• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Teknik Elektro FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Teknik Elektro FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Studi

Studi

Perencanaan

Perencanaan

PLTMH 1x12 kW

PLTMH 1x12 kW

sebagai

sebagai

Desa

Desa

Mandiri

Mandiri

Energi

Energi

di

di

Desa

Desa

Karangsewu

Karangsewu

,

,

Cisewu

Cisewu

,

,

Garut

Garut

,

,

Jawa

Jawa

Barat

Barat

oleh :

Aji Saka Dwi Ramdhani

(2208 100 632)

Pembimbing :

Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir. Teguh Yuwono

Jurusan Teknik Elektro

Jurusan Teknik Elektro

FTI

FTI

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(2)

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

Energi

Energi

Pembangkit

Listrik Tenaga

Mikrohidro

Pembangkit

Pembangkit

Listrik

Listrik

Tenaga

Tenaga

Mikrohidro

Mikrohidro

Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam

(3)

1. Seberapa besar potensi sumber daya air dan daya

terbangkit di Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut Jawa

Barat?

2. Bagaimana kondisi eksisting ketenagalistrikan di

Kabupaten Garut Jawa Barat?

3. Bagaimana teknis pembangunan PLTMH di Desa

Karangsewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut Jawa

Barat?

4. Seberapa besar biaya investasi yang dibutuhkan serta

keuntungan yang akan didapatkan dalam pembangunan

PLTMH Karangsewu ini?

5. Bagaimana dampak pembangunan PLTMH Karangsewu

pada perekonomian, sosial, dan lingkungan sekitar

masyarakat Desa Karangsewu?

RUMUSAN MASALAH

(4)

PETA GEOGRAFIS JAWA BARAT

PETA GEOGRAFIS JAWA BARAT

(5)

Kabupaten Garut terletak di Propinsi  Jawa 

Barat  bagian  Selatan  pada  koordinat 

6º56'49''  ‐ 7  º45'00''  Lintang  Selatan  dan 

107º25'8''  ‐ 108º7'30''  Bujur  Timur. 

Kabupaten  Garut  memiliki  luas  wilayah 

administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 

km²) dengan batas‐batas sebagai berikut : Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten 

Sumedang.

Timur : Kabupaten Tasikmalaya. Selatan : Samudera Indonesia.

Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten 

Cianjur.

Dalam perkembangannya, Kabupaten Garut 

tumbuh  dan  mengalami  perubahan  yang 

cukup  signifikan.  Untuk  menanggulangi 

perubahan dan pertumbuhan tersebut pada 

awal  tahun  2004  dilaksanakan  pemekaran 

wilayah kecamatan sebanyak 2 kecamatan 

sehingga  seluruh  wilayah  kecamatan 

menjadi  sebanyak  42  kecamatan,  19 

kelurahan dan 400 desa dengan luas wilayah 

306.519 Ha. Hingga tahun 2009 Kabupaten 

Garut memiliki 42 Kecamatan, 21 Kelurahan 

(6)

POTENSI SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN GARUT

Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah

Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran

sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di

Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di

Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada

umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah

dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran

utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan

daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan dan

Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah

sungai dan 101 anak sungai dengan panjang sungai

seluruhnya 1.403,35 km, dimana sepanjang 92 Km

diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk

dengan 60 buah anak sungai.

(7)

No. Nama Kecamatan Nama Sungai Jumlah Anak Sungai Panjang (km) 1. Cisurupan Cimanuk 13 92,00 2. Sukaresmi - 1 9,00 3. Bayongbong - 6 35,80 4. Pasirwangi - 5 44,10 5. Samarang - 1 5,50 6. Garut Kota - 4 35,00 7. Tarogong - 1 9,00 8. Wanaraja - 1 10,50 9. Karang pawitan - 4 22,40 11. Sukawening - 5 33,90 13. BL. Limbangan Cimanuk 19 142,70 14. Kadungora Cipancar 2 11,80 15. Singajaya Cikaengan 10 55,50 16. Cisompet - 6 33,80 17. Cibalong Cimerak Cibabalukan Cijeruk Cikolomberan Cipalawah Cibako Cipangisian 3 17,00 29,00 5,00 6,00 3,30 5,20 4,60

(8)

No. Nama Kecamatan Nama Sungai Jumlah Anak Sungai Panjang (km) 18. Pameungpeuk Cilaut Eureun Cipalebuh Cikawung Cibera Cibaregbeg Cisanggiri 1 17,00 29,00 10,00 15,50 12,00 39,00 19. Cikelet Cimari Citeureup Cicadas Cimangke Cipasarangan Cikarang -12,88 6,20 10,48 20,00 22,00 7,50 20. Pakenjeng Cikandang Cicalengka 4 13,33 7,55 21. Cisewu Cihideung Cilayu Cilaki Ciawi Cikidang Cikawung 18 7,20 30,00 33,00 13,00 16,00 5,20 22. Caringin Cipancong 18,40 23. Bungbulang Cianda Citanggeuleuk Ciseureuh Cijayana Cirpompang 8 12,50 11,50 8,10 7,80 32,65

(9)

Sumber daya air yang akan digunakan untuk PLTMH di Desa Karangsewu ini merupakan aliran air irigasi bagi masyarakat setempat. Pengukuran debit air serta informasi masyarakat menunjukkan ketersediaan sumber daya air tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang memadai. Curah hujan rata-rata di daerah itu 1500 mm dengan jumlah bulan hujan 6 bulan setiap tahun. Pengukuran sesaat pada musim kemarau mendapatkan debit aliran air di Sungai Ciawi sebanyak 0,15 m3/detik.

Topografi daerah Desa Karangsewu, khususnya sekitar aliran Sungai Ciawi, memiliki potensi yang cukup untuk mendapatkan tinggi jatuhan air yang memadai untuk pembangunan PLTMH. Tinggi jatuhan air (head) untuk PLTMH Karangsewu terdapat pada lokasi sejauh 500 meter dari jalan utama desa di daerah pemukiman Desa Karangsewu. Tinggi jatuhan air (gross head) untuk PLTMH Karangsewu sebesar 14 m.

(10)

KONDISI CURAH HUJAN DI SUNGAI CIAWI

KONDISI CURAH HUJAN DI SUNGAI CIAWI

Tahun 2006 2007 2008 Bulan Curah Hujan (mm) Hari Rata -Rata Curah Hujan Hari Rata -Rata Curah Hujan Hari Rata-Rata Januari 341 15 22,73 327 17 19,23 442 25 17,68 Pebruari 98 6 16,33 83 8 10,37 214 21 10,19 Maret 116 9 12,89 165 13 12,69 197 15 13,13 April 87 5 17,40 40 4 10,00 80 7 11,43 Mei 50 4 12,50 38 2 19,00 67 5 13,40 Juni 98 5 19,60 138 12 11,50 0 0 0 Juli 0 0 0 27 2 13,50 13 2 6,50 Agustus 0 0 0 45 4 11,25 0 0 0 September 0 0 0 15 1 15,00 0 0 0 Oktober 89 4 22,25 153 10 15,30 206 19 10,84 Nopember 57 2 28,50 11 1 11,00 55 3 18,33 Desember 76 3 25,33 43 3 14,33 83 8 10,37 TOTAL 1.012 53 177,54 1.085 77 165,18 1.357 105 12,92

(11)

Bulan 2006 2007 2008 Januari 1274 1567 1174 Februari 948 1329 1282 Maret 942 978 1047 April 464 215 372 Mei 283 268 319 Juni 357 678 184 Juli 168 210 394 Agustus 197 158 162 September 218 173 149 Oktober 728 978 1027 Nopember 672 715 947 Desember 923 740 1262 Debit (liter/detik) Head (m) Daya Output (kW) 1282 14 103,88 1262 14 102,26 1174 14 95,13 1047 14 84,84 1027 14 83,22 947 14 76,74 394 14 31,93 372 14 30,14 319 14 25,85 184 14 14,91 162 14 13,13 149 14 12,07 P = g.Hnet.Qd. ηtot(kW) dimana: P = daya output (kW)

Hnet = tinggi jatuh air bersih (m) Qd = debit desain (m3/detik)

g = konstanta gravitasi bumi (9.81 m/s2)

ηtot = efisiensi total (%)

Data Debit Sungai Ciawi (liter/detik)

(12)

Desa Karangsewu dapat dikatakan sebagai daerah tertinggal karena mayoritas penduduknya belum mendapat listrik yang disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jarak terdekat jaringan listrik PLN ke Desa Karangsewu sekitar 7 km. Oleh karena itu, pembangunan PLTMH Karangsewu nantinya dapat dioperasikan dan dimanfaatkan oleh penduduk Desa Karangsewu untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari. Pemasangan instalasi listrik diutamakan pada pusat desa dan menjangkau ±45KK yang terbagi dalam instalasi listrik rumah warga, fasilitas umum dan fasilitas sosial. Pemasangan jaringan listrik dan instalasi listrik rumah warga, fasilitas umum dan fasilitas sosial baru dipasang pada Kampung Cibadak, Cipongpok, Pasirhuni dan Cisalada.

KONDISI ELEKTRIFIKASI DI DESA KARANGSEWU

No. Uraian Simbol Nilai

1. Debit desain Qd 0,15 m3/detik

2. Potensi daya hidrolik

desain Ph 20,6 kW

3. Estimasi net head Hnet 14 m

4. Estimasi efisiensi turbin ηT 0,75 5. Estimasi efisiensi generator ηG 0,9 6. Estimasi efisiensi transmisi mekanik ηM 0,93 7. Estimasi efisiensi

saluran air ηsal 0,95

8.

Estimasi daya listrik terbangkit di Rumah Pembangkit

Pel 12 kW Estimasi Kapasitas Daya Rencana PLTMH

(13)

Rute Jalan

Jarak Waktu

Tempuh Transportasi Kondisi Jalan

Dari Ke

Kota Bandung Kota Garut 60 km 2 jam Kendaraan Roda 4 atau Roda 2 Aspal Bagus

Kota Garut Kecamatan

Cisewu 56 km 3 jam Kendaraan Roda 4 atau Roda 2 Aspal Rusak

Kecamatan Cisewu

Desa

Karangsewu 20 km 1 jam Kendaraan Roda 2

Aspal Rusak Terjal

Desa

Karangsewu Lokasi PLTMH 500 m 1 jam Jalan Kaki Jalan Tanah Terjal

AKSESIBILITAS

(14)

PRINSIP

(15)

ASPEK

ASPEK

EKONOMI

EKONOMI

Biaya total pembangkitan energi listrik merupakan penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar serta biaya operasi dan perawatan. Karenanya dalam perhitungan biaya pembangkitan energi listrik, harus dihitung satu persatu dari ketiga biaya di atas.

Perencanaan pembangunan PLTMH Karangsewu dengan kapasitas total 12 kW, diasumsikan dengan capacity factor / factor kapasitas 80 % dan memiliki life time

/ umur pembangkit 15 tahun.

Biaya Investasi Pembangkit PLTMH Karangsewu

Jenis Data Nilai

Kapasitas Terinstal 12 kW Waktu Operasi 15 tahun Bahan Bakar Air

Biaya Investasi 24000 US$/ (2000 US$/kW)

1

)

1

(

)

1

(

n n

i

i

i

CRF

103 . 0 1 ) 06 , 0 1 ( ) 06 , 0 1 ( 06 , 0 15 15      CRF

124

.

0

1

)

09

,

0

1

(

)

09

,

0

1

(

09

,

0

15 15

CRF

147 . 0 1 ) 12 , 0 1 ( ) 12 , 0 1 ( 12 , 0 15 15      CRF

Perhitungan CRF (Capital Recovery Factor)

Suku Bunga i=6% dan Umur Pembangkit (Life Time) n= 15 Tahun

Suku Bunga i=9% dan Umur Pembangkit (Life Time) n= 15 Tahun

Suku Bunga i=12% dan Umur Pembangkit (Life Time) n= 15 Tahun

(16)

Perhitungan Biaya PLTMH Karangsewu dengan suku bunga 6%, 9%, dan 12%

Perhitungan Suku Bunga

6 % 9 % 12 %

Biaya Investasi (US$) 24000 24000 24000 Biaya Pembangkitan (US$ / kW) 2000 2000 2000

