• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. NIAT KONSUMEN KOTA DENPASAR MEMBELI ULANG PRODUK MEWAH (Studi Smartphone Merek iphone)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. NIAT KONSUMEN KOTA DENPASAR MEMBELI ULANG PRODUK MEWAH (Studi Smartphone Merek iphone)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

NIAT KONSUMEN KOTA DENPASAR MEMBELI ULANG PRODUK MEWAH

(Studi Smartphone Merek iPhone)

Pertumbuhan era digital membuat konsumen lebih akrab dengan teknologi. Penggunaan smartphone dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memungkinkan konsumen terhubung dengan seluruh dunia melalui perangkat smartphone mereka. iPhone merupakan smartphone yang diminati oleh banyak masyarakat. Konsumen iPhone terbukti tidak hanya sekali membeli produk tersebut melainkan terus mengikuti perkembangan seri smartphone tersebut. Banyak faktor yang mendorong niat pembelian ulang produk smartphone merek iPhone. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel inersia konsumen, nilai mewah, atribut produk, kepuasan pelanggan serta aspek sosial terhadap niat pembelian ulang produk smartphone merek iPhone. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif karena meneliti pengaruh faktor-faktor kunci yang menentukan niat pembelian ulang produk smartphone merek iPhone.

Responden penelitian ini berjumlah 154 orang yang diambil dengan metode purposive sampling. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang kemudian dianalisis dengan teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan sub program SPSS dan AMOS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inersia konsumen tidak berpengaruh pada niat beli ulang. Selanjutnya ditemukan bahwa atribut produk merupakan pendorong utama kepuasan pelanggan dan niat beli ulang. Kepuasan pelanggan juga ditemukan memediasi hubungan antara atribut produk dan niat beli ulang. Selain atribut produk, nilai mewah ditemukan mampu mendorong niat beli ulang serta aspek sosial memperkuat hubungan antara inersia konsumen dan niat beli ulang.

Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang menyebabkan kepuasan dan menimbulkan niat beli ulang produk smartphone merek iPhone adalah atribut produk dan nilai mewah sedangkan inersia tidak mempengaruhi niat beli ulang smartphone tersebut. Sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut terhadap inersia untuk mengetahui apa yang menyebabkan inersia tidak mempengaruhi niat beli ulang smartphone merek iPhone.

Kata kata Kunci: Niat Beli Ulang, Inersia Konsumen, Atribut Produk, Kepuasan, Aspek Sosial

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM TESIS ... i

PRASYARAT GELAR MAGISTER ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI TESIS ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiiii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Inersia Konsumen ... 14

2.2. Nilai Mewah ... 16

2.3. Atribut Produk ... 19

2.4. Kepuasan Pelanggan ... 21

2.5. Aspek Sosial ... 24

2.6. Niat Pembelian Ulang ... 26

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir ... 32

3.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... 33

3.3. Hipotesis Penelitian ... 34 3.3.1. Pengaruh Inersia Konsumen Terhadap Niat Beli

Ulang ... 3.3.2. Pengaruh Nilai Mewah Terhadap Kepuasan

Pelanggan ... 3.3.3. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Kepuasan

Pelanggan ... 34 35 36

(3)

3.3.4. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Niat Beli Ulang ... 3.3.5. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Niat Beli Ulang

... 3.3.6. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Hubungan

Antara Atribut Produk dan Niat Beli Ulang ... 3.3.7. Peran Aspek Sosial Dalam Memoderasi Hubungan

Antara Inersia Konsumen dan Niat Beli Ulang ... BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 40

