• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KODIFIKASI HADI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KODIFIKASI HADI (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KODIFIKASI HADITS

TUGAS PENGGANTI UJIAN AKHIR SEMESTER

Untuk Memenuhi Ujian Akhir Smester Mata Kuliah Al-Qur’an dan Al-Hadits

Oleh:

Yayang Tri Wijaya 16650049

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

(2)

i

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... i

Kata Pengantar ... ii

BAB I 1.1Pendahuluan ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 1

1.3Tujuan ... 2

BAB II 2.1 Sejarah dan Perkembangan Hadits Masa Nabi ... 3

2.2 Sejarah dan Perkembangan Hadits Masa Sahabat ... 5

2.3 Sejarah dan Perkembangan Hadits Abad II Hijriah ... 8

2.4 Sejarah dan Perkembangan Hadits Setelah Abad II Hijriah ... 8

BAB III Kesimpulan ... 10

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan dan Kodifikan Hadits.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah saya di masa yang akan datang.

Akhir kata saya berharap semoga makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan dan Kodifikan Hadits ini dapat memberikan manfaat maupun menambah pengetahuan serta pengalaman terhadap pembaca.

Yogyakarta, 21 Mei 2017,

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Islam mengenal dua sumber hukum dalam perundang-undangan. Yang pertama ialah Al-Qur’an sedangkan yang kedua adalah Al-Hadits. Namun, terdapat perbedaan yang mencolok diantara keduanya, yaitu sejarah perkembangan dan kodifikasinya. Al-Qur’an sejak awal diturunkan sudah ada perintah pembukuannya secara resmi, sehingga terpelihara dari kemungkinan pemalsuan sehingga terjaga keasliannya hingga akhir zaman. Lain halnya dengan Al-Hadits, tidak ada perlakuan khusus yang baku padanya, sehingga pemeliharaannya lebih merupakan inisiatif dari para sahabat nabi.

Pada awalnya, hadits hanyalah sebuah literatur yang isinya mencakup semua ucapan, perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Mula-mula hadits dihafalkan dan secara lisan disampaikan secara berkesinambungan dari generasi kegenerasi.

Mempertahankan eksistensi hadits dari generasi ke generasi maupun dari zaman ke zaman dari masa nabi, sahabat, tabi’in, pengikut tabi’in hingga saat ini bukanlah perkara yang mudah. Perjalanannya tidak mudah seperti yang dipikirkan orang pada umumnya, tidak sedikit rintangan ataupun kendala yang mereka hadapi.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah sejarah perkembangan dan kodifikasi hadits pada masa nabi? 1.2.2 Bagaimanakah sejarah perkembangan dan kodifikasi hadits pada masa sahabat ?

1.2.3 Bagaimanakah sejarah perkembangan dan kodifikasi hadits pada masa abad ke 2 Hijriah ? 1.2.4 Bagaimanakah sejarah perkembangan dan kodifikasi hadits pada masa setelah abad ke-2

(5)

2

1.3Tujuan

1.3.1 Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Al-Qur’an dan al-Hadits yang diampu oleh Dr. Irsyadunnas, M.Ag

1.3.2 Agar pembaca dapat mengetahui sejarah dan perkembangan hadits pada masa nabi 1.3.3 Agar pembaca dapat mengetahui sejarah dan perkembangan hadits pada masa sahabat

1.3.4 Agar pembaca dapat mengetahui sejarah dan perkembangan hadits pada masa abad ke-2 Hijriah

(6)

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan dan Kodifikasi Hadits pada Masa Nabi

Periode Rasulullah SAW, merupakan periodepertama bagi sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadits. Periode ini terhitung mulai 571 H sampai 594 H. Masa ini di sebut (waktu turun wahyu dan pembentukan masyarakat islam).1

Dalam keseharian Rasulullah adalah guru bagi sahabat-sahabatnya. Beliau mengajarkan segala aspek ajaran Allah SWT. sesuai dengan kedudukannya sebgaiutusan Allah atau rasul yang terakhir. Dalam menerima hadits,para sahabat asatu sama lain tidak sederajat. Hal ini dikarenakan adanya faktor tempat tinggal, pekerjaan, usia, dan hal-hal lainnya. Diantara para sahabat ada yang banyak mengetahui hadits karena lama berjumpa dan berdialog dengan nabi dan ada yang sedikit. 2

Cara Rasulullah menyampaikan hadits dalam riwayat Bukhari, disebutkan Ibnu Ma’ud penah bercerita, “Nabi saw selalu mengganti-ngganti hari dalam memberikan pengajaran kepada kami, karena khawatir kamiakan merasa jemu”3. Ada beberapa cara yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam menyampaikan hadits kepada para sahabat, yaitu :

Pertama, melalui jama’ah yang berada di pusat majelis Al-Ilm, terkadang kepala suku yang jauh dari Madinah mengirim utusannya ke majelis, untuk kemudian mengajarkan kepada suku mereka sekembalinya. Kedua, melalui para sahabt tertentu, kemudian mereka menyampaikan pada orang lain. Ketiga, cara lain yang dilakukan Rasulullah SAW, adalah melalui ceramah atau pidato ditempat terbuka, seperti ketika haji wada dan futuh mekkah.

