LAPORAN PRAKTIKUM
HANDASAH
ACARA I
Pengenalan Alat
Disusun Oleh :
Nama
:
Kusriadi
NIM
:
130722616083
Off
:
H 2013
Dosen
:
Alfi Nur Rusydi
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
1. Tujuan
- Mahasiswa dapat mengenali dan menyebutkan bagian-bagian peralatan handasah
2. Alat dan Bahan
1. Pita ukur
Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang
mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan (Basuki, S, 2006). Proses pemetaan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terestrial dan ektra terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat yang berpangkal di tanah. Pemetaan ekstra terestris adalah pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan wahana seperti pesawat
terbang, pesawat ulang alik atau satelit. Menurut Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran yaitu menentukan unsur-unsur (Jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu.
Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak antara dua titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara langsung, maksudnya hasil pengukuran dapat diketahui secara langsung. Alat yang digunakan dalam pengukuran secara
pengukuran cepat yang dilengkapi oleh peralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran secara optis. Sebagai contoh adalah compass survey, waterpass dan theodolit.
4. Cara Kerja a. Theodolite
Theodolite digunakan untuk menentukan titik as bangunan, ketegaklurusan bangunan, menentukan elevasi bangunan, dan membuat sudut-sudut bangunan. Theodolite digunakan pada awal pelaksanaan proyek untuk menentukan peil dasar bangunan dan menentukan as-as bangunan. Setelah itu digunakan untuk penentuan as kolom, balok, core wall/shear wall, plat lantai dan lain-lain. Cara kerja alat ini adalah :
- Dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolite. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan.
- Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi. Theodolite dapat mengecek kondisi dalam arah vertikal, juga untuk menentukan ketinggian suatu titik.
- Obyek theodolite dalam hal ini antara lain as-as bangunan, titik penggalian, dan elevasi-elevasi/ peil-peilbangunan.
- Untuk keperluan pekerjaan struktur diperlukan keakuratan dibawah 1 mm pada jarak tidak melebihi 30 meter. Dalam penggunaannya, theodolite didirikan pada tripod (kaki tiga).
b. Waterpass
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass sebenarnya sederhana yaitu dengan membuat garis sumbu teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya. Detail cara kerjawaterpass adalah sebagai berikut:
Mengatur nivo (gelembung nivo) agar berada di tengah-tengah dengan sekrup pengontrol yang terdapat di dasar alat. Seandainya gelembung nivo sudah berada di tengah-tengah, kemudian sekrup pengunci (pengontrol) pada kaki tiga dikuatkan.
Mengarahkan teropong kesasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.
Selanjutnya berikut dijelaskan pengukuran jarak dan beda tinggi.
Pengukuran jarak
1. Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap (Banch Mark) yang digunakan. 2. Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku dan cat sebagai
titik P1.
4. Mendirikan tripod tepat diatas titik P1 dan meletakkan alat ukur waterpassdiatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian bawahnya.
5. Memasang Unting-unting dan mengusahakan agar unting-unting tersebut tepat menunjuk ke titik P1.
6. Mengatur sekrup pengungkit agar gelembung nivo terletak di tengah-tengah tabung.
7. Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM kemudian ditembak dari titik P1 tersebut (usahakan letak bak vertikal)
8. Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB. Jika hasil pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
9. Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian titik P1 dan P2 ditembak/diukur. Setelah itu alat dipindahkan ke titik B untuk
penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya hingga titik terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan kembali ketitik awal untuk bacaan pulang hingga titik A.
10. Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika selisih beda tinggi antara pengukuran pergi dengan pengukuran pulang melampaui kesalahan ynagdiijinkan, maka Pengukuran harus diulang kembali.
Pengukuran beda tinggi
1. Pesawat didirikan tepat diatasdititik P1 yang telah ditandai dengan cat. 2. Setelah unting-unting menunjuk tepat ke titik P1, sekrup pengukit diatur
sedemikian rupa hingga gelembung nivo tepat ditengah-tengah.
3. Menentukan titik-titik yang akan ditentukan ketinggiannya, lalu mengukur jarak titik-titik tesebut dari pesawat. Titik-titik tersebut adalah titik 1, 2, 3, dst.
4. Menyipat titik-titik yang telah ditentukan tersebut serta titik BM, sementara pemegang rambu membetulkan posisi rambu ukur (baak) spaya tegak betul. 5. Setelah letak rambu ukur vertikal, benang horisontal dibaca oleh pengamat dan
hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB. Jika hasil pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
6. Setelah titik-titik tersebut disipat, maka pesawat dipindahkan ke titik P2 yang telah diberi tanda cat, kemudian mengulang langkah-langkah no.2 s/d no.5. prosedur ini diulang untuk posisi pesawat di P3, P4, dan seterusnya hingga titik terakhir, yaitu titik P11.
7. Melakukan penghitungan beda tinggi terhadap titik-titik tersebut.
c. Compass survey
•Meletakkan kompas pada statif
•Melevel nivo sehingga alat ini benar-benar datar ditandai dengan gelembung berada di tengah nivo
•Pembacaan sudut mendatar dibaca pada jarum kompas. Sudut vertikal terbaca dari bidang busur secara langsung
5. Hasil Praktikum
1. Pita ukur
Pita ukur berfungsi untuk mengukur jarak antara dua titik objek yang akan di ukur. Dengan satuan metyer, centimeter, dan inchi.
2. Jalon
Untuk mengukur kemiringan vertikal, seperti kemiringan lereng suatu bukit. 4. Compass survey
Berfungsi untuk mengukur sudut (horizontal maujpun vertikal) dan beda tinggi. 6. Theodolite T0
8. Theodolite T100
Semua jenis Theodolite pada umumnya yaitu untuk mengukur jarak, sudut dan beda tinggi 9. Statif
Statif atau kaki tiga berfungsi sebagai penyangga dari theodolit agar berada pada posisi yang rata 180 drajat.
10. Baak ukur
Baak ukur berguna untuk membantu menentukkan kurva atas, kurva tengah, dan kurva bawah.
Kompass geologi berfungsi untuk menghitung sudut horizontal dan vertikal terutama menghitung DIP dan strike.
12. Hagameter
Hagameter selain dapat digunakan untuk pengukuran skala vertikal juga dapat digunakan untuk mengukur kemiringan lereng.
13. Pembahasan
1. Pita ukur (meteran)
Kelebihan : Mudah dalam penggunaan, mudah dibawa Kekurangan :
2. Jalon
Kelebihan : Kekurangan : 3. Abney level
Kelebihan : Kekurangan : 4. Compass survey
Kelebihan : Kekurangan : 5. Waterpas
6. Theodolite T0
Alat Fungsi Kekurangan Kelebihan
The
Untuk mengukur jarak dengan bantuan baak ukur
Untukmengukur
ketinggianatau beda tinggi
Untuk pengukuran polygon, pemetaansituasi,
maupunpengamatanmatahari
Dapat digunakan pada wilayah yang
13. Kesimpulan