yang berbeda. Penelitian tersebut antara lain:

Nafiah (292009046, UKSW, 2013) yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Dengan Pembelajaran SAVI Untuk Siswa Kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Semester II Tahun 2012/2013”. Dengan variabel

independen SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual ), serta dependennya

aktivitas belajar dan hasil belajar matematika. Dengan metode pembelajaran SAVI hasilnya menunjukkan kriteria aktivitas kelompok dan individu tergolong tinggi. Hasil belajar matematikan juga meningkat, rata-rata nilai adalah 81,87 dengan ketuntasan belajar sebesar 87,50%.

Ahmad Puryanto (292009058, UKSW, 2012/2013) tentang “Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran SAVI Pada Kelas 5 SD N Ringinharjo Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun 2012/2013”. Peningkatan keaktifan belajar siswa pra siklus hingga siklus 2, yaitu pada pra siklus keaktifan belajar siswa ada 3 (11%) siswa yang aktif, pada siklus 1 ada 21 (77%) siswa yang aktif, dan pada siklus 2 ada 16 (59%) siswa yang aktif, ada 11 (41%) siswa yang sangat aktif. Untuk peningkatan hasil belajar siswa kondisi awal 5 (19%) siswa yang tuntas, pada siklus 1 ada 23 (85 %) siswa yang tuntas, dan pada siklus 2 ada 27 (100 %) siswa yang tuntas.

Nita Anggraeni (A 510 090 102, UMS, 2013) tentang “Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran SAVI Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Anggaswangi Grobogan Tahun 2012/2013”. Peningkatan aktivitas terlihat dalam 4 indikator yaitu A, B, C, dan D. Pada indikator A berupa memperhatikan penjelasan guru sebelum tindakan 62,5 % atau 15 siswa. Pada siklus 1 75% atau 18 siswa. Pada siklus 2 100% atau 24 siswa. Indikator B bertanya ditandai periaku siswa suka bertanya. Sebelum tindakan kelas 20,38% atau 5 siswa. Pada siklus 1 58,33% atau 14 siswa, pada siklus 2 75% atau 18 siswa. Indikator C yaitu

(22)

mengeluarkan pendapat, antusias siswa menjawab pertanyaan, dan mengeluarkan pendapat ketika presentasikelompok 16,66% atau 4 siswa, pada siklus 1 66,67% atau 16 siswa, pada siklus 2 83,34% atau 20 siswa. Indikator D adalah kerja sama antar kelompok ketika diskusi. Sebelum tindakan 33,33% atau 8 siswa, pada siklus 1 75% atau 18 siswa, pada siklus 2 91,67% atau22 siswa. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebelum tindakan 50%, pada siklus 1 mencapai 75% dan pada siklus 2 95,83%.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti memilih metode pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) yang digunakan untuk melakukan penelitian sesuai dengan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah yang diangkat. Memotivasi peneliti untuk bisa merancang dan melaksanakan penelitian dengan model pembelajaran SAVI

(Somatic, Auditori, Visual, Intelektual) Sehingga nantinya diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode pembelajaran SAVI (Somatic, Auditori, Visual, Intelektual) dalam mata pelajaran IPA kelas V SDN Ngipik Tahun Ajaran 2015/2016.

2.5 Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir sebagai berikut:

Proses belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor yaitu penguasaan materi, penggunaan metode dan pendekatan yang tepat, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, kemampuan yang dimiliki siswa. Proses belajar mengajar dapat memanfaatkan seluruh indera yang dimiliki kita.

Untuk mengetahui berhasil tidaknya dan tepat tidaknya penggunaan metode, model dan pendekatan pembelajaran maka dilakukanlah penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan kreatif. Sehingga dapat menciptakan suasana dan kondisi belajar yang baik.

Penggunaan metode, model dan pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran dapat mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan aktivitas belajar siswa. Dengan

(23)

penggunaan metode, model, dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai, akan memberikan hasil yang lebih baik dan memuaskan. Pemilihan mtodel pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam kegiatan pembelajaran dapat menggunakan semua indera yang dimiliki siswa dan dapat memberikan pengalaman langsung serta memberikan contoh dalam bentuk nyata/kongkrit.

Dalam penggunaan model pembelajaran SAVI ini diharapkan agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga konsep yang mereka dapatkan akan lebih lama tertanam dalam ingatan mereka. Implikasi yang diharapkan ialah dengan menggunakan model tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

Dalam penelitian PTK ini, berikut adalah penggunaan model pembelajaran SAVI siswa Kelas V SDN Ngipik Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung.

(24)

Gambar 2.1 Penelitian PTK Menggunakan Model Pembelajaran SAVI

2.6 Hipotesis Tindakan

Dari latar belakang masalah, rumusan masalah dan landasan teori maka hipotesis penelitian ini adalah “Melalui model pembelajaran SAVI (Somatic,

Auditory, Visual, Intelektual) dapat meningkatkan aktivitas belajar belajar pada

siswa kelas V tentang IPA SD Negeri Ngipik Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2015/2016”.

Penggunaan Model Pembelajaran SAVI (Somatic,

Auditory,Visual, Intellectually) Aktivitas dan hasil belajar siswa masih kurang Ak dari

KKM yang ditentukan

Penggunaan Metode dan Model Pembelajaran ceramah

dan demonstrai

Menayangkan Video untuk melibatkan panca indera siswa

dalam kegiatan pembelajaran

Melatih siswa dalam kegiatan penugasan dalam

pembelajaran

Melatih siswa dalam menyampaikan, menanggapi dan mempresentasikan secara

kelompok

Melakukan kegiatan evaluasi Meningkatkan aktivitas

(25)

Selain itu juga melalui penggunaan Model pembelajaran SAVI (Somatic,

Auditory, Visual, Intelektual) dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V

SD Negeri Ngipik Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2015/2016.

2.7 Indikator Keberhasilan

1. Dapat terjadi adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar pada siswa kelas V dengan menggunakan Model Pembelajaran SAVI (Somatic,

Auditory, Visual, Intelektual) dalam mata pelajaran IPA

2. Dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa dengan menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam mata pelajaran IPA.

Gambar

Gambar 2.1 Penelitian PTK Menggunakan Model Pembelajaran SAVI

Referensi

Dokumen terkait

Sistem tata surya adalah susunan benda-benda langit terdiri dari matahari, delapan planet dan berbagai benda langit yang mengelilinginya.. Benda langit lain dalam tata surya:

Website ini menyediakan materi-materi ilmu pengetahuan alam yaitu makhluk hidup, ekosistem, energi listrik, gaya dan gerak, bumi alam semesta dan tata surya, latihan-latihan

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan usaha manusia untuk memahami alam semesta dengan melakukan pengamatan yang benar dan dapat dijelaskan dengan penalaran yang sahih,

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. 15) berpendapat bahwa “Ilmu

Setelah melihat hasil belajar kondisi awal siswa SD Negeri Gemuh 01 kurang dalam mencapai ketuntasan belajar pada palajaran IPA tentang materi Bumi dan Alam Semseta, maka menyusun

Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas III melalui penerapan model

Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan