1
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin
keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Oleh karena itu, negara
memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu
kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki
perbedaan dalam kemampuan (Yuliawati dkk, 2013: 169). Dalam Pasal 1 Angka 1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah
dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sementara itu Pramudia (2006: 29) mengemukakan seperti berikut:
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pemberdayaan yaitu membebaskan individu dari kungkungan suatu struktur kekuasaan yang terpusat, yang menginjak-injak hak asasi manusia, yang membangun suatu struktur kekuasaan yang hanya menguntungkan sekelompok kecil masyarakat yang menyengsarakan rakyat banyak.
Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Kajian pendidikan tentunya tidak bisa lepas dari pembahasan terhadap
pembelajaran. Istilah pembelajaran merupakan gabungan dari dua kegiatan yakni
mengajar dan belajar. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
(Trinova, 2012: 209). Menurut Yasin (2012: 3) komponen pembelajaran antara
lain: guru, siswa (peserta didik), kurikulum, metode, sarana dan media serta
komponen lainnya yang diperlukan.
Komponen utama dalam sistem pembelajaran adalah subyek belajar karena
berperan sebagai subyek sekaligus obyek (Sugandi 2007: 29), dalam hal ini yang
disebut sebagai subyek belajar dalam pembelajaran adalah siswa atau peserta
didik. Seperti apa yang telah tertuang dalam Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu.
Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting
dalam memajukan daya pikir manusia. Matematika juga merupakan salah satu
bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi bahkan Matematika diajarkan di taman
kanak-kanak secara informal. Oleh karena itu, Matematika perlu diberikan pada semua
siswa sejak sekolah dasar untuk membekali siswa berpikir logis, kritis, analitis,
sistematis, kreatif serta bekerja sama (BSNP, 2006: 147). Matematika merupakan
salah satu bidang yang memiliki peranan penting dalam pendidikan kemudian hal
ini dapat dilihat dengan ditetapkannya matematika sebagai salah satu mata
pelajaran pokok/wajib dalam setiap Ujian Akhir Nasional (UAN) serta dilihat dari
jumlah jam mata pelajaran matematika yang lebih banyak (Fitri dkk, 2014: 18).
Dari beberapa sumber tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelajaran Matematika memang mempunyai peranan penting dalam dunia
pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pada pelaksanaannya
pembelajaran Matematika sering dianggap membosankan dan kurang menarik
untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan materi Matematika berupa materi
perhitungan yang harus siswa kuasai dalam hal menghitung dan menalar.
Kesulitan ini dapat dilihat dari nilai Matematika yang belum memuaskan serta
minat belajar siswa yang kurang ketika proses pembelajaran berlangsung.
berada pada tahap operasional konkrit. Artinya siswa belum berpikir formal,
mereka masih membutuhkan media atau perantara untuk menghubungkan
pemikiran yang abstrak menjadi pemikiran yang lebih konkrit.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas 4 SDN
Jambu 01 Kecamatan Jambu, Ambarawa mengenai pembelajaran Matematika,
guru mata pelajaran Matematika masih menggunakan metode tanya jawab dan
ceramah dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran tersebut tidak disajikan
dalam masalah yang sesuai dengan situasi, siswa kurang berperan aktif dalam
pembelajaran, konsep Matematika sering disampaikan secara informatif. Hal
tersebut akan memberikan dampak terhadap penalaran siswa yang tidak
berkembang sebagaimana mestinya.