Umur Operasi (Tahun) 15 15 15

Kapasitas (kW) 12 12 12

Biaya O & M (US$ / kWh) 0,007 0,007 0,007 Biaya Modal (US$ / kWh) 0,0294 0,0354 0,0419 Total Cost (US$ / kWh) 0,0374 0,0434 0,0499

Suku Bunga Total Cost (TC)

6 % Rp. 364,- /kWh

9 % Rp. 424,- /kWh

12 % Rp. 489,- /kWh

Suku Bunga Harga Jual

6 % Rp. 400,- /kWh

9 % Rp. 466,- /kWh

(17)

Pendapatan per Tahun

Jumlah pendapatan per tahun/ Cash in Flow (CIF) dapat dihitung dari kWhoutput dan

selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan Biaya Pembangkitan atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP).

Suku Bunga

CIF

6%

Rp 38,09 juta/tahun

9%

Rp 32,54 juta/tahun

(18)

Nilai Awal Proyek (NPV /

Nilai Awal Proyek (NPV /

Net Present Value

Net Present Value)

)

     n t t k CIF COF NPV 1 (1 ) Tahun

ke-Investasi (COF0) = 240 Juta

Suku Bunga 6% Suku Bunga 9% Suku Bunga 12%

CIF NPV CIF NPV CIF NPV

0 - 0.00 - 0.00 - 0.00 1 38.09 -204.0660 32.54 -210.1468 26.57 -216.2768 2 38.09 -170.1661 32.54 -182.7585 26.57 -195.0953 3 38.09 -138.1850 32.54 -157.6317 26.57 -176.1833 4 38.09 -108.0141 32.54 -134.5795 26.57 -159.2976 5 38.09 -79.5511 32.54 -113.4307 26.57 -144.2211 6 38.09 -52.6991 32.54 -94.0282 26.57 -130.7599 7 38.09 -27.3671 32.54 -76.2277 26.57 -118.7410 8 38.09 -3.4690 32.54 -59.8970 26.57 -108.0098 9 38.09 19.0765 32.54 -44.9147 26.57 -98.4284 10 38.09 40.3457 32.54 -31.1694 26.57 -89.8736 11 38.09 60.4111 32.54 -18.5591 26.57 -82.2353 12 38.09 79.3406 32.54 -6.9900 26.57 -75.4155 13 38.09 97.1987 32.54 3.6239 26.57 -69.3263 14 38.09 114.0459 32.54 13.3613 26.57 -63.8896 15 38.09 129.9396 32.54 22.2948 26.57 -59.0353

(19)

Laba

Laba

Investasi

Investasi

(ROI /

(ROI /

Return of Investment

Return of Investment

)

)

Cost Investment Cost Investment Bennefit ROI n t t

  Tahun

ke-Investasi (COF0) = 240 Juta

Suku Bunga 6% Suku Bunga 9% Suku Bunga 12% Benefit ROI Benefit ROI Benefit ROI

0 - - - -1 38.09 -0.8413 32.54 -0.8644 26.57 -0.8893 2 76.18 -0.6826 65.08 -0.7288 53.14 -0.7786 3 114.27 -0.5239 97.62 -0.5933 79.71 -0.6679 4 152.36 -0.3652 130.16 -0.4577 106.28 -0.5572 5 190.45 -0.2065 162.70 -0.3221 132.85 -0.4465 6 228.54 -0.0477 195.24 -0.1865 159.42 -0.3358 7 266.63 0.1110 227.78 -0.0509 185.99 -0.2250 8 304.72 0.2697 260.32 0.0847 212.56 -0.1143 9 342.81 0.4284 292.86 0.2203 239.13 -0.0036 10 380.90 0.5871 325.40 0.3558 265.70 0.1071 11 418.99 0.7458 357.94 0.4914 292.27 0.2178 12 457.08 0.9045 390.48 0.6270 318.84 0.3285 13 495.17 1.0632 423.02 0.7626 345.41 0.4392 14 533.26 1.2219 455.56 0.8982 371.98 0.5499 15 571.35 1.3806 488.10 1.0338 398.55 0.6606

(20)

Payback period

Payback period

CIF

Annual

Cost

Investment

PP

Payback period adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh.

