TERHADAP PENGEMBANGAN KONSEP DALAM MEMPELAJARI
SIFAT-SIFAT RANGKAIAN SERI DAN RANGKAIAN PARALEL
DI SMA NEGERI 1 SIDIKALANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ALPHONSUS TODOFRIEDRICH SIANIPAR 03 1424 034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
TERHADAP PENGEMBANGAN KONSEP DALAM MEMPELAJARI
SIFAT-SIFAT RANGKAIAN SERI DAN RANGKAIAN PARALEL
DI SMA NEGERI 1 SIDIKALANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
ALPHONSUS TODOFRIEDRICH SIANIPAR
03 1424 034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
L
g, itagil lan
anggo mar
ahkan ka
M.R.Sia
T. Br D
kasih dan h
hi kata-kat
u damai dis
han
bihi cinta,
egalanya.
k tercinta,
sisi-Nya
:vii
ABSTRAK
Alphonsus. T. Sianipar. 2011. Pengaruh Pembelajaran Dengan Metode
Investigative Science Learning Environment (ISLE) Terhadap Pengembangan Konsep Dalam Mempelajari Sifat-Sifat Rangkaian Seri Dan Rangkaian Paralel Di SMA Negeri 1 Sidikalang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FakultasKeguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuantitatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1)Konsep awal siswa SMA kelas X tentang sifat-sifat pada rangkaian seri dan paralel. (2) Konsep akhir siswa SMA kelas X tentang sifat-sifat pada rangkaian seri dan paralel melalui pembelajaran dengan metode investigative science learning environment (ISLE).Penelitian ini dilakukan pada 2 kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Obyek penelitian adalah siswa kelas X1 dan X5 yang berjumlah 64 siswa. Kelas X1 merupakan kelas eksperimen dan kelas X5 merupakan kelas kontrol.
Instrumen penelitian berupa soal pretes dan postes yang berjumlah 20 soal berbentuk essay. Soal pretes dan postes mencakup materi sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian paralel. Metode analisis data menggunakan perhitungan statistik uji T.
viii
ABSTRACT
Alphonsus. T. Sianipar. 2011. The Influence of Learning of Investigative Science Learning Environment (ISLE) method toward the Development of Concept in Learning Characteristics of Series and Parallel Circuits in SMA Negeri 1 Sidikalang, Dairi, North Sumatera. Physics Education Study Program, Department Education of Mathematical and Natural Sciences, Faculty of Teachers Training. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research is a quantitative experiment research. The aims of the research are to acknowledge: (1) The initial conceptions of class X students about the characteristics of series and parallel circuits. (2) The final conceptions of class X students about the characteristics of series and parallel circuits with Investigative Science Learning Environment (ISLE) method. The research was conducted in 2 classes, the control class and the experimental class.
This research was conducted in SMA Negeri 1 Sidikalang, Dairi, North Sumatera. The objects were 64 students of grade X1 and X5. Class X1 was an experimental class and a class X5 was a control class.
The instruments used in this research were 20 of pretest and posttest questions in the form of essay. The pretest and posttest questions covered the material about the characteristics of the series and parallel circuit. The method of analysis data used T test statistical calculation.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat-Nya atas segala berkat
dan rahmat yang telah diberikan, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Dengan Metode Investigative Science Learning Environment (ISLE)
Terhadap Pengembangan Konsep Dalam Mempelajari Sifat-Sifat Rangkaian Seri
Dan Rangkaian Paralel Di SMA Negeri 1 Sidikalang”, ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini dibuat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian
skripsi ini.
2. Drs. Naek K. Lumbantobing selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sidikalang
yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
3. Drs. S. Sihombing selaku Wakasek Bidang Kurikulum SMA Negeri 1
Sidikalang, yang telah membantu dalam proses penelitian.
4. Ibu K. Gultom dan Ibu Umi Ainun selaku guru Fisika SMA Negeri 1
sidikalang yang telah memberikan kemudahan dan membantu dalam
melaksanakan penelitian.
5. Segenap Dosen Pendidikan Fisika yang telah memberikan pengajaran yang
x
6. A.F.M. Sianipar SE, B. Sidauruk SPd, Ivan Ferzola Sianipar ST, F. Silaban,
F.O. Sianipar, Innosensius Silaban, Innestasia Silaban, Ivo Silaban,
terimakasih atas doa dan dukungan yang kalian berikan.
7. Teman-teman yang telah banyak membantu selama proses pengerjaan skripsi
ini, Yoseph Asiri Dotheres, Cornelis Andreniko, Ani Susanti Dewi, Elyas
Pical Silaban, Wiwi, Salmon Pasaribu. Terima kasih banyak, semoga Tuhan
membalas kebaikan kalian.
8. Teman-teman Pendidikan Fisika segala angkatan atas kebersamaan dan
kerjasamanya selama kuliah.
9. Teman-teman kost 26 F Pelemkecut, komunitas Sada Pardomuan Universitas
Sanata Dharma, Komunitas Ex-Seminari Christus Sacerdos yang berada di
Yogyakarta, terima kasih atas bantuannya.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II DASAR TEORI A. Hakikat Pembelajaran ... 5
B. Investigative Science Learning Environment (ISLE) ... 7
viii
D. Sifat-sifat Rangkaian Seri ... 13
E. Sifat-sifat Rangkaian Paralel ... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18
A. Jenis Penelitian ... 18
B. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 18
C. Subjek Penelitian ... 18
D. Perlakuan (treatment) ... 18
E. Instrumen Penelitian ... 20
F. Metode Pengumpulan Data ... 21
G. Metode Analisis Data ... 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Deskriptif pelaksanaan penelitian ... 29
B. Data Dan Analisis Data ... 31
C. Pembahasan ... 42
BAB V PENUTUP ... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 32
Tabel 4.2 Skor pretes dan postes kelas eksperimen ... 34
Tabel 4.3 skor pretest dan postest kelas kontrol ... 37
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Rangkaian seri yang dipasang dengan voltmeter ... 14
Gambar 2.2 Rangkaian seri yang dipasang dengan amperemeter ... 14
Gambar 2.3 Rangkaian paralel yang dirangkai dengan voltmeter ... 15
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 49
Lampiran 2 Konsep yang akan diukur dan soal ... 57
Lampiran 3 Kunci jawaban ... 67
Lampiran 5 Contoh laporan eksperimen siswa ... 78
Lampiran 6 Surat ijin penelitian ... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam setiap proses pembelajaran fisika, siswa dituntut untuk
dapat memahami konsep-konsep ilmiah, karena hal ini merupakan bagian
terpenting dalam proses pembelajaran fisika. Siswa dapat dikatakan
berhasil dan paham dalam pembelajaran khususnya pembelajaran fisika
apabila siswa tersebut dapat menangkap dan memahami suatu konsep
fisika pada materi yang diajarkan. Oleh karena itu, seorang guru harus
mampu melihat apakah konsep yang diajarkan telah dipahami siswa atau
belum.
Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa berarti siswa sebagai
pelaku utama atau subyek belajar, kegiatan belajar didominasi siswa, siswa
membangun pengetahuannya, dan guru sebagai motivator dan fasilitator
dalam menciptakan motivasi belajar yang mendukung supaya kegiatan
pembelajaran berjalan dengan baik. Agar pembelajaran berjalan dengan
baik, diperlukan pengelolaan kelas yang baik, motivasi siswa yang tinggi,
bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan, dan pemilihan metode yang
Menurut Shapiro yang dikutip Suparno (2006:13), paling sedikit
ada tiga kecenderungan pokok bagaimana orang menjelaskan apa dan
bagaimana pengetahuan itu terbentuk, yaitu (1) pengetahuan itu adalah
fakta, (2) pengetahuan itu merupakan suatu proses pembentukan, dan (3)
perlu skema yang lebih menyeluruh. Menurut Suparno (2006:13),
pengetahuan ilmiah merupakan suatu proses induksi, yaitu ditemukan
lewat pengamatan atas suatu obyek.
Agar siswa dapat memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari,
salah satu metode yang baik adalah eksperimen atau percobaan. Tetapi,
sering terjadi bahwa kegiatan eksperimen tersebut menjadi sesuatu
keharusan. Siswa hanya melakukan eksperiman menurut petunjuk yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa sering tidak mengetahui kegunaan
atau fungsi dari eksperimen yang mereka lakukan.
Dalam Investigative Science Learning Environment (ISLE), siswa
lebih dituntut berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya, sebab
para siswa berfikir dan mengkonstruksi pikirannya dengan bercermin pada
proses yang dilakukan fisikawan. Dengan demikian para siswa tersebut
lebih mengetahui kegunaan atau fungsi eksperimen tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis berminat untuk meneliti
“PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN METODE
INVESTIGATIVE SCIENCE LEARNING ENVIRONMENT (ISLE)
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT RANGKAIAN SERI DAN
RANGKAIAN PARALEL”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dengan latar belakang masalah diatas, penulis meneliti
permasalahan :
1. Bagaimanakah konsep awal siswa tentang sifat-sifat rangkaian
seri dan paralel?
2. Bagaimanakah konsep akhir siswa tentang sifat-sifat rangkaian
seri dan paralel setelah pembelajaran dengan metode
Investigative Science Learning Environment (ISLE)?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa
tentang sifat-sifat rangkaian seri dan paralel melalui pembelajaran
Investigative Science Learning Environment (ISLE).
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi ilmu pengetahun
Bagi ilmu pengetahuan dapat memberikan sumbangan berupa
informasi mengenai tingkat pemahaman konsep sifat-sifat rangkaian
seri dan paralel melalui pembelajaran dengan metode investigative
2. Bagi guru
Bagi guru mata pelajaran fisika, penelitian ini dapat dimanfaatkan
5
BAB II
DASAR TEORI
A. HAKIKAT PEMBELAJARAN
Pembelajaran meliputi dua hal utama yaitu belajar dan mengajar. Belajar
dan mengajar merupakan suatu proses yang sangat penting karena di dalamnya
mengandung hubungan atau interaksi antara guru sebagai pengajar dan anak didik
sebagai subyek dan sebagai obyek dari kegiatan pembelajaran.
A.1. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah
terjadi interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa buku,
lingkungan, guru atau teman. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan sangat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Muhibbin Syah,
1995: 88). Menurut Hilgart, belajar (learning) adalah proses yang didalamnya
terbentuk tingkah laku atau terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau
latihan (Tanlain, Wens, 2005: 16). Pada dasarnya proses belajar yang baik
berpedoman pada prinsip belajar, antara lain (1) belajar merupakan proses aktif
dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa
dengan lingkungannya, (2) belajar senantiasa harus terarah dan jelas bagi siswa,
(5) belajar harus disertai keinginan dan kemampuan yang kuat untuk mencapai
hasil dan tujuan (Nitajatun, 2006: 8).
A.2. Pengertian pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs, instruksi (pembelajaran) adalah suatu
rangkaian peristiwa eksternal yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa,
sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah (Tanlain, Wens,
2005: 33). Pembelajaran bukanlah proses memindahkan pengetahuan dari guru ke
siswa tetapi merupakan kegiatan yang meningkatkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi pelajar dalam membentuk
pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan dan bersikap kritis.
Peranan guru adalah mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar
murid berjalan dengan baik (Suparno, 1997: 14).
Pengertian lain pembelajaran ialah teknik penyajian yang dikuasai guru
untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
baik secara individu ataupun kelompok, agar pelajaran dapat diserap, dipahami,
dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar makin
efektif pula pencapaian tujuan (Ahmadi,1997: 52).
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal yaitu
pretes, proses belajar mengajar, dan postes. Pretes adalah permulaan dalam proses
pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik,
pembelajaran dan mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai.
Proses merupakan kegiatan pembelajaran, yakni bagaimana tujuan direalisasikan.
Postes adalah kegiatan akhir pelaksanaan pembelajaran guna melihat keberhasilan
pembelajaran dengan membandingkan dengan hasil pretes.
B.INVESTIGATIVE SCIENCE LEARNING ENVIRONMENT (ISLE)
B.1.Pengertian Investigative Science Learning Environment (ISLE)
Investigative Science Learning Environment (ISLE) adalah lingkungan
belajar sains yang bersifat investigatif, yang artinya mendorong siswa untuk
menyelidiki. Menurut Carin dan Sund (Kartika Budi: 1998) sains adalah suatu
sistem memahami semesta melalui data-data yang dikumpulkan dengan cara
observasi dan eksperimen yang dikontrol. Pembelajaran sains berarti partisipasi
siswa dalam membentuk pengetahuan dalam memahami alam semesta.
Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan di mana siswa tersebut
dapat menginvestigasi atau menyelidiki. Dalam hal ini, siswa belajar sains dengan
menyelidiki gejala-gejala fisika, yang kemudian diselidiki lebih lanjut melalui
suatu eksperimen.
Dalam artikel Eugenia Etkina dan Alan Van Heuvelen dalam jurnal
American Physical Society (2004: 1) yang berjudul Investigative Science Learning
Environment dijelaskan bahwa:
Investigative Science Learning Environment (ISLE) is an
mirror the processes that physicists use in their real-world practice while
constructing knowledge and applying it for useful purposes.
Jadi, Investigative Science Learning Environment (ISLE) adalah sistem
belajar fisika pendahuluan yang mengusahakan secara sadar proses yang
digunakan fisikawan dalam hidup nyata siswa sambil mengkonstruksi
pengetahuan dan menerapkannya untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat.
Eugenia Etkina dan Alan Van Heuvelen lebih lanjut menjelaskan:
Two key features of this approach. One feature involves students’
development of their own ideas by
(a) observing phenomena and looking for patterns,
(b) developing explanations for these patterns,
(c) using these explanations to make predictions about the outcomes of testing
experiments,
(d) deciding if the outcomes of the testing experiments are consistent with the
predictions, and
(e) revising the explanations if necessary.
Another key feature is encouraging students to represent physical
processes in multiple ways, thus helping them develop productive
representations for qualitative reasoning and for problem solving.
Eugenia Etkina, Anna Karelina dan Maria Ruibal dalam artikel yang
Learning in Introductory Physics Laboratories (The Journal of The Learning
Sciences (2010: 58) ) menyatakan:
ISLE engages students in collaborative knowledge construction to
acculturate them in the practice of physics.
