• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETEGASAN HUKUM ATAS KEBAKARAN HUTAN DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETEGASAN HUKUM ATAS KEBAKARAN HUTAN DI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KETEGASAN HUKUM ATAS KEBAKARAN HUTAN DI JAMBI

Syigit Dony Kurniawan

Email : donikurn95@students.unnes.ac.id

Abstrak

Permasalahan lingkungan akhir-akhir ini memang menjadi salah satu topik yang hangat dan berhembus kencang di kalangan masyarakat, dikarenakan akhir-akhir ini telah terjadi banyak permasalahan dan kasus-kasus yang terkait dengan permasalahan lingkungan. Sudah menjadi sebuah rahasia umum bahwa permasalahan lingkungan apalagi di Indonesia ini semakin hari semakin mengkhawatirkan, sudah terjadi di segala plosok daerah di negeri ini mulai dari pedesaan sampai perkotaan. Seolah-olah semua orang sangat gemar dalam merusak alamnya demi mendapatkan apa yang mereka inginkan seolah-olah keselamatan lingkungan ini tiada artinya jika dibandingkan dengan keinginaan yang mereka raih. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini yaitu kebakaran hutan yang sangat mengerikan terjadi di pulau sumatera tepatnya di kota Jambi yang melumpuhkan sebagian aktivitas di kota tersebut dan sekitarnya, yang lebih mencengangkannya lagi karena kebakaran hutan yang terjadi ini terjadi dalam skala yang besar dan penyebab kebakaran ini yang seharusnya dapat dihindari seolah ada unsur kesengajaan yang terjadi. Hal ini sungguh sangat mengkhawatirkan karena terjadi di Indonesia yang netaabennya merupakaan paru-paru dunia, sehingga banyak muncul sebuah pertanyaan mengapa hal ini bisa terjadi dan sebenarnya apakah penyebab terjadinya hal ini sampai-sampai hutan yang dalam skala besar bisa terbakar dan mengakibatkan berbagai gangguan mulai lumpuhnya sebagian aktivitas di kota tersebut dan timbulnya berbagai penyakit akibat dari kebakaran hutan tersebut. Dan tentunya peran hukum sangat dipertanyakan dalam kasus ini dikarenakan hukum memang seringkali lalai dan lemah serta kirang sigap dalam menyikapi permasalahan seperti ini, seharusnya hukum harus bertindak lebih cepat dan sigap dalam menghadapi kasusu seperti ini agar tidak terulang lagi dikemudian hari.

Kata kunci : Hukum, Pencemaran Lingkungan, Kebakaran Hutan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

(2)

dan kasus terkait dengan perusakan hutan, salah satunya adalah penebangan dan pengrusakan hutan secara ilegal yang hal ini tentu sangat bertentangan dengan bunyi dari undang-undang no.18 tahun 2013 pasal 12(a) tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan yang dimana dalam pasal tersebut berbunyi “setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan”. 1 Jika

menilik dari undang-undang tersebut seharusnya kita

1 Undang – Undang No 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan

Hutan

(3)

belajar mengajarnya dan para pedagang yang tidak dapat berdagang dan para penyedia layanan jasa yang tidak dapat beroperasi yang tentunya mengakibatkan kerugian di berbagai bidang. Selain kerugian di berbagai bidang ternyata asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan tersebut mengandung berbagai zat dan partikel yang berbahaya bagi tubuh manusia, tak ayal bahwa selain mengakibatkan kerugian secara finansial dan mengakibatkan lumpuhnya sebagian aktivitas tentunya kebakaran hutan ini juga menyebabkan timmbulnya beberapa penyakit yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia seperti sesak napas, penyakit gangguan pernapasan dan beberapa penyakit yang menjangkit pada beberapa sistem pernapasan seperti paru-paru dan sebagainya, tentunya hal ini akan sangat merugikan bagi setiap orang yang terkena penyakit dikarenakan dari kebakaran hutan tersebut. Ini sekaligus penjadi pekerjaan rumah bagi kit semua sebagai manusia dan khususnya lagi untuk para penegak hukum dan badan-badan hukum yang terkait agar berusaha dengan sebaik mungkin untuk mengatasi permasalahan yang sudah sering terjadi belakangan ini dan mungkin sudah menjadi masalah tahunan yang mungkin harus di perbaiki dan ditindaklanjuti agar tidak terjadi lagi hal-hal semacam ini karena hal semacam ini benar-benar sangat merugikan bagi setiap orang.

Kronologi Kasus

(4)

membakar hutan semata-mata hanya untuk membuka lahan baru dan itu dilakukan secara ilegal, hal ini yang sangat memprihatinkan mengenai pola pikir segelintir oknum yang tidak peduli dengan lingkungannya yang rela mengorbankan nasib orang orang banyak demi kepentingan pribadinya

Rumusan Masalah

Untuk menindaklanjuti permasalahan tentang kebakaran hutan yang terjadi di pulau sumatera maka kasus yang diangkat adalah Ketegasan Hukum Atas Kebakaran Hutan di Sumatera.

