• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

3

LANDASAN PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum

Dalam publikasi buku Little Things You Can Do To Save Earth, penulis melakukan riset untuk memperoleh data yang mendukung refrensi visual yang sesuai dan penyajian konten yang baik untuk target audience. Berikut merupakan teori yang akan dipakai kedalam perancangan publikasi ini.

2.1.1 Pemanasan Global

Pemanasan Global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 + 0.18 °C (1.33 + 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental

Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebaian besar peningkatan

suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca.

Dari teori artikel diatas dapat disimpulkan, aktivitas manusia juga mempengaruhi dampak ke pemanasan global, sehingga harus diperhatikan bagaimana cara mengajak manusia untuk lebih sadar akan aktivitas yang mereka lakukan dan mencara cara yang tepat untuk membuat mereka mau mengubah gaya hidup aktivitas mereka menjadi sedikit ramah lingkungan.

2.1.2 Efek Rumah Kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba di permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca, antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas

(2)

dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga megakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi seagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan demikian meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperature rata-rata sebesar 15°C (59°F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C (59°F) dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18°C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Dari artikel diatas dapat disimpulkan bahwa karbon dioksida, dan metana merupakan salah satu gas yang memberikan kontribusi untuk pemanasan global, sehingga buku yang akan dibuat oleh penulis harus memberikan informasi yang cukup akan informasi seperti ini dan bagaimana cara mengurangi produksi gas tersebut.

2.1.3 Efek Umpan Balik

Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.

(3)

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Dari artikel diatas dapat diketahui bahwa jika tidak ada tindakan untuk mengubah gaya hidup untuk mengurangi efek efek gas rumah kaca makan pemanasan global dapat menjadi siklus yang berkelanjutan yang dapat membahayakan diri kita sendiri.

2.1.4 Likelihood Model

Teori Elaboration Model ini dikembangkan oleh Petty dan Cacioppo pada tahun 1986. Dalam Elaboration Likelihood Model, terdapat dua rute persuasi, yakni rute utama (central route) dan rute periperal (peripheral route). Rute pusat lebih menekankan pada argumentasi pesan. Jalur periferal lebih menekankan atribut pada pesan, seperti kredibilitas narassumber, adanya bonus atau diskon, dan lain-lain. Rute pusat lebih bersifat relatif permanen karena mempersuasi dengan argumentasi sedangkan jalur perifereal lebih bersifat temporer atau sementara karena menekankan pada daya tarik dan atribut pesan. Penggunaan jalur ini disesuaikan dengan tujuan persuasi sendiri, apakah untuk jangka panjang atau jangka pendek. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa tidak ada sikap atau perilaku yang tetap.

Dalam prosesnya, menurut Elaboration Likelihood Model terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengelaborasi sebuah pesan persuasi yaitu motivasi, kemampuan, dan kesempatan. Motivasi seseorang untuk mengelaborasi sebuah pesan dipengaruhi oleh ego-involvement-nya terhadap pesan persuasi. Selain itu motivasi juga dipengaruhi oleh keberagaman argument dari persuader. Tanpa adanya motivasi, kemungkinan mengelaborasi pesan akan mengecil. Faktor kedua yaitu kemampuan, dimana persuadee mempunyai

(4)

persuadee maupun situasi yang mendukung saat terjadinya proses persuasi. Faktor ketiga yaitu kesempatan yang dimiliki oleh untuk menerima suatu pesan persuasi dalam hal ini kampanye. Kesempatan ini berhubungan dengan intensitas menerima pesan.

Selain itu, konsep social proof dalam Elaboration Likelihood Model turut menentukan apakah seseorang akan merubah sikap atau tidak. Dukungan dari masyarakat akan mempengaruhi keputusan seseorang dalam menentukan sikap.

(West, 2007)

Dalam publikasi buku The Little Things You Can Do To Save Earth, menggunakan argumentasi yang dukung isi pesan, salah satunya adalah untuk mengurangi terjadinya pemanasan global. Hal ini tentu meiliki tujuan yang sama dengan maksud mengajarkan orang hidup lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu terlihat bahwa sifat perusasi pesan bukan didasarkan pada daya tarik langsung misalnya dapat berhemat secara besar besaran, mempermudah hidup, dan hidup lebih bahagia, tetapi dengan argumentasi yang mendukung isi pesan buku tersebut yaitu mengurangi dampak pemanasan global.

2.1.5 Teori Disonansi Kognitif

Menurut West Richard dan Turner Lynn dalam buku yang berjudul

Introducing Communication Theory (2007) Teori Disonansi Kognitif

dinyatakan bahwa disonansi kognitif merupakan perasaan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten. Sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten ini akan berakibat pada mulainya disonansi dan menimbulkan rangsangan yang tidak menyenangkan. Perasaan tidak menyenangkan ini dapat dikurangi dengan perubahan yang menghilangkan inkonsistensi. Teori ini berpendapat bahwa disonansi akan memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan. Oleh karena itu ketika sikap, keyakinan, dan perilaku seseorang tidak konsisten maka orang itu akan merasa disonan.

Teori Disonansi Kognitif membedakan antara situasi yang menghasilkan lebih banyak disonansi dan situasi yang menghasilkan lebih sedikit disonansi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya konsep tingkat

(5)

disonansi yang merujuk pada jumlah kuantitatif disonansi yang dialami seseorang. Tingkat disonansi akan menentukan seberapa besar seseorang merasa disonan. Tingkat disonansi juga akan menentukan tindakan yang akan diambil seseorang dan kognisi yang mungkin digunakan untuk mengurangi disonansi.

Untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia yang membingkai teori ini adalah sifat dimana manusia mencari konsistensi psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi tingkat disonansi seseorang.Pertama, tingkat kepentingan (importance), atau seberapa signifikan suatu masalah berpengaruh terhadap tingkat disonansi yang dirasakan. Kedua, jumlah disonansi dipengaruhi oleh rasio disonansi (dissonance ratio), atau jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah kognisi yang konsonan.Ketiga, tingkat disonansi dipengaruhi oleh rasionalitas (rationality) yang digunakan individu untuk menjustifikasi inkonsistensi. Rasionalitas merujuk pada alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi muncul. Makin banyak alasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesenjangan yang ada, maka makin sedikit disonansi yang seseorang rasakan.

(West, 2007)

Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa manusia dapat merasa disonan terhadap hal hal tertentu terutama yang sulit dilakukannya karena kurang motivasi, dan mengakibatkan mereka menggunakan cara cara untuk mengatasinya dengan cara yang lebih mudah, Jadi dalam buku The Little

Things You Do To Save Earth, konten akan menggunakan bahasa yang lebih

persuasif dan unik sehingga mengurangi keyakinan disonan pembaca salah satunya adalah kebosanan dan kemalasan untuk melakukan gaya hidup ramah lingkungan, dan konten harus dapat menghapus disonansi dengan cara mengubah persepsi pembaca bahwa melakukan gaya hidup ramah lingkungan itu menyenangkan dan mudah untuk dilakukan di keseharian mereka.

(6)

2.2.1 Teori Publikasi

Menurut Thomas Mann dalam buku "Ordnung and Eccentricity" mendesain sebuah buku merupakan lebih dari menampilkan teks dan gambar yang jelas. Sebuah buku yang baik harus memenuhi keinginan pembaca dan menjadi objek yang bernilai.

Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa sebuah buku tidak hanya menampilkan konten yang baik, tetapi harus membawa sebuah perasaan ketika membaca buku dan pada saat membeli buku itu agar dianggap menjadi objek yang bernilai, sehingga buku yang akan dibuat penulis harus lebih unik dalam konsepnya.