Maka, didalam ISLE, guru tidak memberikan konsep-konsep fisika kepada
siswa, melainkan siswa sendiri yang mengkonstruksi konsep-konsep fisika
tersebut. Siswa menguasai konsep-konsep yang mereka ciptakan dengan
menggunakan berbagai pemikiran dan strategi belajar. Tugas guru adalah
merancang suatu strategi untuk membantu siswa membangun konsep-konsep
fisika. Setelah para siswa mencoba membangun sendiri konsep-konsep yang
mereka pelajari, kemudian mereka analisis dan membuat kesimpulan. Kesimpulan
yang dibuat siswa dapat benar atau berubah setelah mereka mencoba atau
bereksperimen tentang konsep yang mereka bangun sebelumnya. Dengan
demikian siswa semakin yakin akan kebenaran konsep yang mereka bangun dan
memperbaiki konsep sebelumnya jika dalam eksperimen tersebut mereka
menemukan letak kesalahan mereka.
B.2. Hubungan metode Investigative Science Learning Environment (ISLE)
dengan filsafat konstruktivisme
Menurut Suparno (1997: 18) konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
konstruktivisme, dalam proses belajar, siswalah yang harus mendapatkan tekanan.
Dalam hal ini guru sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar siswa.
Secara garis besar, Suparno (1997: 49) menjelaskan prinsip-prinsip
konstruktivisme sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun
sosial.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan dengan mulus.
Dalam pembelajaran dengan metode Investigative Science Learning
Environment (ISLE), siswa dituntut untuk membangun konsepnya sendiri serta
siswa dihadapkan dengan pengalamannya sendiri dalam bentuk eksperimen yang
B.3. Tujuan Pembelajaran Metode Investigative Science Learning
Environment (ISLE)
Investigative Science Learning Environment (ISLE) membantu siswa
memperoleh keterampilan belajar. Para siswa membangun konsep secara aktif,
berpartisipasi dalam belajar, bereksperimen pengujian ide-ide mereka, belajar
untuk membangun konsep-konsep dalam berbagai cara, dan mengembangkan
strategi untuk mengatur dan mengakses pengetahuannya.
B.4. Prosedur Metode Investigative Science Learning Environment (ISLE)
Pada metode Investigative Science Learning Environment (ISLE) akan
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengamatan: siswa melakukan pengamatan yang terjadi di lingkungannya
yang sesuai dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari.
2) Penjelasan kualitatif: siswa menjelaskan secara kualitatif hasil
pengamatan mereka dan mencoba membuat langkah-langkah percobaan
dari penjelasan yang mereka buat.
3) Pengujian: siswa menguji penjelasan mereka dengan langkah-langkah
percobaan yang mereka buat dengan melakukan eksperimen.
4) Perumusan hukum: setelah melakukan percobaan, siswa mencoba
merumuskan persamaan yang cocok dari hasil percobaan.
5) Penjelasan kuantitatif: siswa menjelaskan secara kuantitatif dari hasil
6) Pengujian: didalam hal ini siswa menguji kembali dari hasil penjelasan
kuantitatif.
7) Aplikasi: siswa mengaplikasikan hasil eksperimen tersebut.
C. KONSEPSI DAN PEMAHAMAN KONSEP
C.1. Konsepsi
Konsep adalah gambaran mental tentang sesuatu (Kartika Budi, 1987:
234). Dalam fisika, konsep tersebut dapat berupa objek, prinsip, hukum, dan teori.
Gambaran mental itu dapat diperoleh melalui generalisasi dari contoh-contoh,
data-data, dan peristiwa-peristiwa khusus. Seperti yang dikutip oleh Suparno
(1997: 52), Vygotsky dalam penelitiannya membedakan konsep menjadi dua
macam yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh anak
dari kehidupan sehari-hari tanpa disengaja, sedangkan konsep ilmiah diperoleh
anak dari pelajaran disekolah secara sistematik struktural. Kedua konsep ini saling
mempengaruhi. Dalam proses belajar mengajar konsep spontan secara bertahap
dibangun menjadi lebih ilmiah, dan konsep ilmiah akan mempengaruhi konsep
spontan seseorang menjadi lebih maju dan lengkap. Dengan demikian konsep
seseorang akan terus berkembang.
C.2. Pemahaman Konsep
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar terdapat aspek yang sangat
penting, yaitu aspek pemahaman. Apabila diadakan kegiatan belajar mengajar,
kita pelajari (Kartika Budi, 1987: 233). Pemahaman dan pengembangan konsep
merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai tujuan belajar fisika.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep
sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilannya. Untuk memutuskan seseorang
anak memahami konsep atau tidak, maka diperlukan kriteria atau indikator yang
dapat menunjukkan pemahaman tersebut. Beberapa indikator yang menunjukkan
pemahaman seseorang akan suatu konsep antara lain (1) dapat menyatakan
pengertian konsep dalam bentuk defenisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat
menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain, (3) dapat
menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) dapat menerapkan
konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (b)
untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis, (c)
memprediksi kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi
tertentu dipenuhi, (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih
cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang
berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang
salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu
pokok bahasan (Kartika Budi,1992: 114).
D. SIFAT-SIFAT RANGKAIAN SERI
Untuk mengetahui sifat-sifat dari rangkaian seri, dipasang amperemeter
dan voltmeter pada rangkaian seri agar diketahui berapa besar kuat arus dan
Dalam se
ui besar teg
2.1.Gam
tiap beban d
t arus pada s
Bila ada su
arus, maka
n dan selu
angan pada
mbar rangkaia
dari rangkai
setiap dan k
Gambar rangk
an diatas d
a ada satu ja
us yang me
n kata lain
ana sama.
atu yang me
dalam beba
uruh rangk
a setiap dan
an seri yang
ian seri dira
keseluruhan
kaian seri ya
dapat diketa
alan arus, m
engalir dala
n hanya ada
enyebabkan
an yang lain
aian seri d
keseluruhan
a satu arus.
n arus dalam
n juga tidak
dirangkai v
n beban.
m salah satu
k ada arus.
voltmeter u
eter
ntuk menge
peremeter
aian seri se
m R2, dan d
ena itu kuat
3.
Bila kuat ar
VAD = IR1+
meter untuk m
dilakukan
tiap beban d
angan pada s
2.3. G
r beda pote
bungan: VA
rusnya I, ma
+IR2+IR3=
R2+R3)=Rp m
ila ada n bu
nti dengan s
2+R3+. . . +
AT RANGK
aian paralel
mengetahui
agar dapat m
dari rangkai
setiap dan k
Gambar rangk
uah beban y
sebuah beba
an paralel d
keseluruhan
t sama, yaitu
arus dan be
i sifat-sifat d
dirangkai vo
n beban.
l yang dirang
, VAD dalam
ansinya R1
ti dengan re
u dipasang
esar teganga
dari rangkai
oltmeter unt
gkai dengan v
m keadaan
,R2,R3, . .
esistansi Rp
amperemet
an pada seti
ian paralel.
Dalam se
ui besar kua
2.4. Gam
at arus pada
mbar rangka
gkaian para
hanya ada
antara uju
antara ujung
ang tidak d
rima titik c
tik cabang
beri tanda p
Kirchhoff.
ngkaian pa
a setiap dan
aian paralel y
alel adalah s
satu beda
ung-ujung b
g-ujung beb
a potensial
beban yang
ban yang lai
yimpan mu
epaskan kem
da negatif da
ka di titik ca
ngkai amp
n beban.
ai dengan am
ikut:
persekutu
g satu sam
in.
uatan, maka
mbali. Bila
an yang me
abang: ∑I=0
peremeter u
3. Putusnya arus di salah satu cabang, tidak mengakibatkan arus di
cabang lain terputus.