Perhatian nabi bagi pemeliharaankedua syariat (Al-Qur’an dan Al-Hadits) begitu besar. Misalnya untuk Al-Qur’an, nabi saw menyuruh para sahabat menghafal dan meluisnya, serta secara resmi mengangkat penulis wahyu yang bertugas untuk mencatatsetiap ayat Al-Qur’an yang turun, sehingga sepeninggal nabi saw seluruh ayat Al-Qur’an sudah tercatat walau belum terkumpul dalam satu mushaf. Sedang sikap nabi terhadap hadits, beliau memerintahkan untuk di hapal dan tabligkan tanpa menyuruh untuk mengadakan penulisan resmi sebagaimana halnya Al-Qur’an. Hal ini disebabkan adanya kekhawatiran akan bercampurnya ayat-ayat Al-Qur’an dengan Hadits. 4

1 Jurnal Perkembangan dan Pemeliharaan Hadits, Baso Ahmad Ghazali. 2013 hal. 134

2 Endang Soetari A, ilmu hadits. Bandung amal baktipress 1997, hal. 35

3 Al-Bukhari, Matn al-Bukhari bi Hasyiyah al-Sindi, Semarang : Taha Putra, hal. 24

(7)

4

Dalam perkembangan hadits, para sahabat nabi mempunyai peranan yang penting. Segala perilaku dan gerak gerik kehidupan mereka tidak luputt dari petunjuk nabi saw, dan nabipun selalui disertai oleh para sahabat kapanpun dan dimanapun. Sehingga beliau menjadi tumpuan perhatian, pdoman dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Namun, tidak semua sahabat selalu bersama Rasulullah, oleh karena itu derajat para sahabat berbeda-beda dalam mengetahui hadits Rasul. Cara sahabat menerima hadits dari Rasul juga berbeda-beda, kadangkala dengan cara :

1. Berhadapan langsung dengan Rasul 2. Menyaksikan perbuatan Rasul, dan

3. Mendengar dari sahabat lain yang mengetahui secara langsung dari Rasul karena tidak semua sahabat dapat menghadiri Majelis Rasul karena kesibukannya masing-masing5

Menurut Muhammad Mustafa Azami, dalam menympaikan hadits kepada sahabat-sahabatnya tersebut Rasul menggunakan tiga cara, yaitu : Pertama, menyampaikan dengan kata-kata. Rasul banyak mengadakan pengajaran- pengajaran melalui ucapan kepada para sahabat, dan bahkan untuk memudahkan dalam memahami dan mengingta hadits yang disampaikan, Rasul mengulanginya sampai tiga kali. Kedua, menyampaikan hadits melalui media tulis atau Rasul mendiktekan kapada sahabat yang dianggap pandai menulis. Hadits tersebut diantaranya membahas tentang ketetapan hukum-hukum Islam seperti ketetapan tentang zakat, tata cara peribadahan dan lainnya. Sedangkan yang Ketiga, Rasul menyampaikan hadits dengan praktik secara langsung guna memberi contoh pada para sahabat, seperti beliau mengajarkan cara ber-wudlu, shalat, puasa, menunaikan ibadah haji dan sebagainya.6

Pada masa ini, di antara sahabat ada yang menghapal hadits sekaligus meriwayatkan, hanyasedikit di antara mereka yang dapat menulisnya. Abu Hurairah sendiri pernah berkata, menurut riwayat Bukhari dalam kitab shahihnya:

Artinya:

“ Tidak seorangpun di antara para sahabat yang lebih banyak haditsnya dari padaku, kecuali Abdullah ibn Umar, karena ia menulis sedang saya tidak “7

5 Muhammad Abu Zahwi, Sejarah Perkembangan Hadits, hal. 53

6 Muhammad Mustafa Azami, Studies in Hadith Methodology and Litrature, 1997, hal. 9

(8)

5

Namun menurut sebuah riwayat, sebagian sahabat ada yang menyatakan keberatan dengan apa yang dilakukan oleh Abdullah, karena dianggap tidak mentati perintah nabbi Saw. Mendengar hal itu, maka Abdullah menanyakan langsung pada nabi. Dan beliau menjawab : Artinya :