2.2.2 Teori Stilasi / Penggayaan

Stilasi atau penggayaan adalah teknis untuk mengubah bentuk asalnya atau penyerdehanaan untuk mendapatkan bentuk baru yang artistik agar cocok dengan ide yang akan di ungkapkan dan mempermudah pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat umum.

Dalam buku The Little Things You Can Do To Save Earth, penulis akan mengaplikasikan teori stilasi untuk mempermudah pembaca mengerti konten yang akan disampaikan, karena jika menggunakan fotografi untuk menampilkan sebuah informasi belum tentu cocok kepada pembaca, hal ini dikarenakan tidak semua foto suatu produk di dalam negri akan sama persis dengan produk di negara lain, sehingga membuat limitasi buku ini.

2.2.Teori Pictogram

Pictogram adalah gambar bergaya figuratif yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat analogis atau kiasan langsung untuk menunjukkan suatu objek atau untuk mengekspresikan ide. Piktogram dapat memenuhi banyak fungsi. Pictogram biasa digunakan untuk menggantikan indikasi tertulis dan instruksi untuk mengekspresikan pesan ketika ada informasi yang harus diproses dengan cepat.Pictogram harus dapat menarik perhatian yang melihatnya.

(7)

Dalam buku The Little Things You Can Do To Save Earth, penulis akan menggunakan Pictogram, karena merupakan teknis menyampaikan informasi yang baik dalam gambar dan juga memiliki daya tarik yang besar, sehingga nantinya hirarki dalam sebuah layout akan lebih terjaga dan gambar saja juga bisa menyampaikan informasi kepada pembaca, dan ketika didukung oleh bodytext dari konten maka secara keseluruhan akan lebih jelas untuk dimengerti

2.2.4 Teori Semiotika

Teori Semiotika ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nilai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut.

Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa penulis harus menggunakan teori semiotika, dikarenakan sebuah buku harus mengandung relasi disetiap layoutnya agar tercipta konsistensi mood and feel yang sama pada setiap halamannya dari awal sampai akhir, sehingga pembaca akan merasa nyaman dan argumentasi pesan gaya hidup ramah lingkungan harus terjaga antara layout, warna, dan material buku itu sendiri.

2.2.5 Teori Simbol

Simbol menurut Charles S. Peirce adalah salah satu bagian dari hubungan antara tanda dengan acuannya, yaitu hubungan yang akan menjelaskan makna dari sebuah referen tertentu dalam kehidupan secara umum atau sebuah karya sastra sebagai replica dari kehidupan.

Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa penulis harus menggunakan simbol yang sudah dekat dengan masyarakat luas, sehingga mudah dipahami.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dalam penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis pelaksanaan Layanan SMS Banking di Bank Nagari Cabang Pembantu Syariah

Proses absensi siswa dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan secara manual dan kemudian dimasukkan ke dalam buku absen. Setelah itu buku absen diserahkan kepada

Etnis Bajo memiliki kebudayaan yang berbeda dengan etnis lain perbedaan tersebut kemudian sering di sebut sebagai identitas Etnis Bajo adapun identitas Etnis Bajo

Prestasi siswa SMA N 1 Donorojo tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan koefisien signifikansi sebesar

pengambilan keputusan dalam identifikasi masalah dari kebutuhan, perencanaan program, pelaksanaan program serta dalam evaluasi dan menikmati hasil. Partisipasi masyarakat

Dalam proses komoditisasi dan estetisasi kehidupan semacam ini, perilaku agama --yang dalam hal ini dipahami sebagi perilaku budaya-- tidak lebih merupakan suatu

Diperlukan penelitian lebih lanjut dalam jumlah sampel yang jauh lebih besar dengan mengevaluasi kelainan refraksi pada seluruh anak usia 3 – 6 tahun, baik dengan

Sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Ridwan Purnama dan Alfania Riska P (2016) yang menyatakan bahwa pemasaran langsung berpengaruh signifikan