4.2. Variabel Penelitian ... 40

4.2.1. Identifikasi Variabel ... 40

4.2.2. Definisi Operasional Variabel ... 41

4.3. Pengumpulan Data ... 44

4.3.1. Jenis dan Sumber Data ... 44

4.3.2. Populasi dan Sampel ... 44

4.3.3. Instrumen Pengumpulan Data ... 45

4.3.4. Pengujian Instrumen Penelitian ... 45

4.4. Teknik Analisis Data ... 46

4.4.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 46

4.4.2. Analisis Statistik Inferensial ... 47

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian ... 57

5.1.1. Profil Responden ... 57

5.2. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 60

5.2.1. Uji Validitas ... 60

5.2.2. Uji Reliabilitas ... 61

5.3. Deskripsi Variabel Penelitian ... 61

5.3.1. Inersia Konsumen ... 62

5.3.2. Nilai Mewah ... 64

5.3.3. Atribut Produk ... 66

5.3.4. Kepuasan Pelanggan ... 67

5.3.5. Aspek Sosial ... 69

5.3.6. Niat Beli Ulang ... 71

5.4. Uji Asumsi SEM ... 74

5.4.1. Uji Normalitas ... 74

5.4.2. Outliers ... 74

5.4.3. Multikolinearitas dan Singularitas ... 75

5.4.4. Uji Model Pengukuran ... 76

5.4.5. Uji Model Struktural ... 83

5.4.6. Hasil Pengujian Hipotesis ... 84 36 37 38 39

(4)

5.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

5.5.1. Pengaruh Inersia Konsumen Terhadap Niat Beli Ulang ... 86

5.5.2. Pengaruh Nilai Mewah Terhadap Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 87

5.5.3. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 88

5.5.4. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Niat Beli Ulang ... 89

5.5.5. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Niat Beli Ulang ... 90

5.5.6. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Hubungan Antara Atribut Produk dan Niat Beli Ulang ... 91

5.5.7. Peran Aspek Sosial dalam Memoderasi Hubungan antara Inersia Konsumen dan Niat Beli Ulang ... 92

5.6. Implikasi Penelitian ... 92

5.6.1. Implikasi Teoritis ... 92

5.6.2. Implikasi Praktis ... 93

5.7. Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 96 6.2. Saran ... 97 6.2.1. Bagi Praktisi ... 97 6.2.2. Bagi Akademisi ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah diikuti oleh semakin meningkatnya produksi smartphone. Smartphone merupakan ponsel yang dibekali dengan berbagai macam fitur serta spesifikasi yang mumpuni dan juga berperan penting dalam banyak aspek di kehidupan manusia Fitur-fitur dan spesifikasi tersebut dibuat untuk memenuhi berbagai kebutuhan konsumen sehingga konsumen dapat merasakan banyak manfaat dalam membantu menyelesaikan pekerjaannya.

Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa adalah pasar yang besar. Pengguna smartphone Indonesia juga bertumbuh dengan pesat. Lembaga riset digital marketing E-marketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.

Banyak merek smartphone yang beredar di pasar Indonesia. Apple menjadi salah satu merek yang semakin hari semakin meningkat penjualannya. Produk-produk Apple sendiri tentu sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Apple yang terus berinovasi dalam desain dan jenis produk dikenal akan jajaran produk perangkat lunak diantaranya sistem operasi OS X dan iOS, pemutar musik iTunes yang juga berfungsi sebagai toko lagu online, serta peramban web Safari, dan perangkat keras diantaranya komputer meja iMac, laptop MacBook Pro, tablet

(6)

iPad, pemutar lagu iPod, serta telepon genggam iPhone dan jam tangan pintar Apple Watch.

Variasi lini produk yang dimiliki Apple tentu saja memudahkan konsumen memilih jenis produk mana yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan. Hal ini juga memberikan keuntungan bagi penjualan produk Apple karena keterkaitan produk satu dengan yang lainnya akan membuat konsumen tidak hanya membeli satu produk saja, melainkan membeli produk Apple lainnya untuk menunjang performa gadget yang sudah mereka miliki. Contohnya, ketika seseorang yang sudah biasa melakukan pekerjaan dengan menggunakan komputer meja iMac ingin melakukan pekerjaannya dengan lebih praktis atau secara mobile ia dapat membeli laptop Apple yaitu MacBook Pro. Selain itu seseorang yang sudah menggunakan iPhone akan merasa tertarik untuk menggunakan jam tangan pintar Apple Watch karena produk tersebut memiliki kesan praktis dan stylish.

Sumber: Databoks, Katadata Indonesia, 2016.

(7)

Sebagai produk andalan Apple, iPhone berhasil menjadi raja smartphone dunia setelah mengalahkan penjualan Samsung pada triwulan IV 2016. Data IDC yang dirilis 1 Februari 2017 menunjukkan bahwa pengapalan iPhone ke seluruh penjuru dunia pada triwulan IV 2016 mencapai 78,3 juta unit naik 4,7 persen dari periode yang sama 2015. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, penjualan iPhone melonjak 72 persen. Walaupun angka penjualan iPhone secara global di akhir tahun 2016 lebih tinggi dari pesaingnya Samsung, merek smartphone yang menjadi pilihan masyarakat Indonesia masih tetap Samsung.

