• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon Tahun 2017-2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) Kota Cirebon Tahun 2017-2022"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Gambaran Geografi dan Administrasi Wilayah

Kota Wali, demikianlah julukan untuk Kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di daerah

pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur. Dengan Letak geografis yang strategis,

yang merupakan jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat, Jawa Tengah,

yang melalui daerah utara atau pantai utara (pantura). Letak tersebut menjadikan suatu

keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi.

Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33˚ dan 6.41˚ Lintang Selatan pada

pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur ± 8

kilometer, Utara Selatan ± 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut ± 5

meter dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas

wilayah administrasi ± 37,35 km2 atau ± 3.735,8 hektar.

Tabel 2.1

Wilayah Administrasi Kota Cirebon

No. Kecamatan Kelurahan Luas (Ha)

1 Kejaksan Kejaksan 67

Kesenden 125

Kebon Baru 80

Sukapura 89

BAB 2

PROFIL KOTA

(2)

No. Kecamatan Kelurahan Luas (Ha)

Sumber : Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, Tahun 2015, BPS

Keterangan : *) mengalami penambahan luas dalam bentuk tanah timbul

Karakter sebagai kota pantai ditandai oleh pendangkalan yang cukup tinggi di daerah

pantai, sehingga menyebabkan terjadinya tanah-tanah timbul. Keberadaan tanah-tanah

timbul ini telah mempengaruhi luas wilayah administrasi kota, yang diperkirakan telah

mencapai penambahan sebesar ± 75 hektar yang tersebar di 4 kelurahan, yaitu :

Kelurahan Panjunan, Kelurahan Kasepuhan, Kelurahan Lemahwungkuk dan Kelurahan

Pegambiran.

(3)
(4)

Gambar 2.2

(5)

Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Cirebon memilikiposisi yang strategis

(geostrategic) dengan mencermati hal-hal sebagai berikut:

a) Kabupaten Cirebon berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah sehingga

menjadi pintu gerbang masuk ke Provinsi Jawa Barat. Hal ini merupakan potensi

pengembangan Kabupaten Cirebon untuk menarik investor ke wilayah ini.

b) Wilayah Kabupaten Cirebon berada di pantai Utara Jawa yang dilalui oleh jalan

arteri primer dan jalan kolektor primer sebagai penghubung antara Jakarta

dengan kota-kota besar di wilayah Jawa dan kota-kota di sekitar Cirebon.

c) Wilayah Kabupaten Cirebon menjadi lintasan ruas jalan bebas hambatan (Jalan

Tol) yakni ruas jalan tol Cikampek-Palimanan (Cikapa), ruas jalan

tolPalimanan-Kanci (Palikanci), ruas jalan tol tolPalimanan-Kanci-Pejagan.

d) Wilayah Kabupaten Cirebon dilalui juga oleh Jalur Kereta Api yakni jalur kereta

api Cirebon-Jakarta, jalur kereta api Cirebon-Bandung, jalur kereta api lintas

Utara Jawa (Cirebon-Semarang-Surabaya), dan jalur kereta api lintas Selatan

Jawa (Cirebon-Yogyakarta-Surabaya).

e) Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon Electric Power (CEP)

di Kecamatan Astanajapura yang merupakan salah satu pemasok listrik jalur

transmisi Sumatera-Jawa-Bali.

2.2. Gambaran Demografi

2.2.1. Jumlah Penduduk

Menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2014 (lihat tabel 2.2) jumlah penduduk Kota

Cirebon telah mencapai jumlah 305.899 jiwa. Dengan komposisi penduduk laki-laki

153.362 jiwa dan perempuan 152.537 jiwa. Penduduk Kota Cirebon tersebar di lima

kecamatan, kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah

Kecamatan Pekalipan sebesar 191 jiwa/Ha, dan yang terendah adalah Kecamatan

Harjamukti dengan kepadatan 60 jiwa/Ha. Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada tabel

(6)

60

Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, Tahun 2015, BPS

Gambar 2.3

Kepadatan Penduduk Perkecamatan di Kota Cirebon Tahun 2014 (jiwa/Ha)