Suku Bunga

Payback Period

6%

6,5 tahun

9%

7,5 tahun

(21)

Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dan Kemampuan Daya Beli Masyarakat

Daya beli masyarakat sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik yang mampu dibayar oleh pengguna listrik. Dengan input data sebagai berikut :

Pengeluaran riil perkapita = Rp.

653.800,-Dengan mengasumsikan dalam satu rumah tangga terdapat 4 anggota keluarga, sehingga didapat :

Pendapatan Rumah Tangga = Rp 653.800,- x 4 = Rp.

2.615.200,-Sedangkan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi energi listrik rata-rata berkisar 6%-10%. Dengan diasumsikan pengeluaran rumah tangga untuk energi listrik rata-rata adalah 8%, maka pengeluarannya sebesar Rp. 2.615.200,- x 8% = Rp.

209.216,-Dengan batas sambungan daya pada pelanggan adalah 900 VA, asumsi power faktor 0,8, dan faktor beban Kabupaten Garut pada tahun 2009 adalah 0,643, maka didapat :

900 x 0,8 = 720 Watt = 0,72 kW

maka konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat :

0,72 x 30 x 24 x faktor beban = 0,72 x 30 x 24 x 0,643 = 333,33 kWh/Bulan

(22)

KWh beli Daya 475,80 557,37 178.598 209.216

Dengan bea beban sebesar Rp. 20.000 (sesuai Keppres no.103 tahun 2003 mengenai tarif dasar listrik), sedangkan dalam penyambungan konsumen Rumah Tangga 900 VA terdiri dari 3 golongan, yaitu :

Golongan I : 0 - 20 kWh = 275 Rp/kWh

Golongan II : 20 - 60 kWh = 445 Rp/kWh

Golongan III : diatas 60 kWh = 495 Rp/kWh

Maka untuk perhitungan biaya pemakaian tiap blok berdasarkan TDL yang berlaku adalah

•Golongan I = 20 kWh x 275 = Rp 5.500,-•Golongan II = 40 kWh x 445 = Rp 17.800,-•Golongan lll = 273,33 kWh x 495 = Rp 135.298,-Total = 333,33 kWh = Rp

158.598,-Rupiah / kWh = Biaya pengeluaran per Blok Energi terpakai =

Sehingga :

Biaya total = Biaya pemakaian + Bea beban = Rp. 158.598,- + Rp. 20.000,-= Rp. 178.598,-maka : 80 , 475 33 , 333 158.598

(23)

MANAJEMEN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK

Pada bagian ini akan dibahas pengaturan / manajemen di sisi beban atau konsumen yang akan memanfaatkan PLTMH Karangsewu ini. Manajemen beban ini diperlukan agar energi listrik yang dihasilkan dapat disalurkan secara merata dan proporsional kepada penduduk yang menjadi sasaran pemanfaatan PLTMH Karangsewu ini.

Dimana energi keluaran dari PLTMH Karangsewu adalah : = Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 24 X 30

= 12000 x 0,8 x 24 X 30 = 6912 kWh/bulan

dan kapasitas daya terpasang pada PLTMH sebesar = Daya Terpasang (Watt) / power faktor

= 12000 / 0,8 = 15000 VA = 15 KVA

Maka rancangan manajemen beban di sisi konsumen adalah : • 45 rumah dengan daya terpasang 220 VA

• 1 Musholla dengan daya terpasang 450 VA • 1 Puskesdes dengan daya terpasang 900 VA • 2 Posyandu dengan daya terpasang 900 VA • Fasilitas lampu penerangan jalan desa.

(24)

Rancangan manajemen beban pada saat menggunakan PLTMH Karangsewu sebagai berikut :

Keterangan

Jumlah

Daya Terpasang

(VA)

Kebutuhan Daya

(kWh/hari)

Rumah

45

220

55,8

Musholla

1

450

1,98

Puskesdes

1

900

25,89

Posyandu

2

(25)

Maka total energi terpakai berdasarkan Rancangan Manajemen Beban

di atas adalah :

= 55,8 + 1,98 + 25,89 + 7,2

= (90,87 kWh/hari) x 30

=

2726,1 kWh/bulan

Sedangkan total daya terpasang pada pelanggan sebesar

=

(220 x 45) + 450 + 900 + 900 + 900

= 13050 VA

=

13,05 KVA

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa masih terdapat

sisa dari selisih energi listrik output yang dihasilkan dari PLTMH

Karangsewu dengan hasil Rancangan Manajemen Beban, yaitu sebesar

4185,9 kWh/bulan. Sedangkan kapasitas daya terpasang masih tersisa

sebesar 1,95 KVA. Sisa kapasitas daya dan energi listrik tersebut dapat

digunakan untuk kebutuhan lain di kemudian hari.