Hal ini dapat diperoleh dari riset yang dilakukan International Data Corporation dimana sebanyak 25,42 % masyarakat Indonesia menyatakan merek smartphone pilihannya adalah Samsung dan masyarakat Indonesia yang memilih smartphone merek iPhone hanya sebanyak 17,7%.

Namun hal ini berbeda ketika berbicara tentang merek secara keseluruhan, bukan hanya merek smartphone. Berdasarkan survey yang dilakukan Brand Finance yang diperoleh dari Databoks, Katadata Indonesia, merek Apple memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan merek kompetitornya yaitu Samsung.

Meskipun begitu, merek Apple sendiri punya nilai tertentu dalam benak masyarakat Indonesia yang sudah menjadi pengguna setia merek ini. Meskipun rata-rata penjualannya ada dibawah Samsung dan pangsa pasarnya mulai direbut oleh smartphone buatan China lainnya seperti Vivo, Oppo dan Huawei, pengguna Apple tetap setia menggunakan bukan hanya iPhone tetapi juga produk keluaran Apple lainnya. Hal ini dikarenakan pembeli produk iPhone atau produk keluaran Apple lainnya tidak sekedar membeli sebuah perangkat smartphone atau gadget tapi juga

(8)

membeli gaya hidup, desain artistik, aplikasi dan fitur-fitur lainnya yang mumpuni. (https://www.zopini.com/blog/perkembangan-smartphone-apple-iphone-dari-tahun-ketahun/)

Merek-merek produk yang menyasar segmen pasar kelas atas, yang mengandalkan keunggulan kinerja produk serta kemampuannya untuk menunjukkan gaya hidup pemakainya, umumnya memiliki pelanggan-pelanggan yang loyal. Meski tetap berupaya untuk meraih pelanggan baru dari segmen pasar lainnya, penjualan merek-merek produk seperti ini banyak diperoleh dari kontribusi pembelian oleh pelanggan-pelanggannya yang setia melalui pembelian kembali (repurchase).

Dalam studi pemasaran, niat beli ulang (repurchase intention) merupakan isu yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan niat beli ulang adalah penyebab terjadinya perilaku sehingga dapat menjadikan masukan bagi pemilik maupun pemasar untuk menyusun strategi pemasaran yang tepat agar meningkatkan niat konsumen untuk melakukan pembelian ulang pada produk yang ditawarkan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas dan keberlanjutan perusahaan.

Kotler dan Keller (2007) menjelaskan bahwa perusahaan yang cerdas akan mencoba memahami sepenuhnya proses pengambilan keputusan pelanggan, semua pengalaman mereka dalam belajar, memilih, menggunakan, bahkan dalam mendisposisikan produk. Eksistensi sebuah perusahaan dalam hal ini perusahaan Apple, ditentukan oleh meningkatnya penjualan produk-produk keluaran Apple. Salah satu sumber penjualan produk adalah dari pelanggan lama yaitu orang-orang yang melakukan pembelian ulang terhadap iPhone atau produk Apple lainnya. Hal ini

(9)

merupakan bentuk loyalitas pelanggan terhadap Apple, dimana pelanggan yang loyal pasti punya niat pembelian ulang.

Niat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi. Bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat niat membeli, dan ketidakpuasan biasanya menghilangkan niat tersebut (Swastha dan Irawan, 2001). Seorang konsumen yang bersedia membeli kembali merek atau produk yang sama karena ia memiliki pengalaman yang baik atau tingkat harapan yang bertemu. Berdasarkan pengalaman yang baik tersebut maka muncul kepuasan yang dirasakan konsumen. Fang et al. (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepuasan konsumen sangat penting bagi keberhasilan perusahaan khususnya di lingkungan bisnis yang sangat kompetitif. Pappas et al. (2014) juga berpendpat bahwa pengalaman pembelian sebelumnya yang terbukti memuaskan konsumen berperan penting dalam membentuk perilaku pembelian di masa yang akan datang.