2.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Pada tahun 2014 Kota Cirebon memiliki penduduk 305.899 jiwa (penduduk laki-laki

berjumlah 153.362 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 152.537 jiwa). Sedangkan

jumlah penduduk pada tahun 2013 yaitu sebesar 304.313 jiwa (jumlah penduduk

laki-laki 152.573 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 151.740 jiwa). Untuk lebih

(7)

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2014

6 Kota Cirebon 153.362 152.537 305.899 100,54

Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, Tahun 2015, BPS

2.2.3. Proyeksi Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk didasarkan pada data dasar jumlah penduduk dan laju

pertumbuhan penduduk setiap kecamatan dari data Kota Cirebon mulai dari Tahun 2010

hingga Tahun 2014, yang terdapat pada Kota Cirebon Dalam Angka keluaran BPS Kota

Cirebon yang ditunjukan dengan tabel berikut.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Tahun 2010 sampai dengan 2014

No Kecamatan Jumlah Penduduk

2010 2011 2012 2013 2014

1 Harjamukti 102.158 103.559 104.001 104.896 105.441

2 Lemahwungkuk 52.811 53.530 53.759 54.221 54.504

3 Pekalipan 28.927 29.321 29.447 29.699 29.854

4 Kesambi 70.193 71.148 71.453 72.067 72.443

5 Kejaksan 42.300 42.876 43.060 43.430 43.657

Total 296.389 300.434 301.720 304.313 305.899 Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, Tahun 2010 - 2015, BPS

Data terakhir BPS Kota Cirebon menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Cirebon

pada tahun 2013 sebanyak 304.313 jiwa, tahun 2014 sebanyak 305.899 jiwa dan hasil proyeksi pertumbuhan penduduk dapat diperkirakan bahwa jumlah penduduk pada

(8)

Tabel 2.5

Proyeksi Penduduk Kota Cirebon Tahun 2020-2024

No Kecamatan Proyeksi Jumlah Penduduk

2020 2021 2022 2023 2024

1 Harjamukti 110.366 111.186 112.007 112.828 113.649 2 Lemahwungkuk 57.044 57.467 57.890 58.313 58.737

3 Pekalipan 31.245 31.476 31.708 31.940 32.172

4 Kesambi 75.818 76.381 76.943 77.506 78.068

5 Kejaksan 45.693 46.032 46.371 46.710 47.050

Total 320.164 322.542 324.919 327.297 329.674

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

2.3. Gambaran Topografi

Secara topografis, sebagian besar wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dan

sebagian kecil merupakan wilayah perbukitan yang berada di Wilayah Selatan kota.

Kondisi wilayah kota yang sebagian besar berupa dataran rendah menjadi kendala

tersendiri karena kecepatan aliran air hujan yang terbuang ke laut menjadi lambat dan

sangat berpotensi menimbulkan genangan banjir di beberapa tempat. Oleh karena itu di

beberapa titik dibangun stasiun pompa yang berfungsi mempercepat pembuangan air

hujan ke laut.

Wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara 0

- 200 meter di atas permukaan laut. Peningkatan ketinggian mulai dari daerah pantai

menuju ke arah Selatan dengan ketinggian maksimal 200 meter, yaitu di Kelurahan

Argasunya, Kecamatan Harjamukti.

Kemiringan lahan di wilayah Kota Cirebon dapat diklasifikasikan berdasarkan persentase

kemiringan sebagai berikut:

• Kemiringan 0 - 3 % seluas kurang lebih 2 685 Ha lebih terdapat di sebagian besar wilayah Kota Cirebon, kecuali sebagian kecil wilayah di Kecamatan Harjamukti;

• Kemiringan 3 - 8 % seluas kurang lebih 449 Ha terdapat di sebagian besar wilayah Kelurahan Kalijaga, sebagian kecil di Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Harjamukti;

• Kemiringan 8 - 15 % seluas kurang lebih 371 Ha terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti;

(9)

2.4. Geohidrologi

Potensi air Kota Cirebon meliputi; air tanah dangkal, air tanah dalam, air permukaan,

dan air laut. Kondisi air tanah relatif baik dengan kedalaman 5 – 10 meter untuk dataran

rendah dan mencapai 20 – 30 meter untuk dataran tinggi (di Wilayah Argasunya).