Tujuan

Tujuan dibuatnya analisis ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran dan ketegasan hukum atas bencana kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera sekaligus menunjukkan kepada kita tentang sejauh mana kerusakan lingkungan yang sudah diakibatkan oleh pola pikir masyarakat khususnya beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab sekaligus menunjukkan kepada kita seberapa besar-kah kepedulian manusia terhadap alam dan lingkungan tempat kita tinggal saat ini sekaligus memberitahu kita tentang pentingnya bagi kita umat manusia untuk menjaga alam dan lingkungan supaya lingkungan tetap terjaga dan lestari sehingga kita dapat nyaman dan senang serta tentram dalam menjalani kehidupan kita di bumi ini.

________________________________________________________________________________

PEMBAHASAN

Kerusakan Lingkungan dan Sebuah Solusi Penyelesaian

(5)

adalah bukan masyarakat yang mendiami daerah hutan tersebut jadi saat para masyarakat tersebut menegur para pelaku tidak menghiraukannya padahal masyarakat tersebut memang masyarakat sekitar hutan yang dimana definisi dari masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang merupakan sekumpulan orang yang mendiamisuatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai dan kebiasaan yangdisepakati bersama oleh kelompok yang bersangkutan. Dimana sekumpulan orangtersebut mendiami wilayah yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata pen0aharian atau pekerjaan masyarakatnya tergantung pada interaksi terhadap hutan.2 Oleh karena itu

berarti masyarakat tersebut memang sebagai masyarakat sekitar hutan yang mereka mempunyai hak untuk menegur karena mereka merasa lingkungan mereka dirusak. Tetapi para pelaku tetap saja melakukan tindakan tersebut dan tidak menghiraukan teguran dari para pelaku yang notabennya merupakan penduduk asli daerah tersebut. Bisakah kita berpikir secara logika bahwa masyarakat sekitar hutan tersebut yang merupakan penduduk asli daerah tersebut saja tidak dihiraukan oleh para pelaku, berarti apalah daya kita yang bukan merupakan penduduk sekitar hutan tersebut?. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat mengkhawatirkan sebagai masyarakat biasa tentunya kita tidak bisa berbuat apa-apa, harus ada peran dari pihak yang berwenang dan peran dari sebuah hukum dalam mengatasi hal-hal yang seperti ini. Hal ini sangat penting dikarenakan pemerintah yang dalam hal ini mempunyai wewenang dapat merubah dan menanggulangi dan mengatasi masalah tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah terkait sebagai yang berwenang pada daerah tersebut salah satunya dengan menyewakan wilayah yang sudah rusak tersebut kepada lembaga atau perusahaan yang tujuannya adalah untuk memperbaiki dan menghutankan kembali. Tujuan dari konsesi konservasi adalah untuk perlindungan dan konservasi hutan, menghutankan kembali (reboisasi) hutan yang sudah kritis dan terdegradasi, pemberdayaan masyarakat adat/lokal, melindungi dan mempertahankan dan memperkaya flora fauna langka.3 Dengan cara tersebut penanggulangan masalah tersebut

dapat berkurang dan teratasi sedikit demi sedikit sehingga kita kedepannya akan melihat dampak dari penanggulangan masalah tersebut. dan sebagai upaya selanjutnya perlu diadakannya upaya monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan hutan. Kegiatan monitoring harus dilakukan terhadap semua kegiatan yang sudah dirumuskan dalam perencanaan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Monitoring kegiatan tahuanan dijalankan untuk memastikan apakah kegiatan sudah tepat dalam pelaksanaan.4 .

Peran Hukum Sebagai Efek Jera

(6)

akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar.5 Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan menilik

dampak yang terjadi dari kebakaran hutan tersebut. Kebakaran hutan tersebut menyebabkan berbagai dampak yang mengerikan begi manusia dan lingkungan, jika hal ini tidak ditanggulangi dengan baik tentunya akan sangat merugikan bagi seluruh umat manusia. Bayangkan saja dampak-dampak yang terjadi akibat kebakaran hutan tersebut, jika lebih banyak hutan yang terbakar tentu akan menyebabkan dampak yang lebih besar lagi. Oleh karena itu perlu adanya keseriusan dalam menangani masalah tersebut oleh seluruh masyarakat dan khususnya oleh para pihak yang berwenang dengan mungkin memperkuat aturan-aturan terkait kebakaran hutan tersebut atau bahkan membuat peraturan baru yang memungkinkan para pelaku pemngrusakan hutan enggan untuk melakukan perbuatannya tersebut karena sejatinya sebuah peraturan diciptakan untuk membuat efek jera bagi para pelanggarnya. Dengan penegakan peraturan yang kuat dan tegas diharapkan kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi kedepannya. Selain penguatan dan perbaikan undang-undang yang berlaku, peran hukum juga sangat pentiing dalam penanganan masalah ini. Diperlukan adanya peran dari lembaga-lembaga yang berwenang untuk menangani masalah ini seperti BUMN pada bidang kehutanan yang dapat bertugas untuk memberikan sebuah perlindungan dan pengelolaan atas area hutan yang telah menjadi areal kerja pemegang izin pemanfaatan jasa lingkungan, usaha pemanfaatan hasil hutan, izin pemungutan hasil hutan dan pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan.6 Dengan pengambilan