“ Tulislah apa yang kamu dengar daripadaku demi tuhan yang jiwaku ditangannya, tidak keluar dari mulutku, selain kebenaran”8

Dari uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa periwayatan aist pada masa nabi saw. Berjalan lancar, karena disamping cara penyampaian nabi yang beragam, juga karena minat dan perhatian yang besar dari para sahabat untuk memperoleh ilmu – ilmu agama.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Hadits pada Masa Sahabat

Periode ini terjadi pada masa khulafau arrasyidin atau yang dikenal dengan masa sahabat besar yaitu dimulai sejak wafatnya rasul sampai berakhirnya pemerintahan ali bin abi thalib. Pada masa ini perhatianpara sahabat masih terfokus kepada pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur’an yang mana mendapat prioritas utama untuk terus disebarkan berbagai pelosok wilayah islam dan keseluruhan lapisan masyarakat.

Dalam perkembangan hadits, setelah wafatnya Rasulullah para sahabat tidak lagi berkurung di kota Madinah, mereka menyebar dan menjelajahi kota-kota lainnya. Sehingga penduduk kota-kota tersebut mulai menerima ajaran-ajaran islam termasuk hadits-hadits nabi.9 Pada masa itu, periwayatan hadits di permulaan masasahabat masih terbatas sekali. Seorang yang menerima hadits tidak harus menyampaikan hadits kecuali jika diperlukan, yakni dalam artian jika umat islam menghadapi suatu masalah yang tidak terdapat jalan keluarnya pada

Al-Qur’an namun membutuhkan penjelasan hukum menurut hadits dapat dilaksanakan.10

Kebijaksanaan ini dilakukan oleh para Khulafa al-Rasyidin. Namun demikian tidaklah berarti kegiatan periwayatan haditst berhenti sama sekali, sebab kegiatan pencatatan dan penghafalan riwayat hadits yang dilakukan atas inisiatif sendiri daria kalangan para

8 Abi daud al-sajistany, sunan abi daud, juz II, hal.36

9 T.M. Hashbi ash sidiqqiy, sejarah dan pengantar ilmu hadits, hal.61

10 Ahmad sutarmi, al-iman at-turmidzi, peranannya pengembangan hadits dan fiqih (Jakarta: Logos, 1995) hal.

(9)

6

sahabat, dengan satu keinginan untuk menyebarluaskan agama islam sesuai dengan perintah nabi saw.

Menurut Muhammad bin Ahmad Al-dzahaby (w.748.H./1347M), Abu Bakar merupakan sahabat nabi yang pertama menunjukkan kehati-hatiannya dalam periwayatan hadits. Periwayatan ini didasarkan atas pengalaman Abu Bakar tatkala menahadapi kasus waris untuk seoarang nenek. S uatu ketika ada seoarang nenek meng hadap kepada Kahifah Abu Bakar meminta hak waris dari harta yang ditinggalkan oleh cucunya. Abu bakar menjawab bahwa dia tiadak melihat petunjuk Al-Qur’an dan praktek nabi yang menberikan bagian harta waris kepada nenek. Abu bakar lalu bertanya kepada para sahabat, Al- Mughirah bin Syu’bah menyatakan kepada Abu Bakar bahwa nabi telah memberikan bagian waris kepada nenek sebesar 1/6 bagian. Al-Mughirah mengaku hadir tatkala nabi menetapkan kewarisan nenek itu. Mendengar pernyataan tersebut Abu Bakar meminta agar Al-Mughirah menghadirkan seorang saksi. Lalu Muhammad bin Muslamah memberikan kesaksian atas kebenaran pernyataan Al-Mughiran itu. Akhirnya Abu Bakar menetapkan kewarisan nenek dengan memberikan 1/6 bagian berdasarkan hadits nabi yang disampaikan oleh mughirah.

Sebagaimana halnya dengan Abu Bakar, Umar pun sangat hati-hati dalam masalah periwayatan hadits, misalnya ketika Umar mendngar hadits yang disampaikan oleh Ubay bin Ka’ab. Umar baru bersedia menerima riwayat hadits dari Ubay setelah Abu Dzar

menyatakan telah mendnagarkan hadits yang dikemukakan oleh Ubay tersebut. Akhirnya Umar berkata kepada Ubay “Demi Allah, sesungguhnya saya tidak menuduhmu telah berdusta, saya berlaku demikian karena saya ingin berhati-hati dalam periwayatan hadits”.