4. Bila kuat arus di salah satu simpul adalah I, I1, I2, dan I3, berdasarkan
hukum I Kirchhoff, maka:
I= I1+I2+ I3=
Bila ,
Artinya, bila ada n beban yang memiliki resistansi R1,R2, . . . , Rn,
boleh diganti dengan sebuah beban dengan resistansi Rp yang
nilainya:
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang menggunakan data-data berupa skor atau angka, kemudian
data-data tersebut dianalisis menggunakan statistik (Suparno, 2007: 135). Jenis
penelitiannya adalah jenis eksperimental. Penelitian jenis eksperimental adalah
jenis penelitian yang berupaya untuk mencoba mempengaruhi variabel tertentu
dan hanya untuk mendeskripsikan suatu keadaan untuk mempengaruhi dengan
memberikan perlakuan (treatment) tertentu. (Suparno, 2007: 136)
B. Tempat dan waktu pelaksanaan penelitian
Tempat penelitian di SMA Negeri 1 Sidikalang Kabupaten Dairi Propinsi
Sumatera Utara. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan April sampai
dengan bulan Mei tahun 2011.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1 dan
X-5 SMA Negeri 1 Sidikalang.
D. Perlakuan (treatment)
Perlakuannya adalah melakukan pembelajaran pada dua kelas, yaitu pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Masing-masing kelas diberikan dua
D.1. kelas kontrol
Sebelum mulai pembelajaran pada kelas kontrol, peneliti dan guru
mata pelajaran dari sekolah pertama-tama memberikan pretes kepada siswa.
Setelah itu dilakukan pembelajaran tentang sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian
paralel. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah dan
tanya jawab, yang kemudian diikuti dengan latihan menyelesaikan soal-soal.
Peneliti mengobservasi kegiatan pembelajaran tersebut. Setelah selesai proses
pembelajaran, peneliti dan guru mata pelajaran dari sekolah memberikan postes.
Dari hasil pretes dan postes, peneliti menganalisis apakah pembelajaran dengan
metode yang digunakan guru tersebut dapat meningkatkan konsep fisika yang
mereka pelajari atau tidak.
D.2. kelas eksperimen
Langkah-langkah perlakuan pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
1. Peneliti dan guru mata pelajaran dari sekolah pertama-tama
memberikan pretes kepada siswa.
2. Peneliti melakukan pembelajaran dengan pokok bahasan sifat-sifat
rangkaian seri dan rangkaian paralel dengan metode Investigative
Science Learning Environment (ISLE).
3. Peneliti dan guru mata pelajaran fisika dari sekolah kemudian
memberikan postes pada siswa. Soal pada pretes dan postes dibuat
4. Setelah itu peneliti menganalisis apakah pembelajaran dengan metode
Investigative Science Learning Environment (ISLE) dapat
meningkatkan konsep fisika yang mereka pelajari atau tidak.
E. Instrumen Penelitian
E.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah 1)
identifikasi yang meliputi mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas dan
semester, metode pembelajaran, dan alokasi waktu, 2) kompetensi dasar,
3) indikator hasil belajar 4) materi pembelajaran, 5) langkah-langkah
kegiatan, 6) sumber pembelajaran, dan 7) penilaian untuk mengukur
pencapaian indikator hasil belajar. Format Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang digunakan sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). RPP pembelajaran dengan metode
Investigative Science Learning Environment (ISLE) dapat dilihat pada
lampiran 1.
E.2. Pretes
Pretes (tes awal) diberikan pada siswa sebelum mempelajari materi
sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian paralel. Pretes yang diberikan pada
siswa disusun berdasarkan konsep-konsep yang berkaitan dengan
sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian paralel. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman awal siswa mengenai sifat-sifat rangkaian seri
D.3. Postes
Postes (test akhir) diberikan kepada siswa setelah proses
pembelajaran dengan materi sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian
parelel selesai dilaksanakan. Postes ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan pemahaman siswa mengenai sifat-sifat rangkaian seri dan
rangkaian paralel.
Soal postes dibuat tidak sama persis seperti pada soal pretes tetapi setara,
hal ini dimaksudkan untuk menghindari siswa yang hanya mengingat jawabannya
pada saat pretes. Postes yang diberikan disusun berdasarkan analisis konsep
materi pelajaran yang diberikan. Soal-soal pretes dan postes dapat dilihat pada
lampiran 2.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan tes pemahaman konsep. Tes pemahaman konsep ini
diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Pretes diberikan
sebelum pembelajaran, digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep awal
siswa. Postes diberikan setelah pembelajaran, digunakan untuk mengetahui
perubahan pemahaman konsep siswa setelah siswa menerima materi
G. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis apakah pembelajaran dengan metode Investigasi
Science Learning Environment (ISLE) lebih dipahami siswa dibandingkan dengan
metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran
sehari-hari dapat dilihat dari hasil belajar siswa.Analisisnya menggunakan uji-t atau
test-t. Test-t untuk dua kelompok yang independen digunakan untuk membandingkan
akibat dua perlakuan (treatment) yang dilakukan pada suatu penelitian (Suparno,
2007: 94).
Test-t untuk kelompok yang dependen digunakan untuk mengetes dua
kelompok yang dependen atau satu kelompok yang dites dua kali yaitu pada
pretes dan postes (Suparno, 2007: 96). Langkah-langkah untuk menganalisis :
a. Menguji perbedaan mean skor pretes pada kelas eksperimen dengan
mean skor pretes pada kelas kontrol.
Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretes
masing-masing kelas, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t
untuk dua kelompok yang independen.
Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:
(a) Hipotesis
Ho : X1 = Y1
(b) Dengan uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(c) df untuk t = (n1 - 1) + (n2 - 1) atau N – 2
(d) Tcrit dilihat dari tabel
(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit
(f) Statistik yang digunakan
Bila n1 = n2,
Standart deviasi :
S1 =
(g) Ambil kesimpulan tentang Ho.
b. Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran pada kelas
Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretes dan
mean skor postes pembelajaran dengan metode Investigative Science
Learning Environment (ISLE), maka dianalisis menggunakan uji-t
atau test-t untuk kelompok yang dependen.
Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut :
(a) Hipotesis
Ho : X1=X2
Hi : X2 >X1
(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(c) df untuk t = N – 1
(d) Tcrit dilihat dari tabel
(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Trel≤ - Tcrit atau Trel ≥ + Tcrit
(f) Statistik yang digunakan
Trel =
c. Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran pada kelas
kontrol.
Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretes dan
mean skor postes pembelajaran pada kelas kontrol, maka dianalisis
menggunakan uji-t atau test-t untuk kelompok yang dependen.
Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut :
(a) Hipotesis
Ho : Y1 = Y2
Hi : Y2 >Y1
(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(c) df untuk t = N – 1
(d) Tcrit dilihat dari tabel
(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Trel≤ - Tcrit atau Trel ≥ + Tcrit
(f) Statistik yang digunakan
Trel =
d. Jika mean skor pretes pada masing-masing pembelajaran tidak
berbeda secara signifikan (pretes = pretes) maka dianalisis
menggunakan mean skor postes.
Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor postes
masing-masing pembelajaran, maka dianalisis menggunakan uji-t
atau test-t untuk dua kelompok yang independen.
Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:
(a) Hipotesis
Ho : X2= Y2
Hi : X2 >Y2
(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(c) df untuk t = (n1 - 1) + (n2 - 1) atau N – 2
(d) Tcrit dilihat dari tabel
(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit
(f) Statistik yang digunakan
Bila n1 = n2,
Tobs =
2 2 2
1 2 1
2 2
n S n S
Y X
Bila n1≠ n2,
Standart deviasi :
S1 =
(g) Ambil kesimpulan tentang Ho.
e. Jika mean skor pretes pada masing-masing pembelajaran berbeda
secara signifikan (pretes ≠ pretes) maka dianalisis menggunakan
mean selisih skor postes dan pretes.
Karena yang diuji adalah perbedaan mean selisih skor postes dan
pretes masing-masing pembelajaran, maka dianalisis menggunakan
uji-t atau test-t untuk dua kelompok yang independen.
Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:
(a) Hipotesis
Ho : X = Y
Hi : X > Y
(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(d) Tcrit dilihat dari tabel
(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit
(f) Statistik yang digunakan
Bila n1 = n2,
Standart deviasi :
S1 =
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 4 april 2011 sampai dengan
tanggal 5 mei 2011 sebanyak 6 kali pertemuan untuk masing-masing kelas,
dengan perincian 1 kalipretes, 1 kali postes dan 4 kali proses pembelajaran.
Pada saat pembelajaran, jumlah siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen sama, yaitu masing-masing kelas berjumlah 32 siswa.
Sebelum diadakan pembelajaran, siswa diberikan pretes dan sesudah
diadakan pembelajaran siswa diberikan postes. Saat pretes danpostes waktu
yang disediakan sama yaitu 2 x 45 menit.
Pada kelas eksperimen, pertemuan pertama 2 x 45 menit, siswa
melakukan pengamatan yang terjadi di sekitarnya yang sesuai dengan pokok
bahasan yang sedang dipelajari dan mendiskusikannya dalam kelompok.
Kemudian siswa menjelaskan secara kualitatif hasil pengamatan mereka dan
mencoba membuat langkah-langkah percobaan dari penjelasan yang mereka
buat.
Pada pertemuan kedua selama 2 x 45 menit, siswa menguji penjelasan
mereka dengan langkah-langkah percobaan yang mereka buat dengan
Pada pertemuan ketiga selama 2 x 45 menit, siswa mencoba
merumuskan persamaan yang cocok dari hasil percobaan yang kemudian
dijelaskan secara kuantitatif dari hasil eksperimen tersebut.
Pada pertemuan keempat selama 2 x 45 menit, siswa menguji kembali
hasil penjelasan kuantitatif dengan eksperimen.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam kelompok kecil yang berjumlah
5-6 orang per kelompok. Satiap kelompok membuat laporan eksperimen.
Contoh laporan eksperimen dapat dilihat pada lampiran 4.
Sedangkan pada kelas kontrol peneliti mengamati metode yang
digunakan guru dalam setiap pertemuan. Pada pembelajaran di kelas kontrol,
materi yang diajarkan sama yaitu sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian
paralel.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada kelas kontrol, guru
di kelas tersebut mengajarkan sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian paralel
dengan metode ceramah dan tanya jawab, yang kemudian diikuti dengan
latihan menyelesaikan soal-soal. Dalam proses pembelajaran tersebut, sikap
siswa saat guru menerangkan terlihat sangat antusias, namun saat latihan
menyelesaikan soal-soal para siswa kelihatan tidak begitu memperdulikan.
Tidak ada satu pun siswa yang mencoba menjawab, dan akhirnya guru yang
menjawab soal-soal tersebut dan siswa hanya mencatat hasil jawaban yang
B. Data dan analisis data
B.1. Menguji perbedaan mean skor pretes pada kelas eksperimen dengan
mean skor pretes pada kelas kontrol.
kode
siswa
Xi1 Xi1- 1 (Xi1- 1)2 Yi1 Yi1- 1 (Yi1- 1)2
1 11 0.625 0.391 8 -1.8125 3.286
2 12 1.625 2.641 10 0.1875 0.036
3 8 -2.375 5.641 8 -1.8125 3.286
4 12 1.625 2.641 7 -2.8125 7.911
5 10 -0.375 0.141 10 0.1875 0.036
6 9 -1.375 1.891 11 1.1875 1.411
7 12 1.625 2.641 8 -1.8125 3.286
8 9 -1.375 1.891 12 2.1875 4.786
9 9 -1.375 1.891 12 2.1875 4.786
10 9 -1.375 1.891 9 -0.8125 0.661
11 11 0.625 0.391 9 -0.8125 0.661
12 7 -3.375 11.391 7 -2.8125 7.911
13 11 0.625 0.391 10 0.1875 0.036
14 10 -0.375 0.141 11 1.1875 1.411
15 8 -2.375 5.641 9 -0.8125 0.661
16 12 1.625 2.641 11 1.1875 1.411
17 11 0.625 0.391 8 -1.8125 3.286
18 11 0.625 0.391 8 -1.8125 3.286
19 12 1.625 2.641 9 -0.8125 0.661
20 10 -0.375 0.141 10 0.1875 0.036
21 9 -1.375 1.891 13 3.1875 10.161
22 11 0.625 0.391 12 2.1875 4.786
24 13 2.625 6.891 9 -0.8125 0.661
Tabel 4.1. skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
Standar deviasi :
Tobs =
0882 . 0 063 . 0
5625 . 0
Tobs =
388 . 0
5625 . 0
Tobs = 1.44
Kesimpulan:
(a) Hipotesis
Ho : X1 = Y1
Hi : X1 ≠Y1
(b) Uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(c) df untuk t: 64 – 2=62
(d) Tcrit =1.9990
(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - 1.9990 atau Tobs ≥ +1.9990
(f) Karena │1.44│ < │1.9990│berarti tidak berbeda secara signifikan.
(g) Karena Tobs jatuh di dalam daerah rejeksi, maka kedua kelas tidak berbeda
B.2. Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran pada kelas
eksperimen.
Kode
siswa Xi1 Xi2 D = (Xi1- Xi2) D2
1 11 13 -2 4
2 12 16 -4 16
3 8 15 -7 49
4 12 17 -5 25
5 10 16 -6 36
6 9 16 -8 64
7 12 16 -4 16
8 9 17 -8 64
9 9 12 -3 9
10 9 12 -3 9
11 11 12 -1 1
12 7 14 -7 49
13 11 12 -1 1
14 10 15 -5 25
15 8 16 -8 64
16 12 15 -3 9
17 11 17 -6 36
18 11 16 -5 25
19 12 17 -5 25
20 10 14 -4 16
21 9 16 -7 49
22 11 17 -6 36
23 10 16 -6 36
25 11 17 -6 36
Tabel 4.2. skor pretes dan postes kelas eksperimen
Tobs =
992 21 , 130
125 . 5
Tobs =
37 . 0
125 . 5
Tobs = 13.86
Kesimpulan :
(a) Hipotesis
Ho : X1 =X2
Hi : X2>X1
(b) Dengan uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(c) df untuk t : 32– 1=31
(d) Tcrit = 2.0395
(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Trel≤ - 2.0395 atau Trel ≥ + 2.0395
(f) Karena Trel lebih besar daripada Tcrit maka signifikan, berarti pemahaman
B.3. Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran pada kelas kontrol.