langkah seperti itu tentunya membuat sebuah kekuatan dan kepastian hukum bagi semua orang, dalam hal ini memberikan perlindungan kepada kawasan hutan dan kepada para penduduk masyarakat daerah sekitar serta dapat memberikan sebuah efek jera kepada para pelaku dan tentunya dapat membuaat para pelaku untuk berfikir berkali-kali dalam melakukan aksi ilegal yang melangggar hukum ini sehingga pada kedepannya kejadian seperti ini dapat diminimalisir dan berkurang sedikit demi sedikit dan dapat memberikan keadilan bagi seluruh pihak yang dirugikan atas terjadinya permasalahan ini dikarenakan ruang lingkup dari efek yang terjadi akibat kebakaran hutan yang terjadi di Jambi ini tidak hanya daerah sekitar Jambi saja melainkan melebar dan menyebar ke daerah lain dikarenakan luasnya daerah atau kawasan hutan yang terbakar tersebut terjadi dalam luas wilayah yang lebar, dikarenakan sangat luasnya hutan yang terbakar tersebut dampak dari asap yang diakibatkan dari kebakaran tersebut menyebar sangat luas ke beberapa daerah bahkan sampai pada perbatasan Indonesia dengan negara tetangga seperti Singapuran dan Malaysia. Tentunya hal ini tidak hanya merugikan Indonesia tetapi juga merugikan daerah negara lain yang diduga terdampak asap dari kebakaran hutan tersebut.

2 Awang San Afri, Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH),

Harapan Prima, Jakarta, 2008, hlm.37

3 Achmad Humam, "Upaya Pengembangan Agroforestry Sebagai Langkah Pengamanan

Penyangga Hutan di Kabupaten Pidie Jaaya". Agrisep. Vol. 14 No. 2, 2013, 31

4 Asteris Meliza Koesuma, "Sengketa Kawasan Hutan Lindung Antara Perhutani Dengan

Masyarakat Desa Kemloko Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung". Unnes Law Journal.

(7)

5 Fachmi Rasyid, "Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan". Jurnal Lingkungan

Widyaswara. Vol. 1 No. 4, Oktober-Desember 2014, 47-59.

6 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungandi Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm.

176

KESIMPULAN

(8)

DAFTTAR PUSTAKA

Buku :

Rahmadi, Takdir. 2014. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Awang, San Afri. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Jakarta: Harapan Prima.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang – Undang No 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

Jurnal :

Achmad Humam. 2013. Upaya Pengembangan Agroforestry Sebagai Langkah Pengamanan Penyangga Hutan di Kabupaten Pidie Jaaya. Aceh : Agrisep. Vol. 14, No. 2 : 31

Asteris Meliza Koesuma. 2014. Sengketa Kawasan Hutan Lindung Antara Perhutani Dengan Masyarakat Desa Kemloko Kecamatan Tembarak

Kabupaten Temanggung. Semarang : Unnes Law Journal. Vol. 3, No. 1 : 6.

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka pada penelitian lebih lanjut perlu: 1 variasi lama waktu inkubasi sehingga diketahui lama inkubasi yang paling optimal untuk

Esofagus pendek dapat dibedakan dari lambung, Usus menunjukan berbagai variasi , pada Celcillia menunjukan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus

Case hardening. As mentioned above, only those carbon steels can be hardened whose carbon content is about 0.25% or more. How do we harden dead mild steel? The answer is by

Meskipun beberapa kajian memberikan bukti bahwasanya variabel kerja seperti kepuasan kerja, komitmen, stres kerja dan persepsi politik

Maskulinisasi larva ikan cupang ( Betta splendens.) menggunakan madu alami 5 ml/L melalui metode perendaman selama 24 jam memberikan pengaruh nyata terhadap

Perjalanan dengan menggunakan mobil sebagai variabel dependent dicari hubungannya dengan peubah jumlah penghuni total, luas lahan, luas bangunan, jumlah pemilik

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan kegiatan workshop yaitu melakukan pendampingan pembelajaran Inovatif melalui Lesson Study kepada guru-guru di MA

Banyaknya job dengan spesifikasi khusus yang ada di perusahaan sering membuat penjadwalan mengalami masalah terutama pada produksi alat bantu pesawat atau yang disebut tool