Sementara untuk air tanah di kawasan pantai pada umumnya sudah terkena intrusi air

laut.

Kota Cirebon memiliki 4 sistem sungai, yaitu Sistem Kedung Pane / Tangkil, Sistem

Sukalila, Sistem Kesunean, dan Sistem Kalijaga. Sistem Kedung Pane/ Tangkil memiliki

panjang sungai yang terpanjang yaitu 51.850 m dibandingkan dengan sistem sungai

lainnya. Sistem sungai yang memiliki panjang sungai yang terpendek adalah Sistem

Sukalila dengan panjang 20.400 m.

Potensi air Kota Cirebon meliputi; air tanah dangkal, air-tanah dalam, air permukaan,

dan air laut. Kondisi air tanah relatif baik dengan kedalaman 5-10 meter untuk dataran

rendah dan mencapai 20 - 30 meter untuk dataran tinggi (di Wilayah Argasunya).

Sementara untuk air tanah di kawasan pantai pada umumnya sudah terkena intrusi air

laut.

Kondisi air permukaan berupa air yang mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai.

Kota Cirebon memiliki 4 sistem sungai, yaitu Sistem Kedung Pane / Tangkil, Sistem

Sukalila, Sistem Kesunean, dan Sistem Kalijaga.

Adapun kondisi air laut khususnya di kawasan pantai berwarna coklat karena pengaruh

pendangkalan oleh lumpur yang dibawa oleh 4 sistem sungai dan sungai-sungai dari

wilayah Kabupaten Cirebon. Khusus untuk air bersih sebagai konsumsi rumah tangga,

Kota Cirebon masih memiliki kendala utama dimana penyediaannya masih tergantung

pada Kabupaten Kuningan. Hal ini dikarenakan sumber air yang digunakan berada di

wilayah Kabupaten Kuningan. Maka perlu ada penyelesaian karena masalah air

dikategorikan sebagai bidang pelayanan dasar, sebagai solusi bisa berupa kerjasama

antar daerah atau kerjasama amalgamasi atau pengelolaan air laut melalui teknologi

pengelolaan air bersih yang mutakhir.

Terdapat 4 (empat) buah sungai yang cukup besar yaitu :

(10)

Kondisi air tanah agak dipengaruhi oleh intrusi air laut dan relatif dangkal. Kota Cirebon

termasuk dalam iklim tropis dengan suhu udara rata-rata 28°C. Kelembaban udara

berkisar antara ± 48-93% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan

Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus.

2.5. Geologi

Pada umumnya tanah di Kota Cirebon adalah tanah jenis regosol yang berasal dari

endapan lava dan piroklasik (pasir, lempung, tanah liat, breksi lumpur, dan kerikil) hasil

intrusi Gunung Ciremai. Secara umum jenis tanah yang tersebar di .Kota Cirebon ini

relatif mudah untuk mengembangkan berbagai macam jenis vegetasi.

Berdasarkan hasil identifikasi, struktur geologis tanah adalah hasil gunung api muda

yang tak terurai (Qyu) seluas 33.740 Ha (34,10%), breksi kompleks Kromong (Qvk) seluas

1.110 Ha (1,12 %), batu gamping kompleks Kromong (MI) seluas 202,60 Ha, formasi

Kaliwungu (Pk) seluas 8.964,20 Ha (9,06%), formasi Cijulang (Tpel) seluas 825 Ha

(0,83%), formasi Kalibiuk (Tpb) seluas 1.345 Ha (1,36%), dan hasil gunung api tua yang

tak terurai (Qvu) seluas 560 Ha (0,63%).Kondisi struktur geologistersebut dipengaruhi

oleh keberadaan Gunung Ciremai. Jika ditinjau dari kondisi jenis tanah, wilayah

Kabupaten Cirebon didominasi oleh jenis tanah aluvial (aluvial/Qa)seluas 52.224 ha

(52,76%),baik aluvial kelabu, aluvial kelabu tua, maupun asosiasi aluvial kelabu tua dan

asosiasi regosol kelabu, regosol coklat keterabuan. Jenis-jenis tanah tersebut umumnya

sesuai untuk pertanian semusim terutama padi, palawija dan perikanan. Jenis tanah

lainnya adalah litosol, grumosol, mediteran, latasol, podsolik, regosol, dan gleihumus.