Istilah loyalitas dan Repeat Purchase Intention adalah serupa (Zboja dan Voorhees, 2006). Pelanggan yang setia diketahui akan memberikan pendapatan besar bagi perusahaan. Karena pelanggan yang setia memiliki tingkat komitmen yang tinggi yang membuat konsumen akan tetap mengkonsumsi produk tersebut dan tidak beralih ke produk lain. Jenis pelanggan seperti ini harus diperhatikan dan dipertahankan oleh perusahaan. Sehingga loyalitas konsumen akan menjadi sumber utama untuk pertumbuhan dan keuntungan yang berkelanjutan bagi perusahaan (Anderson dan Mittal, 2000).

Penelitian tentang niat beli ulang telah dilakukan oleh banyak peneliti, termasuk niat beli ulang untuk produk mewah. Salah satu di antaranya dilakukan oleh Goh et al.

(10)

(2016). Penelitian ini membahas niat beli ulang smartphone merek iPhone yang dipengaruhi oleh inersia konsumen, nilai mewah, atribut produk, kepuasan konsumen dan aspek sosial. Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan yaitu untuk meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi niat pembelian ulang terhadap smartphone merek iPhone, untuk menyelidiki seberapa jauh kepuasan memediasi hubungan antara atribut produk dan niat pembelian ulang serta untuk memeriksa apakah pengaruh sosial memoderasi hubungan antara inersia konsumen dan niat pembelian ulang. Dalam penelitian ini, peran dari kepuasan pelanggan sebagai variabel mediator adalah untuk memediasi hubungan antara atribut produk dan niat pembelian ulang. Ini artinya niat pembelian ulang tidak serta merta dipengaruhi langsung oleh atribut produk melainkan niat pembelian ulang akan muncul jika konsumen merasa puas dengan atribut produk yang baik. Selanjutnya, peran dari pengaruh sosial sebagai variabel moderator adalah untuk melemahkan atau menguatkan hubungan antara inersia konsumen dengan niat pembelian ulang. Dengan kata lain, hubungan antara inersia konsumen dan niat pembelian ulang akan semakin kuat bila ada pengaruh sosial yang mendukung konsumen membeli ulang smartphone merek iPhone dan hubungan antara inersia konsumen dan niat pembelian ulang akan melemah bila ada penngaruh sosial yang tidak mendukung konsumen membeli ulang produk smartphone merek iPhone.

Secara umum, inersia atau kelembaman adalah kecenderungan semua benda fisik untuk menolak perubahan terhadap geraknya. Kata inersia berasal dari kata bahasa Latin “iners” yang berarti lembam atau malas. Inersia adalah sebuah konsep luas yang memiliki implikasi penting pada berbagai disiplin ilmu (https://id.wikipedia.org/wiki/Inersia). Dalam perilaku konsumen, inersia konsumen

(11)

menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas karena ada penelitian sebelumnya yang mengusulkan bahwa inersia bisa mendorong konsumen untuk mengulang pembelian (Huang dan Yu, 1999; Liu et al., 2007; White dan Yanamandram, 2007). Konsumen yang didorong oleh inersia lebih enggan untuk beralih produk meskipun ada alternatif pilihan yang berbeda (Liu et al., 2007). Jenis konsumen seperti ini sudah terbiasa dengan produk yang mereka gunakan sehingga mereka kurang berniat untuk beralih kepada merek lain dan melakukan pembelian ulang dengan cara yang kurang disengaja. Tanpa inersia, konsumen akan beralih ke merek lain yang bisa menawarkan atribut produk yang lebih baik. Oleh karena itu, faktor inersia konsumen digunakan untuk menguji tingkat relevansi dengan perilaku pembelian berulang konsumen.

Salah satu faktor yang telah diidentifikasi dalam studi yang dilakukan Goh et al. 2016 adalah kepuasan pelanggan. Suatu perusahaan tidak akan bertahan tanpa ada konsumen yang mempergunakan atau memakai produk yang dihasilkan pihak produsen, oleh sebab itu guna meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan suatu perusahaan haruslah berdasarkan kepuasan pelanggan. Dengan mengetahui kepuasan pelanggan maka barang atau jasa yang produksi suatu produsen tersebut memiliki nilai lebih karena lebih diminati konsumen sebagai pemakai produk tersebut. Lee et al. (2009) mengusulkan bahwa pelanggan yang puas memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk kembali ke merek yang sama yang ia beli. Khususnya, beberapa peneliti menyatakan bahwa konsumen yang memiliki kepuasan yang tinggi akan berulang-ulang kembali ke vendor yang sama untuk mendapatkan hasil yang optimal (Kuo et al., 2013).