(10)

7

2.3 Mengetahui Sejarah dan Perkembangan Hadits pada Masa Abad Ke - 2 Hijriah

Periode ini disebutmasa penulisan dan pendewanan/pembukuan hadits. Pada periode ini sistem pembukuan yang disusun dalam dewan-dewan hadits mencakup hadits-hadits rasul, fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in. Dengan demikian, kitab hadits belum diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasarkan judul dan belum dipisahkan antara yang berkualitas shohih, hasan dan dhoif.11

Menurut Muhammad Al-Zafzaf seperti yang dikutip oleh M. Zuhri menyatakan bahwa sebab-sebab dilakukannya pengkodifikasian hadits, diantaranya disebabkan oleh :

1. Para ulama telah tersebar ke berbagai negri, sehingga dikhawatirkan hadits akan menghilang bersama wafatnya mereka, sementara generasi penerus diperkirakan tidak menaruh perhatian terhadap pemeliharaan hadits.

2. Banyaknya periwayatan hadits yang telah dikaburkan oleh kaum mubtadi ( kaum bid’ah ) seperti Khawarij, Rafidhah, Syi’ah, dan lain-lain.12

Melihat keadaan tersebut, khalifah Umar bin Abdul Azis yang berkuasa pada waktu itu yang dipelopori oleh dua ulama besar yaitu Abu Bakar dan Ibnu Hazm dan Muhammad Muslim ibnu Syihab Al-Zuhri.

Selanjutnya setelah masa ini, para ulama dikenal sangat aktif melakukan pembukuan hadits baik yang berada di Mekah, Madinah maupun di daerah-daerah islam lainnya. Diantara kitab-kitab dewan hadits yang disusun pada abad II H. Yaitu : 1) Al-Muwaththa disusun oleh Iman Malik, 2) M usnad Al-Syafi’i disusun oieh Imam Syafi’i, 3) Mukhtalif Al- Hadits disusun oleh Imam Syafi’i, 4) Al-Sirat Al-Nabawiyah disusun oleh Ibnu Ishaq

2.4 Mengetahui Sejarah dan Perkembangan Hadits pada Masa Setelah Abad Ke-2

Hijriah

Peeriode ini disebut masa kemurnian, penyehatan dan penyempurnaan. Pada abad ini, para ulama melaksanakan pengkodifikasian hadits dengan memisahkan antara sabda nabi saw dengan fatwa sahabat dan tabi’in. Sistem penyusunan yang dipakai adalah tashnid, yakni menyusun hadits dalam kitab-kitab berdasrkan nama sahabat perawi. Namun sistem ini kelemahannya adalah sulit untuk mengetahui hukum-hukum syara’ sebab hadits–hadits

11 M.Syuhudi ismail, sejarah pengantar ilmu hadis

12 Diantara kedua pendewan hadits ini, menurut ahli sejarah dan ulama hadits, M Muslim Ibnu Syihab

(11)

8

tersebut dikumpul dalam kitab tidak berdasarkan satu topik bahasan.13

Kemudian ulama-ulama hadits pada abad ketiga ini, juga dihadapkan dengan dua golongan yang sedang bentrok, yaitu golongan dari mazhab ilmu kalam. Yang mana tidak segan-segan membuat hadits-hadits palsu untuk memperkuat argumen mazhabnya dan juga untuk menuduh lawan mazhabnya.

Dan untuk menghadapi keduanya dan sekaligus melestarikan hadits-hadits nabi, secara garis besar ada beberapa kegiatan penting yang dilakukan ole ulama hadits, antara lain yaitu:

1. Mengadakan perlawatan ke daerah-daerah yang jauh. Kegiatan ini ditempuh karena hadits-hadits nabi yang telah dibukukan pada periode keempat hanya terbatas pada hadits hadits nabi di kota–kota tertentu. Usaha ini dipelopori oleh Imam Bukhori.

2. Mengadakan klasifikasi antara hadits yang Marfu‟ (yang disandarkan kepada nabi), yang Mauquf (yang disandarkan kepada sahabat) dan Maqtu‟ (yang disandarkan kepada tabi’in).

3. Pertengahan abad III, ulama hadits mulai mengadakan seleksi kualitas hadits, yaitu kepada shohih dan dha‟if. Usaha ini dipelopori oleh Ishaq Ibnu Rahawaih, kemudian diikuti oleh Imam Bukhori, Muslim dan dilanjutkan oleh Abu Daud , Tirmidzi, dan lain-lain.