Secara rinci jenis tanah di Kota Cirebon terdiri atas:

• Regosol cokelat kelabu, asosiasi regosol kelabu

• Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu

• Asosiasi glei humus rendah/aluvial kelabu

• Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu, dan latosol

• Asosiasi mediteran cokelat dan litosol

• Latosol cokelat kemerahan

Kedalaman efektif tanah di Kota Cirebon terdiri atas 3 macam, yaitu:

• Kedalaman 0-30 meter : terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya,

(11)

• Kedalaman 30-60 meter : terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya,

Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti dan Kelurahan Karyamulya,

Kecamatan Kesambi

• Kedalaman lebih dari 60 meter : Terdapat di seluruh wilayah Kota Cirebon, kecuali

di wilayah-wilayah yang telah disebutkan di atas.

2.6. Klimatologi

Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan suhu udara minimum rata-rata

22,3°C dan maksimun rata-rata 33,0°C, Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93%

dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka

terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus.

Rata-rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260 mm/tahun dengan jumlah hari

hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di kota Cirebon

termasuk dalam tipe iklim C dengan nilai Q ± 37,5% (persentase antara bulan kering dan

bulan basah). Musim hujan jatuh pada bulan Oktober-April, dan musim kemarau jatuh

pada bulan Juni-September.

Tabel 2.6

(12)

Sesuai dengan lokasi wilayah yang berada di tepi laut, Kota Cirebon

termasuk daerah bertemperatur udara cukup tinggi berkisar antara 24,2oC

-32,8oC dengan curah hujan per tahun sebanyak 1.351 mm, dan 86 hari

hujan.

Tabel 2.7

Rata-rata Curah Hujan Tahun 2011-2013

Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka Tahun 2014

2.7. Sosialisasi dan Ekonomi

2.7.1. Pendidikan

Pada bidang pendidikan, Angka Melek Huruf (AMH) atau tingkat literasi menunjukkan

jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis. Pada kurun

(13)

upaya pemberantasan buta huruf berdampak positif bagi pengurangan penderita buta

huruf. Juga, angka tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Cirebon masih menyisakan

sebesar 6,48% penderita buta huruf.

Sementara, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah durasi rata-rata tahun penduduk

mencapai pendidikan tertinggi. Pada tahun 2012-2013 capaian RLS mengalami kenaikan

dari 6,89 tahun menjadi 7,01 tahun atau kenaikan sebesar 0,12 tahun. Ini menunjukkan

program wajib belajar sembilan tahun berdampak positif bagi peningkatan pendidikan

penduduk Kabupaten Cirebon. Namun, Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka.

Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA mengalami kenaikan dari

tahun 2009-2013. Adapun rasio ketersediaan sekolah jenjang pendidikan SD, SMP dan

SMA relatif tetap. Untuk rasio guru per murid jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA

berfluktuatif dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelas, kita dapat mencermati angkaangka

pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.8

Capaian Indikator Sasaran Sektor Pendidikan Kota Cirebon Tahun 2009-2013

No Indikator Sasaran Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Angka Melek Huruf (AMH) 91,55 92,33 92,41 92,5 93,52

2 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 6,67 6,85 6,87 6,89 7,01

3 APK – SD 94,45 111,92 106,59 115,24 109,23

4 APM – SD 86,02 97,36 93,41 99,24 99,99

5 APK – SMP 80,85 65,78 73 90,63 110,63

6

APM – SMP 62,65 66,47 66,15 71,31 89,3

APK – SMA 41,03 40,09 47,51 60,02 79,58

APM -SMA 34,25 43,25 40,14 45,25 59,88

7

Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah

SD - 49,4 49,83 49,86 49,86

(14)