(12)

Dalam studi Goh et al. 2016 ditemukan bahwa nilai mewah suatu produk dapat memberikan kepuasan pada konsumen. Dan kepuasan konsumen diketahui dapat mendorong niat pembelian ulang. Bain dan Co. (2005) juga menambahkan bahwa konsumen lebih menekankan keuntungan emosional daripada atribut fisik sebuah produk dalam membeli produk bermerek mewah. Keuntungan emosional tersebut dapat membentuk pengalaman yang mengesankan ketika memiliki dan menggunakan produk (Choo et al., 2012). Nilai mewah atau luxury value bisa dibagi menjadi tiga segmen (Pitt et al., 2009). Pertama, menekankan pada nilai fungsional dari produk yang akan dibeli. Jenis konsumen yang berhubungan klasifikasi ini menempatkan pentingnya kualitas produk ketika mereka memandang perspektif seberapa baik performa produk dan efisiensi utamanya (Pitt et al., 2009; Sweeney dan Soutar, 2001). Dalam konteks perilaku konsumen, kualitas yang dirasakan menjadi elemen penting dalam karakteristik produk dan jasa. Hung et al. (2011) mengidentifikasi bahwa nilai fungsional memiliki kemampuan untuk meningkatkan niat beli berulang. Li et al. (2012) lebih mendukung pernyataan ini dengan menyoroti bahwa konsumen memiliki kemauan untuk membayar lebih jika produk yang mereka beli memiliki nilai fungsional yang tinggi. Kedua, luxury value melibatkan persepsi konsumen terhadap merek mewah sebagaimana orang sering merasakan barang-barang mewah memiliki keunikan dan nilai berharga. Selain itu, ada juga faktor langka di persepsi masyarakat. Ini menunjukkan ketika pembeli bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk membeli lukisan mahal ditarik oleh seniman menonjol, karena mereka dianggap itu sangat berharga untuk keunikannya (Li et al., 2013). Ketiga, luxury value berfokus pada nilai simbolik merek mewah, yang melambangkan kekayaan, prestise, status dan

(13)

kemahalan. Pelanggan yang membeli merek mewah dengan maksud untuk memiliki nilai simbolik, itu memberikan sinyal kepada orang lain. Nilai memberikan pandangan menampilkan standar hidup yang tinggi dan status konsumen dalam pengaturan sosial yang dipilih (Tsai, 2005).

Atribut produk menurut Tjiptono (2001) adalah “Unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh pelanggan dan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan”.Smith dan Deppa (2009) menggambarkan atribut sebagai elemen-elemen dari suatu produk yang mendefinisikan pengalaman konsumsi konsumen. Banyak ditemukan fitur-fitur teknologi tinggi dan desain yang menarik di pasar smartphone saat ini. Ling et al. (2006) dalam penelitiannya menemukan ada 5 karakteristik smartphone yang cenderung dipilih konsumen yaitu kamera, warna layar, panggilan dengan aktivasi suara, layanan internet dan konektivitas nirkabel. Fitur-fitur produk dapat didefinisikan sebagai atribut produk yang dapat memuaskan preferensi konsumen dengan memiliki dan menggunakan produk tersebut (Kotler dan Armstrong, 2007). Karakteristik yang berbeda dari produk akan berbeda pentingnya dalam pikiran konsumen, sehingga mempengaruhi kriteria seleksi dalam keputusan pembelian.

Selain sebagai mahluk individu, manusia juga disebut sebagai mahluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Begitu pula perilaku manusia sebagai konsumen yang tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosialnya. Rashotte (2007) berpendapat bahwa pengaruh sosial adalah mengenai perubahan perasaan, sikap, pendapat dan perilaku yang dipengaruhi oleh orang lain. Nelson dan McLeod (2005) juga menyatakan jika konsumen akan terpengaruh oleh media, orang tua dan

(14)

rekan-rekannya dalam pembelian smartphone. Konsumen akan mencari saran, nasihat dan juga pengalaman orang-orang yang sudah membeli dan menggunakan smartphone tersebut (Kotler dan Armstrong, 2007). Selain itu juga, konsumen membuat keputusan pembelian berdasarkan harapan mereka akan membuat orang lain terkesan padanya (Ang et al., 2001; Penz dan Stottinger, 2005; Wang et al., 2005).