(26)

ANALISIS PERBANDINGAN PLTMH DENGAN SUMBER ENERGI LAIN

ANALISIS PERBANDINGAN PLTMH DENGAN SUMBER ENERGI LAIN

• Mayoritas masyarakat Desa Karangsewu belum memperoleh

listrik yang disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).

PLN dalam

waktu

beberapa

tahun

ke

depan

belum

mempunyai rencana mensuplai energi listrik untuk masyarakat

Desa

Karangsewu. Sementara

ini

penerangan

rumah,

masyarakat menggunakan genset, petromaks dan lampu

tempel dengan bahan bakar minyak tanah.

• Genset yang digunakan masyarakat Desa

Karangsewu

berkapasitas 15 KVA yang dipasang pada pusat desa. Akan

tetapi masyarakat Desa Karangsewu jarang sekali yang

menggunakan genset dikarenakan biaya pembelian dan

perawatan yang sangat mahal.

• Penggunaan genset rata-rata hanya digunakan selama 12

jam, dengan asumsi setiap genset dapat menghasilkan listrik

sebesar 12 kW. Sedangkan 1 kWh membutuhkan 0,3 liter

solar dan harga solar adalah 4.500 per liter.

(27)

Jenis Data Nilai

Kapasitas Terinstal 15 kVA

Waktu Operasi 15 tahun

Bahan Bakar Solar (HSD)

Biaya Investasi 8600 US$/ (573,33 US$/kW)

Biaya Investasi Pembangkit PLTD

Biaya Investasi Pembangkit PLTD

Suku Bunga Total Cost (TC)

6 % Rp. 2731,- /kWh

9 % Rp. 3001,- /kWh

12 % Rp. 3301,- /kWh

Suku Bunga Harga Jual

6 % Rp. 3004,- /kWh

9 % Rp. 3301,- /kWh

(28)

Perbandingan Harga Jual Listrik antara PLTMH dan PLTD

Perbandingan Harga Jual Listrik antara PLTMH dan PLTD

Suku Bunga PLTMH PLTD

6% Rp. 411,- /kWh Rp. 3004,- /kWh

9% Rp. 477,- /kWh Rp. 3301,- /kWh

12% Rp. 549,- /kWh Rp. 3631,- /kWh

Dari perbandingan perhitungan di atas dapat disimpulkan

bahwa dengan menggunakan PLTMH akan jauh lebih efisien

daripada menggunakan PLTD.

(29)

KESIMPULAN

KESIMPULAN

1. Potensi debit air di Sungai Ciawi terbesar pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,282 m3/detik dengan estimasi daya terbangkit terbesar 103,88 kW. Sedangkan estimasi daya terbangkit terendah sebesar 12,07 kW pada saat debit air di Sungai Ciawi sebesar 0,149 m3/detik.

2. Propinsi Jawa Barat sampai saat ini mempunyai pembangkit listrik dengan total kapasitas 7025,54 MW. Rata-rata pembangkit yang sudah ada sudah beroperasi sejak 1996. Dengan lamanya umur pembangkit yang telah beroperasi, maka energi netto yang dihasilkan pembangkit tidak sesuai dengan kapasitasnya, atau mengalami penurunan efesiensi. Untuk Kabupaten Garut sendiri masih belum memiliki pembangkit sendiri dan nantinya diharapkan PLTMH Karangsewu berkapasitas 12 kW ini mampu memasok energi listrik di Desa Karangsewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut.

3. Secara teknis, PLTMH Karangsewu terbagi menjadi dua bagian, yaitu bangunan sipil, yang terdiri dari bendungan, intake, saluran pembawa, bak pengendap, bak penenang, waduk, penstock, tangki pendatar, dan rumah pembangkit, serta peralatan mekanikal dan elektrikal yang terdiri dari turbin, generator, Electonic Load Controller (ELC), pentahanan (earthing), Panel Switch Gear, dan jaringan distribusi.

4. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun PLTMH Karangsewu sebesar 24000 USD (2000 USD/kWh). Biaya pembangkitan total sebesar Rp. 374,- /kWh (suku bunga 6%), Rp. 434,- /kWh (suku bunga 9%), dan Rp. 499,- /kWh (suku bunga 12%). Sedangkan keuntungan yang didapatkan sebesar 10% dari biaya pembangkitan total.

(30)

5. Pembangunan PLTMH Karangsewu ditinjau dari aspek perekonomian, sosial, dan lingkungan.

Aspek perekonomian

Harga jual listrik PLTMH Karangsewu sebesar Rp. 411,- /kWh (suku bunga 6%), Rp. 477,- /kWh (suku bunga 9%), dan Rp. 549,- /kWh (suku bunga 12%). Sedangkan daya beli masyarakat adalah Rp.557,37/kWh. Jadi, harga jual energi listrik dari PLTMH mampu dibayar oleh masyarakat karena rata-rata harga jual energi listrik dari PLTMH di berbagai tingkat suku bunga masih dibawah daya beli untuk listrik rumah tangga.

Aspek sosial

Desa Karangsewu dapat dikatakan sebagai daerah tertinggal karena mayoritas penduduknya belum mendapat listrik yang disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Jarak terdekat jaringan listrik PLN ke Desa Karangsewu sekitar 7 km. Oleh karena itu, pembangunan PLTMH Karangsewu sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energi listrik.

Aspek lingkungan

Prakiraan dampak penting dalam pembangunan PLTMH Karangsewu ini, upaya pemantauan lingkungan untuk kegiatan pembangunan PLTMH ini prakiraan dampak yang terjadi akan ditinjau dalam 4 (empat) tahapan antara lain tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, tahap operasional, dan tahap pasca operasi.

(31)

1. Karena masih banyak potensi tenaga air yang belum dibangkitkan

di Indonesia, khususnya di Propinsi Jawa Barat, maka diharapkan

adanya kajian kembali mengenai pemanfaatan potensi tersebut

untuk pembangkit listrik dengan kapasitas yang lebih besar.

2. Perencanaan dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga

Mikrohidro (PLTMH) di Desa Karangsewu yang merupakan pionir,

disarankan menjadi acuan pada pelaksanaan listrik masuk desa, di

daerah terpencil di seluruh Indonesia.

3. Setelah PLTMH di Desa Karangsewu terealisasi, perlu dibentuk

Struktur Organisasi untuk pemeliharaan secara berkelanjutan,

dikoordinir oleh Koramil dan Aparat Desa setempat, serta

pemeliharaannya tetap mengikuti Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang disepakati bersama, mengacu kepada buku pedoman

pengelolaan, pengoperasian dan pemeliharaan PLTMH.

(32)

THE END

&

THANK’S

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan tinggi orthometrik dengan menggunakan teknologi satelit GPS yang diolah menggunakan perangkat lunak GAMIT/GLOBK dan metode

Dengan memahami persepsi Australia terhadap Asia yang juga menjadi latar belakang terbentuknya Australia in Asian Century White Paper , maka dapat dilihat kesinambungan

diperoleh yaitu absorbansi tertinggi pada penggunaan buffer ammonium pH 8 dengan konsentrasi 0,6 ppm dan besar absorbansi 0,0680 untuk analisa dengan

Abstrak : Materi utama penelitian adalah Penyelesaian Terhadap Kasus Sertipikat Ganda Oleh Badan Pertanahan Nasional dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1.. Bagaimana sampai

Memo Pemberitahuan Harga Jual yang sudah dibuat dan ditandatangani Head of BU dan F&A Mgr Distributor didistribusikan via email kepada : # Internal Subdist

ditetapan. Beberapa pengujian yang dilakukan yaitu, pengujian melihat informasi PIK remaja oleh pengguna, pengujian mencari PIK dalam radius terdekat dengan pengguna,

Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los, kios yang dikelola

Skenario yang dikembangkan dengan ektensifikasi lahan areal tanaman (dari 4 persen meningkat menjadi 8 persen per tahun) dan intensifikasi lahan (dengan peningkatan