• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Acara Perdata update 15 Nov .pptx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum Acara Perdata update 15 Nov .pptx"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Acara

Perdata (2)

U PAYA P E NY E L E S A I A N S E N GK E TA D I DA L A M P E NG A D I L A N O L E H :

(2)

Yang Akan Dipelajari

Sejarah Singkat

Asas Hukum Acara Perdata

Alat Bukti dalam Hukum Acara Perdata Putusan Pengadilan

(3)

Definisi Hukum Acara

Perdata/Hukum Perdata Formil

1. Rangkaian peraturan peraturan yang memuat cara bagaimana orang

harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan serta cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan

berjalannya peraturan peraturan hukum perdata (Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia,Bandung)

2. “Peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin

(4)

Sejarah Singkat Penggolongan Rakyat

(5)

Dasar Hukum Acara Perdata

BRv (namun sudah tidak berlaku lagi) RBg

HIR

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2006 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

(6)

Penggunaan BRv (

Burgerlijk

Rechtsvodering)

Hukum Acara bagi Golongan Eropa yg terkena kasus di raad van justitie

(7)

Contoh Pasal BRv

Pembuktian dapat dilakukan dengan cara apapun, kecuali Undang-undang menentukan lain ... Penilaian terhadap bukti yang diajukan menjadi

(8)

Penggunaan

HIR (Het Herziene

Indonesisch Reglement)

Hukum acara bagi bumiputera yang berlaku di Jawa dan Madura

Pembentukan H.I.R di mulai pada tanggal 5 Desember 1846, saat Gubernur Jenderal Jan Jacob Rochussen memberi tugas kepada Jhr. Mr. H.L. Wichers, Ketua Mahkamah Agung dan Mahkamah Agung Tentara di Batavia, untuk

(9)

Contoh Pasal HIR

A. Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan Negeri, harus dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal sebetulnya. (Pasal 118 ayat (1) HIR)

(10)

Penggunaan RBg (Rechts Reglement voor de

Buitengewesten)

Hukum acara perdata yang berlaku di daerah luar Jawa dan Madura

RBg yang dinyatakan Pasal VIII ordonansi tanggal 11 Mei 1927 Nomor 227 mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 1927, merupakan pengganti peraturan-peraturan Hukum Acara Perdata yang lama yang tersebar dan berlaku bagi daerah-daerah tertentu saja. Yaitu ordonansi-ordonansi bagi daerah-daerah Bengkulu, Lampung, Palembang, Jambi, Sumatra Timur, Aceh, Riau, Bangka, Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur,

Manado, Sulawesi, Ambon, Ternate, Timor, Bali, dan Lombok (Pasal I ordonansi).

(11)

Perbedaan Ordonansi dan Reglement (Sumber:

Maria Farida Indrati Soeprapto. 

Ilmu

Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan.

Kanisius)

ORDONANTIE

Ordonantie adalah peraturan

perundang-undangan yang dibentuk oleh Gubernur Jenderal (Gouverneur Generaal) bersama-sama Volksraad

(Dewan Rakyat) di Jakarta dan

berlaku bagi wilayah Hindia Belanda.

REGLEMENT

Peraturan Pemerintah yang

(12)

Contoh Pasal RBg

Bila perkara yang diajukan (ke pengadilan) berkenaan dengan perkara yang telah diputus oleh hakim desa, penggugat memberitahukan isi dari keputusan tersebut pada surat gugatannya; bila mungkin, salinan keputusannya itu

(13)
(14)
(15)

Gugatan dan Permohonan

(16)

Gugatan Permohonan,

Gugatan Contentiosa,

dan Gugatan

Class

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Pasal 118 HIR

1. Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan Negeri, harus dimasukkan dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam atau jika tidak

diketahui tempat diamnya, tempat tinggal sebetulnya.

2. Jika tergugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di dalam itu

dimajukan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal salah seorang dari tergugat itu, yang dipilih oleh penggugat. Jika tergugat-tergugat satu sama lain dalam perhubungan sebagai perutang utama dan penanggung, maka

penggugatan itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di tempat orang yang berutang utama dari salah seorang dari pada orang berutang utama itu, kecuali dalam hal yang ditentukan pada ayat 2 dari pasal 6 dari reglemen

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

Macam – macam Putusan :

◦ Putusan Sela / Putusan Antara

◦ Putusan Akhir

Putusan Sela/Putusan Antara (Psl 185 (1) HIR

atau Psl 48 Rv)

◦ Hakim dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang bukan putusan akhir, pada saat proses pemeriksaan berlangsung.

◦ Putusan sela berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang berperkara untuk memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara sebelum menjatuhkan putusan akhir.