Studi Goh et al. (2016) dilakukan di Malaysia dengan menyasar produk smartphone merek iPhone. Didasari oleh hasil studi yang menunjukkan semua hipotesis memperoleh dukungan, maka model yang dibangun oleh Goh et al. (2016) tersebut diuji kembali dalam penelitian ini dengan menggunakan sampel konsumen Indonesia. Hal yang mendasari penelitian ini adalah bahwa lingkungan sosial di Indonesia tentu memiliki perbedaan dengan lingkungan sosial di Malaysia sehingga akan mempengaruhi perilakunya dalam membeli produk, khususnya produk smartphone yang masuk dalam kategori mewah.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah pengaruh inersia konsumen terhadap niat beli ulang produk smartphone merek iPhone?

2) Bagaimanakah pengaruh nilai mewah terhadap kepuasan pelanggan produk smartphone merek iPhone?

3) Bagaimanakan pengaruh atribut produk terhadap kepuasan pelanggan produk smartphone merek iPhone?

(15)

4) Bagaimanakah pengaruh kepuasan pelanggan terhadap niat beli ulang produk smartphone merek iPhone?

5) Bagaimanakah pengaruh atribut produk terhadap niat pembelian ulang produk smartphone merek iPhone?

6) Bagaimanakah peran aspek sosial dalam memoderasi hubungan antara inersia konsumen dan niat beli ulang produk smartphone merek iPhone?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk menjelaskan pengaruh inersia konsumen terhadap niat beli ulang produk

smartphone merek iPhone

2) Untuk menjelaskan pengaruh nilai mewah terhadap kepuasan pelanggan produk smartphone merek iPhone

3) Untuk menjelaskan pengaruh atribut produk terhadap kepuasan pelanggan produk smartphone merek iPhone

4) Untuk menjelaskan pengaruh kepuasan pelanggan terhadap niat beli ulang produk smartphone merek iPhone

5) Untuk menjelaskan pengaruh atribut produk terhadap niat beli ulang produk smartphone merek iPhone

6) Untuk menjelaskan peran aspek sosial dalam memoderasi hubungan antara inersia konsumen dan niat pembelian ulang produk smartphone merek iPhone 1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini tidak hanya berfokus pada penulis namun juga bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(16)

1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi empiris di bidang ilmu manajemen pemasaran dalam konteks perilaku konsumen, khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi niat pembelian ulang produk smartphone yang masuk kategori mewah. Serta menjadi acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan faktor-faktor penentu niat pembelian ulang.

2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan penting bagi para pelaku bisnis untuk dapat memahami faktor-faktor penentu niat pembelian ulang produk smartphone merek iPhone khususnya bagi manajemen produk smartphone merek iPhone.

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Penjualan Samsung-iPhone tahun 2015-2016

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu perlu dikaji mengenai efektifitas iklan yang berkaitan dengan peringatan dan persuasi dapat diketahui melalui riset tentang dampek komunikasi. (Durianto, 2003 :

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat Sistem Informasi Pengadaan dan Penjualan Barang KPRI Kamboja SMKN 8 Surabaya yang mencakup beberapa macam aktifitas yang

• Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau...

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, namun penulis berharap tesis ini

Dalam ayat di atas menjelaskan tentang pembagian harta warisan dan sesuai dengan konsep salah satu ilmu matematika yaitu bilangan pecahan.. Ayat ini menyebutkan

Teacher creates classrooms Invite students to join classroom Create questions-set Assign questions-set to students Monitor students’ result through the dashboard 1 2 4 5..

Setelah mengalami beberapa kali perubah-an dengan memperhatikan tuntutan masyarakat, akhirnya RUU APP disahkan pada Rapat Paripurna DPR pada tanggal 30 Oktober 2008

Surat berharga yang diklasifikasikan ke dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dinyatakan di neraca sebesar biaya perolehan setelah ditambah atau dikurangi dengan saldo premi atau