Dari penyeleksian diperiode ini , telah menghasilkan 2 jenis dewan hadits ,yaitu :

a. Kitab shahih, yakni kitab yang disusun hanya berisikan hadits shahih saja. b. Kitab sunan, yakni kitab yang tidak memasukkan hadits-hadits mungkar dan

sederajatnya, sedang hadits dha‟if yang tidak mungkar dan tidak sangat lemah tetap dimasukkan kedalam sunan disertai keterangan ke dhai‟fannya.

Pada periode selanjutnya disebut pembersihan, penyusunan penambahan dan pengumpulan. Pada periode keenam ini, lma pada umumnya hanya berpegang pada kitab-kitab hadits yang telah ada dengan mengutip dari kitab-kitab-kitab-kitab hadits yang telah disusun oleh ulama pada abad II dan III. Bertolak dari hasil tadwin itulah, maka ulama-ulama diabad IV H. Memperluas sistem dan corak tadwin, menertibkan penyusunan, menyusun spesialisasi dan kitab-kitab komentar serta kitab-kitab gabungan, dan lain-lain. Kitab-kitab yang

(12)

9 mengaadakan perlawatan ke berbagai daerah seperti ulama sebelumnya, maka Al-Dzahaby memberi batasan bahwa penghujung tahun 300 H. sebagai batas pemisah antara masa Ulama Mutaqaddim dengan Ulama Muta akhirin .14

pensyarahan, penhimpuna, pentakhrijan, dan pembahasan. Periode ini mulai dari masa bagdad dihancurkan oleh Hulaku Khan, maka berpindahlah kegiatan perkembangan hadits di Mesir dan India. Jalan-jalan yang ditempuh oleh para ulama pada masa ini, ialah menertibkan isi kitab-kitab hadits, menyaringnya dan menyusun kitab takhrij, serta membuat kitab-kitab takhrij, serta mebuat kitab-kitab jami’yang umum, kitab-kitab yang mengumpulkan hadits hukum, mentakhrijkan hadits-hadits yang terdapat dalam beberapa kitab, mentakhrijkan hadits-hadits yang terdapat dalam beberapa kitab, mentakhrijkan hadits-hadits yang terkenal dalam masyarakat dan menyusun kitab athraf.. Kitab-kitab hadits yang telah disusun pada periode ini adalah :

1. Kitab zawaid

2. Kitab yang membahas masalah tertentu 3. Kitab syarah

(13)

10

BAB III

3.1Kesimpulan

Tradisi menulis dan mencatat hadits telah terjadi pada masa nabi. Para sahabat menerima hadits dari majelis Nabi dan mencatat dari apa yang dikatakan oleh nabi. Selain itu pada masa nabi, materi hadits yang mereka catatt masih terbatas, hal ini disebabkan sedikitnya jumlah sahabat yang pandai menulis, di samping perhatian mereka masih banyak yang bertumpu pada pemeliharaan al-Qur’an, sehingga catatan-catatan hadits masih tersebar pada sahifah sahabat.

(14)

11

DAFTAR PUSTAKA

Soetari, Endang.1997. Ilmu Hadis, Bandung Amal Baktipress

Zain, Lukman. Jurnal Sejarah Hadis pada Masa Permulaan dan Penghimpunannya Al-Bukhari. Matn al-Bukhari bi Hasyiyah al-Sindi. Semarang. Taha Putra

Ghazali, Baso.2013.Jurnal Perkembangan dan Pemeliharaan Hadits Ismail, Syuhudi.1998. Kaedah Kesahehan Sanad Hadis. Bulan Bintang

Referensi

Dokumen terkait

yang menyebabkan luas permukaan kecil dan waktu yang diperlukan dengan manual membutuhkan waktu lama; serta 2) bahan bakar minyak atau gas harganya semakin

Suatu organisasi sangat bergantung kepada keupayaan organisasi tersebut bekerjasama dengan organisasi-organisasi lain di dalam negara maupun di peringkat

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Menyiapkan materi yang akan disampaikan dalam kegiatan praktik mengajar dengan mengacu pada RPP yang telah dibuat. Menyiapkan

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah

Masalah gangguan stres dalam konteks karya ini adalah stres sebagai suatu pemikiran subjektif , yakni bila keinginan yang dicapai berbeda dengan apa yang

2) Untuk mengetahui karakteristik aitem tiap Subtes berdasarkan unidimensional item response theory (UIRT) dilakukan kalibrasi parameter aitem pada tiap subtes

Banyak elemen-elemen yang mempengaruhi persepsi konsumen ketika mereka memasuki bagian dalam toko. Kebersihan sebuah toko adalah hal yang utama. Suara dan aroma

Objective-C saat ini banyak digunakan pada platform Mac OS X dan iOS (iOS adalah sistem operasi untuk iPhone, iPod Touch dan iPad. Dengan adanya framework