Sekolah Kejuruan (SMK) terdapat 17 Sekolah dengan jumlah guru 704 orang. Untuk

Madrasah Ibtidaiyah keagamaan di Kota Cirebon tahun 2010/2011 berjumlah 18,

dengan jumlah guru sekitar 240 orang. MTs berjumlah 12, dengan jumlah guru 231

orang, di tingkat MA jumlahnya 7 Sekolah mempunyai guru 164 orang.

2.7.2. Jumlah Penduduk Miskin

Kemiskinan menjadi salah satu indikator kemakmuran. Pada kurun 2002-2012, tingkat

kemiskinan Kabupaten Cirebon masih berada diatas rata-rata nasional dan Jawa Barat.

Angka kemiskinan di Kabupaten Cirebon (17,83%) nasional (14,91%), dan Jawa Barat

(12,15%). Namun demikian, kinerja penurunan angka kemiskinan Kabupaten Cirebon

lebih besar dibandingkan Jawa Barat. Capaian Kinerja Pembangunan menurunkanangka

Kemiskinkan Di Kabupaten Cirebon Rata-rata 0,47% per tahun.

Rendahnya tingkat daya beli masyarakat terkait dengan kondisi kemiskinan. Jumlah

keluarga miskin di Kota Cirebon sejak tahun 2000 hingga tahun 2003 cenderung

menurun, namun sejak tahun 2004 hingga tahun 2007 cenderung meningkat. Pada

tahun 2000 jumlah KK Miskin adalah sebanyak 12 ribu kepala keluarga, kemudian

menurun hingga 11 ribu kepala keluarga pada tahun 2003. Kondisi ini tidak bertahan

lama karena pada tahun 2004 jumlah keluarga miskin meningkat kembali menjadi 12

ribu kepala keluarga. Hingga akhir tahun 2007 jumlah keluarga miskin terus mengalami

peningkatan hingga terakhir berjumlah 15.449 kepala keluarga miskin. Dilihat dari segi

persentase, selama tiga tahun (2000 hingga tahun 2003) persentase keluarga miskin

terhadap total jumlah keluarga kota menurun dari 18,98 persen menjadi 17,28 persen.

Kemudian pada tahun 2004 hingga tahun 2007 meningkat kembali dari 19,01 persen

menjadi 22,65 persen. Fenomena peningkatan keluarga miskin ini bukan hanya terjadi di

Kota Cirebon tetapi juga terjadi pada tingkat Provinsi Jawa Barat. Di Jawa Barat pada

tahun 2003 penduduk miskin mencapai 27,89 persen dari seluruh jumlah penduduk,

atau sekitar 2,6 juta kepala keluarga. Dan pada tahun 2007 diperkirakan meningkat

menjadi 3,3 juta kepala keluarga atau mencapai 30 persen dari jumlah penduduk.

Untuk mengentaskan kemiskinan tersebut berbagai upaya telah dilakukan. Untuk bidang

pendidikan dan kesehatan telah dialokasikan anggaran yang cukup untuk membiayai

pendidikan dan kesehatan keluarga miskin. Untuk bidang fisik telah dilakukan berbagai

program dan kegiatan seperti perbaikan lingkungan, penyediaan MCK, dan lain

(15)

ada dalam APBD belum fokus pada pengentasan kemiskinan, selain karena porsi

anggaran yang dialokasikan termasuk kecil. Ke depan diharapkan fokus pengentasan

kemiskinan adalah pada upaya pendampingan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat

miskin dengan jaminan ketersediaan pasar dan peluang berusaha yang lebih jelas.