Kode
siswa Yi1 Yi2 D = (Yi1- Yi2) D 2
1 8 11 -3 9
2 10 10 0 0
3 8 11 -3 9
4 7 14 -7 49
5 10 16 -6 36
6 11 12 -1 1
7 8 14 -6 36
8 12 13 -1 1
9 12 14 -2 4
10 9 13 -4 16
11 9 11 -2 4
12 7 13 -6 36
13 10 11 -1 1
14 11 14 -3 9
15 9 9 0 0
16 11 16 -5 25
17 8 11 -3 9
18 8 9 -1 1
19 9 13 -4 16
20 10 16 -6 36
21 13 13 0 0
22 12 15 -3 9
23 8 13 -5 25
24 9 13 -4 16
25 11 11 0 0
Tobs =
4 . 0 9375 . 2
Tobs = 7.34
Kesimpulan
(a) Hipotesis
Ho : X1=X2
Hi : X2>X1
(b) Dengan uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(c) df untuk t : 32– 1=31
(d) Tcrit = 2.0395
(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Trel≤ - 2.0395 atau Trel ≥ + 2.0395
(f) Karena Trel lebih besar daripada Tcrit maka signifikan, yang berarti pemahaman
konsep siswa meningkat.
B.4. Menguji perbedaan mean skor postes pada kelas eksperimen dengan
mean skor postes pada kelas kontrol.
kode
siswa
Xi2 Xi2- 2 (Xi2- 2)2 Yi2 Yi2- 2 (Yi2- 2)2
1 13 -2.5 6.25 11 -1.75 3.0625
2 16 0.5 0.25 10 -2.75 7.5625
4 17 1.5 2.25 14 1.25 1.5625
5 16 0.5 0.25 16 3.25 10.5625
6 16 0.5 0.25 12 -0.75 0.5625
7 16 0.5 0.25 14 1.25 1.5625
8 17 1.5 2.25 13 0.25 0.0625
9 12 -3.5 12.25 14 1.25 1.5625
10 12 -3.5 12.25 13 0.25 0.0625
11 12 -3.5 12.25 11 -1.75 3.0625
12 14 -1.5 2.25 13 0.25 0.0625
13 12 -3.5 12.25 11 -1.75 3.0625
14 15 -0.5 0.25 14 1.25 1.5625
15 16 0.5 0.25 9 -3.75 14.0625
16 15 -0.5 0.25 16 3.25 10.5625
17 17 1.5 2.25 11 -1.75 3.0625
18 16 0.5 0.25 9 -3.75 14.0625
19 17 1.5 2.25 13 0.25 0.0625
20 14 -1.5 2.25 16 3.25 10.5625
21 16 0.5 0.25 13 0.25 0.0625
22 17 1.5 2.25 15 2.25 5.0625
23 16 0.5 0.25 13 0.25 0.0625
24 16 0.5 0.25 13 0.25 0.0625
25 17 1.5 2.25 11 -1.75 3.0625
26 18 2.5 6.25 16 3.25 10.5625
27 18 2.5 6.25 13 0.25 0.0625
28 18 2.5 6.25 10 -2.75 7.5625
29 14 -1.5 2.25 15 2.25 5.0625
30 14 -1.5 2.25 10 -2.75 7.5625
31 18 2.5 6.25 15 2.25 5.0625
total 496 106 408 134
Rata-rata (Xi) 15,5 12,75
Tabel 4.4. skor postest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Standar deviasi :
Kesimpulan:
(a) Hipotesis
Ho : X1 = Y1
Hi : X1 ≠Y1
(b) Uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05
(c) df untuk t: 64 – 2=62
(d) Tcrit =1.9990
(e) Karena │5.5│ > │1.9990│berarti berbeda secara signifikan.
(f) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - 1.9990 atau Tobs ≥ +1.9990
(g) Karena Tobs jatuh di luar daerah rejeksi, maka kedua kelas berbeda secara
signifikan.
C. Pembahasan
C.1. Peningkatan Pemahaman konsep
a. Kelas kontrol
Berdasarkan perhitungan analisis data diperoleh Tobs sebesar 7,34.
Dari tabel nilai-nilai distribusi T diketahui Tcrit sebesar 2.0395. Perbedaan
dari pretes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan
pemahaman konsep dengan menggunakan metode yang biasa digunakan
guru dalam proses pembelajaran sehari-hari.
b. Kelas eksperimen
Berdasarkan perhitungan analisis data diperoleh Tobs sebesar 13.86.
Dari tabel nilai-nilai distribusi T diketahui Tcrit sebesar 2.0395. Perbedaan
antara pretes dan postes signifikan, yang berarti skor postes lebih besar
dari pretes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan
pemahaman konsep dengan menggunakan metode Investigative Science
Learning Environment (ISLE).
C.2. Perbedaan pemahaman konsep kelas kontrol dan kelas eksperimen
Hasil pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan hasil
yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dengan uji T, dimana
Tobs lebih rendah dari Tcrit (Tobs = 1,44 dan Tcrit = 1,9990). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pemahaman konsep awal siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen adalah sama.
Sementara pemahaman konsep pada hasil postes setelah melaksanakan
pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan hasil yang
berbeda secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dengan uji T, dimana Tobs lebih
tinggi dari Tcrit (Tobs = 5,5 dan Tcrit = 1,9990). Dengan demikian dapat dikatakan
baik dari pada kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep tentang
sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian paralel dengan menggunakan metode
Investigative Science Learning Environment (ISLE) lebih baik daripada metode
45
BAB V
PUNUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hasil pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Dapat
dikatakan bahwa pemahaman konsep awal siswa pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen adalah sama. Rendahnya rata-rata
nilai pretes menyatakan bahwa pemahaman awal siswa tentang
sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian paralel adalah kurang.
2. Sementara pemahaman konsep pada hasil postes setelah
melaksanakan pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan.
Dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep sesudah
pembelajaran pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas
kontrol. Yang berarti, metode Investigative Science Learning
Environment (ISLE) lebih baik daripada metode yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran sehari-hari dalam
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Karena pembelajaran dengan metode Investigative Science
Learning Environment (ISLE) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, maka disarankan kepada pendidik agar mencoba
menerapkan pembelajaran dengan metode Investigative Science
Learning Environment (ISLE).
2. Agar siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Investigative
Science Learning Environment (ISLE), diharapkan
menggunakan kelompok yang lebih kecil, dimana dalam 1
kelompok hanya terdapat 2-3 orang.
3. Untuk penelitian selanjutnya, dapat diteliti peningkatan
pemahaman konsep siswa dengan metode Investigative Science
Learning Environment (ISLE) dalam materi pembelajaran yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
2. Etkina Eugenia & Alan Van Heuvelen. 2004. Investigative Science
Learning Environment. www.american physical society.com
3. Etkina Eugenia, Anna Karelina dan Maria Ruibal. 2010. Design and
Reflection Help Students Develop Scientific Abilities: Learning in
Introductory Physics Laboratories. The Journal of The Learning
Sciences : hal 53-98.