(35)

Putusan Sela

Berdasarkan Ps. 48 RV, ada 2 macam putusan sela:

Putusan

Preparatoir

bertujuan sebagai persiapan jalannya

pemeriksaan.

Misalnya

sebelum

hakim

memulai

pemeriksaan

terlebih

dahulu

diterbitkan

putusan

preparatoir

ttg

tahap-tahap

proses

atau

jadwal

persidangan. “Timetable Program” di Inggris.

Putusan

Interlocutoir

: putusan hakim dengan mana

sebelum dijatuhkan putusan, diperintahkan mengadakan

pemeriksaan terlebih dahulu yang dapat mempengaruhi

bunyi putusan akhir, misalnya

a.

Putusan interlocutoir yang memerintahkan pendengaran

keterangan ahli (Psl 154 HIR)

b.

Memerintahkan pemeriksaan setempat (Psl 153 HIR)

c.

Memerintahkan

pengucapan

atau

pengangkatan

sumpah (Psl 155 HIR).

d.

Memerintahkan pemanggilan saksi (Psl 139 HIR)

(36)

Putusan Sela

Berdasarkan Ps. 332 RV, ada 2 macam putusan :

Putusan

Insidentil

: putusan yang berhubungan dengan

insiden, yaitu peristiwa yang menghentikan prosedur

peradilan biasa. Putusan ini belum berhubungan dengan

pokok perkara, misalnya putusan yang membolehkan

seseorang ikut kerja dalam perkara.

(37)

Putusan Akhir

Ditinjau dari segi sifatnya, terdapat beberapa jenis

putusan yang dapat dijatuhkan oleh Hakim, sbb:

1.

Putusan Declaratoir: putusan yang isinya bersifat

menerangkan atau menyatakan apa yang sah, misal :

menerangkan bahwa anak yang menjadi sengketa

adalah anak yang lahir dalam perkawinan yang sah.

2.

Putusan Constitutif: putusan yang meniadakan atau

menciptakan keadaan hukum baru. Misal: pemutusan

perkawinan, pengangkatan anak, pernyataan pailit,

pemutusan perjanjian.

(38)

Gugurnya Gugatan Penggugat

Dasar Hukum: Pasal 124 HIR & Pasal 77 Rv

Gugatan yang telah diajukan oleh penggugat

dapat menjadi “gugur” apabila penggugat

tidak hadir dalam persidangan setelah

dilakukan pemanggilan oleh pengadilan secara

patut, sedangkan tergugat hadir.

Hal ini diputuskan untuk kepentingan tergugat

yang telah meluangkan waktu untuk datang ke

persidangan, mengingat tergugat datang

karena telah digugat oleh tergugat.

Dengan diputuskannya gugatan penggugat

menjadi gugur, maka perkara perdata tersebut

dianggap selesai.

(39)
(40)
(41)

Upaya Hukum Luar Biasa

Upaya hukum terhadap putusan tingkat akhir dan putusan yang dijatuhkan di luar hadir tergugat (verstek), dan yang tidak lagi terbuka kemungkinan untuk mengajukan perlawanan

Alasan:

◦Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat

◦Ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak ditemukan.

Ultra Petita

◦Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya.

◦Hakim khilaf/keliru

(42)

Referensi

Dokumen terkait

Hukum Acara Perdata dirumuskan sebagai peraturan Hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara perdata melalui Pengadilan(hakim), sejak diajukan gugatan sampai dengan

Surat gugatan adalah yang diajukan oleh penggugat kepada Ketua Pengadilan yang berwenang, yang berisi tuntutan hak yang di dalamnya mengandung suatu sengketa, dan merupakan

Dari rumusan-rumusan di atas, maka dapat diketahui bahwa hukum acara perdata merupakan hukum yang mengatur tentang tata cara mengajukan gugatan kepada

Dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia, apabila seseorang ingin mengajukan suatu gugatan perdata di pengadilan negeri mengenai permasalahan hukum yang berkaitan dengan

Pengguguran gugatan diatur dalam Pasal 124 HIR, “jika penggugat datang tidak datang menghadap pengadilan negeri pada hari yang ditentukan itu, meskipun ia

Gugatan dalam hukum acara perdata umumnya terdapat 2 (dua) pihak atau lebih, yaitu antara pihak penggugat dan tergugat, yang mana terjadinya gugatan umumnya pihak tergugat

KOMPETENSI: Mahasiswa mengerti bagaimana beracara di pengadilan, khususnya acara perdata, bagaimana membuat surat gugatan, penyitaan, pemeriksan perkara,

Selain penggugat pihak yang mengajukan gugatan karena merasa haknya dirugikan dan tergugat pihak yang ditarik ke pengadilan karena dianggap telah merugikan pihak penggugat kemungkinan