Tabel 2.9

Jumlah Keluarga dan Keluarga Miskin di Kota Cirebon Tahun 2013-2014

Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, BPS

2.7.3. Perkembangan PDRB

Kondisi perekonomian Kota Cirebon pada Tahun 2013 secara umum mengalami

(16)

Kondisi ekonomi daerah yang diukur berdasarkan nilai PDRB menunjukkan bahwa pada

tahun 2013 PDRB Kota Cirebon yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku mencapai angka

Rp. 14,698 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 10,79 % dibandingkan tahun

sebelumnya yang sebesar Rp. 13,267 trilyun. Sedangkan nilai PDRB secara riil yang

dilihat dari PDRB yang didasarkan Atas Dasar Harga Konstan mencapai angka Rp.6,148

trilyun sementara pada tahun 2012 mencapai angka Rp.5,867 trilyun. Dengan

membandingkan angka di kedua tahun tersebut terlihat bahwa PDRB atas dasar harga

konstan tahun 2013 telah tumbuh sebesar 4,79 % sebagai indikator Laju Pertumbuhan

Ekonomi (LPE). Angka LPE ini ternyata menunjukkan pertumbuhan yang lebih kecil dari

LPE tahun sebelumnya yang mencapai 5,57 %. Penurunan angka LPE sebesar 0,78 poin

dari LPE tahun sebelumnya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun ini

mengalami sedikit perlambatan.

Secara umum kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi tiga sektor ekonomi yaitu :

1. Sektor Primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku

melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit

didalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah sektor pertanian serta sektor

pertambangan dan penggalian.

2. Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan baku, baik yang berasal dari

sektor primer maupun sektor sekunder menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya.

Sektor Sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, air bersih

dan sektor bangunan/konstruksi.

3. Sedangkan Sektor Tersier atau dikenal juga sebagai sektor jasa-jasa, yaitu

sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa.

Yang termasuk sektor ini adalah sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan

komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintahan dan jasa- jasa.

Dari pengelompokkan tersebut tampak bahwa kelompok tersier masih mendominasi

dalam penciptaan nilai tambah di Kota Cirebon. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas

dasar harga berlaku dari kelompok sektor tersier di tahun 2013 mencapai Rp. 10.207,21

milyar, atau meningkat 11,18 % dibandingkan tahun sebelumnya. Kelompok sekunder

mengalami peningkatan sebesar 9,85 % yaitu dari Rp. 4.045,64 milyar di Tahun 2012

(17)

sebesar 14,96 % atau dari Rp. 40,85 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp. 46,96 milyar di

Gambar

Tabel 2.1Wilayah Administrasi Kota Cirebon
Gambar 2.1Peta Orientasi Kota Cirebon
Gambar 2.2Peta Administrasi Kota Cirebon
Tabel 2.2Jumlah dan Kepadatan Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena Posdaya menjadi wahana untuk pemberdayaan maka siswa- siswa tersebut, termasuk dan terutama para mahasiswa perlu ikut terjun mendamping generasi yang lebih tua,

Dari analisis SWOT tentang posisi awal strategi yang dilihat pada gambar diagram SWOT untuk sub sektor drainase lingkungan adalah terletak di garis batas antara kuadran

diwartakan Ahmad dan Ibnu Majah. Di antara karunia Allah adalah selalu mengulang-ulang kehadiran momen-momen kebaikan. Ada momen yang diulang setiap pekan, bulan, tahun

Pada penelitian ini modem yang digunakan adalah modem wavecom fastrak yang berfungsi mengecek miscall dan mengirim sms, ATmega16 berfungsi sebagai control

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: (1) Sistem rekam medis pasien rawat jalan yang dibangun dapat membantu mempermudah pekerjaan petugas puskesmas dalam mencatat pasien baru

Berdasarkan hasil perhitungan dan data pengolahan SPSS (lihat lampiran) diketahui nilai koefisien regresi kemandirian belajar sebesar 0,439 dengan standar error

13 Tahun 2003, setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh jaminan sosial dari pengusaha sebagai pemberi kerja. Mengenai jaminan sosial tenaga kerja telah diatur dalam UU

Cara mengevaluasi efisiensi motor tersebut adalah dengan menentukan besarnya daya output motor, daya input motor untuk mengetahui besarnya effisiensi motor