Ada 65 metode pembelajaran yang efektif dan inovatif yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya model PBL (Problem
Based Learning) yang selanjutnya akan disingkat menjadi PBL. PBL adalah
metode instruksional yang menantang siswa agar untuk belajar, bekerja sama
dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata masalah ini
digunakan untuk mengingatkan rasa keingintahuan serta kemampuan analitis dan
inisiatif atas materi pelajaran (Amir 2009: 21). Menurut Arends (2008) problem
based learning dapat menjadikan siswa mandiri dalam menyelesaikan soal yang
diberikan. Untuk itu, peneliti menggunakan model pembelajaran PBL karena
beberapa kelebihan antara lain: (a) pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus
untuk memahami isi pelajaran; (b) pemecahan masalah berlangsung selama proses
pembelajaran menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada
siswa; (c) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran; (d) membantu proses
transfer materi kepada siswa untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari; (e) membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu
siswa untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri; (f) membantu siswa
untuk memahami hakikat belajar sebagai cara berfikir bukan hanya sekedar
mengerti pembelajaran oleh guru berdasarkan buku teks; (g) PBL menciptakan
aplikasi dalam dunia nyata; dan (i) merangsang siswa untuk belajar secara kontinu
(Surjono, 2013: 182).
Berangkat dari latar belakang permasalahan yang ada diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Menggunakan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan
Jambu, Ambarawa”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan
dalam proses pembelajaran matematika, antara lain:
1. Siswa kurang antusias dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika.
2. Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas 4 SDN Jambu 01
Kecamatan Jambu, Ambarawa khususnya pada materi bilangan pecahan
masih rendah.
3. Metode yang digunakan oleh guru untuk mengajar masih menggunakan
metode ceramah atau konvensional.
Penyebab dari timbulnya permasalahan di atas diantaranya minat belajar
siswa dalam mata pelajaran matematika masih kurang, proses pembelajaran yang
kurang menarik dengan kondisi guru yang menggunakan buku pelajaran sebagai
acuan dan guru masih kurang memperhatikan penggunaan media atau alat peraga
pada saat pembelajaran berlangsung sehingga pemahaman siswa tentang materi
masih kurang konkrit. Menurut Bernad dalam Sardiman (2007:76) menyatakan
bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat
dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Dengan
demikian siswa harus selalu aktif maka dalam pembelajaran Matematika akan
berlangsung dengan baik dan jika dalam pembelajaran Matematika siswa tidak
aktif maka siswa tidak dapat menerima materi yang disampaikan oleh guru secara
maksimal. Apabila hal seperti ini dibiarkan, maka akan berakibat pada penurunan
Dari identifikasi masalah di atas, memberi petunjuk untuk memperbaiki
model pembelajaran agar minat siswa lebih meningkat dan tertarik untuk
mengikuti proses pembelajaran. Alternatif yang diambil dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Pemilihan model
pembelajaran PBL dalam penelitian ini dikarenakan manfaat yang ada dalam
model pembelajaran ini. Manfaat tersebut antara lain: Membuat siswa lebih
mandiri, karena dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk mencari
solusi dengan caranya sendiri guna memecahkan masalah yang ada. Lebih mudah
mengingat materi pembelajaran yang telah dipelajari, sehingga pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran akan lebih meningkat. Selain itu, model PBL juga
mampu membangun potensi kepemimpinan dan kerja sama yang ada pada diri
siswa, sehingga siswa termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir
dalam memecahkan masalah.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model
pembelajaran PBL yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada
siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu, Ambarawa?
2. Apakah penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SDN Jambu
01 Kecamatan Jambu, Ambarawa?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, tujuan
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan langkah-langkah pendekatan saintifik melalui model
pembelajaran PBL yang dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada
siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu, Ambarawa.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika menggunakan pendekatan
saintifik melalui model pembelajaran PBL pada siswa kelas 4 SDN Jambu 01
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai sumbangan pengetahuan
dalam meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika siswa kelas 4 SDN Jambu 01 Kecamatan Jambu, Ambarawa.
1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Guru
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan
mengenai langkah-langkah metode pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang diperankan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan kualitas mengajar
guru.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa
dalam belajar, karena dengan motivasi dan semangat siswa yang tinggi siswa
akan dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan mudah.
3. Bagi sekolah
Sumbangan wawasan mengenai metode pembelajaran PBL (Problem Based
Learning), sehingga penggunaan metode pembelajaran yang digunakan sekolah