• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Penerapan Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja menghindar dan tidak mencari bantuan bagi keluarganya yang mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa (Rudyanto, 2007).

Gangguan jiwa memang tidak dianggap sebagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dapat menyebabkan ketidakmampuan secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Hawari, 2007).

Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri), disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, dan sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

(2)

takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gangguan jiwa (Hardianto, 2009).

Kecenderungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah (Rasmun, 2001).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa di dunia adalah 450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan.

(3)

Hasil survei awal yang diperoleh dari sumber Rumah Sakit Jiwa Medan Tahun 2012, pasien halusinasi mengalami peningkatan sebanyak 1398 orang dengan rata-rata ± 280 penderita per bulannya dengan jumlah ruangan rawat inap 14 ruangan dan jumlah perawat keseluruhan rawat inap adalah 122 orang (Data Medikal Record Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara).

Berbagai manifestasi klinis gangguan jiwa mendapat perhatian serius dalam perawatan klien gangguan jiwa, diantaranya halusinasi. Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsang yang menimbulkannya atau tidak ada objek (Sunardi, 2005). Menurut Yosep (2010), bahwa halusinasi didefenisikan sebagai terganggunya persepsi seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia adalah pendengaran. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan sensori persepsi. Pasien yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu (Direja, 2011).

(4)

merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit (Yosep, 2010).

Sensori dan persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari kehidupan nyata, tetapi dari diri pasien itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman sensori tersebut merupakan sensori palsu. Menurut Chaery (2009), menyatakan bahwa dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi, dibutuhkan penanganan yang tepat. Dengan banyaknya angka kejadian halusinasi, semakin jelas bahwa dibutuhkan perawat untuk membantu pasien agar dapat mengontrol halusinasinya.

Keperawatan jiwa adalah proses perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis agar dapat berperan lebih produktif di masyarakat (Yosep, 2007).

(5)

Perawat adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan berdasar ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologi, pisikologis, sosial dan spritual yang bersifat komprehensif, ditunjukkan kepada individu dan masyrakat yang sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Gaffar, 1999).

Peran perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan pasien (Stuart, 2007). Menurut Dalami (2010), pengetahuan perawat adalah setiap individu mempunyai tingkat pengetahuan yang berbeda. Perawat perlu mengkaji tingkat pengetahuan lawan bicara pasien, sehingga dalam menyampaikan pesan atau membicarakan topik, perawat dapat menyesuaikan dengan tingkat pengetahuan lawan bicara.

Sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan memerlukan metode ilmiah dalam memberikan proses keperawatan yang therapeutik berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dengan tujuan membantu menyelesaikan masalah dan kebutuhan klien melalui perawatan dan meningkatkan pengetahuan kesehatan. Dengan melibatkan kerjasama antara klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal, khususnya pada klien yang mengalami gangguan persepsi sensorik yaitu halusinasi (Darsananur, 2009).

(6)

hari ada 4 cara, yaitu menghardik halusinasi, mengontrol halusinasi, melaksanakan aktifitas yang terjadwal kepada pasien dan melatih pasien menggunakan obat secara teratur. Namun pada kenyataan tingkat keberhasilan intervensi yang dilakukan belum tercapai dengan baik. Pemberian strategi pelaksanaan yang tepat pada klien dengan masalah gangguan jiwa halusinasi sangatlah diperlukan untuk menghindari dampak yang muncul yang dapat membahayakan kondisi klien, seperti perubahan persepsi sensori : halusinasi, resiko tinggi menciderai diri sendiri,orang lain serta lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998, dalam Fitria, 2009).

Dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit, bahwa seluruh perawat ruangan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sehingga masih banyak yang belum menerapkan strategi pelaksanaan khususnya pada pasien halusinasi yang dibuktikan dengan tidak adanya pendokumentasian perawat dalam melakukan penerapan strategi pelaksanaan. Dalam hal ini, ditandai dengan meningkatnya jumlah pasien halusinasi tiap tahun bahkan tiap bulannya. Sehingga kenyataannya tingkat keberhasilan intervensi dan asuhan keperawatan yang dilakukan belum tercapai dengan baik.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Carolina (2008), menunjukkan bahwa dengan penerapan asuhan keperawatan yang sesuai standar dapat membantu menurunkan tanda dan gejala halusinasi sebesar 14%, kemampuan kognitif pasien meningkat 47% serta kemampuan psikomotor sebanyak 48%.

(7)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada kelompok intervensi terjadi peningkatan nilai kemampuan mengontrol halusinasi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan. Hasil dari kedua penelitian tersebut sama-sama menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan pasien mengontrol halusinasi sebelum dan setelah diterapkan halusinasi.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien dengan gangguan halusinasi. Standar asuhan keperawatan mencakup penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009). Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasien bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktifitas terjadwal untuk mencegah halusinasi (Keliat dkk, 2010).

Kesembuhan pasien akan menjadi sia-sia jika tidak mendapat dukungan keluarga dan masyarakat, karena dukungan keluarga dan masyarakat sangat berarti bagi kesembuhan pasien. Keperawatan jiwa akan maksimal apabila perawat dapat melaksanakan perannya dengan menggunakan metode strategi pelaksanaan dalam setiap asuhan keperawatan yang diberikan. Khususnya pada gangguan halusinasi, guna kesembuhan namun hal ini juga harus mendapat dukungan dari keluarga dan masyarakat.

(8)

pelaksanaan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan”.

1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang penerapan strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

b. Mengidentifikasi penerapan strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. c. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan

(9)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi perawat tentang strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa. 1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi keperawatan sehingga dapat mengetahui tentang strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkembangan anak usia, banyak ditemukan masalah. Salah satunya adalah adanya gangguan pada anak yaitu anak pemalu. Sifat pemalu dapat menjadi masalah yang cukup

Saib Suwilo, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Magister Matema- tika FMIPA USU dan juga merupakan Pembimbing Pertama yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta

Pengumpulan alat bukti dan barang bukti pada tahap penyidikan dalam.. kasus pembunuhan Sertu Santoso dengan nomor surat

[r]

Pokja ULP/Panitia Pengadaan pada Satker Deputi Bidang KB dan KR BKKBN Pusat akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

[r]

Pendekatan analisa teknikal belum tentu cocok bagi semua investor, pembaca disarankan untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri mengenai analisa investasi yang cocok dengan

Pada siklus I, Untuk siklus I jumlah yang tuntas sebanyak 16 siswa (50%) dan yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa (50%), sedangkan pada siklus II meningkat jumlah siswa yang