4. Etkina Eugenia & Alan Van Heuvelen.2001. Investigative Science
Learning Environment: Using the processes of science and
cognitive strategies to learn physics.
http://www.ehr.nsf.gov/ehr/due/documents/review/96139/start.ht
m.
5. Kartika Budi. 1991. Konsep Dan Defenisi Dalam Fisika Dan Implikasinya
Dalam Proses Belajar Mengajar Fisika. Arena almamater ,VI, (21) :
38-51.
6. Kartika Budi. 1992. Pemahaman Konsep Gaya Dan Beberapa Salah
Konsepsi Yang Terjadi. Widya Dharma, III (1) : 113-129.
7. Kartika Budi. 2003. Diktat kuliah Listrik Magnet. Yogyakarta : JPMIPA
USD.
9. Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
10.Nitajatun. 2006. Efektivitas Pembelajaran Sub Pokok Bahasan Suhu Dengan
Metode Kooperatif Melalui Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII
Semester 1 SMP Pangudi Luhur Sedayu. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
11.Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.
Yogyakarta : Kanisius.
12.Paul Suparno. 2002. Statistika Dasar. Yogyakarta : FKIP USD.
13.Paul Suparno. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
14.Wens Tanlain. 2005. Diktat Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran.
LAMPIRAN 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2 (dua)
Alokasi Waktu : 10 jam pelajaran (10 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai
penyelesaian
masalah dan berbagai produk teknologi
Kompetensi Dasar : Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian
tertutup
sederhana (satu loop)
I. Indikator hasil belajar :
1. Menjelaskan sifat-sifat rangkaian seri dan rangkaian paralel.
2. Memformulasikan besaran hambatan dan kuat arus dalam rangkaian seri
dan paralel
II. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyimpulkan hubungan antara tegangan dan kuat arus
pada beban yang teraliri arus listrik.
2. Siwa dapat menjelaskan prinsip-prinsip rangkaian seri.
3. Siwa dapat menjelaskan prinsip-prinsip rangkaian paralel.
III. Materi Ajar
SIFAT-SIFAT RANGKAIAN SERI
Untuk mengetahui sifat-sifat dari rangkaian seri, terlebih dahulu
merangkai rangkaian seri dengan amperemeter dan voltmeter agar diketahui
Pa
ada gambar
untuk meng
Gamb
ada gambar
eter untuk m
ari percobaa
arena hanya
1 rangkaian
1, dalam s
getahui besa
bar 2 rangk
r 2, dalam
mengetahui b
an diatas dap
a ada satu ja
n seri yang d
setiap beban
ar tegangan
kaian seri ya
m setiap b
besar kuat a
pat diketahu
alan arus,ma
dirangkai d
n dan seluru
n pada setiap
ang dirangk
beban dari
arus pada se
ui sifat-sifat
aka:
dengan voltm
uh rangkaia
p beban.
kai dengan a
rangkaian
etiap beban.
t rangkaian
meter
an seri dira
amperemete
n seri dira
.
seri:
ngkai
er
1. Seluruh arus yang mengalir dalam R1, mengalir dalam R2, dan dalam
R3. Dengan kata lain hanya ada satu arus. Oleh karena itu kuat arus
dimana-mana sama.
2. Bila ada suatu yang menyebabkan arus dalam salah satu beban tidak ada
arus, maka dalam beban yang lain juga tidak ada arus.
3. Bila diukur beda potensial VAB, VBC, VCD, VAD dalam keadaan ideal
berlaku hubungan: VAD = VAB+VBC+VCD
4. Bila kuat arusnya I, maka :
VAD = IR1+IR2+IR3= I(R1+R2+R3)
Bila (R1+R2+R3)=Rp → VAD=IRp
n buah beban yang resistansinya R1,R2,R3, . . ., Rn; boleh diganti
dengan sebuah beban pengganti dengan resistansi Rp yang nilainya:
Rp= R1+R2+R3+. . . + Rn
SIFAT-SIFAT RANGKAIAN PARALEL
Dalam rangkaian paralel juga dibuat sama yaitu merangkai amperemeter
dan voltmeter untuk mengetahui besar kuat arus dan besar tegangan pada setiap
eter untuk m
Gambar
ada gambar
voltmeter u
ar 3 rangkai
r 3, dalam
mengetahui b
r 4 rangkaia
r 4, dalam
untuk menge
ian paralel y
setiap beb
besar kuat a
an paralel y
m setiap b
etahui besar
yang dirang
ban dari ra
arus pada se
yang dirang
eban dan
r tegangan p
gkai dengan
angkaian p
etiap beban.
gkai dengan
seluruh ra
pada setiap
n ampereme
paralel dira
.
n voltmeter
angkaian p
beban.
eter
angkai
Sifat-sifat rangkaian paralel:
1. Karena hanya ada satu beda potensial persekutuan, maka beda
potensial antara ujung-ujung beban yang satu sama dengan beda
potensial antara ujung-ujung beban yang lain.
2. Titik cabang tidak dapat menyimpan muatan, maka semua muatan
yang diterima titik cabang dilepaskan kembali. Bila kuat arus yang
menuju titik cabang diberi tanda negatif dan yang meninggalkan titik
cabang diberi tanda positif, maka di titik cabang : ∑I=0. Persamaan ini
hukum I Kirchhoff.
3. Putusnya arus di salah satu cabang, tidak mengakibatkan arus di
cabang lain terputus.
4. Bila kuat arus di salah satu simpul adalah I, I1, I2, dan I3, berdasarkan
hukum I Kirchhoff, maka:
I= I1+I2+ I3=
Bila
n beban yang memiliki resistansi R1,R2, . . . , Rn, boleh diganti dengan
sebuah beban dengan resistansi Rp yang nilainya:
IV. Metode Pembelajaran
Investigative Science Learning Environment (ISLE)
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama
Kegiatan pembelajaran Alokasi
waktu
Pendahuluan
1. Membuka pelajaran.
2. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan inti
1. Siswa melakukan pengamatan yang terjadi di sekitarnya
tentang kelistrikan dan mendiskusikannya dalam kelompok.
2. Siswa menjelaskan secara kualitatif hasil pengamatan mereka
dan mencoba membuat langkah-langkah percobaan dari
penjelasan yang mereka buat.
Penutup
1. Mendiskusikan hasil kerja siswa yang telah dibuat dengan cara
tanya jawab dengan siswa.
2. Memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
10’
70’
10’
Pertemuan kedua
waktu
Pendahuluan
1. Membuka pelajaran.
2. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan inti
siswa menguji penjelasan mereka dengan langkah-langkah
percobaan yang mereka buat dengan melakukan eksperimen.
Penutup
1. Mendiskusikan hasil kerja siswa yang telah dibuat dengan cara
tanya jawab dengan siswa.
2. Memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
10’
70’
10’
Pertemuan ketiga
Kegiatan pembelajaran Alokasi
waktu
Pendahuluan
1. Membuka pelajaran.
2. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan inti
1. siswa mencoba merumuskan persamaan yang cocok dari hasil
percobaan.
2. siswa menjelaskan secara kuantitatif dari hasil eksperimen.
Penutup
10’
1. Mendiskusikan hasil kerja siswa yang telah dibuat dengan
cara tanya jawab dengan siswa.
2. Memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
10’
Pertemuan keempat
Kegiatan pembelajaran Alokasi
waktu
Pendahuluan
1. Membuka pelajaran.
2. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan inti
1. Siswa menguji kembali dari hasil penjelasan kuantitatif dengan
eksperimen.
2. Siswa mengaplikasikan hasil eksperimen
Penutup
3. Mendiskusikan hasil kerja siswa yang telah dibuat dengan cara
tanya jawab dengan siswa.
4. Memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
10’
70’
10’
VI. Alat dan Sumber Belajar
1. Alat Belajar
Multimeter, papan rangkaian elektronika, catu daya / baterai, resistor, kabel.
2. Sumber Belajar
b. Fendi, Purwoko. 2007. Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.
VII. Penilaian
LAMPI
Menjela
rangkai
rangkai
IRAN 2
Indikator
askan sifat-sif
ian seri d
ian paralel.
fat
arus yang me
R1, mengalir
n dalam R3. D
n hanya ada satu
arena itu kuat
-mana sama.
g akan dicapai, k
engalir
konsep dan soal
Soal pretes
rhatikan gambar
br 1
br 2
ambar manakah
rangkai seri? Be
asan anda!
mbar manakah y
angkai seri? Ber
san anda! r
yang
Bila menyeba
salah sa
arus, ma
ada suatu
abkan arus
atu beban tida
aka dalam beban yang
a hambatan man
ng terangkai seri
ngkaian dibawah
a pada rangkaia
bawah R1>R2.
gaimanakah kua
pada pada R1 da
buah lampu d
perti pada gamb nakah
ua hambatan ma
ang terangkai ser
ngkaian dibawa
ika pada ra
bawah
agaimanakah ku
) pada R1 dan R
buah lampu d
lain juga tidak ada arus.
Bila diukur beda potensial
VAB, VBC, VCD, VAD dalam
keadaan ideal berlaku
hubungan: VAD =
VAB+VBC+VCD
Jika lampu1 (Lp1) putus,
apakah yang terjadi pada
Lp2 dan Lp3?
5. 3 buah beban dirangkai
seperti pada gambar
Jika, Vab=5 volt, Vbc=5
volt dan Vcd=5 volt.
Berapakah besar Vad?
6. Perhatikan rangkaian
dibawah ini.
Jika lampu2 (Lp2) putus,
apakah yang terjadi pada
Lp1 dan Lp3?
5. 3 buah beban dirangkai
seperti pada gambar
Jika, Vab=7 volt, Vbc=7
volt dan Vcd=7 volt.
Berapakah besar Vad?
6. Perhatikan rangkaian
Bila kuat arusnya I, maka :
Rn; boleh diganti dengan
sebuah beban pengganti
dengan resistansi Rp yang
nilainya:
Rp= R1+R2+R3+. . . + Rn
Jika R1>R2>R3.
Bagaimanakah tegangan
(V) pada R1,R2 dan R3?
7. Jika R1 = 4 Ω, R2 = 1 Ω,
R3 = 2 Ω dan I = 3 A,
dirangkai secara seri.
Berapakah hambatan
penggantinya?
8. Jika R1 = 6 Ω, R2 = 3 Ω,
R3 = 2 Ω dan I = 3 A,
dirangkai secara seri.
Berapakah besar tegangan
pada R2?
9. Jika R1 = 5 Ω, R2 = 5 Ω,
R3 = 5 Ω dan I = 3 A,
dirangkai secara seri.
Berapakah kuat arus pada
R2?
Jika R1<R2<R3.
Bagaimanakah tegangan
(V) pada R1,R2 dan R3?
7. Jika R1 = 6 Ω, R2 = 3 Ω,
R3 = 2 Ω dan V= 6 Volt,
dirangkai secara seri.
Berapakah hambatan
penggantinya?
8. Jika R1 = 3 Ω, R2 = 1 Ω,
R3 = 2 Ω dan V = 6 volt,
dirangkai secara seri.
Berapakah besar
tegangan pada R3?
9. Jika R1 = 7 Ω, R2 = 7 Ω,
R3 = 7 Ω dan I = 3 A,
dirangkai secara seri.
Berapakah kuat arus pada
hami sifat-sifat
hanya ada satu
al persekutuan,
otensial antara u
eban yang satu
beda potensial
jung beban yang u beda
ambar manakah
rangkai paralel?
erikan alasan an
a hambatan man
angkai paralel p
ngkaian dibawah
erikan alasan an
ua hambatan ma
rangkai paralel p
Titik cabang tidak dapat menyimpan muatan, maka
semua muatan yang diterima
titik cabang dilepaskan
kembali. Bila kuat arus yang
menuju titik cabang diberi
tanda negatif dan yang
meninggalkan titik cabang
diberi tanda positif, maka di
titik cabang : ∑I=0.
12.Jika pada rangkaian
dibawah ini R1>R2.
Bagaimanakah tegangan
(V) pada R1 dan R2?
13.Perhatikan rangkaian
berikut
Jika Ib= 10 A. berapakah
If?
12.jika pada rangkaian
dibawah ini R1<R2.
Bagaimanakah tegangan
(V) pada R1dan R2?
13.Perhatikan rangkaian
berikut
Persamaan ini hukum I
Kirchhoff.
Putusnya arus di salah satu cabang, tidak mengakibatkan
arus di cabang lain terputus.
14.Pada rangkaian dibawah
ini, jika R1>R2>R3.
Bagaimankah kuat arus (I)
di R1,R2, dan R3
15.3 buah lampu dirangkai
seperti pada gambar.
Jika lampu1 (Lp1) putus,
apakah yang terjadi pada
Lp2 dan Lp3?
14.Pada rangkaian dibawah
ini, jika R1<R2<R3.
Bagaimankah kuat arus
(I) di R1,R2, dan R3
15.3 buah lampu dirangkai
seperti pada gambar.
Jika lampu1 (Lp2) putus,
apakah yang terjadi pada
Bila kuat arus di salah satu simpul adalah I, I1, I2, dan
I3, berdasarkan hukum I
Kirchhoff, maka:
I= I1+I2+ I3 =
=
Bila
n beban yang memiliki
resistansi R1,R2, . . . , Rn,
boleh diganti dengan sebuah
beban dengan resistansi Rp
yang nilainya:
16.Jika R1 = 6 Ω, R2 = 3 Ω,
R3 = 2 Ω dan I = 3 A,
dirangkai secara paralel.
Berapakah, hambatan
penggantinya?
17.Jika R1 = 8 Ω, R2 = 4 Ω,
R3 = 2 Ω dan V = 6 volt,
dirangkai secara paralel.
Berapakah besar tegangan
pada R2?
18.Jika R1 = 10 Ω, R2 = 10 Ω,
R3 = 10 Ω dan V = 6 volt,
dirangkai secara paralel.
Berapakah kuat arus pada
R2?
16.Jika R1 = 8 Ω, R2 = 4 Ω,
R3 = 2 Ω dan V = 6 volt,
dirangkai secara paralel.
Berapakah, hambatan
penggantinya?
17.Jika R1 = 6 Ω, R2 = 3 Ω,
R3 = 2 Ω dan I = 3 A,
dirangkai secara paralel.
Berapakah besar
tegangan pada R2?
18.Jika R1 = 20 Ω, R2 = 20 Ω, R3 = 20 Ω dan V = 6
volt, dirangkai secara
paralel. Berapakah kuat